Anda di halaman 1dari 16

MINI RISET

“PERAN GURU DALAM MENJELASKANBAHASA INGGRIS DI KELAS TINGGI


UNTUK BAHASASEHARI-HARI”

“Untuk memenuhi tugas mata kuliah Pembelajaran Bilingual Kelas Tinggi”

Nama : Nisrina

Kelas : A VII Malam

Npm : 10802090093

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SUMATERA UTARA

TAHUN AJARAN 2021 / 2022

PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR


BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Penyelenggara pengajaran bahasa, sebagai bagian dari penyelenggaraan
pendidikan, merupakan usaha yang persiapan dan pelaksanaannya meliputi berbagai
bagian dan tahapan. Penyelenggaraan pengajaran tidak semata-mata terbatas pada
interaksi belajar mengajar antara siswa dan guru di ruang kelas, meskipun kegiatan itu
merupakan bagian terbesar dan memerlukan waktu terbanyak. Selain kajian dan
identifikasi terhadap kebutuhan yang harus dipenuhi dan tujuan yang harus dicapai,
penyelenggaraan pengajaran menyangkut pula pemilihan bahan-bahan pelajaran yang
sesuai dengan tujuan, disamping metode dan teknik mengajar serta latihan yang sesuai.

Berdasarkan Kurikulum Bahasa Inggris tahun 1994, dalam pengajaran bahasa,


selain pendekatan komunikatif dan keterampilan proses, pendekatan lain yang digunakan
adalah pendekatan integratif. Dalam konsep komunikatif mengacu pada kemampuan
yang berpengaruh dengan penggunaan bahasa dalam komunikasi nyata sehari-hari.
Kemampuan berbahasa tersebut memungkinkan orang untuk melakukan komunikasi
dengan orang lain, terlepas dari ada tidaknya pengetahuan tentang teori dan seluk beluk
bahasa yang digunakan untuk berkomunikasi (Djiwandono, 1996:1). Sedangkan konsep
integratif mengacu pada pengertian penyajian materi bahasa secara utuh. Artinya, materi
pengajaran bahasa baik yang berupa unsur-unsur bahasa maupun keterampilan berbahasa
disajikan dalam kesatuan sesuai dengan kenyataan pemakaian bahasa secara alamiah
dalam masyarakat bahasa (Syafi’i, 1994). Dengan demikian, pembelajaran bahasa
dilaksanakan secara utuh dan padu.
B. Rumusan Masalah
1. Apa metode yang digunakan?
2. Apa saja faktor yang mempengaruhinya.
C. Tujuan Mini Riset
1. Guru dapat mengetahui metode apa saja yang digunakan.
2. Guru dapat mengetahui faktor apa saja yang mempengaruhi..
D. Manfaat Mini Riset
1. Guru dapat mengetahui apa saja keluhan siswa terhadap belajar bahasa inggris sehari-
hari.
2. Guru juga dapat pengetahuan baru agar siswa dapat mengerti pembelajaran bahasa
inggris di kelas tinggi.
BAB II
LANDASAN TEORI
1. Pengertian Bahasa Inggris
Bahasa Inggris (English) merupakan bahasa resmi dari banyak negaranegara
persemakmuran dan dipahami serta dipergunakan secara meluas. Bahasa Inggris
dipergunakan di lebih banyak negara di dunia dibanding bahasa yang lain serta dibanding
bahasa yang lain.

Sedangkan Menurut Kasihani (2001:43) bahasa Inggris merupakan bahasa asing


pertama yang dianggap penting untuk tujuan pengaksesan informasi, penyerapan dan
pengembangan ilmu pengetahuan, teknologi, seni budaya dan pembinaan hubungan
dengan bangsa-bangsa lain. Menurut Wells yang dikutip dari Depdiknas dalam
Kepmendiknas No. 22 Tahun 2006 :

Bahasa Inggris merupakan alat untuk berkomunikasi secara lisan dan tulis.
Berkomunikasi adalah memahami dan mengungkapkan informasi, pikiran, perasaan, dan
mengembangkan ilmu pengetahuan, teknologi, dan budaya dengan menggunakan bahasa
tersebut. Kemampuan berkomunikasi dalam pengertian yang utuh adalah kemampuan
berwacana, yakni kemampuan memahami dan atau menghasilkan teks lisan dan atau tulis
yang direalisasikan dalam empat keterampilan berbahasa, yaitu menyimak, berbicara,
membaca dan menulis. keempat keterampilan inilah yang digunakan untuk menanggapi
atau menciptakan wacana dalam kehidupan bermasyarakat. Oleh karena itu, mata
pelajaran bahasa Inggris diarahkan untuk mengembangkan keterampilan-keterampilan
tersebut agar lulusan mampu berkomunikasi dan berwacana dalam bahasa Inggris pada
tingkat literasi tertentu.
2. Bahasa Inggris di Sekolah Dasar
Bahasa memiliki peran sentral dalam perkembangan intelektual, sosial, dan
emosional peserta didik dan merupakan penunjang keberhasilan dalam mempelajari
semua bidang studi. Pembelajaran bahasa diharapkan membantu peserta didik mengenal
dirinya budayanya, dan budaya orang lain. Selain itu, pembelajaran bahasa juga
membantu peserta didik mampu mengemukakan gagasan dan perasaan, serta
berpartisipasi dalam masyarakat. (Deden S & Hani I, 2008 : 1).

Mata pelajaran bahasa Inggris secara resmi bisa diajarkan di sekolah dasar sejak
tahun ajaran 1994 sebagai mata pelajaran muatan lokal. Walaupun dalam kenyataannya
ada beberapa sekolah dasar yang sudah 11 memprogramkan pelajaran bahasa Inggris bagi
siswanya sebelum tahun tersebut, terutama sekolah-sekolah swasta yang telah mampu
menyediakan pengajaran dan bahan ajarnya. (Kasihani, 2007 : 1).

Kebijakan tahun 1994 tersebut ditanggapi secara positif dan luas oleh masyarakat,
terutama oleh sekolah-sekolah dasar yang merasa memerlukan dan mampu
menyelenggarakan pembelajaran bahasa Inggris. Kebijakan ini disusul oleh Surat
Keputusan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomer 060/U/1993 tanggal 25 februari
1993 tentang dimungkinkannya program bahasa Inggris lebih dini sebagai satu mata
pelajaran muatan local. Mata pelajaran ini dapat dimulai di kelas 4 SD sesuai anjuran
pemerintah. (Kasihani, 2007 : 2)
BAB III
METODE MINI RISET
1. Metode Grammar Translation
Metode grammar-translation menekankan pengajaran tata bahasa yang disertai
dengan latihan-latihan terjemahan baik dari bahasa siswa ke bahasa asing yang dipelajari
maupun sebaliknya. Metode ini mengombinasikan antara pengajaran grammar dan
terjemahan ke dalam bahasa sasaran dengan mengutamakan latihan-latihan yang
didasarkan pada pengajaran bahasa melalui usia (Escher, 1928 dalam Kelly, 1969).

Metode ini memandang bahwa bahasa pertama siswa dianggap sebagai referensi
untuk memperoleh bahasa kedua. Pembelajaran bahasa secara implisit dipandang sebagai
kegiatan intelektual yang melibatkan aturan-aturan pembelajaran, aturan-aturan
penghafalan dan fakta-fakta yang berpengaruh dengan bahasa pertama siswa yang
diperbanyak dengan terjemahan-terjemahan ke dalam bahasa kedua. Oleh karena itu,
metode pengajaran grammar-translation tidak menekankan pada cara berkomunikasi,
melainkan berorientasi kepada pekerjaan dan mempelajari sistem bahasa secara
gramatikal. Dengan demikian, metode ini mudah untuk diterapkan. Namun demikian,
kekurangan metode ini terletak pada penekanannya yang berlebihan terhadap bahasa
sebagai sebuah aturan umum dan membatasi teknik latihan yang tidak mengemansipasi
siswa dari bahasa pertamanya yang dominan.

Dalam metode ini, bahasa ditampilkan dalam pelajaran singkat secara gramatikal
yang berisikan kaidah-kaidah tata bahasa yang diikuti dengan contoh-contoh. Siswa
diharapkan mengkaji dan menghafalkan contoh-contoh dan kaidah-kaidah tata bahasa
tersebut secara khusus, misalnya sebuah paradigma tentang kata kerja atau sebuah daftar
preposisi. Tidak ada pendekatan yang sistematis untuk kosa kata atau aspek lain terhadap
bahasa kedua. Latihan-latihannya berupa kata-kata, dan kalimat-kalimat siswa pada
bahasa pertamanya kemudian diterjemahkan ke dalam bahasa keduanya.
2. Metode Langsung (Direct Method)
Metode langsung atau direct method adalah bentuk pengajaran secara langsung
yang berupa bahasa lisan dan teks-teks yang sudah dicetak, menyusun karangan
berdasarkan gambar dan episode-episode yang diajarkan oleh guru. Metode ini
memperkenalkan konsep pengajaran bahasa yaitu apa yang dapat dikerjakan oleh guru
secara aktual dan apa yang sanggup dilakukannya (Stern, 1983:458). Pandangan ini
didasarkan pada kenyataan bahwa pemakaian bahasa sasaran merupakan alat pengajaran
dan komunikasi di dalam kelas bahasa dan sebagai usaha yang sistematis untuk
mengikuti keaslian dan pengembangan bahasa sasaran. Selain itu, pengajaran bahasa juga
dipandang sejalan dengan perolehan bahasa pertama, sehingga dalam metode ini
memberikan penekanan pada bunyi, kalimat singkat, dan asosiasi langsung bahasa
dengan obyek dan lingkungan seperti dalam kelas, di rumah, di kebun, dan di jalan
(Ruckler, 1969:19-20).

Hester dalam Diller (1978), menegaskan tentang penggunaan direct method


sebagai suatu pendekatan pengajaran bahasa yang valid, karena metode ini merupakan
metode kognitif atau metode rasionalis yang menekankan pada penggunaan bahasa asing
di dalam kelas tanpa terjemahan. Metode ini bukan hanya memberikan penekanan pada
spoken language tetapi juga pada pengucapan bunyi ujaran yang baik yang menghindari
penjelasan secara gramatikal dan latihan formal.

Dengan demikian dapat dikatakan bahwa metode langsung merupakan metode


pertama yang berusaha menciptakan situasi pembelajaran bahasa terhadap kegunaan dan
melatih siswa untuk meninggalkan bahasa pertama yang dianggap sebagai kerangka
referensi. Metode ini menggunakan teks sebagai dasar pembelajaran bahasa,
mendemonstrasikan gambar-gambar dan obyek-obyek, penekanan pada tanya-jawab,
narasi pembicaraan, dikte, imitasi, dan bentuk baru latihan-latihan grammar yang
dihasilkan dari the direct method. Namun begitu, ada dua masalah yang muncul dalam
metode ini, yaitu:
(1) bagaimana menyampaikan makna tanpa terjemahan, dan (2) bagaimana menjaga
kesalahpahaman tanpa memberikan referensi pada bahasa pertama

3. Metode Reading
Metode reading merupakan sebuah teori pengajaran bahasa yang membatasi
tujuan pengajaran bahasa secara praktis dan mudah diterapkan pada latihan membaca
yang sangat hati-hati. Metode ini memiliki dasar pragmatis yang kuat yang
mengaasumsikan pendidikan sama dengan kurikulum yang berlaku di Amerika pada
tahun duapuluhan yang disebut mengorganisasi kegiatan pendidikan untuk menentukan
pokok-pokok kegunaan praktis. Pandangan ini menganggap membaca merupakan
keterampilan yang sangat bermanfaat dalam mempelajari bahasa asing karena
pembelajaran dengan membaca lancar lebih penting bagi siswa yang belajar Bahasa
Inggris dari pada berbicara (West, 1926).

Metode ini memperkenalkan beberapa elemen-elemen baru yang penting dalam


pengajaran bahasa, yaitu (1) menentukan teknik-teknik pengajaran bahasa pada tujuan
tertentu, dalam hal ini tujuan membaca, (2) aplikasi kontrol vocabulary pada teks bahasa
asing, (3) membuat kelas pembaca, dan (4) berkat kontrol kosakata, pengenalan teknik
membaca cepat pada kelas bahasa asing. Dengan demikian, teknik yang diangkat dari
pengajaran membaca bahasa asing, ditekankan pada kontrol kosa kata dalam membaca
teks, intensive reading dan rapid reading.

4. Metode Audiolingual
Audiolingual method memandang proses pembelajaran sebagai salah satu
pembiasaan dan pengondisian tanpa interfensi dari anlisis intelektual. Penekanannya
terletak pada latihan yang aktif dan sederahana. Penghafalan, peniruan, pattern drills atau
pattern practice merupakan teknik pembelajaran metode ini. Teknik-teknik ini muncul
untuk menawarkan kemungkinan pembelajaran bahasa tanpa memerlukan latar belakang
akademik dan kemauan yang kuat. Metode audiolingual juga disebut sebagai aural-oral
method yang merupakan alternatif ujaran yang lebih muda (Brooks, 1964:263).
Metode ini memiliki beberapa karakteristik yang berbeda, yakni: (1) pemisahan
bakat-bakat listening, speaking, reading, dan writing serta keutamaan audiolingual atas
bakat-bakat grafik, (2) kegunaan dialog sebagai alat untuk mengemukakan bahasa, (3)
menekankan pada teknik-teknik praktis, mimik, penghafalan, dan pattern drill, (4)
penggunaan laboatorium bahasa, dan (5) menyusun teori psikologi dan linguistik sebagai
dasar metode pengajaran.

Dengan demikian, metode ini juga memberikan kontribusi yang penting terhadap
pembelajaran bahasa. Pertama, merekomendasikan teori pengembangan bahasa pada
pemakaian linguistik dan prinsip-prinsip secara psikologis. Kedua, berusaha menjadikan
pembelajaran bahasa dapat diterima oleh kelompok-kelompok pelajar bahasa yang besar.
Ketiga, menekankan pada kemajuan sintaksis. Keempat, mengembangkan teknik-teknik
pengajaran bahasa yang sederhana, tanpa translation, bervariasi, bertingkat, dan latihan-
latihan praktis. Kelima, mengembangkan pemisahan aspek-aspek bahasa .

5. Metode Audiovisual
Metode audiovisual merupakan metode yang mencari sebuah dasar dalam
linguistik. Isi dari pada gramatikal dan leksikalnya diperoleh dari kajian linguistik
deskriptif. Sebuah skenario yang ditampilkan secara visual memberikan makna yang jelas
terhadap keterlibatan siswa dalam konteks dan ujaran yang bermakna. Dalam metode ini
pembelajaran bahasa divisualisasikan dengan langkah-langkah sebagai berikut; (1) secara
khusus dapat menerapkan bahasa sehari-hari siswa, (2) melibatkan kapasitas untuk
berbicara yang lebih bertalian dengan topik-topik umum dan membaca fiksi dan koran,
dan (3) melibatkan penggunaan ceramah-ceramah profesional yang sifatnya khusus dan
hal-hal lain yang menarik.

Dalam metode audiovisual ini, sama halnya dengan metode direct, memiliki
kesulitan-kesulian dalam menyampaikan makna karena tampilan gambar strip film tidak
menjamin siswa untuk tidak salah interpretasi terhadap makna ujaran. Pengaruh antara
ujaran dengan gambar yang ditampilkan secara teoritis masih sering dipertanyakan, dan
menimbulkan kesulitan-kesulitan praktis.
BAB IV
HASIL MINI RISET
1. PRESTASI BELAJAR
Prestasi belajar seseorang sering dihubungkan dengan angka hasil pengukuran,
yang dilaksanakan melalui berbagai cara. Angka-angka tersebut merupakan kesimpulan
akhir dari sebuah proses evaluasi yang dikenakan terhadap siswa. Tujuan ini tentu akan
menjadi suatu tolok ukur untuk mengklasifikasikan siswa ke dalam suatu herarki
keberhasilan yang pada umumnya dinyatakan dalam sebutan prestasi belajar. Prestasi
hasil belajar adalah hasil yang dicapai anak didik dalam usaha belajarnya. Hasil belajar
tersebut dicantumkan dalam transkrip, rapor atau kartu hasil studi, baik berupa nilai
angka maupun nilai kategori yang dibagikan dalam periode waktu tertentu (Wirawan,
1976:3).

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (1988:787), “Prestasi belajar adalah


penguasaan pengetahuan atau keterampilan yang dikembangkan oleh mata pelajaran
lazimnya dan ditunjukkan dengan nilai tes yang diberikan oleh guru. Sedangkan menurut
Djamarah (1994:23), “Prestasi belajar adalah hasil yang diperoleh berupa kesan yang
mengakibatkan perubahan dalam diri indivisu sebagai hasil dari aktivitas dalam belajar.”
Selanjutnya Nasution (1972:45) mengemukakan bahwa, “Prestasi belajar adalah suatu
hasil belajar yang dicapai oleh siswa setelah mengikuti kegiatan belajar mengajar dalam
jangka waktu yang telah ditentukan sebelumnya.” Dari berbagai pendapat di atas, dapat
disimpulkan bahwa prestasi belajar adalah hasil yang dicapai setelah siswa melakukan
suatu kegiatan atau pekerjaan. Untuk mengetahui prestasi belajar melalui proses belajar
dapat dilihat dengan adanya hasil yang dicapai oleh siswa dalam kurun waktu tertentu,
dimana dalam diri siswa telah pula terjadi perubahan pengetahuan, pemahaman, sikap,
tingkah laku, dan keterampilan serta kemampuan dan kecakapan.

Ukuran yang pasti dari prestasi seseorang atau kelompok, sulit diperoleh karena
penentuan prestasi atau kemampuan seseorang dipengaruhi oleh banyak faktor yang
sangat kompleks. Menurut Winkel (1984:43), faktor yang mempengaruhi prestasi belajar
siswa dapat digolongkan menjadi dua, yakni faktor dari siswa itu sendiri, dan faktor dari
luar siswa. Secara rinci, faktor-faktor tersebut dijelaskan sebagai berikut:
1) Faktor siswa sendiri, meliputi:
a. Faktor fisik intelektual, yang meliputi taraf inteligensi, kemampuan belajar,
sikap, perasan, minat, kondisi akibat sosio-kultural, dan ekonomi.
b. Faktor psikologis baik yang bersifat bawaan maupun yang diperoleh, yang
terdiri atas: (1) faktor potensial, yaitu kecerdasan dan bakat, dan (2) faktor
kecakapan nyata, yaitu prestasi yang dimiliki.
2) Faktor kematangan fisik maupun psikis.
3) Faktor dari luar siswa, yang terdiri dari:
4) Faktor pengaturan belajar di sekolah, yang meliputi kurikulum pengajaran,
disiplin sekolah, efektivitas guru, fasilitas belajar, dan pengelompokan siswa.
5) Faktor di sekolah, yang meliputi system sosial, status sosial serta interaksi guru
dan siswa.
6) Faktor situasional, yang meliputi keadaan politik, ekonomi, keadaan, waktu dan
tempat, serta keadaan musim dan iklim.

Dari keterangan di atas dapat dipahami bahwa faktor-faktor dari siswa dan dari
luar siswa tersebut saling berinteraksi, baik secara langsung maupun tidak langsung
dalam mencapai prestasi belajar. Dengan demikian, prestasi belajar dapat diartikan
sebagai suatu hasil yang diperoleh siswa melalui suatu proses yaitu belajar yang ditandai
dengan adanya perubahan pada diri siswa yang belajar dan dinyatakan dalam bentuk
angka. Sedangkan prestasi belajar bahasa Inggris adalah suatu hasil yang diperoleh
melalui proses yang ditandai dengan adanya perubahan pada diri siswa setelah belajar
bahasa Inggris yang dinyatakan dalam bentuk angka atau nilai.

Penelitian ini termasuk jenis penelitian survei, karena penelitian ini dilakukan
dengan mengumpulkan informasi dari suatu sampel melalui penyebaran kuesioner yang
nantinya menggambarkan berbagai aspek dari populasi. Pendekatan yang digunakan
adalah kuantitatif dengan rancangan penelitian diskriptif korelasional.
Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa kelas IV dan V SDN 017
Tenggarong tahun pelajaran 2014/15 yang terletak di Jalan Gunung Sentul Tenggarong
dan berjumlah seluruhnya 83 orang. Populasi adalah totalitas semua nilai yang menjadi
hasil penghitungan atau pun pengukuran kuantitatif maupun kualitatif daripada
karakteristik tertentu mengenai sekumpulan obyek yang lengkap dan jelas yang ingin
dipelajari sifat- sifatnya Sudjana (1984:5). Sedangkan sampel merupakan bagian dari
populasi yang dapat mewakili atau mencerminkan karakteristik populasi tersebut
(Budiharso, 2004:6). Dalam penelitian ini penulis menetapkan seluruh populasi untuk
dijadikan sampel. Dengan demikian, penelitian ini merupakan penelitian populasi.

Dalam pengumpulan data, penulis menggunakan instrumen yang dibuat sendiri


sehingga dapat memenuhi apa yang diinginkan dengan menggunakaan metode angket
atau kuesioner, yaitu suatu daftar yang berisi pertanyaan-pertanyaan yang harus dijawab
atau dikerjakan oleh seseorang yang akan diselidiki atau responden (Walgito, 1982:63).
Metode ini digunakan dalam menjaring data tentang variabel bebas (metode pengajaran)
dan variabel terikat (prestasi belajar bahasa Inggris) dengan tujuan untuk
mengidentifikasi pelaksanaan metode pengajaran di sekolah terhadap prestasi belajar
bahasa Inggris siswa.

Pengumpulan data dilakukan menggunakan metode angket atau kuesioner dengan


cara membuat daftar pertanyaan yang berhubungan dengan teknik dan cara-cara
pengajaran bahasa Inggris yang dilakukan oleh guru di kelas yang merupakan obyek
diteliti, kemudian daftar pertanyaan tersebut disebarkan kepada responden untuk diisi
dengan jawaban sesuai pilihannya. Instrumen pengumpul data metode pengajaran, terdiri
dari 10 daftar pertanyaan menggunakan skala Likert dengan 5 alternatif jawaban.
Sedangkan instrumen pengumpul data tentang prestasi belajar, berupa catatan nilai dalam
bentuk angka yang diperoleh siswa berdasarkan catatan dalam raport untuk bidang studi
bahasa Inggris. Selanjutnya dilakukan analisis data yaitu proses penyederhanaan data
dalam bentuk yang lebih mudah untuk dipahami dan diinterpretasikan dengan cara
menggunakan statistik Setelah data dianalisis, hasilnya diinterpretasikan untuk mencari
makna dan implikasi yang lebih luas dari hasil penelitian. Jenis data yang diperoleh
dalam penelitian ini berupa data kuantitatif yaitu berupa skor angket yang diperoleh dari
hasil jawaban siswa berdasarkan pilihan jawaban yang disediakan. Analisis data
dilakukan untuk menguji hubungan antara metode pengajaran dengan prestasi belajar
bahasa Inggris dengan menggunakan rumus Korelasi Product Moment. Pengujian
hipotesis dilakukan pada taraf signifikansi 0,05 atau  = 5%.
BAB V
KESIMPULAN
1. Kesimpulan

Berdasarkan hasil analisis data statistik mengunakan uji korelasi Product


Moment, menunjukkan bahwa metode pengajaran dan prestasi belajar Bahasa Inggris
siswa mempunyai hubungan yang signifikan. Hal tersebut dapat diketahui dari hasil
penghitungan korelasi yang menghasilkan r hitung sebesar 0,647 lebih besar (≥) dari r
tabel pada taraf signifikansi  = 5% dengan N = 83 sebesar 0,213. Hal ini berarti bahwa
hipotesis nol (Ho) ditolak dan hipotesis alternatif (Ha) diterima atau dapat diartikan
bahwa metode pengajaran dan prestasi belajar bahasa Inggris memiliki hubungan yang
signifikan. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa metode pengajaran berhubungan
secara signifikan dengan prestasi belajar Bahasa Inggris siswa. Dengan kata lain, jika
metode pengajaran terhadap siswa ditingkatkan, maka prestasi belajar Bahasa Inggris
siswa juga semakin meningkat atau lebih baik. Sebaliknya, jika metode pengajaran
terhadap siswa kurang baik, maka prestasi belajar Bahasa Inggris siswa juga semakin
menurun atau rendah
2. Saran

Demikianlah makalah yang kami buat ini, semoga bermanfaat dan


menambah pengetahuan para pembaca. Kami mohon maaf apabila ada
kesalahan ejaan dalam penulisan kata dan kalimat yang kurang jelas,
dimengerti, dan lugas.Karena kami hanyalah manusia biasa yang tak luput
dari kesalahan Dan kami juga sangat mengharapkan saran dan kritik dari
para pembaca demi kesempurnaan makalah ini. Sekian penutup dari kami
semoga dapat diterima di hati dan kami ucapkan terima kasih yang sebesar-
besarnya.
DAFTAR PUSTAKA

Abort, Gerry. et. al. 1981. The Teaching of English as An International Language. London:
Collin Glasgow & London P.

Baudion, Margareth, et. al. 1977. Reader’s Choice. Canada: The University Press of Michigan.
Best, John W. 1981. Research in Education. New Jersey: Englewood Cliffs. Prentice Hall Inc.

Budiharso, Teguh. 2004. Prinsip dan Strategi Pengajaran Bahasa. Surabaya: Lutfansah
Mediatama.

Cobuild, Collins. 1996. Learner’s Dictionary, Helping Learners with Real English.

London: Harper Collins Publisher.


Djiwandono, Soenardi. 1996. Tes Bahasa dalam Pengajaran. Bandung: Penerbit ITB Bandung.

Dwyer, Margareth A. 1983. Some Strategies for Improving Reading Efficiency. English
Teaching Forum Vol. XXI.

Grellet. 1984. developing Reading Skills. Cambridge: Cambridge University Press.

Hornby, AS. 1995. Oxford Advanced Learner’s Dictionary of Current English. London: Oxford
University Press.

Lado, MJ. 1996. Common Error in English. Jakarta: CV. Tulus Jaya.
Moore, Gary W. 1983. Developing and Evaluating Educational Research. Toronto: Little
Brown Company.

Watson, Owen. 1976. Longman Modern English Dictionary. London: Hazel Watson. Yerkes,
D. 1986. Webster’s Encyclopedia Unbridged Dictionary of English Language.

New York: Portland House.

Anda mungkin juga menyukai