: Tarbiyah
:-
: Hadits Tarbawi
Dosen
BAB I
MANUSIA DAN POTENSI PENDIDIKANNYA
:
(
)
Dari Abu Hurairah R.A, Ia berkata: Rasulullah SAW bersabda : Setiap anak
dilahirkan dalam keadaan suci, ayah dan ibunyalah yang menjadikan Yahudi,
Nasrani, atau Majusi. (HR. Bukhori dan Muslim)
(
)
Dari Ali R.A ia berkata : Rasulullah SAW bersabda : Didiklah anak-anak kalian
dengan tiga macam perkara yaitu mencintai Nabi kalian dan keluarganya serta
membaca Al-Quran, karena sesungguhnya orang yang menjunjung tinggi AlQuran akan berada di bawah lindungan Allah, diwaktu tidak ada lindungan selain
lindungan-Nya bersama para Nabi dan kekasihnya (H.R Ad-Dailami)
2
2
2
2
2
2
PEMBAHASAN
A. Konsep Potensi (Fitrah) Manusia
( )
Artinya: Setiap bayi yang dilahirkan itu di atas suci (fitrah), kedua orang
tuanyalah yang menjadikan dia yahudi, nasrani atau majusi (H.R Bukhari)
[6]
Demikianlah manusia ketika dilahirkan telah dianugrahkan potensi tauhid
yang bersifat kekal. Ini berarti keadaan instrinsik fitrah tetap sebagai suatu
keadaan yang tidak berubah sementara keadaan-keadaan ekstrinsik yang
bermacam-macam dari keimanan dan prilaku bisa berubah dan bersifat
dinamis.
Fitrah manusia tidak hanya fitrah keagamaan masih ada ayat lain yang
membicarakan
tentang
penciptaan
potensi
manusia
meskipun
tidak
menggunakan kata fitrah, misal pada surat Ali Imran: 14 yang artinya, telah
dihiaskan kepada manusia kecenderungan hati kepada perempuan (atau
lelaki), anak lelaki (dan perempuan) serta harta yang banyak berupa emas,
perak, kuda pilihan, binatang ternak, dan sawah ladang (Q.S Ali Imran:14).
Begitu juga kesimpulan Muhammad bin Asyur dalam tafsurnya sarat Ar-Rum:
30 yang menyatakan: fitrah manusia bentuk dan sistem yang diwujudkan
4
4
4
4
4
4
Allah pada setiap makhluk, fitrah yang berkaitan dengan manusia adalah apa
ayng diciptakan oleh Allah pada manusia yang berkaitan dengan jasmani
dan akalnya serta ruhnya. [7]
Jadi fitrah berarti tabiat alami (karakter) yang dimiliki manusia baik dar
tinjauan lahiriahnya maupun rohaniahnya termasuk emosi, kecerdasan,
instink, bakat, seni, dan dorongan-dorongan yang bersifat manusiawi.
Fitrah sebagai potensi dasar yang dimiliki manusia bukan sesuatu yang
dibiarkan begitu saja, tetapi harus dikembangkan agar manusia dapat menjadi
makhluk
sempurna.
Usaha
yang
bisa
dilakukan
manusia
untuk
( )
Artinya: Setiap bayi yang dilahirkan itu di atas suci (fitrah), kedua orang
tuanyalah yang menjadikan dia yahudi, nasrani atau majusi (H.R Bukhari)
:
Artinya: Hadits dari Ibn Abdi Bar dari sahabat Anas r.a :carilah ilmu
sampai ke negeri cina, maka sesungguhnya mencari ilmu itu wajib bagi setiap
orang islam, sesungguhnya malaikat meletakkan sayapnya kepada orang
yang mencari ilmu karena ridla kepada apa yang dicari.
3
6
6
6
6
6
6
)
( Artinya: carilah
ilmu mulai dari ayunan sampai keliang kubur (lahad). (H.R Abu Abdul Bar)4
[12]
C. Analisa
Konsep Pendidikan
Muhammmad SAW
Manusia
Berdasarkan
Hadits
Nabi
DAFTAR PUSTAKA
Aziz, Abdul. 2009. Filsafat Pendidikan Islam. Yogyakarta: Teras
Falah, ahmad. 2010. Hadits Tarbawi, Kudus: Nora Media Enterprise
Hasan, chalidjah. 1994. Dimensi-Dimensi Pendidikan Islam. Surabaya: al-Ikhlas
Nizar, samsul. 2002. Filsafat Pendidikan Islam. Jakarta: Ciputat Pres
[1] Abdul Aziz, Filsafat Pendidikan Islam, (Yogyakarta: Teras, 2009), hlm. 36
[2] Ahmad Falah, Hadits Tarbawi, (Kudus: Nora Media Enterprise, 2010), hlm.
7
[3] Ibid, hlm. 6
8
[4] Chalidjah Hasan, Dimensi-Dimensi Pendidikan Islam, (Surabaya: al-Ikhlas,
6
1994), hlm. 35
9
[5] Ahmad Falah, Hadits Tarbawi, hlm. 7
10
[6] Ibid, hlm. 2
11
[7] Ibid, hlm. 10
12
[8] Abdul Aziz, Filsafat Pendidikan Islam, (Yogyakarta: Teras, 2009), hlm. 38
13
[9] Ahmad Falah, Hadits Tarbawi, hlm. 12-13
14
[10] Ibid, hlm. 14
15
[11] Ibid, hlm. 11
16
[12] Ibid, hlm. 2
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
8
8
8
8
8
8
17
[13] Samsul
2
BAB II
LEGALITAS PENYELENGGARAAN DAN TUJUAN PENDIDIKAN
)
(
Telah bersabda Rasulullah SAW :Jadilah engkau orang yang berilmu (pandai)
atau orang yang belajar, atau orang yang mendengarkan ilmu atau yang mencintai
ilmu. Dan janganlah engkau menjadi orang yang kelima maka kamu akan celaka
(H.R Baehaqi)
)
(
:
:
Dari Ali R.A ia berkata : Rasulullah SAW bersabda : Orang-orang yang berilmu
kemudian dia memanfaatkan ilmu tersebut (bagi orang lain) akan lebih baik dari
seribu orang yang beribadah atau ahli ibadah. (H.R Ad-Dailami)
:
17
9
9
9
9
9
9
...... )
(
Dari Ibnu Abbas R.A Ia berkata : Rasulullah SAW bersabda : Barang siapa yang
dikehendaki Allah menjadi baik, maka dia akan difahamkan dalam hal agama.
)Dan sesungguhnya ilmu itu dengan belajar (HR. Bukhori
(
)
Rasulullah SAW bersabda : Tidak pantas bagi orang yang bodoh itu mendiamkan
kebodohannya dan tidak pantas pula orang yang berilmu mendiamkan ilmunya
)(H.R Ath-Thabrani
(
)
Dari Abdullah bin Amr bin Ash berkata, Rasulullah SAW bersabda :
Sesungguhnya Allah tidak mengambil ilmu dengan mencabutnya dari manusia
tetapi Allah mengambil ilmu dengan cara mengambil para ulama, sehingga jika
Dia tidak meninggalkan seorang alim, maka orang-orang menjadikan pemimpin
mereka orang-orang yang bodoh, lalu mereka ditanya maka mereka menjawab
( tanpa dengan ilmu, jadilah mereka sesat dan menyesatkan. (HR. Bukhori
(
)
10
10
10
10
10
10
Belajarlah kalian semua atas ilmu yang kalian inginkan, maka demi Allah tidak
akan diberikan pahala kalian sebab mengumpulkan ilmu sehingga kamu
)mengamalkannya. (HR. Abu Hasan
(
)
Dari Ibnu Abbas R.A Ia berkata : Rasulullah SAW bersabda : Carilah ilmu
sekalipun di negeri Cina, karena sesungguhnya mencari ilmu itu wajib bagi
seorang muslim laki-laki dan perempuan. Dan sesungguhnya para malaikat
menaungkan sayapnya kepada orang yang menuntut ilmu karena ridho terhadap
)amal perbuatannya. (H.R Ibnu Abdul Barr
,
,
(
)
Dari Abu Darda R.A, beliau berkata : Saya mendengar Rasulullah SAW
bersabda : Barang siapa yang menempuh perjalanan untuk mencari ilmu maka
Allah memudahkan baginya jalan menuju surga, dan sesungguhnya para malaikat
11
11
11
11
11
11
meletakkan sayapnya bagi penuntut ilmu yang ridho terhadap apa yang ia
kerjakan, dan sesungguhnya orang yang alim dimintakan ampunan oleh orangorang yang ada di langit dan orang-orang yang ada di bumi hingga ikan-ikan yang
ada di air, dan keutamaan yang alim atas orang yang ahli ibadah seperti
keutamaan bulan atas seluruh bintang, dan sesungguhnya ulama adalah pewaris
para Nabi, dan sesungguhnya para Nabi tidak mewariskan dinar dan tidak
mewariskan dirham, melainkan mewariskan ilmu, maka barang siapa yang
mengabilnya maka hendaklah ia mengambil dengan bagian yang sempurna. (H.R
Abu Daud dan Tirmidzi)
:
)
(
bani Israil dan tidak ada dosa, dan barangsiapa berdusta atasku dengan sengaja,
maka hendaklah ia menyiapkan tempat duduknya di dalam neraka. (HR.
Bukhori)
PEMBAHASAN
Apabila kita memperhatikan isi Al-Qur,an dan Al-Hadist, maka terdapatlah
beberapa anjuran yang mewajibkan bagi setiap muslim baik laki-laki maupun
perempuan, untuk menuntut ilmu, agar mereka tergolong menjadi umat yang
cerdas, jauh dari
g islam itu tidak diwajibkan mengetahui semua ilmu secara wajib ain.
Tetapi yang diwajibkan bagi orang islam adalah mencari ilmu yang berubungan
dengan keperluan manusia dalam kehidupan. Sebagaimkabut kejahilan dan
kebodohan. Menuntut ilmu artinya berusaha menghasilkan segala ilmu, baik
12
12
12
12
12
12
:
( )
Artinya :
Rasulullah SAW bersabda : "Menuntut ilmu itu diwajibkan bagi setiap muslim ".
(HR. Ibn majah).
Dari hadist ini kita memperoleh pengertian, bahwa Islam mewajibkan
pemeluknya agar menjadi orang yang berilmu, berpengetahuan, mengetahui
segala kemashlahatan dan jalan kemanfaatan; menyelami hakikat alam, dapat
meninjau dan menganalisa segala pengalaman yang didapati oleh umat yang lalu,
baik yang berhubungan dangan 'aqaid dan ibadat, baik yang berhubungan dengan
soal-soal keduniaan dan segala kebutuhan hidup.
Akan tetapi sesungguhnya oranana telah dikatakan sebagian Ulama:
Seutama-utama ilmu adalah ilmu keaadaan danseutama utamanya amal adalah
menjaga daripada keadaan, jangan sampai tersia-siakan, apalagi rusak. [3]
Nabi Muhammad saw. Bersabda:
:
,
,
)
(
Artinya :
"Barang siapa menginginkan soal-soal yang berhubungan dengan dunia, wajiblah
ia memiliki ilmunya ; dan barang siapa yang ingin (selamat dan berbahagia)
diakhirat, wajiblah ia mengetahui ilmunya pula; dan barangsiapa yang
13
13
13
13
13
13
Artinya :
Menuntut ilmu itu diwajibkan bagi setiap orang Islam (Riwayat Ibnu Majah,
Al-Baihaqi, Ibnu Abdil Barr, dan Ibnu Adi, dari Anas bin Malik)
Oleh karena itu, ilmu-ilmu seperti ilmu tafsir, ilmu hadist, ilmu bahasa
'arab, ilmu sains seperti perubatan, kejuruteraan, ilmu perundangan dan
sebagainya adalah termasuk dalam ilmu yg tidak diwajibkan untuk dituntuti tetapi
tidaklah dikatakan tidak perlu kerana ia adalah daripada ilmu fardhu kifayah,
ialah ilmu-ilmu yang hanya menjadi pelengkap, misalnya ilmu tafsir, ilmu hadist
dan sebagainya. Ilmu yang wajib 'ain dipelajari oleh mukallaf yaitu yang perlu
diketahui untuk meluruskan 'aqidah yang wajib dipercayai oleh seluruh muslimin,
dan yang perlu di ketahui untuk melaksanakan pekerjaan-pekerjaan yang
difardhukan atasnya, seperti shalat, puasa, zakat dan haji. [5]
DAFTAR PUSTAKA
Al-asqolani, Ibnu Hajar. 2002. Fathul Baari Syarah. Jakarta. Pustaka Azzam
Al-Mundiri Hafidz. 2000. Terjemah Attarghib wat tarhib. Surabaya. Al-Hidayah
Al Quran Al Karim, depag ri, 2009.
14
14
14
14
14
14
18
19
20
21
15
15
15
15
15
15
22
BAB III
KURIKULUM PENDIDIKAN
22
23
24
16
16
16
16
16
16
(
)
Dari Ali R.A ia berkata : Rasulullah SAW bersabda : Didiklah anak-anak kalian
dengan tiga macam perkara yaitu mencintai Nabi kalian dan keluarganya serta
membaca Al-Quran, karena sesungguhnya orang yang menjunjung tinggi AlQuran akan berada di bawah lindungan Allah, diwaktu tidak ada lindungan selain
lindungan-Nya bersama para Nabi dan kekasihnya (H.R Ad-Dailami)
:
(
)
Dari Amr Bin Syuaib dari bapaknya dari kakeknya berkata : Raulullah SAW
bersabda : perintahkanlah anakmu untuk melakukan shalat, pada saat mereka
berusia tujuh tahun, dan pukullah mereka pada saat mereka berusia sepuluh tahun
jika mereka meninggalkan shalat dan pisahkanlah mereka dalam hal tempat tidur.
(HR. Abu Dawud)
(
)
Telah aku tinggalkan kepada kalian semua dua perkara yang jika kalian
berpegang teguh padanya maka tidak akan tersesat selama-lamanya yaitu kitab
Allah (Al-Quran) dan Sunnah Nabi-Nya. (HR. Hakim)
17
17
17
17
17
17
)
(
Telah aku tinggalkan kepada kalian semua dua perkara yang jika kalian
berpegang teguh padanya maka tidak akan tersesat selama-lamanya yaitu kitab
Allah (Al-Quran) dan Sunnah Nabi-Nya. (HR. Hakim)
PEMBAHASAN
Ilmu datang dari Tuhan, Pendidik pertama adalah Tuhan. Kemudian ilmu
itu diwahyukan kepada utusan-Nya yang menjadi sunnahsebagai petunjukpetunjuk dan pedoman yang ada di dalamnya kepada seluruh manusia. Dari
beberapa hadits dapat dilihat bahwa Nabi Muhammad juha memposisikan dirinya
sebagai pendidik yang ilmunya diwariskan ke generasi sahabat-tabiintabiuttabiin sampai kepada ulama.
BAB IV
18
18
18
18
18
18
:
:
.
)
(
Dari Ibnu Umar R.A ia berkata, Rasulullah SAW telah memegang pundakku, lalu
)beliau bersabda: Jadilah engkau di dunia ini seakan-akan perantau (orang asing
atau orang yang sedang menempuh perjalanan. Ibnu Umar berkata: Jika engakau
diwaktu sore maka jangan menunggu sampai waktu pagi dan sebaliknya, jika
engkau diwaktu pagi maka janganlah menunggu sampai diwaktu sore, dan
gunakanlah sehatmu untuk sakitmu, dan gunakanlah hidupmu untuk matimu .
)(HR. Bukhori
(
)
Amirul mukminin Umar bin Khottob RA, berkata, aku mendengar Rasulullah
SAW bersabda: Sesungguhnya amal perbuatan itu disertai niatnya. Barang siapa
yang berpijak hanya karena Allah dan Rasulnya, dan barang siapa yang hijrahnya
19
19
19
19
19
19
karena dunia dan yang diharapkan atau wanita yang ia nikahi, Maka hijrahnya itu
menuju apa yang ia inginkan. (HR. Bukhori dan Muslim)
:
.
Imam Abul Hasan Ali bin Khalaf dalam syarah Bukhari berkata bahwa
Abu Zinad berkata : Hadits ini bermakna menganjurkan agar sedikit bergaul dan
sedikit berkumpul dengan banyak orang serta bersikap zuhud kepada dunia. Abul
Hasan berkata : Maksud dari Hadits ini ialah orang asing biasanya sedikit
berkumpul dengan orang lain sehingga dia terasing dari mereka, karena hampirhampir dia hanya berkumpul dan bergaul dengan orang ini saja. Ia menjadi orang
yang merasa lemah dan takut. Begitu pula seorang pengembara, ia hanya mau
melakukan perjalanan sebatas kekuatannya. Dia hanya membawa beban yang
ringan agar dia tidak terbebani untuk menempuh perjalanannya. Dia hanya
membawa bekal dan kendaraan sebatas untuk mencapai tujuannya. Hal ini
menunjukkan bahwa sikap zuhud terhadap dunia dimaksudkan untuk dapat
sampai kepada tujuan dan mencegah kegagalan, seperti halnya seorang
pengembara yang hanya membawa bekal sekadarnya agar sampai ke tempat yang
dituju. Begitu pula halnya dengan seorang mukmin dalam kehidupan di dunia ini
hanyalah membutuhkan sekadar untuk mencapai tujuan hidupnya.
20
20
20
20
20
20
penggemar dunia. Sesungguhnya masa ini (hidup di dunia) adalah masa beramal
bukan masa peradilan, sedangkan besok (hari akhirat) adalah masa peradilan
bukan masa beramal.
Anas berkata bahwa Nabi Shallallahu 'alaihi wa Sallam pernah membuat
beberapa garis, lalu beliau bersabda : Ini adalah manusia dan ini adalah anganangannya dan ini adalah ajalnya ketika ia berada dalam angan-angan tiba-tiba
datang kepadanya garisnya yang paling dekat (yaitu ajalnya).
Hadits ini memperingatkan agar orang mempersedikit angan-angan karena
takut kedatangan ajalnya yang tiba-tiba dan selalu ingat bahwa ajalnya telah
dekat. Barang siapa yang mengabaikan ajalnya, maka patutlah dia didatangi
ajalnya dengan tiba-tiba dan diserang ketika ia dalam keadaan terperdaya dan
lengah, karena manusia itu sering terperdaya oleh angan-angannya.
Abdullah bin Umar berkata : Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa Sallam
melihat aku ketika aku dan ibuku sedang memperbaiki salah satu pagar milikku.
Beliau
bertanya:
:
]
:
:
[19]25[ :
Seorang musafir sadar betul bahwa ia akan segera meninggalkan tempat
itu. Oleh karenanya ia tidak merencanakan untuk berlama-lama di situ. Begitu
lelahnya sudah pergi, ia kembali meneruskan perjalanan. Begitu pulalah hidup di
dunia. Manusia tida boleh disibukkan dengan perhiasan (assesoris), dan keindahan
25
23
23
23
23
23
23
dunia yang membuai. Karena ia tidak akan hidup lama di dunia. Yang ia harus
siapkan adalah bekal dirinya hidup di akhirat yang abadi.
Hadits di bawah ini menggambarkan bagaimana Rasulullah memandang
dunia ini dan memperlakukannya sebagai sesuatu yang hina. Dari Abu Umamah
radhiyallahu anhu, dari Nabi Shallallahu alaihi wa sallam, beliau bersabda :
Tuhankn pernah menawarkan kepadaku untuk merubah lembah Makkah menjadi
emas. Lalu aku katakan: Tidak, ya Tuhanku. Yang aku inginkan, aku sehari
kenyang dan hari berikutnya lapar. Ia mengatakannya tiga kali atau ucapan
serupa itu. Maka ketika aku lapar, aku mengadu kepadaMu dengan segala
kerendahan.
Ungkapan Ibnu Umar itu menggambarkan pola hidup generasi awal yang
tidak mau disibukkan oleh urusan dunia. Karena mereka berfikir, bahwa dunia
hanya tempat singgah sementara. Begitu juga dalam soal akhirat, mereka tidak
mau menunda-nunda amal dan kethoatan. [20]
Hadits Bukhari yang bersanad ;Ali bin Abdillah,Muhammad bin
Abdurrahman Abdul-Mundzir At-Thufawy, Sulaiman Al-Amasy, Mujahid dan
Ibnu Umar r.a. ini adalah hadits mauquf. Sebab kalimat tersebut adalah perkataan
Ibnu Umar sendiri, tidak ada petunjuk kalau itu sabda Rasulullah SAW yang ia
ucapkan setelah ia menceritakan bahwa Rasulullah memegang bahunya dengan
bersabda,
Jadilah kamu di dunia ini bagaikan orang asing atau orang yang
lewat dijalanan. [21]
Adapun hukum hadits mauquf, pada prinsipnya, tidak dapat dibuat hujjah, kecuali
ada qarinah yang menunjukkan (yang menjadikan marfu) [22].
DAFTAR PUSTAKA
24
24
24
24
24
24
Prof. Dr. H. Muhaimin, M.A. dkk., Manajemen Pendidikan, prenada media group cet 2,
hal : 348-349
[1]
Sayid Ahmad Al-Hasyimi, Terjemah Mukhtarul Ahadis,Pustaka Amani Jakarta(1995)
Hal : 357
[2]
, juz 1, h. 81
[24]
http://www.ksaislam.com/vb/showthread.php?p=160028
[25]
26
[1]
[2]
[24]
[25]
25
25
25
25
25
25
BAB V
METODE DAN MEDIA PEMBELAJARAN
:
(
)
Dari Ibnu Ali R.A ia berkata : Rasulullah SAW bersabda : Ilmu itu laksana lemari
(yang tertutup rapat), dan sebagai anak kunci pembukanya adalah pertanyaan.
Oleh karena itu, bertanyalah kalian, karena sesungguhnya dalam tanya jawab akan
diberi pahala empat macam, yaitu penanya, orang yang berilmu, pendengar dan
)orang yang mencintai mereka. (Diriwayatkan oleh Abu Muaim
(
)
26
26
26
26
26
26
(
)
Telah menceritakan kepada kami orang yang biasa mengajari kami, yakni dari
kalangan sahabat Nabi SAW, bercerita kepada kami bahwa sesungguhnya mereka
(para sahabat) pernah mempelajari sepuluh ayat (Al-Quran) dari Rasulullah
SAW. Mereka tidak mempelajari sepuluh ayat yang lain sebelum mereka dapat
mengetahui
setiap
ilmu
yang
terdapat
dalam
ayat-ayat
tersebut
dan
:
(
)
Dari Abdillah bin Umar R.A. sesungguhnya Rasulullah SAW bersabda : Tulislah,
demi Dzat yang jiwaku berada di tangan-Nya, tidak keluar dari mulut ini kecuali
kebenaran. (HR. Abu Daud)
PEMBAHASAN
A. Hadist tentang perintah menggunakan PAIKEM
()
Dari Abu Burdah dari Abu Musa, ia berkata Rasulullah SAW ketika mengutus
( )
28
28
28
28
28
28
yang
sangat
jelas,
dan
dapat
memahamkan
orang
yang
Rasulullah
SAW
mengucapkan
sesuatu
kepada
seseorang
menggunakan gaya dan bahasa dengan kemampuan dya tangkap pemikiran orang
yang sedang diaajak bicara oleh beliau [3].
Analisis :
Didalam hadist diatas, pendidik mempunyai peranan penting dalam proses
pembelajaran yaitu proses penyampaian materi yang akan disampaikan kepada
para murid. Dengan perkataan yang jelas dan mudah dipahami proses
penyampaian pesan dapat diterima dengan baik oleh para murid. Perkataan yang
jelas dalam hal ini bukan hanya sekedar jelas. Namun lebih dari itu jelas disini
adalah mampu memahamkanm peserta didik yang dihadapinya.
Perkataan yang jelas dan mudah dipahami akan menjadi salah satu factor
keberhasilan pendidikan. Diharapkan dengan adanya perkataan yang jelas dan
mudah dipahami tersebut anak didik akan dapat menyerap dan memahami apa
yang disampaikan pendidik.
(
29
29
29
29
29
29
kalimat
Hadist ini mengindikasikan
bahwa pengajaran memerlukan banyak pengulangan. Pengulangan bahan yang
telah dipelajari akan memperkuat hasil belajar.. Nabi Muhammad SAW ketika
30
30
30
30
30
30
menerima wahyu yang pertama dalam keadaan meniru dan mengulang apa yang
disampaikan oleh Jibril.
Oleh karena itu, hendaknya para pendidik sesudah materi disampaikan kepada
peserta didik diharapkan untuk melakukan pengulangan kembali. Hal ini
dimaksudkan untuk mempertinggi penguasaan peserta didik terhadap materi yang
sudah diterima. Demikian juga halnya sebelum memberikan materi yang baru,
hendaknya para pendidik melakukan pengulangan kembali terhadap materi
sebelumnya hal ini bertujuan untuk mengingatkan kembali kepada peserta didik
tentang materi sebelumnya dan juga agar materi yang sebelumnya tidak hilang
begitu saja.
C. Hadist tentang metode peragaan dan demonstrasi
)
(
Dari Abu Hurairah r.a , Ia berkata : Rasulullah SAW bersabda : orang yang
menanggung hidup anak yatim atau yang lainnya, maka saya ( Nabi) dan dia
seperti ini di dalam syurga dan Imam Malik mengisyaratkan seperti jari telenjuk
dan tengah (HR. Imam Muslim)
Pembahasan :
Dari hadist diatas yang dimaksud dengan ( ) adalah mencukupi segala
kebutuhannya mulai dari nafakah, pakaian, pendidikan sekolah dan bertanggung
jawab atas baik buruknya adabnya. Hal yang demikian ini mendapatkan
keuatamaan baik dari hartanya sendiri maupun harta anak yatimtersebut dengan
menjadi walinya ini.
31
31
31
31
31
31
Maksud dari yaitu orang terdekatnya seperti kakek, nenek, ibu, saudara
laki-laki, saudara perempuan, paman dari ayah, paman dari ibu bibi dari ibu dan
orang lain.[5]
Analisis :
Pada hadist diatas menerangkan tentang hubungan kedekatan Rasulullah
dengan orang yang memelihara anak yatim. Rasulullah SAW mendemonstrasikan
juga dengan jari beliau. Beliau menerangkan kepada para sahabat bahwa
kedudukan beliau dengan orang yang memelihara anak yatim di surga begitu
dekat, seperti kedekatan jari tengah dan jari telunjuk.
Dalam dunia pendidikan sekarang ini, para pendidik dianjurkan sekali untuk
bisa meneladani Rasulullah SAW dalam menjelaskan pelajaran dengan
menggunakan alat peraga dalam metode pengajarannnya. Metode peraga ini
sekarang lebih dikenal dengan sebutan media pendidikan. Media pendidkan
adalah suatu benda yang dapat dindrai, khususnya penglihatan dan pendengaran
baik yang terdapat dalam maupun luar kelas yang digunakan sebagai alat bantu
penghubung dalam proses pembelajaran. Media pendidikan bertujuan untuk
meningkatkan efektifitas belajar siswa. Media pendidikan mengandung beberapa
beberapa aspek-aspek yaitu sebagai alat atau sebagai teknik yang berkaitan erat
dengan metode pengajaran
32
32
32
32
32
32
()
Dari Abi Qilabah katanya hadist dari Malik. Kami mendatangi Rasulullah SAW
Dan kami pemuda yang sebaya. Kami tinggal bersama beliau selama (dua puluh
malam) 20 malam. Rasulullah SAW adalah seorang yang penyayang dan
memiliki sifat lembut. Ketika beliau menduga kami ingin pulang dan rindu pada
keluarga, beliau menanyakan tentang orang-orang yang kami tinggalkan dan
kami memberitahukannya, beliau bersabda : kembalillah bersama keluargamu
dan tinggallah bersama mereka, ajarilah mereka dan suruhlah mereka, beliau
menyebutkan hal-hal yang saya hapal dan yang saya tidak hapal. Dan shalatlah
sebagaimana kalian melihat aku shalat. (HR. Imam Bukhari)
Pembahasan :
Hadist ini sangat jelas menunjukkan tata cara shalat Rasulullah kepada
sahabat. Sehingga para sahabat dipesankan oleh Rasulullah agar shalat seperti
yang dicontohkan olehnya.
Maksud dari hadist diatas adalah mengenai metode peragaan yang terdapat
didalam kalimat hadist terakhir yaitu Dan shalatlah sebagaimana kalian melihat
aku shalat. Dan apabila telah datang waktu shalat, maka adzanlah salah satu
diantara kalian. Dan yang paling tua diantara kalian jadikanlah imam[6]
Analisis :
Dari penjelasan diatas telah dijelaskan bahwa Rasulullah melakukan metode
demonstrasi tentang tata cara shalat kepada sahabatnya. Hal dimaksudkan unntuk
memperjelas tentang bagaimana tata cara shalat yang sesuai dengan Rasulullah.
Metode demonstrasi
pesan yang disampaikan oleh pendidik dapat dikerjakan dengan baik dan benar
oleh peserta didik.
( )
Dari Abu Hurairah r.a, Ia berkata sesungguhnya Rasululllah SAW bersabda :
Ketika seorang laki-laki sedang berjalan-jalan tiba-tiba ia merasa sangat haus
sekali kemudian ia menemukan sumur lalu ia masuk kedalamnya dan minum,
kemudian ia keluar (dari sumur). Tiba-tiba datang seekor anjing menjulurjulurkan lidahnya ia menjilati tanah karena sangat haus, lelaki itu berkata :
anjing itu sangat haus sebagaimana aku, kemudian masuk kesumur lagi dan ia
penuhi sepatunya (dengan air), kemudian ia (haus lagi) sambil menggigit
sepatunya dan ia beri minum anjing itu kemudian Allah bersyukur kepadanya dan
mengampuni, sahabat bertanya wahai Rasulullah: adakah kita mendapat pahala
karena kita menolong hewan ? Nabi SAW menjawab : disetiap yang mempunyai
limpa basah ada pahalanya. (HR.Imam Bukhori)
Pembahasan :
34
34
34
34
34
34
Ketika seorang laki-laki sedang berjlan tiba-tiba ia merasa sangat haus sekali,
kemudian ia menemukan sumur lalu ia masuk kedalamnya dan minum, kemudian
ia keluar (dari sumur). Tiba-tiba datang seekor anjing menjulur-julurkan lidanya ia
menjilati tanah karena sangat haus, lelaki itu berkata: anjing itu sangat haus
sebagaimana aku, kemudian masuk ke sumur lagi dan ia penuhi sepatunya
(dengan air), kemudian ia (haus lagi) sambil mengigit sepatunya dan ia beri
minum anjing itu kemudian Allah bersyukur kepadanya dan mengampuninya.
Menurut Abdullah bin Dinar Allah memasukkan lelaki tersebut ke surga. Dari
hadist ini mengajarkan kepada kita senantiasa saling menyayangi sesame makhluk
Allah meskipun pada hewan yang diharamkan.[7]
Analisis :
Hadist diatas menjelaskan bahwa pendidikan dengan metode cerita dapat
menumbuhkan kesan yang mendalam pada anak didik, sehingga dapat memotivasi
anak didik untuk berbuat yang baik dan menjauhi hal yang buruk. Bahkan kaedah
ini merupakan metode yang menarik yang mana sering dilakukan oleh Rasulullah
dalam menyamapaikan ajaran islam. Teknik ini menjadikan penyampaian dari
Rasulullah menarik sehingga menimbulkan minat dikalangan para sahabatnya.
Teknik bercerita ini adalah salah satu teknik yang baik untuk menerapkan
aspek pembangunan insan karena didalamnya mencakup seluruh metodologi
pendidikan yaitu pendidikan mental, akal, jasmani serta unsur-unsur yang ada
dalam jiwa seseorang, pendidikan itu melalui teladan dan nasehat. Bukti terbaik
dari metode ini adalah bagaimana setengah dari isi kandungan Al-Quran adalah
tentang cerita atau kisah dalam penyamapaian ajarannya.
E. Hadist tentang Metode tanya jawab dan diskusi
35
35
35
35
35
35
( )
Dari Abu Hurairah r.a Berkata : ada seorang laki-laki bertanya kepada Rasul. Ya
Rasulullah, siapakah orang yang paling berhak saya hormati? Beliau menjawab :
Ibumu, kemudian ibumu, kemudian ibumu, kemudian ayahmu, kemudian yang
lebih dekat dan yang lebih dekat dengan kamu (HR. Muslim)
Pembahasan :
dengan siswa. Tujuan terpenting dari metode tanya jawab ini adalah para guru
atau pendidik dapat mengetahui sejauhmana para murid dapat mengerti dan
mengungkapkan apa yang telah diceramahkan.
)
(
Dari Anas bin Malik ra, Ia berkata, Rasulullah SAW telah bersabda : Tolonglah
saudaramu yang dzalim maupun yang didzalimi. Mereka bertanya : Wahai
Rasulullah bagaimana jika menolong orang dzalim? Rasulullah menjawab :
tahanlah (hentikan) dia dan kembalikan dari kedzaliman, karena sesungguhnya
itu merupakan pertolongan kepadanya (HR. Imam Bukhari)
Pembahasan :
Dalam hadist diatas dijelaskan bahwa Rasulullah memerintahkan kepada
umatnya agar menolong saudaranya baik dalam keadaan dhalim atau madhlum
(didzalimi).
Ibnu Bathal mengatakan : ( )menurut orang arab berarti ()
pertolongan, sungguh Rasulullah telah menjelaskan bahwa menolong orang yang
dzalim itu caranya dengan mencegah dari berbuat aniaya karena jika engkau tidak
mencegahnya, maka dia akan melakukan perbuatan aniaya hingga di qishas.
Pencegahan yang kamu lakukan dengan cara mengqishasnya itu juga bisa
dikatakan menolong orang yang beruat dzalim.[9]
Analisis :
37
37
37
37
37
37
Diskusi pada dasarnya adalah tukar menukar informasi dan unsur pengalaman
secara teratur dengan maksud untuk mendapat pengertian bersama yang lebih
jelas dan lebih teliti tentang sesuatu atau untuk mempersiapkan atau
merampungkan keputusan bersama.
Jika ditelaah dari bebarapa riwayat hadist, Rasulullah adalah orang yang
paling banyak melakukan diskusi. Metode diskusi ini sering dilakukan oleh
Rasulullah bersama para sahabatnya untuk mencari kata sepakat. Tetapi walaupun
Nabi sering melakukan dan membolehkan mendidik dengan metode diskusi akan
tetapi dalam pelaksanaanya harus dilakukan dengan hikmah ataupun dengan bijak
agar segala permasalahan dapat diselesaikan dengan baik dan tanpa ada
permusuhan, karena metode diskusi berbeda dengan debat. Jika debat adalah
perang
argumentasi,
beradu
paham
dan
kemampuan
persuasi
dalam
38
38
38
38
38
38
BAB VI
ETIKA PENDIDIK DAN PESERTA DIDIK
:
)
(
39
39
39
39
39
39
Dari Anas bin Malik R.A. dari Nabi Muhammad SAW beliau bersabda :
Permudahkanlah dan jangan kamu persulit, dan bergembiralah dan jangan
bercerai berai, dan beliau suka pada yang ringan dan memudahkan manusia (H.R
Bukhori)
:
(
)
Dari Abu Hurairah R.A, Ia berkata: Rasulullah SAW bersabda : Sesungghnya aku
bagimu adalah seperti orang tua kepada anaknya. (HR. Abu Dawud, Nasai, dan
Ibnu Hibban)
(
)
Dari Ali R.A ia berkata : Rasulullah SAW selalu memberikan kepada setiap
orang yang hadir dihadapan beliau, hak-hak mereka (secara adil), sehingga
diantara mereka tidak ada yang merasa paling diistimewakan. (H.R Tirmidzi)
(
)
kiamat dengan kendali yang terbuat dari api neraka. (H.R Abu Daud dan
Tirmidzi)
:
40
40
40
40
40
40
Dari
(
)
BAB VII
KONSEP REWARD AND PUNISHMENT
41
41
41
41
41
41
(
)
paman beliau, Al-Abbas. Kemudian, beliau berkata : Barang siapa yang terlebih
dahulu sampai kepadaku, dia akan mendapatkan ini dan itu. Lalu mereka
berlomba-lomba untuk sampai kepada beliau. Kemudian mereka merebahkan diri
di atas punggung dan dada beliau. Kemudian, beliau menciumi dan memberi
) penghargaan. ( HR. Ahmad
:
(
)
Dari Amr Bin Syuaib dari bapaknya dari kakeknya berkata : Raulullah SAW
bersabda : perintahkanlah anakmu untuk melakukan shalat, pada saat mereka
berusia tujuh tahun, dan pukullah mereka pada saat mereka berusia sepuluh tahun
jika mereka meninggalkan shalat dan pisahkanlah mereka dalam hal tempat tidur.
)(HR. Abu Dawud
(
)
42
42
42
42
42
42
Dari Abu Hurairah R.A, Ia berkata: Suatu hari Rasulullah SAW keluar menemui
kami yang mana ketika itu kami berselisih mengenai persoalan qadar, maka beliau
marah sampai-sampai muka beliau memerah seakan-akan buah delima dibelah
dikedua pipi beliau, lalu beliau bersabda : Apakah ini yang telah diperintahkan
kepada kalian? Ataukah untuk urusan ini aku diutus kepada kalian? Sesungghnya
orang-orang sebelum kalian rusak lantaran mereka berselisih dalam masalah ini.
Aku mengharuskan kepada kalian untuk tidak berselisih dalam masalah ini.
Ampunilah,
jika
engkau
memukulnya
maka
pukullah
sesuai
dengan
43
43
43
43
43
43
( )
Pada suatu ketika Nabi membariskan Abdullah, Ubaidillah, dan anak-anak
paman beliau, Al-Abbas. Kemudian, beliau berkata : Barang siapa yang
terlebih dahulu sampai kepadaku, dia akan mendapatkan ini dan itu. Lalu
mereka berlomba-lomba untuk sampai kepada beliau. Kemudian mereka
merebahkan diri di atas punggung dan dada beliau. Kemudian, beliau menciumi
dan memberi penghargaan. ( HR. Ahmad )
Sementara
punishment
diartikan
sebagai
hukuman
atau
sanksi.
punishment biasanya dilakukan ketika apa yang menjadi target tertentu tidak
tercapai, atau ada perilaku anak yang tidak sesuai dengan norma-norma yang
diyakini oleh sekolah tersebut. Jika reward merupakan bentuk reinforcement yang
positif; maka punishment sebagai bentuk reinforcement yang negatif, tetapi kalau
diberikan secara tepat dan bijak bisa menjadi alat motivasi. Tujuan dari metode ini
adalah menimbulkan rasa tidak senang pada seseorang supaya mereka jangan
membuat sesuatu yang jahat. Jadi, hukuman yang dilakukan mesti bersifat
pedagogies, yaitu untuk memperbaiki dan mendidik ke arah yang lebih baik.
[2]Seorang guru atau orang tua diperbolehkan memukul dengan pukulan yang
tidak keras. Ini dilakukan ketika beberapa cara seperti menasehati, menegur, tidak
mempan juga. Hukuman ini terutama menyangkut kewajiban shalat bagi anakanak yang usianya telah mencapai sepuluh tahun.[3]
Nabi SAW bersabda :
:
[4]( )
Dari Amr Bin Syuaib dari bapaknya dari kakeknya berkata : Raulullah SAW
bersabda : perintahkanlah anakmu untuk melakukan shalat, pada saat mereka
berusia tujuh tahun, dan pukullah mereka pada saat mereka berusia sepuluh
44
44
44
44
44
44
tahun jika mereka meninggalkan shalat dan pisahkanlah mereka dalam hal
tempat tidur. (HR. Abu Dawud)
Dalam nasehat Rasulullah itulah terkandung cara mendidik anak yang
dilandasi dengan kasih sayang, dan menomor duakan hukuman. Bukankah beliau
terlebih dahulu menyuruh membiasakan anak mengerjakan shalat mulai usia tujuh
tahun? Kalau tiga tahun setelah itu, ternyata belum juga shalat, sangat wajar jika
diberikan hukuman.[5]
Hukuman sesungguhnya tidaklah mutlak diperlukan. Ada orang-orang
yang baginya teladan dan nasehat saja sudah cukup, tidak perlu lagi hukuman.
Tetapi manusia itu tidak sama seluruhnya diantara mereka ada yang perlu dikerasi
sekali-kali.
Hukuman bukan pula tindakan yang pertama kali terbayang oleh seorang
pendidik, dan tidak pula cara yang didahulukan. Nasehatlah yang paling
didahulukan begitu juga ajaran untuk berbuat baik, dan tabah terus menerus
semoga jiwa orang itu berubah sehingga dapat menerima nasehat tersebut.[6]
B. Prinsip-Prinsip Pemberian Reward and Punishment
1. Prinsip-Prinsip Pemberian Punishment
a.
b. Pemberian penghargaan atau hadiah harus ada batasnya. Pemberian hadiah tidak
bisa menjadi metode yang dipergunakan selamanya. Proses ini cukup difungsikan
hingga tahapan penumbuhan kebiasaan saja. Manakala proses pembiasaan dirasa
45
45
45
45
45
45
telah cukup, maka pemberian hadiah harus diakhiri. Maka hal terpenting yang
harus dilakukan adalah memberikan pengertian sedini mungkin kepada anak
tentang pembatasan ini.
c.
Distandarkan pada proses, bukan hasil. Banyak orang lupa, bahwa proses jauh
lebih penting daripada hasil. Proses pembelajaran, yaitu usaha yang dilakukan
anak, adalah merupakan lahan perjuangan yang sebenarnya. Sedangkan hasil yang
akan diperoleh nanti tidak bisa dijadikan patokan keberhasilannya.[7]
b.
c.
Menghukum tanpa emosi. Kesalahan yang paling sering dilakukan orangtua dan
pendidik adalah ketika mereka menghukum anak disertai dengan emosi
kemarahan. Bahkan emosi kemarahan itulah yang menjadi penyebab timbulnya
keinginan untuk menghukum. Dalam kondisi ini, tujuan sebenarnya dari
pemberian hukuman yang menginginkan adanya penyadaran agar anak tak lagi
melakukan kesalahan, menjadi tak efektif.
d.
Hukuman sudah disepakati. Sama seperti metode pemberian hadiah yang harus
dimusyawarahkan dan didiologkan terlebih dahulu, maka begitu pula yang harus
dilakukan sebelum memberikan hukuman. Adalah suatu pantangan memberikan
hukuman kepada anak, dalam keadaan anak tidak menyangka ia akan menerima
hukuman, dan ia dalam kondosi yang tidak siap. Mendialogkan peraturan dan
hukuman dengan anak, memiliki arti yang sangat besar bagi si anak. Selain
kesiapan menerima hukuman ketika melanggar juga suatu pembelajaran untuk
menghargai orang lain karena ia dihargai oleh orang tuanya.
e.
47
47
47
47
47
47
bagi hambaNya. Niat untuk bermaksiat belumlah dicatat sebagai dosa, kecuali niat
itu terelaksana, itupun bisa segera Dia hapuskan ketika kita segera beristigfar.
Keseimbangan inilah yang harus kita teladani dalam memberikan imbalan
dan hukuman kepada anak. Kita harus mengutamakan dan mempermudah
memberikan penghargaan dan hadiah kepada anak dan meminimalkan pemberian
hukuman.
Metode pemberian hukuman adalah cara terakhir yang dilakukan, saat
sarana atau metode lain mengalami kegagalan dan tidak mencapai tujuan. Saat itu
boleh melakukan penjatuhan hukuman. Dan ketika menjatukan hukuman harus
mencari waktu yang tepat serta sesuai dengan kadar kesalahan yang dilakukan.[9]
v Menepuk pundak. Pada saat salah seorang siswa maju ke depan kelas untuk
menjelaskan pelajaran atau menyampaikan hafalannya, dll. Maka seorang guru
sudah sepantasnya bila menepuk pundak siswa tersebut pada saat ia melaksanakan
tugasnya dengan baik. Ini dilakukan untuk memberi motivasi padanya.[10]
2. Contoh Konkret Punishment ( Sanksi yang Mendidik )
v Menasehati dan memberi arahan. Keduanya merupakan metode dasar dalam
pendidikan dan pengajaran yang sangat diperlukan. Pendidik agung kita, Nabi
Muhammad SAW, telah melaksanakan metode ini kepada anak kecil dan pada
orang dewasa.
v Bermuka masam. Seorang guru dapat saja kadang-kadang memasang muka masam
di hadapan murid-muridnya jika ia melihat kegaduhan. Ini dilakukan agar ia dapat
menjaga ketenangan dan ketrentaman proses belajar mengajar. Tentu ini lebih baik
daripada membiarkan para siswa terlebih dulu, hingga kelewatan baru guru
tersebut menjatuhkan sanksi para siswa.
v Membentak. Seringkali seorang guru terpaksa membentak salah seorang siswa yang
banyak mengajukan pertanyaan yang mengganggu proses belajar mengajar. Atau
siswa yang berani melecehkan si guru dan melakukan kesalahan-kesalahan lain.
v Melarang melakukan sesuatu. Pada saat si guru melihat sebagian muridnya ribut
berbicara pada saat berlangsungnya proses belajar mengajar, maka bisa saja si
guru melarang muridnya itu bebicara dengan suara keras. Nabi Muhammad SAW
juga meminta seseorang yang bersendau gurau di hadapan beliau untuk menahan
serdawanya, Tahanlah serdawanmu pada saat bersama kami.[11]
v Berpaling. Dengan keberpalingan ini sang guru atau ayahnya, siswa akan merasa ia
telah melakukan kesalahan. Dengan begitu, ia tidak akan mengulangi
kesalahannya itu.
v Tidak menyapa. Seseorang pendidik dapat saja tidak menyapa anak atau siswanya
ketika mereka meniggalkan shalat atau menonton bioskop misalnya. Waktu
terlama tidak menyapa adalah tiga hari. Ini berdasar sabda Nabi SAW, Seorang
muslim tidak dibenarkan mendiamkan saudaranya di atas tiga hari.[12]
49
49
49
49
49
49
v Teguran. Seorang pendidik harus menegur siswa atau anaknya pada saat ia
melakukan dosa besar dan tidak mempan lagi dengan nasihat dan arahan.
v Sanksi sang ayah. Jika seorang siswa berulang kali melakukan kesalahan, maka
seorang guru hendaknya mengirim anak pada walinya dan memintanya untuk
memberikan sanksi setelah terlebih dahulu memberi nasihat pada si anak.
Dengan begitu akan terjadi kerjasama yang baik antara pihak sekolah dan
orang rumah dalam mendidik anak didik.
v Menggantungkan tongkat. Dianjurkan seorang guru dan seorang pendidik
menggantungkan cambuk yang diletakkan di tembok kelas agar para siswa
dapat melihatnya lalu menjadi jera dengan sanksi itu. Ini berdasar hadis Nabi
SAW, Gantunglah cambuk sehingga dapat dilihat oleh semua anggota
keluarga, karena itu pengajaran yang baik bagi mereka.[13]
v Memukul tidak keras. Seorang guru dan seorang ayah diperbolehkan memukul
dengan pukulan yang tidak keras. Ini dilakukan jika beberapa cara di atas
tidak mempan juga.[14]
DAFTAR PUSTAKA
Muhammad Jameel Zeeno, Resep Menjadi Pendidik Sukses Berdasarkan
Petujuk Al-Quran dan Teladan Nabi Muhammad, Jakarta ; Hikmah, 2005.
Irawati Istadi, Mendidik dengan Cinta, Pustaka Inti ; Jakarta, 2002.
Salman Harun, Sistem Pendidikan Islam, PT. Al-Maarif ; Bandung, 1984,
http
//my
opera.com/Subchi-Al-Fikri/blog/penghargaan(reward)-dan-
hukuman(punishment)-dalam-pendidikan-islam.
Muhammad Kosim, Antara Reward dan Punishment, Rubrik Artikel, Padang
Ekspres, Senin, 09 Juni 2008.
Mujam Mufahras Li Alfadil Ahadis
Sunan Turmudi
50
50
50
50
50
50
Jami.
BAB VIII
ASPEK KEJIWAAN DALAM PROSES BELAJAR MENGAJAR
:
.
:
(
)
Dari Abu Hurairah R.A berkata : Rasululullah SAW bersabda : Seorang mukmin
yang kuat lebih baik dan lebih dicintai Allah daripada seorang mukmin yang
lemah, dalam semua kebajikan. Perhatikanlah dengan senang atas apa yang
51
51
51
51
51
51
:
:
(
)
Dari Numan R.A, beliau berkata : Rasulullah SAW bersabda : Ciri-ciri orang
:
(
)
.
Dari Ibni masud R.A, beliau berkata : Rasulullah SAW bersabda : Hati manusia
itu lebih telah diciptakan menurut fitrahnya, yaitu mencintai orang yang berbuat
)baik dan membenci orang yang berbuat jelek padanya. (H.R Al-Baihaqi
)
(
52
52
52
52
52
52
Aku telah diberitahu (oleh Yazid bin Muawiyah) bahwa kalian telah menuggu.
(Sebenarnya
menghalangiku untuk menemui kalian, kecuali karena aku khawatir kalian akan
merasa bosan (belajar kepadaku). Karena sesungguhnya Rasulullah SAW sendiri
selalu memilih waktu yang tepat dari hari-hari yang ada untuk menyampaikan
pelajaran, lantaran khawatir kami akan merasa jenuh. (HR. Bukhori dan Muslim)
SYARAH ATAU PENJELASAN HADITS
Rasulullah SAW bersabda,
Seorang mukmin yang kuat itu lebih baik dan lebih dicintai oleh Allah
53
53
53
53
53
53
.
Jika sesuatu menimpamu maka jangan katakan, Andai aku melakukan
ini pasti hasilnya ini dan itu, Tetapi ucapkanlah, Ini adalah takdir Allah, apa
yang Dia kehendaki pasti Dia lakukan. Karena Law (andaikata) dapat membuka
pekerjaan setan.
Al-Qadhi Iyadh berkata, Sebagian ulama menyatakan, larangan ini hanya
tertuju kepada orang yang menyatakannya dengan penuh keyakinan bahwa jika
melakukan itu niscaya tidak akan tertimpa sesuatu yang telah menimpanya.
Adapun orang yang mengungkapkannya atas dasar semua yang terjadi sebagai
kehendak Allah Taala bahwa tidak ada yang dapat menimpanya kecuali apa yang
telah dikehendaki-Nya, maka ungkapan itu tidak masuk dalam larangan ini.
Mereka mendasarkan pendapatnya kepada kenyataan Abu Bakar ra. saat berada di
dalam gua Tsur, Seandainya seorang dari mereka mengangkat kepalanya niscaya
ia melihat kami.
Al-Qadhi berkata, Dalil ini tidak mengena sama sekali, mengingat Abu
Bakar mengabarkan tentang sesuatu yang akan terjadi bukan yang sudah terjadi,
sehingga tidak ada kesan menolak takdir setelah takdir itu terjadi. Ia
melanjutkan, Begitu juga dengan semua hadits hadits Al-Bukhari dalam bab:
Ungkapan-ungkapan menggunakan law yang dibolehkan. Seperti hadits:
54
54
54
54
54
54
Andai aku boleh merajam seseorang tanpa ada saksi terlebih dahulu
membuka peluang setan untuk menggoda hatinya. Inilah pernyataan lengkap AlQadhi Iyadh.
Aku (An-Nawawi) berkata, penggunaan kata law (andaikata) dalam halhal yang telah terjadi sangat lumrah. Seperti sabda Rasullullah SAW,
Andai aku telah melakukan sesuatu niscaya aku tidak akan surut dan
niscaya aku tidak membawa binatang kurban. dan hadits lainnya. Jadi,
sesungguhnya yang dilarang adalah mengucapkan law (andaikata) itu tanpa
55
55
55
55
55
55
faedah sama sekali dan larangannya hanya bersifat makruh, bukan haram. Adapun
orang yang mengucapkannya dengan latar menyayangkan dirinya terlambat
melakukan ibadah dan ketaatan kepada Allah Taala atau sesuatu yang sangat
tidak mungkin ia lakukan atau lainnya maka ungkapan iu tidak apa-apa. Inilah
analisa yang banyak dipakai oleh para ulama dalam memahami hadits-hadits
semacam ini. Wallahu Alam. [4]
5. Aspek Tarbawi yang terdapat dalam Hadits
Dalam hadits tersebut banyak terdapat nilai pendidikannya bagi kita, di antaranya
a.
adalah:
Keinginan yang kokoh serta semangat yang tinggi dalam hal-hal yang bernuansa
akhirat.
b. Baik yang kuat maupun yang lemah memiliki kebaikan, karena keduanya
memiliki keimanan dan yang lemah tentu akan memanfaatkan waktu-waktunya
c.
untuk beribadah.
Bersemangatlah dalam mengerjakan setiap ketaatan kepada Allah Taala dan apa
d.
Allah Taala.
Berprasangka yang baik kepada Allah Taala.
DAFTAR PUSTAKA
Al-Asqalani, Ibnu Hajar. 2008. Fathul Baari (Syarah Shahih Bukhari) Jilid 29. Jakarta:
Pustaka Azzam
Al-Bukhari, Abdurrahman bin Ismail. Tanpa tahun. Shahih Bukhari Juz 1. Bandung:
CV. Diponegoro
Ali, Atabik, dkk. Tanpa tahun. Kamus Karabiyak Kontemporer Arab-Indonesia.
Yogyakarta: Multi Karya Grafika
56
56
56
56
56
56
Al-Jazairi, Syaikh Abu Bakar. 2003. Mengenal Etika dan Akhlak Islam. Jakarta:
An-Naysaburi, Imam Abi Husain Ibn Hajjaj Al-Qusyaiy. Tanpa tahun. Shahih
Muslim Juz 4. Bandung: CV. Diponegoro
Daud, Mamur. 1996. Terjemahan Hadits Shahih Muslim Jilid 4. Jakarta:
Nawawi, Imam. 2011. Syarah Shahih Muslim Jilid II. Jakarta: Darus Sunnah
Munawwir, Ahmad warson. 1997. Kamus Al-Munawwir. Surabaya: Pustaka
Riyadh, Saad. 2007. Jiwa dalam Bimbingan Rasulullah. Jakarta: Gema Insani
Sunarto, Achmad, dkk. 1993. Tarjamah Shahih Bukhari Jilid VIII. Semarang: CV.
Asy-Syifa
[1] Imam Abi Husain Muslim ibn Hajjaj AlQusyaiy An-Naysaburi, Shahih Muslim Juz 3, (Bandung: CV. Diponegoro, t.t),
hlm. 46
2] Atabik Ali dan Ahmad Zuhdi Muhdlor, Kamus Karabiyak Kontemporer
Arab-Indonesia, (Yogyakarta: Multi Karya Grafika, t.t).
3]Mamur Daud, Terjemahan Hadits Shahih Muslim Jilid 4, (Jakarta: Widjaya,
1996), hlm. 244-245
[4] Imam Nawawi, Syarah Shahih Muslim Jilid 11, (Jakarta: Darus Sunnah, 2011),
hlm. 897-899
[5] Abdurrahman bin Ismail Al-Bukhari, Shahih Bukhari Juz 4, (Bandung: CV.
Diponegoro, tanpa tahun), hlm. 2437
[6]Ahmad Warson Munawwir, Kamus Al-Munawwir, (Surabaya: Pustaka
Progressif, 1997)
[7]Achmad Sunarto, dkk, Tarjamah Shahih Bukhari Jilid VIII, (Semarang: CV.
Asy-Syifa, 1993), hlm. 31
[8] Ibnu Hajar Al-Asqalani, Fathul Baari Syarah Shahih Muslim Jilid 29,
diterjemahkan oleh Gazirah Abdi Ummah, (Jakarta: Pustaka Azzam, 2008), hlm.
135-137
[9] Syaikh Abu Bakar Al-Jazairi, Mengenal Etika dan Akhlak Islam,
(Jakarta: Lentera, 2003), hlm. 94
[10]Ibid., hlm. 99
[11] Saad Riyadh, Jiwa dalam Bimbingan Rasulullah, (Jakarta: Gema Insani
Press, 2007), hlm. 143-144
57
57
57
57
57
57
BAB IX
KONSEP EVALUASI DALAM PENDIDIKAN
58
58
58
58
58
58
Dari Umar Ibnul Khattab R.A beliau berkata : Rasulullah SAW bersabda :
Adakanlah perhitungan terhadap diri kalian sebelum kalian diperhitungkan.
Secara harfiah evaluasi berasal dari bahasa Inggris, evaluation,
tertentu
dalam
rangka
mendapatkan
informasi
dan
59
59
59
59
59
59
60
60
60
60
60
60
:
:
Dari Umar Ibnul Khattab R.A beliau berkata: Rasulullah SAW
()
Yang menjadikan mati dan hidup, supaya Dia menguji kamu, siapa di
antara kamu yang lebih baik amalnya. dan Dia Maha Perkasa lagi
Maha Pengampun34.
3. al-Imtihn, berarti ujian yang juga berasal dari kata mihnah. Bahkan
dalam Alquran terdapat surat yang menyatakan wanita-wanita yang
diuji dengan menggunakan kata imtihan, yaitu surat al-Mumtahanah.
Firman Allah Swt. yang berkaitan dengan kata imtihan ini terdapat
pada surat al-Mumtahanah (60) ayat 10.
61
61
61
61
61
61
()
Hai orang-orang yang beriman, apabila datang berhijrah kepadamu
perempuan-perempuan yang beriman, Maka hendaklah kamu uji
(keimanan) mereka. Allah lebih mengetahui tentang keimanan
mereka;maka jika kamu telah mengetahui bahwa mereka (benarbenar) beriman Maka janganlah kamu kembalikan mereka kepada
(suami-suami mereka) orang-orang kafir. mereka tiada halal bagi
orang-orang kafir itu dan orang-orang kafir itu tiada halal pula bagi
mereka. dan berikanlah kepada (suami suami) mereka, mahar yang
telah mereka bayar. dan tiada dosa atasmu mengawini mereka apabila
kamu bayar kepada mereka maharnya. dan janganlah kamu tetap
berpegang pada tali (perkawinan) dengan perempuan-perempuan
kafir; dan hendaklah kamu minta mahar yang telah kamu bayar; dan
hendaklah mereka meminta mahar yang telah mereka bayar.
Demikianlah hukum Allah yang ditetapkanNya di antara kamu. dan
Allah Maha mengetahui lagi Maha Bijaksana35.
4. al-ikhtibr, memiliki makna ujian atau cobaan/al-bl. Orang Arab
sering menggunakan kata ujian atau bl dengan sebutan ikhtibr.
Bahkan di lembaga pendidikan bahasa Arab menggunakan istilah
evaluasi dengan istilah ikhtibr.
Beberapa term tersebut di atas dapat dijadikan petunjuk arti
evaluasi secara langsung atau hanya sekedar alat atau proses di dalam
35 al-Qurn, al-Mumthnh (60): 10.
62
62
62
62
62
62
DAFTAR PUSTAKA
Arifin, M. 2009. Ilmu Pendidikan Islam, Tinjauan Teoritis dan Praktis
Berdasarkan Pendekatan Interdisipliner. Jakarta: Bumi Aksara.
63
63
63
63
63
63
64
64
64
64
64
64
BAB X
KONSEP AKUNTABILITAS PELAKSANAAN PENDIDIKAN
(
)
Dari Abdillah bin Umar R.A. sesungguhnya Rasulullah SAW bersabda : Setiap
atas
pertanggungjawaban
dimintai
akan
dan
pemimpin
adalah
kamu
. Istri adalah pemimpin atas rumah tangga, suami dan anaknya, dan dia akan
dimintai pertanggungjawaban terhadap apa yang dipimpinnya. Hamba sahaya
adalah pemimpin atas harta tuannya dan dia akan dimintai pertanggungjawaban
terhadap harta tuannya itu. Ketahuilah, setiap kamu itu pemimpin dan setiap
kepemimpinannya.
atas
pertanggungjawaban
dimintai
akan
pemimpin
)(Muttafaqun Alaih
PEMBAHASAN
" :
,
,
,
,
,
66
66
66
66
66
66
"
.
a. Terjemah :
Dari Abu Musa Al-Asyariy ra. dari Rasulullah SAW. telah bersabda :
Perumpamaan Allah SWT. mengutus saya dengan membawa petunjuk dan ilmu
adalah bagaikan hujan deras yang menyirami bumi, kemudian diantara bumi itu
ada yang subur yang bisa menyerap air, lalu menumbuhkan tumbuh-tumbuhan
dan rumput yang banyak. Dan ada yang tandus didalam satu riwayat dikatakan
tanah yang padat- yang tidak bisa menyerap air. Kemudian Allah menjadikan air
hujan itu bermanfaat bagi manusia untuk minum, menyiram tanaman dan
bercocok tanam di dalam satu riwayat dikatakan untuk mengembala-. Dan juga
menyirami bagian bumi yang lain, yaitu lembah yang tidak menahan air (dapat
menyerap air) tetapi tidak dapat menumbuhkan rumput. Yang seperti itu adalah
perumpamaan orang yang memahami agama Allah dan bermanfaat baginya
terutusnya saya (ajaran saya), kemudian ia mengerti dan mengajarkannya kepada
orang lain. Dan perumpamaan orang yang tidak memperhatikan dan tidak
menerima petunjuk Allah yang telah saya bawa. (HR. Bukhori, Muslim dan AnNasai).
b. Penjelasan :
Allah mengutus Nabi Muhammad SAW. dengan membawa Al-Quran sebagai
petunjuk bagi manusia untuk menuju jalan yang benar dan kebaikan, dan sebagai
petunjuk, ilmu dan penerang terhadap berbagai kenyataan dan hukum-hukum.
Namun manusia tidak menerima semuanya atas petunjuk yang disampaikan oleh
Nabi Muhammad, tetapi mereka mempunyai reaksi yang
berbeda-beda
memperhatikan,
berusaha
67
67
67
67
67
67
memahami,
merenungkan
dan
Kelompok orang-orang yang kotor dan rusak jiwanya dan mati perasaannya.
Mereka inilah ketika mendengar wahyu disampakan akan berpaling dan tidak mau
mendengarkan dengan sombong seolah-olah telinga mereka tertutup, sehingga
mereka tidak mau menerima petunjuk. Kelompok ini oleh Nabi diumpamakan
seperti bumi yang tandus yang tidak bisa menyerap air dan tidak bisa
menumbuhkan tumbuh-tumbuhan dan rerumputan, apalagi buah-buahan. Air yang
mengalir padanya tidak bermanfaat sama sekali baginya, sehingga dimanfaatkan
oleh binatang dan manusia untuk minum atau diserap oleh bagian bumi yang lain
yang subur.
3. Kelompok tengah-tengah diantara dua kelompok pertama dan kedua. Mereka ini
adalah orang-orang yang mendengarkan ayat-ayat Al-Quran, mengangan-angan
dan memahaminya, serta mengetahui hukum-hukum yang diterangkan oleh AlQuran, mengetahui halal dan haram, namun mereka sendiri tidak mengamalkan,
tetapi mengajak dan mengajarkan kepada orang lain. Mereka ini diumpamakan
seperti bumi yang tandus yang tidak bisa menyerap air, lalu airnya diminum oleh
manusia dan binatang dan diserap oleh bumi yang subur lainnya yang dapat
menumbuhkan biji dengan baik sampai berbuah dan di makan oleh manusia dan
binatang, maka bumi yang tandus tadi bermanfaat tetapi tidak dapat mengambil
manfaat.
68
68
68
68
68
68
c. Inspirasi Pendidikan :
Inspirasi pendidikan yang bisa diambil dari Hadits 8 tersebut adalah :
1.
2. Diantara kelompok murid akan ada yang lebih cepat memahami keterangan guru,
ada yang sedang dan ada yang lambat dalam pemahaman. Menurut Wasty
Soemanto, masing-masing individu adalah unik, maka daya ingatan masingmasing anak didikpun berbeda-beda, dan pendidik hendaknya menyadari hal ini
dengan penerapan metode belajar-mengajar yang tepat, pembagian waktu belajar
yang tepat dan kondisi belajar yang menunjang.[2]
3.
Perolehan hasil belajar yang dicapai oleh murid akan mengalami perbedaan
dikarenakan perbedaan kemampuan, minat dan kesiapannya.
4. Ilmu yang telah diperoleh oleh penuntut ilmu hendaknya diamalkan untuk dirinya
sendiri, lalu diajarkan kepada orang lain. Karena -menurut Ibnu Ruslan- setiap
orang berilmu yang tidak mau mengamalkan ilmunya, ia akan disiksa lebih dulu
sebelum para penyembah berhala disiksa.[3]
5. Pendidikan dan lingkungan merupakan dua hal yang bisa saling mempengaruhi.
Yaitu : lingkungan dapat mempengaruhi pendidikan[4] dan pendidikan juga dapat
mempengaruhi lingkungan. Lingkungan yang baik akan menghasilkan pendidikan
yang baik dan lingkungan yang buruk akan menghasilkan pendidikan yang buruk
pula. Dan pendidikan yang baik akan menjadikan lingkungan yang baik dan
pendidikan yang buruk akan menjadikan lingkungan yang buruk pula.
69
69
69
69
69
69
DAFTAR PUSTAKA
1. Ibnu Ruslan, Ahmad, Matn Azzubad, Surabaya, Maktabah Ahmad bin
Nabhan, tt .
2. Mahfudh, Sahal, KH.MA.
Kepribadian Muslim, (dalam Buletin Berkala Amanat Edisi I), Kajen Pati,
HSM PIM, 2004.
3. Satmoko dkk, Psikologi Perkembangan, Semarang, IKIP Press, 1990.
4. Soemanto, Wasty, Psikologi Pendidikan, Jakarta, PT. Rineka Cipta, Cet.
Ke-3, 1990.
5. Rahman, Musthofa, Pendidikan Islam Dalam Perspektif Al-Quran,
dalam Paradigma Pendidikan Islam, Editor Ismail SM dkk, Yogyakarta,
Pustaka Pelajar, 2001.
70
70
70
70
70
70
71
71
71
71
71
71