Anda di halaman 1dari 30

CRITICAL BOOK REVIEW

Mata kuliah: Profesi Kependidikan

Dosen Pengampu :

Prof. Dr. Dina Ampera, M.Si

Disusun oleh :

NAMA : ANGEL VATRICIA (5223344025)

KELAS : REG B

JURUSAN PENDIDIKAN KESEJAHTERAAN KELUARGA

PRODI PENDIDIKAN TATA RIAS

FAKULTAS TEKNIK

UNIVERSITAS NEGERI MEDAN

2023
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur patut penulis ucapkan atas hikmat dan kemampuan serta berkat
yang melimpah yang di berikan Tuhan Yang Esa, sehingga penulis dapat menyelesaikan
Critical Book Review ini dengan baik. Selain itu rasa terima kasih juga penulis sampaikan
kepada bapak Prof. Dr. Julaga Situmorang, M.Pd. pembimbing mata kuliah profesi
kependidikan.

Selain itu juga penulis mengucapkan terimakasih kepada semua pihak yang
mengambil peran serta dalam penulisan Critical Book Review dari awal hingga dapat
terselesaikan dengan baik sehingga Critical Book Review dapat terselesaikan. Critical
Book Review ini kami sampaikan kepada dosen mata kuliah Profesi Pendidikan sebagai
salah satu tugas mata kuliah tersebut.

Penulis sangat menyadari bahwa Critical Book Review ini masih sangat jauh dari
kesempurnaan dan masih sangat banyak kesalahan yang perlu diperbaiki. Penulis sangat
mengharapkan pengertian pembaca apabila terdapat banyak kekurangan dalam penulisan
Critical Book Review ini. Penulis sadar bahwa masih perlu banyak belajar untuk dapat
menulis Critical Book Review ini dengan lebih baik lagi. Dan sekira-kiranya makalah ini
dapat berguna bagi kita semua.

Medan, 05 April 2023

Penulis

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ............................................................................................................... ii

DAFTAR ISI .............................................................................................................................iii

BAB I......................................................................................................................................... 1

PENDAHULUAN ..................................................................................................................... 1

A. LATAR BELAKANG .................................................................................................... 1

B. RUMUSAN MASALAH ............................................................................................... 1

C. TUJUAN......................................................................................................................... 1

D. IDENTITAS BUKU ....................................................................................................... 2

BAB II ....................................................................................................................................... 3

RINGKASAN BUKU ............................................................................................................... 3

A. RINGKASAN BUKU UTAMA.................................................................................... 3

B. RINGKASAN BUKU PEMBANDING...................................................................... 16

BAB III .................................................................................................................................... 23

PEMBAHASAN/ANAISS ...................................................................................................... 23

A. PEMBAHASAN BUKU .............................................................................................. 23

B. REVIEW BUKU .......................................................................................................... 25

BAB IV .................................................................................................................................... 26

PENUTUP ............................................................................................................................... 26

A. KESIMPULAN ............................................................................................................ 26

B. SARAN......................................................................................................................... 26

DAFTAR PUSTAKA .............................................................................................................. 27

iii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Perkembangan konsep penilaian pendidikan yang ada pada saat ini menunjukkan
arah yang lebih luas. Penilaian program pendidikan atau penilaian kurikulum menyangkut
penilaian terhadap tujuan pendidikan, isi program, strategi pelaksanaan program, dan
sarana pendidikan. Penilaian proses belajar mengajar menyangkut penilaian terhadap
kegiatan guru, kegiatan siswa, pola interaksi guru- siswa, dan keterlaksanaan program
belajar-mengajar. Sedangkan penilaian hasil belajar menyangkut hasil belajar jangka
pendek dan hasil belajar jangka panjang.

Dalam buku ini pembahasan dibatasi pada pengertian konsep dasar pada guru yaitu
profesi, profesional, profesionalitas. Penilaian khusus pada guru tidak dibahas sebab bukan
itu tujuan penulisan buku ini. Oleh sebab itu, pembahasan akan lebih banyak memaparkan
tentang perbedaan antara profesi, profesional, dan profesionalitas.

B. Tujuan

⚫ Menguraikan hakekat profesi


⚫ Menguraikan hakekat profesi pendidikan
⚫ Mengidentifikasi jenis-jenis tenaga pendidikan
⚫ Mengkritik sebuah buku

C. Manfaat
Critical Book Report ini disusun untuk memenuhi salah satu tugas Mata Kuliah Profesi
Kependidikan. Serta dapat dijadikan sebagai tambahan pengetahuan bagi pembaca
mengenai hakekat kependidikan, serta jenis – jenis tenaga kependidikan.

1
D. Identitas Buku
BUKU UTAMA

Judul : Profesi Kependidikan


Penulis : Dr. Yasaratodo Wau, M.Pd
ISBN : 978-602-7938-05-2
Penerbit : Unimed Press
Tahun Terbit : 2023
Urutan Cetakan : 12
Jumlah Halaman : 300 halaman

BUKU PEMBANDING
Judul Buku : Etika Profesi Keguruan
Pengarang : OndiSaondi, M.Pd , dan Drs. ArisSuherman, M.Pd
Penerbit : PT Refika Aditama
Tahun Terbit : 2010
Jumlah Halaman : V – 166

2
BAB II

RINGKASAN ISI BUKU

A. RINGKASAN BUKU UTAMA

A. Hakikat Profesi Kependidikan


Guru sebagai jabatan dan/atau pekerjaan adalah jenis pekerjaan yang menuntut
setiap orang yang ingin mengerjakannya memiliki keahlian, kecakapan, keterampilan,
dibidang kependidikan dan pembelajaran, yang diperoleh melalui proses pendidikan dan
latihan dalam waktu yang relatif lama (hingga tingkat perguruan tinggi) untuk memberikan
pelayanan yang profesional kepada warga/peserta belajar. Pekerjaan ini menuntut
pengembannya menjadi pelayan bagi orang lain dengan mengandalkan ilmu pengetahuan,
keterampilan, sikap, kecakapan, yang telah dimiliki. Kepemilikan ilmu pengetahuan.
keterampilan, sikap, kecakapan dibidang pendidikan dan pembelajaran tersebut dapat
dibuktikan melalui ijazah, sertifikat kependidikan dan keguruan yang dikeluarkan oleh
lembaga pendidikan tenaga kependidikan yang telah teruji keberadaannya dengan
akreditasi unggul. Pekerjaan yang menuntut orang memenuhi kriteria-kriteria tersebut
disebut sebagai "profesi". Dengan demikian dikatakan bahwa guru adalah salah satu
profesi, yang mewajibkan pengembannya "profesional". Guru sebagai jabatan dan/atau
pekerjaan sudah diakui sebagai profesi di Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI)
yang dinyatakan secara tegas dan jelas pada Undang-Undang (UU) Nomor 20 tahun 2003
tentang Sistem Pendidikan Nasional dan UU Nomor 14 Tahun 2005 tentang Guru dan
Dosen, yang mewajibkan setiap pengembannya harus memenuhi kriteria dan/atau
persyaratan-persyaratan tertentu, diantaranya adalah (1) Memiliki kualifikasi akademik, (2)
Memiliki kompetensi, (3) Memiliki sertifikat pendidik, (4) Sehat jasmani dan rohani, dan
(5) Memiliki kemamouan untuk mewujudkan tujuan pendidikan nasional. Guru sebagai
tenaga pendidik adalah insan atau personal yang sebenarnya (idealnya) sejak kecil sudah
memiliki cita-cita untuk melayani orang lain. Cita-citanya untuk melayani orang lain
diwujudkannya dengan mengikuti proses pendidikan dan latihan di lembaga pendidikan
tenaga kependidikan dalam waktu yang relatif lama (hingga tingkat perguruan tinggi)
sehingga ia memiliki sejumlah ilmu pengetahuan, keahlian, keterampilan, kecakapan,
kemampuan yang siap diabdikan untuk melayani warga pendidikan. Oleh karena itu dalam
bahasa lain disebutkan bahwa guru adalah "tenaga pendidik profesional" dengan tugas
utama mendidik, mengajar, membimbing, mengarahkan, melatih, menilai, dan
mengevaluasi peserta didik pada pendidikan anak usia dini, jalur pendidikan formal,
pendidikan dasar, dan pendidikan menengah (Perber Mendiknas & Ka BKN 2010).

1. Pengertian Profesi dan Profesional


Dalam kehidupan sehari hari perkataan profesi sering diartikan sebagai suatu pekerjaan
yang dikerjakan dengan terampil dan cakap. Seorang pekerja yang mengerjakan
pekerjaannya dengan baik diberi predikat “professional”. Pekerjaan yang digeluti orang
yang hidup dan berpengalaman baik menjalankan aktivitasnya sebagai penarik becak
sering disebut sebagai “profesi”. Secara semantik profesi adalah suatu jabatan atau
pekerjaan yang menuntut keahlian (expertise) dari para anggotanya. Good's Dictionary of
Education, sebagaimana dikutip dan diterjemahkan oleh Sutisna (1985), mendefinisikan
3
sebagai berikut: "profesi adalah suatu pekerjaan yang meminta persiapan spesialisasi yang
relatif lama di perguruan tinggi dan dikuasai oleh kode etik yang khusus". Dari penjelasan
selanjutnya dikatakan bahwa pekerjaan yang berkualifikasi profesional memiliki ciri-ciri:
memerlukan persiapan atau pendidikan khusus bagi calon pelakunya (membutuhkan
pendidikan pra- jabatan yang relevan), kecakapan seorang pekerja profesional dituntut
memenuhi persyaratan yang telah dilakukan oleh pihak yang berwenang (misalnya,
organisasi profesional, konsorsium), dan jabatan tersebut mendapat pengakuan dari
masyarakat dan/atau negara.
Good's Dictionary of Education, sebagaimana dikutip dan diterjemahkan oleh
Sutisna (1985), mendefinisikan sebagai berikut: "profesi adalah suatu pekerjaan yang
meminta persiapan spesialisasi yang relatif lama di perguruan tinggi dan dikuasai oleh
kode etik yang khusus". Dari penjelasan selanjutnya dikatakan bahwa pekerjaan yang
berkualifikasi profesional memiliki ciri-ciri: memerlukan persiapan atau pendidikan khusus
bagi calon pelakunya (membutuhkan pendidikan pra- jabatan yang relevan), kecakapan
seorang pekerja profesional dituntut memenuhi persyaratan yang telah dilakukan oleh
pihak yang berwenang (misalnya, organisasi profesional, konsorsium), dan jabatan tersebut
mendapat pengakuan dari masyarakat dan/atau negara.

2. Ciri-ciri Profesi dan Profesional

1) Segi fungsi dan signifikansi sosial; suatu profesi merupakan pekerjaan yang memiliki
fungsi sosial yang penting.
2) Segi keahlian dan keterampilan: untuk mewujudkan fung dituntut derajat keahlian dan
keterampilan tertentu.
3) Memperoleh keahlian dan keterampilan yang dilakukan secara rutin serta bersifat
pemecahan masalah atau menangani situasi kritis melalui teori dan metode ilmiah.
4) Batang tubuh ilmu; artinya profesi didasarkan kepada suatu disiplin ilmu yang jelas,
sistematis dan eksplisit.
5) Masa pendidikan: upaya mempelajari dan menguasai batang tubuh ilmu dan keahlian
keterampilan tersebut membutuhkan mass latihan yang lama dan dilakukan di tingkat
perguruan tinggi.
6) Aplikasi dan sosialisasi nilai-nilai profesional: proses pendidikan tersebut merupakan
wahana untuk sosialisasi nilai profesional di kalangan mahasiswa.
7) Kode etik tertentu dalam memberikan pelayanan kepada masyarakat
8) Wewenang kekuasaan untuk memberi suatu judgement/pendapat/putusan.
9) Tanggung jawab profesional atau otonomi.
10) Pengakuan dan imbalan, sebagai imbalan dari pendidikan dan latihan yang lama, dan
seluruh jasa yang diberikan kepada masyarakat, maka seorang pekerja profesional
mempunyai prestise yang tinggi oleh karena itu wajar mendapat imbalan yang layak.

4
Berdasarkan kesepuluh ciri profesi di atas, Schein (Pidarta 2005) mengemaukan
sepuluh ciri profesional yang meliputi (1) bekerja sepenuhnya dalam jam-jam kerja (full
time). (2) pilihan kerja didasarkan pada motivasi yang kuat. (3) memiliki seperangkat
pengetahuan ilmu dan keterampilan khusus yang diperoleh lewat pendidikan dan latihan
yang lama, (4) membuat keputusan sendiri dalam menyelesaikan pekerjaan atau
menangani klien, (5) pekerja berorientasi kepada pelayanan bukun untuk kepentingan
pribadi, (6) pelayanan didasarkan pada kebutuhan obyektif klien, (7) memiliki otonomi
untuk bertindak dalam menyelesaikan persoalan klien. (8) menjadi anggota organisasi
profesional esudah memenuhi persyaratan atau kriteria tertentu. (9) memiliki kekuatan dan
status yang tinggi sebagai ekspert dalam spesialisasinya, dan (10) keahliannya itu boleh di
advertensikan untuk mencari klien. Ciri profesi yang dikemukakan di atas adalah ciri
umum, artinya ciri yang berlaku untuk semua jenis profesi seperti: dokter, guru, psikolog,
pengacara hukum, dan sebagainya. Dengan adanya spesifikasi dalam setiap pekerjaan
maka setiap profesi akan mempunyai ciri. Kekhususannya pula. Ciri khusus itulah yang
membedakan ativitas yang dilakukan tenaga profesional yang satu dari pekerjaan
profesional lainnya.

3. Hakikat Profesional Guru

Guru sebagai suatu jabatan memiliki tanda-tanda khus (ciri-ciri)yang dapat


membedakannya dengan profest-profesi lain. Banyak pekerjaan yang dapat dikategorikan
sebagai profesi, namun setiap jabatan tersebut memiliki ciri khas tersendiri. Jabatan dokter
memiliki tanda- tanda khas tersendiri jika dibandingkan dengan jabatan guru atau jabatan
pekerja sosial lainnya. Dengan tanda-tanda khas tersebut, profesi dokter dapat dibedakan
dan diperlakukan berbeda dengan profesi guru atau profesi sosial lainnya. Dengan
menyimak kepada syarat-syarat yang telah disebut terdahulu, di Indonesia dapat diamati
bahwa pekerjaan yang selama ini menyebut diri sebagai suatu profesi sesungguhnya belum
secara penuh dapat disebut demikian. Mungkin tingkatannya baru merupakan suatu
"pekerjaan" (vocation). Menyebutnya sebagai satu profesi bisa jadi karena kelatahan atau
karena ketidakjelasan kriteria yang digunakan. Dengan berpedoman kepada syarat-syarat
suatu profesi, maka pekerjaan keguruan, kewartawanan, dan banyak lagi masih merupakan
pekerjaan yang berada pada taraf profesi yang sedang tumbuh dan belum mencapai suatu
profesi yang dalam arti yang sesungguhnya.

4. Kriteria dan Kompetensi Guru Profesional

Berdasarkan ciri-ciri guru profesional yang dikemukakan di atas, maka untuk


menjadi guru yang profesional harus memiliki seluruh ciri tersebut dan memenuhi
sejumlah kriteria tertentu. Kriterai untuk menjadi guru yang profesional sangat beragam
namun kriteria utama meliputi tiga (Sahertian, 1994) yakni harus ahli (expert),
bertanggung jawab (responsibility) baik tanggung jawab, intelektual, maupun moral, dan
memiliki rasa kesejawatan. Expert mengandung makna bahwa seorang guru harus
memiliki keahlian di bidang pengetahuan yang diajarkan, ahli di bidang ilmu keguruan dan
5
mendidik. Keahlian dalam kata expert ini, tidak hanya semata-mata ahli menguasai materi
ajar. Lebih dari itu, guru yang memiliki expert adalah guru yang mampu menampilkan
penguasaan terhadap materi ajar yang diajarkannya, mampu menyajikan dan
mengembangkannya sesuai dengan disiplin ilmu (bidang studi) yang digelutinya. Guru
yang ahli dibidang bahasa Indonesia, umpamanya, adalah guru yang menguasai bahan
ajarnya, mampu menanamkan konsep-konsep yang berkaitan dengan pengetahuan atau
bahan yang diajarkan. Ini berarti expert berkaitan dengan penguasaan bahan dan
kemampuan menyampaikan bahan secara benar sehingga peeserta didik memperoleh
pengalaman belajar yang dapat membantunya mencapai tujuan pendidikan. Dengan kata
lain, kata keahlian secara profesional harus dibedakan dari kata ahli secara teknis (lihai)
sehingga timbul perbedaan antara profesional dengan amatiran, tenaga ahli dengan tenaga
teknis. Guru yang profesional adalah guru yang mampu menguasai bidang ilmunya dan
mampu menyajikan dengan pendekatan, metode, teknik, dan kiat tertentu sesuai dengan
prinsip-prinsip belajar dan pembelajaran.
Responsibility adalah rasa tanggung jawab terhadap jabatan dan/atau tugas yang
diemban. Seorang guru yang profesional memiliki kemampuan untuk mempersiapkan
segala sesuatu yang berkaiatan dengan pekerjaannya membelajarkan peserta didik (hingga
tersusun persiapan secara lengkap - secara tertulis berwujud dalam bentuk siapnya
perangkat pembelajaran seperti silabus, rencana pelaksanaan pembelaharan (RPP), media
pembelajaran dan sebagainya), mampu mengimplementasikan dan menggunakan
perangkat pembelajaran dengan komitmen yang tinggi, dan mampu menerima apapun
resiko dari tindakan instrukesional selama dan setelah dilakukan evaluasi kinerja

1. Kompetensi Pedagogik
2. Kompetensi kepribadian
3. Kompetensi professional
4. Kompetensi social

5.Kepala Sekolah dan Konselor Sebagai Profesi

Kepala sekolah adalah merupakan jabatan yang sering diperdebatkan oleh sebagian
kaum awam. Dilihat dari sisi hukum yang berlaku, kepala sekolah adalah tugas tambahan
guru yang diberi tugas mengelola bidang- bidang tugas manajemen pendidikan. Jika
ditelusuri isi Peraturan Pemerintah (PP) RI No. 19 Tahun 2005 Tentang Standar Nasional
Pendidikan, Pasal 38 ditemukan sejumlah kriteria menjadi kepala sekolah, seperti Kriteria
untuk menjadi kepala SMP MTS SMA/MA/SMK/MAK meliputi: (a) Berstatus sebagai
guru SMP/MTS SMA MA/SMK/MAK (b) Memiliki kualifikasi akademik dan kompetensi
sebagai agen pembelajaran sesuai ketentuan perundang- undangan yang berlaku, (c)
Memiliki pengalaman mengajar sekurang- kurangnya 5 (lima) tahun di SMP/MTs
SMA/MA/SMK/MAK, dan, (d) Memiliki kemampuan kepemimpinan dan kewirausahaan
di bidang pendidikan.

6
6.Peranan dan Tantangan Guru Abad 21 pada Revolusi Industri 4.0

Abad 21 merupakan abad yang ditandai dengan bergantinya tahun 2000 menuju
2001, yang merupakan millenium ke 3 menurut kalender Greogorian. Pada abad 21 ini
sering disebut dengan abad globalisasi, oleh para penganalisis dunia ekonomi dan sosial
menggambarkannya sebagai abad yang kritis dalam kehidupan manusia mengingat semua
upaya pemenuhan kebutuhan manusia di segala bidang berbasis pengetahuan (Pendidikan
knowledge based education) dan Ekonomi (knowledge based economic), di mana semua
transaksi dalam kehidupan dilakukan secara online, investasi dan pasar modal dilakukan
tanpa melihat gejolak kehidupan nyata, hanya melihat angka-angka di layar monitor (yang
setiap saat, dari menit ke menit mengalami perubahan seiring dengan gejolak yang terjadi
dalam ekonomi perdagangan, politik, sosial, bahkan oleh pernyataan-pernyataan tokoh
dunia). Dengan perkembangan ilmu pengetahuan, teknologi, informasi dn sosial yang luar
biasa di segala bidan kehidupan manusia, dunia terasa semakin sempit hingga semuany
terkesan serba bias, serba dekat, serba mudah dan serba gampang Namun dibalik keadaan
tersebut, abad 21 ini menghadapkan manusia pada permasalahan kehidupan yang semakin
rumit, seperti munculnya krisis ekonomi global. pemanasan global, terorisme, rasisme,
rendahnya kesadaran berbudaya, termasuk kesenjangan mutu pendidikan antar wilayah di
belahan dunia ini. dan sebagainya, yang menuntut pemecahan secara bersama sama.
Manusia dituntut memiliki ketangguhan menghadapi tantangan dan/atau permasalahan
tersebut dengan mempersiapkan sumberdaya manusia yang kompeten Persiapan ini
membutuhan lembaga pendidikan yang di dalamnya terdapat pendidik dan tenaga
kependidikan yang profesional, terutama guru. Guru sebagai pendidik adalah pilar utama
dan terdepan dalam menghadapi tantangan globalisasi abad 21 ini. Melalui proses
pendidikan dan pembelajaran ang dirancang dan dilaksanakan secara profesional, guru
dapat membantu da atau menghantarkan peserta didiknya menjadi sumberdaya manusia
yang siap menghadapi tantangan globalisasi tersebut. Oleh karena itu harapan terhadap
guru sangat tinggi dalam menghadapi abad 21 di era revolusi industri 4.0.

B. Profesionalisasi Jabatan Guru

1. Pengertian Profesionalisasi Kata profesionalisasi mengacu pada kata proses.

Kata proses mengandung arti runtunan perubahan (peristiwa) dari perkembangan


sesuatu, kemajuan sosial berjalan terus, rangkaian tindakan, pembuatan atau pengelolaan
yang menghasilkan produk (KBBI, 1999) yang dapat diartikan sebagai pergerakan dari
sesuatu yang bergerak terus menerus menurut aturan yang lazim atau harus dijalankan. Air
tebu dapat menjadi butir gula karena air tebu tersebut mengalami serangkaian perjalanan
(diawali dari penebangan batang tebu, pemerasan air tebu, mengolahan hingga menjadi
kristal) yang terancang sedemikian rupa sehingga terus mengalami perubahan bentuk yang
akhirnya menjadi gula. Perjalanan dan/atau perubahan bentuk tersebut terus belangsung
hingga menemui bentuk terakhir hingga saatnya tidak berfungsi sebagaimana seharusnya.

7
2. Profesionalisasi Jabatan Guru

Keprofesionalan seseorang terbentuk melalui proses yang harus dijalani dalam


waktu yang lama. Proses pembentukan sosok seseorang menjadi profesional secara singkat
dapat disebut sebagai profesionalisasi. Profesionalisasi guru diawali dari niat seeorang
untuk menjadi guru dan akan berakhir saat seseorang itu tidak mampu dan/atau mau lagi
menjadi guru. Seseorang yang punya niat untuk menjadi guru (pendidik) tidak langsung
dapat menjadi guru yang profesional jika tidak mengikuti proses pendidikan dan latihan
dalam waktu yang relatif lama, mulai dari pendidikan tingkat dasar (Sekolah Dasar-
SD/Pendidikan Anak Usia Dini- PAUD), lalu melanjut ke tingkat Pendidikan Menengah
(Sekolah Menengah Pertama-SMP dan Sekolah Menengah Atas-SMA), lalu melanjut ke
tingkat Perguruan Tinggi (Lembaga Pendidikan Tenaga Kependidikan-LPTK). Jika telah
berhasil menamatkan pendidikan hingga perguruan tinggi hingga dinyatakan lulus dan
diwisuda dengan memegang ijazah S1 kependidikan dan keguruan, tidak secara otomatis
dinyatakan telah menjadi guru yang profesional.

3. Pengembangan Kinerja Guru

Guru sebagai pelaksana utama aktivitas pendidikan dan pengajaran melakukan


"aktivitas pembelajaran" sesuai dengan prosedur yang tepat secara profesional melalui
tampilan-tampilan diri sebagai pendidik, pengajar, pelatih, pembimbing, motivator,
pemimpin, dan fasilitator bagi peserta didik. Dalam tampilan diri inilah guru dituntut
memiliki dan menampilkan kinerja yang sesuai dengan kriteria dan persyaratan bagiguru
yang profesional. Dengan tampilan kinerja yang tepat diharapkan seluruh program yang
direncanakan dapat dilaksanakan secara efektif dan efisien hingga tujuan pendidikan dan
pembelajaran dapat tercapai secara maksimal. Kinerja guru merupakan salah satu indikator
penentu ketercapaian tujuan pendidikan dan pembelajaran baik secara kuantitatif maupun
kualitatif. Banyak faktor yang dapat dijadikan sebagai indikator untuk menentukan tingkat
keberhasilan pelaksanaan program pendidikan dan pembelajaran seperti kebermutuan raw-
input, kebermutuan instrumentalia pendidikan, kebermutuan envirmentalia pendidikan, dan
keprofesional tenaga pendidik dan tenaga kependidikan (intrummentalia). Namun kinerja
guru dapat dipandang sebagai indikator utama untuk mengukur berhasil tidaknya proses
pendidikan dan pembelajaran memberhasilkan peserta didik mencapai tujuan
pendidikannya.

C. Organisasi dan Sikap Profesi Kependidikan

1. Organisasi Profesi Keguruan

Suatu keahlian khusus yang merupakan ciri khas dari bidang keahlian tertentu,
Dikatakan ciri khas oleh karena bidang pekerjaan tersebut diperoleh bukan secara
kebetulan oleh sembarang orang, tetapi diperoleh melalui satu jalur khusus. Boleh jadi
melalui perguruan tinggi, atau melalui penekunan secara sistematis dan mendalam. Dalam

8
prakteknya sebagai pekerjaan profesional yang melayani masyarakat tentunya memerlukan
satu wadah organisasi yang anggotanya adalah orang-orang yang memiliki pekerjaan atau
keahlian yang sejenis. Dalam wadah inilah diharapkan akan muncul satu sifat kekeluargaan
yang dapat memecahkan persoalan-persoalan yang dijumpai dalam praktek profesi. Suatu
profesi adalah bidang pekerjaan dan pengabdian tertentu, yang karena hakikat dan sifatnya
membutuhkan persyaratan dasar, keterampilan teknis, dan sikap kepribadian tertentu.
Perbedaan sebagai profesi ditandai pula oleh adanya pedoman-pedoman tingkah laku yang
khusus mempersatukan mereka yang tergolong di dalamnya sebagai suatu korps ditinjau
dari etik jabatan. Pekerjaan yang digolongkan dalam suatu profesi dengan sendirinya
melahirkan pelayanan keahlian khusus yang pada gilirannya akan menuntut adanya etika
yang tumbuh dan mekar. Etika profesi meliputi ketanpa-pamrihan dalam mementingkan
masyarakat secara keseluruhan, dan solidaritas yang tinggi sesama rekan seprofesi.
Persyaratan dan nilai etis akan menuntut rincian kriteria keabsahan dan keterandalan
sebuah profesi. Kriteria ini meliputi keberadaan standar performasi yang baku dan jelas,
lembaga pendidikan khusus dengan standar akademis yang mapan, organisasi profesi, etika
dan kode etik, sistem imbalan yang memadai, dan pengakuan masyarakat. Pelembagaan
profesi serupa itu tidak hanya dapat memperkuat pengaruh teknis, tetapi juga pengaruh-
pengaruh sosial dan politik, ke dalam maupun ke luar.

2. Analisis Perananan Organisasi profesi Keguruan


Bagi profesi kependidikan. UU tentang SPN mempunyai arti yang sangat penting,
karena dalam Undang-Undang ini profesi kependidikan telah jelas dasar hukumnya,
bahkan pekerjaan guru secara tegas telah dilindungi keberadaannya. Insan-insan
pendidikan (Tenaga Kependidikan dan Murid) dilindungi secara hukum, mempunyai hak-
hak di samping kewajiban- kewajibannya. Gagasan mendasar yang dikandung UU tentang
SPN dalam kaitannya dengan tenaga kependidikan ialah perlindungan dan pengakuan yang
lebih pasti terhadap jabatan guru khususnya dan tenaga kependidikan umumnya. profesi-
profesi ini secara tegas akan dilindungi, dihargai, diakui, dan dijamin keberadaannya
secara hukum. Perlindungan itu secara eksplisit dikemukakan dalam pasal 42 yang
menyatakan bahwa pendidik harus memiliki kualifikasi minimum dan sertifikasi sesuai
dengan jenjang kewenangan mengajar. Proteksi terhadap jabatan tenaga kependidikan
menyangkut juga lembaga penghasil, yakni LPTK.

3. Permasalahan yang Dihadapi Profesi guru

Permasalahan pokok yang dihadapi profesi guru dan juga organisasi profesi guru
masa sekarang ini adalah sebagai berikut:
1) Penjabaran yang operasional tentang ketentuan-ketentuan yang tersurat dalam peraturan
yang berlaku yang berkenaan dengan profesi guru beserta kesejahteraannya.
2) Peningkatan unjuk kerja guru melalui perbaikan program pendidikan guru yang lebih
terarah, yang memelihara keterpaduan antara pengembangan profesional dengan

9
pembentukan kemampuan akademik guru, dengan memberikan peluang kepada setiap
calon guru untuk melatih unjuk kerjanya sebagai calon guru yang profesional.
3) Proses profesionalisasi guru melalui sistem pengadaan guru terpadu sejak pendidikan
prajabatan, pengangkatan, penempatan, dan pembinaannya dalam jabatan.
4) Penataan organisasi profesi guru yang diarahkan kepada bentuk wahana untuk
pelaksanaan proses profesionalisasi guru, dan dapat memberikan batasan yang jelas
mengenai profesi guru dan profesi lainnya.
5) Penataan kembali kode etik guru, terutama yang berkenaan dengan rambu-rambu
prilaku profesional yang tegas, jelas, operasional, serta perumusan sanksi-sanksi terhadap
penyimpangannya.
6) Pemasyarakatan kode etik guru diterapkan oleh setiap guru dan diindahkan oleh
masyarakat rekanan, sehingga tumbuh penghargaan dan pengakuan yang wajar terhadap
profesi guru itu.

4. Kode Etik Guru

Kode etik berasal dari dua kata yaitu code dan ethic. Code atau kode berarti,
tulisan, kata, atau tanda, yang melalui persetujuan mempunyai arti atau maksud tertentu
Sedangkan ethic atau etik dapat berarti aturan tatasusila; sikap atau akhlak. Dengan
demikian kode etik berarti ketentuan atau aturan yang berkenaan dengan tatasusila dan
akhlak. Akhlak adalah ekspresi jiwa yang tampak dalam perbuatan dan meluncur dengan
mudah, tanpa memerlukan pemikiran dan pertimbangan lagi (Abudin Nata, 2003).
Kode etik bagi suatu organisasi profesional merupakan hal yang sangat penting dan
mendasar. Demikian pula halnya kode etik bagi guru yang diakui sebagai suatu lapangan
pekerjaan profesional. Kode etik bagi organisasi profesional guru sangat penting, karena
merupakan landasan moral dan pedoman tingkah laku yang dijunjung tinggi oleh setiap
anggotanya. Karena merupakan landasan moral dan pedoman, maka dengan kode etik ini
berfungsi sebagai alat untuk mendinamisir setiap anggotanya agar selalu mawas diri
dengan penuh kesadaran berusaha melakukan berbagai upaya peningkatan dan
pengembangan kemampuan profesionalnya. Melalui cara yang demikian maka guru
dan/atau pendidik yang profesional pada dasarnya tidak akan pernah ketinggalan zaman
Persatuan Guru Republik Indonesia (PGRI) yang merupakan organisasi guru di Negera
Kesatuan Republik Indonesia, telah berusaha menjadi organisasi profesi bagi guru dan
menetapkan sejumlah norma, aturan berperilaku sebagai kode etik bagi guru dalam
menunaikan tugas keguruannya. Kode etik dimaksud terdiri dari :

a. Guru berbakti membina anak didik seutuhnya untuk membentuk manusia pembangunan
yang ber-Pancasila.
b. Memiliki kejujuran profesional dalam menerapkan kurikulum sesuai dengan kebutuhan
masing-masing anak didik
c. Guru mengadakan komunikasi terutama dalam memperoleh informasi tentang anak didik
tetapi menghindarkan diri dari segala bentuk penyalahgunaan wewenang

10
d. Guru menciptakan suasana kehidupan sekolah dan memelihara hubungan dengan orang tua
siswa dengan sebaik-baiknya bagi kepentingan anak didik
e. Guru memelihara hubungan baik dengan masyarakat di sekitar sekolahnya maupun
masyarakat yang lebih lugas untuk kepentingan pribadi
f. Guru secara sendiri-sendiri dan atau bersama-sama berusaha mengemban dan
meningkatkan mutu profesi
g. Guru menciptakan dan memelihara hubungan antar sesama guru baik berdasarkan
lingkungan kerja maupun di dalam hubungan keseluruhan
h. Guru menciptakan dan memelihara hubungan antar sesama guru baik berdasarkan
lingkungan kerja maupun di dalam hubungan keseluruhan
i. Guru secara bersama-sama memelihara dan meningkatkan mutu organisasi PGRI sebagai
sarana perjuangan dan pengabdiannya
j. Guru melaksanakan segala ketentuan yang merupakan kebijaksanaan pemerintah dalam
bidang pendidikan.

5. Sikap Profesional Kependidikan

Profesi kependidikan merupakan pemberian pelayanan kepada peserta didik untuk


membantu dan membimbing, serta membelajarkan peserta didik agar tumbuh kembang
secara optimal. Oleh sebab itu hubungan guru dengan peserta didiknya adalah hubungan
kepribadian, maka kepribadian seorang pendidik adalah kepribadian yang matang dan terus
berkembang. Undang- Undang RI Nomor 20 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan
Nasional pasal 39 ayat (2); menyebutkan "Pendidik merupakan tenaga profesional yang
bertugas merencanakan dan melaksanakan proses pembelajaran, menilai hasil
pembelajaran, melakukan pembimbingan dan pelatihan, serta melakukan penelitian dan
pengabdian kepada masyarakat, terutama bagipendidik pada perguruan tinggi". Tidak
semua pendidik atau calon pendidik memiliki bakar untuk menjadi guru, tetapi setidaknya
pendidik itu harus memiliki kepribadian yang kuat dan prima. Menurut Tilaar (1999) yang
termasuk dalam kepribadian adalah sifat-sifat psikhis yang memungkinkania dapat
membimbing peserta didik yang sedang dalam perkembangan, mempunyai ciri-ciri
kepribadian yang kuat dan seimbang, dan mempunyai visi tentang etik tingkah laku
manusia sebagai individu dan anggota masyarakat. Selanjutnya pada penjelasan UU RI
Nomor 12 Tahun 2005 menyebutkan bahwa "yang dimaksud dengan guru sebagai agen
pembelajaran (learning agen) adalah peran guru antara lain sebagai fasilitator, motivator,
pemacu, perekayasa pembelajaran, dan pemberi inspirasi belajar bagi peserta didik".

6. Pengertian Sikap Profesional

Sikap (attitude) merupakan suatu kecenderungan perasaan terhadap suatu objek


yang dimiliki seseorang terhadap sesuatu pekerjaan justru itu sikap bisa dipakai sebagai
alat untuk memprediksi perilaku orang tersebut dalam bekerja. Kecenderungan berprilaku
dimaksud mulai dari mendukung objek tertentu sampai dengan menolaknya, Sikap
memiliki komponen yaitu: (1) kognisi, berkenaan dengan keyakinan, ide dan konsep: (2)
afeksi. berkenaan dengan emosional/perasaan: sedangkan konasi, berkenaan dengan
kecenderungan bertingkah laku. Oleh sebab itu perilaku sikap memilih, menentukan dan
11
memutuskan untuk menjadi guru sesungguhnya sudah melalui proses yang kompleks
dalam dirinya. Dengan demikian jika seseorang sudah setuju untuk menjadi guru artinya
mempunyai sikap positif terhadap pekerjaan guru dengan segala resikonya, maka individu
tersebut akan melakukan tindakan positif dan mau melaksanakan dengan penuh rasa
tanggung jawab. Tetapi jika tidak setuju terhadap pekerjaan guru, maka tindakan yang
muncul menunjukkan kearah tindakan negatif, atau malah menentangnya, oleh karena itu
pekerjaannya pun tidak akan sempurna. Untuk dapat berperilaku profesional dalam
mengemban tugas dan menjalankan profesi guru maka lima faktor sikap berikut ini harus
senantiasa dipelihara, yaitu: 1) Sikap keinginan untuk mewujudkan kinerja ideal: 2) Sikap
memelihara citra profesi; 3) Sikap selalu ada keinginan untuk mengejar kesempatan-
kesempatan profesionalisme; 4) Sikap mental selalu ingin mengejar kualitas cita-cita
profesi, dan 5) Sikap mental yang mempunyai kebanggaan profesi.

D. Peranan Guru dalam Manajemen Pendidikan

1. Hakikat Manajemen Pendidikan

Manajemen Pendidikan Kata manajemen berasal dari bahasa Inggiris dengan istilah
dan/atau kata dasar "manage" yang berarti kelola. Management berarti pengelolaan, yang
berarti penggunaan sumber daya secara efektif untuk mencapai sasaran. Sedangkan
pengelolaan merupakan proses yang memberikan pengawasan terhadap semua hal yang
terlibat dalam pelaksanaan kebijaksanaan dan pencapaian tujuan. Dalam konteks
pendidikan, memang masih ditemukan kontroversi dan inkonsistensi penggunaan istilah
manajemen. Beberapa pihak cenderung menggunakan istilah manajemen. sehingga dikenal
dengan istilah manajemen pendidikan, manajemen sekolah, manajemen kelas, dan
sebagainya. Di lain pihak, tidak sedikit pula yang menggunakan istilah administrasi
sehingga dikenal istilah administrasi pendidikan, administrasi sekolah, administrasi kelas.
Dalam buku ini, istilah yang digunakan cenderung mengidentikkan keduanya, sehingga
kedua istilah tersebut dapat digunakan dengan makna yang sama. Paparan berikut ini akan
mengetengahkan beberapa pengertian umum tentang manajemen dan administrasi menurut
pendapat beberapa ahli dibidang administrasi dan manajemen Manajemen berasal dari kata
"managio" yaitu pengurusan atau "managiare" atau melatih dalam mengatur langkah-
langkah. Manajemen sering diartikan sebagai ilmu, kiat, dan profesi. Karena itu
manajemenmerupakan suatu sistem tingkah laku manusia yang kooperatif dalam
melaksanakan tugas dan tanggung jawabnya dengan kepemimpinan yang teratur melalui
usaha yang terus menerus dilandasi tindakan yang rasional.

2. Fungsi Manajemen Pendidikan

Manajemen pendidikan merupakan suatu proses. Pengertian proses mengacu


kepada serangkaian kegiatan yang dimulai dari penentuan sasaran (tujuan) sampai
berakhirnya sasaran/tercapainya tujuan. Rangkaian kegiatan tersebut diawali dengan
perumusan tujuan-perencanaan, lalu dilanjutkan dengan pelaksanaan, dan selama

12
pelaksanaan dilakukan pengawasan dan atau penilaian, dan diakhiri dengan pemberian
umpan balik/tindak lanjut (follow up) Rangkaian kegiatan tersebut sering disebut dengan
fungsi manajemen atau proses menajamen.

3. Bidang Tugas (Subtansi) Manajemen Pendidikan

Bidang tugas manajemen pendidikan adalah bidang atau jenis tugas pokok yang
harus dikelola oleh administrator atau manajer pendidikan. Secara operasional bidang
tugas ini disebut sebagai substansi manajemen yang harus diberdayakan sedemikian rupa
oleh administrator atau manajer (kepala sekolah) agar tujuan pendidikan dan pembelajaran
dapat tercapai secara efektif dan efisien. Bidang tugas manajemen pendidikan di sekolah
menyangkut berbagai aspek, yang meliputi kurikulum, peserta didik, pendidik dan tenaga
kependidikan, sarana dan prasarana, keuangan, layanan khusus, ketatausahaan, dan
kemitraan antara sekolah dengan masyarakat.

E. Hakikat Supervisi Pendidikan

1. Hakikat Supervisi Pendidikan

Penyelenggaraan pendidikan formal pada Satuan Pendidikan adalah pekerjaan


besar yang menuntut keseriusan sejumlah pelaksana untuk mencapai tujuan Pendidikan.
Pengimplementasian fungsi Manajemen Pendidikan pada Satuan Pendidikan diperlukan
agar tujuan pendidikan dapat dicapai dengan efektif. Program pendidikan yang sudah
direncanakan (fungsi planning) diperlukan adanya Koordinasi (fungsi coordinating) di
dalam segala aktivitas. Untuk dapat mengkoordinasikan semua gerak langkah tersebut,
pimpinan sekolah wajib mengetahui keluruhan situasi pada Satuan Pendidikan yang
dipimpinnya. Namun demikian tidak selamanya pengimplementasian program yang telah
disusun dapat berjalan dengan baik, maka diperlukan adanya pengawasan (fungsi
controlling). Dalam hal ini usaha yang dilakukan pimpinan Satuan Pendidikan dan guru-
guru serta tenaga kependidikan lainnya untuk mengetahui situasi lingkungannya, disebut
dengan supervisi atau pengawasan.

2. Fungsi Supervisi Pendidikan

Mengacu pada tujuan supervisi pengajaran yaitu memberikan layanan dan bantuan
untuk meningkatkan kualitas mengajar guru yang pada gilirannya dapat meningkatkan
kualitas belajar siswa. Maka perlu diketahui fungsi supervisi pendidikan. Supervisi
mempunyai fungsi penilaian (evaluation) dengan jalan penelitian (research) dan
merupakan usaha perbaikan (improvement). Menurut Swearingen fungsi supervisi
pendidikan adalah mengkoordinir semua usaha sekolah, memperlengkapi kepemimpinan
sekolah, memperkuat pengalaman-pengalaman guru, menstimulasi usaha- usaha yang
kreatif, memberikan fasilitas dan penilaian terus menerus, menganalisa situasi belajar

13
mengajar, memberikan pengetahuan kepada setiap anggota, mengintegrasikan tujuan
pendidikandan membantu meningkatkan kemampuan mengajar.

3. Prinsip Supervisi Pendidikan

Prinsip supervisi pendidikan antara lain adalah: ilmiah yang berarti sistematis
dilaksanakan secara tersusun, kontiniu, teratur, objektif, demokratis, kooperatif,
menggunakan alat, konstruktif dan kreatif. Supervisi dilaksanakan secara demokratis yang
berarti menghargai harkat danmartabat manusia sebagai individu maupun kelompok.
Supervisi juga dilaksanakn secara konstruktif dan kreatif yaitu mendorong inisiatif untuk
ikut aktif menciptakan suasana kondusif yang dapat membangkitkan suasana kreatifitas.

F. Bimbingan Konseling Dan Peran Guru

1. Pendahuluan

Terinspirasi oleh berbagai ungkapan, pengalaman, pendapat, dan sajian para pakar
dibidang pendidikan dan pembelajaran, pprogran Bimbingan dan Konseling di sekolah
merupakan salah satu aktivitas pendidikan yang tidak boleh lepas dari perhatian
administrator, manajer dan guru di sekolah. Kemampuan mengenal dan menyelenggarakan
program bimbingan konseling merupakan salah satu tuntutan bagi seorang kepala sekolah
sebagai manajer dan bagi guru sebagai pembimbing. Penyelenggaraan program bimbingn
konseling di sekolah berada di bawah tanggung jawab kepala sekolah sebagai manajer
sekolah. Kepala sekolah harus mengelola program bimbingan konseling di sekolah dengan
memberdayakan seluruh sumberdaya manusia yang dimiliki sekolah dbidang bimbingan
konseling baik konselor, guru pembimbing, guru bidang studi, maupun staf lain yang
memiliki kompetensi bidang bimbingan konseling.

2. Konsep Dasar Konseling

Secara umum Konseling dapat diartikan sebagai bantuan. Namun dalam pengertian
sebenarnya, tidak setiap bentuk bantuan adalah konseling. Bentuk bantuan dalam arti
konseling membutuhkan syarat, bentuk, prosedur dan pelaksanaan tertentu sesuai dengan
dasar, prinsip dan tujuannya (Rochman Natawijaya, 1981). Dalam keseluruhan proses
pendidikan di sekolah meliputi tiga bidang, yaitu bidang pengajaran, bidang administrasi
dan kepemimpinan serta bidang pemberian bantuan.

14
3. Pengertian Konseling

Konseling merupakan suatu proses pertemuan langsung antar konselor dengan konseli
(face to face relationship) yang bermasalah, dimana pembimbing membantu konseling
dalam mengusahakan perubahan sikap dan tingkah laku.

4. Tujuan Konseling

Secara umum pelayanan konseling di sekolah bertujuan agar siswa mendapat


pelayanan konseling secara optimal sesuai dengan bakat kemampuan dan nilai-nilai yang
dimiliki. Tujuan ini dirumuskan berdasarkan kenyataan adanya perbedaan antar siswa
sesamanya. Setiap siswa memiliki keunikan-keunikan tertentu.
Secara khusus pelayanan konseling di sekolah bertujuan agar siswa dapat:

1. Memahami dirinya dengan baik, yaitu mengenal segala kekuatan dan kelemahan yang
dimilikinya berkenaan dengan bakat, kemampuan, minat, sikap dan perasaannya.
2. Memahami lingkungannya dengan baik yang meliputi lingkungan pendidikan, lingkungan
pekerjaan dan lingkungan sosial masyarakat. Daris segi lingkungan pendidikan siswa
hendaknya dapat memahami baik sekolah yang diikutinya sekarang maupun sekolah yang
akan dimasukinya kelak. Dari segi lingkungna kerja, siswa perlu memahami (setidak-
tidaknya mengenal) jenis-jenis lapangan kerja yang ada di sekitarnya, seperti kondisi-
kondisi kerja, imbalan kerja dan kemungkinan untuk pengembangan karier. Demikian pula
dari segi lingkungan sosial masyarakat, siswa perlu memahami berbagai keadaan sosial
budaya yang berkembang serta dampaknya bagi diri sendiri dan juga bagi anggota
masyrakat secara keseluruhan.
3. Membuat pilihan dan keputusan yang bijaksana, yaitu keputusan- keputusan, yang dibuat
atas pemahaman yang mendalam tentang diri sendiri dan lingkungannnya. Dengan
pemahaman itu, siswa diharapkan dapat menyesuaikan antara dirinya dengan keadaan
lingkungan yang telah dipahaminya.
4. Mengatasi masalah-masalah yang dihadapi dalam kehidupan sehari- hari, baik di sekolah
maupun di luar sekolah. Dalam kehidupan sehari- hari banyak kemungkinan masalah yang
dapat terjadi. Masalah itu adakalanya ringan dan adakalanya berat. Bahkan tak jarang ada
yang memerlukan bantuan orang untuk mengatasinya. Jadi tujuan itu diberikan, yaitu
supaya orang per orang atau kelompok orang yang dilayani menjadi mampu menghadapi
semua tugas perkembangan hidupnya secara sadar dan bebas, mewujudkan kesadaran dan
kebebasan itu dalam membuat pilihan-pilihan secara bijaksana serta mengambil beraneka
tindakan penyusuaian diri secara memadai (Winkel,1991).

15
B. BUKU PEMBANDING
Judul: Etika Profesi Keguruan

BAB I. Profesionalisme Guru Sekolah Dasar


A. Posisi Guru Profesional
Sekolah merupakan institusi yang kompleks (Gorton, 1976; Hanson, 1985;Snyder
& Anderson, 1985). Dalam rangka proses peningkatan mutu pendidikan berbasis sekolah
diperlukan guru, baiksecaraindividumapunkolaboratifuntukmelakukansesuatu, mengubah
“status quo” agar pendidikan dan pembelajaran menjadi lebih berkualitas. Sebenarnya
menuju pendidikan dan pembelajaran ang berkualitastidaktergantung kepada satu
komponen saja melainkan guru, melainkan sebagai suatu sistem kepada beberapa
komponen, antara lain berupa program kegiatan pembelajaran, murid, sarana dan prasarana
pembelajaran, dana, lingkungan masyarakat, dan kepemimpinan kepala sekolah.
Namun, semua komponen yang teridentifikasi di atastidak akan berguna bagi
terjadinya perolehan pengalaman belajar maksimal bagi murid bila mana tidak didukung
oleh keberadaan guru yang professional sebab guru merupakan unsure manusiawi yang
sangat menentukan keberhasilan keberhasilan pendidik.

B. Guru Profesional
Guru professional adalah guru yang mampu mengeola dirinya sendiri dalam
melaksanakan tugas-tugasnya sehari-hari. Profesionalisasi guru tersebut dipandang sebagai
suatu proses yang bergerak dari ketidaktahuan (ignorance) menjadi tahu, dari ketidak
matangan (immaturity) menjadimatang, dari diarahkan oleh orang lain (other-directedness)
menjadi mengarahkan diri sendiri.
16Glickman (1981) menegaskan bahwa seseorang akan bekerja secara professional
bilamana orang tersebut memiliki kemampuan (ability) dan motivasi (motivation).
Maksudnya adalah seseorang akan bekerja secara professional bila mana memiliki
kemampuan kerja yang tinggi dan kesungguhan hati untuk mengerjakan dengan sebaik-
baiknya. Sebaliknya, seseorang tidak aka bekerjasecara professional bila mana hanya
memenuhi salah satu di anatara dua persyaratan di atas.
Lebih lanjut menurut Glickman, sesuai dengan pemikirannya diatas, seorang guru
dapatdikatakan professional bila mana memiliki kemampuan tinggi (high levelof abstract)
dan motivasi kerja tinggi (high level of commitment).

16
C. Kiat-KiatMeningkatkanProfesionalisme Guru
Peningkatan profesionalisme guru harus dilakukan secara sistematis, dalam arti
direncanakan secara matang, dilaksanakan secara taatasas, dan di evaluasi secara objektif,
sebab lahirnya seorang professional tidak hanya melalui bentuk penataran dalam waktu
enam hari, supervise dalam sekali atau dua kali, dan studi banding selama dua hari atau
tiga hari. Di sinilah letak pentingnya manajemen guru yang efektif dan efisien di sekolah
dasar.
1. Manajemen Guru di Sekolah Dasar
Manajemen guru dapat diartikan sebagai keseluruhan proses kerja sama dalam
menyelesaikan masalah guru dalam rangka pencapaian tujuan pendidikan. Secaraumum,
tujuan manajemen guru adalah untuk mengupayakan keberadaan semua guru dalam jumlah
yang memadai dan mengatur keberadaannya sebaik mungkin, sehingga mereka bisa
bekerja secara efektif dan efisien sesuai dengan tugasnya masing-masing.
2. Rekrutmen dan Pemberdayaan Guru Sekolah Dasar
Shapero (1985) menegaskan bahwa untuk memiliki pegawai yang professional
dapat ditempuh dengan menjawab dua pertanyaan pokok, yaitu how to have dan how to
empower tenaga pegawai professional.

BAB II. Jenis dan Kualifikasi Guru Sekolah Dasar


A. Jenis Tenaga Kependidikan di Sekolah Dasar
Pendidik→ Pengajar/guru, Pembimbing/konselor, Pelatih/Instruktor/tutor,
Pamong/widyaisara
Pengelola Satuan Pendidikan → KepalaSekolah, Direktur, Ketua, Rektor

B. Kualifikasi Guru Sekolah Dasar


Telah ditegaskan didalam kata pengantar dan dipertegas lagi pada bab 1, bahwa personel
sekolah, termasuk guru merupakan faktor yang sangat penting, sehingga guru sekolah
dasar perlu di persiapkan dengan baik melalui pendidikan guru yang baik, diseleksi dan
ditempatkan dengan tepat di seluruh Indonesia.

17
BAB III. Rekrutmen Guru Sekolah Dasar
A. PengertianRekrutmen Guru
Rekrutmen merupakan proses aktif untuk mendapatkan calon pegawai yang sangat
potensial dalam menduduki posisi tertentu di sekolah pada kabupaten/kotatertentu.
Defenisi rekrutmen menurut Harris, McIntyre, Littleton, dan Long (1979). Ialah
serangkaian kegiatan terintegrasi yang terdiri atas seleksi, pengangkatan dan penempatan
pegawai baru dalam posisi tertentu.

B. ApaTujuanRekrutmen Guru
Pernyataan Gorton (1976), tujuan rekrutmen pegawai adalah menyediakan calon
pegawai yang betul-betul baik dan paling memenuhi kualifikasi untuk sebuah posisi.
Secara lebih operasional, tujuan rekrutmen guru sekolah dasar adalah untuk
mendapatkan calon guru yang paling menjanji kandaam melaksanakan tugas-tugas
profesionalnya sebagai guru di sekolah dasar.

C. Prinsip-PrinsipDalamRekrutmen Guru
Ada beberapa prinsip yang harus dipegang teguh dalam perencanaan maupun
pelaksanaan rekrutmen guru, tidak terkecuali rekrutmen guru di sekolah dasar.
1. Rekrutmen guru harus dirancang secara matang agar dapat memenuhi kebutuhan
2. Rekrutmen guru harus dilakukan secara objektif. Artinya secara objektif paniti
seleksi pegawai menetapkan pelamar yang lulus dan pelamar yang tidak lulus.
3. Agar didapatkan calon yang betul betul professional, sebaiknya materi seleksi
pegawai baru harus komprehensif mencakup semua aspek persyaratan yang harus
dimiliki calon guru.

D. AnalasisKebutuhan Guru Sekolah Dasar


Prinsip tersebut mengisyaratakan bahwa sebelum dilakukan rekrutmen, sebaiknya
terlebih dahulu dilakukan analisis kebutuhan dalam rangka menetapkan formasi pegawai.

18
BAB IV. Peningkatan Kemampuan Profesional Guru Sekolah Dasar
A. Pentingnya Peningkatan Kemampuan Profesional Guru Sekolah Dasar
Pentingnya peningkatan kemampuan professional guru sekolah dasar ditinjau dari
beberapa sudut pandang, yaitu:Pertama, ditinjau dari perkembangan ilmu pengetahuan dan
teknologi pendidikan.Kedua, ditinjau dari kepuasan dan moral kerja. Sebenarnya
peningkatan kemampuan professional guru merupakan hak setiap guru.
Ketiga, ditinjau dari keselamatan kerja. Banyak aktivitas pembelajaran di sekolah dasar
yang bilamana tidak dirancang dan dilakukan secara hati-hati oleh guru mengandung risiko
yang tidak kecil.Keempat, peningkatan kemampuan professional guru sangat dipentingkan
dalam rangka manajemen peningkatan mutu berbasis sekolah di sekolah dasar.

B. Pengertian Peningkatan Kemampuan Profesional Guru


Secara sederhana peningkatan kemampuan professional guru dapat diartikan
sebagai upaya membantu guru yang belum matang menjadi matang, yang tidak mampu
mengelola sendiri menjadi mampu mengelola sendiri, yang
belumterakreditasimenjaditerakreditasi. Oleh karena itu, peningkatan kemampuan
professional guru dapat juga diartikan sebagai upaya membantu guru yang belum
professional menjadi professional.

C. Prinsip-PrinsipPeningkatanKemampuabProfesional Guru
Ada dua prinsip mendasar berkenaan dengan aktivitas peningkatan kemampuan
professional guru di sekolah dasar.
1. Peningkatan kemampuan professional guru itu merupakan upaya membantu guru
yang belum professional menjadi professional.
2. Peningkatan kemampuan professional guru tidak benar bila mana hanya diarahkan
kepada pembinaan kemampuan pegawai.

D. Proses Peningkatan Kemampuan Profesional Guru


Program peningkatan kemampuan professional guru di sekolah dasar sebaiknya
melalui langkah-langkah yang sistematis yakni sebagai berikut.
1. Mengidentifikasi kekurangan, kelemahan, kesulitan, atau masalah-masalah yang
sering kali dimiliki atau dialami guru kelas, dan guru mata pelajaran

19
2. Menetapkan program peningkatan kemampuan professional guru yang diperlukan
untuk mengatasi kekurangan, kelemahan, kesulitan, dan masalah-masalah yang
sering kali dimiliki atau dialami guru kelas dan guru mata pelajaran
3. Merumuskan tujuan program peningkatan kemampuan professional guru yang
diharapkan dapat dicapai pada akhir program pengembangan.
4. Menetapkan serta merancang materi dan media yang akan digunakan dalam
peningkatan kemampuan professional guru kelas dan guru mata pelajaran.

E. Peningkatan Kemampuan Profesional Guru MelaluiSupervisi Pendidikan


Menurut Sergiovanni (1987), ada tiga fungsi supervise pendidikan di sekolah, yaitu
fungsi pengembangan, fungsi motivasi, dan fungsi kontrol
1. Dengan fungsi pengembangan berarti supervise pendidikan, apabila dilaksanakan
dengan sebaik-baiknya, dapat meningkatkan keterampilan guru dalam mengelola
proses pembelajaran
2. Dengan fungsi motivasi berarti supervise pendidikan, apabila dilaksanakan dengan
sebaik-baiknya, dapat menumbuh kembangkan motivasi kerja guru

F. Peningkatan Kemampuan Profesional Guru Melalui Program Sertifikasi


Pembinaan bagi guru tidak hanya sekedar dalam bentuk supervise, seperti
kunjungan kelas, labolatorium kurikulum, perpustakaan jabatan, dan melalui teknik
supervise lainnya, melainkan juga melalui program sertifikasi.

G. PeningkatanKemampianProfesional Guru Melalui Program Belajar


Tujuan program tugas belajar terdapat 3 yaitu,
a. Meningkatkan kualifikasi formal guru sehingga sesuai dengan peraturan
kepegawaian yang diberlakukan secaranasional maupun yayasan yang menaunginya
b. Meningkatkan kemampuan professional para guru sekolah dasar dalam rangka
meningkatkan kualitas penyelenggaraan pendidikan di sekolah dasar

H. Rangkuman
Semua komponen dalam sistem pendidikan sekolah dasar tersebut sangat penting dan
menentukan keberhasilan pencapaian tujuan institusional. Namun semua komponen

20
tersebut tidak akan berguna secara maksimal bagi penyelenggaraan pendidikan di sekolah
dasar tanpa adanya guru yang professional.
Semua guru di sekolah dasar harus professional. Pentingnya peningkatan kemampuan
professional guru di sekolah dasar dapat ditinjau dari beberapa sudut pandang, ditinjau dari
perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi pendidikan, kepuasan dan moral kerja,
keselamatan kerja guru, dan peranannya yang demikian penting dalam rangka
implementasi manajemen peningkatan umum berbasis sekolah di sekolah dasar.
Tujuan akhir peningkatan kemampuan professional guru adalah bertumbuh
kembangnya profesionalisme guru. Oleh karena itu, peningkatan kemampuan professional
guru di sekolah dasar seharusnya diarahakan pada pembinaan dan sekaligus pembinaan
komitmennya.

BAB V. Pembinaan Moral Kerja Guru Sekolah Dasar


A. Pentingnya Pembinaan Moral Kerja Guru
Moral kerja yang tinggi akan mempertinggi produktivitas kerja seseorang. Ini
berarti bahwa ada hubungan antara moral kerja dengan produktivitas. Ini berarti pula
bahwa seorang guru yang memiliki moral kerja yang tinggi akan produktif, yaitu
menghasilkan sesuatu yang lebih baik dari hasil kerjanya dalam rangka mencapai tujuan
pendidikan.

B. Pengertian Moral Kerja


Secara umum moral kerja dapat diartikan sebagai suatu sikap dan tingkah laku yang
terwujud dalam bentuk semangat seseorang dalam kerjanya. Seseorang yang memiliki
moral kerja yang tinggi kemungkinan besarakan menghasilkan sesuatu yang lebih banyak
dan lebih baik. Apabila seseorang itu memiliki kemauan yang sungguh-sungguh untuk
mewujudkan suatu hasil, tampak pada orang tersebut suatu sikap dan tingkah laku yang
bersemangat untuk mewujudkan suatu hasil.

C. Pengertian dan Tujuan Pembinaan Moral Kerja Guru


Menurut penulis, pengertian sederhana pembinaan moral kerja guru adalah segenap
usaha membina dan meningkatkan semangat dan kegairahan kerja guru-guru agar mereka
lebih berprestasi dalam melaksanakan tugasnya. Tujuan pembinaan moral kerja adalah

21
agar guru memiliki moral kerja yang tinggi. Ada beberapa indicator untuk menunjukkan
tinggi rendahnya moral kerja.

D. Berbagai Teori Kebutuhan


Telah ditegaskan bahwa pembinaan moral kerja guru pada prinsipnya merupakan
segenap usaha pemberian dorongan kepada guru-guru. Setiap manusia pasti memiliki
kebutuhan-kebutuhan tertentu. Yang diharapkan dapat terpenuhi melalui pekerjaannya.
Kebutuhan-kebutuhan seseorang ini diharapkan dicapai melalui pekerjaan.

E. Apa yang diinginkan Guru MelaluiKerjanya


Kimball Wiles menegaskan bahwa ada delapan hal yang diinginkan oleh guru melalui
kerjanya, yaitu adanya rasa aman dan hidup layak, kondisi kerja yang menyenangkan, rasa
diikut sertakan, perlakuan yang wajar dan jujur, rasa mampu, pengakuan dan penghargaan
atas sumbang, ikut ambil bagian dalam pembentukan kebijakan sekolah, dan kesempatan
mempertahankan self respect.

F. Alternatif Pembinaan Moral Kerja Guru


Setelah dilakukan analisis teori kebutuhan dasar manusia secara umum dan
keinginan-keinginan guru, selanjutnya adalah bagaimana implikasi dalam pembinaan
moral kerja guru agar mereka selalu produktif, dan siap menerap kan manajemen
peningkatan mutu berbasis sekolah.

22
BAB III

PEMBAHASAN/ANALISIS

A. PEMBAHASAN BUKU
Etika profesi sangatlah di butuhkan dalam bergai bidang khususnya dalam bidang
pendidikan. Etika profesi masuk ke dalam materi pembelajaran pada setiap jurusan
perguruan tinggi di indonesia. Setiap bidang proses yang di kerjakan memiliki bidang
profesi yang di kerjakan memiliki sejumlah aturan yang mengatur kegiatan di dalam
profesi tersebut. Profesi adalah pekerjaan yang dilakukan sebagai kegiatan pokok untuk
menghasilkan nafkah hidup untuk mengandalkan keahlian. Sedangkan etika profesi adalah
sikap etis sebagai bagian integral dari sikap hidup dalam menjalankan kehidupan sebagai
pengemban profesi. Jadi,Dalam rangka proses peningkatan mutu pendidikan berbasis
sekolah diperlukan guru, baik secara individu maupun kolaboratif untuk melakukan
sesuatu, mengubah “status quo” agar pendidikan dan pembelajaran menjadi lebih
berkualitas.

Guru profesional adalah guru yang mampu mengelola dirinya sendiri dalam
melaksanakan tugas-tugasnya sehari-hari. Profesionalisasi guru tersebut dipandang sebagai
suatu proses yang bergerak dari ke tidak tahuan (ignorance) menjadi tahu, dari ke tidak
matangan (immaturity) menjadi matang, dari diarahkan oleh orang lain (other-
directedness) menjadi mengarahkan diri sendiri. Semua guru di sekolah dasar harus
professional. Pentingnya peningkatan kemampuan professional guru di sekolah dasar dapat
ditinjau dari beberapa sudut pandang, ditinjau dari perkembangan ilmu pengetahuan dan
teknologi pendidikan, kepuasan dan moral kerja, keselamatan kerja guru, dan peranannya
yang demikian penting dalam rangka implementasi manajemen peningkatan umum
berbasis sekolah di sekolah dasar.Kiat-Kiat Meningkatkan Profesionalisme Guru di
Sekolah Dasar, melalui Rekrutmen dan Pemberdayaan Guru Sekolah Dasar merupakan
cara efektif yang dapat dilakukan. Semua komponen dalam sistem pendidikan sekolah
dasar tersebut sangat penting dan menentukan keberhasilan pencapaian tujuan institusional.
Namun semua komponen tersebut tidak akan berguna secara maksimal bagi
penyelenggaraan pendidikan di sekolah dasar tanpa adanya guru yang professional. Proses
pendidikan merupakan kegiatan mobilisasi segenap komponen pendidikan oleh pendidik

23
terarah kepada pencapaian tujuan pendidikan. Kualitas proses pendidikan menggejala pada
dua segi, yaitu kualitas komponen dan kualitas pengelolaannya. Kedua segi tersebut satu
sama lain saling bergantung.

Adapun komponen-komponen yang saling berkesinambungan pada proses


pendidikan adalah Pendidik ialah orang yang memikul tanggung jawab untuk
membimbing. Pendidik berbeda dengan pengajar sebab pengajar berkewajiban untuk
menyampaikan materi pelajaran kepada murid, sedangkan pendidik tidak hanya
bertanggung jawab menyampaikan materi pengajaran, tetapi juga membentuk kepribadian
anak didik. Dan Non pendidik yang sering disebut sebagai tenaga kependidikan, serta
Materi pendidikan yang sering juga disebut dengan istilah kurikulum karena kurikulum
menunjukkan makna pada materi yang disusun secara sistematika guna mencapai tujuan
yang telah ditetapkan.

Jadi dapat disimpulkan,bahwa sebuah profesi hanya dapat memperoleh


kepercayaan dari masyarakat,bilamana dalam diri para elit profesional tersebut adanya
kesadaran kuat untuk mengindahkan etika profesi pada saat mereka ingin memberikan jasa
keahlian profesi kepada masyarakat yang memerlukan tanpa etika profesi, apa yang semula
dikenal sebagai sebuah profesi yang terhormat akan segera jatuh terdegradasi menjadi
sebuah pekerjaan pencarian nafkah biasa ( okupasi ) yang sedikitpun tidak diwarnai dengan
nilai-nilai idealisme dan ujung-ujungnya akan berakhir dengan tidak adanya lagi respek
maupun kepercayaan yang pantas di berikan kepada para elite profesional ini. Dan etika
profesi keguruan adalah ketentuan-ketentuan moral atau kesusilaan yang merupakan
pedoman bagi guru yang melakukan tugas di bidang keguruan.

24
B. REVIEW BUKU
Review Buku Utama:

Kelebihan:

➢ Buku ini sangat rinci dalam menjelaskan materi

➢ Aspek tampilan buku sangat menarik

➢ Buku ini sangat lengkap,di setiap bab menjelaskan tentang etika profesi keguruan dan
peran serta strateginya

Kekurangan:

➢ Terdapat beberapa kata yang salah dalam pengetikan sehingga membuat pembaca sulit
memahami kata demi kata

➢ Tidak terdapat berupa rangkuman dalam tiap bab pada buku pembanding

Review Buku Pembanding:

Kelebihan:

⚫ Buku ini memiliki penggunaan font cukup rapi dan berurutan

⚫ Isi materinya cukup lengkap dengan banyak kajian yang cukup menarik

Kekurangan:

⚫ Buku ini terdapat beberapa kalimat berulang

⚫ Ada kesalahan penulisan dalam kalimat sehingga sulit memahaminya

25
BAB IV

PENUTUP

A.Kesimpulan
Guru profesional adalah guru yang mampu mengelola dirinya sendiri dalam
melaksanakan tugas-tugasnya sehari-hari. Profesionalisasi guru tersebut dipandang sebagai
suatu proses yang bergerak dari ke tidak tahuan (ignorance) menjadi tahu, dari ke tidak
matangan (immaturity) menjadi matang, dari diarahkan oleh orang lain (other-
directedness) menjadi mengarahkan diri sendiri. Pentingnya peningkatan kemampuan
professional guru di sekolah dasar dapat ditinjau dari beberapa sudut pandang, ditinjau dari
perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi pendidikan, kepuasan dan moral kerja,
keselamatan kerja guru, dan peranannya yang demikian penting dalam rangka
implementasi manajemen peningkatan umum berbasis sekolah di sekolah dasar.

Jadi dapat disimpulkan,bahwa sebuah profesi hanya dapat memperoleh


kepercayaan dari masyarakat,bilamana dalam diri para elit profesional tersebut adanya
kesadaran kuat untuk mengindahkan etika profesi pada saat mereka ingin memberikan jasa
keahlian profesi kepada masyarakat yang memerlukan tanpa etika profesi, apa yang semula
dikenal sebagai sebuah profesi yang terhormat akan segera jatuh terdegradasi menjadi
sebuah pekerjaan pencarian nafkah biasa ( okupasi ) yang sedikitpun tidak diwarnai dengan
nilai-nilai idealisme dan ujung-ujungnya akan berakhir dengan tidak adanya lagi respek
maupun kepercayaan yang pantas di berikan kepada para elite profesional ini. Dan etika
profesi keguruan adalah ketentuan-ketentuan moral atau kesusilaan yang merupakan
pedoman bagi guru yang melakukan tugas di bidang keguruan.

B.Saran
Demikian makalah CBR Profesi Kependidikan ini saya kerjakan. Saya menyadari bahwa
makalah ini masih jauh dari kata sempurna. Masih banyak terdapat kesalahan kata yang
kurang tepat dan pengetikkan yang kurang rapih. Untuk itu saya sangat menerima kritik
dan saran dari Ibu Dosen dan para pembaca makalah ini. Saya sangat berharap makalah ini
dapat bermanfaat dan menambah pengetahuan serta wawasan para pembaca. Saya akhiri
makalah ini dengan mengucapkan Terima Kasih.

26
DAFTAR PUSTAKA

Dr. Yasaratodo Wau, M.Pd. 2023. Profesi Kependidikan (Edisi Revisi 2023). Unimed
Press Universitas Negeri Medan
Saondiondi,suherman aris.2010.etika profesi keguruan.jakarta: PT Repika Aditama.

M. Pd., Ph. D. Surianyah,Drs. Ahmad &M. Pd, Ph. D Ahmad, Dr. Hj. Aslmiah& S. Pd., M.
Pd., Sulistiyana.(2015). Profesi kependidikan "perspektif guru profesional". Cetakan ke-
1.PT. RajaGapindo Persada

27

Anda mungkin juga menyukai