Anda di halaman 1dari 10

CRITICAL BOOK REPORT

PARA FILSUF

JOHN DEWEY, RUDOLF STEINER, & MARIA MONTESSORI

DISUSUN

OLEH

KELOMPOK 5:

FADHILLAH RAIHAN AMALIA HIA : 1193113034

VIVI CHAIRUNISA : 1193313003

WINDA HALAWA : 1193313015

PUTRA PAMUNGKAS SITORUS : 1193313029

DOSEN PENGAMPU : Prof Dr. Anita Yus, M.Pd /

Isa Hidayati, S.Pd., M.Pd

PEND. GURU PENDIDIKAN ANAK USIA DINI


FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS NEGERI MEDAN
2020
1
A. JOHN DEWEY

1. Biografi John Dewey

John Dewey lahir pada 20 oktober 1859, Amerika serikat. John Dewey dilahir di

Burlington, Vermont yang berasal dari keluarga yang sederhana. Ia adalah satu dari

empat anak lelaki yang lahir dari Archibald Sprague Dewey dan Lucina Artemisia Rich

Dewey. John Dewey merupakan seorang filsuf Amerika , psikolog , dan reformator

pendidikan yang idenya telah berpengaruh dalam pendidikan dan reformasi sosial. Dia

dianggap sebagai salah satu sarjana Amerika paling terkemuka di paruh pertama abad

kedua puluh, yang meninggal pada tanggal 1 Juni 1952 (berusia 92) New York , New

York, Amerika Serikat. Seorang profesor Dewey yang signifikan di Universitas Vermont

adalah Henry Augustus Pearson Torrey (HAP Torrey). Dewey belajar secara pribadi

dengan Torrey antara lulus dari Vermont dan pendaftarannya di Universitas Johns

Hopkins.

Setelah dua tahun sebagai guru sekolah menengah di Oil City, Pennsylvania dan

satu tahun sebagai guru sekolah dasar di kota kecil Charlotte, Vermont , Dewey

memutuskan bahwa ia tidak cocok untuk mengajar sekolah dasar atau menengah. Setelah

belajar dengan George Sylvester Morris , Charles Sanders Peirce , Herbert Baxter

2
Adams, dan G. Stanley Hall , Dewey menerima gelar Ph.D. dari Sekolah Seni & Sains di

Universitas Johns Hopkins . Pada tahun 1884, ia menerima posisi fakultas di University

of Michigan (1884–1888 dan 1889–1894) dengan bantuan George Sylvester Morris. John

Dewey terkenal dengan ide-ide yang dimunculkannya yakni; Berpikir reflektif Psikologi

fungsional Asosiasi Profesor Universitas Amerika Empirisme langsung Penyelidikan ke

Moskow menunjukkan uji coba tentang Trotsky Progresivisme pendidikan Psikosis

pekerjaan.

Seiring dengan sejarawan Charles A. Beard , ekonom Thorstein Veblen dan


James Harvey Robinson , Dewey adalah salah satu pendiri dari The New School . Tulisan
Dewey paling signifikan adalah “Konsep Arc Reflex di Psikologi” (1896), sebuah kritik
terhadap konsep psikologis standar dan dasar dari semua pekerjaan lebih lanjut nya;
Demokrasi dan Pendidikan (1916), karya terkenal tentang pendidikan progresif; Alam
dan Manusia Perilaku (1922), studi tentang fungsi dari kebiasaan dalam perilaku
manusia; Publik dan Masalah-nya (1927), pertahanan demokrasi ditulis dalam
menanggapi Walter Lippmann ‘s The Phantom Public (1925); Pengalaman dan Alam
(1925) , Dewey paling “metafisik” pernyataan; Seni sebagai Pengalaman (1934),
pekerjaan utama Dewey pada estetika; A Iman Umum (1934), sebuah studi humanistik
agama awalnya disampaikan sebagai Dwight H. Terry Lektor di Yale; Logika: Teori
Kirim (1938), sebuah pernyataan dari konsepsi yang tidak biasa Dewey logika;
Kebebasan dan Budaya (1939), sebuah karya politik memeriksa akar fasisme, dan
Mengetahui dan Dikenal (1949), sebuah buku yang ditulis bersama dengan Arthur F.
Bentley yang sistematis menguraikan konsep trans-tindakan, yang merupakan pusat
untuk karya yang lain. Sementara masing-masing karya berfokus pada satu tema filosofis
tertentu, Dewey termasuk tema utama dalam sebagian besar apa yang dipublikasikan. Ia
menerbitkan lebih dari 700 artikel dalam 140 jurnal, dan sekitar 40 buku.

3
2. Pemahaman John Dewey tentang filosofi AUD dan PAUD
a. Pemahaman john dewey tentang filosofi paud
 sekolah merupakan model masyarakat demokratis dalam bentuk kecil, di
mana para siswa dapat belajar dan mempraktikkan keterampilan yang
diperlukan untuk hidup di alam demokratis.
 Melalui pengalaman-pengalaman itu seorang peserta didik mampu
menghadapi dunia luar yang selalu berubah karena realitas itu berubah
secara konstan.
 Landasan teori pendidikan Dewey bersumber pada aliran filsafat
progresivisme yang difokuskan pada sekolah sebagai child-centered (berpusat
pada anak) dan menekankan kurikulum yang mengutamakan aktivitas
(activity-centered curriculum).
 Aktivitas sekolah dijalankan sesuai dengan kebutuhan dan minat
anak.
 Guru dan murid merencanakan kegiatan belajar secara bersama.
 Peserta didik harus aktif dan memiliki gagasan untuk meneliti sesuatu
dan melaksanakannya secara mandiri atas dorongan dan pengawasan
guru.
 Dalam konteks pendidikan anak usia dini, setiap anak harus
memusatkan perhatiannya pada pemecahan suatu masalah pokok.
b. Pemahaman john dewey tentang filosofi di aud
 Pendidikan harus dapat mengembangkan minat maupun kemampuan anak
sehingga ia akan berperan serta dengan baik di sekolah atau di
masyarakatnya, anak harus menggunakan bangunan, alat-alat, permainan,
pengamatan alam, pengungkapan diri (bukan hanya patuh pada orang lain)
dan hasil aktivitas sebagai cara belajar atau pengembangan dirinya.
 Anak harus mempelajarai pranata-pranata sosial dan cara hidup dengan jalan
ikut berperan serta dalam sekolah maupun masyarakat. Pendidikan harus
menunjang kelangsungan pranata, adat-istiadat, ketrampilan dan pengetahuan
dari generasi yang satu ke generasi berikutnya.

4
3. Konsep Pendidikan PAUD yang Dikembangkan John Dewey

Menurut Dewey, pendidikan adalah upaya menolong manusia agar dapat berefleksi
terhadap masalah yang tirnbul daiam masyarakar dan upaya memperlengkapi mereka agar
menghasilkan perubahan dalam kehidupan mereka. Jika dalam proses pendidikan tidak ada
pengaruh yang positif terhadap alam dan masyarakar, maka janganlah disebut pendidikan, karena
pendidikan harus memberikan pengaruh perubahan dan pertumbuhan. Sifat sosial adalah yang
penting dari pendidikan iru. Unruk iru, peran masyarakat yang demokratis adalah bagian integral
dalam mengembangkan sumber daya manusia, karena setiap warga adalah pribadi yang
berharga, bukanlah sebagai alat untuk melayani maksud negara atau sarana untuk mencapai
tujuan dari pihak yang berkuasa. Dengan cara ini, pendidikan berorietasi pada mempersiapkan
lingkungan belajar yang memacu pengalaman untuk bertumbuh.

Rumusan Dewey tentang pendidikan paud adalah pembentukan kembali arahan metode
belajar di outdoor atau diluar ruangan agar pengalaman anak mengenali lingkungannya
sekitarnya agar menambah wawasan dalam kemampuan berpikirnya bahwasannya alam
sekitarnya ialah ciptaan Tuhan dan menambah kemampuan si anak dalam memberi arah terhadap
pengalaman yang selajutnya. Dan untuk mencapai maksud tersebut, guru memiliki peranan
penting untuk membimbing anak didik memperluas pengetahuan dan kemampuan berpikirnya
dalam menjelajah hubungan baru yang dibangunnya di atas pengetahuan yang dimiiiki
sebelumnya. Dalam hal ini, Dewey menekankan bahwa pendidik belajar dari pengalamannya
yang berasal dari aktivitas yang asli dari lingkungannya.

5
B. RUDOLF STEINER

1. Biografi Rudolf Steiner

Rudolf Steiner, lahir tanggal ,27 Februari 1861, Donji Kraljevec Croatia. Seorang ilmuan
dan filusuf. Salah satu teori Steiner yang terkenal adalah bahwa manusia memiliki kebijaksanaan
yang melekat untuk mengungkap misteri dunia spiritual. Dalam bidang pendidikan dan
pengajaran steiner mengembangkan model pendidikan yang berfokus pada pengembangan
totality, yaitu pengembangan kreatifitas. Pada 1919 di Stuttgart (Jerman), Emil Molten,
pengawas pabrik rokok Waldorf-Astoria memutuskan untuk membuka sebuah sekolah bagi
anak-anak para buruh pabriknya. Molten pun menggandeng Rudolf Steiner yang merupakan
filsuf, ilmuwan, sekaligus guru berkebangsaan Austria. Steiner menerima proposal Molten dan
sekolah pertama dengan metode pendidikan Waldorf akhirnya berdiri.

2. Pemahaman Rudolf Steiner tentang filosofi AUD dan PAUD.


a. Pemahaman rudolf steiner tentang filosofi AUD
 Proses yang dilalui anak jauh lebih penting ketimbang hasil instant yang seringkali
membuat anak kita “menguasai” suatu hal padahal mereka belum siap melakukannya.
 Steiner percaya bahwa 7 tahun pertama kehidupan anak adalah periode belajar meniru
berbasis sensorik. Masa itu juga digunakan untuk mengembangkan kemampuan non-
kognitif anak.
 Anak harus dihargai sebagai manusia yang memiliki kebebasan sesuai dengan
perkembangan usianya. Anak-anak mengikuti kegiatan yang disesuaikan dengan
perkembangan usianya.

6
b. Pemahaman rudolf steiner tentang filosofi PAUD.
 kurikulum ini didasarkan pada gagasan bahwa anak-anak berusaha mengembangkan
tubuh fisik dan kemauan mereka, semua kegiatan tidak bersifat akademik, tetapi terapan.
 Pendidikan didasarkan pada pemahaman bahwa penting bagi anak untuk
mengembangkan dasar yang kuat dan kecintaan pada pembelajaran sebagai persyaratan
untuk mengembangkan keterampilan akademik, yang akan muncul saat anak telah siap.
 Steiner juga percaya bahwa anak-anak harus belajar menulis sebelum mereka belajar
membaca, dan bahwa tidak ada anak harus belajar membaca sebelum usia 7 tahun.
Guru bekerjasama anak-anak mampu mengembangkan hubungan yang bermakna dengan
mereka, mampu merundingkan perilaku nakal dengan konsisten, dan mampu membantu siswa
mengembangkan pembelajaran karakter dan kognitif dalam persiapan menjadi warga Negara
yang baik (Easton).

3. Konsep Pendidikan PAUD yang Dikembangkan Rudolf Steiner

Pendidikan Steiner biasa disebut Waldorf, Steiner mengembangkan model pendidikan


yang berfokus pada pengembangan kreatifitas. Taman kanak-kanak di sekolah Waldorf sangat
berbeda dengan tingkat sekolah lainnya dan berbeda dari sebagian besar taman kanak-kanak
umumnya yang kita ketahui. Taman kanak-kanak waldorf melayani anak usia 3 hingga 7 tahun.
Kurikulum sekolah ini berisi permainan, imajinasi, dongeng, fabel, cerita rakyat, berhubungan
dengan pengasahan motorik dan kesenian. Sekolah Waldorf disebagian tempat dikenal sebagai
sekolah Steiner, yang diambil dari nama Rudolf Steiner. Sedangkan nama sekolah Waldorf
diambil dari nama sekolah pertama yang didirikan dan dikembangkan Rudolf Steiner. Sekolah
itu dibangun di Kota Stutgart Jerman tahun 1919 sekolah tersebut dibangun untuk mendidik
anak-anak pekerja pabrik.

Sekolah Waldorf bertambah hingga tahun 2011, sudah ada 1.003 sekolah Waldorf di 60
negara, serta lebih dari 2000 pendidikan anak usia dini. Sekolah-sekolah tersebut menerapkan
model pendidikan yang dikembangkan oleh Rudolf Steiner. Pendidikan anak usia dini model
pembelajaran Waldrof bertujuan untuk meningkatkan lingkungan pembelajaran yang sehat, tidak
tergesa-gesa, sesuai dengan perkembangan bagi anak – anak. Pendidikan anak usia dini (ECE)
Waldrof telah diterapkan pada berbagai tempat pelayanan termasuk rumah dan pengasuhan anak
pusat, kelompok orang tua dan anak, program dukungan orang tua, dan program-program taman
kanak-kanak dan berbagai usia bagi anak-anak berusia 3 hingga 7 tahun.

7
C. MARIA MONTESSORI

1. Biografi Maria Montessori

Maria Montessori lahir pada 31 Agustus 1870, di Chiaravalle, kota bukit dengan

pemandangan Laut Adriatik, di Provinsi Ancona di Italia. Italia pada masa Montessori di

lahirkan, di tahun 1870, masih menganut kebudayaan Romawi Kuno, tradisional dan konservatif.

Pendidikan dan karir seseorang sebagian besar ditentukan oleh latar belakang keluarga dan status

sosial. Anak-anak dari para petani seolah ditakdirkan untuk menggantikan posisi orang tua

mereka di lahan-lahan pertanian dan tanah-tanah perusahaan. Begitu juga halnya dengan peran-

peran perempuan yang bahkan lebih ditentukan oleh adat dan tradisi. Maria Montessori lahir

dalam keluarga yang berkecukupan ekonomi. Keluarga Montessori berada di kelas menengah,

kelas borjuis Eropa.

Pendidikan yang didapat oleh Maria Montessori di sekolah mengikuti pendekatan


tradisional, dimana pembelajaran adalah penyampaian informasi dari sang pengajar kepada anak-
anak melalui pembacaan buku-buku dan hafalan-hafalan. Di sekolah-sekolah Italia, anak-anak
biasanya menggunakan buku tunggal yang memuat dan memadukan semua mata pelajaran,
seperti menulis, membaca, berhitung, sejarah dan geografi. Sekolah-sekolah di Italia juga
menerapkan metode pendiktean.

8
2. Pemahaman Maria Montessori tentang filosofi AUD dan PAUD

a. Menghargai anak

Setiap anak itu unik sehingga pendidik dalam memberikan pelayanan harus secara individual.
Anak memiliki kemampuan yang berbeda satu dengan yang lainnya. Oleh karena itu pendidik
harus menghargai anak sebagai individu yang memiliki kemampuan yang luar biasa.

b. Absorbent Mind ( pemikiran yang cepat menyerap)

Informasi yang masuk melalui indera anak dengan cepat terserap ke dalam otak. Daya serap otak
anak dapat diibaratkan seperti sebuah sponse yang cepat menyerap air. Untuk itu pendidik
hendaknya jangan salah dalam memberikan konsep-konsep pada anak.

c. “Sensitive periods” (masa peka). Masa peka dapat digambarkan sebagai sebuah pembawaan
atau potensi yang akan berkembang sangat pesat pada waktu-waktu tertentu. Potensi ini akan
mati dan tidak akan muncul lagi apabila tidak diberikan kesempatan untuk berkembang, tepat
pada waktunya.

d. Lingkungan yang disiapkan

1) Pendidik hendaknya menyiapkan suatu lingkungan yang dapat memunculkan keinginan anak
untuk mempelajari banyak hal. Lingkungan yang disiapkan harus dirancang untuk menfasilitasi
kebutuhan dan minat anak, sehingga pendidik harus meyediakan sarana dan prasarana yang
sesuai dengan kebutuhan dan minat anak.

2) Lingkungan ditata dengan berbagai setting sehingga anak tidak bergantung dengan orang
dewasa. Lingkungan yang disiapkan ini membuat anak bebas untuk bergerak, bermain dan
bekerja.

e. Pendidikan diri sendiri

Dengan lingkungan yang disiapkan oleh pendidik, memungkinkan anak dapat bereksplorasi,
berekspresi, mencipta tanpa dibantu olah orang dewasa. Hasil yang diperoleh anak karena
karyanya sendiri jauh luar biasa dan menakjubkan dibanding jika mereka dibantu. Karya yang
dihasilkan beragam dan unik sedangkan yang dibantu hasil karya anak seragam dan sama. Jadi
sebenarnya anak dapat belajar sendiri jika kita memberi fasilitas sesuai dengan potensi dan
minatnya.

9
3. Konsep Pendidikan PAUD yang Dikembangkan Maria Montessori

Pandangan Montessori yang merupakan metode belajar paud yang dikembangkan


bergantung pada masing-masing anak yang di didik, memiliki keunggulan dalam menumbuhkan
kekritisan berpikir, berkolaborasi dalam tim, dan bertindak lebih tegas. Setiap anak usia dini
memiliki kebebasan dalam memilih aktivitas, yang tentu saja telah diatur sedemikian rupa oleh
para pendidiknya untuk menumbuhkan kemandirian, kebebasan dan keteraturan. Guru, anak dan
lingkungan yang diatur menciptakan segitiga pembelajaran yang baik. Anak dengan bebas
memanfaatkan lingkungan yang ada untuk mengembangkan pribadinya, dan berinteraksi dengan
guru ketika membutuhkan bantuan dan atau arahan yang diperlukan.Setiap tingkatan usia
mempelajari hal yang berbeda, ujung tombak pembelajaran dalam metode montessori adalah
penggabungan kelompok anak-anak dengan usia yang berbeda-beda. Anak yang lebih muda
dapat belajar dari anak yang lebih tua, sekaligus memberikan kesempatan kepada anak yang
lebih tua untuk lebih memperkuat kemampuan yang telah mereka kuasai sebelumnya dengan
konsep mengajarkan. Nantinya tiap individu pasti merasakannya saat bekerja dan bersosialisasi
dengan banyak orang yang berbeda usia di kehidupan nyata.

Montessori juga memperhatikan adanya saat-saat yang sensitif, ketika anak-anak


memiliki kesempatan lebih baik dalam mempelajari sesuatu dibanding masa-masa lainnya.
Misalkan di awal masa anak-anak, mereka mempelajari segala sesuatunya melalui aktivitas gerak
dan penginderaan, dengan berbagai material yang mengembangkan kekuatan kognitif melalui
pengalaman langsung.Beranjak besar, di tingkatan dasar, anak-anak mulai mengatur pikirannya
dari hal-hal yang nyata ke arah yang abstrak. Mereka mulai mengaplikasikan pengetahuannya ke
pengalaman nyata. Pada setiap tingkatan usia, anak disiapkan untuk menghadapi dunia orang
dewasa ketika pikiran dan emosi berkembang untuk lebih memahami konsep-konsep yang lebih
abstrak seperti keadilan, kebebasan dan kesetaraan.

10

Anda mungkin juga menyukai