Anda di halaman 1dari 28

Critical Book Report

MK. Sosiologi Masyarakat Desa & Kota

PRODI PLS

Skor Nilai:

Pengembangan Kurikulum Pendidikan Luar Sekolah

Tim Dosen

Jurusan Pendidikan Luar Sekolah

2019

NAMA : YULI ARTIKA

NIM: 1162371010

DOSEN PENGAMPU: Prof. Dr. Ibnu Hajar, M.Si

MATA KULIAH: SOSIOLOGI MASYARAKAT DESA & KOTA

PROGRAM STUDI S1 PENDIDIKAN LUAR SEKOLAH

FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS NEGERI MEDAN

MEDAN

2019
KATA PENGANTAR

Puji syukur saya ucapkan kehadirat Allah SWT Tuhan Yang Maha Esa karena dengan
rahmat, karunia, serta taufik dan hidayah-Nya saya dapat menyelesaikan Critical Book Report
ini untuk mata kuliah Sosiologi Masyarakat Desa & Kota. Dan juga saya mengucapkan
Banyak terima kasih kepada bapak Drs. Faber Simorangkir, MS selaku Dosen mata kuliah
Prof. Dr. Ibnu Hajar, M.Si yang telah memberikan tugas ini kepada saya.
Saya sangat berharap Critical Book Report ini dapat berguna dalam rangka menambah
wawasan serta pengetahuan kita mengenai penulisan pelaporan Critical Book Report. Saya
juga menyadari sepenuhnya bahwa di dalam Penulisan Critical Book Report ini terdapat
kekurangan dan jauh dari kata sempurna. Oleh sebab itu, saya berharap adanya kritik, saran
dan usulan demi perbaikan tugas – tugas Ataupun Critical Book Report yang akan saya buat di
masa yang akan datang, mengingat tidak ada sesuatu yang sempurna tanpa saran yang
membangun.
Semoga Critical Book Report sederhana ini dapat dipahami bagi siapapun yang
membacanya. Sekiranya laporan yang telah disusun ini dapat berguna bagi saya sendiri maupun
orang yang membacanya. Sebelumnya saya mohon maaf apabila terdapat kesalahan kata-kata
yang kurang berkenan dan Menyinggung perasaan dari sang pembaca. Akhir kata saya ucapkan
Terima Kasih.

Medan, April 2018

Yuli Artika
1162371010
Profil Buku

Adapun profil dari buku ini yaitu sebagai berikut:

1. Judul : Sosiologi Pendidikan

2. Pengarang : Drs. H. Abu Ahmadi

3. Penerbit : Rineka Cipta

4. Tahun terbit : 2007

5. Tempat Penerbit : Jakarta

6. Tebal halaman : 239

7. Cetakan : Kedua
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Kerangka Kualifikasi Nasional Indonesia, yang selanjutnya disingkat KKNI, adalah


kerangka penjenjangan kualifikasi kompetensi yang dapat menyandingkan, menyetarakan,
dan mengintegrasikan antara bidang pendidikan dan bidang pelatihan kerja serta pengalaman
kerja dalam rangka pemberian pengakuan kompetensi kerja sesuai dengan struktur pekerjaan
di berbagai sektor.1 Direktur Pembelajaran dan Kemahasiswaan, Direktorat Jenderal
Pendidikan Tinggi, Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, Illa Saillah mengatakan bahwa
“KKNI ini untuk memfasilitasi belajar sepanjang hayat dan penyetaraan. KKNI ini akan
menjadi rujukan dalam kurikulum dan penjaminan mutu pendidikan. Untuk itu, capaian
belajar lulusan atau learning outcomes dari proses pendidikan harus mengacu pada KKNI”.

KKNI juga menuntut mahasiswa agar lebih baik dalam sikap dan kreatif dalam penulisan
tugas. Maka dari itu Universitas Negeri Medan Menciptakan 6 tugas yang harus di kerjakan
oleh mahasiswanya yaitu: Critical Book Report, Critical Jurnal Report, Rekayasa Ide, Proyek,
Miniriset, dan tugas rutin.

1.2 Tujuan

Adapun tujuan yang ingin dicapai dari penyusunan book report ini adalah sebagai berikut:

1. Untuk mengetahui dan memahami bentuk critical book report;


2. Untuk mengetahui dan memahami bagaimana format atau susunan serta mengetahui
bagaimana cara menyusun critical book report;
3. Untuk menambah wawasan tentang tata cara mengkritik karya ilmiah yang baik dan
benar;
4. Untuk mencari kelebihan dan kekurangan dari buku yang dikritik.
1.3 Manfaat

Dari uraian tujuan di atas maka dapat diketahui manfaat dari penyusunan book report
ini adalah :

1. Sebagai bahan bacaan untuk menambah pengetahuan tentang critical book report;
2. Meningkatkan kualitas peserta didik dalam mengembangkan potensi yang ada dalam
dirinya serta meningkatkan kreativitasnya dan kemampuannya berfikir kritis;
3. Sebagai bahan perbandingan terhadap karya lain yang dapat dijadikan referensi belajar
BAB II

ISI BUKU

BAB I. PENGERTIAN SOSIOLOGI PENDIDIKAN

Menurut H.P. Fairchild dalam bukunya “ Dicitionary Sociology “ , Sosiologi


pendidikan adalah sosiologi yang ditetapkan untuk memecahkan masalah – masalah
pendidikan yang fundamental. Sosiologi pendidikan adalah ilmu pengetahuan yang
menyelidiki antara sosiologi pendidikan. Sosiologi sebagai ilmu pengetahuan memiliki
lapangan penyelidikan, sudut pandang, metode, dan susunan pengetahuan Obyek penelitian
sosiologi adalah tingkah laku manusia dalam kelompok. Sudut pandangannya ialah
memandang hakikat masyarakat kebudayaan, dan individu secara ilmiah. Sedangkan susunan
pengetahuan dalam sosiologi terdiri atas konsep – konsep dan prinsip – prinsip mengenai
kehidupan kelompok sosial, kebudayaannnya dan perkembangan pribadi. Salah satu yang
mendapat perhatian sosiologi ialah penelitian mengenai tata sosial. Jadi sosiologi pendidikan
merupakan salah satu sosiologi khusus.

Di dalam kegiatan makhluk sosial menimbulkan berbagai ilmu pengetahuan sendiri.


Termasuk kegiatan manusia untuk mendidik generasi-generasi mudanya dengan memberikan,
mewariskan kebudayaan kepada anak cucunya. Dalam mendidik inilah manusia berusaha
untuk mengetahui bagaimana proses pendidikan itu dilihat dari segi sosialnya, ditinjau dari
konstelasi sosialnya sehingga terjalin karya mendidik itu.

Ditinjau dari segi etimologi istilah sosiologi pendidikan terdiri atas dua perkataan yaitu
sosiologi dan pendidikan. Dalam sosiologi pendidikan yang menjadi masalah sentralnya ialah
aspek – aspek sosiologi di dalam pendidikan. Karena situasi pendidikan adalah situasi
hubungan dan pergaulan sosial, yaitu hubungan dan pergaulan sosial antara pendidikan dengan
anak didik, pendidik dengan pendidikan, anak – anak dengan anak – anak pegawai dengan
pendidikan, pegawai –pegawai dan anak –anak. Hubungan – hubungan dan pergaulan –
pergaulan sosial ini secara totalitas, merupakan suatu unit keluarga, ialah keluarga sekolah,
keluarga sekolah dapat tumbuh dan berkembang di dalam masyarakat.

E.George Payne, yang disebut bapak sosiologi pendidikan seperti halnya A. Comte
sebagai bapak dari pada sosiologi. Disini Payne menekankan, bahwa di dalam lembaga –
lembaga, kelompok – kelompok sosial, proses sosial, terdapat social relationship, hubungan –
hubungan sosial ataupun secara tehnis disebut interaksi sosial, di dalam dan dengan interaksi
sosial ini individu memperoleh dan mengorganir pengalaman – pengalamannya. Inilah yang
merupakan aspek – aspek atau prinsip – prinsip sosiologinya. Artinya setiap kali didapati
kondisi dan situasi baru harus ada interaksi sosial yang baru dan seolah – olah individu –
individu itu belajar berinteraksi sosial. Inilah yang merupakan prinsip prinsip paedagoginya.
Sosiologi Pendidikan adalah suatu cabang ilmu pengetahuan (dari ilmu jiwa pendidikan) yang
membahas proses interaksi sosial anak - anak mulai dari keluarga, masa sekolah sampai dewasa
serta dengan kondisi - kondisi sosio cultural yang terdapat di dalam masyarakat dan Negaranya.
Atau secara singkat sosiologi pendidikan ialah tinjauan sosiologi terhadap proses pendidikan
dan pengajaran.

Adapun tujuan dari pada sosiologi pendidikan di Indonesia ialah :

 Berusaha memahami peranan sosiologi dari pada kegiatan sekolah terhadap


masyarakat, terutama apabila sekolah ditinjau dari segi kegiatan interaksi.
 Untuk memahami seberapa jauhkah guru dapat membina kegiatan sosial anak didiknya
untuk mengembangkan kepribadian anak.
 Untuk mengetahui pembinaan ideologi Pancasila dan kebudayaan nasional Indonesia
di lingkungan pendidikan dan pengajaran.
 Untuk mengadakan integrasi kurikulum pendidikan dengan masyarakat sekitarnya agar
pendidikan mempunyai kegunaan praktis di dalam masyarakat dan Negara seluruhnya.
 Untuk menyelidiki factor–factor kekuatan masyarakat bisa menstimulir pertumbuhan
dan perkembangan kepribadian anak.
 Memberi sumbangan yang positif terhadap perkembangan pendidikan.
 Memberi pegangan terhadap penggunaan prinsip–prinsip untuk mengadakan sosiologi
sikap dan kepribadian anak didik.

.BAB II . PENDEKATAN INDIVIDU

Fackor intern meliputi faktor – faktor biologis dan psikologis sedangkan factor extern
mencakup faktor – faktor lingkungan fisik dan lingkungan sosial.

1. Faktor Biologis pada tingkah laku manusia.


Perbedaan antara factor biologis dan psikologis pada tingkah laku manusia adalah pada
factor biologis yang memandang manusia sebagai organisme murni dan sederhana,
sedangkan pada factor psikologis memandang manusia sebagai organisme yang
intelligent,organisme yang mempunyai inteligensi. Tandanya factor – factor yang
mempengaruhi perkembangan masyarakat ialah adanya kebebasan, fasilitas ekonomis,
kemajuan kebudayaan, hubungan sosial yang luas dan keagamaan.

2.Faktor Psikologis pada Tingkah Laku Manusia

Pengaruh psikologis pada biologis semua bersifat semiphilosphis dan abstrak. Misalnya
pada science of mind pengetahuan tentang proses berfikir tetapi sebaiknya ketika terbit buku
Darwin, Origin Of Species pada tahun 1859 biologi berpengaruh besar pada psikologi.
Misalnya dengan pesatnya studi tingkah laku hewan, maka jadilah pengetrapannya pada studi
tentang manusia, yaitu tingkah laku manusia dijabarkan dengan tingkah laku hewan.

BAB III. PENDEKATAN SOSIAL

Cara lain untuk membahas tingkah laku manusia ialah dengan mempergunakan
approach sosial, approach kelompok, societal approach, group approach, titik pangkal dari pada
approach sosial adalah masyarakat dengan berbagai lembaganya, kelompok – kelompok
dengan berbagai aktivitasnya, secara kongkret approach sosial ini membahas aspek – aspek
atau komponen kebudayaan manusia seperti keluarga, tradisi, adat istiadat, moral, norma dan
qtsebagainya. Jadi segala sesuatu yang dianggap sebagai produk bersama dan milik bersama
adalah milik masyarakat. Tingkah laku individu dapat dipahami dengan memahami tingkah
laku masyarakatnya. Individu harus bertingkah laku sesuai dengan pola tingkah laku yang
dikehendaki oleh masyarakat atau dikondisikan oleh kebudayaan masyarakat. Implikasi di
bidang pendidikan, guru-guru harus mendidik anak-anak kearah pola tingkah laku masyarakat
dan negara. Studi tentang tingkah laku masyarakat dilakukan oleh sosiologi. Sosiologi
mempelajari manusia dalam hidup bersama, hidup sosial dengan berbagai lembaga dan
organisasinya. Jadi pendekatan sosial titik beratnya terletak pada masyarakat dan demografi,
tingkah laku manusia ditentukan oleh faktor fisik dan kultural. Dalam berinteraksi individu
akan menunjukan segi kesosialannya dan selalu mengadakan penyesuaiaan diri dengan
lingkungannya.
BAB III. PENDEKATAN INTERAKSI

Interaksi adalah situasi hubungan sosial, maka dapat dikatakan bahwa manusia itu
memasyarakat diri, atau dengan perkataan lain manusia membudayakan diri dan
memasyarakatan, pembudayaan ini tidak aka nada habis – habisnya sampai akhir zaman.
Kesimpulan pendekatan ini mengatakan bahwa mengetahui tingkah laku manusia harus dilihat
dari individu dan masyarakat. Jadi approach education of sociology semata–mata individual
atau social tetapi kedua-duanya. Educational sociology adalah studi tentang interaksi individu
dan lingkungan kulturalnya yang terkandung di dalamnya individu – individu lain, kelompok
– kelompok sosial dan pola – pola tingkah laku, di mana seorang individu yang lahir selalu
dipengaruhi orang dan kebudayaan disekitarnya. Menurut E. George Payne ( bapak sosiologi
pendidikan mendefinisikan : Educational sociology adalah ilmu pengetahuan yang
menggambarkan dan menerangkan lembaga – lembaga kelompok sosial dan proses – proses
sosial, dimana dalam hubungan itu individu memperoleh dan menyusun pengalaman-
pengalamannya. Jadi prinsipnya antara invidu dengan lembaga-lembaga itu selalu saling
mempengaruhi.

Sedang Payne menggambarkan perbedaan tersebut sebagi berikut :


Psikologi pendidikan adalah suatu ilmu yang terpakai (applied science ) ilmu terutama sekali
berhubungan dengan hukum – hukum dari ilmu jiwa praktis untuk mencari, mengumpulkan
dan mengevaluasi pengalaman – pengalaman atau masalah – masalah tentang belajar. Sosiologi
pendidikan ialah juga sebagai ilmu yang terpakai tetapi ilmu ini tidak berhubungan dengan
metode pencarian atau pengumpulan, pengalaman tetapi berhubungan dengan efek belajar atas
kehidupan kelompok. Ilmu ini menerangkan bagaimana pendidikan sebagai suatu proses dapat
di bawah kondisi – kondisi yang optimum menghilangkan kekurangan – kekurangan sosial dan
mencoba bagi masyarakat yang ideal.

BAB V. TEORI MEDAN

Membahas tiga macam approach terhadap tingkah laku manusia, baik manusia sebagai
makhluk individu dan sosial dengan approach – approach individual, sosial dan interaksional,
ada cara lain untuk meneliti tingkah laku manusia, dengan membahas medio sosiopsychis
manusia, dengan membahas medan sosial manusia. Cara pembahasan ini terkenal dengan nama
teori medan atau field theory yang diajarkan oleh Dr. Kurt Lewin dalam psikologi dan
dikembangkan dalam psikologi sosial oleh J.F Brown. Inti dari pada teori medan ialah meneliti
struktur medan hidup ( life space ) beserta pribadinya, personnya, life space sosial atau medan
sosial. Medan hidup ini merupakan kondisi – kondisi syarat – syarat dan situasi konkret yang
menyertai gerak pribadi, gerak person tadi. Objek manusia dianggap sebagai ornaisme
Selanjutnyauntuk menentukan tingkah laku manusia di rumus sebagai berikut :
B = R ( PE ) di mana dalam manusia ini terdapat simbol – simbol : B = Behavior ( tingkah
Laku ) P = Person, manusianya E = Environment, milieu F = fungsi, sehingga rumus tadi harus
dibaca : tingkah laku (B) adalah fungsi person (P) dan milieu (E) artinya bahwa tingkah laku
manusia itu bergantung kepada pribadi (Person) dan lingkungan sekitarnya (Milieu). Secara
prinsipil dalam teori medan untuk mengubah pribadi maka harus dapat mengubah medan
sosialnya dan medan psikologisnya.

BAB VI. WARISAN BUDAYA

1. Pengertian kebudayaan

Kebudayaan : Cultuur ( Bahasa Belanda ), Culture ( Bahasa Inggris ), berasal dari


perkataan Latin “ Cuolere “ yang berarti mengolah, mengerjakan, menyuburkan, dan
mengembangkan, terutama mengola tanah atau bertani. Dari segi arti ini berkembang arti
culture sebagai “ segala daya dan aktivitet manusia untuk mengolah dan mengubah alam.

Unsur – unsur atau bagian – bagian kebudayaan menurut Limton culture atau kebudayaan
sebagai bagian besar dan umum secara totalitas, terbagi – bagi atas:

 Cultural universal : misalnya mata pencarian, kesenian agama, ilmu pengetahuan ,


kekerabatan dan sebagainya.
 Cultural Activitis : Kegiatan – kegiatan kebudayaan misalnya dari mata pencarian
tadi terhadap pertanian, peternakan, perikanan, perindustrian, perdagangan dan
sebaginya
 Traits Complexes adalah bagian – bagian dari cultural activities tadi
 Traits adalah bagian – bagian darit raits complexes tadi
 Items adalah bagian – bagian di dalam traits kebudayaan.

2. Manusia Makhluk Berkebudayaan

Istilah kebudayaan di sini sebenarnya kurang tepat seolah olah kebudayaan itu dapat
ditinggalkan seperti membuka baju. Jadi tepatnya manusia itu berbudaya, manusia itu aktif
menciptakan kebudayaan, manusia itu membudaya terus menerus dari saat manusia itu ada
(bayi lahir) sampai dia meninggal dunia. Tetapi sebagian dari kebudayaan masih tetap ada,
ialah yang berupa warisan kebudayaan.

Komponen – komponen kebudayaan itu adalah sebagi berikut :

 Alam pikiran ideologis dan religio


 Bahasa
 Hubungan sosial
 Hidup perekonomiannya
 Ilmu pengetahuan dan teknologi
 Keseniannya
 Politik pemerintah
 Pewarisan kebudayaan atau pendidikan

Pola tingkah laku kelompok

Mores adalah cara bertingkah laku dengan nada emosi yang dihubungkan dengan sikap
benar atau salah. Sedangkan Institusi atau lembaga adalah pola tingkah laku telah terkait oleh
kebudayaan atau pertimbangan yang spesifik

3. Hakikat Sosial dari Pendidikan

Fungsi – fungsi dari pendidikan :

 Asimilasi dari tradisi – tradisi


 Pengembangan dari pola – pola sosial yang baru
 Kreatifitas atau peranan yang bersifat membangun di dalam pendidikan
BAB VII. KELOMPOK SOSIAL

Di dalam memasuki suatu kelompok harus memenuhi syarat – syarat sebagai berikut:

 Dia harus tunduk pada orang yang lebih tua (senior)


 Dia tidak boleh makan makanan tertentu
 Dia tidak boleh mengganggu wanita – wanita milik orang lain
 Dia harus menjaga rahasia, dan sebagainya

Bahkan pada suku lain : dia diberi pisau dan disuruh masuk ke hutan untuk hidup selama
1 tahun dan harus menghadapi tantangan – tantangan musim dingin dan musim panas.
Sehingga dengan demikian individu – individu tersebut berkembang dan mempunya dua
fungsi yaitu sebagai makhluk individual dan sebagai makhluk sosial

1. Klasifikasi Kelompok Sosial

Dari beberapa macam klasifikasi kelompok sosial antara lain yang dibahas dalam bab
ini ialah sebagai berikut:

 Willian G. Summer mengemukakan adanya in group atau we-group dan out-group


atau others-group atau every body else. Di dalam in-group ada sosialisasi kearah
mana tiap – tiap individu anggota kelompok kesetiaan dan solidaritas dan di situ
terdapatlah usaha identifikasi pribadi satu sama lain kearah adanya rasa
persahabatan, kerja sama, rasa tanggung jawab, terutama di dalam saat – saat yang
mendesak dan gawat.
 Cooley mempergunakan dasar “ we and the group “ dari sumner yang
mengemukakan adanaya jenis – jenis kelompok sosial – sosial primair, sekundair
dan tertier atas dasar intimitas perasaan individu – individu atau kelompok –
kelompok lainnya.

2. Relasi – Relasi Intergroup

Ada cara – cara lagi untuk memahami relasi – relasi intergroup, atau hubungan –
hubungan inter kelompok, yaitu apa yang dinamakan jarak sosial atau social distance dan
ethnosentrisme. Jarak sosial itu ada dua macam yaitu jarak sosial- sosial vertical, ialah adanya
rasa perbedaan antara individu dan kelompok yang di dasarkan atas status.
Yang dimaksud jarak sosial horizontal ialah didasarkan atas sikap ontimitas atau taraf rasa
kekamian ( degree of feeling ) “ rasa peka atau rasa erat keanggotaan kelompok, jarak sosial
horizontal mana terdapat pada pribadi perseorangan atau pun bersifat sosial.

3. Fungsi Kelompok Sosial

Fungsi dari pada kelompok sosial dapat bersifat individu dan sosial. Fungsi individual
dari pada kelompok ialah dalam tarap – tarap tertentu dapat memenuhi kebutuhan – kebutuhan
individu, dimana individu – individu melalui kelompok dapat dimiliki pengetahuan –
pengetahuan yang essensial, kecakapan, sikap yang penyesuaian dalam pengalaman –
pengalaman pendewasaannya dalam kelompok yang lebih luas.

4. Dinamika Kelompok Sosial

Seperti telah disinggung – singgung dalam pembahasan lewat, bahwa masyarakat dan
kebudayaan – kebudayaan manusia itu tumbuh dan berkembang terus menerus, jadi ada
perubahan – perubahan kearah kemajuan, jadi ada gerak, ada dinamika dari pada sosialnya.
Perubahan – perubahan itu terjadi pada bentuk – bentuk dari pada folkways (kebiasaan harian),
mores dan institusi, tetapi fungsinya tak berubah.

5. Peranan Keluarga Terhadap Perkembangan

Adapun faktor – faktor yang sangat mempengaruhi perkembangan anak itu


dikemukakan oleh para ahli sebagai berikut :

 Status Sosial Ekonomi Keluarga


 Faktor Kebutuhan Keluarga
 Sikap Kebiasaan – kebiasaan Orang Tua
BAB VIII. PROSES SOSIAL

1. Manusia sebagai makhluk Biososial

Manusia itu di lahirkan di dalam masyarakat mempunyai tata hidup dan penghidupan
serta pola tingkah laku yang komplek. Untuk menganalisa betapa pengaruh kebudayaan kepada
pertumbuhan dan perkembangan individu menjadi orang dewasa yang berpribadian sempurna
atau integral, demikian juga betapa kekuatan – kekuatan kodarat atau faktor – faktor keturunan
biologis pada manusia yang menjadi milik pribadi sebagai individualitas dapat menjamu
kepribadian seseorang, kedua masalah itu akan dibahas dalam bab ini.

2. Interaction, Dasar Proses Sosial

Dengan kata lain : proses dua arah dimana setiap individu atau group menstimulir yang
lain dan mengubah tingkah laku daripada partisipan.

BAB IX. NILAI – NILAI SOSIAL DAN PEMBANGUNAN MASYARAKAT

Yang dimaksud dengan pembangunan masyarakat antara lain:

 Pembangunan menuju taraf hidup yang lebih baik, kesehatan yang lebih baik dan
memperoleh pendidikan.
 Lebih menekankan kepada masyarakat dari pada individu sebgai suatu kesatuan yang
di hadapi dan sebagai suatu alat yang dilalui untuk mendapat kemajuan
 Masyarakat harus dirangsang dan di bantu untuk maju dengan usaha dan isiatif sendiri
 Terhadap rangkaian pendapat kadang ada yang lain :

- Bahwa hasil yang banyak dalam rangsang masyarakat untuk membangun taraf hidup yang
lebih baik

- Bahwa apabila masyarakat dapat di dorong untuk serta dalam pembangunan dengan
menyediakan secara sukarela tenaga bebas dan bahan dari bersumber tempat mereka sendiri.
BAB X. TEMPAT – TEMPAT INTERAKSI ANTARA PERSON DAN GROUP

a. Fungsi Keluarga.

Menurut Ogbum fungsi keluarga itu adalah sebagai berikut : Fungsi kasih sayang,
fungsi ekonomi, fungsi pendidikan, fungsi perlindungan atau penjagaan, fungsi rekreasi, fungsi
status keluarga dan fungsi agama.

Menurut Bierstadt : keluarga berfungsi sebagai : Menggantikan keluarga, mengatur dan


menguasai implus – implus sexuil, menggerakkan nilai – nilai kebudayaan dan menunjukkan
status

b. Peranan Sosial dan Keluarga

 Dikatakannya bahwa kelas – kelas sosial dapat dibedakan enjadi 3 macam, yaitu:
- Upper Class : dalam kelas ini sikap terhadap anak adalah bangga dan menaruh
penghargaan.
 -Midle–Class: disin itidak diadakan menyelidikan
- Lower-Class : di sini keinginan – keinginan seperti upper-class itu kurang
karena alasan–alasan.

Bedanya Sekolah Masyarakat dengan Sekolah Tradisional

Pada prinsipnya baik sekolah masyarakat maupun sekolah tradisional merupakan


pendirian yang dominan yang menguasai dalam masyarakat, sekolah adalah merupakan cermin
dari pada masyarakat. Mengapa sekolah Converhensip itu perlu didirikan ? dalam hal ini
terdapat beberapa alasan : alasan isi pendidikan, alasan perkembangan anak didik, alasan
pengunaan terbaik dari sumber, sumber insani, alasan demokrasi dan alasan efisiensi dan
pembiayaan pendidikan.

Ada beberapa tipe organisasi internasional yang bekerja melampaui nasional, yaitu:

- Tipe yang pengurusannya orang – orangtua,


- Organisasi yang bersifat pribadi, artinya organiosasi yang bersifat swasta
- Tipe yang bersifat pemerintahan, bersifat resmi.
BAB XI. SOSIOLOGI KURIKULUM

1. Kurikulum dan masyarakat

 Pendidikan dan Kehidupan


 Kurikulum dan Sekolah

Kurikulum adalah situasi dan kondisi yang ada untuk mengubah sikap anak.

Hal ini berarti bahwa situasi itu diarahkan atau dipimpin kepada pencapaian tujuan
yang telah ditentukan. Bahkan termasuk didalamnya: Subject matter, metode, organisasi
sekolah dan organisasi kelas serta pengukuran. Menurut Payne kurikulum terdiri darisemua
situasi dimana sekolah dapat menyelidiki dan menggorganisir secara sadar untuk tujuan
pengembangan kepribadian murid untuk membuat perubahan tingkah laku. Kurikulum tidak
dapat dibatasi oleh kepentingan anak dengan segera tetapi meski di organisir dalam
pengetahuan tentang nilai-nilai sosial

2. Sekolah Masyarakat (community school)

a. Ciri – ciri sekolah masyarakat

Menurut Olsen ciri – ciri community school ialah sebagai berikut :

 Sekolah itu memperbaiki untuk kehidupan setempat.


 Sekolah itu menggunakan masyarakat laboratorium tempat belajar.
 Gedung sekolah itu menjadi pusat kegiatan masyarakat
 Sekolah itu mendasarkan kurukulum pada proses – proses dan problem kehidupan
masyarakat.
 Sekolah itu mengikutsertakan orang tua dalam urusan – urusan sekolah.
 Sekolah itu ikut serta mengkoordinasikan masyarakat
 Sekolah itu dapat melaksanakan dan menyebarkan filsafat negara dalam segala
hubungan antar manusia.

3. Paradox – Paradox Kebijaksanaan

 Akibat Perkembangan penduduk dan Ekonomi


 Akibat daripada Kenaikan Produksi
Pada prinsipnya angka kelahiran ini dipengaruhi oleh 2 faktor interaksi, yaitu :
Produktivitas Ekonomi dan pengetahuan penduduk tentang pengendalian kelahiran
(birthcontrol)

 c. Perubahan – perubahan di dalam Distribusi Pembagian Umur


 d. Pendidikan kebijaksanaan Sosial

4. Perkembangan Kurikulum

Dalam sejarah perkembangan kurikulum, setelah abad ke-17, juga mulai menyebar
kepada pembicaraan mengenai metode pengajaran. Sebagaimana diketahui, pada kurikulum
tradisional, begitu mapannya metode tradisional, seperti dikte, menghafal dan meniru.
Selanjutnya, berlangsung secara agak alamiah, dasarnya penekanan kepada buku – latihan dan
penguasaan membaca buku atau literatur. Setelah berakhirnya reformasi, pada tahun 1832,
terjadi kebutuhan yang meningkat terhadap sekolah bertipe komersial, di mana mata ajarannya
dilengkapi dengan hal – hal yang jelas – jelas bermanfaat untuk usaha bisnis (disamping ilmu
hitung, sejarah geografi, berbahasa inggris, dan ilmu fisika, juga diajarkan tata buku serta ilmu
pengukuran atau penelitian tanah. Hal tersebut menunjukkan, bukan saja betapa luasnya
kurikulum itu di dalam jumlah mata ajarannya, tetapi juga demikian luas aspek kegunaan sosial
yang dicakupnya.

BAB XII. PROSES SOSIALISASI

Salah satu masalah yang menjadi pusat penelitian dan pengembangan sosiologi
pendidikan ialah proses sosialisasi anak. Ada ahli – ahli sosiologi pendidikan yang
berpendapat, bahwa proses sosialisasi merupakan satu-satunya obyek penelitian sosiologi
pendidikan.

Definisi tentang sosialisasi :

 Havighurst dan Neugarten : proses sosialsisasi adalah proses belajar


 Thomas Ford Hoult : bahwa proses sosialisasi adalah proses belajar individu dalam
bertingkah laku sesuai dengan standard yang terdapat dalam kebudayaan masyarakat.
 R.S. Lazarus : proses sosialisasi adalah proses akomodasi, dengan mana individu
menghambat atau mengubah implus – implus sesuai dengan tekanan lingkungan, dan
mengembangkan pola – pola dan tingkah laku yang baru sesuai dengan kebudayaan
masyarakat.
 G.H Mead berpendapat : bahwa dalam proses sosialisasi itu individu mengadopsi
kebiasaan, sikap dan idea-idea dari orang lain, dan menyusunnya kembali sebagai suatu
system dalam diri pribadinya.

Dari beberapa definisi tersebut diatas dapatlah ditarik kesimpulan bahwa:

 Proses sosialisasi adalah proses belajar


 Dalam proses sosialisasi itu individu mempelajari kebiasaan sikap, idea – idea, pola -
pola nilai dan tingkah laku, dalam masyarakat di mana dia hidup
 Semua sifat kecakapan yang dipelajari dalam proses sosialisasi itu disusun dan
dikembangkan sebagai suatu kesatuan system dalam diripribadinya.

1. Kualitas atau efesiensinya

2. Proses berlangsung

Ada dua tipe proses penyesuaian diri, yaitu:

 Dalam rangka penyesuaian diri itu individu mengubah atau menahan implus implus
dalam dirinya
 Dalam rangka penyesuaian diri itu individu mengubah tuntutan atau kondisi lingkungan
dalam dirinya

Faktor – Faktor Yang Mempengaruhi Sosialisasi

 Sifat dasar : Merupakan keseluruhan potensi – potensi yang diwarisi oleh seseorang
dari ayah dan ibunya.
 Lingkungan prenatal : lingkungan dalam kandungan ibu
 Perbedaan individu : individu mendapatkan pengaruh – pengaruh tidak langsung dari
ibu.
 Motivasi : kekuatan – kekuatan dari dalam diri individu yang menggerakkan individu
untuk berbuat. Motivasi ini dibedakan menjadi dorongan dan kebutuhan.
Dua Aspek Perkembangan Sosial Manusia

Perkembangan manusia tampak dalam dua aspek, yaitu:

 Aspek biologic : makan, minum dan perlindungan telah mengubah bayi menjadi
manusia yang dewasa jasmaninya
 Aspek personal sosial : pengalaman dan pengaruh manusia lain telah mengubah snak
menjadi pribadi sosial, warga masyarakat bertanggung jawab.
 Perkembangan sosial manusia itu mempunyai du aspek, yaitu :

Perkembangan Tingkah Laku Kelompok

Perkembangan sosial anak terjadi melaui interaksi sosial dengan orang – orang di
sekitarnya, baik orang dewasa maupun teman sebaya. Terhadap pengaruh orang – orang
dewasa, pada umunya anak bersifat patuh dan menerimanya dengan percaya. Perkembangan
selanjutnya ialah munculnya permainan kelompok yang lebih teratur. Fase ini merupakan
perkebangan lebih lanjut dari pada fase – fase sebelumnya. Ciri pokok ada fase ini ialah
kepatuhan kepada pimpinan pada permainan ini.

Keluarga dan Sosialisasi

Dari beberapa definisi keluarga, yaitu:

 Keluarga merupakan kelompok sosial kecil yang umumnya terdiri atas ibu dan anak
 Hubungan anta anggota keluarga dijiwai oleh suasana afeksi dan rasa tanggung jawab
 Hubungan sosial di antara anggota kelaurga relative tetap dan didasarkan atas ikatan
darah, perkawinan dan atau adopsi
 Fungsi kelaurga ialah memelihara, merawat dan melindungi anak dalam rangka
sosialisasinya agar mereka mampu mengendalikan diri dan jiwa sosial.

Perubahan Fungsi Sosial Ekonomi Keluarga

Dahulu keluarga merupakan kesatuan ekonomi dalam arti kesatuan proseksi dan
konsumsi. Proses perubahan ekonomi pada masyarakat industry telah mengubah sifat keluarga,
dari institusi pedesaan dan agrarian ke industry kekotaan dan industry. Dengan demikian peran
anggota – anggota keluarga juga mengalami perubahan karenanya. Perubahan masyarakat
dapat mempengaruhi perubahan fungsi – fungsi sosial keluarga . fungsi – fungsi sosial yang
mengalami perubahan ialah Fungsi pendidikan, Fungsi rekreasi, Fungsi keagamaan, Fungsi
perlindungan. Dengan hilangnya fungsi sosial keluarga, maka fungsi yang masih tetap melekat
sebagai ciri hakiki keluarga ialah Fungsi biologic, Fungsi afektif, Fungsi sosialisasi.

Keluarga Sebagai Kelompok Primer

Sebagai kelompok primer, keluarga berpengaruh terhadap anggota anggotanya karena:

 Keluarga memberikan kesempatan yang unik kepada anggotanya untuk menyadari dan
memperkuat nilai kepribadiannya
 Keluarga mengatur dan menjadi perantara hubungan anggota – anggotanya dengan
dunia luar. Dalam hubungan ini dapat di bedakan dua macam corak keluarga,yaitu:
o Keluarga terbuka : keluarga yang mendorong anggota – anggotanya untuk
bergaul dengan masyarakat luas.
o Keluarga tertutup : keluarga yang menutup diri terhadap hubungan dengan
dunia luar.

Sosialisasi Dalam Keluarga

Dari pembahasan di atas dapatlah diketahui, bahwa keluarga merupakan institusi yang
paling penting pengaruhnya terhadap proses sosialsasi manusia. Kondisi – kondisi yang
menyebabkan pentingnya peranan keluarga dalam proses sosialisasi anak ialah :

 Keluarga merupakan kelompok kecil yang anggota – anggotanya berinteraksi face to-
face secara tetap
 Orang tua mempunyai motivasi yang kuat untuk mendidik anak karena anak merupakan
buah cinta kasih hubungan suami-istri
 Karena hubungan sosial dalam keluarga itu bersifat relative tetap, maka orang tua
memainkan peran sangat penting terhadap proses sosialisasi anak

Jenis–jenis Kelompok Sebaya

Ditinjau dari sifat organisasinya, kelompok sebaya dibedakan menjadi :


a. Kelompok sebaya bersifat informal

b.Kelompok sebaya yang bersifat formal

Academic adalah kelompok sebaya mahasiswa yang menonjol secara intelaktual,


mengadakan identifikasi dengan dosennya, banyak menggunakan waktunya di perpustakaan
dan laboratorium, dan telah merencanakan kelulusannya dan karier profesionalnya.
Non – cosformist. Kelompok sebaya ini terdiri atas beberapa macam tipe, yaitu secara
intelektual agresif, yang mencari identitas dirinya dan suka memberotak.

BAB XII. MASYARAKAT DAN KEBUDAYAAN

A. Bentuk – Bentuk Kebudayaan

Para ahli sosiologi pada umumnya sependapat bahwa isi dari kebudayaan itu dapat
menjadi duah buah unsure komponen yang nyata, yaitu komponen material dan non material.

 Kebudayaan Materi
 Bagian materi dari suatu kebudayaan itu meliputi segala sesuatu yang telah diciptakan
dan digunakan oleh manusia dan mempunyai bentuk yang dapat dilihat dan diraba.
Eksistensi yang konkrit dari suatu produk buatan manusia, tanpa memandang apa pun
juga ukuran, kerumitan pembuatan, yujuan ataupun nemtuknya, memberikan cirri
kepada kebudayaan materi itu.
 Kebudayaan Non Materi
 Aspek non-materi dari kebudayaan itu merangkum semua buah karya manusia yang ia
gunakan untuk menjelaskan serta dijadikan pedoman bagi tindakan – tindakannya, dan
itu tak hanya dapat ditemukan di dalam pikirannya orang – orang.

Dikenal dua buah kategori dari kebudayaan non-materi itu :

a. Meliputi apa yang secara luas dapat didefinisikan sebagai norma – norma individu

b. Meliputi kelompok – kelompok norma – norma yang membentuk pranata sosial ( social
institutions )

B. Komponen – Komponen Struktur Dari Kebudayaan

Komponen – komponen Struktur kebudayaan ialah suatu cara untuk meninjau isi atau susunan
dari kebudayaan, yang mempunyai keuntungan – keuntungan analisa tertentu. Yang terutama
ialah bahwa cara ini memberikan kemugkinan kepada orang itu untuk membuat daftar catalog
dari tingkah laku yang konkrit yang mungkin menjadi ciri dari satu individu atau kelompok
tertentu.
1. Elemen – elemen Kebudayaan ( Cultural Traits )
2. Unit terkecil dari kebudayaan yang dapat didentifikasir ( kenali ) disebut Istilah Elemen
Kebudayaan. Suatu elemen kebudayaan materi boleh jadi lebih mudah dikenali
daripada suatu elemen kebudayaan non-materi. Contoh untuk yang pertama antara lain
ialah benda – benda seperti bola sepak, pensil, dasi, lipstick atau ujung anak panah.
Elemen kebudayaan non-materi antara lain ilah tindakan – tindakan serta praktek –
praktek seperti aturan yang mengatakan bahwa gadis – gadis yang tinggal di asrama
harus sudah masuk ke kamarnya pada jam 1.00 malam dan lain-lain.
3. Kompleks Kebudayaan
4. Suatu kombinasi dari elemen – elemen yang saling berkaiatan yang membentuk
persyaratan – persyaratan kebudayaan untuk situasi – situasi atau aktivitas – aktivitas
tertentu ialah Kompleks Kebudayaan.
5. Pola Kebudayaan
6. Kompleks – kompleks kebudayaan juga saling berpadu untuk membentuk unit – unit
yang luas dari kebudayaan. Unit – unit yang terkhir ini disebut dengan istilah Pola –
pola atau konfigurasi – konfigurasi kebudayaan.

C. Tipe – Tipe Partisipasi Kebudayaan

Para ahi ilmu sosial banyak berhutang budi kepada ahli antropologi bernama Linton
berkat klasifikasinya yang baik atas tipe – tipe partisipasi kebudayaan sebagai berikut :

 Partisipasi Menyeluruh ( universal ), adalah trait – trait kebudayaan yang diperlukan


bagi seluruh anggota dari suatu masyarakat.
 Partisipasi Pilihan ( alternatives ), adalah situasi – situasi di mana individu bisa memilih
beberapa kemungkinan tindakan yang sama, atau hamper sama baiknya di mata
masyarakat yang lebih besar.
 Partisipasi Kekhususan ( speciality ), adalah aspek – aspek unik dari kebudayaan yang
tidak diikuti oleh khalayak ramai secara umum

D Relativisme Kebudayaan.

Standar – standar tingkah laku berhubungan dengan kebudayaan di mana standar –


standar itu berlaku, yaitu suatu gejala yang di sebut dengan istilah Realivitas Kebudayaan.
Relativitas kebudayaan menjelaskan apa sebabnya suatu perbuatan tertentu. Sifat relative dari
kebudayaan itu memberikan suatu penjelasan mengenai tingkah laku. Tiga dari perwujudan –
perwujudan dan konsekuensi – konsekuensi tingkah laku sebagai akibat prasyarat – prasyarat
yang ditentukan oleh kebudayaan itu ialah:

 Fanatisme Suku bangsa ( Ethnosentrisme )


 Pengamatan yang arif, selagi bepergian dari negeri yang satu ke negeri yang lain, ia
kana melihat bahwa hamper semua individu yang dijumpai akan menganggap bahwa
kebudayaannya lebih baik atau lebih tinggi dari pada kebudayaan – kebudayaan lainnya
dalam satu atau lain hal.
 Goncangan Kebudayaan ( Culture Shock )
 Istilah Culture Shock ini pertama – tama dipopulerkan oleh Kalervo Oberg. Ia
menggunakan istilah ini untuk menyatakan apa yang ia sebut sebagai suatu penyakit
jabatan dari orang – orang yang secara tiba – tiba dipindahkan ke dalam suatu
kebudayaan yang berbeda dari kebudayaannya sendiri.

Oberg mengemukakan 4 tahapan yang membentuk sirkus Culture Shock bagi orang yang
terjun di bidang karier ( sedang orang – orang yang lain dapat di duga akan mengikuti pola
yang serupa ).

1. Tahapan Inkubasi ( kadang – kadang disebut tahapan bulan madu ), ialah tanpa waktu
orang merasakannya sebagai suatu pengalaman baru yang menarik
2. Suatu perasaan dendam dan tahapan ini disebut tahapan Kritis.
3. Pertentangan Kebudayaan ( Culture Conflict )

Keyakinan – keyakinan yang berlainan sehubungan dengan system pemerintahan, praktek –


praktek di bidang perekonomian kehidupan keluarga, dan pendidikan, kesemuanya itu
merupakan factor – factor yang menimbulkan konflik kebudayaan.

BAB XIV. MANUSIA DALAM MENGHADAPI MASA DEPAN

A. Arti Dan Tujuan Pendidikan ( Population Education )

Pendidikan kependudukan ( population education ) adalah istilah yang sangat popular


dewasa ini , istilah ini berasal dari Prof. Sloan Wayland yang diucapkan kira – kira tujuh tahun
yang lalu. Rumusan atau definisi tentang pendidikan kependudukan cukup banyak jumlah
jenisnya, kebanyakkan definisi itu dinyatakan secara operasional untuk mencapai tujuan
tertentu yang bersifat umum dan khusus dengan tekanan yang berbeda. Sifatnya instruksional
dengan harapan bahwa anak didik itu kemudian dapat menarik kesimpulan dan mengambil
keputusan yang rasional. Menurut Seminar Nasional Pendidikan Kependudukan tahun 1970,
pendidikan kependudukan dirumuskan sebagai berikut Pendidikan kependudukan adalah
program pendidikan yang membina anak didik memiliki pengertian, kesadaran sikap dan
tingkah laku yang bertanggung jawab tentang pengaruh perkembangan penduduk terhadap
aspek – aspek kehidupan manusia yang menyangkut segi – segi sosial, ekonomi, politik dan
kebudayaan dalam lingkungan keluarga, masyarakat, Negara dan dunia . Pendidikan
Kependudukan di Ciloto tanggal 31 Agustus 1973 menjelaskan antara lain sebagai berikut :

Pendidikan Kependudukan merupakan satu usaha baru yang berhubungan dengan


pembangunan Negara, khususnya dalam menanggulangi masalah kependudukan , terutama
pertumbuhan penduduk yang berlangsung secara cepat dan perlu dikendalikan .
Pendidikan Kependudukan adalah suatu usaha yang mutlak dan perlu sebagai bagian dari
pendidikan sekarang dengan maksud memberikan pengertian tentang kependudukan yang
merupakansalah satu masalah dunia yang besar yang pengaruhnya terhadap perkembangan
hidup kelak.

Tujuan Pendidikan Kependudukan

Tujuan umum pendidikan kependudukan adalah :

 Agar anak didik memiliki pengertian dan kesadaran mengenai faktor – faktor yang
menyebabkan perkembangan penduduk yang cepat serta interaksi yang erat antara
perkembangan penduduk dengan program pembangunan untuk menaikkan tingkat
hidup rakyat.
 Agar anak didik memiliki pengertian dan kesadaran akan sebab akibat dari besar
kecilnya keluarga terhadap situasi kehidupan dalam lingkungan keluarga dan
masyarakat.
 Agar anak didik memiliki sikap yang rasional dan betanggung jawab dalam lingkungan
kehidupan bangsa ( Negara dan dunia ), dapat diperinci menjadi memiliki sikap dan
tingkah laku yang rasional dan bertanggung jawab terhadap program pemerintah
mengenai kependudukan
 Agar anak didik memiliki sikap yang rasional dan bertangung jawab dalam lingkungan
kehidupan keluarga dan masyarakat.
B. Pelaksanaan Pendidikan Kependudukan

Drs. J.W. Kandou mengemukakan bahwa dalam pelaksanaan pendidikan


kependudukan sebagai suatu program untuk dilaksanakan, ada dua aspek yang perlu mendapat
perhatian, yakni aspek pendidikan dan aspek kependudukan.
Tentang aspek kependudukan ia berpendapat bahwa hal itu menjadi tanggung jawab instansi
tertentu ( dalam hal ini ialah BKKBN ). Sedangkan sebagai subject matter ( mata pelajaran )
materi itu diberikan kepada anak didik sebagai aspek pendidik, yakni sebagai suatu proses yang
pelaksanaannya dipertanggung jawabkan kepada instansi – instansi lain ( departemen P dan K
).

C. Hubungan Antara Kehidupan Keluarga Dan Kecerdasan Manusia

Pengalaman menunjukkan bahwa kemampuan seseorang untuk mengatasi atau


memecahkan kesukaran itu ditentukan oleh kecerdasan seseorang. Makin cerdas seseorang,
akan lebih mudah mengatasi kesukaran. Maka kecerdasan merupakan salah satu faktor penentu
dalam menuju sukses atau kebahagian hidup.

D. Hubungan Antara Besar Keluarga Dan Test IQ

Ada hubungan antara rangsangan intelek dengan jumlah besarnya keluarga, makin
banyak atau besar keluarga, meminta perhatian ibu dan ayah lebih besar, di samping
penyediaan fasilitas yang makin besar. Tentang hal ini penyelidikan Tauran Dh.D
mengungkapkan , bahwa :
“ Pada umumnya keluarga yang mempunyai banyak anak terdapat dalam tingakt sosio
ekonomis yang rendah. Orang tua yang berasal dari tingkat sosio ekonomisnya yang tinggi dan
menengah cenderung membatasi anak-anak mereka dengan jumlah yang relative kecil
sehingga sanggup membelanjai pendidikannya sampai tingkat tinggi, orang tua yang berasal
tingkat sosio ekonomis rendah biasanya tidak memperhitungkan faktor – faktor tersebut ketika
menentukan jumlah anak yang mereka kehendaki. Sekali lagi pengaruh jumlah anak terutama
kelihatan pada angka test inteligensi yang kurang dari normal. Angka inteligensi yang tinggi
lebih sering terdapat di antara anak – anak tunggal atau yang hanya mempunyai satu atau dua
saudara. Angka inteligensi rendah terdapat di antara mereka yang mempunyai empat saudara
atau lebih.
BAB III

KELEBIHAN DAN KELEMAHAN BUKU

Kelebihan dari buku sosiologi pendidikan ini dalam pembahasannya lebih bersifat konkrit
berdasarkan gejala-gejala pendidikan yang ada di masyarakat dikontekskan pada struktur
socialnya. Buku ini disajikan secara sederhana serta bahasa yang di pakai juga lugas sehingga
cukup mudah dipahami

Namun dalam buku ini juga terdapat kekurangan diantaranya yaitu penggunaan tata
bahasa tidak sesuai dengan kaidah baku (EYD) seperti dus, hal mana, kulturil. Selain itu
tentang teknis penulisan, banyak kutipan berbahasa asing tidak dicetak miring dan tidak ditulis
dengan benar. Tidak terdapat biodata penulis sehingga pembaca tidak mendapatkan informasi
tentang penulis dan karya lainnya. Dalam pembahasan terakhir tentang manusia dalam
menghadapi masa depan, pembahasannya masih teoritis belum ada langkah konkrit mengenai
model pendidikan yang cocok di terapkan di Indonesia apabila dilihat dari persfektif
sosiologisnya. Dari segi isi terkait dengan contoh yang digunakan masih mengambil data tahun
lama sehingga kurang up to date.
BAB IV

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Dalam kegiatan makhluk sosial menimbulkan berbagai ilmu pengetahuan sendiri.


Termasuk kegiatan manusia untuk mendidik generasi-generasi mudanya dengan memberikan,
mewariskan kebudayaan kepada anak cucunya. Dalam mendidik inilah manusia berusaha
untuk mengetahui bagaimana proses pendidikan itu dilihat dari segi sosialnya, ditinjau dari
konstelasi sosialnya sehingga terjalin karya mendidik itu.

Ditinjau dari segi etimologi istilah sosiologi pendidikan terdiri atas dua perkataan yaitu
sosiologi dan pendidikan. Dalam sosiologi pendidikan yang menjadi masalah sentralnya ialah
aspek – aspek sosiologi di dalam pendidikan. Karena situasi pendidikan adalah situasi
hubungan dan pergaulan sosial, yaitu hubungan dan pergaulan sosial antara pendidikan dengan
anak didik, pendidik dengan pendidikan, anak – anak dengan anak – anak pegawai dengan
pendidikan, pegawai –pegawai dan anak –anak. Hubungan – hubungan dan pergaulan –
pergaulan sosial ini secara totalitas, merupakan suatu unit keluarga, ialah keluarga sekolah,
keluarga sekolah dapat tumbuh dan berkembang di dalam masyarakat.

3.2 Saran

Saran yang perlu disampaikan yauitu, buku ini dapat di jadikan acuan atau bahan ajar di
perguruan tinggi, karena buku ini menjelaskan materi secara singkat namun sangat mudah
dipahami.
DAFTAR PUSTAKA

Ahmadi, Abu, 2007, Sosiologi Pendidikan, Jakara : Rineka Cipta

Nasution, 2009, Sosiologi Pendidikan, Jakarta: Bumi Aksara

Hidayat, Rakhmat, 2011, Pengantar Sosiologi Kurikulum, Jakarta: Raja Grafindo Persada.

Anda mungkin juga menyukai