Anda di halaman 1dari 16

CRITICAL JOURNAL REVIEW

MK. PENDIDIKAN DAN


PEMBERDAYAAN KELUARGA
PRODI S1 PENMAS- FIP

Skor Nilai :

CRITICAL JOURNAL REVIEW


“Pendidikan Karakter Sebagai Upaya Menciptakan Akhlak Mulia”
“Peran Orangtua Dalam Meningkatkan Pendidikan Karakter Anak Usia Dini Dalam
Keluarga”

Dosen pengampu :
Dr. Sudirman,SE,M.Pd / Friska Indria Nora Harahap S.pd, M.Pd

NAMA MAHASISWA : SYALUNA


NIM : 1193171008
KELAS : Pendidikan Masyarakat Reg A
MATA KULIAH : Pendidikan dan Pemberdayaan Keluarga

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN MASYARAKAT


FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS NEGERI MEDAN
2020
KATA PENGANTAR

Assalamu ‘alaikum warahmatullahi wabarakatuh.


Puji syukur kita ucapkan kepada Allah Swt., karena atas nikmat dan karunia-Nya
sehingga penulis dapat menyelesaikan tugas “Critical Journal Review” ini tepat pada
waktunya. Adapun tugas ini dibuat untuk memenuhi tugas CJR mata kuliah Pendidikan
dan Pemberdayaan Keluarga.
Penulis mengucapkan terimakasih kepada Bapak dan Ibu dosen yang
bersangkutan yang telah memberikan banyak bimbingan kepada penulis selama proses
pembelajaran mata kuliah ini. Penulis berharap makalah ini menjadi salah satu
referensi bagi pembaca bila hendak mereview atau membandingkan dua isi jurnal
tentang materi pentingnya membentuk Pendidikan Karakter pada diri seseorang.
Penulis juga menyadari bahwa tugas ini masih banyak kekurangan dan masih
jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu, penulis meminta maaf jika ada kesalahan
dalam penulisan dan penulis juga mengharapkan kritik dan saran yang membangun
guna untuk kesempurnaan tugas ini.
Akhir kata penulis ucapkan terima kasih. Semoga dapat bermanfaat dan bisa
menambah pengetahuan kita semua. Aamiin.
Wassalamu ‘alaikum warahmatullahi wabarakatuh.

Medan , Februari 2020

Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ..………………………………………………………………………………………………... i

DAFTAR ISI ..……………………………………………………………………………………………….………...... ii

BAB 1 PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang ..............................………………………………….…….……………………….…............. 1

1.2 Tujuan penulisan CJR .……….………………………….………………………………….......................... 1

1.3 Manfaat CJR ……..…………….………………….…………………………………….................................... 1

IDENTITAS JURNAL ....................................................................................................................................... 2

BAB II RINGKASAN ISI JURNAL

2.1 Deskripsi Isi Jurnal 1 …………………………..…………………………..……………………………….... 3

2.2 Deskripsi Isi Jurnal 2 ……….…………………………….…………………………………………………... 6

BAB III PEMBAHASAN/ANALISIS

3.1 Kelebihan isi jurnal ……………………………………………….…….………………….…...................... 11

3.2 Kekurangan isi jurnal …….…………………………………..............................……………................... 12

BAB IV PENUTUP

4.1 Kesimpulan ..…………………………………………………………………………..……………….............. 13

4.2 Saran ...................……………………………………………………………………………………........…….... 13

ii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Critical Journal Review (CJR) sangat penting buat kalangan pendidikan terutama
buat mahasiswa maupun mahasiswi karena dengan mengkritik suatu jurnal maka
mahasiswa/i ataupun si pengkritik dapat membandingkan dua jurnal dengan tema yang
sama, dapat melihat mana jurnal yang perlu diperbaiki dan mana jurnal yang sudah baik
untuk digunakan berdasarkan dari penelitian yang telah dilakukan oleh penulis jurnal
tersebut, setelah dapat mengkritik jurnal maka diharapkan mahasiswa/i dapat
membuat suatu jurnal karena sudah mengetahui bagaimana kriteria jurnal yang baik
dan benar untuk digunakan dan sudah mengerti bagaimana cara menulis atau langkah-
langkah apa saja yang diperlukan dalam penulisan jurnal tersebut.

1.2 Tujuan
Mereview/membandingkan dua jurnal dengan topik Pentingnya Pendidikan
Karakter Pada Keluarga. Tujuan lain dari critical journal review ini bertujuan untuk
memenuhi tugas kuliah Pendidikan dan Pemberdayaan Keluarga serta untuk
menambah pengetahuan tentang bagaimana mereview/membandingkan jurnal dengan
baik dan benar.

1.3 Manfaat
Untuk dapat memahami secara mendalam tentang isi dari dua jurnal yang
dibahas untuk meningkatkan pemahaman dan menambah pengetahuan kita tentang
peran orangtua dalam meningkatkan pendidikan karakter anak usia dini dalam
keluarga dan pendidikan karakter sebagai upaya menciptakan akhlak mulia serta untuk
mengetahui kelebihan dan kekurangan dari isi jurnal tersebut. Serta meningkatkan
analisis kita terhadap suatu jurnal, dan agar kita dapat mengetahui teknik penulisan CJR
yang benar.

1
IDENTITAS JURNAL

Jurnal 1
Judul Artikel: Pendidikan Karakter Sebagai Upaya Menciptakan Akhlak Mulia

Nama jurnal : Jurnal Pendidikan dan Kebudayaan

Edisi terbit : Mei 2010


Penulis : Sabar Budi Raharjo
Vol : Vol. 16, Nomor 3
Hal : 229-238
Link :-
Jurnal 2
Judul Artikel : Peran Orangtua Dalam Meningkatkan Pendidikan Karakter Anak Usia Dini
Dalam Keluarga
Nama jurnal : Jurnal PG- - PAUD Trunojoyo
Edisi terbit : April 2015
Penulis : Edi Widianto
Vol : Volume 2, Nomor 1
Hal : 31-39
Link :-

2
BAB II
RINGKASAN ISI JURNAL

2.1 Deskripsi Isi Jurnal 1


Pendidikan pada dasarnya adalah upaya meningkatkan kemampuan sumber daya
manusia supaya dapat menjadi manusia yang memiliki karakter dan dapat hidup mandiri.
Berdasarkan hal tersebut, yang menjadi permasalahan dalam kajian ini adalah apakah
pendidikan karakter dapat mewujudkan akhlak mulia? Dari rumusan masalah tersebut, tujuan
kajian ini adalah untuk mengetahui bagaimana pendidikan karakter dapat mempengaruhi
akhlak mulia. Membangun karakter dan watak bangsa melalui pendidikan mutlak diperlukan,
bahkan tidak bisa ditunda. Pendidikan karakter dapat berjalan efektif dan berhasil apabila
dilakukan secara integral dimulai dari lingkungan rumah tangga, sekolah dan masyarakat.
Karakter yang harus ditanamkan kepada peserta didik di antaranya adalah; cinta kepada Allah
dan alam semesta beserta isinya, tanggungjawab, disiplin dan mandiri, jujur, hormat dan
santun, kasih sayang, peduli, dan kerja sama, percaya diri, kreatif, kerja keras dan pantang
menyerah, keadilan dan kepemimpinan, baik dan rendah hati, dan toleransi, cinta damai dan
persatuan. Sedangkan akhlak mulia adalah keseluruhan kebiasaan manusia yang berasal
dalam diri yang di dorong keinginan secara sadar dan dicerminkan dalam perbuatan yang
baik. Dengan demikian apabila karakter-karakter yang luhur tertanam dalam diri peserta didik
maka akhlak mulia secara otomatis akan tercermin dalam perilaku peserta didik dalam
kehidupan keseharian.
Hakikat Pendidikan Karakter
Berangkat dari pemahaman pendidikan seperti dalam Undang-Undang Nomor 20,
Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional disebutkan bahwa pendidikan adalah usaha
sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta
didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual
keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan
yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara. Sejalan dengan hal tersebut,
Sudardja (1994) menyatakan bahwa pendidikan adalah upaya untuk mempersiapkan peserta
didik agar mampu hidup dengan baik dalam masyarakatnya, mampu meningkatkan dan
mengembangkan kualitas hidupnya sendiri, serta berkontribusi secara bermakna dalam
mengembangkan dan meningkatkan secara bermakna dalam mengembangkan dan
maningkatkan kualitas hidup masyarakat dan bangsanya.
3
Pengertian karakter menurut Hasanah (2009) merupakan standar-standar batin yang
terimplementasi dalam berbagai bentuk kualitas diri. Karakter diri dilandasi nilai-nilai serta
cara berpikir berdasarkan nilai-nilai tersebut dan terwujud di dalam perilaku. Sementara itu,
Indonesia Heritage Foundation yang dikutip Hasanah merumuskan beberapa bentuk karakter
yang harus ada dalam setiap individu bangsa Indonesia di antaranya; cinta kepada Allah dan
alam semesta beserta isinya, tanggung jawab, disiplin dan mandiri, jujur, hormat dan santun,
kasih sayang, peduli, dan kerja sama, percaya diri, kreatif, kerja keras dan pantang menyerah,
keadilan dan kepemimpinan, baik dan rendah hati, dan toleransi, cinta damai dan persatuan.
Sementara itu, character counts di Amerika mengidentifikasikan bahwa karakter-karakter
yang menjadi pilar adalah; dapat dipercaya (trustzoorthiness), rasa hormat dan perhatian
(respect), tanggung jawab (responsibility), jujur (fairness), peduli (caring), kewarganegaraan
(citizenship), ketulusan (honesty), berani (courage), tekun (diligence) dan integritas.
Hakikat Akhlak Mulia
Dengan memperhatikan Undang-Undang Nomor 20, Tahun 2003 tentang Sistem
Pendidikan Nasional salah satu dari tujuan pendidikan adalah mewujudkan akhlak mulia.
Fakta menunjukkan banyak dijumpai perilaku para anak didik yang kurang sopan, bahkan
lebih ironis lagi sudah tidak menghormati orang tua, baik guru maupun sesama. Banyak
kalangan yang mengatakan bahwa “watak” dengan “watuk” (batuk) sangat tipis
perbedaannya. Apabila “watak” bisa terjadi karena sudah dari sononya atau bisa juga karena
faktor bawaan yang sulit untuk diubah, namun apabila “watuk” = batuk, mudah disembuhkan
dengan minum obat batuk. Mengapa hal ini bisa terjadi? Jelas hal ini tidak dapat terlepas
adanya perkembangan atau laju ilmu pengetahuan dan teknologi serta informasi yang
mengglobal, bahkan sudah tidak mengenal batas-batas negara hingga mempengaruhi ke
seluruh sendi kehidupan manusia. Oleh karena itu, perlu diwujudkan dalam diri peserta didik
adalah adanya akhlak mulia yang menjadi landasan pribadi peserta didik.
Pengertian akhlak atau moral menurut Halim (2004) adalah sebuah sistem yang
lengkap yang terdiri dari karakteristik-karakteristik akal atau tingkah laku yang membuat
seseorang menjadi istimewa. Karakteristik-karakteristik ini membentuk kerangka psikologi
seseorang dan membuatnya berperilaku sesuai dengan dirinya dan nilai yang cocok dengan
dirinya dalam kondisi yang berbeda-beda. Pengertian akhlak menurut Imam Abu Hamid al-
Ghazali yang dikutip oleh Halim (2004) bahwa yang dimaksud akhlak atau al-khuluq adalah
merupakan sifat yang terpatri dalam jiwa, yang darinya terlahir perbuatanperbuatan dengan
mudah tanpa memikirkan dan merenung terlebih dahulu.
4
Dalam penyelenggaraan sistem pendidikan salah satu unsur pendidikan yang penting
dan berperan adalah seorang guru. Dalam pelaksanaan proses belajar mengajar peran guru
dalam mengarahkan dan membentuk situasi belajar siswa sangat menentukan keberhasilan
penyelenggaraan pendidikan. Hal tersebut karena guru berfungsi sebagai motivator peserta
didik untuk mendorong siswa agar belajar lebih rajin dan berhasil atas kesadarannya sendiri.
Proses pendidikan tersebut terjadi di lingkungan sekolah peserta didik tidak berhasil dalam
prestasi belajarnya namun juga harus memiliki karakter yang tangguh untuk mencapai cita-
cita menjadi manusia sukses yang bermanfaat untuk dirinya dan orang lain serta memiliki
kesadaran menghargai orang lain. Secara umum, proses perbaikan tentunya harus bisa
direalisasikan dalam jangka waktu yang singkat. Tentunya perbaikan dilakukan dalam
setiap aspek kehidupan secara menyeluruh lewat tahapan-tahapan yang dibuat. Dalam jangka
waktu perbaikan ini, aktualisasi terhadap kondisikondisi terbaru harus dijadikan sebagai
aspek operasional dalam bergerak sehingga tidak ada ketimpangan pemikiran atau pun gerak
antara perbaikan dan aktualisasi.
Adapun karakterkarakter yang harus dikembangkan adalah cinta kepada Allah dan
alam semesta beserta isinya, tanggung jawab, disiplin dan mandiri, jujur, hormat dan santun,
kasih sayang, peduli, dan kerja sama, percaya diri, kreatif, kerja keras dan pantang menyerah,
keadilan dan kepemimpinan, baik dan rendah hati, dan toleransi, cinta damai dan persatuan.
Karakter tersebut ditanamkan kepada peserta didik melalui proses pendidikan dalam setiap
mata pelajaran. Artinya pendidikan karakter tidak perlu berdiri sendiri namun dalam setiap
mata pelajaran mengandung unsur-unsur karakter yang mulia yang harus dipahami dan
diamalkan oleh setiap peserta didik.
Akhlak mulia merupakan sifat yang terpatri dalam jiwa, yang darinya terlahir
perbuatan-perbuatan mudah tanpa memikirkan dan merenung terlebih dahulu. Dari sifat yang
tertanam tersebut terlahir perbuatan baik dan terpuji menurut rasio dan syariat maka sifat
tersebut dinamakan akhlak yang baik. Oleh karena itu, dengan tertanamnya karakter-karakter
mulia tersebut maka akan muncul akhlak mulia pada saat anak menghadapi pergaulan di
lingkungan sekolah maupun masyarakat dalam kehidupan sehari-hari. Perubahan perilaku
dari individu sampai perubahan kelompok tidak terjadi secara sekaligus namun ada tahapan
yang harus dilalui. Tentunya perubahan yang mendasar adalah perubahan dari individu
tersebut dalam memahami pengetahuan yang diserap dalam berinteraksi sosial dengan
lingkungannya di mana dia berada.

5
Perubahan sebagaimana yang dikemukakan oleh Harsey dan Blanchard (1995) bahwa
dalam diri orang-orang terdapat empat level perubahan yaitu (1) perubahan pengetahuan, (2)
perubahan sikap, (3) perubahan perilaku, dan (4) perubahan prestasi kelompok atau
organisasi. Memperhatikan proses perubahan tersebut, bagaimana pendidikan karakter
dilaksanakan untuk mencapai suatu perubahan pada diri dan masyarakat sebagai suatu
kelompok dalam pergaulan. Perubahan harus dimulai dari memberikan pemahaman tentang
nilai-nilai karakter yang harus dimiliki oleh peserta didik. Oleh karena itu, guru harus dapat
menyampaikan pendidikan karakter secara tepat kepada peserta didik sehingga akan di dapat
perubahan secara signifikan terhadap perilaku peserta didik. Pendidikan yang
mengembangkan karakter adalah bentuk pendidikan yang bisa membantu mengembangkan
sikap etika, moral dan tanggung jawab, memberikan kasih sayang kepada anak didik dengan
menunjukkan dan mengajarkan karakter yang bagus. Hal itu memberikan solusi jangka
panjang yang mengarah pada isu-isu moral, etika dan akademis yang merupakan perhatian
dan sekaligus kekhawatiran yang terus meningkat di dalam masyarakat.

2.2 Deskripsi Isi Jurnal 2


Tujuan pendidikan adalah untuk menciptaan pribadi-pribadi yang memiliki idealisme
yang tinggi. Pribadi seperti itu berkewajiban menjadikan akhlak dan moral sebagai ikatan.
Melalui pendidikan simpul-simpul norma dan nilai dapat ditegakkan, jika masing-masing
pribadi mematuhi tata aturan dalam kehidupannya, melaksanakan norma-norma dalam
masyarakat, dan memperbaiki pemahaman berdasarkan landasan yang benar. Inilah tugas
berat yang harus dipikul bersama oleh semua komponen masyarakat.
Pendidikan memiliki landasan yang selalu disesuaikan dengan orientasi yang ada pada
masyarakat. Bagi masyarakat komunis, landasan pendidikan terpusat pada materealisme,
menafikan spiritualitas, dan memutuskan hubungan manusia dengan Tuhannya. Bagi
beberapa negara, landasan pendidikan terpusat pada budaya materealistik, pengagungan
individualisme, dan dekonstuksi budaya moral. Sementara bagi itu ada pula yang
menggunakan landasan pendidikannya didasarkan pada pembentukkan akidah yang benar,
percaya diri, dan etika luhur yang mencerminkan hubungan kasih sayang antara manusia
dengan Tuhannya, antara manusia dengan sesamanya, dan jalinan hubungan dengan
keluarganya. Orangtua di dalam keluarga dan lingkungan sosial masyarakat merupakan
tempat belajar seorang anak untuk pertama kalinya. Oleh karena itu, seorang anak
membutuhkan stimulasi yang tepat agar anak dapat tumbuh dan berkembang dengan optimal.
6
Bloom (dalam Siskandar, 2003: 22) menyatakan perkembangan intelegensi,
kepribadian dan tingkah laku sosial berkembang pesat ketika anak berada mada masa usia
dini. Pada masa itulah peran orangtua sangat dominan dalam meningkatkan pendidikan
karakter bagi anak usia dini. Pemerintah pusat maupun pemerintahan daerah melalui
lembaga-lembaga yang terkait telah melakukan upaya-upaya menumbuhkan potensi dan
optimalisasi pendidikan karakter pada anak. Sedangkan dalam lingkup yang lebih luas, semua
negara-negara di dunia telah bersepakat dalam hal pentingnya usaha untuk meningkatkan
kesejahteraan dan pemberdayaan potensi anak-anak. Bahkan PBB dalam badan-badan
khususnya seperti UNICEF, UNESCO, dan WHO telah menunjukkan upaya-upaya tersebut.
Pendidikan karakter bertujuan untuk memperkuat pondasi dasar anak sebagai persiapan untuk
hidup dan dapat menyesuaikan diri dengan lingkungannya. Kohlberg (1975) menyatakan
bahwa anak pada usia bayi belum mengerti tentang moral, sehingga belum mengerti arti baik
dan buruk. Di sinilah letak peran orangtua sangat besar untuk memberikan pondasi moral
yang kuat kepada anak.
Pendidikan Karakter dalam Lingkungan Keluarga
Pendidikan karakter adalah gerakan nasional untuk menciptakan generasi yang
beretika, bertanggung jawab, dan perduli melalui pemodelan dan mengajarkan karakter baik
dengan penekanan pada nilai universal yang disepakati bersama. Langkah-langkah ini sangat
baik, khususnya untuk menanamkan budi pekerti yang baik pada anak dalam keluarga. Jika
anak dibiasakan sejak kecil dengan pembiasaan-pembiasaan pada nilai etika, menghargai diri
sendiri dan orang lain, bertanggung jawab, integritas, dan disiplin diri, maka hal ini akan
membekas sampai usia dewasa. Memang bukan persoalan yang mudah dan cepat untuk
mencapai hal itu semua. Pendidikan karakter bukanlah suatu ‗obat penyembuh secara
singkat‘. Hasil pendidikan karakter akan membawa dampak dalam jangka panjang pada
moral dan etika anak.
Hasil temuan menunjukkan bahwa pendidikan karakter dalam keluarga dapat
ditafsirkan sebagai sebuah langkah orangtua kepada anak agar anak usia dini dapat
bertumbuh dan menghayati nilai-nilai moral guna menyiapkan kehidupannya dengan tujuan
untuk membentuk pribadi yang berakhlak mulia. Pendidikan karakter dalam keluarga yang
diajarkan orangtua kepada anak dilakukan melalui: 1) diajarkan melalui pembiasaan dalam
kehidupan sehari-hari, orangtua berperan sebagai role model, dilakukan dalam setting
informal; 2) bersumber utama dari keluarga, lingkungan, dan sekolah; 3) lebih mudah
ditularkan melalui pembiasaan daripada diajarkan dalam bentuk pelajaran; orang tua
7
mengajarkan karakter kepada anak didasari budaya dan adat-istiadat yang melekat di
sekitarnya. Beberapa nilai-nilai karakter yang diberikan orangtua kepada anak dalam
lingkungan keluarga antara lain: 1) Disiplin diri, 2)Ketekunan, 3)Tanggung jawab, 4)Sikap
rendah hati, 5)Tata krama, 6)Kejujuran, 7)Cinta kepada Allah.
Peran Orangtua dalam Meningkatkan Pendidikan Karakter Pada Anak Usia
Dini Dalam Keluarga
Tantangan terbesar yang sedang dihadapi Indonesia saat ini adalah menghadapi
Masyarakat Ekonomi Asia (MEA), tantangan tersebut merupakan peluang sekaligus ancaman
yang akan dihadapi oleh seluruh bangsa Indonesia. Kunci sukses dalam menghadapi
tantangan itu terletak pada kualitas sumberdaya manusia (SDM) Indonesia yang handal dan
berbudaya. Oleh karena itu, peningkatan kualitas SDM sejak dini merupakan langkah penting
yang harus disiapkan secara serius.
Adapun peran yang dilakukan orangtua dalam menebar virus karakter kepada anak
dilakukan dengan cara sebagai berikut: 1) Menanamkan nilai kebaikan kepada anak.
Menanamkan konsep diri pada anak secara alami kepada anak tanpa harus direncanakan
terlebih dahulu. 2) Menggunakan cara yang membuat anak memiliki keinginan untuk berbuat
baik. Peran yang dilakukan orangtua dilakukan dengan cara memberikan beberapa contoh
kepada anak mengenai karakter yang sedang dibangun. 3) Mengembangkan sikap mencintai
perbuatan yang baik. Supaya anak mengembangkan karakter yang baik, maka perlu ada
penghargaan bagi anak yang membiasakan melakukan kebaikan. Begitu pula dengan anak
yang melakukan pelanggaran, supaya diberi hukuman yang bersifat mendidik. 4)
Melaksanakan perbuatan baik. Karakter yang sudah mulai dibangun melalui konsep
diaplikasikan dalam proses pembelajaran informal dalam keluarga.
Selain itu, orangtua juga tetap memantau perkembangan anak dalam praktik
pembangunan karakter di rumah. Selama proses pendidikan karakter dijalankan oleh orangtua
di rumah, maka orangtua tetap berkewajiban memantau perkembangan anak secara terus-
menerus. Pemantauan secara kontinyu merupakan wujud dari pelaksanaan pembangunan
karakter. Beberapa hal yang perlu dipantau antara lain: kedisiplinan mulai dari bagun tidur di
pagi hari, pembiasaan jam berangkat ke sekolah (jika anak sudah memasuki usia prasekolah),
pembiasaan berdoa sebelum makan, pembiasaan dalam berbicara (sopan santun berbicara),
maupun etika bertemu dengan oranglain.

8
Hambatan dalam Meningkatkan Pendidikan Karakter Pada Anak Usia Dini Dalam
Keluarga
Perkembangan media masa kini sangat pesat. Namun, tentunya ada dampak positif
dan negatifnya. Media televisi, koran, internet, hiburan di lingkungan sekitar yang mudah
diakses dan tanpa adanya filter yang mampu menyaring tanyangan tersebut juga turut
berkontribusi dalam perkembangan karakter anak. Dari pengalaman orangtua menjelaskan
bahhwa keberadaan tayangan televisi saat ini lebih intensif jika dibandingkan pengamanan
dari orangtua. Hambatan lain yang dialami oleh orangtua adalah kebiasaan berperilaku sopan-
santun yang sudah mulai luntur. Kebiasaan ini sudah tergantikan dengan kebiasaan yang
konon katanya disebut ‘modern‘. Bahasa yang digunakan pun sudah jauh dari definisi sopan
dan santun. Anak lebih mudah menirukan kebiasaan seperti ini dari lingkungan sekitar.
Lahirnya pendidikan karakter bisa dikatakan sebagai sebuah usaha untuk menghidupkan
kembali pedagogi ideal-spiritual yang sempat hilang diterjang oleh gelombang positivisme.
Dalam sejarah perkembangannya memang manusia tunduk pada hukum-hukum alami, namun
kebebasan yang dimiliki manusia memungkinkan dia menghayati kebebasan dan
pertumbuhannya mengatasi sekadar tuntutan fisik dan psikis semata. Manusia tidak semata-
mata taat pada aturan alamiah. Melainkan kebebasan itu dihayati dalam tata aturan yang
sifatnya mengatasi individu, dalam tata aturan nilai-nilai moral.
Mengembangkan karakter lebih berkaitan erat dengan optimalisasi fungsi otak kanan.
Jangan sampai orangtua mengajarkan pendidikan karakter budi pekerti dan agama ternyata
pada praktiknya lebih menekankan pada aspek otak kiri yang berupa hafalan-hafalan semata.
Padahal pembentukan karakter harus dilakukan secara sistematis dan berkesinambungan yang
melibatkan aspek knowledge, feeling, loving dan acting. Megawangi (2004) pembiasan-
pembiasaan yang dapat dikembangkan orangtua dalam keluarga terhadap anak usia dini dapat
mengacu pada sembilan karakter berikut: 1) cinta Tuhan dan alam semesta beserta isinya, 2)
tanggung jawab, kedisplinan, dan kemandirian, 3) kejujuran, amanah, diplomatis, 4) hormat
dan santun, 5) kasih sayang, dermawan,kepedulian, dan kerjasama, 6) percaya diri, kreatif,
kerja keras, dan pantang menyerah, 7) keadilan dan kepemimpinan, 8) baik dan rendah hati,
9) toleransi, cinta damai, dan persatuan. Keluarga merupakan tempat yang pertama dan utama
ketika seorang anak dididik oleh orangtuanya. Oleh karena itu, keluarga harus berhasil
mengajarkan nilai karakter yang baik pada anak.

9
Metode penanaman sembilan pilar karakter tersebut dilakukan secara eksplisit dan
sistematis, yaitu dengan knowing the good, reasoning the good, feeling the good, dan acting
the good ternyata telah berhasil membangun karakter anak. Dengan knowing the good anak
terbiasa berpikir hanya yang baik-baik saja. Reasoning the good juga perlu dilakukan supaya
anak tahu mengapa dia harus berbuat baik. Misalnya mengapa anak harus jujur dan apa
akibatnya kalau anak jujur. Jadi, anak tidak hanya menghafal kebaikan tetapi juga
mengetahui alasannya. Melalui feeling the good, orangtua dapat membangun perasaan anak
pada kebaikan. Dalam acting the good, anak mempraktekkan kebaikan. Jika anak terbiasa
melakukan knowing, reasoning, feeling, dan acting the good lama-kelamaan anak akan
terbentuk karakternya. Berkaitan dengan peraturan dan sistem yang berlaku lingkungan
keluarga, maka peraturan yang ada dalam keluarga seharusnya selaras dengan tujuan
pendidikan karakter.
Manusia merupakan makhluk yang mudah beradaptasi. Memang akan terasa berat,
namun jika hal itu dijalankan terus-menerus, maka semakin lama akan terbiasa. Dalam
melakukan pola ini orangtua diharapkan tidak lupa untuk memberikan konsekuensi jika anak
melanggar. Tentunya konsekuensi ini yang bersifat mendidik dan tidak merusak harga diri
anak. Sebagai contoh misalnya: jika anak melanggar aturan yang berlaku dalam sebuah
keluarga maka orangtua menyita mainan kesukaan anak selama dua hari.
Jadi, dalam pendidikan karakter juga diperlukan setting lingkungan untuk mendukung
perilaku. Orangtua sebagai role model harus benar-benar dapat memfungsikan diri sebaik-
baiknya. Dengan harapan anak akan akan terbiasa dengan pola-pola yang diterapkan oleh
orangtua. Seperti ada pepatah ‘bisa karena biasa‘. Dengan pendidikan karakter yang
diterapkan secara sistematis dan berkelanjutan, seorang anak akan menjadi cerdas emosinya.
Kecerdasan emosi ini sebagai bekal penting dalam menyiapkan anak menyongsong masa
depan, karena seseorang akan lebih mudah dan berhasil menghadapi segala macam tantangan
kehidupan, termasuk tantangan untuk berhasil secara akademis.

10
BAB III
PEMBAHASAN/ANALISIS

3.1 Kelebihan Isi Jurnal


Jurnal 1
Pada jurnal ini menggunakan bahasa Indonesia dan tulisan yang rapi. Judul pada jurnal
ini sudah tepat dan jelas serta relevan dengan isi jurnal. Identitas dan struktur pada jurnal ini
ditulis dengan cukup jelas. Penjelasannya menggunakan pendapat para ahli sehingga lebih
jelas dan di dalam isi jurnal ini cukup efektif sesuai kaidah penulisan jurnal. Kemudian
penulis mencantumkan cukup banyak referensi atau daftar pustaka sehingga jurnal tersebut
sangat memikat.
Pada jurnal ini mendeskripsikan tentang bagaimana pendidikan karakter dilaksanakan
untuk mencapai suatu perubahan pada diri dan masyarakat sebagai suatu kelompok dalam
pergaulan dan pengembangan pendidikan karakter untuk menciptakan akhlak muliadan disertai
contoh berupa bagan sebagai penjelas materi sehingga pembaca lebih mudah memahaminya.

Jurnal 2
Pada jurnal ini menggunakan bahasa Indonesia dan tulisan yang rapi. Judul pada
jurnal ini sudah sesuai dengan isi pembahasannya. Identitas dan struktur pada jurnal
ini ditulis dengan jelas. Penjelasannya menggunakan pendapat para ahli sehingga lebih
jelas dan isi jurnal cukup efektif sesuai dengan kaidah penulisan jurnal. Penulis juga
menggunakan banyak referensi atau daftar rujukan sehingga jurnal ini sangat memikat.
Pada jurnal ini menjelaskan tentang Pentingnya pendidikan karakter bagi anak
usia dini didasarkan oleh adanya periode kritis dalam perkembangan anak disertai
dengan gambar sebagai penjelas materi sehingga pembaca lebih mudah memahaminya.
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah kualitatif deskriptif yang dirancang
dalam bentuk studi kasus tunggal (one case study), pendekatan ini mendapatkan gambaran
yang utuh guna memfokuskan pada proses penemuan makna dari fenomena yang ada pada
subjek penelitian. Teknik pengumpulan data dilakukan melalui wawancara mendalam,
observasi, dan studi dokumentasi.

11
3.2 Kekurangan Isi Jurnal
Jurnal 1
Menurut saya, pada jurnal ini sudah cukup rapi dalam penulisannya,
penjelasnnya pun sudah terperinci dilengkapi contoh berupa contoh bagan sebagai
pelengkap sehingga mudah dipahami. Hanya saja, penulis tidak mencantumkan link
artikel pada jurnal dan penulis tidak menuliskan metode penelitian didalam jurnal
tersebut sehingga pembaca tidak mengetahui metode apa yang digunakan dalam
mengumpulkan data penelitiannya.
Jurnal 2
Menurut saya, pada jurnal ini sudah cukup rapi dalam penulisannya, penjelasannya
pun sudah terperinci dan dilengkapi dengan gambar sebagai pelengkap materi sehingga
mudah dipahami. Hanya saja, ada beberapa poin-poin penting yang pengertiannya tidak
dijabarkan oleh penulis, dan juga penulis tidak mencantumkan link artikel pada jurnal
tersebut.

12
BAB IV
PENUTUP

4.1 Kesimpulan
Pendidikan karakter adalah sebuah proses yang tidak tak pernah berhenti. Pemerintah
boleh berganti, namun pendidikan karakter tetap harus berjalan terus. Pendidikan karakter
bukanlah proyek yang ada awal dan ada akhirnya. Pendidikan karakter diperlukan tiap
individu untuk menjadi orang yang lebih baik lagi dan menjunjung tinggi nilai-nilai
kemanusiaan. Pendidikan yang mengembangkan karakter adalah bentuk pendidikan yang bisa
membantu mengembangkan sikap etika, moral dan tanggung jawab, memberikan kasih
sayang kepada anakdidik dengan menunjukkan dan mengajarkan karakter yang bagus. Hal itu
memberikan solusi jangka panjang yang mengarah pada isu-isu moral, etika dan akademis
yang merupakan perhatian dan kekhawatiran yang terus meningkat di dalam masyarakat.
Pendidikan akan secara efektif mengembangkan karakter anak didik ketika nilai-nilai
dasar etika dijadikan sebagai basis pendidikan, menggunakan pendekatan yang tajam,
proaktif dan efektif dalam membangun dan mengembangkan karakter anak didik serta
menciptakan komunitas yang peduli, baik di keluarga, sekolah, maupun masyarakat sebagai
komunitas moral yang berbagi tanggung jawab untuk pendidikan yang mengembangkan
karakter setia dan konsisten kepada nilai dasar yang diusung bersama-sama dan secara
simultan di keluarga, kelas, lingkungan sekolah, dan masyarakat.

4.2 Saran
Berdasarkan simpulan dalam kajian ini dapat disarankan sebagai berikut:
1) Keluarga perlu memberikan perhatian dalam membentuk karakter anak dimulai dari anak
masih dalam kandungan. Para calon orang tua hendaknya sudah memberikan perhatian dalam
menyiapkan karakter anak dengan menjaga perilaku orang tua mulai dari ucapan, tingkah
laku, makanan yang dikonsumsi ibu berasal dari yang halal dan bergizi serta pengamalan
agama yang lebih baik. 2) Sekolah sebagai tempat kedua dari lingkungan keluarga juga perlu
menciptakan kondisi yang lebih baik dalam memberikan pembentukan karakter peserta didik.
3) Pendidikan karakter perlu juga keterlibatan semua komponen bangsa dalam hal ini
masyarakat dimana lingkungan anak tersebut berada.

13

Anda mungkin juga menyukai