Anda di halaman 1dari 16

LAPORAN MINI RISET

MK. FILSAFAT PENDIDIKAN


PRODI S1

Skor Nilai:

MINI RISET

ALIRAN EKSISTENSIALISME DALAM PENDIDIKKAN

Disusun oleh :

AGNES ANASTACIA HUTAGALUNG (7202444006)

DINI HUMAIRAH MARPAUNG (7201144008)

RIO FERNANDA KOTO (7202444011)

DOSEN PENGAMPU : Dra. Rosdiana, M.Pd

MATA KULIAH : Filsafat Pendidikan

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN ADMINISTRASI PERKANTORAN

FAKULTAS EKONOMI

UNIVERSITAS NEGERI MEDAN

November 2020
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT. atas limpahan rahmat dan anugrah dari-
Nya kami dapat menyelesaikan Mini Research ini melalui video dari social media.
Ini dikarenakan dunia sedang dalam musibah yang mengharuskan manusia untuk
tetap menjaga jarak untuk mengantisipasi tertularnya virus COVID-19. Shalawat
dan salam semoga senantiasa tercurahkan kepada junjungan kita Nabi
Muhammad SAW yang telah menunjukkan kepada kita semua jalan yang lurus.

Kami sangat bersyukur karena dapat menyelesaikan tugas ini yang menjadi
tugas wajib di mata kuliah Filsafat Pendidikan di Universitas Negeri Medan.
Disamping itu, kami juga mengucapkan ribuan terima kasih kepada semua pihak
yang telah membantu proses penelitian ini.

Demikian yang dapat saya sampaikan, semoga tugas ini dapat bermanfaat
bagi para pembaca khususnya bagi kami. Penulis sangat menharapkan kritik dan
saran terhadap makalah ini agar kiranya nanti penulis dapat membuat yang lebih
baik lagi. Karena kami sadar, makalah yang kami buat ini masih jauh dari kata
sempurna.

Medan, 23 November 2020

Penulis
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR

DAFTAR ISI

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

B. Identifikasi Masalah

C. Batasan Masalah

D. Rumusan Masalah

E. Tujuan Survey

F. Manfaat Survey

BAB II LANDASAN TEORI

A. Aliran Eksistensialisme dalam Filsafat Pendidikan

1. Definisi Aliran Eksistensialime

2. Sejarah Aliran Eksistensialisme

3. Aliran Eksistensialisme dalam Pendidikan

B. Konsep Aliran Eksistensialisme

1. Tingkat Aliran Eksistensialisme

2. Eksistensi dan Eksistensial

3. Tujuan Aliran Eksistensialisme

BAB III METODE SURVEY

A. Waktu Survey
B. Subject Survey

C. Teknik Pengambilan Data

D. Instrumen Survey

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Hasil

B. Pembahasan

BAB V PENUTUP

A. Kesimpulan

B. Saran

DAFTAR PUSTAKA
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Filsafat dapat diartikan sebagai ilmu yang mempelajari segala sesuatu yang
ada secara mendalam. sehinga dengan adanya filsafat kita akan tahu akar akar
dari berbagai macam ilmu lainnya dan juga dasar dari segala yang ada. Filsafat
dibagi menjadi beberapa cabang ilmu salah satunya yaitu filsafat pendidikan.
Dalam filsafat pendidikan terdapat berbagai aliran filsafat yang merupakan terapan
dari filsafat umum, dan yang akan dibahas dalam Makala ini filsafat
eksistensialisme dalam filsafat pendidikan.

Dalam proses belajar mengajar , guru mempunyai tugas untuk mendorong,


membimbing, dan memberi fasilitas belajar bagi siswa untuk mencapai tujuan.
Guru mempunyai tanggung jawab untuk melihat segala sesuatu yang terjadi
dalam kelas untuk membantu proses perkembangan siswa.

Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan peneliti di video pembelajaran


Administrasi Perkantoran,siswa sangat aktif dalam sesi tanya-jawab yang di
lakukan oleh guru pengajar, namun kurang serius dalam hal memahami materi.

Menurut peneliti perlu dicari solusi yang tepat dalam masalah ini agar siswa
benar-benar dapat menguasai dan memahami materi di kelas Administrasi
Perkantoran yang ada di video youtube tersebut.

B. Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang, identifikasi dan pembahasan masalah maka


permasalahan yang dihadapi. Dalam hal ini, yang menjadi masalah adalah :

1. Rendah nya kemampuan otak untuk menangkap materi.


2. Cara penyampaian materi kurang cocok.
3. Waktu yang tersedia cukup singkat
C. Batasan Masalah

Untuk mempermudah dalam memahami ruang lingkup permasalahan


dalam penelitian ini maka penulis membatasi masalah berdasarkan identifikasi
masalah hanya pada “Aktivitas Pembelaran Siswa SMK Wikrama”

D. Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian latar belakang masalah, identifikasi masalah, dan


pembatasan maslaah maka rumusan masalah yang diteliti adalah “Apakah aliran
yang digunakan guru SMK Wikrama dalam mengajar?”

E. Tujuan Survey

Adapun tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui aktivitas belajar
mengajar di suatu kelas dan aliran apa yang digunakan guru dalam mengajar.

F. Manfaat Survey

Untuk memberi tahu contoh nyata dari alira-aliran yang ada dalam Filsafat
Pendidikan.
BAB II

LANDASAN TEORI

A. Aliran Eksistensialisme dalam Filsafat Pendidikan

1. Definisi Aliran Eksistensialisme

Istilah Eksistensialisme berasal dari kata latin “ eksistere” yakni “ex” yang
berarti “keluar” dan “sitere” yang berarti membuat, berdiri. Sehingga eksistensi
berarti ”apa yang ada”, “apa saja yang dialami”, “apa yang memiliki kualitas”.
Secara singkatnya, eksistensi menekankan akan keberadaan.

Definisi lain menyatakan bahwa, Eksistensi berasal dari eks artinya keluar,
sintesi artinya berdiri. Tidak jauh berbeda dengan definisi awal, eksistnsi di sini
berarti berdiri sebagai diri sendiri. Menurut Heideggard “Das wesen des daseins
liegh in seiner Existenz” , da-sein adalah tersusun dari dad an sein. “da” disana.
Sein berarti berada. Dengan demikian manusia sadar dengan tempat atau
keberadaannya. Ini definisi dari eksistensi.

Secara primordial, eksistensi adalah kesempurnaan fundamental dari


setiap eksisten. Konsekuensinya ada yang berperan sebagai partisipasi dari
eksistensi itu. Eksistensi akan memberikan pengendali sebagai pusat. Ia menjadi
pusat dari pengendalian itu sendiri. Kalau menurut pengrtian yang lebih luas,
eksistensi mencakup “ada yang mungkin” dan sesuatu apakah “memiliki”
eksistensi. Pembahasan tentang Tuhan masuk dalam pengrtian ini. Eksistensi
dapat ditelusuri dari sifat-sifat dasarnya.

2. Sejarah Aliran Eksistensialisme

Masa abad pertengahan, yang juga dikenal dengan masa kegelapan,


nampaknya benar-benar memukul telak para ilmuan. Kebebasan dalam berfikir
dikekang. Semua kalangan diharuskan berfikir sesuai dengan arah pemikiran
gereja. Jika mereka tak mampu melaksanakan hal tersebut, maka pemikiran akan
dicekal. Sebuah gagasan yang tidak senada dengan gereja yang disebarkan, dan
dikonsumsi masyarakat luas, maka pemilik ide itu akan segera berhadapan dan
diadili di gereja.
Contoh konkrit, Copernicus , penemu teori “Matahari Sentris” sangat
ditentang kala itu, khususnya oleh kalangan gereja yang mengakui “Bumi Sentris”.
Pada tahun 1609, Galileo, sang penemu teleskop mendukung teori Copernicus.
Melalui teleskopnya dia bisa melihat Saturnus yang dilingkari gelang-gelang, dan
tahulah ia bahwa ada empat buah planet yang berputar-putar mengelilingi bumi
ini. Selanjutnya, penelitian itu beralih ke planet Venus. Ini merupakan bagian dari
bukti penting yang mengukuhkan teori Copernicus bahwa bumi dan semua planet
lainnya berputar mengelilingi matahari. Sementara, dukungannya terhadap
Copernicus menyebabkan Galileo berhadapan dengan kalangan gereja yang
menentangnya habis-habisan.

3. Aliran Eksistensialisme dalam Pendidikan

Pandangan Eksistensialisme terhadap beberapa faktor pendidikan

Eksistensialisme sebagai Filsafat sangat menekankan individulitas dan


pemenuhan diri secara pribadi. Setiap individu dipandang sebagai makhluk unik,
dan secara unik pula ia bertanggungjawab terhadap nasibnya. Eksistensialisme
berhubungan sangat erat dengan pendidikan karena keduanya bersinggungan
satu sama lain pada masalah-masalah yang sama, yaitu manusia, hidup,
hubungan antar manusia, hakikat kepribadian, dan kebebasan (kemerdekaan).
Pusat pembicaraan eksistensialisme adalah “keberadaan” manusia, sedangkan
pendidikan hanya dilakukan oleh manusia.Menurut Zuhairini, pandangan
eksistensialisme terhadap pendidikan, disimpulkan oleh Van Cleve Morris dalam
Existentialism and Education, bahwa “Eksistensialisme tidak menghendaki adanya
aturan-aturan pendidikan dalam segala bentuk. Oleh karena itu eksistensialisme
dalam hal ini menolak bentuk-bentuk pendidikan sebagaimana yang ada
sekarang. Gagasan pendidikan eksistensialisme diajukan oleh Morris sebagai
“existentialism’s concept of freedom in education”. Salah satu model pendidikan
eksistensialisme yang ditawarkan oleh Ivan Illich adalah Deschooling Society.

Eksistensialisme sebagai PendidikanHumanisme

Eksistensi adalah khas manusia berada. Pusat perhatian ini ada pada
manusia. Oleh karena itu bersifat humanitis. Eksistensialisme mempunyai sifat
dan corak humanisme.Pemikiran eksistensialisme mempengaruhi perkembangan
psikologi, yaitu psikologi humanistik yang membawa implikasi dalam psikologi
pendidikan, teori belajar, dan psikologikonseling.

B. Konsep Aliran Eksistensialisme

1. Tingkat Aliran Eksistensialisme

Konsep eksistensi mempunyai beberapa tingkatan mulai dari tingkatan


yang sederhana sampai tingkat yang paling tinggi. Tingkatan-tingkatan ini terbuka
kepada kita dan nampak jelas dalam pandangan tentang manusia. ,Manusia
sebagai pusat, semua hal itu bertemu pada diri manusia atas dasar ini manusia
disebut “mikro kosmos”. Artinya sebagai mikro kosmos alam semesta yang dalam
bentuk mini. Dalam kehidupan rohani manusia mampu mengungkapkan realitas
yang lebih kaya dalam kepenuhan eksistensinya Bila kita perhatikan tingkat-
tingkat dalam diri manusia kita sampai kepada suatu pengertian akan realitas sub-
human sepertia apa yang diuraikan dalam teori evolusi Darwin, yang berkaitan
pula berbagai pandangan tentang manusia dari segi matrealisme antropologis dan
matrealisme biologis. Apabila kita hanya bertolak dari dua sudut pandang ini dan
kita menghilangkan kehidupan rohani dari manusia, maka yang tinggal hanyalah
kehidupan hewani saja yang berarti sekedar mempunyai kesadaran indrawi yang
terbatas pada kebutuhan biologis.

2. Eksistensi dan Eksistensial

Dalam gerakan eksistensialisme, istilah eksistensi dan eksistensial merupakan


pengembangan istilah eksistensi dalam bahasa kita, ke dua istilah ini sama saja.
Tetapi dalam bahasa inggris, istilah ini dibedakan “existential” dan “eksistensiell”
kedua istilah ini berasal dari filsafat eksistensialisme Jerman. Kata eksistensial
menunjuk pada pengalaman akan realitas dan berbagai dimensi kehidupan.
Kemudian menunjuk bahwa kesadaran seseorang, yang dalam bertindak dan
memilih dapat menciptakan dan mengekspresikan identitas dirinya sendiri dalam
proses bertindak dan memilih yang bertanggung jawab. Sedangkan istilah
“eksistensiil” adalah apa yang mempengaruhi hidup kongrit seseorang pada saat
ini dan ditempat ini. Istilah ini difikirkan sebagai akibat pilihan bebas, jadi
bahwasannya sekarang sebagai pribadi adalah akibat dari keputusan saya
sebelumnya, entah itu keputusan yang baik atau yang jahat. Dua istilah diatas
dapat kita terjemahkan istilah eksistensial sebagai “kodrat” dan eksistensiil adalah
“pribadi”.

3. Tujuan Aliran Eksistensialisme

Dalam aliran eksistensialisme setiap individu didorong untuk


mengembangkan segala kemampuannya untuk memenuhi kebutuhan dirinya.
Aliran ini juga memberikan bekal pengalaman yang  luas juga komprehensif dalam
segala bidang kehidupan.
Tujuan filsafat eksistensialisme dalam pendidikan ialah menjadikan sekolah
sebagai tempat yang memberikan kebebasan serta tidak mengekang dan
membelenggu keinginan atau kebutuhan siswa. Kedudukan guru dalam aliran ini
sebagai fasilitator yang membimbing siswa dalam proses belajar. Yang dimana
kurikulum yang dirancang berpusat pada anak dan individualistik.
BAB III

METODE SURVEY

A. Waktu Survey

Kami (kelompok 10) mensurvey data ini pada tanggal 29 Oktober 2020
pada pukul 14.00 WIB, dari Youtube.

B. Subject Survey

Yang menjadi subject dalam penelitian ini adalah video guru SMK Wikrama.

C. Teknik Pengambilan Data

Yaitu data kualitatif memerlukan pendekatan dari data yang sifatnya lebih
subyektif. Dalam melakukan observasi dari youtobe , maka kami menemukan
Aliran apa yang digunakan seorang guru dalam proses belajar mengajar.

D. Instrumen Survey

https://youtu.be/8PUYkRt7Bgw
BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Hasil

Hasil dari vidio yang kami pakai menggunakan aliran Eksistensialisme


karena pada aliran filsafat Eksistensialisme ini mengutamakan kan kita bebas
berpendapat dan dalam aliran ini juga menetaptakan anatar siswa untuk
berdialog, dan semua itu tercantum didalam vidio yang kami pakai .

B. Pembahasan

Konsep eksistensialisme dikembangkan oleh ahli filsafat asal Jerman,


Martin Heidegger (1889-1976), merupakan bagian filsafat dan akar metodologinya
berasal dari metodologi fenomenologi yang dikembangkan oleh Hussel (1859 –
1938). Kemunculan eksistensialisme berawal dari ahli filsafat Soren Kierkegaard
dan Nietzche. Soren Kierkegaard ingin menjawab pertanyaan “Bagaimanakah aku
menjadi seorang diri?”, dasar pertanyaan tersebut mengemukakan bahwa
kebenaran itu tidak berada pada suatu system yang umum tetapi berada dalam
eksistensi individu yang konkret.

Pandangan tersebut tentunya bukan suatu yang muncul dengan sendirinya,


melainkan sesuatu yang lahir ketika dunia mengalami krisis eksistensial, ketika
manusia melupakan sifat individualisnya. Kierkegaard berusaha untuk
menemukan jawaban untuk pertanyaan tersebut manusia (aku) bisa menjadi
individu yang autentik jika memiliki gairah, keterlibatan, dan komitmen pribadi
dalam kehidupan.

Dari kierkegaard kemudian diteruskan oleh Nitzche (1844-1900), pemikiran


filsafat Nitzche terarah pada upaya melahirkan ide yang bisa menjadi jalan keluar
untuk menjawab pertanyaan filosofisnya, yaitu “bagaimana cara menjadi manusia
unggul”. Jawabannya adalah manusia bisa menjadi unggul jika mempunyai
keberanian untuk merealisasikan diri secara jujur dan berani.

Sebagai pandangan baru, filsafat eksistensialisme merupakan filsafat yang


secara khusus mendeskripsikan eksistensial dan pengalaman manusia dengan
metodologi fenomenologi atau cara manusia berada. Eksistensialisme adalah
suatu reaksi terhadap materialisme dan idealisme. Pendapat materialisme
terhadap manusia adalah manusia merupakan benda dunia, manusia adalah
materi, manusia adalah sesuatu yang ada tanpa menjadi subyek. Pandangan
manusia menurut idealism adalah manusia hanya sebagai subyek atau hanya
sebagai suatu kesadaran. Eksistensialisme berkeyakinan situasi manusia selalu
berpangkalkan eksistensi sehingga aliran eksistensialisme penuh dengan lukisan-
lukisan yang konkret.

Disini bagi eksistensialisme, individu bertanggung jawab atas kemauannya


yang bebas tanpa memikirkan secara mendalam mana yang benar dan mana
yang tidak benar. Sebenarnya, bukannya tidak mengetahui mana yang benar dan
mana yang tidak benar, tetapi seorang eksistensialisme dasar bahwa kebenaran
bersifat relative, karenanya masing-masing individu bebas menentukan sesuatu
yang menurutnya benar.

Sementara, dalam ruang ontology, eksistensialisme banyak


mempersoalkan makna keberadaan manusia yang diyakini mesti dihadirkan lewat
kebebasan. Oleh karenanya, pertanyaan utama eksistensialisme nyaris selalu
bersinggungan dengan persoalan kebebasan; mulai dari apakah kebebasan itu?
bagaimanakah manusia yang bebas itu? Eksistensialisme menolak mentah-
mentah bentuk determinasi terhadap kebebasan kecuali kebebasan tersebut.

Sementara, di perancis eksistensialisme dikenal lewat Jean Paul Sartre,


dengan diktumnya “human is condemned to be free”. Manusia demikian menurut
Sartre, dikutuk untuk bebas. Dengan kebebasannya itulah kemudian manusia
bertindak. Dalam sisi ini, pertanyaan yang sering muncul sebagai akibat dari
adanya kebebasan eksistensialis : sejauh mana kebebasan manusia itu? Atau,
sesuatu yang dalam istilah dikenal “orde baru”. Apakah eksistensialisme
mengenal kebebasan yang bertanggung jawab? Para penganut eksistensialisme
meyakini kebebasan adalah satu-satunya universalitas manusia. Maka, batasan
kebebasan setiap individu adalah kebebasan individu lain.

Namun, menjadi eksistensialis bukan harus menjadi seseorang yang lain


daripada yang lain, sebaliknya menjadi sadar betapa keberadaan dunia selalu
menjadi sesuatu yang berada di luar kendali manusia. Meski hal itu bukan berarti
membuat sesuatu yang unik ataupun yang baru yang menjadi esensi
eksistensialisme.

Membuat sebuah pilihan atas dasar keinginan sendiri dan sadar akan
tanggung jawabnya di masa depan adalah inti eksistensialisme. Sebagai contoh,
mau tidak mau kita akan terjun ke berbagai profesi seperti dokter atau lainnya
tetapi yang dipersoalkan oleh eksistensialisme apakah kita menjadi dokter atau
lainnya merupakan keinginan orang tua atau kita sendiri. Adapun secara umum,
eksistensialisme membagi problem filsafat menjadi empat masalah filosofis :
eksistensi manusia, bagaimana bereksistensi secara aktif, eksistensi manusia
adalah eksistensi yang terbuka dan belum selesai, serta pengalaman eksistensial.

Dalam membicarakan kesadaran, Sartre membagi menjadi dua, yaitu


kesadaran prareflektif dan kesadaran reflektif. Kesadaran prafeflektif adalah
kesadaran aktivitas harian. Menurut Sartre, tidak ada “aku” dalam kesadaran
prareflektif. Sedangkan, kesadaran reflektif adalah kesadaran akan diri. Selama
seseorang berkonsentrasi, ia mengalami kesadaran reflektif. Kesadaran ini
membuat manusia mampu membayangkan apa yang mungkin terjadi dan apa
yang bisa ia lakukan. Singkatnya, eksistensialisme selalu menjadi pemikiran
filsafat yang berupa untuk agar manusia menjadi dirinya, mengalami
individualitasnya. Eksistensi berarti berdiri sendiri sebagai diri sendiri. Menurut
eksistensialisme, ada dua jenis filsafat tradisional, yaitu filsafat spekulatif dan
filsafat skeptif. Filsafat spekulatif menyatakan bahwa pengalaman tidak banyak
berpengaruh pada individu. Filsafat skeptif menyatakan bahwa semuanya
pengalaman itu adalah palsu, tidak ada sesuatu yang dapat kita kenal dari realita.
BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian kami maka dapat ditarik kesimpulan bahwa


aktivitas pembejalaran di SMK Sangat baik . Guru tersebut menggunakan aliran
Eksistensialisme yaitu mengutamakan kan kita bebas berpendapat dan dalam
aliran ini juga menetaptakan anatar siswa untuk berdialog. Guru dan siswa ikut
serta dalam aktivitas pembelajaran menggunakan Eksistensialisme.

B. Saran

Berdasarkan hasil penelitian ini kami memberikan saran-saran sebagai


berikut:

1. Disarankan kepada guru penggunaan gaya mengajar untuk meningkatkan


semangat belajar siswa dalam belajar.
2. Disarankan pada guru agar tetap aktif dalam memberi motivasi supaya
dapat lebih memotivasi siswa untuk lebih semangat dalam belajar
DAFTAR PUSTAKA.

Link : https://youtu.be/8PUYkRt7Bgw

Anda mungkin juga menyukai