Anda di halaman 1dari 15

CRITICAL BOOK REPORT

MK. KETERAMPILAN PENERAPAN KONSEP


PENDIDIKAN MASYARAKAT
PRODI S1 PENMAS- FIP

Skor Nilai :

CRITICAL BOOK REPORT

“Konsep Dasar, Sejarah, dan Asas Pendidikan Luar Sekolah” (Prof. Dr Yusnadi, MS)
“Penelitian Tindakan Dalam pendidikan Nonformal” (Prof. Dr. H. Ishak Abdulhak, M.Pd)

Dosen pengampu : Dr. Sudirman, SE, M.Pd / Friska Indria Nora Harahap S.pd, M.Pd

DISUSUN OLEH :

NAMA MAHASISWA : SYALUNA


NIM : 1193171008
KELAS : Pendidikan Masyarakat Reg A
MATA KULIAH : KETERAMPILAN PENERAPAN KONSEP
PENDIDIKAN MASYARAKAT

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN MASYARAKAT


FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS NEGERI MEDAN
SEPTEMBER 2019
KATA PENGANTAR

Assalamu ‘alaikum warahmatullahi wabarakatuh.


Puji syukur kita ucapkan kepada Allah Swt., karena atas nikmat dan karunia-Nya
sehingga penulis dapat menyelesaikan tugas “Critical Book Report” ini tepat pada
waktunya. Adapun tugas ini dibuat untuk memenuhi tugas CBR untuk mata kuliah
Keterampilan Penerapan Konsep Pendidikan Masyarakat.
Penulis mengucapkan terima kasih kepada Bapak dan Ibu dosen yang
bersangkutan yang telah memberikan banyak bimbingan kepada penulis selama proses
pembelajaran mata kuliah ini.
Penulis berharap makalah ini menjadi salah satu referensi bagi pembaca bila hendak
membandingkan isi dua buku tentang materi Keterampilan Penerapan Konsep
Pendidikan Masyarakat.Penulis juga menyadari bahwa tugas ini masih banyak
kekurangan. Oleh karena itu, penulis meminta maaf jika ada kesalahan dalam penulisan
dan penulis juga mengharapkan kritik dan saran yang membangun guna untuk
kesempurnaan tugas ini.
Akhir kata penulis ucapkan terima kasih. Semoga dapat bermanfaat dan bisa
menambah pengetahuan kita semua. Aamiin.
Wassalamu ‘alaikum warahmatullahi wabarakatuh.

Medan , September 2019

i
i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ..……………………………………………………………………………………………….. i
DAFTAR ISI ..……………………………………………………………………………………………….………..... ii
BAB 1 PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang ..............................………………………………….…….……………………….…............ 1
1.2 Tujuan penulisan CBR .……….………………………….………………………………………................ 1
1.3 Manfaat CBR ……..…………….………………….…………………………………………………................ 1
IDENTITAS BUKU .......................................................................................................................................... 2
BAB II RINGKASAN ISI BUKU
2.1BAB 1 …………………………..…………………………..…………………………………………………......... 3
2.2 BAB 2 ……….…………………………….………………………………………………………………….......... 3
2.3 BAB 3 …….……………………………………………………………………………………………………....... 4
2.4 BAB 4 …….………………………………………………………………………………………….………..….... 5
2.5 BAB 5 …….………………………………………………………….....................................…….…..….…...... 5
2.6 BAB 6 …….……………………………………………………………………................................................... 6
2.7 BAB 7 …….………………………………………………………………………………………….………......... 6
2.8 BAB 8 .......................................................................................................................................................... 7
2.9 BAB 9 .......................................................................................................................................................... 8
3.0 BAB 10 ....................................................................................................................................................... 8
BAB III PEMBAHASAN/ANALISIS
3.1 kelebihan isi buku ……………………………………………….…….………………….…................... 10
3.2 Kekurangan isi buku …….…………………………………..............................……………................ 11
BAB IV PENUTUP
4.1 Kesimpulan ..…………………………………………………………………………..……………….......... 12
4.2 Saran ..................……………………………………………………………………………………................ 12

ii
BAB I
PENDAHULUAN
1.1Latar Belakang
Critical book report bukan hanya laporan yang bertujuan untuk mengetahui isi
buku tetapi lebih menitikberatkan pada evaluasi(penjelasan dan analisis) kita mengenai
keunggulan dan kelemahan buku, apa yang menarik dari buku tersebut dan dapat
menambah pemahaman kita terhadap suatu bidang kajian tersebut. Materi yang dikritik
adalah mengenai konsep dasar, sejarah dan asas pendidikan luar sekolah.
Dengan adanya critical book report ini diharapkan mahasiswa dapat berpikir
lebih kritis dan sistematis, dan bisa lebih memperdalam kajian tentang pendidikan luar
sekolah itu sendiri, dan penelitian tindakan dalam pendidikan nonformal.

1.2 Tujuan
Mengkritisi/membandingkan satu topik materi konsep dasar pendidikan luar
sekolah dalam dua buku yang berbeda untuk mengetahui kelebihan dan kekurangan isi
buku, memahami isi buku tersebut. Kemudian manfaatnya untuk memenuhi tugas
kuliah Keterampilan Penerapan Konsep Dasar Pendidikan luar Sekolah, serta untuk
menambah pengetahuan tentang bagaimana mengkritik buku dengan baik dan benar.

1.3 Manfaat
• Untuk menambah wawasan tentang Konsep dasar pendidikan luar sekolah
• Untuk mengetahui landasan hukum pendidikan luar sekolah .
• Untuk mengetahui kesetaraan pendidikan formal, nonformal dan informal.
• Untuk mengetahui tugas dan sasaran populasi pendidikan non formal
• Untuk mengetahui falsafah pendidikan luar sekolah
• Untuk mengetahui asas-asas pendidikan non formal

1
IDENTITAS BUKU
Buku 1

• Judul : Konsep Dasar, Sejarah dan Asas Pendidikan Luar Sekolah


• Nama Pengarang : Prof. Dr Yusnadi, MS
Silvia Mariah H, M.Pd
• Penerbit/Tahun Terbit : Unimed Press /2018
• Jumlah Halaman : 231 Halaman, 16 x 22 cm
• ISBN : 978-602-7938-98-4

Buku 2

• Judul : Penelitian Tindakan Dalam Pendidikan Nonformal


• Nama Pengarang : Prof. Dr. H. Ishak Abdulhak, M.Pd
Dr. Ugi Suprayogi
• Penerbit/Tahun Terbit : Rajawali Pers/ 2013
• Jumlah Halaman : 246 Halaman, 23 cm
• ISBN : 978-979-769-407-4

2
BAB II
RINGKASAN ISI BUKU

2.1BAB I
Gerakan Pembangunan dan Perkembangan Pendidikan Luar Sekolah di Indonesia
Pendidikan luar sekolah atau nonformal telah ada sebelum negara-negara
berkembang mencapai kemerdekaannya. Pendidikan luar sekolah dalam bentuk yang
paling asli(indigenous) telah ada sejak dulu. Kehadirannya lebih dulu dari pendidikan
tradisional yang biasanya berakar dalam agama dan tradisi yang dianut oleh warga
masyarakat. Bagi negara berkembang, pendidikan luar sekolah ditekankan pada
gerakan pembangunan. Ada dua hal yang sangat ditekankan dalam gerakan
pembangunan masyarakat pedesaan: pertama,perbaikan kondisi ekonomi sosial dan
kultural. Kedua, pengintegrasian masyarakat pedesaan kedalam kehidupan bangsa
secara keseluruhan agar mereka dapat memberikan kontribusi terhadap program-
program nasional. Dengan demikian maka pendidikan bagi masyarakat tidak sekedar
pendidikan formal tetapi juga pendidikan nonformal atau pendidikan luar sekolah.
Pendidikan luar sekolah di Indonesia sudah berkembang sejak dulu dalam bentuk
magang, belajar individual, belajar kelompok yang dilakukan secara tradisional yang
berkaitan dengan keyakinan agama. Dismaoing itu, pendidikan luar sekolah di
masyarakat sebelum bangsa Indonesia merdeka telah mengenal berbagai kursus, yaitu:
kursus kewanitaan, kursus pengetahuan umum atau politik, kepanduan(sekarang
kepramukaan) dan pendidikan olahraga bagi para pemuda. Kegiatan tersebut
diprakarsai oleh pemimpin pergerakan kemerdekaan.
Pada masa revolusi fisik yaitu setelah bangsa Indonesia merdeka, pendidikan luar
sekolah berkembang lebih luas lagi. Kemudian pada tahun 1946pendidikan luar sekolah
di Indonesia resmi ditangani oleh pemerintah. Dan pada masa orde baru pendidikan
luar sekolah mendapat perhatian yang cukup besar. Pendidikan luar sekolah
mempunyai peranan yang cukup besar dalam menunjang pembangunan. Ini semua
memberi arti, bahwa pendidikan luar sekolah memliki peran yang aktif.

2.2BAB II
Konsep Pendidikan dan Pendidikan Seumur Hidup
Ilmu Pendidikan atau pedagogi diartikan sebagai ilmu yang dipelajari untuk
kepentingan pendidikan. Pedagogi adalah seni mendidik atau segala kecakapan yang
kita pergunakan untuk mendidik anak. Pedagogi teoritis adalah ilmu pendidikan
ditinjau dari segi teoritis saja terbagi atas pedagogi sistematis dan pedagogi historis.
Pendidikan memiliki sifat atau karakteristik praktik dan normatif.
Mendidik dapat didefenisikan sebagai membimbing anak ke suatu tujuan. Tujuan
yang bersifat normatif adalah kedewasaan. Kegiatan mendidik berakhir ketika
seseorang telah mencapai tingkat kedewasaan dalam makna luas.

3
Dalam pengertian ini, pendidikan diselenggarakan dalam keluarga secara informal
dan disekolah sebagai kegiatan formal. Menurut ICED, pendidikan itu menyerupai
belajar. Tegasnya pendidikan adalah proses belajar yang terus menerus. Dengan
demikian, pendidikan tidak hanya diselenggarakan di sekolah saja tetapi juga diluar
sekolah. Konsep ICED ini merupakan titik tolak dari konsep life long education.
Pendidikan seumur hidup sudah ada sejak lama. Dalam konsep pendidikan seumur
hidup terkandung gagasan belajar untuk hidup(learning to be) dan masyarakat gemar
belajar (learning society). Pendidikan seumur hidup merupakan proses yang panjang,
mencakup keseluruhan kurun waktu kehidupan individu. Ia mencakup pendidikan
informal, formal dan nonformal termasuk pendidikan orang dewasa. Pendidikan
seumur hidup memiliki sifat fleksibel, berusaha mencari kesinambungan dan kaitan
antara dimensi vertikal atau longitudinal, dan integrasi setiap dimensi horizontal pada
setiap tahap kehidupan. Persyaratan pokok pendidikan seumur hidup meliputi
kesempatan dan edukabiliti.

2.3 BAB III


Konsep Pendidikan Luar Sekolah
perhatian yang besar terhadap pendidikan luar sekolah dari pemerintah dan warga
masyarakat di negara berkembang muncul dengan diresmikannya gagasan pendidikan
seumur hidup, beberapa studi kasustelah dilakukan, diantaranya oleh lembaga
internasional seperti ICED, ASEAN, berbagai Universitas di Amerika dan lain-lain.
Untuk memahami konsep pendidikan nonformal dapat ditinjau dari dua sudut
pandang: (1)konsep konvensional dari pendidikan, dan (2)dinamika tujuan dalam
proses pendidikan. Dalam memandang pendidikan nonformal dengan konteks
pendidikan harus dipandang secara konfrehensif(menyeluruh). Titik tolaknya adalah
unsur-unsur pendidikan yang utama adalah belajar, sumber belajar dan pelajaran.
Program pendidikan formal disusun dengan memperhatikan tujuan, partisipasi,
metode, materi belajar evaluasi, dan struktur organisasi dari program tersebut.
Dalam kaitan dengan pendidikan sekolah, fungsi pendidikan nonformal adalah
sebagai berikut:
 Suplemen, yaitu materi yang diajarkan berfungsi sebagai tambahan terhadap
materi yang diajarkan di sekolah.
 Komplemen, yaitu materi yang disajikan dalam program pendidikan nonformal
untuk melengkapi hal-hal yang diperoleh di sekolah.
 Substitusi, yaitu materi yang diajarkan adalah identik dengan materi yang
biasanya diajarkan di sekolah. Program ini ditunjukan bagi mereka yang tidak
pernah bersekolah atau putus sekolah dasar.

4
2.4 BAB IV
Pengertian Dasar dan Penamaan Lain Pendidikan Nonformal
Menelaah definisi pendidikan nonformal cukup sulit karena belum ada tersedianya
rumusan definisi yang komprehensif dan baku. Dalam pedidikan nonformal yang
menonjol adalah pemenuhan kebutuhan belajar warga untuk berbagai tujuan dan
maksud.
Beberapa definisi yang singkat telah diajukan oleh Coombs, Supardjo Adikusumo,
Colleta. Definisi-definisi tersebut selalu dikaitkan dengan kenyataan, bahwa
penyelenggaraan pendidikan nonformal adalah diluar sitem persekolahan yang ada.
Salah satu definisi pendidikan nonformal menurut Colleta (1975) yaitu “pendidikan
nonformal adalah transmisi pengetahuan, keterampilan dan sikap yang bertujuan dan
sistematik (dengan penekanan terhadap peningkatan keterampilan) diluar teknologi
pendidikan persekolahan formal, dengan suatu susunan struktur waktu,
tempat,sumber, dan warga belajar yang beragam, akan tetapi terarahkan”.
Pendidikan nonformal bukan satu-satunya nama untuk semua kegiatan pendidikan
yang diselenggarakan diluar sekolah. Tercakup kedalam pendidikan nonformal adalah
pendidikan massa(mass education), pendidikan orang dewasa (adult education),
extension education, dan pendidikan dasar(fundamental education). Pendidikan orang
dewasa meliputi pendidikan lanjutan,pendidikan pembaharuan, pendidikan kader
organisasi dan pendidikan populer.

2.5 BAB V
Landasan Hukum Pendidikan Luar Sekolah Di Indonesia
Berdasarkan Undang-undang sistem Pendidikan Nasional No 20 Tahun 2003 pasal
26, disebutkan bahwa pendidikan nonformal diselenggarakan bagi warga masyarakat
yang memerlukan layanan pendidikan yang berfungsi sebagai pengganti, penambah,
ataupun pelengkap pendidikan formal dalam rangka mendukung pendidikan sepanjang
hayat. Berdasarkan Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia
No 81 tahun 2013 tentang pendirian Satuan Pendidikan Nonformal, menyatakan bahwa
pendidikan nonformal adalah kelompok layanan pendidikan yang menyelenggarakan
program pendidikan nonformal.
Berdasarkan undang-undang tentang Pendidikan Luar Sekolah di Indonesia maka
Pendidikan Luar nonformal meliputi pendidikan kecakapan hidup, pendidikan anak
usia dini, pendidikan kepemudaan, pendidikan pemberdayaan perempuan, pendidikan
keaksaraan, pendidikan keterampilan dan pelatihan kerja, pendidikan kesetaraan, serta
pendidikan lain yang ditujukan untuk mengembangkan kemampuan peserta didik.
Satuan pendidikan nonformal terdiri atas lembaga kursus, pelatihan, kelompok
belajar, pusat kegiatan belajar masyarakat, dan majelis taklim, serta satuan pendidikan
yang sejenis. Hasil pendidiakn nonformal dapat dihargai setara dengan hasil program
pendidikan formal setelah melalui proses penilaian penyetaraan oleh lembaga yang
dituju oleh pemerintah dengan mengacu pada standar nasional Pendidikan.

5
2.6 BAB VI
Kesetaraan Pendidikan Formal, Pendidikan Nonformal dan Pendidikan Informal
Membedakan atau mempersamakan pendidikan nonformal dengan pendidikan
formal dapat ditinjau dari karakteristiknya, berdasarkan variabel tujuan, waktu, isi,
penyajian, dan pengawasan. Ditinjau dari tujuan, perbedaan itu terletak pada jangka
waktu belajar dan orientasi belajarnya. Menurut variabel waktu, perbedaan itu dapat
dilihat dari segi jangka waktunya, penyiapan bagi kehidupan masa kini atau masa yang
akan datang dan kesinambungan waktu(terus-menerus atau tidak). Menurut variabel
isi, menekankan kepentingan individual atau menyamaratakan semua peserta didik,
bersifat akademis atau praktis, peserta didik diterima melalui seleksi atau tidak.
Menurut variabel penyajian, perbedaan ditekankan pada pusat kegiatan belajar
mengajar, hubungannya dengan kehidupan dalam masyarakat, berpusat pada
pendidikan atau peserta didik. Dilihat dari segi pengawasan, apakah dilakukan oleh
orang lain atau diatur sendiri, apakah bersifat birokratis tinggi atau demokratis.
Perbedaan yang menonjol terdapat pada struktur, disatu pihak sangat
ketat(pendidikan formal),sedangkan di pihak fleksibel(nonformal/informal)mungkin
dalam kondisi tertentu tidak menonjol. Persamaan pendidikan luar sekolah dengan
pendidikan persekolahan yaitu: (1)Materi pendidikan diprogram secara tertentu,
(2)Ada sasaran didik tertentu yang diharapkan dimasa depan, (3)Memiliki jam belajar
tertentu, (4)Menyelenggarakan evaluasi pelaksanaan program, (5)Diselenggarakan oleh
pihak pemerintah atau pihak swasta.

2.7 BAB VII


Tugas-tugas Sasaran Populasi Pendidikan Nonformal
Tugas-tugas pendidikan nonformal dapat ditinjau dalam kaitannya dengan
pendidikan formal di negara-negara industri, tugas-tugasnya antara lain menyiapkan
anak-anak usi pra sekolah untuk memasuki pendidikan sekolah memberikan
pengalaman belajar di pendidikan formal yang bersifat melengkapi pendidikan formal,
dan memberikan kesempatan belajar kepada pemuda dan orang dewasa yang telah
menamatkan pendidikan nonformal guna memperoleh pengetahuan lebih lanjut.
Pendidikan nonformal memberikan materi yang sama dengan yang diberikan oleh
pendidikan formal.
Sasaran populasi pendidikan nonformal dapat ditinjau dari variabel usia, lingkungan
sosial budaya, jenis kelamin, mata pencaharian, taraf pendidikan dan kelompok khusus.
Berdasarkan segi usia, sasaran populasi dapat digolongkan menjadi sasaran populasi
yang berusia 0-6 tahun, 7-12 tahun, 13-18 tahun, 19-24 tahun, 25 tahun dan seterusnya.
Usia 0-6 tahun sesungguhnya dapat dibagi atas pranatal, post-natal, dan pra sekolah.
Penggolongan sasaran populasi PLS yaitu: Pedesaan(Rural), dan Perkotaan(Urban),
warga terasing, golongan taraf yang ekonominya berkecukupan, dan golongan taraf
yang ekonominya rendah.

6
2.8 BAB VIII
Kritik Terhadap Pendidikan Formal, Isu-isu dan Permasalahan dalam Pendidikan
Nonformal
Ivan Illich dan Paulo Freire mengkritik pendidikan sekolah dari gaya pendidikannya
yang tradisional. Kritik bertitik tolak yang sama yaitu membebaskan manusia. Menurut
Illich, penghargaan yang berlebihan yang diberikan kepada sekolah mengakibatkan
masyarakat tidak berdaya cipta. Perbaikan terhadap pendidikan formal, bagaimana pun
baiknya tidak akan pernah mampu menghasilkan atau menimbulkan sebuah reformasi
masyarakat seperti apa yang diinginkan. Freire mengemukakan kritiknya yang cukup
pedas. Menurutnya sistem pendidikan yang didominasi oleh guru merenggut harga diri
para pelajar. Semestinya pendidikan harus dapat membantu manusia untuk lebih
menyadari dan bertanggung jawab pada dirinya sendiri dan dunianya, melalui proses
refleksi(memahami permasalahan lingkungan, mencari jalan pemecahannya, dan diikuti
oleh tindakan pemecahan).
Ahli lain yang mengemukakan kritiknya adalah Ted ward. Ia mengatakan ada
beberapa kelemahan sekolah, yaitu:
 Semua murid dianggap memiliki kebutuhan, minat dan kemampuan yang
sama.
 Murid lebih dipacu untuk bersikap kompetitif daripada kooperatif.
 Dalam kegiatan belajar murid dianggap penerima dan bukan sumber.
 Hukuman dianggap sebagai upaya meningkatkan pelajaran
 Ujian merupakan kriteria keberhasilan, dll.
Dengan adanya kelemahan pendidikan formal dan kritik-kritik yang dikemukakan
oleh para ahli, masyarakat muali berpaling ke pendidikan nonformal dengan harapan-
harapan, yaitu: pendidikan nonformal menggunakan rancangan instruksional yang
lebih efektif dan langsung, dapat menghasilkan pengaruh jangka pendek dan jangka
panjang, pembiayaan lebih efektif untuk pencapaian tujuan pendidikan, bersifat
fungsional dan bernilai karena dikaitkan dengan kebutuhan, dll.
Isu-isu dalam pendidikan nonformal antara lain, menyangkut kebutuhan yang luas
dan massal, kelompok masyarakat terabaikan, pengintegrasian pendidikan formal dan
nonformal, pembangkitan motivasi belajar, fasilitas, biaya dan sumber, evaluasi, dll.
Masalah-masalah yang timbuldalam kegiatan pendidikan nonformal antara lain,
masalah yang menyangkut departemen yang menaungi pendidikan nonformal, masalah
yang menyangkut kebutuhan pokok yang esensial, masalah tenaga pendidik dalam
pendidikan nonformal, dan masalah sentaralitas atau regionalitas perencanaan.

7
2.9 BAB IX
Falsafah Pendidikan Luar Sekolah
Pancasila merupakan landasan filosofis adil, sedangkan UUUD 1945 adalah landasan
strukturil dalammencapai tujuan kemerdekaan nasional. Pendidikan tidak hanya
menunjang tercapainya tujuan ekonomi, tetapi juga harus memperkokoh niai-nilai
bangsa dan negara yang dianggap luhur. Landasan operasional dalam pengelolaan
pendidikan adalah berpegang pada pasal 31 UUD 1945.
Pendidikan di indonesia diharapkan melahirkan manusia dengan ketujuh rangkaian
sifat seperti yang telah dilukiskan dalam Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional
No 20 Tahun 2003. Pendidikan formal dan nonformal merupakan bagian yang integral
daripada sitem pendidikan nasional. Keduanya adalah proses belajar yang
direncanakan untuk diikuti oleh para siswa guna mencapai tujuan yang telah
ditentukan.
Pendidikan nonformal sebagai bagian dari pendidikan nasional seharusnya paling
dapat berperan dan memberikan pembinaan sikap nilai dalam masyarakat luas.
Pendidikan nonformal dalam usaha meratakan pendidikan sesuai dengan pancasila dan
UUD 1945 berfungsi tidak hanya sebagai komplemen tetapi juga sebagai suplemen dari
pendidikan formal. Pendidikan nonformal melengkapi penyelenggaraan pendidikan
yang tidak mungkin dilakukan oleh pendidikan sekolah, danjuga menyiapkan para
siswa kepada penguasa keterampilan yang khusus serta sikap dan nilai yang relevan
dengan tujuan pembangunan pendidikan dan pembangunan bangsa.
Pada analisis terakhir, pendidikan nonformal karena daerah kerjanya lebih cair dan
luas dan bisa langsung berhubungan dengan dunia kerja, rekreasi, seni dan budaya, dan
mutu hidup umumnya, harus dapat berperan lebih efektif, serta memanfaatkan diri
untuk menjadi salah satu pokok dengan mencapai pembangunan ekonomi, sosial
budaya dan pertahanan keamanan.

3.0 BAB X
Asas-asas Pendidikan Nonformal
Asas-asas pendidikan nonformal terdiri dari 6, yaitu:
 Asas inovasi
Inovasi adalah salah satu asas yang harus diterapkan dalam perencanaan program
pendidikan formal maupun nonformal. Pendidikan seumur hidup(lifelong education)
merupakan salah satu asas pokok didalam perencanaan dan pengembangan
keseluruhan sistem pendidikan nasional.
 Asas penentuan dan perumusan tujuan pendidikan
Penentuan dan perumusan tujuan penddidikan untuk berbagai tingkat usiapara
anggota masyarakat adalah langkah pertama yang harus dikerjakan didalam
merencanakan dan mengembangkan program-program pendidikan, baik formal
ataupun nonformal.

8
 Asas perencanaan dan pengembangan program pendidikan nonformal
Perencanaan dan pengembangan program pendidikan nonformal adalah cara untuk
meningkatkan efektifitas serta efisiensi sesuatu sistem pendidikan, perhitungan secara
teliti harus sudah dilakukan pada fase perencanaan sistem. Untuk memenuhi tuntutan
tersebut, masa berlaku asas perencanaan yaitu: perencanaan bersifat komprehensif,
perencanaan harus bersifat, perencanaan harus diperhitungkan aspek-aspek kuantitatif
dan kualitatif, perencanaan harus memperhitubgkan semua sumber yang ada atau yang
dapat diadakan.
 Asas kebutuhan
Asas kebutuhan ini memberi arti bahwa penyusunan program pendidikan nonformal
berorientasi pada kebutuhan yang bersumber dari warga belajar, masyarakat dan
lembaga. Kebutuhan merupakan suatu keadaan atau situasi di dalamnya terdapat
sesuatu yang perlu dipenuhi atau terdapat sesuatu yang perlu dipenuhi atau terdapat
sesuatu keinginan yang harus dicapai. Kebutuhan pendidikan merupakan bagian dari
kebutuhan dasar dalam kehidupan manusia(kebutuhan hidup manusia, pendidikan, dan
belajar)
 Asas pendidikan seumur hidup
Asas pendidikan seumur hidup memberi makna bahwa pendidikan nonformal itu
membinan dan melaksanakan program-programnya yan dapat mendorong warga
belajar untuk terus belajar secara berkelanjutan.
 Asas relevansi dengan pembangunan
Asas relevansi dengan pembangunan telah memberikan tekanan pada pentingnya
program-program pendidikan nonformal yang dikaitkan secara erat dengan
pembangunan masyarakat.
Dengan pendekatan dari dalam oleh dan untuk masyarakat maka pendidikan
nonformal ditumbuhkan diatas sikap pemilikan dan tanggung jawab bersama. Sacara
singkat dapat dikatakan bahwa dari semua asas pendidikan yang dibahas adalah saling
kait mengkait dan saling menguatkan dalam menancapkan pendidikan nonformal
sebagai pendidikan pembangunan.

9
BAB III
PEMBAHASAN

3.1 Kelebihan Isi Buku


Buku 1
• Dari segi tampilan depan (cover) semua sudah jelas dipaparkan pada covernya, ada
judul, nama pengarang, serta penerbitnya sehingga pembaca tidak perlu membuka
halaman lainnya untuk mencari identitas buku.
• Dari segi tata bahasa, bahasa yang digunakan adalah bahasa baku dan tidak berbelit-
belit.
• Penulis dalam menyajikan buku ini disertai dengan menurut para ahli. Hal ini tentu
menjadi nilai plus bagi buku ini, dan menjadikan para pembaca lebih banyak
mendapatkan informasi.
• Penjelasan di dalam buku ini cukup terperinci dan jelas sehingga mudah dipahami dan
dapat meningkatkan peminat pembaca.
• Terdapat rangkuman pembahasan pada setiap bab, agar lebih mempermudah
pembaca mengetahui intisari dari materi yang ada pada setiap bab didalam buku
tersebut.
• Tertera dengan jelas standar kompetensi, kompetensi dasar, indikator dan tujuan
pembelajaran yang akan dicapai pada bab tersebut.
• Terdapat latihan di setiap bab yang berguna untuk mengasah kemampuan si pembaca
untuk menjawab pertanyaan seputar materi yang dibahas pada bab tersebut.
• Terdapat biodata penulis di bagian cover belakang, sehingga pembaca bisa
mengetahui informasi tentang penulis buku tersebut.
• Adanya contoh gambar dari penjelasan pada materi yang ada di buku tersebut.
Buku 2
• Dari segi tampilan depan (cover) semua sudah jelas dipaparkan pada covernya, ada
judul, nama pengarang, serta penerbitnya sehingga pembaca tidak perlu membuka
halaman lainnya untuk mencari identitas buku.
• Tampilan covernya juga cukup menarik minat pembaca untuk membacanya.

10
•Tertera nama penulis dari isi pembahasan pada setiap bab dibuku tesebut.
• Tertera daftar pustaka pada setiap bab yang pada buku tersebut.
• Penjelasan di dalam buku ini cukup terperinci dan jelas sehingga mudah dipahami.
•Terdapat biodata penulis di bagian cover belakang, sehingga pembaca bisa mengetahui
informasi tentang penulis/editor buku tersebut.
• Cetakan buku yang rapi dan jelas dan tidak buram sehingga pembaca merasa nyaman
membacanya.
• Penulis dalam menyajikan buku ini disertai dengan menurut para ahli. Hal ini tentu
menjadi nilai plus bagi buku ini, dan menjadikan para pembaca lebih banyak
mendapatkan informasi.

3.2 Kekurangan Isi Buku


Buku 1
•Pada bagian halaman yang berisi tentang undang-undang, tulisannya kurang jelas dan
kecil sehingga sedikit sulit untuk membacanya.
•Gambar-gambar yang dilampirkan ridak berwarna.
• Ada beberapa kata yang salah pengetikan kata maupun tanda baca.
Buku 2
• Tidak adanya soal atau pertanyaan di akhir bab untuk melihat sejauh mana pembaca
memahami masing-masing bab pada buku tersebut.
• Ada beberapa kata yang salah pengetikan kata maupun tanda baca.
•Tidak tertera standar kompetensi, kompetensi dasar, indikator dan tujuan
pembelajaran yang akan dicapai pada bab tersebut.
• Tidak adanya gambar yang dilampirkan dari penjelasan yang ada di materi
pembahasan.

11
BAB IV
PENUTUP

4.1 Kesimpulan
Persamaan kedua buku tersebut adalah sama-sama membahas tentang pentingnya
pendidikan nonformal atau pendidikan luar sekolah dan bagaimana cara
mengembangkan atau membentuk gerakan pembangunan pendididkan nonformal atau
pendidikan luar sekolah di Indonesia karena sesungguhnya pendidikan nonformal
setara dengan pendidikan formal dan informal.
Pada buku pertama, membahas tentang gerakan pembangunan, konsep pendidikan
dan pendidikan seumur hidup, konsep, tugas- tugas dan sasaran populasi pendidikan
nonformal, Falsafah, asas serta landasan hukum pendidikan luar sekolah di Indonesia.
Pada buku kedua, membahas tentang hakikat, pola pengembangan dan program-
program pendidikan nonformal, karakteristik, pengelolaan perubahan, siklus penelitian
tindakan dan prosedur penelitian tindakan dan penelitian tindakan dalam pendidikan
nonformal serta implementasi penelitian tindakan dalam pendidikan nonformal atau
pendidikan luar sekolah.

4.1 Saran
Menyadari bahwa penulis masih jauh dari kata sempurna serta minimnya sumber
yang dimiliki oleh penulis, maka penulis akan selalu menerima kritik dan saran yang
membangun agar critical buku ini menjadi lebih baik lagi untuk masa yang akan datang,
dan juga untuk menanggapi terhadap pembahasan dan kesimpulan dari bahasa critical
buku yang telah di jelaskan oleh penulis.

12

Anda mungkin juga menyukai