Skor Nilai :
Dosen pengampu :
Dr. Sudirman,SE,M.Pd / Friska Indria Nora Harahap S.pd, M.Pd
Penulis
i
DAFTAR ISI
BAB 1 PENDAHULUAN
BAB IV PENUTUP
ii
BAB I
PENDAHULUAN
1.2 Tujuan
Mereview/membandingkan dua jurnal dengan topik Pentingnya Pendidikan
Karakter Pada Keluarga. Tujuan lain dari critical journal review ini bertujuan untuk
memenuhi tugas kuliah Pendidikan dan Pemberdayaan Keluarga serta untuk
menambah pengetahuan tentang bagaimana mereview/membandingkan jurnal dengan
baik dan benar.
1.3 Manfaat
Untuk dapat memahami secara mendalam tentang isi dari dua jurnal yang
dibahas untuk meningkatkan pemahaman dan menambah pengetahuan kita tentang
peran orangtua dalam meningkatkan pendidikan karakter anak usia dini dalam
keluarga dan pendidikan karakter sebagai upaya menciptakan akhlak mulia serta untuk
mengetahui kelebihan dan kekurangan dari isi jurnal tersebut. Serta meningkatkan
analisis kita terhadap suatu jurnal, dan agar kita dapat mengetahui teknik penulisan CJR
yang benar.
1
IDENTITAS JURNAL
Jurnal 1
Judul Artikel: Pendidikan Karakter Sebagai Upaya Menciptakan Akhlak Mulia
2
BAB II
RINGKASAN ISI JURNAL
5
Perubahan sebagaimana yang dikemukakan oleh Harsey dan Blanchard (1995) bahwa
dalam diri orang-orang terdapat empat level perubahan yaitu (1) perubahan pengetahuan, (2)
perubahan sikap, (3) perubahan perilaku, dan (4) perubahan prestasi kelompok atau
organisasi. Memperhatikan proses perubahan tersebut, bagaimana pendidikan karakter
dilaksanakan untuk mencapai suatu perubahan pada diri dan masyarakat sebagai suatu
kelompok dalam pergaulan. Perubahan harus dimulai dari memberikan pemahaman tentang
nilai-nilai karakter yang harus dimiliki oleh peserta didik. Oleh karena itu, guru harus dapat
menyampaikan pendidikan karakter secara tepat kepada peserta didik sehingga akan di dapat
perubahan secara signifikan terhadap perilaku peserta didik. Pendidikan yang
mengembangkan karakter adalah bentuk pendidikan yang bisa membantu mengembangkan
sikap etika, moral dan tanggung jawab, memberikan kasih sayang kepada anak didik dengan
menunjukkan dan mengajarkan karakter yang bagus. Hal itu memberikan solusi jangka
panjang yang mengarah pada isu-isu moral, etika dan akademis yang merupakan perhatian
dan sekaligus kekhawatiran yang terus meningkat di dalam masyarakat.
8
Hambatan dalam Meningkatkan Pendidikan Karakter Pada Anak Usia Dini Dalam
Keluarga
Perkembangan media masa kini sangat pesat. Namun, tentunya ada dampak positif
dan negatifnya. Media televisi, koran, internet, hiburan di lingkungan sekitar yang mudah
diakses dan tanpa adanya filter yang mampu menyaring tanyangan tersebut juga turut
berkontribusi dalam perkembangan karakter anak. Dari pengalaman orangtua menjelaskan
bahhwa keberadaan tayangan televisi saat ini lebih intensif jika dibandingkan pengamanan
dari orangtua. Hambatan lain yang dialami oleh orangtua adalah kebiasaan berperilaku sopan-
santun yang sudah mulai luntur. Kebiasaan ini sudah tergantikan dengan kebiasaan yang
konon katanya disebut ‘modern‘. Bahasa yang digunakan pun sudah jauh dari definisi sopan
dan santun. Anak lebih mudah menirukan kebiasaan seperti ini dari lingkungan sekitar.
Lahirnya pendidikan karakter bisa dikatakan sebagai sebuah usaha untuk menghidupkan
kembali pedagogi ideal-spiritual yang sempat hilang diterjang oleh gelombang positivisme.
Dalam sejarah perkembangannya memang manusia tunduk pada hukum-hukum alami, namun
kebebasan yang dimiliki manusia memungkinkan dia menghayati kebebasan dan
pertumbuhannya mengatasi sekadar tuntutan fisik dan psikis semata. Manusia tidak semata-
mata taat pada aturan alamiah. Melainkan kebebasan itu dihayati dalam tata aturan yang
sifatnya mengatasi individu, dalam tata aturan nilai-nilai moral.
Mengembangkan karakter lebih berkaitan erat dengan optimalisasi fungsi otak kanan.
Jangan sampai orangtua mengajarkan pendidikan karakter budi pekerti dan agama ternyata
pada praktiknya lebih menekankan pada aspek otak kiri yang berupa hafalan-hafalan semata.
Padahal pembentukan karakter harus dilakukan secara sistematis dan berkesinambungan yang
melibatkan aspek knowledge, feeling, loving dan acting. Megawangi (2004) pembiasan-
pembiasaan yang dapat dikembangkan orangtua dalam keluarga terhadap anak usia dini dapat
mengacu pada sembilan karakter berikut: 1) cinta Tuhan dan alam semesta beserta isinya, 2)
tanggung jawab, kedisplinan, dan kemandirian, 3) kejujuran, amanah, diplomatis, 4) hormat
dan santun, 5) kasih sayang, dermawan,kepedulian, dan kerjasama, 6) percaya diri, kreatif,
kerja keras, dan pantang menyerah, 7) keadilan dan kepemimpinan, 8) baik dan rendah hati,
9) toleransi, cinta damai, dan persatuan. Keluarga merupakan tempat yang pertama dan utama
ketika seorang anak dididik oleh orangtuanya. Oleh karena itu, keluarga harus berhasil
mengajarkan nilai karakter yang baik pada anak.
9
Metode penanaman sembilan pilar karakter tersebut dilakukan secara eksplisit dan
sistematis, yaitu dengan knowing the good, reasoning the good, feeling the good, dan acting
the good ternyata telah berhasil membangun karakter anak. Dengan knowing the good anak
terbiasa berpikir hanya yang baik-baik saja. Reasoning the good juga perlu dilakukan supaya
anak tahu mengapa dia harus berbuat baik. Misalnya mengapa anak harus jujur dan apa
akibatnya kalau anak jujur. Jadi, anak tidak hanya menghafal kebaikan tetapi juga
mengetahui alasannya. Melalui feeling the good, orangtua dapat membangun perasaan anak
pada kebaikan. Dalam acting the good, anak mempraktekkan kebaikan. Jika anak terbiasa
melakukan knowing, reasoning, feeling, dan acting the good lama-kelamaan anak akan
terbentuk karakternya. Berkaitan dengan peraturan dan sistem yang berlaku lingkungan
keluarga, maka peraturan yang ada dalam keluarga seharusnya selaras dengan tujuan
pendidikan karakter.
Manusia merupakan makhluk yang mudah beradaptasi. Memang akan terasa berat,
namun jika hal itu dijalankan terus-menerus, maka semakin lama akan terbiasa. Dalam
melakukan pola ini orangtua diharapkan tidak lupa untuk memberikan konsekuensi jika anak
melanggar. Tentunya konsekuensi ini yang bersifat mendidik dan tidak merusak harga diri
anak. Sebagai contoh misalnya: jika anak melanggar aturan yang berlaku dalam sebuah
keluarga maka orangtua menyita mainan kesukaan anak selama dua hari.
Jadi, dalam pendidikan karakter juga diperlukan setting lingkungan untuk mendukung
perilaku. Orangtua sebagai role model harus benar-benar dapat memfungsikan diri sebaik-
baiknya. Dengan harapan anak akan akan terbiasa dengan pola-pola yang diterapkan oleh
orangtua. Seperti ada pepatah ‘bisa karena biasa‘. Dengan pendidikan karakter yang
diterapkan secara sistematis dan berkelanjutan, seorang anak akan menjadi cerdas emosinya.
Kecerdasan emosi ini sebagai bekal penting dalam menyiapkan anak menyongsong masa
depan, karena seseorang akan lebih mudah dan berhasil menghadapi segala macam tantangan
kehidupan, termasuk tantangan untuk berhasil secara akademis.
10
BAB III
PEMBAHASAN/ANALISIS
Jurnal 2
Pada jurnal ini menggunakan bahasa Indonesia dan tulisan yang rapi. Judul pada
jurnal ini sudah sesuai dengan isi pembahasannya. Identitas dan struktur pada jurnal
ini ditulis dengan jelas. Penjelasannya menggunakan pendapat para ahli sehingga lebih
jelas dan isi jurnal cukup efektif sesuai dengan kaidah penulisan jurnal. Penulis juga
menggunakan banyak referensi atau daftar rujukan sehingga jurnal ini sangat memikat.
Pada jurnal ini menjelaskan tentang Pentingnya pendidikan karakter bagi anak
usia dini didasarkan oleh adanya periode kritis dalam perkembangan anak disertai
dengan gambar sebagai penjelas materi sehingga pembaca lebih mudah memahaminya.
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah kualitatif deskriptif yang dirancang
dalam bentuk studi kasus tunggal (one case study), pendekatan ini mendapatkan gambaran
yang utuh guna memfokuskan pada proses penemuan makna dari fenomena yang ada pada
subjek penelitian. Teknik pengumpulan data dilakukan melalui wawancara mendalam,
observasi, dan studi dokumentasi.
11
3.2 Kekurangan Isi Jurnal
Jurnal 1
Menurut saya, pada jurnal ini sudah cukup rapi dalam penulisannya,
penjelasnnya pun sudah terperinci dilengkapi contoh berupa contoh bagan sebagai
pelengkap sehingga mudah dipahami. Hanya saja, penulis tidak mencantumkan link
artikel pada jurnal dan penulis tidak menuliskan metode penelitian didalam jurnal
tersebut sehingga pembaca tidak mengetahui metode apa yang digunakan dalam
mengumpulkan data penelitiannya.
Jurnal 2
Menurut saya, pada jurnal ini sudah cukup rapi dalam penulisannya, penjelasannya
pun sudah terperinci dan dilengkapi dengan gambar sebagai pelengkap materi sehingga
mudah dipahami. Hanya saja, ada beberapa poin-poin penting yang pengertiannya tidak
dijabarkan oleh penulis, dan juga penulis tidak mencantumkan link artikel pada jurnal
tersebut.
12
BAB IV
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
Pendidikan karakter adalah sebuah proses yang tidak tak pernah berhenti. Pemerintah
boleh berganti, namun pendidikan karakter tetap harus berjalan terus. Pendidikan karakter
bukanlah proyek yang ada awal dan ada akhirnya. Pendidikan karakter diperlukan tiap
individu untuk menjadi orang yang lebih baik lagi dan menjunjung tinggi nilai-nilai
kemanusiaan. Pendidikan yang mengembangkan karakter adalah bentuk pendidikan yang bisa
membantu mengembangkan sikap etika, moral dan tanggung jawab, memberikan kasih
sayang kepada anakdidik dengan menunjukkan dan mengajarkan karakter yang bagus. Hal itu
memberikan solusi jangka panjang yang mengarah pada isu-isu moral, etika dan akademis
yang merupakan perhatian dan kekhawatiran yang terus meningkat di dalam masyarakat.
Pendidikan akan secara efektif mengembangkan karakter anak didik ketika nilai-nilai
dasar etika dijadikan sebagai basis pendidikan, menggunakan pendekatan yang tajam,
proaktif dan efektif dalam membangun dan mengembangkan karakter anak didik serta
menciptakan komunitas yang peduli, baik di keluarga, sekolah, maupun masyarakat sebagai
komunitas moral yang berbagi tanggung jawab untuk pendidikan yang mengembangkan
karakter setia dan konsisten kepada nilai dasar yang diusung bersama-sama dan secara
simultan di keluarga, kelas, lingkungan sekolah, dan masyarakat.
4.2 Saran
Berdasarkan simpulan dalam kajian ini dapat disarankan sebagai berikut:
1) Keluarga perlu memberikan perhatian dalam membentuk karakter anak dimulai dari anak
masih dalam kandungan. Para calon orang tua hendaknya sudah memberikan perhatian dalam
menyiapkan karakter anak dengan menjaga perilaku orang tua mulai dari ucapan, tingkah
laku, makanan yang dikonsumsi ibu berasal dari yang halal dan bergizi serta pengamalan
agama yang lebih baik. 2) Sekolah sebagai tempat kedua dari lingkungan keluarga juga perlu
menciptakan kondisi yang lebih baik dalam memberikan pembentukan karakter peserta didik.
3) Pendidikan karakter perlu juga keterlibatan semua komponen bangsa dalam hal ini
masyarakat dimana lingkungan anak tersebut berada.
13