Anda di halaman 1dari 19

BAB 1

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Evaluasi adalah proses berkelanjutan tentang pengumpulan dan penafsiran


informasi untuk menilai keputusan-keputusan yang dibuat dalam merancang
suatu sistem pengajaran. Dalam merancang sistem pengajaran, setelah tujuan-
tujuan dirumuskan, langkah pertama yang harus dikerjakan adalah
mempersiapkan rencana evaluasi yang menyeluruh sebagai rencana awal.

Kekuatan dan kelemahan dari program pengajaran yang telah disusun oleh
guru, biasanya dapat diketahui dengan lebih jelas setelah program tersebut
dilaksanakan di kelas dan dievaluasi dengan seksama serta melakukan
penilaian kelas. Penilaian kelas yang baik memiliki syarat adanya keterkaitan
langsung dengan aktivitas proses belajar mengajar.

Kesulitan belajar yang dialami siswa di sekolah bisa bermacam-macam, baik


dalam hal menerima pelajaran, menyerap pelajaran atau kedua-duanya. Selain
itu ada banyak faktor yang dapat menyebabkan kesulitan belajar tersebut,
baik dalam kemampuan intelektual, kemampuan fisik, latar belakang
keluarga, kebiasaan, maupun pendekatan belajar yang tepat untuknya.
Penanganan kasus kesulitan belajar- mengajar tersebut salah satunya dapat
dilakukan dengan pendekatan program perbaikan ( remedial ).

Seyogyanya kegiatan remedial ini merupakan suatu bentuk kegiatan yang


sudah disusun ( didesain ) secara sistematis sedemikian rupa sehingga
berimplikasi pada kenyataan bahwa kegiatan ini bukan semata-mata
merupakan inisiatif guru pada saat-saat tertentu, pada saat mereka menemui
kesulitan belajar yang dialami oleh para siswa.

1
B. Rumusan Masalah

1. Bagaimana Definisi Remedial dan Rencana Penilaian Pembelajaran?

2. Apakah Tujuan dari Remedial dan Penilaian Pembelajaran ?

3. Bagaimana Teknik dari Remedial dan Penilaian Pembelajaran?

4. Apa Sajakah Fungsi Remedial?

5. Bagaimana prosedur Remedial?

C. Tujuan Penulisan

1. Untuk mengetahui Definisi Remedial dan Penilaian Pembelajaran.

2. Untuk mengetahui Tujuan dari Remedial dan Penilaian Pembelajaran.

3. Untuk mengetahui Teknik dari Remedial dan Penilaian Pembelajaran.

4. Untuk mengetahui Fungsi Remedial.

5. Untuk mengetahui prosedur Remedial .

2
BAB II
PEMBAHASAN

A. Desain Evaluasi Remedial

1. Definisi Remedial

Remedial merupakan program pengajaran perbaikan yang khusus


diberikan guru kepada siswa (individu/kelompok) karena siswa tersebut
memiliki masalah dalam belajar (kurang/tidak menguasai materi
belajar).[3]

Remediasi mempunyai padanan remediation dalam bahasa Inggris. Kata


ini berakar kata ‘toremedy’ yang bermakna menyembuhkan. Remediasi
merujuk pada proses penyembuahan. Remedial merupakan kata sifat.
Karena itu dalam bahasa Inggris selalu bersama dengan kata benda,
misalnya ‘remedial work’, yaitu pekerjaan penyembuhan, ‘remedial
teaching’ – pengajaran penyembuhan. Dsb. Di Indonesia, istilah ‘remedial’
sering ditulis berdiri sendiri sebagai kata benda. Mestinya dituliskan
menjadi pengajaran remedial, atau kegiatan remedial dsb. Dalam bagian
ini istilah remediasi dan remedial digunakan bersama-sama, yang merujuk
pada suatu proses membantu siswa mengatasi kesulitan belajar terutama
mengatasi miskonsepsi-miskonsepsi yang dimiliki.

Dari pengertian di atas diketahui bahwa suatu kegiatan pembelajaran


dianggap sebagai kegiatan remediasi apabila kegiatan pembelajaran
tersebut ditujukan untuk membantu siswa yang mengalami kesulitan dalam
memahami materi pelajaran. Guru melaksanakan perubahan dalam
kegiatan pembelajarannya sesuai dengan kesulitan yang dihadapi para
siswa.

3
Sifat pokok kegiatan pembelajaran remedial ada tiga yaitu:

1. menyederhanakan konsep yang komplek


2. menjelaskan konsep yang kabur
3. memperbaiki konsep yang salah tafsir. Beberapa perlakuan yang dapat
diberikan terhadap sifat pokok remedial tersebut antara lain berupa:
penjelasan oleh guru, pemberian rangkuman, dan advance organizer,
pemberian tugas dan lain-lain.

Pokok bahasan yang belum dapat dikuasai peserta didik merupakan kesulitan
belajar untuk mempelajari pokok bahasan berikutnya. Kenyataan ini akan
diperburuk kalau pokok bahasan yang baru yang akan dipelajari memerlukan
keterampilan prasyarat, disisi lain pokok bahasan yang menjadi prasyarat
belum tuntas. Kesulitan lain untuk mencapai tingkat ketuntasan belajar
anatara lain: perbedaan individual diantara peserta didik dalam kelas dengan
sistem pembelajaran klasikal.

Asumsi yang mendasari pertimbangan metode pembelajaran remedial dengan


pendekatan secara individual terhadap peserta didik yang mengalami kesulita
belajar dengan pemberian rangkuman dan advance organizer adalah:

1. belajar hakekatnya adalah individual


2. pembelajaran klasikal akan selalu dihadapkan dengan ketidak tuntasan
belajar
3. kalau peserta didik yang mengalami kesulitan belajar dan diberikan
pembelajaran kembali secara klasikal seperti pembelajaran utama,
peserta didik akan mengalami kesulitan yang serupa
4. rangkuman dan advance organizer merupakan strategi pembelajaran
untuk memudahkan pemahaman materi.

2. Tujuan Remedial

Tujuan guru melaksanakan kegiatan remedial adalah membantu siswa yang


mengalami kesulitan menguasai kompetensi yang telah ditentukan agar
mencapai hasil belajar yang lebih baik. Secara umum tujuan kegiatan

4
remdiasi adalah sama dengan pembelajaran pada umumnya yakni
memperbaiki miskonsepsi siswa sehingga siswa dapat mncapai kompetensi
yang telah ditetapkan berdasarkan kurikulum yang berlaku. Secara khusus
kegiatan remediasi bertujuan membantu siswa yang belum tuntas menguasai
kompetensi ditetapkan melalui kegiatan pembelajaran tambahan. Melalui
kegiatan remediasi siswa dibantu untuk mengatasi kesulitan belajar yang
dihadapinya.

3. Fungsi Remedial

Remedial berfungsi sebagai korektif, sebagai pemahaman,sebagai pengayaan,


sebagai., sebagaif fungsi akselerasi (percepatan belajar), dan berfungsi
sebagai trapiutik (melalui kegiatan remedial, guru dapat membantu mengatasi
kesulitan belajar siswa yang berkaitan dengan aspek sosial dan aspek pribadi,
seperti merasa dirinya kurang berhasil dalam belajar, sering merasa rendah
diri, atau terisolasi dalam pergaulan dan teman sejawatnya, dengan remedial,
dapat membantu rasa percaya diri siswa, sehingga bersangkutan dapat
meningkatkan hasil belajar dengan baik).

4. Prosedur Remedial

Dalam melaksanakan kegiatan remedial sebaiknya mengikuti langkah-


langkah sebagai berikut :

1. Analisis Hasil Diagnosis

Diagnosis kesulitan belajar adalah suatu proses pemeriksaan terhadap


siswa yang diduga mengalami kesulitan dalam belajar. Melalui kegiatan
diagnosis guru akan mengetahui para siswa yang perlu mendapatkan
bantuan. Untuk keperluan kegiatan remedial, tentu yang menjadi fokus
perhatian adalah siswa-siswa yang mengalami kesulitan dalam belajar
yang ditunjukkan tidak tercapainya kriteria keberhasilan belajar. Apabila
kriteria keberhasilan 80 %, maka siswa yang dianggap berhasil jika
mencapai tingkat penguasaan 80 % ke atas, sedangkan siswa yang

5
mencapai tingkat penguasaannya di bawah 80 % dikategorikan belum
berhasil.

2. Menemukan Penyebab Kesulitan

Sebelum Anda merancang kegiatan remedial, terlebih dahulu harus


mengetahui mengapa siswa mengalami kesulitan dalam menguasai
materi pelajaran. Faktor penyebab kesuliatan ini harus diidentifikasi
terlebih dahulu, karena gejala yang sama yang ditunjukkan oleh siswa
dapat ditimbulkan sebab yang berbeda dan faktor penyebab ini akan
berpengaruh terhadap pemilihan jenis kegiatan remedial.

3. Menyusun Rencana Kegiatan Remedial

Setelah diketahui siswa-siswa yang perlu mendapatkan remedial, topik


yang belum dikuasai setiap siswa, serta faktor penyebab kesulitan,
langkah selanjutnya adalah menyusun rencana pembelajaran. Sama
halnya pada pembelajaran pada umumnya, komponen-komponen yang
harus direncanakan dalam melaksanakan kegiatan remedial adalah
sebagai berikut;

a. Merumuskan indikator hasil belajar

b. Menentukan materi yang sesuai dengan indikator hasil belajar

c. Memilih strategi dan metode yang sesuai dengan karakteristik siswa

d. Merencanakan waktu yang diperlukan

e. Menentukan jenis, prosedur dan alat penilaian.

4. Melaksanakan Kegiatan Remedial

Setelah kegiatan perencanaan remedial disusun, langkah berikutnya


adalah melaksanakan kegiatan remedial. Sebaiknya pelaksanaan kegiatan
remedial dilakukan sesegera mungkin, karena semakin cepat siswa
dibantu mengatasi kesulitan yang dihadapinya, semakin besar
kemungkinan siswa tersebut berhasil dalam belajarnya.

6
5. Menilai Kegiatan Remedial

Untuk mengetahui berhasil tidaknya kegiatan remedial yang telah


dilaksanakan, harus dilakukan penilaian. Penilaian ini dapat dilakukan
dengan cara mengkaji kemajuan belajar siswa.Apabila siswa mengalami
kemauan belajar sesuai yang diharapkan, berarti kegiatan remedial yang
direncanakan dan dilaksanakan cukup efektif membantu siswa yang
mengalami kesulitan belajar. Tetapi, apabila siswa tidak mengalami
kemajuan dalam belajarnya berarti kegiatan remedial yang direncanakan
dan dilaksanakan kurang efektif. Untuk itu guru harus menganalisis
setiap komponen pembelajaran.

5. Strategi dan Teknik Remedial

Beberapa teknik dan strategi yang dipergunakan dalam pelaksanaan


pembelajaran remedial antara lain,

1. Pemberian Tugas

Dalam pemberian tugas dapat dilakukan dengan berbagai jenis antara lain
dengan pemberian rangkuman baik dilakukan secara individual maupun
secara kelompok, pemberian advance organizer dan yang sejenis.

2. Melakukan aktivitas fisik, misal demosntrasi, atau praktek dan diskusi

Ada konsep-konsep yang lebih mudah dipahami lewat aktivitas fisik,


misal contoh, memahami bahwa volume fluida tidak berubah kalau
berada di dalam wadah yang berbeda bentuknya. Anda sebaiknya
menggunakan berbagai media dan alat pembelajaran sehingga dapat
mengkonkritkan konsep yang dipelajarinya, selain itu hendaknya Anda
banyak memberi kesempatan kepada siswa untuk mengunakan media
terebut, karena siswa pada umumnya perkembangan berpikir mereka
berada pada tingkat operasional konkrit. Mereka akan dapat mencerna
dengan baik konsep yang divisualisasikan atau dikonkritkan.

7
3. Kegiatan Kelompok

Diskusi kelompok dapat digunakan guru untuk membantu siswa yang


mengalami kesulitan belajar. Yang perlu diperhatikan guru dalam
menetapkan kelompok dalam kegiatan remedial adalah dalam
menentukan anggota kelompok. Kegiatan kelompok dapat efektif dalam
membantu siswa, jika diantara anggota kelompok ada siswa yang benar-
benar menguasai materi dan mampu memberi penjelasan kepada siswa
lainnya.

4. Tutorial Sebaya

Kegiatan tutorial dapat dipilih sebagai kegiatan remedial. Dalam kegiatan


ini seorang guru meminta bantuan kepada siswa yang lebih pandai untuk
membantu siswa yang mengalami kesulitan belajar. Siswa yang dijadikan
tutor bisa berasal dari kelas yang sama atau dari kelas yang lebih tinggi.
Apabila menggunakan tutor yang sebaya sangat membantu sekalai,
karena tingkat pemahaman dan penyampaian tutor yang sebaya lebih
dimengerti oleh siswa yang bermasalah, selain itu mereka tidak merasa
canggung dalam menanyakan setiap permasalahan karena usia mereka
sama sehingga mudah dimengerti olehnya.

5. Menggunakan Sumber Lain

Selain dengan pembelajaran ulang, kegiatan kelompok, tutorial, guru


juga dapat menggunakan sumber belajar lain yang relevan dalam
membantu siswa yang mengalami kesulitan memahami materi pelajaran.
Misalanya guru meminta untuk mengunjungi ahli atau praktisi yang
berkaitan dengan materi yang dibahas, misalnya ”bagaimana cara
mencangkok ” siswa dapat mendatangi tukang kebun yang kegiatan
sehari-hari memang mencakok. Atau juga siswa diminta membaca
sumber lain dan bahkan kalau mungkin mendatangkan anggota
masyarakat yang mempunyai keahlian yang sesuai dengan materi yang
dipelajari.

8
Pada sisi yang lain, pendekatan subjektif cenderung bersifat intuitif,
subjektifitas penilai sangat tinggi. Selera seni , aliran seni yang diikuti oleh
penilaian, dan latar belakang kesenian penilai sangat mempengaruhi hasil
penilaian. Akibatnya objektifitas penilaian sulit dipertanggungjawabkan,
lebih-lebih bila beberapa jenis karya tari yang dinilai tersebut sangat beraneka
ragam bentuk, aliran, dan latar belakang budayanya.

Penilaian hasil belajar seni tari di perguruan tinggi atau di sekolah selama ini
lebih banyak menggunakan pendekatan intuitif. Hal ini didasarkan pada
pertimbangan efesiensi.Sesungguhnya pendekatan ini dalam praktiknya
kadang-kadang sudah disertai dengan kompromi-kompromi tertentu oleh para
penilai sebelum melakukan penilaian bersama. Hal-hal yang disepakati
biasanya adalah aspek yang dinilai, prioritas (bobot) yang diutamakan, dan
rentang nilai. Hal ini sesungguhnya sudah memasuki wilayah pendekatan
objektif. Akan tetapi hal-hal yang disepakati tersebut biasanya tidak
didokumentasikan, tidak diwujudkan dalam suatu instrument yang formal.

B. Rencana Penilaian Pembelajaran

1. Pengertian Penilaian

Penilaian (assessment) adalah penerapan berbagai cara dan penggunaan


beragam alat penilaian untuk memperoleh informasi tentang sejauh mana
hasil belajar peserta didik atau ketercapaian kompetensi (rangkaian
kemampuan) peserta didik. Penilaian menjawab pertanyaan tentang sebaik
apa hasil atau prestasi belajar seorang peserta didik.Hasil penilaian dapat
berupa nilai kualitatif (pernyataan naratif dalam kata-kata) dan nilai
kuantitatif (berupa angka).Pengukuran berhubungan dengan proses
pencarian atau penentuan nilai kuantitatif tersebut. Tes adalah cara penilaian
yang dirancang dan dilaksanakan kepada peserta didik pada waktu dan
tempat tertentu serta dalam kondisi yang memenuhi syarat-syarat tertentu

9
yang jelas. Secara khusus, dalam konteks pembelajaran di kelas, penilaian
dilakukan untuk mengetahui kemajuan dan hasil belajar peserta didik,
mendiagnosa kesulitan belajar, memberikan umpan

balik/perbaikan proses belajar mengajar, dan penentuan kenaikan kelas.


Melalui penilaian dapatdiperoleh informasi yang akurat tentang
penyelenggaraan pembelajaran dan keberhasilan belajar peserta didik, guru,
serta proses pembelajaran itu sendiri. Berdasarkan informasi itu, dapat
dibuat keputusan tentang pembelajaran, kesulitan peserta didik dan upaya
bimbingan yang diperlukan serta keberadaan kurikukulum itu sendiri.

2. Ruang Lingkup Penilaian Pembelajaran

Hasil belajar peserta didik dapat diklasifikasi ke dalam tiga ranah (domain),
yaitu:
Domain kognitif (pengetahuan atau yang mencakup kecerdasan bahasa dan
kecerdasan logika matematika),

Domain afektif (sikap dan nilai atau yang mencakup kecerdasan antarpribadi
dan kecerdasanintrapribadi, dengan kata lain kecerdasan emosional),

Domain psikomotor (keterampilan atau yang mencakup kecerdasan


kinestetik, kecerdasan visual-spasial, dan kecerdasan musikal).

3. Tujuan Penilaian

Penilaian memiliki tujuan yang sangat penting dalam pembelajaran,


diantaranya untuk grading, seleksi, mengetahui tingkat penguasaan
kompetensi, bimbingan, diagnosis, dan prediksi.

1. Sebagai grading, penilaian ditujukan untuk menentukan atau


membedakan kedudukan hasil kerja peserta didik dibandingkan dengan

10
peserta didik lain. Penilaian ini akan menunjukkan kedudukan peserta
didik dalam urutan dibandingkan dengan anak yang lain. Karena itu,
fungsi penilaian untuk grading ini cenderung membandingkan anak
dengan anak yang lain sehingga lebih mengacu kepada penilaian acuan
norma (norm-referenced assessment).

2. Sebagai alat seleksi, penilaian ditujukan untuk memisahkan antara


peserta didik yang masuk dalam kategori tertentu dan yang tidak. Peserta
didik yang boleh masuk sekolah tertentu atau yang tidak boleh. Dalam
hal ini, fungsi penilaian untuk menentukan seseorang dapat masuk atau
tidak di sekolah tertentu.

3. Untuk menggambarkan sejauh mana seorang peserta didik telah


menguasai kompetensi.

4. Sebagai bimbingan, penilaian bertujuan untuk mengevaluasi hasil belajar


peserta didik dalam rangka membantu peserta didik memahami dirinya,
membuat keputusan tentang langkah berikutnya, baik untuk pemilihan
program, pengembangan kepribadian maupun untuk penjurusan.

5. Sebagai alat diagnosis, penilaian bertujuan menunjukkan kesulitan


belajar yang dialami peserta didik dan kemungkinan prestasi yang bisa
dikembangkan. Ini akan membantu guru menentukan apakah seseorang
perlu remidiasi atau pengayaan.

6. Sebagai alat prediksi, penilaian bertujuan untuk mendapatkan informasi


yang dapat memprediksi bagaimana kinerja peserta didik pada jenjang
pendidikan berikutnya atau dalam pekerjaan yangsesuai. Contoh dari
penilaian ini adalah tes bakat skolastik atau tes potensi akademik. Dari
keenam tujuan penilaian tersebut, tujuan untuk melihat tingkat
penguasaan kompetensi, bimbingan, dan diagnostik merupakan peranan
utama dalam penilaian.

11
Sesuai dengan tujuan tersebut, penilaian menuntut guru agar secara
langsung atau taklangsung mampu melaksanakan penilaian dalam
keseluruhan proses pembelajaran. Untuk menilai sejauh mana siswa telah
menguasai beragam kompetensi, tentu saja berbagai jenis penilaian perlu
diberikan sesuai dengan kompetensi yang akan dinilai, seperti unjuk
kerja/kinerja (performance), penugasan (proyek), hasil karya (produk),
kumpulan hasil kerja siswa(portofolio), dan penilaian tertulis (paper and
pencil test). Jadi, tujuan penilaian adalah memberikan masukan informasi
secara komprehensif tentang hasil belajar peserta didik, baik dilihat
ketika saat kegiatan pembelajaran berlangsung maupun dilihat dari hasil
akhirnya, dengan menggunakan berbagai cara penilaian sesuai dengan
kompetensi yang diharapkan dapat dicapai peserta didik.

7. Pendekatan Penilaian

Ada dua pendekatan yang dapat digunakan dalam melakukan penilaian hasil
belajar, yaitu penilaian yang mengacu kepada norma (Penilaian Acuan Norma
atau norm-referenced assessment) dan penilaian yang mengacu kepada
kriteria (Penilaian Acuan Kriteria atau criterionreferenced assessment).
Perbedaan kedua pendekatan tersebut terletak pada acuan yang dipakai. Pada
penilaian yang mengacu kepada norma, interpretasi hasil penilaian peserta
didik dikaitkan dengan hasil penilaian seluruh peserta didik yang dinilai
dengan alat penilaian yang sama. Jadi hasil seluruh peserta didik digunakan
sebagai acuan. Sedangkan, penilaian yang mengacu kepada kriteria atau
patokan, interpretasi hasil penilaian bergantung pada apakah atau sejauh
mana seorang peserta didik mencapai atau menguasai kriteria atau patokan
yang telah ditentukan.Kriteria atau patokan itu dirumuskan dalam kompetensi
atau hasil belajar dalam kurikulum berbasis kompetensi.

Dalam pelaksanaan kurikulum berbasis kompetensi, pendekatan penilaian


yang digunakanadalah penilaian yang mengacu kepada kriteria atau patokan.
Dalam hal ini prestasi peserta didik ditentukan oleh kriteria yang telah

12
ditetapkan untuk penguasaan suatu kompetensi. Meskipun demikian, kadang
kadang dapat digunakan penilaian acuan norma, untuk maksud khusus
tertentu sesuai dengan kegunaannya, seperti untuk memilih peserta didik
masuk rombongan belajar yang mana, untuk mengelompokkan peserta didik
dalam kegiatan belajar, dan untuk menyeleksi peserta didik yang mewakili
sekolah dalam lomba antar-sekolah.

8. Teknik Penilaian

Berbagai macam teknik penilaian dapat dilakukan secara komplementer


(saling melengkapi) sesuai dengan kompetensi yang dinilai. Teknik penilaian
yang dimaksud antara lain melalui tes, observasi, penugasan, inventori,
jurnal, penilaian diri, dan penilaian antar teman yang sesuai dengan
karakteristik kompetensi dan tingkat perkembangan peserta didik.

1. Tes adalah pemberian sejumlah pertanyaan yang jawabannya dapat benar


atau salah. Tes dapat berupa tes tertulis, tes lisan, dan tes praktik atau tes
kinerja. Tes tertulis adalah tes yang menuntut peserta tes memberi
jawaban secara tertulis berupa pilihan dan/atau isian. Tes yang
jawabannya berupa pilihan meliputi pilihan ganda, benar salah, dan
menjodohkan. Sedangkan tes yang jawabannya berupa isian dapat
berbentuk isian singkat dan/atau uraian. Tes lisan adalah tes yang
dilaksanakan melalui komunikasi langsung (tatap muka) antara peserta
didik dengan pendidik. Pertanyaan dan jawaban diberikan secara lisan.
Tes praktik (kinerja) adalah tes yang meminta peserta didik melakukan
perbuatan/mendemonstasikan/ menampilkan keterampilan. Dalam
rancangan penilaian, tes dilakukan secara berkesinambungan melalui
berbagai macam ulangan dan ujian. Ulangan meliputi ulangan harian,
ulangan tengah semester, ulangan akhir semester,dan ulangan kenaikan
kelas. Sedangkan ujian terdiri atas ujian nasional dan ujian sekolah.

2. Observasi adalah penilaian yang dilakukan melalui pengamatan terhadap


peserta didik selama pembelajaran berlangsung dan/atau di luar kegiatan

13
pembelajaran. Observasi dilakukan untuk mengumpulkan data kualitatif
dan kuantitatif sesuai dengan kompetensi yang dinilai, dan dapat
dilakukan baik secara formal maupun informal. Penilaian observasi
dilakukan antara lain sebagai penilaian akhir kelompok mata pelajaran
agama dan akhlak mulia, kelompok mata pelajaran kewarganegaraan dan
kepribadian, kelompok mata pelajaran estetika, serta kelompok mata
pelajaran jasmani, olahraga, dan kesehatan.

3. Penugasan adalah pemberian tugas kepada peserta didik baik secara


perorangan maupun kelompok. Penilaian penugasan diberikan untuk
penugasan terstruktur dan kegiatan mandiri tidak terstruktur, dan dapat
berupa praktik di laboratorium, tugas rumah, portofolio, projek,dan/atau
produk.

4. Portofolio adalah kumpulan dokumen dan karya-karya peserta didik


dalam bidang tertentu yang diorganisasikan untuk mengetahui minat,
perkembangan prestasi, dan kreativitas peserta didik (Popham, 1999).
Bentuk ini cocok untuk mengetahui perkembangan unjuk kerja peserta
didik dengan menilai bersama karya-karya atau tugastugas yang
dikerjakannya. Peserta didik dan pendidik perlu melakukan diskusi untuk
menentukan skor. Pada penilaian portofolio, peserta didik dapat
menentukan karya-karya yang akan dinilai, melakukan penilaian sendiri
kemudian hasilnya dibahas. Perkembangan kemampuan peserta didik
dapat dilihat pada hasil penilaian portofolio. Teknik ini dapat dilakukan
dengan baik apabila jumlah peserta didik yang dinilai sedikit.

5. Projek adalah tugas yang diberikan kepada peserta didik dalam kurun
waktu tertentu. Peserta didik dapat melakukan penelitian melalui
pengumpulan, pengorganisasian, dan analisis data,serta pelaporan hasil
kerjanya. Penilaian projek dilaksanakan terhadap persiapan,
pelaksanaan,dan hasil.

14
6. Produk (hasil karya) adalah penilaian yang meminta peserta didik
menghasilkan suatu hasilkarya. Penilaian produk dilakukan terhadap
persiapan, pelaksanaan/proses pembuatan, dan hasil.

7. Inventori merupakan teknik penilaian melalui skala psikologis yang


dipakai untuk mengungkapkan sikap, minat, dan persepsi peserta didik
terhadap objek psikologis.

8. Jurnal merupakan catatan pendidik selama proses pembelajaran yang


berisi informasi hasil pengamatan terhadap kekuatan dan kelemahan
peserta didik yang berkait dengan kinerja ataupun sikap dan perilaku
peserta didik yang dipaparkan secara deskriptif.

9. Penilaian diri merupakan teknik penilaian dengan cara meminta peserta


didik untuk menilai dirinya sendiri mengenai berbagai hal. Dalam
penilaian diri, setiap peserta didik harus mengemukakan kelebihan dan
kekurangan dirinya secara jujur.

10. Penilaian antarteman merupakan teknik penilaian dengan cara meminta


peserta didik mengemukakan kelebihan dan kekurangan temannya dalam
berbagai hal secara jujur.

11. Kombinasi penggunaan berbagai teknik penilaian di atas akan


memberikan informasi yang lebihakurat tentang kemajuan belajar peserta
didik.

15
9. Prinsip Penilaian

Beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam penilaian hasil belajar peserta
didik antara lain:

1. Penilaian ditujukan untuk mengukur pencapaian kompetensi;

2. Penilaian menggunakan acuan kriteria yakni berdasarkan pencapaian


kompetensi peserta didik setelah mengikuti proses pembelajaran;

3. Penilaian dilakukan secara menyeluruh dan berkelanjutan;

4. Hasil penilaian ditindaklanjuti dengan program remedial bagi peserta didik


yang pencapaiankompetensinya di bawah kriteria ketuntasan dan program
pengayaan bagi peserta didik yang telah memenuhi kriteria ketuntasan;

5. Penilaian harus sesuai dengan kegiatan pembelajaran. Penilaian hasil


belajar peserta didik harus memperhatikan prinsipprinsip sebagai berikut:

a. Sahih (valid), yakni penilaian didasarkan pada data yang


mencerminkan kemampuan yangdiukur;
b. Objektif, yakni penilaian didasarkan pada prosedur dan kriteria yang
jelas, tidak dipengaruhi subjektivitas penilai;
c. Adil, yakni penilaian tidak menguntungkan atau merugikan peserta
didik, dantidak membedakan latar belakang sosialekonomi, budaya,
agama, bahasa, suku bangsa, dan jender;
d. Terpadu, yakni penilaian merupakan komponen yang tidak terpisahkan
dari kegiatan pembelajaran;
e. Terbuka, yakni prosedur penilaian, kriteria penilaian, dan dasar
pengambilan keputusan dapat diketahui oleh pihak yang
berkepentingan;
f. Menyeluruh dan berkesinambungan, yakni penilaian mencakup semua
aspek kompetensidengan menggunakan berbagai teknik yang sesuai,
untuk memantau perkembangan kemampuan peserta didik;

16
g. Sistematis, yakni penilaian dilakukan secara berencana dan bertahap
dengan mengikuti langkah-langkah yang baku;
h. Menggunakan acuan kriteria, yakni penilaian didasarkan pada ukuran
pencapaian kompetensi yang ditetapkan;
i. Akuntabel, yakni penilaian dapat dipertanggungjawabkan, baik dari
segi teknik, prosedur,maupun hasilnya.

17
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Secara khusus, dalam konteks pembelajaran di kelas, penilaian dilakukan


untuk mengetahui kemajuan dan hasil belajar peserta didik, mendiagnosa
kesulitan belajar, memberikan umpan balik/perbaikan proses belajar
mengajar, dan penentuan kenaikan kelas. Melalui penilaian dapat diperoleh
informasi yang akurat tentang penyelenggaraan pembelajaran dan
keberhasilan belajar peserta didik, guru, serta proses pembelajaran itu sendiri.

Berdasarkan informasi itu, dapat dibuat keputusan tentang pembelajaran,


kesulitan peserta didik dan upaya bimbingan yang diperlukan serta
keberadaan kurikulum itu sendiri. Dalam pelaksanaan kurikulum berbasis
kompetensi, pendekatan penilaian yang digunakan adalah penilaian yang
mengacu kepada kriteria atau patokan.

Dalam hal ini prestasi peserta didik ditentukan oleh kriteria yang telah
ditetapkan untuk penguasaan suatu kompetensi. Meskipun demikian, kadang
kadang dapat digunakan penilaian acuan norma, untuk maksud khusus
tertentu sesuai dengan kegunaannya, seperti untuk memilih peserta didik
masuk rombongan belajar yang mana, untuk mengelompokkan peserta didik
dalam kegiatan belajar, dan untuk menyeleksi peserta didik yang mewakili
sekolah dalam lomba antar-sekolah

18
DAFTAR PUSTAKA

Abdul Majid, Perencanaan Pembelajaran, cet 1 ( Bandung: PT Remaja


Rosydakarya, 2005)
Darwansyah, dkk, Strategi Belajar Mengajar, (Jakarta: Diadit Media, 2009).
Prayitno, S. Motivasi dalam Belajar, (Jakarta: Depdikbud Dirjen Dikti, 1984).
Yudi Kustiana, https://yudikustiana.wordpress.com/2011/05/25/ruang-lingkup-
penilaian-hasil-belajar-siswa/, akses 13 September 2016.

19

Anda mungkin juga menyukai