PROFESI KEPENDIDIKAN
1
Kata Pengantar
Puji dan syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa karena berkahnya,
kami bisa menyelesaikan Case Method ini. Tujuan penulisan laporan ini adalah untuk
memenuhi tugas yang diberikan oleh Ibu Santa Maria E.Situmorang,S.E,M.Pd sebagai dosen
pengampu mata kuliah Profesi Kependidikan.
Kelompok 1
2
DAFTAR ISI
3
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
........................................................................................
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan diatas,maka rumusan masalah antara
lain sebagai berikut:
4
C. Tujuan Penulisan
Berdasarkan latar belakang dan rumusan masalah yang telah diuraikan diatas,maka
rumusan masalah antara lain sebagai berikut:
D. Deskripsi Kasus
Salah satu kasus guru yang tidak sesuai atau melanggar kode etik guru adalah kasus
aniaya seorang guru honor (FS) pada siswa (YS) hingga berujung maut yang terjadi di
Indonesia tepatnya di SMAN 7 daerah Ternate, Provinsi Maluku Utara. Kasus ini terjadi
pada hari Jumat, tanggal 9 Oktober 2015 y a n g berawal dari seorang siswa yang tidak
mematuhi peraturan sekolah yaitu mengenakan baju batik , alhasil guru pun marah lalu
menampar siswa tersebut dengan keras. Karna perbuatan guru itu, siswa tersebut pun merasa
kesal dan hendak membalas tamparan guru tersebut. Namun sangat disayangkan, guru ini
terlampau emosi dan memukul kepala belakang siswa dengan menggunakan mistar kayu
hingga siswa tersebut pun jatuh tersungkur. Setelah dipukul murid tersebut mengeluarkan
darah dari hidungnya dan pihak sekolah hendak membawanya ke puskesmas terdekat, namun
waktu sudah terlambat nyawa siswa tersebut sudah tidak tertolong lagi dikarenakan pukulan
keras yang dilakukan guru yang memukul tepat dibelakang kepala siswa tersebut.
5
BAB II
KAJIAN TEORI
Kode etik berasal dari dua kata yaitu code dan ethic. Code atau kode berarti,
tulisan, kata, atau tanda, yang melalui persetujuan mempunyai arti atau maksud
tertentu. Sedangkan ethic atau etik dapat berarti aturan tatasusila; sikap atau
akhlak. Dengan demikian kode etik berarti ketentuan atau aturan yang berkenaan
dengan tatasusila dan akhlak. Akhlak adalah ekspresi jiwa yang tampak dalam
perbuatan dan meluncur dengan mudah, tanpa memerlukan pemikiran dan
pertimbangan lagi (Abudin Nata, 2003)
Kode etik bagi suatu organisasi profesional merupakan hal yang sangat penting
dan mendasar. Demikian pula halnya kode etik bagi guru yang diakui sebagai
suatu lapangan pekerjaan profesional. Kode etik bagi organisasi profesional guru
sangat penting, karena merupakan landasan moral dan pedoman tingkah laku
yang dijunjung tinggi oleh setiap anggotanya. Karena merupakan landasan
moral dan pedoman, maka dengan kode etik ini berfungsi sebagai alat untuk
mendinamisir setiap anggotanya agar selalu mawas diri dengan penuh kesadaran
berusaha melakukan berbagai upaya peningkatan dan pengembangan
kemampuan profesionalnya. Melalui cara yang demikian maka guru dan/atau
pendidik yang profesional pada dasarnya tidak akan pernah ketinggalan zaman.
Persatuan Guru Republik Indonesia (PGRI) yang merupakan organisasi guru di
Negera Kesatuan Republik Indonesia, telah berusaha menjadi organisasi profesi
bagi guru dan menetapkan sejumlah norma, aturan berperilaku sebagai kode etik
bagi guru dalam menunaikan tugas keguruannya. Kode etik dimaksud terdiri
dari:
Guru menciptakan hubungan baik dengan orang tua siswa sehingga dapat
terjalin pertukaran informasi timbal balik untuk kepentingan anak didik.
7
Guru senantiasa menerima dengan lapang dada setiap kritikan membangun
yang disampaikan orang tua siswa/masyarakat terhadap kehidupan sekolah..
Oleh karena itu organisasi profesi dapat dikatakan berperan ganda, yaitu
sebagai penjaga bagi praktisi untuk tidak keluar dari kode etik profesional,
dan sebagai penggerak bagi pengembangan profesi itu sendiri. Sebagai
penjaga, organisasi profesi mempunyai fungsi kontrol terhadap para
anggotanya. Sebagai penggerak bagi pengembangan profesi, organisasi
profesi berkewajiban berperan aktif dalam pengembangan ilmu dan
keterampilan profesional.
9
B. Tinjauan Pustaka Buku II
Dari uraian di atas, jelaslah bahwa kode etik suatu profesi berupa norma-norma
yang harus dipatuhi oleh setiap anggota profesi dalam menjalankan tugas profesinya dan
dalam kehidupannya di masyarakat. Norma tersebut berisi tentang petunjuk bagi
anggota profesi tentang bagaimana harus menjalankan profesinya dan larangan yaitu
ketentuan tentang apa yang tidak boleh atau tidak boleh dilakukannya, tidak hanya
dalam menjalankan tugas profesinya, tetapi juga tentang tingkah laku,perilaku anggota
profesi secara umum dalam pergaulan sehari-hari di masyarakat.
Pada dasarnya tujuan diadakannya atau dirumuskannya kode etik dalam suatu
profesi adalah untuk kepentingan anggota dan kepentingan organisasi profesi. Secara
10
umum, tujuan dibentuknya kode etik adalah sebagai berikut.
Untuk menjunjung tinggi martabat profesi, dalam hal ini yang dijaga adalah
“citra” orang luar atau masyarakat agar “orang luar” memandang rendah atau
“meremehkan” profesi tersebut. Oleh karena itu, setiap kode etik suatu profesi
akan melarang berbagai bentuk yang dapat mencemarkan nama baik profesi
tersebut ke dunia luar. Dari sudut pandang ini, kode etik juga mendapat nama
atau disebut “kode kehormatan”.
Menjaga dan memelihara kesejahteraan anggota. Yang dimaksud dengan
kesejahteraan di sini adalah berupa kesejahteraan material dan spiritual atau
mental.
Dalam hal kesejahteraan material anggota profesi, kode etik pada umumnya
mengatur larangan-larangan kepada anggotanya untuk melakukan tindakan-
tindakan yang merugikan kesejahteraan anggotanya, misalnya dengan
menetapkan tarif minimum untuk honorarium etika anggota profesi dalam
menjalankan tugasnya, sehingga siapa saja yang mengenakan tarif I di bawah
minimum dianggap tercela karena profesi bertindak tidak semestinya,
menyebabkan kerugian bagi rekan kerja mitra profesional. Dalam hal
kesejahteraan rohani atau mental anggota profesi, kode etik pada umumnya
memberikan petunjuk kepada anggotanya untuk melaksanakan tugas profesinya.
Selain itu, kode etik juga menetapkan larangan jaminan bahwa anggotanya tidak
akan melakukan perbuatan yang setiap anggotanya berkaitan dengan hal-hal yang
dianggap oleh masyarakat sebagai perbuatan tercela.
Kode etik juga memberikan peraturan yang ditujukan untuk membatasi perilaku
yang tidak pantas atau tidak jujur bagi anggota profesi dalam interaksinya dengan
sesama anggota sehingga menjadi masalah profesi.
Untuk meningkatkan dedikasi anggota profesi. Dalam hal ini KUH Perdata juga
memuat tujuan melayani generasi tertentu, agar para anggota profesi dapat
dengan mudah mengetahui tugas dan tanggung jawab martabat dan nilai
pengabdiannya dalam menjalankan tugas profesinya. Oleh karena itu, kode etik
merumuskan ketentuan-ketentuan yang perlu dilakukan oleh anggota profesi
dalam menjalankan tugasnya.
Untuk meningkatkan kualitas profesi. oleh Dewan K juga sanksi terberat di kekel
Untuk meningkatkan kualitas profesi, kode etik juga memuat norma mengenai
anjuran agar anggota profesi selalu berupaya meningkatkan kualitas anggotanya
sesuai dengan bidang tugasnya . Selain itu, kode etik juga mengatur bagaimana
menjaga data kode etik dan norma-norma untuk meningkatkan kualitas organisasi
profesi.
Dari uraian di atas, jelaslah bahwa tujuan suatu profesi dalam menyusun kode
etik adalah untuk menjunjung tinggi martabat profesi, melindungi dan memelihara
kesejahteraan anggotanya, meningkatkan pengabdian anggotanya dan meningkatkan
mutu profesi serta meningkatkan organisasi profesi.
Kode etik hanya dapat ditentukan oleh organisasi suatu perkumpulan atau
asosiasi suatu profesi bagi para anggotanya. Penetapan kode etik guru dilakukan dalam
kongres organisasi profesi. Dengan demikian penetapan kode etik tidak boleh dilakukan
oleh perseorangan, melainkan hanya oleh orang yang dikirim untuk dan atas nama
profesi anggota organisasi, sehingga orang yang bukan atau bukan anggota profesi,
tidak bisa tunduk padanya. Maka kode etik organisasi hanya akan berpengaruh kuat
11
dalam menegakkan disiplin di kalangan profesi, jika yang menjalankan profesi adalah
anggota organisasi profesi. Jika setiap orang yang menjalankan suatu profesi secara
otomatis bergabung dengan suatu organisasi atau perkumpulan profesi, maka tidak ada
jaminan profesi tersebut dapat dijalankan secara murni dan benar, karena setiap anggota
profesi yang melakukan pelanggaran berat terhadap kode etik dapat dikenakan sanksi.
Dapat kita jumpai bahwa ada kalanya negara mencampuri urusan profesi,
menjadi peraturan hukum atau undang-undang. Pencampuran tersebut bersifat ni ko
memberikan sanksi-sanksi hukum yang sifatnya memaksa, baik berupa sanksi Ei par
perdata maupun sanksi pidana Sanksi pada dasarnya merupakan upaya jawa pembinaan
kepada guru yang melakukan pelanggaran dan juga untuk menjaga harkat dan martabat
profesi guru Misalnya, jika seseorang bersaing secara tidak jujur atau curang di antara
sesama para anggota profesi, maka jika kecurangan itu "serius" dapat dituntut di muka
pengadilan. Pemberian sanksi dilaksanakan oleh Dewan Kehormatan Guru Indonesia.
Selain sanksi tersebut di atas, terdapat pula sanksi moral dari teman sejawat, berupa
celaan/dikucilkan, bahkan sanksi terberat dikeluarkan dari organisasi profesi.
Kode etik guru Indonesia dapat dirumuskan sebagai himpunan nilai-nilai dan
norma-norma profesi guru yang tersusun dengan baik dan sistematik dalam suatu sistem
yang utuh dan bulat Fungsi kode etik guru Indonesia adalah sebagai landasan moral dan
pedoman tingkah laku setiap guru warga PGRI dalam menunaikan tugas pengabdiannya
sebagai guru, baik di dalam maupun di luar sekolah serta dalam kehidupan sehari-hari di
masyarakat. Dengan demikian, maka Kode Etik Guru Indonesia merupakan alat yang
amat penting untuk pembentukkan sikap profesional para anggota profesi keguruan.
Sebagaimana halnya dengan profesi lainnya, Kode Etik Guru Indonesia ditetapkan
dalam suatu kongres yang dihadiri oleh seluruh utusan cabang dan pengurus daerah
PGRI dari seluruh penjuru tanah air, pertama dalam Kongres XIII di Jakarta tahun 1973
dan kemudian disempurnakan dalam kongres PGRI XX tahun 2008 di Palembang.
Kode Etik Guru Indonesia Guru Indonesia menyadari bahwa pendidikan adalah
bidang pengabdian kepada Tuhan Yang Maha Esa, bangsa dan negara, serta
kemanusiaan pada umumnya. Guru Indonesia yang berjiwa Pancasila dan setia kepada
UUD 1945, turut bertanggung jawab terwujudnya cita-cita Proklamasi Kemerdekaan
Republik Indonesia 17 Agustus 1945. Oleh sebab itu, guru Indonesia terpanggil untuk
menunaikan karyanya sesuai dengan peofesinya, maka guru harus menjunjung tinggi
kode etik sebagai berikut.
1. Guru menjunjung tinggi kedudukan guru sebagai suatu profesi.
2. Guru berusaha mengembangkan dan memajukan disiplin keilmuan
pendidikan dan mata pelajaran yang diajarkan.
3. Guru terus menerus meningkatkan kompetensinya.
4. Guru menjunjung tinggi tindakan dan pertimbangan pribadi yang
mendalam melaksanakan tugas profesional dan bertanggung jawab atas
konsekuensinya.
5. Guru menerima tugas sebagai bentuk tanggung jawab, inisiatif individu
Diskus, dan integritas dalam tindakan profesional oleh orang lain.
6. Guru tidak diperkenankan mengambil tindakan dan mengeluarkan
pendapat yang tajam yang akan merusak martabat profesinya.
7. Guru tidak boleh menerima janji, hadiah dan pujian yang dapat
mempengaruhi keputusan atau tindakan profesional anggota menur.
8. Guru tidak boleh mengeluarkan pendapat dengan maksud menghindari
12
tugas dan tanggung jawab yang timbul sebagai akibat adanya kebijakan
baru di bidang pendidikan dan pembelajaran.
c. Tinjauan Pustaka Jurnal I
13
BAB III
PEMBAHASAN KASUS
menganalisis kasus tersebut dengan pendekatan literatur dari buku dan jurnal tersebut di atas
adalah
14
BAB IV
PENUTUP
A. Kesimpulan
B. Saran
15
DAFTAR PUSTAKA
16