DASAR PENDIDIKAN SD
Disusun Oleh :
NURUL SAHPITRI TANJUNG
(1213311178)
PGSD Kelas H 2021
SEPTEMBER 2021
KATA PENGANTAR
1
Puji syukur penulis panjatkan kepada kehadirat Allah SWT, Tuhan Yang Maha Esa yang
telah memberikan rahmat serta hidayahnya sehingga penyusunan Critical Book Report ini dapat
diselesaikan. Tugas ini disusun untuk diajukan sebagai tugas mata kuliah "Keterampilan dasar
pendidikan sd “. Penulis mengucapkan terima kasih kepada Bapak (Drs. Demu karo-karo M. Pd)
sebagai dosen mata kuliah ini yang senantiasa membimbing kami. Tak lupa juga ucapan terima
kasih penulis sampaikan kepada orang tua dan para sahabat sehingga dapat terselesaikannya
tugas ini.
Penulis menyadari bahwa dalam tugas ini masih jauh dari sempurna, oleh karena itu
penulis harapkan kritik dan saran dari semua pihak yang bersifat membangun demi
kesempurnaan tugas ini. Penulis berharap Critical Report ini dapat bermanfaat bagi semua orang.
2
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR.........................................................................................................2
DAFTAR ISI ......................................................................................................3
BAB I PENDAHULUAN...................................................................................................4
A. Rasionalisasi pentingnya CBR................................................................................4
B. Tujuan CBR ......................................................................................................4
C. Manfaat CBR ......................................................................................................4
D. Identitas Buku ......................................................................................................5
BAB IV PENUTUP.............................................................................................................34
A. Kesimpulan..............................................................................................................34
B. Saran........................................................................................................................35
3
BAB I
PENDAHULUAN
B. Tujuan CBR
Tujuan pengkiritikan buku ini adalah untuk mengetahui dimana kelebihan dan
kekurangan buku dan buku pembanding dan adapun tujuan pengkritikan demi
kepentingan dalam perbaikan dimasa depan dan memberi masukan kepada penulis
berupa kritik dan saran terhadap isi, substansi, dan penulisan buku, serta menguji kualitas
buku ini.
C. Manfaat Penelitian
Pengkritikan buku ini secara tidak langsung melatih mahasiswa untuk
menanggapi masalah yang terjadi disuatu bidang dengan tanggap dan bermanfaat untuk
membangun jiwa yang kritis bagi penulis dan pembaca serta untuk menjadikan buku ini
semakin baik dan semakin mudah untuk dipelajari dan di pahami oleh semua orang.
4
D. Identitas Buku
a. Buku Utama
b. Buku Pembanding
5
Judul Buku : Melatih Keterampilan Dasar Mengajar
Tebal buku : 121 halaman
Pengarang : Dr. Hj. Hilmiati, M.Ag.
Penerbit : Aswaja Pressindo
Kota terbit : Jakarta
Tahun terbit : Desember 2013
ISBN : 602-18652-4-3"
Cetakan : ke 1
BAB II
ISI RINGKASAN BUKU
A. Buku Utama
BAB 1 HAKIKAT PERENCANAAN PEMBELAJARAN"
A. Pengertian Perencanaan dan Pembelajaran
6
pembelajaran yang dipakai dalam pengembangan pembelajaran di sekolah.
macam teori yang berkembang saat ini. Sebelum kita membahas lebih jauh
tentang perencanaan pembelajaran alangkah baiknya kita perjelas dulu apa yang
masa yang akan datang dengan tujuan memvisualiasi dan memformulasi hasil
yang diinginkan, urutan kegiatan yang diperlukan, dan perilaku dalam batas-
batas yang dapat diterima yang akan digunakan dalam penyelesaian. Dari
dengan kepentingan masa yang akan datang serta usaha untuk mencapainya.
penataan upaya tersebut agar muncul prilaku belajar. Dalam kondisi yang ditata
dengan baik strategi yang direncanakan akan memberi- kan peluang dicapainya
ini dilakukan dengan baik maka sasaran akhir adalah memudahkan belajar siswa dapat
tercapai.
7
(3) Variabel hasil pembelajaran mencakup semua akibat yang muncul dari penggunaan
metode pada kondisi tertentu, seperti keefektifan pembelajaran, efisiensi pembelajaran, dan
Menetapkan metode pembelajaran yang optimal adalah inti dari desain pembelajaran
dalam mencapai hasil pembelajaran yang diinginkan. Fokus utama- nya adalah pada
metode pembelajaran harus didasarkan pada analisis kondisi dari hasil pembelajaran.
pembelajaran antara lain; (1) tidak ada satu metode pembelajaran yang unggul untuk
semua tujuan dalam semua kondisi, (2) Metode pembelajaran yang berbeda memiliki
pengaruh yang berbeda dan konsisten pada hasil pembelajaran, dan (3) kondisi
akan dipelajari
4. Strategi Pembelajaran, dapat dilakukan secara makro dalam kurun satu tahun atau
8
5. Bahan Ajar, adalah format materi yang akan diberikan kepada pembelajar
6. Penilaian Belajar, tentang pengukuran kemampuan atau kompetensi yang sudah dikuasai atau
belum.
teknologi dapat meningkatkan nilai para pelajar, sikap mereka terhadap belajar, dan
evaluasi dari pengalaman belajar mereka. Teknologi juga dapat membantu untuk
meningkatkan interaksi antar pengajar dan pelajar, dan membuat proses belajar yang
berpusat pada pelajar (student oriented). Dengan kata lain, penggunaan media
menggunakan audio visual atau komputer media dapat membantu siswa itu
tepat. Strategi pembelajaran harus dipilih untuk memo- tivasi para pembelajar,
Dalam tautan di bawah ini akan dikemukakan empat jenis teori belajar, yaitu:
9
(E) teori belajar gestalt.
dari sisi fenomena jasmaniah, dan mengabaikan aspek-aspek mental. Dengan kata
lain, behaviorisme tidak mengakui adanya kecerdasan, bakat, minat dan perasaan
individu dalam suatu belajar. Peristiwa belajar semata- mata melatih refleks-refleks
Dari eksperimen yang dilakukan Thorndike terhadap kucing menghasil- kan hukum-
1) Law of Effect; artinya bahwa jika sebuah respons menghasilkan efek yang memuaskan, maka
hubungan Stimulus – Respons akan semakin kuat.
akan semakin bertambah erat, jika sering dilatih dan akan semakin berkurang
10
hukum-hukum belajar, diantaranya:
dua macam stimulus dihadirkan secara simultan (yang salah satunya berfungsi
7) Law of operant extinction yaitu jika timbulnya perilaku operant telah diperkuat
melalui proses Conditioning itu tidak diiringi stimulus penguat, maka kekuatan
Rober (Muhibbin Syah, 2003) menyebutkan bahwa yang dimaksud dengan operant
adalah sejumlah perilaku yang membawa efek yang sama ter- hadap lingkungan.
melainkan oleh efek yang ditimbulkan oleh reinforcer. Reinforcer itu sendiri pada
respons tertentu, namun tidak sengaja diadakan sebagai pasangan stimulus lainnya
pengembangan yang telah ada. Menurut Van den Akker dan Plomp mendeskripsikan
11
penelitian pengembangan berdasarkan dua tujuan yaitu
praktikalitas dan efektivitas.Suatu produk atau program dikatakan valid apabila ia merefleksikan
jiwa pengetahuan (State-of-the-art knowledge). Ini yang kita sebut sebagai validitas isi;
sementara itu komponen-komponen produk tersebut harus konsisten satu sama lain (validitas
konstruk).
A. Model ASSURE
Model ASSURE merupakan suatu model yang merupakan sebuah formulasi untuk
Kegiatan Belajar Mengajar (KBM) atau disebut juga model ber orientasi kelas.
Menurut Heinich et al (2005) model ini Secara singkat, menurut model ini terdapat
"beberapa langkah dalam penyusunan sebuah bahan ajar, yaitu:
1.AnalyzeLearners
2.States Objectives
3.Select Methods, Media, and Material
5.Learner Participation Evaluate and Revise
4.Utilize Media and materials Eequire"
B.Model ADDIE
Ada satu model desain pembelajaran yang lebih sifatnya lebih generik yaitu model
tahun 1990-an yang dikembangkan oleh Reiser dan Mollenda. Salah satu fungsinya
12
program pelatihan yang efektif, dinamis, dan mendukung kinerja pelatihan itu
sendiri.
1.Analis(analisa)
3Development (pengembangan)
4.Implementation (implementasi/eksekusi)
Model Hannafin dan Peck ialah model desain pengajaran yang terdiri daripada tiga
fase yaitu fase Analisis keperluan, fase desain, dan fase pengembangan dan
implementasi (Hannafin & Peck 1988). Dalam model ini, penilaian dan pengulangan
perlu dijalankan dalam setiap fase. Model ini adalah model desain pembelajaran
berorientasi produk. Gambar di bawah ini menunjukkan tiga fase utama dalam model
Fase yang kedua dari model Hannafin dan Peck adalah fase desain. Di dalam
fase ini informasi dari fase analisis dipindahkan ke dalam bentuk dokumen yang
akan menjadi tujuan pembuatan media pembelajaran. Hannafin dan Peck (1988)
kaidah yang paling baik untuk mengcapai tujuan pembuatan media tersebut. Salah
satu dokumen yang dihasilkan dalam fase ini ialah dokumen story board yang
media pembela- jaran seperti yang diperoleh dalam fase analisis keperluan. Seperti
13
halnya pada fase pertama, penilaian perlu dijalankan dalam fase ini sebelum
Fase ketiga dari model Hannafin dan Peck adalah fase pengembangan danimplementasi.
Hannafin dan Peck (1988) mengatakan aktivitas yang dilakukan pada
fase ini ialah penghasilan diagram alur, pengujian, serta penilaian formatif dan
penilaian sumatif. Dokumen story board akan dijadikan landasan bagi pembuatan
diagram alir yang dapat membantu pro- ses pembuatan media pembelajaran. Untuk
menilai kelancaran media yang dihasilkan seperti kesinambungan link, penilaian dan
Hasil dari proses penilaian dan pengujian ini akan digunakan dalam proses
dan Peck (1988) menekankan proses penilaian dan peng- ulangan harus
melibatkan ketiga fase secara berkesinambungan. Lebih lanjut Hannafin dan Peck
(1988) menyebutkan dua jenis penilaian yaitu penilaian formatif dan penilaian
selesai dikembangkan.
14
.Pada langkah terakhir para pengembang diharapkan dapat melaku- kan perubahan dan
perbaikan sehingga tercipta suatu desain yang diingin- kan. Model ini tampaknya hanya
diperuntukkan bagi guru-guru di sekolah, mereka cukup dengan merumuskan tujuan
pembelajaran khusus dengan mengacu pada tujuan pembelajaran umum yang telah disiapkan
dalam sistem
Menurut Kemp (dalam, Trianto, 2007: 53) Pengembangan perangkat meru- pakan
langsung dengan aktivitas revisi. Pengembangan perangkat ini dimulai dari titik
untuk dapat memulai dari komponen manapun. Namun karena kurikulum yang berlaku
secara nasional di Indonesia dan berorientasi pada tujuan, maka seyogyanya proses
pembelajaran.
15
mengidentifikasi antara tujuan menurut kurikulum yang berlaku dengan fakta yang
terjadi di lapangan baik yang menyangkut model, pende- katan, metode, teknik
1. Merumuskan Indikator, Analisis ini berfungsi sebagai (a) alat untuk mendesain
penilaian yang digunakan adalah penilaian acuan patokan, hal ini dimaksudkan
3. Strategi Pembelajaran, Pada tahap ini pemilihan strategi belajar meng- ajar yang
sesuai dengan tujuan. Kegiatan ini meliputi: pemilihan model, pendekatan, metode, pemilihan
format, yang dipandang mampu mem- berikan pengalaman
tergantung pada penggunaan sumber pembelajaran atau media yang dipilih, jika
memenuhi tujuanpembelajaran.
melaksanakan dan melaksanakan semua kegiatan dan untuk mem- peroleh atau
membuat bahan.
16
7. Melakukan kegiatan revisi perangkat pembelajaran, setiap langkah rancangan
A.Pengertian Kurikulum
Kurikulum merupakan seperangkat rencana dan pengaturan mengenai tujuan, isi, dan
KTSP merupakan kurikulum operasional yang disusun dan dilaksana- kan oleh
Pendidikan Nasional, yaitu Pasal 3 tentang fungsi dan tujuan pendidikan nasional dan
17
B.Pengertian KTSP
1.Kurikulum adalah seperangkat rencana dan pengaturan mengenai tujuan, isi, dan
bahan pelajaran serta cara yang digunakan sebagai pedoman penyelenggaraan kegiatan
2.KTSP adalah kurikulum operasional yang disusun oleh dan dilaksana- kan di masing-
KTSP terdiri dari tujuan pendidikan tingkat satuan pendidikan, struktur dan muatan
A. Landasan
Sekolah sebagai pusat pengembangan budaya tak terlepas dari nilai-nilai budaya yang dianut
oleh suatu bangsa. Bangsa Indonesia memiliki nilai-nilai budaya yang bersumber dari
Pancasila, sebagai falsafah hidup berbangsa dan bernegara. Nilai-nilai itu meliputi:
religius, kemanusiaan, kesatuan, kerak- yatan, dan keadilan. Nilai-nilai ini dijadikan
dasar filosofis dalam pengem- bangan kurikulum sekolah.Secara yuridis KTSP ini
dikembangkan berdasarkan:
dengan relevansinya oleh setiap kelompok atau satuan pendidikan dan komite
pendidikan menengah”.
36 Ayat 2 “Kurikulum pada semua jenjang dan jenis pendidikan dengan prinsip
18
diversifikasi sesuai dengan satuan pendidikan, potensi daerah, dan peserta didik”.
Atau bentuk lain yang sederajat dikembangkan sesuai dengan satuan pendidikan,
didik”.
Pendidikan Dasar dan Menengah yang disusun oleh Badan Penelitian dan
A.Pengertian Silabus
19
1.Ilmiah
Keseluruhan materi dan kegiatan yang menjadi muatan dalam silabus harus benar dan
2.Relevan
Cakupan, kedalaman, tingkat kesukaran dan urutan penyajian materi dalam silabus
sesuai dengan tingkat perkembangan fisik, intelektual, sosial, emosional, dan spiritual
peserta didik.
1. Sistematis
2. Konsisten
Adanya hubungan yang konsisten (ajek, taat asas) antara kompetensi dasar,
sistem penilaian.
3. Memadai
Cakupan indikator, materi pokok, pengalaman belajar, sumber belajar, dan sistem
5. Fleksibel
20
masyarakat.
6. Menyeluruh
psikomotor).
1. Silabus mata pelajaran disusun berdasarkan seluruh alokasi waktu yang disediakan
pendidikan.
per tahun, dan alokasi waktu mata pelajaran lain yang sekelompok."
menentukan kelulusan peserta didik. Kriteria paling rendah untuk menyata- kan
besarnya jumlah peserta didik yang melampaui batas ketuntasan minimal, tidak
pembelajaran. Acuan kriteria tidak diubah secara serta merta karena hasil empirik
penilaian. Pada acuan norma, kurva normal sering digunakan untuk menentukan
ketuntasan belajar peserta didik jika diperoleh hasil rata-rata kurang memuaskan.
Nilai akhir sering dikonversi dari kurva normal untuk mendapatkan sejumlah peserta
21
didik yang melebihi nilai 6,0 sesuai proporsi kurva. Acuan kriteria mengharuskan
pendidik untuk melakukan tindakan yang tepat terhadap hasil penilaian, yaitu
memberikan layanan remedial bagi yang belum tuntas dan atau layanan pengayaan
1. sebagai acuan bagi pendidik dalam menilai kompetensi peserta didik sesuai
kompetensi dasar mata pelajaran yang diikuti. Setiap kompetensi dasar dapat
2. sebagai acuan bagi peserta didik dalam menyiapkan diri mengikuti penilaian mata
pelajaran. Setiap kompetensi dasar (KD) dan indikator ditetapkan KKM yang
harus dicapai dan dikuasai oleh peserta didik. Peserta didik diharapkan dapat
mempersiapkan diri dalam mengikuti penilaian agar mencapai nilai melebihi KKM. Apabila hal
tersebut tidak bisa dicapai, peserta didik harus mengetahui
hasil program kurikulum dapat dilihat dari keber- hasilan pencapaian KKM
sebagai tolok ukur. Oleh karena itu, hasil pencapaian KD berdasarkan KKM yang
tiap mata pelajaran yang mudah atau sulit, dan cara perbaikan dalam proses
22
pembelajaran maupun pemenuhan sarana prasarana belajar disekolah;
sebagai berikut:
dilakukan melalui metode kualitatif dan atau kuantitatif. Metode kualitatif dapat
dilakukan dengan rentang angka yang disepakati sesuai dengan penetapan kriteria
yang ditentukan;
kompleksitas, daya dukung, dan intake peserta didik untuk mencapai ketuntasan
dari indikator yang terdapat dalam Kompetensi Dasar tersebut. Peserta didik
Anak yang berada di kelas awal SD adalah anak yang berada pada rentangan usia dini.
23
Masa usia dini ini merupakan masa yang pendek tetapi merupakan masa yang sangat
penting bagi kehidupan seseorang. Oleh karena itu, pada masa ini seluruh potensi yang
Karakteristik perkembangan anak pada kelas satu, dua dan tiga SD biasanya
tubuh dan keseimbangannya. Mereka telah dapat melompat dengan kaki secara
bergantian, dapat mengendarai sepeda roda dua, dapat menangkap bola dan telah
berkembang koordinasi tangan dan mata untuk dapat memegang pensil maupun
memegang gunting. Selain itu, perkembangan sosial anak yang berada pada usia kelas
awal SD antara lain mereka telah dapat menunjukkan keakuannya tentang jenis
kelaminnya, telah mulai berkompetisi dengan teman sebaya, mempunyai sahabat, telah
Perkembangan emosi anak usia 6-8 tahun antara lain anak telah dapat
mengekspresikan reaksi terhadap orang lain, telah dapat mengontrol emosi, sudah
mampu berpisah dengan orang tua dan telah mulai belajar tentang benar dan salah.
memahami sebab akibat dan berkembangnya pemahaman terhadap ruang dan waktu.
Piaget (1950) menyatakan bahwa setiap anak memiliki cara tersendiri dalam
kognitif). Menurutnya, setiap anak memiliki struktur kognitif yang disebut schemata
24
yaitu sistem konsep yang ada dalam pikiran sebagai hasil pemahaman terhadap objek
melalui proses asimilasi (menghubungkan objek dengan konsep yang sudah ada
untuk menafsirkan objek). Kedua proses tersebut jika berlangsung terus menerus akan membuat
pengetahuan lama dan pengetahuan baru menjadi seimbang. Dengan cara
seperti itu secara bertahap anak dapat membangun pengetahuan melalui interaksi
dengan lingkungannya. Berdasarkan hal tersebut, maka perilaku belajar anak sangat
dipengaruhi oleh aspek-aspek dari dalam dirinya dan lingkungannya. Kedua hal tersebut
tidak mungkin dipisahkan karena memang proses belajar terjadi dalam konteks
Memahami konsep substansi, volume zat cair, panjang, lebar, luas, dan berat.
1. . Konkret
Konkret mengandung makna proses belajar beranjak dari hal-hal yang konkret yakni
yang dapat dilihat, didengar, dibaui, diraba, dan diotak-atik, dengan titik penekanan
menghasilkan proses dan hasil belajar yang lebih bermakna dan bernilai, sebab siswa
dihadapkan dengan peristiwa dan keadaan yang sebenarnya, keadaan yang alami,
sehingga lebih nyata, lebih faktual, lebih bermakna, dan kebenarannya lebih dapat
dipertanggungjawabkan.
2. . Integratif
25
Pada tahap usia sekolah dasar anak memandang sesuatu yang dipelajari sebagai suatu
keutuhan, mereka belum mampu memilah-milah konsep dari berbagai disiplin ilmu,
hal ini melukiskan cara berpikir anak yang deduktif yakni dari hal umum ke bagian demi
bagian.
3. . Hierarkis
Pada tahapan usia sekolah dasar, cara anak belajar berkembang secara bertahap
mulai dari hal-hal yang sederhana ke hal-hal yang lebih kompleks. Sehubungan
dengan hal tersebut, maka perlu diperhatikan mengenai urutan logis, keterkaitan
Sutirjo dan Sri Istuti Mamik (2004: 6) menyatakan bahwa pembelajaran tematik merupakan
pembelajaran, serta pemikiran yang kreatif dengan menggunakan tema. Dari pernyataan
tersebut dapat ditegas kan bahwa pembelajaran tematik dilakukan dengan maksud sebagai
dilihat dari aspek proses atau waktu, aspek kurikulum, dan aspek belajar mengajar.
26
A. Micro Teaching & Pengembangan Profesi Keguruan
Pembelajaran merupakan setiap kegiatan yang dirancang oleh guru/pendidik untuk
membantu seseorang mempelajari suatu kemampuan dan atau nilai yang baru dalam
suatu proses yang sistematis melalui tahap rancangan, pelaksanaan dan evaluasi dalam
konteks kegiatan belajar mengajar.14 Dengan demikian, pembelajaran merupakan
perpaduan yang harmonis antara kegiatan mengajar yang dilakukan guru dan kegiatan
belajar yang dilakukan oleh siswa. Tidak jarang guru-guru yang sudah dalam jabatan pun
mengalami masalah terkait kompetensi dan keterampilan mengajar. Guru-guru yunior
yang baru saja lulus kuliah, masih ada yang belum terampil dalam melaksanakan tugas
ini. Sementara itu, persoalan lain juga dapat dijumpai pada guru senior, yang lebih
cenderung menggunakan pendekatan konservatif dan metode konvensional dalam
pembelajaran. Micro teaching bisa menjadi salah satu solusi cerdas untuk menyelesaikan
persoalan itu. Guru Senior bisa mengasah kemampuan dan junior.
Tidak jarang guru-guru yang sudah dalam jabatanpun mengalami masalah terkait
kompetensi dan keterampilan mengajar. Guru-guru yunior yang baru saja lulus kuliah,
masih ada yang belum terampil dalam melaksanakan tugas ini. Sementara itu, persoalan
lain juga dapat dijumpai pada guru senior, yang lebih cenderung menggunakan
pendekatan konservatif dan metode konvensional dalam pembelajaran. Micro teaching
bisa menjadi salah satu solusi cerdas untuk menyelesaikan persoalan itu. Guru yunior
bisa mengasah kemampuan dan meningkatkannya dengan latihan micro teaching. Di sisi
lain, guru senior bisa mencoba metode dan tehnik mengajar baru di labor micro teaching
bersama teman sejawat melalui strategi peer teaching dan mengevaluasinya tanpa ada
beban moral dan sosial. Dari uraian di atas dapat dipahami bahwa micro teaching adalah
suatu konsep latihan yang dapat dipakai dalam berbagai tahap pengembangan kompetensi
dan profesi tenaga kependidikan dan keguruan, baik untuk pendidikan pra-jabatan (pre-
service training) bagi calon guru maupun untuk pendidikan dan latihan bagi guru dalam
jabatan (in-service training).
Sejarah Micro Teaching Dalam program pendidikan guru tradisional, setelah calon
27
guru lulus teori dari sekolah atau perguruan tinggi keguruan, ia langsung melakukan praktek
mengajar di sekolah latihan (lab school tanpa menjalani latihan terlebih dahulu. Sejak tahun
1. Pendekatan yang dilakukan oleh calon guru tersebut terlalu teoritis, filosofis dan abstrak.
2. Bimbingan dalam latihan kurang efektif dan efisien, pembimbingnyapun juga kurang
terlatih.
3. Feedback tidak segera diberikan kepada calon guru dan cenderung kurang objektif
4. Guru tidak memiliki kompetensi dan keterampilan (skill) mengajar secara baik.
Berdasarkan kenyataan di atas, sekitar tahun 1963 Micro teaching diperkenalkan oleh
Stanford University USA, sebagai salah satu program yang dimaksudkan untuk
Secara etimologis, micro teaching berasal dari dua kata yaitu micro berarti kecil,
terbatas, sempit dan teaching berarti pembelajaran. Secara termitologis, micro teaching
didefinisikan dengan redaksi yang berbeda-beda, namun memiliki subtansi makna yang sama.
Berikut dikemukakan beberapa pengertian pembelajaran mikro menurut beberapa orang ahli:
1.Pembelajaran mikro adalah kegiatan mengajar dalam skala kecil (mikro) yang dirancang
2.Menurut Roestiyah, pembelajaran mikro merupakan suatu kegiatan mengajar dimana" segala
sesuatu, dikecilkan atau di sederhana kan.
3. Micro teaching is effective methode of learning to teach. Oleh sebab itu, micro teaching
28
disederhanakan. Situasi pembelajaran dikurangi lingkupnya, tugas guru dipermudah, mata
Dengan demikian, fungsi micro teaching bagi guru dan calon guru adalah untuk:
1. Memperoleh umpan balik atas penampilannya dalam pembelajaran. Umpan balik ini
berupa informasi tentang kelebihan dan kekurangan. Kelebihannya dapat dipertahankan atau
2. Memberi kesempatan kepada siswa calon guru untuk menemukan dirinya sebagai calon
guru.
menggunakan hasil supervisi sebagai dasar diagnostik dan remidi (perbaikan) untuk
Dengan bekal micro teaching terdapat beberapa manfaat yang dapat diambil oleh guru/calon
1. Mengembangkan dan membina keterampilan tertentu guru/ calon guru dalam mengajar
2. Dapat mempraktekkan metode dan strategi baru dalam lingkungan yang mendukung.
6. Dapat mengatur tingkah laku sendiri sewajar mungkin dengan cara yang sistematis.
29
A.Pengertian Perencanaan Micro Teaching
akan dilaksanakan pada masa yang akan datang untuk mencapai tujuan yang akan ditentukan.
terpadu yang diharapkan dapat menunjang kegiatan dan upaya-upaya yang akan dilaksanakan
secara efektif dan efisien dalam mencapai tujuan. Fungsi perencanaan secara umum meliputi
kegiatan menetapkan apa yang ingin dicapai, bagaimana cara mencapainya, berapa waktu
yang akan dibutuhkan, berapa orang yang diperlukan dan berapa biayanya. Melalui
perencanaan yang telah dibuat, dapat ter bayangkan tujuan yang ingin dicapai, aktivitas atau
"proses yang harus dilakukan untuk mencapai tujuan, sarana dan fasilitas yang diperlukan,
hasil yang akan didapat, bahkan faktor kendala maupun unsur pendukung juga sudah dapat
diantisipasi.
yaitu: tujuan, bahan ajar (materi), metode, dan evaluasi. Keempat komponen pembelajaran
tersebut apabila digambarkan dalam bentuk bagan akan membentuk suatu sistem sebagai
berikut.
1. Tujuan Pembelajaran Tujuan pembelajaran adalah sesuatu yang ingin dicapai dalam
kegiatan pembelajaran, yaitu gambaran perubahan perilaku siswa ke arah yang lebih positif,
baik dari segi pengetahuan keterampilan dan sikap. Tujuan pembelajaran atau tujuan
instruksional berisi rumusan pertanyaan mengenai kemampuan atau kualifikasi tingkah laku
yang diharapkan dimiliki/dikuasai siswa setelah mengikuti proses pembelajaran. Yang harus
30
diperhatikan guru dalam membuat tujuan khusus atau indikator pembelajaran adalah:
menjabarkan tujuan.
c. Guru harus memahami cara merumuskan tujuan pembelajaran sampai tujuan tersebut jelas
isinya dan dapat dicapai oleh siswa setelah setiap proses pembelajaran berakhir.
2. Materi Pembelajaran Materi harus direncanakan dan dikembangkan sesuai dengan tujuan
pembelajaran yang ingin dicapai. Materi pembelajaran harus disusun secara sistematik
a. Bahan harus benar (valid) dan berarti (significant) sesuai dengan pembangunan dan
pelajaran harus mencakup berbagai ragam tujuan, pengetahuan, keterampilan, dan sikap.
Dalam mengawali proses pembelajaran yang sering dilakukan guru antara lain
mengisi daftar hadir, menertibkan siswa dan menyuruh mereka untuk menyiapkan alat tulis
dan buku pegangan. Kegiatan tersebut memang harus dilakukan oleh guru, namun belum dapat”
dikategorikan sebagai membuka pelajaran. Karena belum tentu dapat mengajak siswa untuk
memusatkan perhatiannya pada materi yang akan disajikan dan kegiatan pembelajaran yang
akan dilakukan. Membuka pembelajaran adalah kegiatan guru dalam mengawali proses
31
pembelajaran untuk menciptakan suasana siap mental, phisik, phisikis dan emosional siswa
sehingga memusatkan perhatian mereka pada materi dan kegiatan pembelajaran yang akan
dilalui. Aktivitas awal yang dilakukan dan kalimat-kalimat awal yang diucapkan guru
pembelajaran tergantung pada strategi mengajar guru di awal pelajaran. Seluruh rencana dan
persiapan sebelum mengajar dapat menjadi tidak berguna jika guru tidak berhasil
Betapapun pandainya seorang guru dalam menguasai suatu bahan pelajaran, akan sia-
sia saja apabila ia kurang atau tidak mampu menguasai keterampilan menjelaskan bahan
pelajaran yang dikuasainya. Demikian pula sebaliknya, kurang lengkap bila guru hanya
terampil menjelaskan pelajaran, tetapi tidak menguasai bahan pelajaran yang diajarkan.
Idealnya adalah seorang guru menguasai bahan pelajaran yang diampunya dan mempunyai
strategi dalam menjelaskan bahan pelajaran itu secara efektif sehingga mudah dipahami
siswa.
Mengajar yang baik berarti membuat pertanyaan yang baik pula. Peranan
‘pertanyaan’ sangat penting dalam menyusun sebuah pengalaman belajar bagi murid.
Socrates meyakini bahwa semua ilmu pengetahuan akan diketahui atau tidak diketahui oleh
siswa, hanya jika guru dapat mendemonstrasikan keterampilan bertanya yang baik dalam
praktik pembelajaran di kelas. Pembelajaran hakekatnya adalah proses interaksi peserta didik
dengan pendidik dan sumber belajar dalam suasana interaktif yang terarah pada tujuan
pembelajaran. Ada tidaknya interaksi adalah merupakan tanggung jawab guru, sehingga perlu
32
mendapatkan perhatian khusus. Suatu cara untuk menumbuhkan interaksi ini adalah dengan
mengajukan pertanyaan atau permasalahan kepada siswa. Umumnya orang bertanya jika ia
ingin mengetahui apa yang belum diketahuinya. Di dalam kelas, guru bertanya kepada siswa
a. Membangkitkan minat dan rasa ingin tahu siswa terhadap pokok bahasan.
pembelajaran.
BAB III
PEMBAHASAN
B. Keunggulan Buku
Pada buku I Penulis menggunakan pemilihan kata yang mudah dipahami pada
33
umumnya,serta menyajikan suatu materi secara ringkas namun tetap
mendetail,terdapat beberapa gambar serta pemaparan table,Pada buku II cover
dari buku tersebut sangat menarik,Pada buku II yaitu buku terjemahan
menggunakan pemilihan kata atau gaya bahasa yang agak berbeda,namun buku ini
sangat bagus sebagai bahan untuk mengamati perkembangan proses mengajar
siswa/siswi SD karena didalamnya terdapat banyak Panduan pengajaran.
C. Kelemahan Buku
Pada buku I cover dari buku tersebut tidak menarik,tidak terdapat glosarium atau
kamus mini didalamnya,Pada buku II jarang terdapat gambar sehingga buku
tersebut tidak menarik untuk beberapa orang yang membacanya,di buku II tidak
terdapat rangkuman "
BAB IV
PENUTUP
A. Kesimpulan
Dari beberapa uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa kelemahan atau kekurangan
yang tedapat dalam buku ini, bukan berarti mengurangi substansi dari pesan yang
ingin
disampaikan penulis dalam buku ini. oleh karena itu, buku ini sangat cocok
digunakan bagi mahasiswa, terkhusus bagi guru untuk membantu dalam menjalankan
tugasnya yang menganut prinsip evaluasi dalam setiap pembelajaran.ketiga buku ini
juga sama-sama membahas mengenai konsep dasar SD mencakup pengertian secara
umum dan para ahli sendiri dan tori teorinya.Dalam aspek pembahasannya pun kedua
34
buku tersebut juga sama-sama mebahas topik yang saling terkait, hanya saja terdapat
beberapa perbedaan pada luas cakupan materinya
B. Saran
menulis buku, selain isi yang harus terperinci, penulis juga harus memperhatikan
karakteristik buku supaya para pembaca tertarik untuk membaca buku. Kita sebagai
calon guru, hendaknya menggali diri dalam hal belajar-mengajar, memperkaya diri
dengan ilmu pengetahuan, dan mengaplikasikan ilmu yang sudah
DAFTAR PUSTAKA
35
36