Anda di halaman 1dari 16

FAKTOR PENDUKUNG PERKEMBANGAN PLS

BAB I PENDAHULUAN

Pendidikan luar sekolah adalah setiap usaha pelayanan pendidikan yang diselenggarakan di luar sistem sekolah, berlangsung seumur hidup, dijalankan dengan sengaja, teratur dan berencana yang bertujuan untuk mengaktualisasi potensi manusia (sikap, tindak dan karya) sehingga dapat terwujud manusia seutuhnya yang gemar belajar-mengajar dan mampu meningkatkan taraf hidupnya. kegiatan Pendidikan Luar Sekolah dilakukan secara terprogram, terencana, dilakukan secara mandiri ataupun merupakan bagian pendidikan yang lebih luas untuk melayani peserta didik dengan tujuan mengembangkan kemampuan-kemampuan seoptimal mungkin serta untuk mencapai kebutuhan hidupnya. Dan dalam makalah kali ini akan di bahas tentang Faktor Pendukung perkembangan PLS. Semoga makalah ini bermnafaat bagi mahasiswa atau mahasiswi yang ingin memperdalam mata kuliah Pendidikan Luar Sekolah (PLS).

BAB II FAKTOR PENDUKUNG PERKEMBANGAN PLS Dalam dunia pendidikan terjadi beberapa perkembangan yang disebabkan oleh era globalisasi dan teknologi, banyak sekolah di era sekarang ini yan berbasis teknologi. Jauh-jauh hari anak sudah dikenalkan dengan teknologi. Hal itu untuk mendukung pencetakan generasi muda yang berkualitas. Selain pendidikan formal, kita juga mengenal pedidikan non formal (luar sekolah). PLS sangatlah penting adanya untuk solusi terhadap anak-anak yang kurang mampu, putus sekolah, ataupun yang harus bekerja membantu orang tuanya. Sedangkan pendidikan luar sekolah ditopang oleh 3 faktor : 1. Para Praktisi di Masyarakat Penyelenggaraan pendidikan di masyarakat yang dilakukan oleh para praktisi di dorong oleh hasrat dan rasa pengabdian mereka untuk memenuhi kebutuhan masyarakat dan bangsa terhadap pendidikan. Para praktisi dalam masyarakat adalah para pemuda terdidik, pemuka masyarakat, pemimpin organisasi, guru-guru sekolah dan tenaga sukarela lainnya. Program PLS yang dilakukan oleh para praktisi ini sering dikaitkan dengan gerakan pembangunan masyarakat. Program pendidikan ini bermacam ragam jenisnya, antara lain : pendidikan orang dewasa, pemberantasan buta huruf fungsional, pendidikan perluasan, latihan keterampilan pertanian, latihan kader koprasi, pendidikan kependudukan, keluarga berencana, pendidikan gizi keluarga, latihan keterampilan produktif, pendidikan kewanitaan, kerumah tanggaan, pendidikan dan latihan kepemudaan, organisasi pemuda, dan latihan kader pembangunan masyarakat. Program kemasyarakatan ini lebih mengutamakan kepentingan praktisi yaitu untuk memenuhi kebutuhan belajar atau kebutuhan kependidikan yang dirasakan oleh masyarakat yang sedang membangun. Pendekatan yang dilakukan oleh para praktisi didasarkan atas suatu pandangan bahwa

pendidikan untuk memenuhi kebutuhan masyarakat itu merupakan bagian penting dan sebagai pendekatan dasar dalam pembangunan, PLS mempunyai fungsi untuk mengembangkan sumber daya manusia yang jadi pelaku utama dalam berbagai sektor pembangunan. PLS mempunyai peranan untuk membantu sekolah dan masyarakat dalam upaya pemecahan masalah, pendidikan luar sekolah adalah sebagai pelngkap, penambah, dan pengganti pendidikan sekolah. a. Sebagai pelengkap pendidikan sekolah Pelengkap (Complementary education), PLS dapat menyajikan beberapa mata pelajaran atau kegiatan pelajar yang belum termuat dalam kurikulum pendidikan sekolah, sedangkan materi pelajaran atau kegiatan tersebut sangat dibutuhkan oleh peserta didik dan masyarakat yang menjadi layanan sekolah. b. PLS sebagai penambah pendidikan sekolah Penambah (Suplementary education), PLS dapat memberi kesempatan tambahan, pengalaman belajar dalam mata peljaran yang sama yang ditempuh sekolah kepada mereka yang masih bersekolah atau mereka yang telah menamatkan jenjang pendidikan sekolah. c. Sebagai pengganti pendidikan sekolah Pengganti (Substitute education), PLS dapat menggantikan fungsi sekolah di daerah-daerah yang karena berbagai alasan, penduduknya belum terjangkau oleh pendiidkan sekolah. 2. berkembangnya Kritik Terhadap Pendidikan Sekolah Faktor kedua yang mendorong perkembangan pendidikan luar sekolah adalah munculnya berbagai kritik terhadap kelemahan pendidikan sekolah serta akibat lain yang ditimbulkan oleh jalur pendiidkan itu. Kritik terhadap pendidikan sekolah ini mulai berkembang dalam dunia pendidikan pada tahun 60 an. Contoh penyebab kelmahan pendidikan sekolah ada 4 yaitu : 1) Sebagai akibat pertambahan penduduk yang semakinpesat, maka keinginan masyarakat untuk memperoleh pendidikan semakin meningkat sehingga beban yang dipikul oleh pendidikan sekolah semakin berat. 2) Sumber-sumber yang digunakan untuk pendidikan kurang memadai sehingga pendidikan sekolah mengalami hambatan untuk merespon secara tepat terhadap kebutuhan dan perkembangan masyarakat. 3) Kelambatan sistem pendidikan sekolah untuk menyesuaikan dengan perkembangan yang terjadi di luar pendidikan. 4) Kelambanan masyarakat itu sendiri dalam memanfaatkan lembaga dan lulusan pendidikan sekolah sehingga jurang perbedaan antara jumlah dan kemampuan para lulusan dengan lapangan kerja semakin melebar. Pada umumnya sejumlah praktisi dan pakar pendidikan melontarkan kritk terhadap pendiidkan sekolah setelah menganalisisnya dari berbagai segi. Pakar pendidikan yaitu Bruner (1966) mengemukakan asumsinya bahwa proses pembelajaran pengetahuan (kognitif learning) akan berjalan dan berhasil dengan baik apabila di dasarkan atas tiga hal : 1. Adanya doorngan yang tumbuh dari dalam peserta didik. 2. Adanya kebebasan peserta didik untuk memilih dan bebuat dalam kegiatan belajar. 3. Peserta didik tidak merasa terikat oleh pengaruh ganjaran dan hukuman yang datang dari luar dirinya yaitu guru. Gejala-gejala yang menunjukan adanya krisis pendidikan sekolah adalah : 1. Ketidakcocokan antara kurikulum dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan kebutuhan

nyata peserta didik. 2. Ketidaksesuaian antara pendidikan dengan perkembangan kebutuhan masyarakat. 3. Ketidak seimbangan yang terus menerus anatra pendidikan dan dunia kerja. 4. Ketidak mapanan lembaga pendidikan sekolah untuk mmeberi kesempatan pemerataan pendidikan bagi segi semua kelompok di masyarakat. 5. Meningkatkan biaya penyelenggaraan pendidikan yang tidak diimbangi oleh kemampuan negara terutama negara berkembang untuk membiayainya. 3. Para Perencana Pendidikan Untuk Pembangunan Upaya para perencana tersebut telah dimulai sejak tahun 60 an bersamaan dengan munculnya berbagai kritik terhadap kelemahan-kelemahan yang di derita oleh pendidikan sekolah. Para perenacana pendidikan untuk pembangunan sangat dipengaruhi oleh sejumlah laporan penelitina dan karya ilmiah lainnya yang dihasilkan oleh berbagai lembaga atau badan-badan internasional. a. Masalah pendidikan di negara yang sedang berkembang Commbes (1963) dalam konferensi internasional menulis sebuah laporan dengan judul The world education a system analysis yang artinya membahas permasalahan pendidikan sekolah yang dihadapi oleh negara berkembang. Masalah yang dihadapi oleh negara berkembang anatra lain adalah banyaknya jumlah penduduk sehingga memunculkan 5 masalah pendidikan : 1) Anak usia pra sekolah yang banyak jumlahnya. 2) Banyaknya usia anak sekolah dasar yang tidak tertampung oleh lembaga pendidikan sekolah yang ada. 3) Besarnya jumlah orang dewasa yang tidak mempunyai kesempatan mengikuti pendidikan sekolah. 4) Banyaknya anak putus sekolah. 5) Besarnya jumlah lulusan suatu jenjang pendidikan sekolah ynag tidak menlanjutkan ke jenjang yang lebih tinggi. b. Arah pembangunan di negara sedang berkembang Pada tahun 1972 Seers menitikberatkan tujuan pembangunna pada 3 hal yaitu : 1. Untuk mengurangi kemiskinan 2. Menanggulangi pengangguran 3. Mengatasi ketidakadilan dalam pemerataan pembangunan dan hasil-hasilnya. Prinsip-prinsip pembangunan yang dikemukakan oleh Seers telah mempengaruhi kebijakan pemerintah di negara-negara berkembang dan lembaga-lembaga pemberi bantuan pembangunan eonomi dan non ekonomi. Strategi pembangunan di daerah pedesaan, menurut Coombs 1973 pembangunan dititik beratkan pada peningkatan produktifitas pertanian dan pelayanan kebutuhan masyarkat yang pelaksanaannya dilakukan secara terpadu, pelaksanaan pembangunan tidak menunggu tercapainya tujuan pembangunan sektor ekonomi melainkan dilakukan secara serempak dan terpadu. Pembangunan terpadu ini memerlukan waktu yang relatif lebih lama dibandingkan dengan waktu yang diperlukan dalam pembangunan sektoral. PLS memegang peranan penting dalam menunjang pendidikan pedesaan secara terpadu karena pendidikannya memiliki program-program : (1) Berorientasi untuk memenuhi kebutuhan belajar penduduk pedesaan. (2) Memotivasi masyarakat untuk berpartisipasi dalam kegiatan pembangunan. (3) Menumbuhkan intonasi karena sifatnya luas dan fleksibel.

(4) Menggunakan sumber-sumber yang terdapat di masyarakat setempat. (5) Menjadi forum kegiatan saling belajar bagi masyarkat. (6) Mendorong terjadinya komunikasi antara lembaga pemerintahan dan masyarakat yang bergerak dalam kegiatan PLS dan pembangunan masyarakat. (7) Lebih murah biaya penyelenggaraannya dibandingkan dengan pembiayaan pendidikan sekolah. c. Pendekatan PLS terhadap pembangunan Pendekatan PLS mengarah kepada program-program pendidikan dan keterampilan untuk mendukung pembangunan fungsi-fungsi ekonomi dimasyarakat. Selain itu juga dapat mengembangkan fungsi-fungsi non ekonmi untuk mendukung terwujudnya proses pembangunan secara terpadu. Berdasarkan berbagai macam latar belakang profesinya, para perencana dan pakar pendidikan telah menyusun sejumlah karya ilmiah yang kemudian dibahas dalam berbagai diskusi dan seminar. Kegiatan selanjutnya yang dilakukan oleh para perencana pendidikan untuk pembangunan ialah menyelenggarakan studi kasus terhadap berbagai program PLS yang diselenggarakan di negara-negara sedang berkembang. Hasil studi ini berupa laporan analitik tentang berbagai kategori program PLS yang dilakukan oleh para prakktisi perencana diberbagai kawasan. d. Perluasan perencanaan pendidikan untuk pembangunan Pendekatan perencanaan yang berorientasi nasional dilakukan oleh masing-masing negara dengan mengkordinasi perencanaan pendidikan yang dilakukan oleh berbagai departemen atau lembaga yang terdapat di negara berkembang. Pendekatan perencanaan yang berorientasi daerah diselenggarakan ditingkat provinsi, kabupaten dan daerah-daerah lainnya. Para perencana telah meneliti ruang lingkup PLS dan kesadaran masyarkat tentang pentingnya pendidikan non formal bagi pembangunan. Dari hasil penelitian ditingkat regional memberikan informasi dan akhirnya memberi masukan bagi para perencana pendidikan untuk pembangunan dalam mengembangkan upaya kordinasi semua program pendidikan luar sekolah ditingkat lokal, regional dan nasional dalm konteks pembangunan di daerah masing-masing.

BAB III KESIMPULAN

Pendidikan luar sekolah adalah setiap usaha pelayanan pendidikan yang diselenggarakan di luar sistem sekolah, berlangsung seumur hidup, dijalankan dengan sengaja, teratur dan berencana yang bertujuan untuk mengaktualisasi potensi manusia (sikap, tindak dan karya) sehingga dapat terwujud manusia seutuhnya yang gemar belajar-mengajar dan mampu meningkatkan taraf hidupnya. Dalam dunia pendidikan terjadi beberapa perkembangan yang disebabkan oleh era globalisasi dan teknologi, banyak sekolah di era sekarang ini yan berbasis teknologi. Jauh-jauh hari anak sudah dikenalkan dengan teknologi. Hal itu untuk mendukung pencetakan generasi muda yang berkualitas. Selain pendidikan formal, kita juga mengenal pedidikan non formal (luar sekolah).

DAFTAR PUSTAKA Sudjana, D. (2001). Pendidikan Luar Sekolah. Wawasan, Sejarah Perkembangan, Falasafah, Teori Pendukung, Asas. Bandung: Penerbit Falah Production. Berbagai sumber dari internet Diposkan oleh el-fayet di 09.37 0 komentar: Poskan

Jenis Pendidikan Luar Sekolah


Oleh: Nur Shobah 1102406014 Banyak jenis pendidikan luar sekolah, khususnya yang berupa kursus-kursus, yang merupakan lahan kegiatan yang didominasi oleh perempuan. Sebagai contoh dapat disebutkan kursus-kursus menjahit dan memasak. Di luar itu juga terdapat kegiatankegiatan pelatihan di bidang-bidang khusus, seperti menenun dengan teknik dan penggunaan ragam-ragam hias tradisional, yang dipimpin oleh ibu-ibu. Kegiatan pelestarian seni dan teknik tradisi yang semula sangat 'domestik' itu kini banyak ditransformasikan menjadi kegiatan publik, di mana peserta pelajaran menenun itu, misalnya, adalah wanitawanita muda dari manapun, tidak perlu harus anak atau sanak dari si ibu yang merupakan nara sumber. Pendidikan luar sekolah dapat bersifat non-formal, dalam arti tidak menggunakan struktur persekolahan dan kurikulum yang ketat, meskipun suatu sasaran tertentu ada ditetapkan. Contohnya adalah Kejar Paket A dan Kejar Paket B, serta kursusu-kursus yang mempunyai bahan ajar yang disusun secara terencana. Pada akhir kegiatan yang demikian itu biasa diberikan tanda selesai mengikuti paket atau kursus yang bersangkutan. Di samping itu dapat juga suatu kegiatan pendidikan "luar sekolah" bersifat informal, atau 'tidak resmi', yaitu yang sama sekali tidak diikat oleh kurikulum yang ketat dan para pelakunya pun cenderung bersifat sukarela. Modus seperti ini banyak terdapat dalam upaya-upaya penerusan ilmu, kemahiran, dan atau ketrampilan dalam hal yang secara kategorik dapat disebut ekspresi folklor dan atau pengetahuan tradisional (traditional knowledge). Dalam penerusan jenis-jenis pengetahuan tertentu peranan wanita dominan, misalnya dalam peracikan obat-obatan tradisional, dalam perawatan kesehatan dan kecantikan, serta dalam perawatan bayi. Penyampaian pengetahuan modern mengenai kesehatan ibu dan anak pun biasanya dilakukan secara informal. Demikian juga mengenai tujuan-tujuan lain, seperti meningkatkan penghasilan keluarga, pencegahan penyakit secara umum, dll. Berbagai aktivitas dalam rangka organisasi PKK (Pendidikan Kesejahteraan Keluarga) merupakan

contoh dari pendidikan jenis ini. Pendidikan Masyarakat lewat Media Massa Suatu aspek pendidikan yang juga amat penting adalah pendidikan masyarakat lewat media massa. Hal-hal yang disampaikan melalui berbagai jenis media massa itu, yaitu media cetak, radio, dan televisi, seringkali pada pandangan pertama dilihat sebagai semata-mata informasi (khususnya berita) dan hiburan. Namun sebenarnya perlu disadari oleh semua pihak bahwa apapun yang disampaikan melalui media massa itu akan mempunyai efek 'mendidik'. Maksudnya "mendidik" adalah dapat mengubah pemikiran, pandangan, sikap, maupun pemihakan (terhadap atau mengenai sesuatu) pada diri para konsumen yang menerima pesan-pesan melalui media massa tersebut. Dalam bidang 'pendidikan' melalui media massa ini pria dan wanita mempunyai peluang peran yang sama pada sisi pemancar dan pengelolanya. Namun pada sisi penerima, ibu-ibu yang mengasuh anak-anaknya di rumah mempunyai peluang lebih besar untuk memberikan panduan dalam menyerap informasi ataupun rangsangan yang disampaikan melalui media massa tersebut. Dalam hal ini ibu-ibu, atau siapapun yang berperan sebagai ibu di rumah, diharapkan dapat melatih anak-anaknya (atau warga rumahnya secara umum) agar pandai membedakan mana yang berguna dan mana yang merusak bagi suatu kehidupan manusiawi yang bermartabat. Tantangan yang harus dihadapi adalah bahwa sifat hiburan dari suatu siaran itu seringkali dapat dengan mudah menggusur nilai manfaat yang memuliakan manusia.

Diposkan oleh Pendidikan Luar Sekolah di 03.32

TEKNOLOGI KOMUNIKASI PENDIDIKAN LUAR SEKOLAH Oleh Maghfiroh 1102406015 Pelaksanaan pembangunan masyarakat terutama yang berkaitan dengan masalah pendidikan masyarakat pedesaan, dalam era pembangunan dwasa ini perlu mendapat perhatian, karena dalam kenyataannya masih banyak terdapat anggota masyarakat yang tingkat pendidikannya relatif masih rendah, terutama di daerah pedesaan. rendahnya tingkat pendidikan masyarakat, kalo kita simak banyak sekali faktor penyebabnya, antara lain yang paling mendasar dari kerendahan pendidikan tersebut adalah disebabkan faktor kesadaran akan pentingnya pendidikan baik untuk dirinya sendiri maupun untuk anggota keluarganya serta kondisi lingkungan mereka.

Dari kedua faktor tersebut maka keadaan masyarakat khususnya di pedesaan menjadi: (1) tidak adanya kesempatan menikmati pendidikan di sekolah sehingga menjadi tidak tahu aksara dan angka, (2) putus sekolah dasar sehingga menjadi lupa huruf, (3) tidak dipunyainya keterampilan khusus terhadap suatu bidang kerja sehingga memilih kerja apa adanya, (4) kurang peka terhadap masalah yang timbul di lingkungannya sehingga menjadi orang yang apatis dan kurang dinamis Jika kiat lihat gambaran masyarakat tersebut diatas dan kita perhatikan usaha-usaha yang pernah dilaksanakan untuk mengangkat mereka dari keterbelakangan dalam hal pendidikan, rupanya masih diperlukan adanya penyempurnaan dan penyesuaian dalam pelaksanaan pendidikan luar sekolah, khususnya pendidikan bagi pemuda dan orang dewasa yang dikonsentrasikan pada pemberantasan buta huruf dan keterampilan kerja. Dalam rangkaian kegiatan pendidikan luar sekolah, mulai tahun 1979 Direktorat Jenderal Pendidikan Luar Sekolah, Pemuda dan olah raga bekerja sama dengan pusat teknologi komunikasi pendidikan dan kebudayaan, mencoba suatu kegiatan pendidikan luar sekolah dengan menggunakan media pendidikan berbentuk kaset audio yang penyelenggaraanya disiarkan melalui stasiun pemancar baik itu Radio Republik indonesia (RRI), Radio Pemerintah Daerah (RPD) ataupun Radio Swasta Niaga (RSN) dan kegiaatn ini disebut dengan Teknologi Komunikasi Pendidikan Luar Sekolah (TKPLS). disamping menggunakan kaset audio yang disiarkan melalui stasiun pemancar, kegiatan TKPLS ditunjang pula dengan film bingkai (slide) dan film pendidikan yang sifatnya sewaktu-waktu (insidentil). Sumber: Yusufhadi Miarso dkk dalam bukunya Teknologi Komunikasi Pendidikan

JURANG PENDIDIKAN LUAR SEKOLAH


Oleh: Ika umaya yasinta (1102406008)

Pendidikan luar sekolah baik sebagai complement,suplement, maupun sebagai

replacementpendidikan formal dapat melakukan banyak hal dalam menutupi jurang yang terjadi antara kebutuhan dan kenyataan tersebut. Berbagai jurang yang timbul di masyarakat akibat tidak terjadinya keseimbangan yaitu: 1. Jurang lapangan kerja. a. Perambahan lapangan kerja yang tidak seimbang dengan pertambahan angkatan kerja . b.Tidak sesuainya pengetahuan dan keterampilan antara tenaga kerja dan lapangan kerja yang tersedia. c. Ledakan penduduk yang mengakibatkan angkatan kerja semakin membengkak . d.Terjadinya kepadatan penduduk yang tidak merata.

2. Jurang efficiensi . Yaitu jurang yang kegiatan pendidikan yang tidak efisien yang menimbulkan kerugian ekonomi dan pemborosan. 3.Jurang penawaran dan permintaan . Kebutuhan akan eyanan pendidikan telah sedemikian meluasnya baik pada negarberkembang maupun negara terbelakang sehingga menimbulkan jurang antarapermintaan dan penawaran. 4.Jurang pertambahan penduduk dengan biaya hidup. Pendidikan luar sekolah dapat memainkan peranannya dalam komponen kependudukan sebagai berikut -Explosion . -Implosion. -Diversification. -Change' 5.Jurang penghasilan . Pada situasi seperti ini pendidikan luar sekolah dapat berperan untuk menolong mengembangkan keterampilan tenaga kerja dengan cara: a. Didaerah pedesaan yang mempunyai banyak tenaga kerja dapat diberikan latihanlatihan keterampilan sesuai yang diperlukan dari tempat kerja b.Di sektor perkotaan akibat tekanan dari pengaruh industri , maka perlu diberikan latihan -latihan kepada mereka tanpa mengganggu penghasilannya. 6. Jurang pemerataan. Pendidikan luar sekolah merupakan merupakan salah satu atrnative dalam usaha utuk menciptakan pemerataan pendidikan ,dengan jalan meyajikan program -program pendidikan yang fleksibeldan berdasarkan kebutuhan masyarakat . 7. Jurang penyesuaian . Pendidikan luar sekolah cenderung untuk beraneka ragam dan untuk mempunyai sponsor dari berbagai jawatan isntaansi yaitu lebih cenderung bersifat penyesuaian dan pembaharuan perubahan.

8. Jurang penilaian . Jurang ini karena ini karena kesukaran dalam penilaian keterampilan individu terhadap lapangan . 9. Jurang pengharapan. Pendidika luar sekolah dapat menolong mengurangi jurang ini melalui masyarakat kaya dengan melalui latihan sistematik /latiha,sedangkan masyarakat miskin dengan suatu keterampilan yang mudah melalui kegunaan afektif pendidikan. Diposkan oleh Pendidikan Luar Sekolah di 21.48

TARGET PERENCANAAN PENDIDIKAN LUAR SEKOLAH


Oleh :Ika umaya yasinta(1102406008)

Beberapa komponen yang perlu diperhatikan dalam perencanaan pendidikan luar sekolah adalah: 1. Penemuan yang telah ada sebelumnya . Suatu perencanaan tidak akan berdiri sendiri terisolasi darikegiatanegiatan dan kondisi-kondisi sosial ekonomi yang telah ada dimasyarakat.Begitu pulahasil-hasil penelitian sebelumnya yang sangat berguna dalam penenyusunan dan perencanaan . 2. Jenis-jenis keterangan yang penting. -Kegiatan ekonomi /jenis-jenis pekerjaan pokok. -Faktor faktor sosial budaya . -Fasilitas -fasilitas dan pelayanan sosial. -Bidang politik. -Faktor-faktor fisik. 3. Apakah selalu dibutuhkan suatu penelitian ? Bagaimana cara untuk menjawab pertanyaan ini mengenai keadaan lokasi .hal ini di lakukan penting karena kondisi selalu berubah . 4. Bagaimana data dikumpulkan. -Observasi ,foto,gambar. -Melakukan survai siapa yang terlibat dan siapa yanng terangsang. -Interviu dennngan cara ini diharapkan dapat memperoleh keterangan

lebih kusus. -Dengan melalui diskusi dan pertemuan dimana peserta dapat memberikan sumbangan pikiran yang diperlukan. 5.Siapa yang harus mengumpulkan data. Metode yang sering digunakan dalam mengumpulkan data baik dari anggota atau masyarakat. 6.Bagaimana data dapat dianalisis. Bentuk penganalisisan sangat erat dengan tipe data dan cara pengumpulannya. 7. sasaran pendengar. Sasaran pendengar adalah sejumlah orang yang telah diidentifikasi melalui penelitian pendahuluan atau yang telah memperkenalkan dirinya sendiri . 8.Bagaimana perencanaan berhubungan dengan kelompok sasaran. Yaitu bagaimana menjalin hubungan secara terbuka mengenai tujuan dan proyek . 9.Pengiraan Kebutuhan. -Dasar /fungsional -Kejuruan -Kewarga negaraan/sosial -Kejiwaan. -Moral. 10.Penyusunan skala prioritas. Kebijakan nasional merupakan posisi yang penting dalam mengambil kebijakan. 11.Bagaimana kalau terjadi perubahan kebutuhan . Kebutuhan tidak selalu statis tetapi secara dinamis dan periodik.karena kepeksibelannya sangat diperlukan dalam pengiraan ulang. 12. Tujuan dan stategi. Tujuan -tujuan umum ,tujuan khusus dan strategi adalah garis-garis petunjuk dan perencanaan yang digunakan untuk memberi arah dan dari kegitan . 13. Apakah tujuan umum itu? Merupakan pernyataan umum dari fokus dan maksu dari suatu proyek. 14. Apakah tujuan khusus? Tujuan yang lebih spesifikdan memiliki pernyataan lebih kongkrit tentang tujuan proyek.

15. Apakah strategi? Pemilihan strategi mempertimbangkan faktor-faktor: -Sosial. -Ekonomi. -Pendidikan. -Politik. -Administrasi. -Tehnis. -Lingkungan . 16. Apakah yang dimaksud fleksibel? Suatu proyek yang memungkinkan perubahan stategi selama proyek itu berlangsung,tanpa merobah proyek itu secara keseluruhan . 17. Rencana implementasinya. Rancangan penggunaan dari suatu proyek termasuk pengenalan kegiatan dan dampak yanng ditimbulkan . 18. Jadwal waktu pelaksanaan . Suatu kegiatan harus diketahui berapa waktu yang diperlukan dan tugas apa yang diperlukan. 19. Penilaian. -Siapa yang akan menangani penilaian ? -Siapa yang akan bertanggung jawab terhadap penilaian ? -Kapan waktu pelaksanaan penilaia? -Bagaimana data dikumpulkan dan digunakan ? -Sumber perencanaan. Diposkan oleh Pendidikan Luar Sekolah di 23.51

PENGEMBANGAN METODE PENDIDIKAN LUAR SEKOLAH


Oleh :Ika umaya yasinta(1102406008) FAKTOR-FAKTOR YANG PERLU DIPERTIMBANGKAN DALAM MEMILIH ATAU

MENGGUNAKAN METODE PENDIDIKAN LUAR SEKOLAH 1.Tujuan belajar atau tujuan instruksional khusus yangakan dicapai. 2.Warga belajar yang menjadi sasaran didik. 3.Sumber dan fasilitas yang tersedia . 4.Waktu belajaryang tersedia/ yang digunakan. PENGEMBANGAN METODE BELAJAR PENDIDIKAN LUAR SEKOLAH BERDASARKAN PENDEKATAN PEMBELAJARAN DAN PROSES BELAJAR YANG DIRANCANG A.Berdasarkan Pendekatan Pembelajaran PLS 1. Pendekatan berpusat pada masalah . - Pamong belajar memberikan rangsangan dan menghidupkan suasana belajar. - Rangsangan hanya untuk menghidupkan suasana belajar dan mengandung informasi . - Warga belajar berperan mengkaji masalah . - Penekanan pada pemecahan masalah secara terpadu untuk menelaaah dan pemecahannya. 2. Pendekatan Proyektif. - Fasilitator berperan menyajjikan cerita terbuka. - Merangsang informasi dan pennnnnnngaruh sosial ekonomi. - Warga belajar meyelesaikan cerita menurut perasaan - Memberi penekanan daya nalar pada warga belajar. 3. Pendekatan perwujudan diri. -pamong belajar menyajikan bahasan mentah . -pemberian rangsangan gambar. -Mendiskusikan dengan kelompok. -menekankan pada kepercayaan diri. 4. Pendekatan belajar partisipatif. - Tahap pembinaan keakraban . - Tahap identifikasis masalah. - Tahap penentuan tujuan kegiatan belajar. - Tahap pennyusunan rencana kegiatan belajar . - Tahap pelaksanaan program kegiatan belajar . - Tahap evaluasi. B. Berdasarkan proses belajar yang dirancang. 1.Proses belajar yang dirancang untuk membantu warga belajar menata kembali pengalaman masa lampau. 2.Proses belajar yang dirancang untuk memberikan pengalaman baru. Diposkan oleh Pendidikan Luar Sekolah di 21.59 0 komentar:

Aplikasi Andragogi dalam Pembelajaran pendidikan Non Formal


oleh : Nur Shobah 1102406014 Selasa, 10 Oktober 2006 Bagaimana Tutor dalam penerapan andragogi? Aplikasi Andragogi Dalam Pembelajaran Pendidikan Non Formal
Permasalahan yang paling sering muncul dalam pelaksanaan pendidikan luar sekolah adalah hasil belajar, output dan outcomenya. Ketidakmampuan peserta memahami dengan baik materi dalam bentuk pengetahuan, sikap, dan keterampilan merupakan indikasi kurang berhasilnya kegiatan pendidikan luar sekolah. Rendahnya hasil belajar sebagai indikator dari ketidakberhasilan pembelajaran, dimana peserta maupun tidak mampu menerima dengan baik bahan belajar yang diajarkan oleh tutor. Salah satu penyebab ketidakberhasilan pembelajaran pendidikan luar sekolah adalah metode pembelajaran yang tidak sesuai dengan prosedur pelaksanaannya dan andragogi belum diterapkan secara maksimal dalam pelaksanaan pembelajaran. Secara jelas Knowles (1979) menyatakan apabila peserta didik (baca: warga belajar) telah berumur 17 tahun, penerapan prinsip andragogi dalam kegiatan pembelajarannya telah menjadi suatu kelayakan. Usia warga belajar pada kelompok belajar program PLS rata-rata di atas 17 tahun, sehingga dengan sendirinya penerapan prinsip andragogi pada kegiatan pembelajarannya semestinya diterapkan. Perlunya penerapan prinsip andragogi dalam pendekatan pembelajaran orang dewasa dikarenakan upaya membelajarkan orang dewasa berbeda dengan upaya membelajarkan anak. Membelajarkan anak (pedagogi) lebih banyak merupakan upaya mentransmisikan sejumlah pengalaman dan keterampilan dalam rangka mempersiapkan anak untuk menghadapi kehidupan di masa datang. Apa yang di transmisikan didasarkan pada pertimbangan warga belajar sendiri, apakah hal tersebut akan bermanfaat bagi warga belajar di masa datang. Sebaliknya, pembelajar-an orang dewasa (andragogi) lebih menekankan pada membimbing dan membantu orang dewasa untuk menemukan pengetahuan, keterampilan, dan sikap dalam rangka memecahkan, masalah-masalah kehidupan yang dihadapinya. Ketepatan pendekatan yang digunakan dalam penyelenggaraan suatu kegiatan pembelajaran tentu akan mempengaruhi hasil belajar warga belajar. Perbedaan antara membelajarkan anak-anak dengan membelajarkan orang dewasa terlihat dari upaya pembelajaran orang dewasa. membelajarkan orang dewasa berpusat pada warga belajar itu sendiri (learned centered). Tutor harus memperhatikan prinsip-prinsip belajar orang dewasa. Prinsip tersebut dijadikan pegangan atau panduan dalam praktek membimbing kegiatan belajar orang dewasa. Pendekatan-pendekatan pembelajaran orang dewasa dengan memperhatikan prinsip-prinsip belajarnya dapat dipandang sebagai ilmu dan seni (art and science) membantu atau menolong orang dewasa belajar. Orang Dewasa Sebagai Warga Belajar Cara belajar orang dewasa jauh berbeda dengan cara belajar anak-anak. Olehnya itu, proses penyelenggaraan belajar bagi orang dewasa harus didekati dengan cara yang berbeda pula. Menyamakan pendekatan pendidikan anak dengan pendekatan pendidikan orang dewasa dapat mengakibatkan kegiatan pendidikan tersebut menjadi suatu hal yang menyakitkan bagi orang dewasa. Kondisi yang menyakitkan tersebut tentu akan sulit untuk mengharapkan hasil belajar yang maksimal. Menurut Knowles (1979), perbedaan antara anak-anak dan orang dewasa dalam belajar didasarkan pada empat asumsi tentang orang dewasai. Asumsi-asumsi tersebut ialah: (1) orang dewasa mempunyai pengalaman yang berbeda dengan anak-anak, (2) orang dewasa mempunyai konsep diri, (3) orang dewasa mempunyai orientasi belajar yang berbeda dengan anak-anak, dan (4) orang dewasa mempunyai kesiapan untuk belajar. Orang dewasa dalam belajar jauh berbeda dengan anak-anak, Seharusnya menggunakan pendekatan yang berbeda pula dalam membelajarkan anak. Pendekatan yang layak adalah pendekatan andragogi. Bila dihubungkan dengan penyelenggaraan pendidikan yang terorganisir di kelompok belajar, maka

pendekatan andragogi akan semakin terasa pentingnya. Sebab setiap kegiatan yang terorganisir sudah tentu mempunyai atau didasarkan pada pedoman-pedoman tertentu. Pedoman inilah yang menjadi prinsip-prinsip kerja agar kegiatan berjalan pada prosedur yang benar dan sesuai dengan tujuan. Penerapan Andragogi dalam performansi Tutor Tutor sangat berpengaruh terhadap proses pembelajaran orang dewasa. Tutor memasuki kelas dengan bekal sejumlah pengetahuan dan pengalaman. Pengetahuan dan pengalaman ini seharusnya melebihi dari yang dimiliki oleh peserta. Seorang tutor dengan pengetahuan dan pengalamannya itu tidaklah cukup untuk membuat peserta untuk berperilaku belajar dalam kelas melainkan sikap tutor sangatlah penting. Seorang tutor bukan merupakan "pemaksa" untuk terjadinya pengaruh terhadap peserta, namun pengaruh itu timbul karena adanya keterlibatan mereka dalam kegiatan belajar. Untuk mengusahakan adanya perubahan, tutor hendaknya bersikap positif terhadap warga belajar. Sikap seorang tutor mempunyai arti dan pengaruh yang sangat besar terhadap perilaku warga belajar dalam kegiatan pembelajaran. Umumnya tutor yang memiliki daya tarik akan lebih efektif dari pada tutor yang tidak menarik. Sikap menyenangkan yang ditampilkan oleh tutor akan ditanggapi positif oleh peserta, pada gilirannya berpengaruh terhadap intensitas perilaku belajarnya. Sebaliknya, fasilitator yang menampilkan sikap tidak menyenangkan akan dinilai negatif oleh peserta, sehingga mengakibatkan kegiatan belajar menjadi tidak menyenangkan. Ada beberapa hal yang dianggap penting dimiliki oleh para tutor dalam proses interaksi belajar yang memungkinkan tumbuh dan berkembangnya warga belajar, yaitu (1) bersikap manusiawi dan tidak bereaksi secara mekanis atau memahami masalah peserta didik hanya secara intelektual; ikut merasakan apa arti manusia dan benda bagi mereka; berada dan bersatu dengan peserta didik; membiarkan diri sendiri mengalami atau menyatu dalam pengalaman para peserta didik; merenungkan makna pengalaman itu sambil menekan penilaian diri sendiri, (2) Bersikap kewajaran: jujur, apa adanya, konsisten, terbuka; membuka diri; merespon secara tulus ikhlas, (3) Bersikap respek: mempunyai pandangan positif terhadap peserta; mengkomunikasikan kehangatan, perhatian, pengertian, menerima orang lain dengan penghargaan penuh; menghargai perasaan dan pengalaman mereka, dan (4) Membuka diri: menerima keterbukaan orang lain tanpa menilai dengan ukuran, konsep dan pengalaman diri sendiri; secara aktif mengungkapkan diri kepada orang lain dan mau mengambil resiko jika melakukan kekeliruan. Penerapan Andragodi dalam Pengorganisasian Bahan Belajar Pengorganisasian bahan belajar sedemikian rupa, memudahkan warga belajar dalam mempelajarinya. Pengorganisasian bahan belajar dapat mempengaruhi tingkat keberhasilan pembelajaran. Setiap bahan belajar yang ingin disampaikan, harus dilihat dari ketertarikan warga belajar terhadap materi yang disampaikan, kesesuaian materi dengan kebutuhan warga belajar, dan kesamaan tingkat dan lingkup pengalaman antara tutor dan warga belajar Bahan belajar yang berisi pengetahuan, keterampilan dan atau nilai-nilai akan disampaikan oleh tutor kepada warga belajar. Bahan belajar itu pula yang akan dipelajari oleh warga dalam mencapai tujuan belajar. Materi harus dipilih atas pertimbangan sejauh mana peranannya dalam menciptakan situasi untuk penyesuaian perilaku warga belajar di dalam mencapai tujuan belajar yang ditetapkan. Materi itu pun akan mempengaruhi pertimbangan tutor dalam memilih dan menetapkan teknik pembelajaran. Seorang tutor hendaknya mengetahui faktor-faktor yang patut dipertimbangkan dalam memilih bahan belajar untuk diajarkan. Ketertarikan warga belajar dalam memilih dan mempelajari bahan belajar adalah merupakan manifestasi dari perilaku belajar warga belajar. Faktor-faktor yang patut dipertimbangkan dalam memilih bahan belajar adalah tingkat kemampuan peserta, keterkaitannya dengan pengalaman yang telah dimiliki oleh peserta, tingkat daya tarik bahan belajar, dan tingkat kebaharuan dan aktualisasi bahan. Penerapan andragogi dalam Metode Pembelajaran Penggunaan metode pembelajaran dalam pendidikan orang dewasa berimplikasi pada penggunaan teknik pembelajaran yang dipandang cocok digunakan di dalam menumbuhkan perilaku warga belajar. Knowles mengklasifikasi teknik pembelajaran dalam mencapai tujuan belajar berdasarkan tipe kegiatan belajar, yakni; sikap, pengetahuan dan keterampilan.

Kegiatan belajar pada pendidikan orang dewasa masih merupakan kegiatan belajar yang paling efisien dan paling dapat diterima serta merupakan alat yang dinamis dan fleksibel dalam membantu orang dewasa belajar. Oleh karena, kegiatan belajar merupakan alat yang dinamis dan fleksibel dalam membantu orang dewasa, maka penggunaan metode belajar diperlukan berdasarkan prinsip-prinsip belajar orang dewasa. Metode belajar orang dewasa adalah cara mengorganisir peserta agar mereka melakukan kegiatan belajar, baik dalam bentuk kegiatan teori maupun praktek. Metode pembelajaran yang dapat digunakan dalam kegiatan belajar, harus (1) berpusat pada masalah, (2) menuntut dan mendorong peserta untuk aktif, (3) mendorong peserta untuk mengemukakan pengalaman sehari-harinya, (4) menumbuhkan kerja sama, baik antara sesama peserta, dan antara peserta dengan tutor, dan (5) lebih bersifat pemberian pengalaman, bukan merupakan transformasi atau penyerapan materi. Sumber: Pemerhati Pendidikan Orang Dewasa dan Pamong Belajar BPKB Sulteng (dama)

Karakteristik Pendidikan Luar Sekolah

oleh: Rousemiati Julista (1102406021) 1. Pendidikan Luar Sekolah sebagai Subtitute dari pendidikan sekolah. Artinya, bahwa pendidikan luar sekolah dapat menggantikan pendidikan jalur sekolah yang karena beberapa hal masyarakat tidak dapat mengikuti pendidikan di jalur persekolahan (formal). Contohnya: Kejar Paket A, B dan C 2. Pendidikan Luar Sekolah sebagai Supplement pendidikan sekolah. Artinya, bahwa pendidikan luar sekolah dilaksanakan untuk menambah pengetahuan, keterampilan yang kurang didapatkan dari pendidikan sekolah. Contohnya: private, les, training 3. Pendidikan Luar Sekolah sebagai Complement dari pendidikan sekolah. Artinya, bahwa pendidikan luar sekolah dilaksanakan untuk melengkapi pengetahuan dan keterampilan yang kurang atau tidak dapat diperoleh didalam pendidikan sekolah. Contohnya: Kursus, try out, pelatihan dll

Pendidikan Luar Sekolah

A. Visi Menghasilkan tenaga kependidikan PLS profesional yang memiliki keunggulan kompetitif dan komparatif serta berlandaskan pada ilmu pengetahuan dan teknologi, nilai-nilai akademik, moraletik dan budaya bangsa.

B. Misi 1. Memberikan layanan pendidikan akademik-profesional berkualitas untuk menghasilkan tenaga kependidikan profesional PLS sesuai dengan jumlah, kualitas, dan relevansinya dengan kebutuhan pembangunan. 2. Menyelenggarakan penelitian dan pengembangan untuk menghasilkan model-model inovatif di bidang pengelolaan institusi, program, dan pembelajaran dalam PLS, serta pemberdayaan masyarakat. 3. Memberikan layanan bimbingan, penyuluhan, dan pendampingan inovatif kepada warga masyarakat di bidang pengelolaan institusi, program, dan pembelajaran dalam PLS, serta pemberdayaan masyarakat C. TUJUAN 1. Menghasilkan tenaga kependidikan profesional PLS yang memiliki kemampuan mengelola institusi, program, dan pembelajaran dalam PLS, dan memberdayakan masyarakat, serta mampu menyesuaikan diri dengan perkembangan kehidupan masyarakat nasional dan global. 2. Menghasilkan ilmu pengetahuan dan teknologi PLS berbasis pada ilmu pengetahuan dan teknologi, dan budaya bangsa. 3. Menyebarluaskan dan memberikan layanan pendidikan inovatif kepada masyarakat berbasis penelitian dan pengembangan.

Anda mungkin juga menyukai