Anda di halaman 1dari 25

LAPORAN MINI RISET PSIKOLOGI AGAMA

PERTUMBUHAN DAN PERKEMBANGAN JIWA BERAGAMA

PADA USIA 14-16 TAHUN

Mini Riset ini disusun untuk memenuhi tugas kelompok 8

Pada Mata Kuliah Psikologi Agama

Dosen Pengampu: Ramadan Lubis, M.Ag

Disusun Oleh:

Kelompok 8

Imam Ismail Telaumbanua 0301201040

Najla Puteri Aqilla 0301202145

Suliatun Nisa 0301202231

PAI 5 Semester VI

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI

SUMATERA UTARA

MEDAN

2023
KATA PENGANTAR

Bismillahirrahmanirrahim

Assalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh

Alhamdulillah, puji syukur penulis ucapkan atas kehadirat Allah Swt. yang telah
memberikan rahmat dan hidayah-Nya serta masih memberikan penulis kesehatan, sehingga
penulis dapat menyelesaikan tugas Mini Riset ini dengan judul Pertumbuhan dan
Perkembangan Jiwa Beragama Pada Usia 14-16 Tahun. Tugas ini disusun untuk memenuhi
salah satu tugas kelompok pada mata kuliah Psikologi Agama. Tidak lupa pula shalawat serta
salam tercurahkan kepada Nabi Muhammad SAW. semoga syafaatnya mengalir pada kita di
hari akhir kelak. Aamiin.

Penulis mengucapkan terima kasih kepada Bapak Ramadan Lubis, M.Ag selaku dosen
pembimbing pada mata kuliah Psikologi Agama dan segenap pihak yang telah memberikan
bimbingan serta arahan dalam penulisan Mini Riset ini.

Penulis menyadari bahwa masih banyak sekali kekurangan dan kekeliruan di dalam
penulisan tugas ini, baik dari segi tanda baca, tata bahasa maupun isi. Oleh karena itu, kritik
dan saran yang membangun penulis harapkan dari para pembaca guna untuk meningkatkan dan
memperbaiki tugas ini dan untuk pembuatan tugas lain pada waktu yang akan mendatang.
Semoga Mini Riset ini dapat bermanfaat bagi para pembaca dan bagi penulis. Aamiin.

Wassalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh

Medan, 06 Mei 2023

Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ............................................................................................................... i

DAFTAR ISI............................................................................................................................. ii

BAB I : PENDAHULUAN ...................................................................................................... 1

A. Latar Belakang Masalah ................................................................................................ 1


B. Rumusan Masalah .......................................................................................................... 2
C. Tujuan Penelitian ........................................................................................................... 3
D. Manfaat Penelitian ......................................................................................................... 3

BAB II : KAJIAN TEORI ....................................................................................................... 4

A. Pengertian Pertumbuhan ................................................................................................ 4


B. Pengertian Perkembangan .............................................................................................. 5
C. Pengertian Jiwa Keberagamaan ..................................................................................... 5
D. Perkembangan Jiwa Keberagamaan Pada Remaja Usia 14-16 Tahun........................... 7
E. Pengertian Ranah Kognitif, Afektif dan Psikomotorik ................................................ 10

BAB III : METODE PENELITIAN..................................................................................... 12

A. Metode Penelitian ........................................................................................................ 12


B. Tempat dan Waktu Penelitian ...................................................................................... 12
C. Sumber Data................................................................................................................. 12
D. Teknik Pengumpulan Data ........................................................................................... 13

BAB IV : HASIL DAN PEMBAHASAN ............................................................................. 15

A. Hasil Penelitian ............................................................................................................ 15


B. Pembahasan.................................................................................................................. 17
C. Dokumentasi ................................................................................................................ 19

BAB V : PENUTUP ............................................................................................................... 20

A. Kesimpulan .................................................................................................................. 20
B. Saran ............................................................................................................................ 21

DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................................. 22

ii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah


Isitilah pertumbuhan dan perkembangan pada dasarnya memiliki arti atau makna yang
berbeda, namun keduanya saling melengkapi. Pribadi yang tumbuh berbeda dengan pribadi
yang berkembang. Pertumbuhan adalah perubahan secara fisiologis sebagai hasil dari
proses kematangan fungsi-fungsi fisik yang berlangsung secara normal pada anak yang
sehat dan berjalan dalam waktu yang tertentu. Pengertian lain dari pertumbuhan adalah
perubahan kuantitatif pada material (fisiologis) sebagai akibat dari pengaruh lingkungan
dan ditandai oleh semakin besar dan bertambahnya ukuran fisik dari yang tidak ada menjadi
ada, dari kecil menjadi besar, dari sedikit menjadi banyak, dari sempit menjadi luas dan
lain sebagainya. Jadi, pertumbuhan merupakan perubahan kuantitatif yang berkaitan
dengan sekian besarnya ukuran badan atau fisiologis seseorang sebagai akibat dari
lingkungan dan lain sebagainya yang dapat diukur dan nyata atau tidak abstrak.
Sedangkan perkembangan adalah suatu proses perubahan yang lebih mencerminkan
pada gejala-gejala psikologis yang tampak. Istilah perkembangan merupakan perubahan
psikofisik sebagai hasil dari proses pematangan fungsi psikis dan fisik yang ditunjang oleh
faktor lingkungan dan proses belajar dalam waktu tertentu. Jadi, perkembangan adalah
perubahan individu baik fisik maupun psikis yang berlangsung sepanjang hayat dan terjadi
secara teratur dan bertahap. Sedangkan pertumbuhan adalah perubahan yang hanya terbatas
pada fisik yang dialami oleh individu.
Perkembangan jiwa agama pada masa remaja bersifat berurutan mengikuti sikap
keberagamaan orang-orang yang ada disekitarnya. Secara singkat, perkembangan jiwa
agama anak-anak remaja yaitu ibadah mereka karena dipengaruhi oleh keluarga, teman,
lingkungan, dan peraturan sekolah. Belum muncul dari kesadaran mereka secara mandiri.
Dan kegiatan keagamaan lebih banyak dipengaruhi oleh kondisi emosional dan pengaruh
luar diri.
Perkembangan jiwa agama pada usia ini adalah menerima ajaran dan perilaku agama
dengan dilandasi kepercayaan yang semakin mantap. Kemantapan jiwa agama pada diri
mereka disebabkan oleh beberapa hal, yaitu timbulnya kesadaran untuk melihat pada
dirinya sendiri. Dengan semakin matangnya organ fisik, psikis, dan pikiran maka remaja
semakin banyak merenungkan dirinya sendiri, baik kekurangan maupun kelebihannya,

1
serta persiapan-persiapan masa depannya. Kesadaran ini akan mengarahkan mereka untuk
berpikir secara mendalam tentang ajaran dan perilaku agamanya.
Selanjutnya, timbulnya keinginan untuk tampil di depan umum (sosial) guna
menunjukkan eksistensi diri dan belajar mengambil peran-peran sosial. Termasuk dalam
bidang keagamaan, remaja di usia ini termotivasi untuk terlibat secara aktif, misalnya
terlibat dalam kegiatan remaja Masjid, mengajar di Taman Pendidikan Al-Qur’an (TPA)
dan sebagainya. Keterlibatan mereka dalam kegiatan keagamaan bukan sekedar mencari
pahala atau menebus dosa, namun lebih disebabkan karena keinginan yang kuat untuk
mendapatkan pengakuan dari lingkungan sekitarnya, dimana pengakuan tersebut penting
untuk membangun kepercayaan diri dan kepuasan batin mereka.
Dengan semakin mantapnya jiwa keagamaan di usia ini dan dibarengi dengan
kedalaman ilmu agama, maka remaja akan semakin berusaha meninggalkan segala bentuk
bid’ah dan khurofat dalam beragama, seperti datang ke dukun, belajar ilmu kebal, atau
memakai jimat. Mereka akan cenderung pada kegiatan keberagamaan yang bersifat formal.
Namun sebaliknya pada remaja yang kurang mendalam ilmu agamanya dan kurang matang
jiwa keagamaannya, mereka akan cenderung memilih hal-hal negatif yang bertentangan
dengan syari’at agama, misalnya dengan mendatangi dukun, atau memakai jimat untuk
kekebalan tubuh. Perilaku yang tidak rasional ini mereka pilih sebagai salah satu upaya
untuk mendapat pengakuan dari orang-orang disekitarnya agar mereka dianggap hebat dan
memiliki kelebihan.

B. Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalah pada mini riset ini yaitu, sebagai berikut:
1. Bagaimana pertumbuhan dan perkembangan Kognitif jiwa keberagamaan pada usia 14-
16 tahun?
2. Bagaimana pertumbuhan dan perkembangan Afektif jiwa keberagamaan pada usia 14-
16 tahun?
3. Bagaimana pertumbuhan dan perkembangan Psikomotorik jiwa keberagamaan pada
usia 14-16 tahun?

2
C. Tujuan Penelitian
Adapun tujuan penelitian dari mini riset ini yaitu, sebagai berikut:
1. Untuk memenuhi salah satu tugas kelompok pada mata kuliah Psikologi Agama
2. Untuk mengetahui pertumbuhan dan perkembangan Kognitif jiwa keberagamaan pada
usia 14-16 tahun
3. Untuk mengetahui pertumbuhan dan perkembangan Afektif jiwa keberagamaan pada
usia 14-16 tahun
4. Untuk mengetahui pertumbuhan dan perkembangan Psikomotorik jiwa keberagamaan
usia 14-16 tahun

D. Manfaat Penelitian
Adapun manfaat dari dilakukannya mini riset ini adalah untuk menambah pengetahuan
dan pengalaman penulis untuk melatih penulis mengadakan mini riset mengenai penelitian
kualitatif. Selain itu, untuk mengetahui bagaimana pertumbuhan dan perkembangan
Kognitif, Afektif dan Psikomotorik jiwa keberagamaan pada usia 14-16 tahun.

3
BAB II

KAJIAN TEORI

A. Pengertian Pertumbuhan
Pertumbuhan (growth) merupakan peningkatan jumlah dan besar sel diseluruh bagian
tubuh. Pertumbuhan adalah perubahan secara fisiologis sebagai hasil dari proses
pematangan fungsi-fungsi fisik yang berlangsung secara normal pada anak yang sehat pada
waktu yang normal. Pertumbuhan dapat juga diartikan sebagai proses transmisi dari
konstitusi fisik (keadaan tubuh atau keadaan jasmaniah) yang herediter dalam bentuk
proses aktif secara berkesinambungan. Pertumbuhan merupakan perubahan-perubahan
biologis, anatomis dan fisiologis manusia, misalnya perubahan dari bentuk tubuh bayi
menjadi kanak-kanak, dari kanak-kanak berubah menjadi remaja, remaja menjadi
orang dewasa.
Pertumbuhan juga diartikan sebagai perubahan yang terjadi secara kuantitatif yang
meliputi peningkatan ukuran dan struktur. Pertumbuhan adalah berkaitan dengan masalah
perubahan dalam besar, jumlah, ukuran atau dimensi tingkat sel organ maupun individu
yang bisa diukur dengan berat, ukuran panjang, umur tulang, dan keseimbangan metabolik.
Pertumbuhan adalah suatu proses bertambahnya jumlah sel tubuh suatu organism yang
disertai dengan pertambahan ukuran, berat, serta tinggi yang bersifat irreversible (tidak
dapat kembali pada keadaan semula). Pertumbuhan lebih bersifat kuantitatif, di mana suatu
organisme yang kecil menjadi lebih besar seiring dengan pertambahan waktu.1
Istilah pertumbuhan mengacu pada perubahan yang bersifat kuantitas, sedangkan
perkembangan lebih mengarah kepada kualitas.Konsep pertumbuhan lebih mengarah ke
fisik yang bersifat pasti seperti dari kecil menjadi besar, dari pendek atau rendah menjadi
tinggi dan lain-lain. Sifat dari pertumbuhan tidak dapat kembali ke bentuk semula,
contohnya dari pendek menjadi tinggi tetapi tidak mungkin dari tinggi menjadi pendek lagi.
Selain itu yang terpenting dari pertumbuhan adalah terjadinya proses pematangan fisik
yang ditandai dengan makin kompleksnya sistem jaringan otot, sistem saraf maupun fungsi
organ tubuh, kematangan tersebut menyebabkan organ fisik merasa siap untuk dapat
melakukan tugas-tugas dan aktivitas sesuai dengan tahap perkembangan individu. Di saat
inilah anak mulai mampu berkembang dan melakukan aktivitas untuk mengembangkan
seluruh potensi kognitif, dan afeksi dengan baik.

1
Masganti Sit, Perkembangan Peserta Didik, (Medan: Perdana Publishing, 2012), hlm. 1.

4
B. Pengertian Perkembangan
Perkembangan (development) adalah perubahan secara berangsur-angsur dan
bertambah sempurnanya fungsi alat tubuh, meningkat dan meluasnya kapasitas seseorang
melalui pertumbuhan, kematangan, atau kedewasaan, dan pembelajaran. Perkembangan
merupakan perubahan-perubahan psikis dan motoriknya, misalnya belajar berjalan, belajar
berbahasa, bermain, berpikir konkret, berpikir abstrak, dan sebagainya.2
Perkembangan adalah bertambah kemampuan atau skill dalam struktur dan fungsi
tubuh yang lebih kompleks dalam pola teratur dan dapat diramalkan sebagai hasil proses
pematangan. Perkembangan menyangkut adanya proses pematangan sel-sel tubuh jaringan
tubuh, organ-organ, dan sistem organ yang berkembang dengan menurut caranya, sehingga
dapat memenuhi fungsinya.3
Perkembangan berarti segala perubahan kualitatif dan kuantitatif yang menyertai
pertumbuhan dan proses kematangan manusia. Perkembangan merupakan proses
menyeluruh ketika individu beradapatasi dengan lingkungannya. Perkembangan terjadi
sepanjang kehidupan manusia dengan tahapan-tahapan tertentu. Perkembangan manusia
dimulai sejak masa bayi sampai usia lanjut.4
Perkembangan dapat diartikan sebagai akibat dari perubahan kematangan dan kesiapan
fisik yang memiliki potensi untuk melakukan suatu aktivitas, sehingga individu telah
mempunyai suatu pengalaman. Dengan pengalaman ini, ia akan dapat melakukan suatu
aktivitas yang sama dalam waktu mendatang. Tolok ukur untuk melihat adanya
perkembangan seseorang individu ialah pada aspek kemampuan yang dimiliki sesuai
dengan tahap perkembangannya. Dengan membandingkan keadaan satu fase dengan fase
berikutnya maka apabila terjadi peningkatan pada fase sesudahnya dari pada fase
sebelumnya, maka individu telah mengalami fase perkembangan.

C. Pengertian Jiwa Keberagamaan


Jiwa adalah roh yang ada di dalam tubuh manusia dan menyebabkannya hidup.5
Manusia memiliki dua unsur yakni roh dan jasad, dua hal tersebut saling berkaitan. Jasad

2
Ki Fudyartanta, Psikologi Perkembangan, (Yogyakarta: Pustaka Belajar, 2012), hlm. 81.
3
Masganti Sit, Perkembangan Peserta Didik, (Medan: Perdana Publishing, 2012), hlm. 1-2.
4
Aliah B. Purwakania Hasan, Psikologi Perkembangan Islami: Menyingkap Rentang Kehidupan
Manusia dari Prakelahiran Hingga Pascakematian, Edisi 1, (Jakarta: PT Rajagrafindo Persada, 2006), hlm. 13.
5
Tim Penyusun Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa, Kamus Besar Bahasa Indonesia, Edisi
Kedua, Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, (Jakarta: Balai Pustaka, 1996), hlm. 364.

5
dikatakan hidup apabila memiliki roh, dan apabila roh sudah tercabut dari jasad, maka
manusia tersebut dikatakan mati. Jiwa sering juga disebut dengan rohani yang merupakan
aspek individu dan bersikap abstrak, immaterial, tidak dapat diamati dan kekal. Pada
kenyataannya, jiwa itu tidak dapat dibagi bagi, dan pada prinsipnya, antara jasmani dan
rohani keduanya merupakan satu kesatuan.
Dalam bahasa Indonesia agama berasal dari bahasa sansekerta yang artinya tidak kacau,
diambil dari suku kata ”a'” berarti tidak dan “agama” berarti kacau. Secara rincinya, agama
ialah peraturan yang mengatur manusia agar tidak kacau. Kata agama dapat disamakan
dengan kata religion (Inggris), reliegie (Belanda), atau berasal dari bahasa Latin religio
yaitu akar kata religare yang berarti mengikat. Dan dalam bahasa arab dikenal dengan kata
“Dien”.6 Sedangkan agama menurut bahasa berarti kepercayaan kepada Tuhan dengan
ajaran kebaktian dan kewajiban-kewajiban yang bertalian dengan kepercayaan itu.
Jadi seseorang yang menganut suatu agama harus percaya adanya Tuhan yang maha
kuasa dengan mengikuti semua ajaran-ajaran yang diperintahkan oleh Tuhan, misalkan
seseorang yang menganut ajaran agama Islam, maka dengan sendirinya dia harus mamatuhi
segala peraturan dan hukum-hukum yang terdapat pada ajaran agama itu agar
kehidupannya berjalan dengan baik atau tidak kacau. Agama juga mamiliki pengertian
sebagai proses hubungan manusia yang dirasakan terhadap sesuatu yang diyakininya
bahwa sesuatu itu lebih tinggi.
Dari pengertian diatas, maka dapat disimpulkan bahwa agama merupakan kepercayaan
kepada Tuhan dengan ajaran kebaktian dan kewajiban-kewajiban yang sesuai atau
berkaitan dengan kepercayaan, ajaran-ajaran itu berisi peraturan-peraturan yang mengatur
manusia agar hidupnya terarah dan tidak kacau serta patuh dan taat kepada yang disembah.
Jadi jiwa keagamaan merupakan bagian inter psikis manusia, dalam pengertian yang
lebih lengkap jiwa keagamaan merupakan kemampuan interen psikis manusia berupa
kepercayaan-kepercayaan kepada Tuhan dengan ajaran kebaktian dan kewajiban-
kewajiban yang sesuai dengan kepercayaan itu menuju kepada keadaan yang lebih baik dan
akan membawa perubahan kepada pembentukan kesadaran beragama yang lebih mantap
pada manusia. Hal ini dapat dilihat dari tingkah laku individunya dalam kehidupan sehari-
hari.

6
Dadang Kahmad, Metode Penelitian Agama Perspektif Ilmu Perbandingan Agama, (Bandung: Pustaka
Setia, 2000), hlm. 21.

6
D. Perkembangan Jiwa Keberagamaan Pada Remaja Usia 14-16 Tahun
1. Perasaan Beragama Pada Remaja
Perasaan remaja terhadap Allah bukanlah tetap dan stabil, akan tetapi adalah
perasaan yang tergantung pada perubahan-perubahan emosi yang sangat cepat,
terutama pada masa remaja pertama. Kebutuhan akan Allah misalnya, kadang- kadang
tidak terasa jika jiwa mereka dalam keadaan aman, tentram dan tenang. Sebaliknya,
Allah sangat dibutuhkan apabila mereka dalam keadaan gelisah, karena menghadapi
musibah atau bahaya yang mengancam ketika ia takut gagal atau merasa berdosa.7

2. Sikap Remaja dalam Beragama


Ada empat sikap remaja dalam beragama, yaitu:
a) Percaya ikut- ikutan. Percaya ikut-ikutan ini biasanya dihasilkan oleh didikan
agama secara sederhana yang didapat dari keluarga dan lingkungannya. Namun
demikian biasanya hanya terjadi pada masa remaja awal (usia 13-16 tahun). Setelah
itu biasanya berkembang kepada cara yang lebih kritis dan sadar sesuai dengan
perkembangan psikisnya.
b) Percaya dengan penuh kesadaran. Semangat keagamaan dimulai dengan melihat
kembali tentang masalah- masalah keagamaan yang mereka miliki sejak kecil.
Mereka ingin menjalankan agama sebagai suatu lapangan yang baru untuk
membuktikan pribadinya, karena ia tidak mau lagi beragama secara ikut- ikutan
saja. Biasanya semangat agama tersebut terjadi pada usia 17 tahun atau 18 tahun.
c) Percaya, tetapi agak ragu- ragu. Keraguan kepercayaan remaja terhadap agamanya
dapat dibagi menjadi dua yaitu keraguan disebabkan kegoncangan jiwa dan
terjadinya proses perubahan dalam pribadinya. Hal ini merupakan kewajaran.
Keraguan disebabkan adanya kontradiksi atas kenyataan yang dilihatnya dengan
apa yang diyakininya, atau dengan pengetahuan yang dimiliki.
d) Tidak percaya atau cenderung ateis. Perkembangan kearah tidak percaya pada tuhan
sebenarnya mempunyai akar atau sumber dari masa kecil. Apabila seorang anak
merasa tertekan oleh kekuasaan atau kezaliman orang tua, maka ia telah memendam
sesuatu tantangan terhadap kekuasaan orang tua, selanjutnya terhadap kekuasaan
apa pun, termasuk kekuasaan Allah SWT.8

7
Ramadan Lubis, Psikologi Agama, (Medan: Perdana Publishing, 2019), hlm. 104.
8
Ramadan Lubis, Psikologi Agama, (Medan: Perdana Publishing, 2019), hlm. 105-106.

7
3. Faktor yang Mempengaruhi Remaja dalam Beragama
Kehidupan beragama pada masa remaja masih mengalami pasang suut kadang-
kadang remaja beribadah tetapi kadang-kadang tidak sama sekali. Pada masa ini
kehidupan beragama remaja belum dapat dikatakan stabil dan mantap. Masih mudah
menerima pengaruh dari ideologi lainnya. Hal tersebut disebabkan karena situasi psikis
yang mengalami goncangan-goncangan dan perasaan-perasaan yang tegang. Bila
perasaannya dalam situasi yang tenang, karena mendapat perlakuan yang adil atau
mendapat kasih sayang dari orang tua, maka perasaan agama menjadi lebih maju dan
pengalaman keagamaan dilakukan dengan penuh kesadaran.
Dalam menuju kedewasaan beragama tidaklah akan berjalan secara monoton.
Dalam proses pendewasaan beragama pastilah terjadi hambatan-hambatan yang
mempengaruhinya.
Ada dua faktor yang mempengaruhi remaja dalam beragama, di antaranya
yaitu9 faktor eksternal dan faktor internal. Faktor eksternal mencakup lingkungan
keluarga (ayah, ibu dan anak-anak), lingkungan institusional (sekolah ataupun
organisasi) dan lingkungan masyarakat (warga sekitar). Adapun faktor internal
mencakup hereditas, tingkat usia, kepribadian dan kondisi kejiwaan.

4. Pendidikan Agama Pada Remaja


Walaupun anak telah mamasuki usia remaja, sudah berada pada jenjang akil
baligh, orangtua harus tetap menunjukkan kepeduliannya terhadap perkembangan
pendidikan keimanan dan amal ibadah anak. Kepedulian itu dapat ditunjukkan dalam
bentuk pertanyaan, dialog, diskusi, musyawarah atau memperhatikan sikap dan
prilakunya, secara individu layaknya teman sebaya, dan bukan dengan cara
memperlakukannny seperti anak kecil, tetapi menganggapnya seperti seorang sahabat.
Dalam uraian panjang Zakiah Daradjat, menjelaskan tentang bagaimana
perkembagnan fisik dan psikis keagamaan anak melewati masa kanak-kanaknya, beliau
menyatakan: Setelah si anak mulai berusia 12 tahun, dengan demikian anak pun
memasuki gerbang tradisi awal. Ia beralih dari masa kanak-kanak yang terkenal tenang,
tidak banyak debat dan soal, mereka mulai memasuki masa kegoncangan jiwa atau
masa krisis awal. Perubahan ini lebih disebabkan perkembagnan di segala aspek
dirinya. Pertumbuhan jasmani yang pada usia sekolah tampak serasi, seimbang dan

9
Bambang Syamsul Arifin, Psikologi Agama, (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2005), hlm 227).

8
tidak terlalu drastis, mulai berubah ke arah yang tidak seimbang. Dan berjalan sangat
cepat, yang menyebabkan anak mengalami kesukaran.
Kemantapan kesadaran beragama pada setiap individu tidak sama atau tidak
ditentukan oleh usia. Sebab terkadang orang dewasa yang sudah berumur 40 tahun
belum tentu memiliki kesadaran beragama yang baik, umur seseorang belum tentu
sejalan dengan kedewasaan kepribadiannya, kematangan mental atau kemantapan
kesadaran beragama.
Hal ini disebabkan adanya faktor-faktor yang mempengaruhi diri individu
dalam rangka mencapai kesadaran beragama yang baik. Tercapainya kesadaran
beragama seseorang tergantung pada kecerdasan, kematangan alam perasaan,
kehidupan, motivasi, pengalaman hidup, dan keadaan lingkungan, sosial budaya.
Pada masa remaja ini, kepercayaan kepada Allah kadang sangat kuat, namun
juga kadang menjadi ragu dan berkurang. Dapat dilihat dari cara ibadahnya, kadang-
kadang rajin, terkadang juga sangat malas. Perasannya kepada Allah tergantung kepad
aperubahan pada emosi yang sedang dialaminya. Terkadang ia sangat membutuhkan
Allah, terutama ketika menghadapi bahaya, takut akan gagal atau merasa berdosa.
Namun terkadang mereka sangat cuek dan apatis kepada Allah, bila keadaan mereka
sedang senang, riang dan gembira.
Jiwa keagamaan pada remaja dapat diketahui bahwa perkembangan jiwa
keagamaannya masih labil. Masih mudah menerima pengaruh-pengaruh dari
lingkungan dan teman-teman sebaya. Pada masa ini juga potensial bagi masuknya
kultus religius baru. Oleh karena itu masih diperlukan bimbingan dan pengaruh dari
orang yang lebih dewasa dan berpengalaman. Hal ini untuk membantu remaja dalam
melalui masa yang sangat berat dalam menghadapi kesulitan-kesulitan di berbagai
aspek kehidupan lantaran adanya goncangan-goncangan batin dalam dirinya serta
pesatnya bimbingan jasmani dan rohani. Bimbingan ini juga merupakan tanggung
jawab bersama dari berbagai pihak diantaranya orang tua, guru, dan masyarakat.
Materi pendidikan agama yang pertama sekali yang harus diberikan oleh
orangtua/pendidik dalam usia transisi ini, diusahakan materi yang dapat membuat anak
menjadi tenang dan bergairah melaksanakan dan mempelajarinya, serta dapat juga
mencegah mereka dari perbuatan-perbuatan yang tercela, apalagi hingga mereka
mengalami konversi agama.

9
E. Pengertian Ranah Kognitif, Afektif dan Psikomotorik
1. Pengertian Ranah Kognitif
Ranah kognitif adalah ranah yang mencakup kegiatan mental (otak).10 Artinya,
segala upaya yang menyangkut aktivitas otak termasuk ke dalam ranah kognitif. Ranah
kognitif berkaitan dengan kemampuan intelektual atau kemampuan seseorang dalam
mempelajari ilmu pengetahuan. Hasil belajar dalam ranah kognitif erat kaitannya
dengan bertambahnya wawasan ilmu dan pengetahuan yang dimiliki oleh seseorang.
Seseorang akan memiliki pemahaman yang lebih baik setelah menempuh program
pelatihan.11
Tujuan belajar pada ranah kognitif dapat dinilai melalui tes tertulis maupun tes
lisan. Tes tertulis bisa berbentuk tes objektif (pilihan berganda, jawaban singkat, benar-
salah dan menjodohkan). Dan tes essay yang dapat dipergunakan untuk mengukur
kemampuan peserta didik dalam mengukur, menghubungkan, mengintegrasikan dan
menilai suatu ide.

2. Pengertian Ranah Afektif


Ranah afektif adalah ranah yang berkaitan dengan sikap dan nilai (value), dan
sikap seseorang dapat diketahui perubahannya apabila ia telah memiliki penguasaan
kognitif yang tinggi. Sikap adalah salah satu istilah bidang psikologi yang berhubungan
dengan persepsi dan tingkah laku. Istilah sikap melibatkan beberapa pengetahuan
tentang situasi, namun aspek paling esensial dalam sikap yaitu adanya perasaan atau
emosi, kecenderungan terhadap perbuatan yang berhubungan dengan pengetahuan.
Pendidikan afektif merupakan pendidikan yang sangat penting, untuk mencapai
tujuan pendidikan yang sebenarnya. Yaitu anak didik mampu dan mau mengamalkan
pengetahuan yang diperoleh dari dunia pendidikan dalam kehidupan sehari-hari.12
Ranah afektif terkait dengan kemauan seseorang dalam menerima dan mengamalkan
nilai dan norma yang dipelajari.
Secara positif, contoh ranah afektif sebagai hasil belajar adalah bertambahnya
apresiasi seseorang terhadap nilai atau norma yang diyakini kebenarannya. Ranah
afektif ini berkaitan dengan sikap, emosi, penghargaan dan penghayatan atau apresiasi

10
Asrul, dkk, Evaluasi Pembelajaran (Medan: Perdana Mulya Sarana, 2014), hlm. 99.
11
Benny A. Pribadi, Desain dan Pengembangan Program Pelatihan Berbasis Kompetensi: Implementasi
Model Addie, (Jakarta: Kencana, 2014), hlm. 94.
12
Darmiyati Zuchdi, Humanisasi Pendidikan: Menemukan Kembali Pendidikan Yang Manusiawi,
(Jakarta: Bumi Aksara, 2010), hlm. 67.

10
terhadap nilai, norma dan sesuatu yang sedang dipelajari. Ciri-ciri belajar afektif akan
tampak pada peserta didik dalam berbagai tingkah laku, seperti halnya perhatiannya
terhadap mata pelajaran Pendidikan Agama Islam akan meningkatkan kedisiplinannya
dalam mengikuti pelajaran agama di sekolah.

3. Pengertian Ranah Psikomotorik


Ranah psikomotorik adalah ranah yang berkaitan dengan keterampilan (skill)
atau kemampuan yang bertindak setelah seseorang menerima pengalaman belajar
tertentu. Hasil belajar psikomotorik ini sebenarnya kelanjutan dari hasil belajar pada
ranah afektif (kecenderungan berperilaku).
Ranah psikomotorik merupakan proses pengetahuan yang banyak didasarkan
dari pengembangan proses mental melalui aspek-aspek otot dan membentuk
keterampilan. Dalam pengembangannya, pendidikan psikomotorik selain proses
menggerakkan otot, juga telah berkembang dengan pengetahuan yang berkaitan dengan
keterampilan hidup.13
Ranah psikomotorik sebagai hasil belajar berhubungan dengan keterampilan
fisik yang dimiliki oleh seseorang untuk melakukan suatu tugas atau pekerjaan. Belajar
akan membuat seseorang memiliki keterampilan dalam melakukan sesuatu tugas dan
pekerjaan yang lebih baik daripada sebelumnya. Aspek psikomotorik erat kaitannya
dengan kemampuan yang dimiliki seseorang dalam melakukan kegiatan-kegiatan yang
bersifat fisik.

13
Sukardi, Evaluasi Pendidikan: Prinsip dan Operasionalnya, (Jakarta: Bumi Aksara, 2009), hlm. 76-
77.

11
BAB III

METODE PENELITIAN

A. Metode Penelitian
Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini yaitu metode penelitian
kualitatif dengan pendekatan deskriptif. Penelitian kualitatif adalah prosedur penelitian
yang dapat menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis ataupun lisan dari orang-
orang atau perilaku yang diamati.14 Penelitian kualitatif menghasilkan dan mengolah data
yang bersifat deskriptif seperti wawancara dan observasi. Adapun pendekatan deskriptif
adalah suatu rumusan masalah yang memandu penelitian untuk mengeksplorasi atau
mengamati yang akan diteliti secara menyeluruh dan mendalam.
Penelitian ini termasuk penelitian lapangan (field research). Maksudnya, peneliti akan
mendeskripsikan hasil penelitian yang berupa kata-kata tertulis yang diperoleh selama
menjalankan pengamatan dan wawancara dengan informan.

B. Tempat dan Waktu Penelitian


1. Alamat : Dusun II Pasar Lalang Desa Pematang Johar, Kecamatan Labuhan
Deli, Kabupaten Deli Serdang
2. Hari/Tanggal : Selasa/09 Mei 2023
3. Waktu : 12.30 WIB s/d Selesai

C. Sumber Data
Sumber data yang dimaksud dalam penelitian yaitu subjek dari mana data tersebut
diperoleh dan memiliki informasi yang jelas tentang bagaimana mengambil data tersebut
dan bagaimana data tersebut diolah. Adapun sumber data dalam penelitian ini di antaranya:
1. Sumber Data Primer
Data primer adalah data penelitian yang diperoleh secara langsung dari
seseorang atau sumber aslinya (tidak perantara). Sumber data primer diperoleh untuk
menjawab pertanyaan penelitian.15 Data primer ini diperoleh langsung dari narasumber
melalui wawancara dan observasi dengan anak usia 14 tahun yang bernama Sherli
Wardani.

14
Lexy J. Meleong, Metodologi Penelitian Kualitatif, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2007), hlm. 4.
15
Etta Mamang Sangaji dan Sopiah, Metodologi Penelitian: Pendekatan Praktis dalam Penelitian,
(Yogyakarta: Andi, 2010), hlm. 171.

12
2. Sumber Data Sekunder
Data sekunder adalah berupa data-data yang sudah tersedia dan dapat diperoleh
oleh peneliti dengan cara membaca, melihat dan mendengarkan. Data sekunder ini
biasanya dapat diperoleh dari data-data primer yang sudah diolah peneliti
sebelumnya.16 Adapun data sekunder dalam penelitian ini diperoleh dari buku-buku,
artikel, ataupun media massa.

D. Teknik Pengumpulan Data


Teknik pengumpulan data dilakukan yaitu untuk memperoleh data dan keterangan-
keterangan yang dibutuhkan dalam penelitian. Teknik pengumpulan data merupakan
langkah yang paling utama dalam penelitian, karena tujuan dari penelitian adalah untuk
mendapatkan data. Adapun teknik pengumpulan data dalam penelitian ini menggunakan
metode sebagai beriku:
1. Metode Pengamatan (Observasi)
Menurut bahasa, observasi artinya memperhatikan dengan penuh perhatian
sesuatu atau seseorang. Memperhatikan dengan penuh perhatian maksudnya yaitu
mengamati tentang apa yang terjadi. Observasi diartikan sebagai suatu proses melihat,
mengamati dan mencermati serta merekam perilaku secara sistematis untuk tujuan
tertentu. Observasi merupakan suatu kegiatan untuk mencari data yang dapat digunakan
untuk memberikan suatu kesimpulan.17
Adapun hasil observasi yang diperoleh peneliti yaitu memperoleh data yang
berhubungan dengan pertumbuhan dan perkembangan jiwa keberagamaan anak usia
14-16 tahun, yang beralamat di Dusun II Pasar Lalang Desa Pematang Johar,
Kecamatan Labuhan Deli, Kabupaten Deli Serdang.

2. Metode Wawancara (Interview)


Wawancara adalah percakapan dengan maksud tertentu. Percakapan ini
dilakukan oleh dua pihak, yaitu pewawancara (yang mengajukan pertanyaan) dan
terwawancara (yang memberikan jawaban atas pertanyaan tersebut).

16
Ibid., 172.
17
Uhar Suharsaputra, Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan Tindakan, (Bandung: Refika
Aditama, 2012), hlm. 209.

13
Metode wawancara digunakan peneliti untuk mewawancarai anak usia 14-16
tahun dengan membawa pertanyaan-pertanyaan yang lengkap mengenai pertumbuhan
dan perkembangan jiwa keberagamaan anak usia 14-16 tahun.

3. Metode Dokumentasi
Dokumentasi yaitu berupa setiap proses pembuktian yang didasarkan atas jenis
sumber apapun.18 Dalam hal ini, peneliti mencari data dari foto-foto hasil penelitian.
Metode ini lebih mudah dibandingkan dengan metode lain. Apabila terjadi kekeliruan,
sumber datanya masih tetap karena yang diamati bukan benda hidup. Metode
dokumentasi ini digunakan untuk mencari data sekunder.

18
Imam Gunawan, Metode Penelitian Kualitatif Teori dan Praktek, (Jakarta: Bumi Aksara, 2013), hlm.
175.

14
BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Penelitian
1. Temuan Umum
Adapun temuan umum yang didapatkan dari hasil penelitian yang telah
dilakukan yaitu berupa hasil profil biodata anak usia 15 tahun, yaitu sebagai berikut:
a. Nama Lengkap : Sherli Wardani
b. Tempat/Tanggal Lahir : Pematang Johar/10 Juli 2008
c. Umur : 14 Tahun
d. Jenis Kelamin : Perempuan
e. Alamat : Dusun II Pasar Lalang Desa Pematang Johar,
Kecamatan Labuhan Deli, Kabupaten Deli Serdang
f. Agama : Islam
g. Nama Ayah : Wisno
h. Nama Ibu : Siti Syahwani

2. Temuan Khusus
Adapun temuan khusus yang didapatkan dari hasil penelitian yang telah
dilakukan yaitu berupa hasil wawancara dan observasi mengenai pertumbuhan dan
perkembangan psikologi agama pada usia 14-16 tahun. Adapun hasil wawancara yang
telah dilakukan yaitu sebagai berikut:
a. Adik tahu rukun Islam? Coba sebutkan satu persatu!
Jawaban : Tau kak, membaca dua kalimat syahadat, sholat, puasa, zakat dan haji

b. Adik tahu rukun Iman? Coba sebutkan satu persatu!


Jawaban : Tau kak, iman kepada Allah SWT, iman kepada malaikat, iman kepada
kitab, iman kepada rasul, iman kepada hari kiamat dan iman kepada
qadha dan qadar

c. Coba adik sebutkan syarat sah sholat!


Jawaban : Berwudhu (suci dari hadats), menutup aurat, sudah masuk waktu
sholat, harus menghadap kiblat

15
d. Apa yang adik ketahui tentang hari akhir/hari kiamat?
Jawaban : Hari kiamat adalah hari berakhirnya kehidupan yang ada di dunia, hari
pembalasan

e. Adik tahu zakat? Coba sebutkan zakat apa saja yang adik ketahui!
Jawaban : Tau kak, zakat fitrah, zakat mal

f. Apa yang adik ketahui tentang qadha dan qadar?


Jawaban : Yang saya ketahui tentang qadha dan qadar yaitu takdir, dan takdir
tersebut ada yang bisa diubah dan tidak bisa diubah

g. Bagaimana pendapat adik jika ada seseorang yang makan ditempat sepi secara
diam-diam saat bulan puasa/ramadhan?
Jawaban : Pendapat saya orang tersebut salah, karena dia berbuka puasa sebelum
waktunya

h. Bagaimana adab yang baik kepada orang tua dan guru?


Jawaban : Sopan, mendengarkan ucapan orang tua dan guru dengan baik, kalau
disuruh harus mau

i. Bagaimana adab kita ketika membaca Al-Qur’an?


Jawaban : Berwudhu, harus tertutup auratnya, harus menjaga tingkah laku

j. Apakah adik selalu mengerjakan shalat fardhu 5 waktu setiap hari?


Jawaban : Tidak, shalat shubuh jarang dikerjakan karena jarang bangun shubuh,
seringnya shalat maghrib dan isya yang dikerjakan

k. Surah atau doa apa saja yang sudah adik hafal?


Jawaban : Surah Al-Fatihah, surah An-Nas, surah Al-Falaq, surah Al-Ikhlas,
surah Al-Kafirun, surah Al-Ma’un, surah An-Nasr, surah Al-Kautsar,
surah Al-Fil, surah Ad-Dhuha, surah At-Takasur, surah Al-Insyirah,
kalau doa yang dihafal doa masuk kamar mandi, keluar kamar mandi,
doa tidur, doa makan

16
l. Apa yang adik ketahui tentang perbedaan aqiqah dan kurban?
Jawaban : Aqiqah yaitu menyembelih hewan sebagai rasa syukur kepada Allah
terhadap anak yang dilahirkan, kalau kurban yaitu menyembelih hewan
ternak contohnya seperti sapi, lembu pada saat hari raya Idul Adha

m. Apakah adik sudah bisa membaca Al-Qur’an? Sudah juz berapa?


Jawaban : Sudah, juz 15, kemarin baru naik kak

n. Apakah sudah bisa membaca Al-Qur’an dengan baik dan benar sesuai panjang
pendeknya?
Jawaban : Masih ada yang kurang paham, gerogi, tapi paham mengenal hurufnya

B. Pembahasan
1. Pertumbuhan dan Perkembangan Kognitif Jiwa Keberagamaan Pada Usia 14-16
Tahun
Kognitif adalah ranah yang mencakup kegiatan mental (otak). Artinya, segala
upaya yang menyangkut aktivitas otak termasuk ke dalam ranah kognitif. Ranah
kognitif berkaitan dengan kemampuan intelektual atau kemampuan seseorang dalam
mempelajari ilmu pengetahuan. Hasil belajar dalam ranah kognitif erat kaitannya
dengan bertambahnya wawasan ilmu dan pengetahuan yang dimiliki oleh seseorang.
Setelah peneliti melakukan penelitian dan wawancara terhadap anak berumur 14 tahun
yang bernama Sherli Wardani, dapat diketahui bahwa kognitif jiwa beragamanya sudah
ada, ia tahu rukun iman, rukun islam, pengertian hari kiamat, qadha dan qadhar, zakat
dan juga thu syarat sah shalat.

2. Pertumbuhan dan Perkembangan Afektif Jiwa Keberagamaan Pada Usia 14-16


Tahun
Afektif adalah ranah yang berkaitan dengan sikap dan nilai (value), dan sikap
seseorang dapat diketahui perubahannya apabila ia telah memiliki penguasaan kognitif
yang tinggi. Sikap adalah salah satu istilah bidang psikologi yang berhubungan dengan
persepsi dan tingkah laku. Setelah peneliti melakukan wawancara kepada Sherli
Wardani, maka dapat diketahui bahwa ia tahu bagaimana adab terhadap kepada orang
tua dan guru, ia tau adab ketika membaca Al-Qur’an dan ia tahu adab ketika sedang
menjalankan puasa ramadhan.

17
3. Pertumbuhan dan Perkembangan Psikomotorik Jiwa Keberagamaan Usia 14-16
Tahun
Psikomotorik adalah ranah yang berkaitan dengan keterampilan (skill) atau
kemampuan yang bertindak setelah seseorang menerima pengalaman belajar tertentu.
Hasil belajar psikomotorik ini sebenarnya kelanjutan dari hasil belajar pada ranah
afektif (kecenderungan berperilaku). Ranah psikomotorik merupakan proses
pengetahuan yang banyak didasarkan dari pengembangan proses mental melalui aspek-
aspek otot dan membentuk keterampilan. Setelah peneliti melakukan wawancara
kepada Sherli Wardani, maka dapat diketahui bahwa ia sudah hafal surah dan do’a
seperti surah Al-Fatihah, surah An-Nas, surah Al-Falaq, surah Al-Ikhlas, surah Al-
Kafirun, surah Al-Ma’un, surah An-Nasr, surah Al-Kautsar, surah Al-Fil, surah Ad-
Dhuha, surah At-Takasur, surah Al-Insyirah. Dan doa yang sudah hafal yaitu doa masuk
kamar mandi, keluar kamar mandi, doa tidur dan doa makan. Sherli juga sudah Al-
Qur’an juz 15.

Berdasarkan hasil penelitian dan wawancara di atas, maka dapat disimpulkan bahwa,
Sherli Wardani sebagai narasumber dari penelitian ini ia memiliki jiwa keberagamaan yang
seimbang. Hal tersebut dapat dilihat dari hasil penelitian dan wawancara yang telah
dilakukan peneliti, ia sudah paham mengenai rukun islam, rukun iman, pengertian hari
kiamat, pengertian qadha dan qadar. Selain itu, Sherli juga sudah banyak menghafal surah-
surah pendek dan doa-doa, ia juga sudah mengetahui bagaimana adab kepada orang tua dan
guru serta adab ketika membaca Al-Qur’an.

18
C. Dokumentasi

19
BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian yang telah dipaparkan di atas, maka dapat disimpulkan
bahwa:
1. Pertumbuhan adalah perubahan secara fisiologis sebagai hasil dari proses pematangan
fungsi-fungsi fisik yang berlangsung secara normal pada anak yang sehat pada waktu
yang normal. Pertumbuhan juga dapat diartikan yaitu perubahan-perubahan biologis,
anatomis dan fisiologis manusia, misalnya perubahan dari bentuk tubuh bayi menjadi
kanak-kanak, dari kanak-kanak berubah menjadi remaja, remaja menjadi orang dewasa.
2. Perkembangan (development) adalah perubahan secara berangsur-angsur dan
bertambah sempurnanya fungsi alat tubuh, meningkat dan meluasnya kapasitas
seseorang melalui pertumbuhan, kematangan, atau kedewasaan, dan pembelajaran.
Perkembangan merupakan perubahan-perubahan psikis dan motoriknya, misalnya
belajar berjalan, belajar berbahasa, bermain, berpikir konkret, berpikir abstrak, dan
sebagainya.
3. Jiwa keagamaan merupakan bagian inter psikis manusia, dalam pengertian yang lebih
lengkap jiwa keagamaan merupakan kemampuan interen psikis manusia berupa
kepercayaan-kepercayaan kepada Tuhan dengan ajaran kebaktian dan kewajiban-
kewajiban yang sesuai dengan kepercayaan itu menuju kepada keadaan yang lebih baik
dan akan membawa perubahan kepada pembentukan kesadaran beragama yang lebih
mantap pada manusia. Hal ini dapat dilihat dari tingkah laku individunya dalam
kehidupan sehari-hari.
4. Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini yaitu metode penelitian
kualitatif dengan pendekatan deskriptif. Penelitian kualitatif adalah prosedur penelitian
yang dapat menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis ataupun lisan dari
orang-orang atau perilaku yang diamati. Adapun pendekatan deskriptif adalah suatu
rumusan masalah yang memandu penelitian untuk mengeksplorasi atau mengamati
yang akan diteliti secara menyeluruh dan mendalam.
5. Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini yaitu observasi,
wawancara dan dokumentasi. Adapun yang menjadi narasumber dalam penelitian ini
yaitu Sherli Wardani anak yang berusia 14 tahun.

20
B. Saran
Demikianlah laporan mini riset ini disusun, penulis berharap semoga apa yang tertuang
didalam laporan mini riset ini dapat bermanfaat dan dapat menambah wawasan serta
pengetahuan bagi pembaca dan penulis.
Penulis juga menyadari bahwa masih banyak kekurangan dalam penyusunan ataupun
ketika menyampaikan penelitian dan penulisan mini riset ini. Oleh sebab itu, kritik dan
saran yang membangun dari semua pihak sangat penulis harapkan demi memperbaikki
laporan mini riset berikutnya. Terima kasih.

21
DAFTAR PUSTAKA

Arifin, Bambang Syamsul. 2005. Psikologi Agama. Jakarta: Raja Grafindo Persada.

Asrul, dkk. 2014. Evaluasi Pembelajaran. Medan: Perdana Mulya Sarana.

Fudyartanta, Ki. 2012. Psikologi Perkembangan. Yogyakarta: Pustaka Belajar.

Gunawan, Imam. 2013. Metode Penelitian Kualitatif Teori dan Praktek. Jakarta: Bumi Aksara.

Hasan, Aliah B. Purwakania. 2006. Psikologi Perkembangan Islami: Menyingkap Rentang


Kehidupan Manusia dari Prakelahiran Hingga Pascakematian, Edisi 1. Jakarta: PT
Rajagrafindo Persada.

Kahmad, Dadang. 2000. Metode Penelitian Agama Perspektif Ilmu Perbandingan Agama.
Bandung: Pustaka Setia.

Lubis, Ramadan. 2019. Psikologi Agama. Medan: Perdana Publishing.

Meleong, Lexy J. 2007. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.

Pribadi, Benny A. 2014. Desain dan Pengembangan Program Pelatihan Berbasis Kompetensi:
Implementasi Model Addie. Jakarta: Kencana.

Sangaji, Etta Mamang, dan Sopiah. 2010. Metodologi Penelitian: Pendekatan Praktis dalam
Penelitian. Yogyakarta: Andi.

Sit, Masganti. 2012. Perkembangan Peserta Didik. Medan: Perdana Publishing.

Suharsaputra, Uhar. 2012. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan Tindakan. Bandung:
Refika Aditama.

Sukardi. 2009. Evaluasi Pendidikan: Prinsip dan Operasionalnya. Jakarta: Bumi Aksara.

Tim Penyusun Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa. 1996. Kamus Besar Bahasa
Indonesia. Edisi Kedua. Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. Jakarta: Balai
Pustaka.

Zuchdi, Darmiyati. 2010. Humanisasi Pendidikan: Menemukan Kembali Pendidikan Yang


Manusiawi. Jakarta: Bumi Aksara.

22

Anda mungkin juga menyukai