Anda di halaman 1dari 46

CRITICAL BOOK REVIEW

MK. PROFESI
KEPENDIDIKAN

PRODI S1 PTE-FT
Skor Nilai :

Buku Pertama

Profesi Keguruan, Dr. Amini, S.Ag, M.Pd, Oktober 2016

Buku Kedua

Dasar-dasar Kependidikan, Sutan Zantri Arbi dan Syahmiar Syahrun, 1992

Buku Ketiga

I Guidelines For Improving Classroom Management

NAMA MAHASISWA : MURDIANA


NIM : 5171131010

KELAS : Reguler B 2017


DOSEN PENGAMPU : Dr. Sukarman Purba, ST., M.Pd
MATA KULIAH : PROFESI KEPENDIDIKAN

PROGRAM STUDI S1 PENDIDIKAN TEKNIK ELEKTRO

FAKULTAS TEKNIK – UNIVERSITAS NEGERI MEDAN

MEDAN

MARET 2018
KATA PENGANTAR

Pertama-tama saya mengucapkan puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa ,
sebab telah memberikan rahmat dan karunia-Nya serta kesehatan kepada saya,
sehingga saya dapat mengerjakan tugas “CRITICAL BOOK REPORT”. Tugas ini di buat
untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah PROFESI KEPENDIDIKAN.

Tugas ini di susun dengan harapan dapat menambah pengetahuan kita


khususnya dalam Profesi Kependidikan. Saya tahu bahwa tugas yang saya kerjakan
ini belum sempurna maka dari itu saya mengharapkan kepada pembaca untuk
mengkritik dan memberi saran pada tugas saya ini. Atas perhatiannya saya
mengucapkan terima kasih .

Medan, Maret 2018

Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR...................................................................................................................... i
DAFTAR ISI..................................................................................................................................... ii

BAB I PENDAHULUAN............................................................................................................... 1
1.1 LATAR BELAKANG........................................................................................................... 1
1.2 TUJUAN................................................................................................................................. 1
1.3 MANFAAT............................................................................................................................ 1

BAB II IDENTITAS BUKU.......................................................................................................... 3


2.1 BUKU PERTAMA ............................................................................................................... 3
2.1 BUKU KEDUA...................................................................................................................... 3
2.3 BUKU KETIGA.................................................................................................................... 3

BAB IIIRINGKASAN ISI BUKU................................................................................................. 4


3.1 BUKU PERTAMA................................................................................................................ 4
3.2 BUKU KEDUA .................................................................................................................... 18
3.3 BUKU KETIGA................................................................................................................... 32

BAB IVKELEBIHAN DAN KEKURANGAN BUKU.............................................................39


4.1 BUKU PERTAMA ............................................................................................................. 39
4.2 BUKU KEDUA..................................................................................................................... 40

BAB VPENUTUP.......................................................................................................................... 41
5.1 KESIMPULAN ................................................................................................................... 41
5.2 SARAN ................................................................................................................................ 41

DAFTAR PUSTAKA..................................................................................................................... 42

LAMPIRAN

ii
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG


Guru merupakan sebuah profesi yangdidapatkan melalui proses
profesionalisasi seperti latihan dan pendidikan. Guru merupakan orang yang sangat
berpengaruh dalam proses belajar mengajar. Kelancaran proses belajar-mengajar
sepenuhnya berada dalam tanggung jawab para guru. Banyak orang yang
menganggap bahwa menjadi seorang guru sangatlah mudah. Persepsi ini sangatlah
tidak benar. Untuk menjadi guru yang profesional perlu adanya latihan-latihan
khusus yang dilalui oleh calon guru. Untuk itu bagi mahasiswa yang ingin menjadi
guru hendaklah mendalami ilmu profesi kependidikan ini.
Guru adalah seorang pemimpin yang harus mengatur, mengawasi dan
mengelola seluruh kegiatan proses pembelajaran di sekolah yang menjdi tanggung
jawabnya. Maka dari itu melalui mata kuliah profesi pendidikan ini mahasiswa
diharapkan lebih mendalami dan mengetahui hakikat profesi kependidikan itu
sebenarnya serta menjadikan mahasiswa menjadi calon guru yang dapat
menghasilkan murid-murid yang dapat menjadikan mereka sebagai penerus bangsa
ini.

1.2 TUJUAN
1. Agar mahasiswa calon guru lebih memahami bagaimana profesi kependidikan
itu sebenarnya
2. Menguatkan pemahaman mahasiswa mengenai betapa pentingnya
mempelajari profesi kependidikan bagi mahasiswa calon guru
3. Untuk mempersiapkan mahasiswa calon guru dapat memiliki kemampuan
dalam melaksanakan tugas di lembaga pendidikan kelak

1.3 MANFAAT
1. Mahasiswa dapat lebih memahami apa itu profesi kependidikan yang sebenar-
benarnya.

1
2. Agar Mahasiswa calon guru memiliki kemampuan dalam melaksanakan tugas
sehingga proses kegiatan belajar-mengajar berjalan lancar
3. Agar mahasiswa mengetahui betapa pentingnya mempelajari profesi
kependidikan ini untuk menjadi calon guru yang profesional

2
BAB II

IDENTITAS BUKU

2 1. BUKU PERTAMA

Judul buku : PROFESI KEGURUAN

Nama pengarang : Dr. Amini, S.Ag., M.Pd

Nama penerbit : Perdana Publishing

Tahun terbit : Oktober 2016

Kota terbit : Medan

ISBN Buku : 978-602-6462-27-5

2 2. BUKU KEDUA

Judul buku : DASAR-DASAR KEPENDIDIKAN

Nama pengarang : Sutan Zanti Arbi dan Syahmiar Syahrun

Nama penerbit : Departemen Pendidikan dan Kebudayaan

Tahun terbit : 1992

Kota terbit : Jakarta

2.3 BUKU KETIGA

Judul buku : I Guidelines For Improving Classroom Management ( e-book)

3
BAB III

RINGKASAN BUKU
3.1 BUKU PERTAMA (PROFESI KEGURUAN)

BAB I HAKIKAT PROFESI

1. Keguruan di Indonesia

Dedi supriadi (2003:c) menyatakan bahwa tidak ada pendidikan yang dapat
berlagsung tanpa guru, karena itu sejarah guru di Indonesia pun setua usia
pendidikan itu sendiri di negara ini.

2. Profesi dan Profesionalisme

Profesi adalah pilihan pekerjaan yang secara sengaja dipilih oleh orang
tertentu. Bila pekerjaan itu dilakukan dengan bertanggung jawab maka lahirlah
profesionalisme. Bila profesi adalah pilihan pekerjaan maka profesionalisme adalah
resiko yang harus diterima dari akibat pekerjaan tersebut.

3. Kode Etik Guru

kode etik dirumuskan adalah bertujuan untuk kepentingan anggota dan


kepentingan organisasi profesi itu sendiri.(Tarmizi,2010:73)

4. Manajemen Guru

Guru sebagai sebuah profesi maka ia terkait dan terikat dengan sistem
diluarnya, sistem tersebut adalah sistem pendidikan nasional. Ini artinya penataan
guru yang terkait dengan sistem lain akan menjadi bagian penting untuk kelancaran
tugas guru.

Penataan guru memang harus diawali dari perencanaan, pengelolaan,


penggambaran sampai pada evalusi dan bimbingan konseling.

5. Kerja dan Kinerja

Tugas guru berawal dari terbit matahari sampai terbenam matahari, artinya
selagi peserta didiknya ada dimuka bumi maka tugas guru akan terus ada.

4
Gambaran kerja guru pernah dituliskan bahwa jika guru dianalogikan dengan
sebuah tombah, maka ia adalah tombak bermata dua..

Bagaimana melihat kemampuan guru, tentu dari kerja guru yang didasarkan
pada tugas-tugas utama yakni mendidik dan mengajar serta membimbing anak didik
sehingga ia memenuhi kewajiban utamanya.

6. Kompetensi guru

Dalam UU No. 14 Tahun 2005 tentang guru dan dosen, dinyatakan bahwa guru
harus memiliki kompetensi, maka kompetensi yang dimiliki seorang guru adalah
kompetensi Pedagogik, Kompetensi kepribadian, Kompetensi profesional dan
kompetensi sosial.

7. Lembaga Pendidikan Tenaga Kependidikan

Secara individu guru merupakan orang yang memiliki kemampuan untuk


melaksanakan tugas yakni memberi pengajaran pada peserta didik. Namun besarnya
tuntunan masyarakat terhadap tugas guru, mengharuskan perlunya lembaga khusus
yang menangani guru dari sejak pengadaan, pengelolaan sampai pada pengendalian.

Membahas tentang bagaimana kaitan antara guru dengan Lembaga


Pendidikan Tenaga Kependidikan (LPTK) tentu sangat penting, dalam hal ini peran
sebagai “dapur” dimana guru fungsi dan perannya sangat jelas menjadi bagian dari
kualitas guru yang dihasilkan.

8. Lembaga Pembinaan Guru

Masalah terkait dengan mengajar adalah dimana berbagai perkembangan ilmu


pengetahuan, khususnya materi pengajaran selalu berubah, berkembang dan
beradaptasi dengan hal-hal baru.

BAB IIKEGURUAN DI INDONESIA

1. Guru dalam Sejaran

Ketika orang tua memiliki keterbatasan waktu, keterbatasan tenaga, keterbatasan


pengetahuan, sementara ia ingin anaknya memiliki waktu cukup untuk diberi

5
perhatian, tenaga yang lebih luas untuk memberi wawasan. Disaat itulah orang tua
sadar ia butuh orang lain mendampingi anak-anaknya.

Guru adalah orang-orang yang memiliki waktu secara khusus untuk


memberikan pendidikan dan pembelajaran pada anak didik. Guru adalah orang yang
mempunyai kemampuan baik tenaga dan fikiran untuk melatih berbagai
keterampilan anak demi masa depannya. Dan guru adalah orang memiliki
pengetahuan lebih luas, lebih mendalam atau bahkan lebih spesifik yang dapat
menghantarkan anak untuk mengarungi masa depan.

2. Guru pada Masa Penjajahan Belanda


Pemerintahan Hindia Belanda sendiri baru mulai membangun pendidikan guru
pada tahun 1852 dengan mendirikan Hollands-Inlandse Kweekschool (HKI) milik
pemerintah di Surakarta. (Dedi Supriadi, 2003:19)
Peran guru tidak daoat dielakkan lagi, sangat besar terpengarus dengan
keadaan ini. Hai ini terbukti dalan sejarah pendidikan Indonesia sejak zaman
penjajahan Belanda hingga saat ini, hubungan antara politik dan kebijakan
pendidikan begitu kuatnya, termasuk pada berbagai kebijakan tentang guru. (Dedi
Supriadi, 2003:4).
3. Guru pada masa Penjajahan Jepang
Guru memang dikenal memiliki kekuasaan yang sangat terbatas dari segi
geografikal artinya guru hanya memiliki kekuasaan sebatas ruang kelas. Hal ini
disadari betul oleh pemerintahan kolonial Jepang, sehingga kegiatan pendidikan tidak
luput dari bagian sistem penjajahannya.

4. Guru pada masa Kemerdekaan


Pada aspek fisiologi, arah dan isi kurikulum pendidikan, era ini juga mengulangi
apa yang dilakukan oleh era sebelumnya, yakni kepentingan politik sedemikian rupa
mengkooptasi dunia pendidikan. Kecuali untuk mata pelajaran yang relatif “bebas
muatan politik”” (seperti Matematika dan IPA), mata oelajaran IPS dan PMP/PPKN
pada jenjang pendidikan dasar dan menengah serta Pancasila dan Kewiraan Nasional
pada tingkat perguruan tinggi amat sarat dengan pesan-pesan politik yang
dikembangkan secara sempurna. (Dedi Dupriadi, 2003:18). Berpacu dengan

6
pembangunan bidang sosial, ekonomi dan pendidikan, adalah gambaran yang terjadi
pada masa awal kemerdekaan.
5. Guru pada masa kini

Tanda keseriusan pemerintah terhadap peran guru dalam pembangunan nasional,


kemudian dikeluarkanlah Peraturan Pemerintah RI Nomor 74 Tahun 2008 Tentang
Guru dan Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 16 Tahun 2005 tentang
Standar Kualifikasi dan Kompetensi Pendidik.
Inti dari pembahasan tentang regulasi pemerintah di atas, adalah bahwa ketika
guru mendapatkan hak dan eksistensinya secara proporsional, maka kewajiban dan
tantangan pun hadir di hadapannya.

BAB IIIPROFESI DAN PROFESIONAL GURU

1. Hakikat profesi dan profesionalisme


Bekerja dengan keberhasilan memerlukan keahlian, keahlian akan menjamin
bahwa tugasnya dapat dilakukan dengan baik, dan diselesaikan secara
bertanggungjawab. Inilah disebut dengan profesional, jadi jelas profesional adalah
orang yang ahli dalam bekerja serta bertanggungjawab. Parkay dan Stanford
(1992:410) seorang profesional adalah orang yang melakukan tugasnya dengan
keterampilan dan pemahaman seseorang profesional adalah seorang yang memiliki
tingkat kompetensi yang tinggi sehingga ia wajar mendapat bayaran keahlian yang
dimilikinya.
Sementara itu Yeager (1951:145-147) ciri-ciri pofesionalisme adalah ; 1)
pendidikan yang tinggi, 2) bertumbuh dalam tugas, 3) penghargaan diri terhadap
profesionalisme, 4) kebebaan akademik dan 5) keterlibatan dalam klub profesional.
Dalam uraian diatas dapat disimpulkan bahwa profesionalisme adalah satu
keadaan dimana seseorang memiliki pekerjaan secara terus-menerus dilakukan dan
dikembangkan.
2. Profesi dan profesionalisme guru
Guru sebagai sebuah profesi. Legalisasi pemerintah dengan Undang-Undang
nomor 14 tahun 2005, mengisyaratkan bahwa kedudukan guru harus memiliki

7
landasan hukum yang kuat. Bila guru telah diakui sebagai sebuah profesi, maka
pekerjaan guru dituntut menjadi profesional, parkay dan Stanford (1992:411-416)
ciri-ciri profesionalisme adalah : 1) monopoli pengetahuan dan pelayanan tertentu, 2)
tingkat otonomi yang tinggi, 3) membutuhkan masa pendidikan dan pelatihan yang
lama, 4) memberikan pelayanan tertentu dan mengembangkan kemampuan
(intelektual) dalam memberikan pelayanan, 5) memerintah diri sendiri, 6) anggota
organisasi bidang yang ditekuni, 7) memiliki keterampilan dan pengetahuan yang
tidak dimiliki umum, 8) menikmati tingkat kepercayaan masyarakat yang tinggi, 9)
mempersembahkan tingkat prestisi yang tinggi dibandingkan dengan imbalan uang..

BAB IVKODE ETIK GURU

1. Pengertian Kode Etik


Pekerjaan yang lebih baik, maka diperlukan standar atau aturan yang beku, dengan
tujuan aturan tersebut dapat dipedomani oleh semua orang yang terdapat dalam
pekerjaan tadi. Semakin baik aturan maka semakin mudah dilakukan, dan semakin
adaptif terhadap keadaan, kebutuhan bahkan tantangan yang ada. Aturan seperti
disebutkan diatas dalam pekerjaan profesional disebut dengan kode etik. Jadi kode
etik adalah aturan yang mengikat pada seorang ketika ia ingin melibatkan diri dalam
pekerjaan yang profesional.
Sutjipto mengutip pendapat R. Hermawan S. 1979, bahwa tujuan perlunya kode
etik pada satu profesi adalah:
 Untuk menjunjung tinggi martabat profesi
 Untuk menjaga dan memelihara kesejahteraan para anggotanya
 Untuk menigkatkan pengabdian para anggota profesi
 Untuk meningkatkan mutu profesi
 Untuk meningkatkan mutu organisasi profesi. (Sutjipto, 1994;31)
2. Kode Etik Guru di Indonesia
Menurut tarmizi (2011:75) kode etik guru Indonesia dapat dirumuskan sebagai
himpunan nilai-nilai dan norma-norma profesi guru yang tersusun dengan baik,
sistematik dalam suatu sistem yang utuh . kode etik guru Indonesia berfungsi sebagai
landasan moral dan pediman tingkah laku setiap guru warga PGRI dalam menunaikan

8
tugas pengabdiannya sebagai guru baik didalam maupun diluar sekolah serta dalam
pergaulan hidup sehari-hari di masyarakat.
Dapat disimpulkan bahwa kode etik pada profesi guru adalah memberikan
perlindungan bagi para guru dalam bekerja, mengembangkan karier baik di dunia
pendidikan, maupun di tengah-tengah masyarakat.

BAB VMANAJEMEN GURU

1. Perencanaan atau Merencanakan pembelajaran


a. Arti perencanaan pembelajaran
Pembelajaran adalah proses interaksi antara peserta didik dengan sumber dan
lingkungan untuk mendapatkan pengetahuan dan keterampilan baru sekaligus
membina sikap menuju kepribadian yang sempurna.
Perencanaan adalah menyusun langkah-langkah yang akan dilaksanakan untuk
mencapai tujuan yang telah ditentukan. Dengan perencanaan seorang guru dalam
melakukan rekayasa tentang apa yang akan diciptakan dikelas, sosok seperti apa
yang akan dihasilakn oleh kegiatan pembelajaran.
b. Bentuk-bentuk perencanaan pembelajaran
Silabus adalah komponen perencanaan dimana seorang guru menetapkan tujuan
pembelajaran apa yang harus dicapai dalam kegiatan baik secara keseluruhan
maupun tahapan-tahapan.
Seorang guru menyusun silabus berdasarkan standar kompetensi dan kompetensi
dasar yang ditetapkan oleh sekolah atau pemerintah. Rencana Pelaksanaan
Pembelajaran atau RPP, adalah rancangan pembelajaran untuk satu atau dua
mungkin juga tiga kali pertemuan. RPP adalah pecahan dari rancangan pembelajaran
silabus, maka bentuknya lebih rinci atau lebih detail dari silabus. Dalam silabus
terdapat identitas pembelajaran, tujuan dan materi apa yang akan diajarkan pada
pertemuan tersebut, bagaimana langkah-langkah tiap menit yang harus dilakukan
guru untuk menyampailkan materi, apa dan bagaimana penggunaan sumber dan
media pembelajaran, sampai pada penyusunan evaluasi atau penilaian, naskah dan
cara penggunaannya.
Cara menetapkan KKM adalah dengan melihat tiga hal yakni; kompleksitas, daya
dukung dan intake siswa. Kompleksitas artinya adalah kajian terhadap kesulitan dan

9
kerumitan dari setiap kompetensi dasar yang harus dicapai, daya dukung adalah
kemampuan sumber daya pendukung kegiatan seperti, keterseiaan sarana,
kemampuan dan kualifikasi guru, serta kepedulian pihak sekolah, kemudian intake
siswa artinya tingkat kemampuan rata-rata siswa diperoleh dari siswa tahun
sebelumnya, atau kemampuan siswa pada kelas dibawahnya.
c. Pentingnya perencanaan pembelajaran
Perencanaan pembelajaran perlu dilakukan untuk mengkoordinasikan komponen
pembelajaran berbasis kompetensi ; yakni kompetensi dasar, materi standar,
indikator hasil belajar, skenario pengajaran, dan penilaian berbasis kelas. (Abdul
Mujib, 2005:89)
2. Pengelolaan dan mengembangkan strategi
a. Arti strategi pembelajaran
Strategi adalah bagian dari komponen pembelajaran, itu artinya strategi turut
menentukan kesuksesan sebuah kegiatan pembelajaran. Strategi pembelajaran
merupakan pendekatan umum serta rangkaian tingkatan yang akan diambil dan
digunakan guru untuk memilih beberapa metode pembelajaran yang sesuai dalam
pembelajaran.
Secara sederhana strategi adalah pilihan-pilihan yang harus dibuat dan dilakukan
oleh guru tentang waktu, materi dam media agar tujuan pembelajaran dapat dicapai
secara efektif dan efisien.
b. Memilih dan mengembangkan strategi
Beberapa hal yang harus dipertimbangkan dalam memilih dan metepkan strategi
pembelajaran adalah sebagai berikut :
Berdasarkan materi dan tujuan, strategi dipilih dan ditetapkan harus dilihat dulu,
apakah sifat materi itu hanya fakta, konsep, prinsip atau prosedur. Strategi
dikembangkan harus melihat secara jelis sifat materi dan tujuannya.
Berdasarkan jumlah siswa, ketika mengajar untuk siswa dengan jumlah banyak
lebih dari 20 orang, maka strategi yang dikembangkan adalah pembelajaran
kelompok, sementara bila siswa kurang dari 20 atau dibawah sepuluh mungkin lebih
baik tutorial, bimbingan individu atau bahkan eksperimen dan lain sebaginya.

10
Beberapa contoh strategi pembelajaran adalah; ceramah tanya jawab, bercerita,
mendongeng, diskusi kelas, diskusi kelas, penelitian, membaca buku, curah pendapat,
mewawancarai tokoh, mengomentari gambar.
c. Menjadikan strategi bagian dari ciri pribadi
Guru yang kreatif adalah guru yang memiliki satu ciri khas dikembangkan dari
bakat dan kemampuannya, sehingga dia memiliki ciri khas cara mengajar.
Beberapa contoh untuk hal tersebut di atas adalah :
 Memulai pembelajaran dengan berdoa
 Bercerita dulu baru mulai pembelajaran
 Memanggil siswa dengan panggilan yang khas dan menyenangkan
 Membawa alat peraga yang khas buatan sendiri
 Selalu memberi petuah, nasihat yang baik
 Membuat penampilan yang menarik, unik tetapi mendidik dan lain sebagainya.
3. Pengembangan media dan sumber belajar
a. Arti media dan sumber belajar
Membuat sharon (2001;488) media adalah salah satu sarana komunikasi berasal
dari bahasa latin medium (diantara) istilah ini merujuk pada apa saja yang membawa
informasi di antara sebuah sumber materi dengan siswa adalah alat atau media. Jadi
media adalah alat bantu yang digunakan secara sengaja oleh guru dalam mencapai
tujuan pembelajaran.
b. Mengembangkan media dan sumber belajar
Media dan sumber belajar adalah pendukung utama proses kegiatan pembelajaran.
Mengembangkan media pembelajaran satu sisi adalah tugas sekolah, satu sisi adalah
tugas guru secara bersamaan. Namun juga harus diingat sebaik-baik apapun media
yang disiapkan bila tidak dirancang dengan baik, maka akan sia-sia. Termasuk
secanggih atau semahal apapun media bila tidak dikelola digunakan dengan strategi
yang tepat, maka akan menjadi sampah.

Untuk itu beberapa hal yang harus diperhatikan dalam mengembangkan media
dan sumber belajar adalah sebagai berikut;
 Kesesuaian media dengan materi yang akan dipelajarai
 Kesesuaian media dengan tujuan yang akan diperoleh

11
 Kesesuaian media dengan kemampuan siswa sebagai pengguna
 Kesesuaian media dengan kemampuan guru dalam menggunakannya
 Pentingnya media dan sumber belajar

4. Evaluasi terhadap proses dan hasil pembelajaran


a. Arti evaluasi pembelajaran
Evaluasi pendidikan adalah satu tindakan atau suatu proses untuk menentukan
nilai segala sesuatu dalam dunia pendidikan atau segala sesuatu yang ada
hubungannya dengan dunia pendidikan. (Wayan, 1986;1)
Sementara menilai adalah memberi identitas atau makna dari hasil ukur,
satuannya ada yang baku ada yang disesuaikan dengan tujuan penilaian.kegiatan
evaluasi menjadi bagian penting dari komponen pendidikan dan pembelajaran. Jadi
evaluasi akan turut menentukan keberhasilan pendidikan dan pembelajaran.
b. Memilih dan mengembangkan evaluasi pembelajaran
Menurut jenisnya penilaian terbagi dua yakni tes dan non tes. Tes dapat
dikembangkan dalam bentuk tertulis, lisan, perbuatan seperti unjuk kerja, proyek dan
hasil kerja. Sementara itu non tes dapat dilakukan dalam bentuk observasi sikap,
minat dan potofolio. Tentu masih banyak lagi jenis tes lainnya yang kini terus diteliti,
diuji coba dan dikembambangkan.
c. Pentingnya evaluasi untuk tindak lanjut
Penilaian yang dilakukan oleh guru terhadap siswa tentu bukan hanya sekedar
informasi tentang keberhasilan pembelajaran, akan tetapi lebih dari itu penilaian
akan memberikan berbagai hal terkait dengan siswa, masyarakat dan program
pendidikan secara keseluruhan. Khususnya untuk penilaian berbasis kelas, maka
beberapa manfaat yang didapat adalah sebagai berikut :
 Penilaian kelas, akan memberi umpan balik kepada siswa agar mengetahui
kekuatan dan kelemahan dalam proses pembelajaran.
 Penilaian kelas akan memberikan pantauan kemajuan dan mendiagnosa
kesulitan apa yang hadapi siswa dalam mempelajari satu materi
 Penilaian kelas sangat bermanfaat bagi guru yang merancang pembelajaran
berikutnya

12
 Penilaian kelas akan membrikan informasi pada orang tua dan masyarakat
tentang kegiatan pembelajaran
5. Bimbingan dan Konseling
a. Pengertian Bimbingan dan Konseling
Sesuai dengan SKB Mendikbud dan kelapa BAKN No. 0433/P/1993 dan No. 25
tahun 1993 tentang petunjuk Pelaksanaan Jabatan Fungsional Guru dan Angka
Kreditnya disebutkan bahwa kegiatan bimbingan disekolah disebut dengan
Bimbingan dan Konseling (BK) dan sebagai pelaksanaannya adalah guru
pembimbing. Bidang-bidang yang menjadi garapan BK itu adalah bidang probadi,
sosial, belajar dan karier, dengan fungsi layanannya meliputi fungsi pemahaman,
pencegahan, pengentasan, pemelihara dan pengembangan.
Adapun tujuan kegiatan BK di sekolah adalah untuk membantu siswa agar
mengenali potensi dirinya, mengenali lingkungan serta mampu merumuskan
perencanaan karier untuk masa depan.
b. Taksonomi Bimbingan
Terdapat 3 ragam bimbingan yakni; masing-masing bimbingan karier, bimbingan
akademik dan bimbingan pribadi-sosial. (WS. Winkel, 1991:124)
 Bimbingan karier adalah bimbingan yang dapat diberikan guru kepada siswanya
mengenai dunia kerja yang akan dipilih setelah tamat sekolah
 Bimbingan akademik adalah dimana guru memberikan pelayanan terhadap cara
belajar siswa, beberapa kelemahan yang dimili, kemudian cara mengatasinya, cara-
cara mengoptimalkan kemampuan agar dapat mencapai hasil belajar yang
maksimal
 Bimbimgan pribadi-sosial. Banyak yang dihadapi siswa, apakah itu persoalan
siswa dengan guru, siswa dengan siswa lain, siswa dengan orang tua atau juga
siswa dengan anggota masyarakat

BAB VIKERJA DAN KINERJA GURU

1. Guru dan Pekerjaan


Persepsi yang tepat terhadap tugas guru disebut dengan aspek kecerdasan
spritual. Menurut Sulung bahwa aspek kecerdasan spritual itu ada enam yakni
sebagai berikut :

13
1. Teladan kehidupan spritualitas sang guru
2. Mendoakan muridnya dunia dan akhirat
3. Ikhlas
4. Menasehati kebaikan
5. Diatas orang yang berilmu ada Yang Maha Ilmu
Aspek kecerdasan spritual itu akan muncul dengan sendirinya secara alami,
dimana guru yang memiliki bakat dan minat diramu dengan pendidikan akademik
yang memadai. Itu artinya seorang guru akan menyatu dengan pekerjaannya bila ia
memang memiliki bakat sejak kecil, memiliki minat ketika ia memiliki lingkungan
yang mendukung untuk itu, serta mengikuti pendidikan keguruan . dengan demikian
kecerdasan spritual akan benar-benar mendukung kualitas pekerjaan sebagai guru.
Sementara itu pada aspek yang kedua yakni aspek kecerdasan emosi terdiri atas :
1. Sabar 6. Percaya diri
2. Adil 7. Konsisten
3. Jujur 8. Memahami kejiwaan murid
4. Berani 9. Menghargai perbedaan
5. Penuh perhatian
Kecerdasan emosi setiap saat akan tampak apakah seorang guru memilikinya atau
tidak. Biasanya semakin panjang usia pekerjaan atau kedewasaan dalam bekerja,
maka kecerdaan emosi itu akan semakin matang pula. Jadi jelas seorang gutu yang
banyak pengalaman baik dalam mendidik, mengajar maupun melatih anak didiknya,
akan mendukung bagaimana kecerdasan emosi membentuk kualitas guru.
Pada aspek intelektual dijelaskan terdiri atas :
1. Cerdas dan berwawasan luas
2. Well prepared
3. Menguasai teknologi
4. Pandai berkomunikasi dalam bahasa asing, minimal bahasa internasional misalnya
bahasa inggris. (Sulung, 2008:43)
Aspek yang cenderung lebih bersifat personality ini adalah satu tanda dimana guru
memiliki proses yang tumbuh dan berkembang. Guru yang baik adalah mereka yang
setiap saat terus-menerus meningkatkan kualitas pengetahuan, keterampilan..

2. Indikator Kinerja Guru

14
Sebenarnya pelaksanaan penilaian kinerja guru dimaksudkan bukan untuk
menyulitkan guru, namun demikian sebaliknya penilaian kinerja guru dilaksanakan
untuk mewujudkan guru yang profesional, karena harkat dan martabat suatu profesi
ditentukan oleh kualitas layanan profesi yang berkualitas.

Sementara itu bila dilihat dari hasil penilaian kerja guru dapat dimanfaatkan untuk
menyusun profil kinerja guru sebagai input dalam menyusun program
Pengembangan Keprofesian Berkelanjutan.

BAB VIIKOMPETENSI GURU

1. Hakikat kompetensi guru


Kompetensi merupakan perpaduan antara pengetahuan, keterampilan dan
penerapan pengetahuan serta keterampilan tersebut dalam melaksanakan tugas
dilapangan kerja. Menurut Syaiful (59) kompetensi meliputi ; a. Keterampilan
melaksanakan tugas pokok, b. Keterampilan mengelola, c. Keterampilan
melaksanakan mengelola dalam keadaan mendesak, d. Keterampilan interaksi
dengan lingkungan kerja dan bekerjasama dengan orang lain, e. Keterampilan
menjaga kesehatan dan keselamatan.
Menurut Bloom et.al (1956:17) kompetensi dibedakan dalam tiga ranah yakni ; a.
Kompetensi kognitif, meliputi tingkatan penetahuan, pemahaman, aplikasi, analisi,
sintesi dan penilaian, b. Kompetensi afektif, meliputi pemberian respon, penilaian,
apresiasi, dan interaksi, c. Kompetensi psikomotorik, meliputi keterampilan gerak
awal, semi rutin, dan rutin.
Kompetensi tidak hanya mengukur satu aspek saja, akan tetapi banyak aspek,
sehingga semua hal yang dapat dilakukan oleh guru terkait dengan kegiatan
pendidikan dan pembelajaran dan memberi nilai bagi guru. Jelas kompetensi sangat
berhubungan dengan pekerjaan, kompetensi dapat dikembangkan, dibina dan diukur
apabila pekerjaan dapat dikerjakan. Tidak ada kompetensi bila tidak ada pekerjaan.
Seperti halnya kompetensi dapat diartikan sebagai hasil standar dari pekerjaan
atau standar dalam peran pekerjaan tertentu. (2005:28) salah satu tujuan pentingnya
standar bagi tugas guru adalah untuk memberi pelayanan kepada orang tua bahwa
anak-anak yang diserahkan kepada gur adalah dapat dipertanggungjawabkan. Untuk
itulah guru harus memiliki kompetensi atau memiliki standar pekerjaan.

15
2. Regulasi pemerintah tentang kompetensi guru
Dalam Undang-Undang No. 14 tahun 2005 tentang guru dan dosen Bab I, Pasal I
ayat 10, kompetensi adalah seperangkat pengetahuan, keterampilan, dan perilaku
yang harus dimiliki, dihayati dan dikuasai oleh guru atau dosen dalam melaksanakan
tugas keprofesionalan.

Sementara itu pada pasal 10 ayat 1 dijelaskan bahwa kompetensi guru


sebagaimana dimaksudkan adalah meliputi kompetensi pedagogik, yang diperoleh
melalui pendidikan profesi.
Keprofesionalan guru saat ini dapat diukur dengan beberapa kompetensi dan
berbagai indikator yang melengkapinya. Kompetensi-kompetensi yang meliputi
kprofesionalan guru (berdasarkan Undang-Undang No. 14 Tahun 2005, tentanng
Guru dan Dosen) dapat dilihat dari empat kompetensi yaitu :
1. Kompetensi pedagogik
2. Kompetensi kepribadian
3. Kompetensi profesional
4. Kompetensi sosial
Keempat kompetensi diatas memiliki indikator-indikator yaitu :
1. Kompetensi pedagogik : kemampuan dan pengelolaan pembelajaran peserta didik,
indikatornya :
a. Pemahaman wawasan atau landasan keperibadian
b. Pemahaman terhadap peserta didik
c. Pengembangan kurikulum/silabus
d. Perencanaan pembelajaran
e. Pelaksanaan pembelajaran yang mendidik dan dialogis
f. Pemanfaatan teknologi pembelajaran
g. Evaluasi proses dan hasil belajar
h. Pengembangan peserta didik untuk mengaktualisasikan berbagai potensi yang
dimilikinya
2. Kompetensi kepribadian : pemilikan sifat-sifat kepribadian, indikatornya :
a. Berakhlak mulia
b. Arif dan bijaksana

16
c. Mantap
d. Berwibawa
e. Stabil
f. Dewasa
g. Jujur

h. Menjadi teladan nagi peserta didik dan masyarakat


i. Secara objektif mengevaluasi kinerja sendiri
j. Mau dan siap mengembangkan diri secara mandiri dan berkelanjutan
3. Kompetensi profesional : kemampuan dalam menguasai pengetahuan bidang ilmu,
teknologi dan seni yang diampunya, indikatornya :
a. Materi pelajaran secara luas dan mendalam sesuai standar isi program satuan
pendidikan, mata pelajaran dan kelompok mata pelajaran yang akan diampunya
b. Konsep-konsep dan metode disiplin keilmuan, teknologi, atau seni yang relavan
yang secara konseptual menauingi atau koheren dengan program satuan
pendidikan
4. Kompetensi sosial ; indikatornya :
a. Berkomunikasi lisan, tulisan atau isyarat
b. Menggunakan teknologi komunikasi dan informasisecara fungsional
c. Bergaul secara efektif dengan peserta didik, sesama pendidik, tenaga
kependidikan, pemimpin satuan pendidikan, orang tua/wali peserta didik,
bergaul secara santun dengan masyarakat sekitar dengan mengindahkan norma
serta sistem nilai yang berlaku
d. Menerapkan prinsip-prinsip persaudaraan sejati dan semangat kebersamaan.

Tentunya kompetensi dan indikator ini dapat dijadikan acuan oleh siapapun yang
terkait dengan tugas guru, dengan manajemen guru, bahkan sampai pada penilaian
guru.

17
3.2 BUKU KEDUA (DASAR-DASAR KEPENDIDIKAN)

BAB IMANUSIA DAN KEBUTUHAN AKAN PENDIDIKAN

A. Hakikat Manusia dan Kebutuhn akan Pendidikan


1. Hakikat Anak sebagai Manusia : Pandangan Secara Umum
a. Pentingnya hakikat anak sebagai manusia
Urusan pertama pendidikan adalah manusia (Raka Joni, 1985:3). Konsepsi guru
tentang manusia akan mempengaruhi strategi serta teknik yang dipergunakan dalam
melaksanakan tugasnya. Bila konsepsi guru tentang anak didik adalah sebagai objek
yang dapat dibentuk menurut kehendak guru, maka strategi yang digunakan guru
tersebut akan berbeda dengan guru yang memandang anak didik sebagai manusia
yang telah mewarisi sesuatu dari kedua orang tuanya ketika ia dilahirkan. Maka
konsep kita tentang anak didik dapat diperoleh dengan mengkaji hakikat anak
tersebut sebagai manusia.
b. Hakikat anak sebagai manusia
Pada hakikatnya anak manusia ketika ia dilahirkan telah terbekali dengan
bermacam-macam potensi. Potensi adalah kemungkinan-kemungkinan untuk
berkembang yang belum merupakan kenyataan yang terpola untuk menghadapi
lingkungannya. Diantara potensi itu adalah intelektual, cipta, rasa, karsa, kesadaran
moral, keterampilan fisik dan perkembangan jasmani.
Seperti yang telah diuraikan diatas pada hakikatnya manusia telah mewarisi
potensi-potensi sewaktu ia dilahirkan. Potensi itu pada hakikatnya adalah baik, tetapi
dapat berkembang kearah yang tidak baik.
2. Kebutuhan Manusia akan Pendidikan
Kenapa manusia membutuhkan pendidikan ? anak manusia lahir dengan
bermacam-macam potensi. Agar potensi-potensi yang merupakan modal dasar dapat
berkembang sebagaimana mestinya, maka perlu bantuan, perlu bimbingan dan
pengarahan dari orang-orang yang bertanggung jawab. Ini berarti perlu diberikan
pendidikan.

18
Pendidikan tidak hanya berarti penyampaian pengetahuan, akan tetapi juga
merekomendasikan yang baik, nilai-nilai, dimana pengetahuan itu dipaksa atau
diarahkan pemanfaatannya dalam kehidupan.
Pandangan tentang manusia dapat dididik, menegaskan pada kita bahwa anak
manusia lahir membawa potensi yakni kemampuan berupa modal dasar bagi
kehidupan. Potensi akan berkembang selaras dengan perkembangan kebebasan
individu. Maka dari itu , manusia tidak akan menjadi manusia tanpa dimanusiakan.
B. Dimensi-dimensi Kemanusiaan
Empat dimensi kemanusiaan yaitu :
1. Manusia sebagai individu
Semua orang ingin memenuhi kehendak-kehendaknya, ingin mengaktualisasikan
dirinya, artinya mengembangkan potensi-potensi yang ada pada dirinya. Langeveld
(1979 :38) mengingatkan bahwaanak didik adalah seseorang yang ingin menjadi
seorang pribadi, ingin pribadinya sendiri.
Jadi, untuk mengembangkan dirinya, untuk mengaktualisasikan dirinya sebagai
individu, anak memerlukan pendidikan. Untuk mengembangkan kata hati yang luhur
dan halus, untuk menajamkan kata hatinya, untuk memupuk rasa tanggungjawab
yang penuh.
2. Manusia sebagai Makhluk Sosisial
Kilpatrick (1957:37) mengemukakan bahwa untuk hidup dalam artian yang benar-
benar manusiawi, setiap orang harus hidup besama dengan orang lain. Untuk tumbuh
dan berkembang secara wajar dan berhasil sebagai anggota kelompok sosialnya, anak
manusia memerlukan pendidikan.tujuan pendidikan adalah membantu
perkembangan sosial dani anak, agar dia mendapat tempat, menyesuaikan diri,
mampu berperan dan bekerjasama dengan masyarakat.
3. Manusia sebagai Makhluk susila
Langeveld (1979:78) menegaskan bahwa umat manusia mempunyai landasan
kesatuan dalam fakta, bahwa setiap orang pada hakikatnya mampu mengambil
keputusan sosial dan mengarahkan dirinya kepada itu dalam perilakunya.

Manusia sebagai Makhluk Beragama

19
Pendidikan agama lebih dari suatu pengkajian tentang agama. Tujuan untuk
mempelajari agama agar peserta didik merasa secara penuh hati dan taan melakukan
ibadah agamanya.
Metode-metode memperoleh pemahaman agama ada macam-macam, termasuk
pengajaran agama, sembahyang dan doa. Untuk menjalankan kehidupannya yang
religius, jelaslah anak memerlukan pendidikan, yang mendukung pengkajian-
pengkajian, latihan-latihan, ritual-ritual yang akhirnya diharapkan akan membantu
dia kearah penyatuan diri dengan Tuhan

BAB IIHAKIKAT PENDIDIKAN

A. Konsep dan Hakikat Pendidikan


1. Konsep Pendidikan
Batasan pendidikan yang banyak dipakai oleh para ahli mengartikan pendidikan
sebagai usaha yang disengaja dan sadar untuk mengembangkan kepribadian anak
untuk menjadi anggota masyarakat. Konsep pendidikan selanjutnya adalah konsep
pendidikan yang menyatukan semua kegiatan pendidikan, baik yang terjadi dalam
sekolah maupun yang terjadi diluar sekolah, secara terpadu yang berlangsung
sepanjang hayat. Konsep ini oleh Unesco terkenal dengan pendidikan seumur
hidup terpadu.
2. Konsep Pendidikan di Indonesia
Dalam landasan yuridis konsitusional kenegaraan yaitu Garis-garis Besar Haluan
Negara (GBHN/TAP MPR No.II/MPR/1988) dinyatakan sebagai berikut : Pendidikan
pada hakikatnya adalah usaha sadar untuk mengembangkan kepribadian dan
kemampuan didalam dan diluar sekolah dan berlangsung seumur hidup dan
dilaksanakan dalam lingkungan keluarga,sekolah dan masyarakat. Karena itu
pendidikan merupakan tanggung jawab bersama antara keluarga, masyarakat dan
pemerintah.
3. Hakikat pendidikan
Hakikat pendidikan tidak akan terlepas dari hakikat manusia, sebab urusan utama
pendidikan adalah manusia. Hakikat pendidikan dinyatakan oleh Raka Joni (1985)
sebagai berikut :

20
a. Pendidikan merupaka proses interaksi manusia yang ditandai oleh keseimbangan
antara kedaulatan subjek didik dengan kewibawaan pendidik
b. Pendidikan merupakan usaha penyiapan subjek didik menghadapi lingkungan
hidup yang mengalami perubahan yang semakin pesat
c. Pendidikan meningkatkan kualitas kehidupan pribadi dan masyarakat
d. Pendidikan berlangsung seumur hidup
e. Pendidikan merupakan kiat dalam menerapkan prinsip-prinsi ilmu pengetahuan
dan teknologi bagi pembentukan manusia seutuhnya.
Ki Hajar Dewantara, bapak pendidikan Nasional merumuskan pengelolaan situasi
pendidikan dengan asas pengendalian kependidikan yang terkenal dengan ajarannya
Tut Wuri handayani. Ajaran ini secara lengkap berbunyi : Tut Wuri handayani (Jika
dibelakang memberi dorongan ), Ing madyo mangun karso (Jika ditengah-tengah
membangkitkan hasrat untuk belajar), Ing ngarso sung tulodo (Jika didepan menjadi
teladan)
B. Faktor-fakto pendidikan
Dalam kegiatan atau proses pendidikan terdapat faktor-faktor pendidikan yang
dapat membentuk pola interaksi atau saling mempengaruhi. Faktor-fakto pendidikan
tersebut adalah seperti berikut :
1. Faktor tujuan
Tujuan merupakan faktor pendidikan yang memiliki posisi penting dalam
proses pendidikan. Macam-macam tujuan pendidikan yang diinginkan oleh pendidik
supaya dapat dicapai oleh subjek didik. Ada empat lingkungan tujuan pendidikan
yaitu :
 Tujuan umum pendidikan yakni manusia pancasila
 Tujuan Institusional (tujuan lembaga pendidikan)
 Tujuan kurikuler (tujuan bidang studi) mata pelajaran
 Tujuan instruksional (tujuan untuk setiapkegiatan) proses belajar-mengajar
2. Faktor pendidik
Pendidik adalah orang yang mempunyai tangung jawab dalam melaksanakan
pendidikan. Berdasarkan hal diatas kita dapat membedakan pendidik itu menjadi dua
kategori :
a. Pendidik menurut kodrat, yaitu orang tua

21
b. Pendidik menurut jabatan, yaitu guru
3. Faktor subjek didik
Raka Joni menyatakan bahwa hakikat subjek didik didasarkan pada empat hal
yakni : 1) subjek didik bertanggungjawab atas pendidikannya sendiri sesuai dengan
wawasan pendidikan seumur hidup. 2) subjek didik memiliki potensi, 3) subjek didik
memerlukan bimbingan individual, 4) subjek didik pada dasarnya merupakan insan
yang aktif menghadapi lingkungannya.
4. Faktor isi/ materi pendidikan
Berdasarkan tujuan pendidikan yang ingin dicapai, ditetapkan isi/materi
pendidikan yang relevan.kriteria atau syarat yang harus dipertimbangkan dalam
pemilihan isi/materi pendidikan yaitu : bahan / materi harus sesuai dan menunjang
tercapainya tujuan dan harus sesuai dengan peserta didik.
5. Faktor cara/metode dan alat pendidikan
Metode adalah cara yang berfungsi sebagai alat untuk mencapai tujuan. Ada
beberapa faktor penentu apakah suatu metode dapat digunakan atau kurang tepat
yaitu :
 Faktor murid (peserta didik) : pada kelas tertentu yang muridnya aktif dapat
menggunakan metode diskusi, sedangkan pada kelas yang muridnya pasif maka
metode diskusi kurang berhasil.
 Faktor guru juga menentukan efektif tidaknya suatu metode.
Sedangkan yang dimaksud dengan alat-alat pendidikan ialah segala sesuatu yang
secara langsung membantu terwujudnya tujuan pendidikan.
6. Faktor situasi lingkungan
Para ahli membedakan jenis lingkungan menjadi
 Lingkungan Alam
Yang dimaksud dengan lingkungan alam adalah segala sesuatu yang ada didunia
ini yang berada diluar diri anak yang bukan manusia, seperti binatang, tumbuh-
tumbuhan, iklim, air, gedung dan rumah
 Lingkungan sosial
Yang termasuk lingkungan sosial adalah semua manusia yang berada diluar diri
seseorang yang dapat mempengaruhi diri orang tersebut, baik secara langsung

22
maupun tidak langsung. Menurut tempat pelaksanaannya, lingkungan dibedakan
menjadi lingkungan keluarga, lingkungan sekolah dan lingkungan masyarakat.

BAB IIILANDASAN FILOSOFI PENDIDIKAN DI INDONESIA

A. Flsafat Pendidikan Pancasila


Pancasila adalah pandangan hidup bangsa Indonesia atau filsafah negara Republik
Indonesia. Pancasila merupakan norma tertinggi dalam negara kita. Dengan demikian
Pancasila dan kepribadian bangsa, pandangan hidup yang menjiwai sistem
kenegaraan dan kemasyarakatan Indonesia.
1. Filsafat dan Pendidikan
Yang dimaksud dengan filsafat disini adalah suatu sistem nilai-nilai, yakni suatu
pandangan hidup yang diyakini oleh seseorang yang dianggap sebagai kebenaran.
Bagi kita bangsa Indonesia, Pancasila telah menjadi pandangan dan cara hidup
bangsa. Ini berarti bahwa Pancasila merupakan landasan filsafat pendidikan di
Indonesia, atau landasan filosofisnya.
2. Pancasila sebagai Pandangan dan Cara Hidup Bangsa (Dasar dan Rasional)
Adapun nilai-nilai dasar didalam budaya Indonesia yang berkembang sejak awal
peradaban terutama meliputi : (a) adanya kesadaran ke-Tuhanan dan kesadaran
keagamaan, (b) kesadaran kekeluargaan, sebagai dasar dan kodrat terbentuknya
masyarakat, (c) kesadaran musyawarah mufakat dalam menentukan dan
memecahkan masalah bersama, (d) kesadaran gotong royong atau tolong menolong
dan (e) kesadaran tenggang rasa dan tepa selera.
Dari nilai-nilai tersebut maka terlihatlah tujuan pendidikan kita, yaitu berdasarkan
falsafah Pancasila. Oleh karena itu filsafat pendidikan kita adalah filsafat pendidikan
Pancasila.
3. Filsafat Pendidikan Pancasila
Didalam pembukaan Undang-Undang Dasar 1945, tersimpul cita-cita atau tujuan
nasional atau hasrat luhur rakyat Indonesia yang merupakan perwujudan jiwa dan
nilai Pancasila, yakni untuk mencerdaskan hidup bangsa. Untuk pencapaian tujuan
itu, wajarlah diusahakan secara melembaga didalam sistem pendidikan nasional
Pancasila.
Secara rinci kegunaan filsafat pendidikan Pancasila yaitu :

23
1. Filsafat pendidika menentukan arah pendidikan, sesuai dengan asas-asas
pandangan tentang hakikat manusia, harkat dan martabatnya dan kodrat sebagai
manusia
2. Filsafat pendidikan Pancasila dijadikan landasan filosofi dalam menentukan tujuan
pendidikan nasional.
3. Filsafat pendidikan Pancasila merupakan dasar dalam merencanakan dan
menyusun kurikulum
4. Filsafat dan tujuan pendidikan menyatukan segala upaya pendidikan, sehingga
merupakan suatu kontinuitas bagi perkembangan dan kemajuan anak.
B. Implikasi Filsafat Pancasila bagi Pendidikan
a) Sila Ketuhanan Yang Maha Esa
Sekolah sebagai lembaga formal berkewajiban membantu muridnya hidup sesuai
dengan agama yang diyakininya. Disamping itu sekolah juga mengembangkan sikap
saling menghormati kebebasan menjalankan ibadah sesuai dengan ajaran agamanya.
b) Kemanusiaan yang adil dan beradab
Dalam kegiatan belajar-mengajar, guru harus menghargai, adil dan
memperlakukan murid secara wajar sebagai individu yang mempunyai kelebihan dan
keterbatasan.
c) Persatuan Indonesia
Sekolah merupakan lembaga yang memupuk rasa kebangsaan. Sila ini dapat
dikembangkan kepada siswa dengan cara mengaitkan setiap mata pelajaran dengan
rasa cinta terhadap persatuan serta memperingati hari-hari kebangsaan, upacara
bendera, sumpah pemuda dan peristiwa-peristiwa lainnya.
d) Kerakyatan yang Dipimpin oleh Hikmat Kebijaksanaan dalam Permusyawaratan/
perwakilan
Dalam pelaksanaan kegiatan pembelajaran guru hendaknya memberi
kesempatan kepada murid-murid untuk mengemukakan pendapat. Guru harus
memberi kebebasan kepada murid untuk bergerak dalam mengerjakan tugas.
e) Keadilan sosial bagi Seluruh Rakyat Indonesia
Sila ini menyatakan bahwa manusia Indonesia menyadari hak dan kewajiban
yang sama untuk menciptakan keadilan sosial dalam kehidupan masyarakat
Indonesia.

24
BAB IVLANDASAN PSIKOLOGIS PENDIDIKAN

A. Konsep Dasar Psikologi


1. Pengertian
Istilah psikologi dialih bahasakan dari psychology (berasal dari bahasa Yunani).
Psychology terdiri dari dua kata yaitu psyche dan logos. Psyche dapat diartikan
sebagai jiwa, roh, mental. Logos berarti studi atau kalian ilmiah atau ilmu. Dengan
demikian psikologi adalah kajian ilmiah atau ilmu tentang jiwa, roh atau mental.
Dari segi makna psychology dapat diartikan sebagai berikut :” Psikologi adalah
kajian (studi) tentang tingkah laku/perbuatan (behavior).
2. Pentingnya Psikologi Dijadikan Landasan/dasar dalam Penyelenggaraan
Pendidikan di Sekolah
Didalam melaksanakan tugasnya sebagai pendidik, seorang guru harus berbuat
dalam cara yang sesuai dengan kondisi muridnya. Kondisi tersebut meliputi kondisi
Psycho-physic (Jiwa-raga).

B. PERKEMBANGAN ANAK
1. Hakikat Perkembangan Anak (Murid)
Didalam proses belajar mengajar, pengajaran harus dipusatkan pada murid, oleh
sebab itu hakikat murid perlu dipahami terlebih dahulu. Murid hendaklah dipandang
sebagai manusia yang bertumbuh dan berkembang yang mempunyai cita-cita. Kita
dapat mengharapkan bahwa anak dapat dididik dan diajar ke arah tujuan-tujuan
pendidikan tertentu. Bila konsepsi kita tentang murid bahwa pada hakikatnya
seorang anak mengandung kemungkinan untuk baik atau buruk, maka sebagai
pendidik kita harus mendorong dan mengenbangkan potensi-potensi positif yang
berguna baik untuk diri sendiri maupun orang lain.
2. Perkembangan Anak
a. Pengertian Perkembangan
Terdapat dua istilah yang sering disalahgunakan yaitu pertumbuhan dan
perkembangan. Pertumbuhan adalah suatu perubahan tingkah laku dalam diri
individu (seperti murid) yang bersifat material dan kuantitatif, misalnya

25
perpanjangan tulang. Perkembangan adalah perubahan fungsional dan kualitatif,
misalnya perubahan fungsi pikir dari yang kurang berkualitas menjadi berkualitas.
b. Hakikat Perkembangan Anak
Psikologi menyatakan bahwa perkembangan anak akan membantu kita
memahami hakikat perkembangan itu sendiri. Beberapa macam aliran mengenai
hakikat perkembangan anak menurut para ahli yaitu :
1. Pendapat Aliran Asosiasi
Aliran ini (salah seorang pakarnya adalah John Locke) berpendapat bahwa pada
hakikatnya perkembangan individu merupakan proses asosiasi
2. Pendapat Aliran Gestalt
Aliran ini berpendapat bahwa proses perkembangan individu merupakan proses
diferensiasi, yaitu yang pertama adalah keseluruhan, sedangkan bagian-bagian hanya
mempunyai arti sebagai bagia keseluruhan dalam kaitan fungsional dengan bagian-
bagian yang lain.
3. Pendapat Aliran Sosiologi
Aliran ini berpendapat bahwa perkembangan anak pada hakikatnya adalah proses
sosialisasi. Proses ini berlangsung sejak anak lagir yang dimulai dalam bentuk imitasi,
kemudian adaptasi dan akhirnya seleksi.
c. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Perkembangan Anak
1. Schopenhouer
Schopenhouer seorang tokoh aliran navitisme berpendapat bahwa seorang anak yang
lahir kedunia dilengkapi dengan pembawaan atau warisan baik atau buruk.
J.J Rousseau
seorang tokoh aliran naturalisasi, ia berpendapat bahwa semua anak yang baru
dilahirkan mempunyai pembawaan baik, faktor yang mempengaruhi perkembangan
anak adalah diri anak itu sendiri.
2. John Locke
Seorang pakar dari aliran empirisme berpendapat bahwa anak lahir kedunia
bagaikan kertas yang putih, faktor lingkunganlah yang paling besar pengaruhnya
untuk perkembangan seorang murid.
3. William Stem

26
Seorang pakar dari aliran konvergensi berpendapat bahwa faktor yang
mempengaruhi perkembangan seorang anak adalah kedua faktor yang telah
dikemukakan terdahulu yaitu faktor pembawaan dan faktor lingkungan.
d. Periodisasi atau Fase-fase Perkembangan
Periodisasi perkembangan berdasarkan psikologi untuk anak SD dikemukakan oleh
piaget, bahwa ia berpendapat bahwa anak usia 7 sampai dengan 12 tahun berada
pada fase operasional konkret.
e. Tugas Perkembangan
1. Pengertian
Tugas perkembangan adalah suatu atau sejumlah tugas yang timbul pada suatu
fase periode perkembangan tertentu dalam kehidupan seseorang.
2. Tugas perkembangan pada murid usia SD
a) Belajar keterampilan yang diperlukan
b) Mengetahui permainan yang biasa
c) Bermain dengan teman sebaya

d) Mempelajari peranan menurut jenis kelamin


e) Mengembangkan konsep-konsep yang penting dalam kehidupan sehari-hari
f) Mengembangkan sikap ke arah kelompok sosial.
C. Teori Belajar
1. Pengertian
Belajar adalah menambah dan mengumpulkan sejumlah pengetahuan (pendapat
tradisional). Dan belajar adalah perubahan tingkah laku (change in behavior)
(pendapat yang lebih modern)
2. Teori Belajar
a. Teori Belajar Menurut Ilmu Jiwa Daya
Daya ingat murid dilatih dengan menghafal fakta-fakta, demikian pula dengan
daya-daya yang lain dan penting tidak boleh dikesampingkan ialah latihan untuk daya
pikir murid. Daya-daya itu dapat digolongkan pada kognitif, emosi, konasi, kognisi,
afektif dan psikomotor.
b. Teori belajar Asosiasi

27
Teori ini lebih dikenal dengan teori S.R. Bond. “D” singkatan dari istilah Stimulus
yaitu setiap perangsang, situasi atau keadaan didalam atau diluar diri anak yang
bermain.
c. Teori Belajar Organisme atau Gestalt
Keseluruhan (gestalt) merupakan prinsip yang penting. Anak harus dipandang
sebagai suatu keseluruhan organisme yang dinamis yang senantiasa berinteraksi
dengan lingkungannya untuk mencapai tujuan-tujuan tertentu.
BAB V LANDASAN SOSIAL BUDAYA DARI PENDIDIKAN
A. Konsep Dasar Sosial Budaya
Berbicara mengenai masyarakat (sosial), berarti kita berbicara mengenai
kebudayaan. Kebudayaan merupakan hasil cipta, karsa dan rasa manusia, berupa
norma-norma, nilai-nilai, kepercayaan dan tingkah laku yang dipelajari dan dimiliki
oleh semua individu tertentu yang bersifat khusus.
Unsur universal ialah kebudayaan yang berlaku umum bagi setiap manusia dimuka
bumi ini. Unsur khusus adalah unsur-unsur yang terdapat dalam universal, misalnya:
bahasa, sistem pengetahuan, organisasi sosial, sistem peralatan dan teknologi, sistem
mata pencaharian, sistem agama dan kesenian.
B. Sekolah Sebagai Salah Satu Instusi Sosial
Proses-proses yang terjadi dalam kegiatan pendidikan di Indonesia merupakan
bagian dari mekanisme kerja sistem, yang selanjutnya akan mengarah adanya
struktur, pembagian peran serta fungsi-fungsi yang harus dilakukan oleh setiap
pemegang peran.
C. Peranan Sekolah sebagai Pewarisan dan Pemeliharaan Kebudayaan.
1. Peranan sebagai pewaris
Guru-guru di sekolah harus dapat berperan sebagai model kebudayaan yang dapat
digugu dan ditiru oleh murid-muridnya. Guru harus dapat pula mampu mengajarkan
nilai-nilai yang dianut atau yang diyakini oleh masyarakat tempat sekolah itu berada.
Pendidikan mengenai kedisiplinan, rasa hormat dan patuh pada pemimpin, kemauan
untuk bekerja keras, kehidupan bernegara, menghormati nilai-nilai perjuangan
bangsa perlu diajarkan pada murid. Dan sekolahlah yang berkompeten untuk tugas-
tugas pewarisan kebudayaan seperti ini.
2. Peranan sebagai Pemelihara

28
Sekolah harus pula berusaha melestarikan nilai-nilai budaya daerah tempat
sekolah tersebut berlokasi. Nilai-nilai yang masih layak dipertahankan harus
dipertahankan, misalnya penggunaan bahasa daerah, kesenian daerah dan budi
pekerti.

BAB VILANDASAN HUKUM DAN ARAH PENDIDIKAN NASIONAL

A. Landasan Hukum Pendidikan Nasional


Pancasila seperti yang tercantum dalam Pembukaan UUD 1945, merupakan
kepribadian, tujuan dan pandangan hidup bangsa Indonesia. Oleh karena itu acuan
yang harus menjadi dasar landasan hukum sistem pendidikan nasional adalah
Pancasila.
1. Perlunya Landasan Hukum bagi Penyelenggaraan Pendidikan
Tentu saja perhatian guru yang utama lebih diarahkan pada kebijaksanaan
pemerintah dibidang pendidikan dan pengajaran. Guru memiliki pedoman dan acuan
dalam melaksanakan tugasnya sehingga penyimpangan-penyimpangan dapat
dihindari. Kebijakan pemerintah dituangkan dalam berbagai bentuk ketetapannya,
merupakan landasan hukum bagi para guru dalam mewujudkan tugasnya. Ketetapan
tersebut harus dipahami oleh guru.
Guru tidak hanya terbatas memahami ketentuan berupa undang-undang pokok di
bidang pendidikan melainkan juga ketentuan lain seperti Undang-undang Dasar,
ketetapan MPR (GBHN), Keputusan Presiden, Peraturan Pemerintah, bahkan
kurikulum yang ditetapkan dengan keputusan Menteri dan kode etik guru yang
ditetapkan melalui suatu kongres. Ketentuan-ketentuan itulah yang merupakan
landasan hukum atau nperaturan perundang-undangan untuk mewujudkan kegiatan
pendidikan.
2. Landasan Hukum Pendidikan Nasional
Wild dalam kutipan Mohd. Noor Syam (1986:218), mengemukakan bahwa
nasionalisme dalam pendidikan terutama bertujuan memelihara dan memuliakan
negara. Sunaryo W. (1969:3) juga merumuskan pendidikan nasional adalah suatu
sistem pendidikan yang berlandaskan dan dijiwai oleh suatu filsafat hidup suatu
bangsa dan bertujuan untuk mengabdi pada kepentingan dan cita-cita nasional
bangsa tersebut. Dalam UUSPN tahun 1989 bab 1 pasal 1, ayat (2)

29
dicantumkan :”pendidikan Nasional adalah pendidikan yang berakar pada
kebudayaan bangsa Indonesia dan yang berdasarkan pada pancasila dan Undang-
undang Dasar 1945”.
3. Landasan, Arah dan Fungsi Pendidikan Nasional
Dalam pembukaan UUD 1945 dicantumkan bahwa filsafat negara kita adalah
pancasila. Pengalaman membuktikan bahwa Pancasila merupakan kepribadian,
tujuan dan pandangan hidup bangsa. Dengan demikian pedoman yang harus menjadi
sistem dasar pendidikan nasional adalah pendidikan Pancasila.
Pendidikan nasional mempunyai fungsi sebagai alat yang bertujuan untuk
mengembangkan pribadi, mengembangkan masyarakat, mengembangkan
kebudayaan dan pengembangan bangsa Indonesia untuk meningkatkan kehidupan
dan martabatnya sehingga tercapai kebahagiaan lahiriah dan batiniah.
Didalam UUSPN nomor 2 tahun 1989 bab II pasal 3 yang menyatakan bahwa fungsi
pendidikan nasional adalah mengembangkan kemampuan serta meningkatkan mutu
kehidupan dan martabat manusia Indonesia dalam rangka mewujudkan tujuan
nasional.
B. Pendidikan Nasioanl dan Ketentuan-ketentuan yang Mengikat (Landasan
Konstitusional dalam Pelaksanaannya)
Pendidikan nasional adalah berdasarkan Pancasila dan UUD 1945. Adapun
ketentuan-ketentuan hukum yang berseifat yuridis formal tentang sistem pendidikan
nasional berkenaan dengan dasar dan tujuan pendidikan yaitu :
1. Undang-Undang Dasar 1945 Bab XIII : tentang Pendidikan
Pasal 31 :
1) Tiap warga negara berhak mendapat pengajaran
2) Pemerintah mengusahakan dan menyelenggarakan satu sistem pengajaran
nasional, yang diatur dengan Undang-undang.
2. TAP MPRS Nomor XXVII/MPRS/1966 Bab II pasar 3
Tentang Tujuan Pendidikan :
Membentuk manusia Pancasila sejati berdasarkan ketentuan-ketentuan seperti
yang dikehendaki oleh Pembukaan dan Isi Undang-Undang Dasar 1945.
3. Pedoman Operasional Pelaksanaan Sistem Pendidikan Nasional

30
Isi kurikulum Pendidikan Dasar wajib memuat sekurang-kurangnya bahan kajian
dan pelajaran :
a. Pendidikan Pancasila
b. Pendidikan Agama
c. Pendidikan Kewarganegaraan
d. Bahasa Indonesia
e. Membaca dan Menulis
f. Matematika
g. Pengantar Sains dan Teknologi
h. Ilmu Bumi
i. Sejarah Nasional dan Sejarah Umum
j. Kerajinan Tangan dan Kesenian
k. Pendidikan Jasmani dan Kesehatan

BAB VIIHIERARKI TUJUAN PENDIDIKAN

A. Tujuan Pendidikan Nasional


Tujuan pendidikan nasional dalam UUSPN Bab II pasal 4 dicantumkan rumusan
tujuan pendidikan nasional sebagai berikut :
“Pendidikan nasional bertujuan mencerdaskan kehidupan bangsa dan
mengembangkan manusia seutuhnya yaitu manusia yang beriman dan bertaqwa
terhadap Tuhan Yang Maha Esa dan berbudi pekerti luhur, memiliki pengetahuan,
keterampilan, kesehatan jasmani dan rohani, kepribadian yang mantap dan mendiri
serta bertanggung jawab kemasyarakatan dan kebangsaan”.
B. Tujuan Pendidikan Lembaga
Tujuan pendidikan lembaga ialah tujuan yang harus diemban dan dicapai oleh
tujuan lembaga pendidikan atau sejenis tingkatan sekolah sebagai tujuan antara
untuk sampai pada tujuan pendidikan nasional.
Suatu lembaga pendidikan memiliki ciri-ciri khusus yang secara langsung
mewarnai tujuan pendidikan yang diembannya. Ciri tersebut perlu untuk :
memberikan rambu-rambu tentang arah, isi dan jenis usaha pendidikan dari lembaga
tertentu dan memberikan pembatasan tentang karakteristik siswa yang diterima
dilembaga itu.

31
C. Tujuan Kurikuler
Tujuan kurikuler merupakan penjabaran tujuan institusional yang harus dicapai
oleh setiap bidang studi pada lembaga pendidikan tertentu. Ini berarti kemampuan
tersebut dicapai oeh siswa setelah ia menyelesaikan program bidang studi yang
bersangkutan.
D. Tujuan Instruksional
Tujuan instruksional adalah tujuan yang paling rendah tingkatannya, sebab
langsung berhubungan dengan karakteristik anak didik. Tujuan instruksional adalah
tujuan setiap pokok bahasa pada bidang tertentu yang sudah ada dalam Garis-garis
Besar Program Pengajaran (GBPP). Tujuan Instruksional atau tujuan pengajaran
adalah rumusan pernyataan mengenai kemampuan atau tingkah laku yang
diharapkan dimiliki/dicapai siswa sekolah setelah ia mengikuti proses belajar-
mengajar. Dengan perkataan lain adalah hasil belajar yang diharapkan dikuasai oleh
siswa setelah mereka diberikan pengajaran oleh guru.

3.3 BUKU KETIGA(IGuidelines For ImprovingClassroom Management)


BAB I Societal Changes in the Twenty-First Century
While some are concerned that our students will be able to compete ina global
economy and believe that our economy is a function of how effectiveschools are at
preparing future workers, others disagree. “For individualstudents, school achievement is
only weakly related to subsequent workplaceperformance. And for nations, there’s little
correlation between average testscores and economic vigor.

Adapting Classrooms to Societal Changes


Though this is not a book on effective instruction per se, it is a given that
dynamiccurriculum and instruction are integral to and major partners in effectiveclassroom
management. Before you can consider curriculum, you mustbe aware of your students’
price point. A price point is the amount of moneya consumer is willing to expend on travel,
clothing, household items, and soon. It would be useless for a salesperson to attempt to sell
goods or servicesfor which the purchaser will not pay. For your students to “consume” the
curriculum, you must know that theirprice point is the content they are ready to learn
before you can plan curriculum.Content that is too easy or familiar and that which is too

32
advanced willlead to confusion and discontent that could lead to classroom
managementproblems. Curriculum and instruction also have to reflect the needs of the
twenty-firstcentury

BAB II Proactive Approaches toClassroom Management


Attributes of Twenty-First-Century Classroom Management
• Student-centered
• Shared control by all class members
• Student participation in making, implementing, and enforcing rules
• Constant feedback from teacher to students, from students to teacher, and from students
to students
• Increase in student responsibility
• Teacher helps student make good choices
• Teacher fosters student self-control
• Careful listening among all class members including the teacher
• Classroom atmosphere warm, friendly, and caring
• All class members have mutual respect for and support each other in aspirit of
cooperation
• All have a stake in the success of all other members
• All class members are bonded with each other

Movement Management
The teacher who can manage movement keeps the class active at an
appropriatepace. He has a sense of timing, knowing when to speed up, or change the
activity. There is an absence of slowdowns where the lesson comes to astandstill, or when
students do not have anything to do when they have finishedtheir work..
When extending Kounin’s preventive techniques to contemporary
classroommanagement, the teacher as coach and the students should remind
misbehavingstudents when their behavior is not supporting other class membersand
interferes with the learning of others. As such, this misbehavior will notfoster the
cooperation that will lead to the success of every student in the class,which is an integral
attribute for the twenty-first-century classroom.

33
The Students

It has been a criticism of teachers and administrators that they do not askthe right
questions when it comes to classroom management (Kohn, 2003).Kohn suggests that
instead of asking how we can get students to obey, weshould ask what our students need
and how we, as educators, can meet thoseneeds. Because we are focused on getting
students to conform, we fall backon practices of doing things to them as opposed to
working with them. Thissection will concentrate on working with students.

Creating a Positive Classroom Atmosphere

Besides the preventive measures described by Kounin (1970), there are


otherproactive techniques teachers can use to establish a successful learning
community.The most important of these is creating positive student-teacher andstudent-
student relationships in a classroom where all feel welcome and areresponsible for making
other class members welcome.
In constructing this positive classroom climate, three main factors shouldbe
considered. They involve the students, the teacher, and the learning environmentitself.

BAB III Reactive Approaches toClassroom Management


Educational Intervention Techniques for Handling Student Misbehavior

As stated previously, student ownership of all phases of managing the


classroomoffers the key to success. Effective practices in fostering this ownership consist
of student input; shared responsibility; student autonomy, control,and involvement; self-
regulation; and self-reflection. In addition, whenevermisbehavior occurs, you should
immediately analyze whether the students involvedunderstand their role in a positive and
supportive classroom environmentand the goals/objectives of instruction, and whether they
are engagedin meaningful activities. Following are methods for handling
misbehaviorproblems.
In the first statement the teacher tells Nicole how to behave. In the secondstatement, the
teacher rewards (praises) Martha’s positive behavior in the attempt to alert Nicole to the
behavior she is supposed to be demonstrating.

34
Praise may increase students’ dependence on the teacher, may cause studentsto lose
interest, and as a result, reduce achievement. Using too muchpraise is ineffective in getting
students to become self-managed because itinforms the students that they should behave
properly not for their ownsake but to please you. However, Dreikurs (1998) promoted the
practice ofpraising effort rather than performance because effort is within the
student’scontrol, whereas physical dexterity and innate ability that could lead to
higherperformance levels are not
BAB IV Being Thorough When Considering OtherManagement Factors in Your
Classroom
Managing Time
For a classroom to run smoothly, a teacher has to be able to manage time.Cotton
(1990) estimated that classroom time spent on instruction is slightlymore than half, with
the remainder spent on misbehavior problems. This isan enormous waste, especially since
the amount of time spent on teaching isdirectly correlated with student achievement
(Rosenshine, 1979; Karweit, 1988).In your own years as a student, think of how much
classroom time waswasted—time that could have been better spent on your learning. As a
teacher, you should spend more time to save time. There are several ways toaccomplish
this.
• Observe the sequence of normal daily activities and identify each. Establisha system that
is comfortable for you for every activity in the classroom,including acquiring and storing
materials, controlling inventory,planning effective lessons, dealing with attendance,
delegating chores,accommodating for missed learning when students are absent or out of
class, and shifting from one activity to another (transitions).

• Teach your students to set goals as well as timely methods for achievingthem. Share with
students how you set goals, and what you do to makesure they are attained.

BAB VMaximizing Preparationfor the Opening of School


Taking Action Ahead of Time
Think about how neat you keep your classroom (office, room, house). In astudy
conducted in the Netherlands, it was reported that when public areaswere kept neat,
citizens were less likely to make a mess (Schmid, 2008). Thisrelationship is likely
transferable to the classroom where students may keepthe room neater, if you do so.
Moreover, keeping your room neat eliminatesa lot of chaos that could lead to class

35
disruptions.There are several procedures for you to consider. Obtain your scheduleand, if
you teach elementary grades, the schedules of your students to determinewhen they will be
out of the room for special subjects or other planned instructional activities. Gather
information about your students, especiallyabout those who may have special needs.
Obtain any keys youwill need for doors, closets, or lockers and test the keys.Make sure that
you are fully aware of and review the policy and proceduresfor requesting classroom
repairs, accessing materials and supplies, completingpaperwork required of you, reporting
illness and accidents, releasing studentsearly, admitting students who are tardy, passing
through the halls, going tothe lunch room, implementing fire drills, and dismissing
students.
Managing the Physical Plant
In order to engage your students, you will have to consider what
accommodationsyou want your classroom to provide. Cangelosi (2004) offereda set of
criteria that one teacher, Ms. Del Rio, made to guide her classroomarrangement.
1. Quick and easy access for her between any two points in the room
2. A designated quiet area for students to engage in individualized work
3. A designated large group activity area for an entire class to congregate for
discussions, lectures, tutorial sessions, and media presentations
4. Small group activity areas for cooperative groups to conduct their business
5. Storage space for equipment and materials to be kept out of sight
6. A secure teacher’s desk in a location with a favorable vantage point
7. A silent reading room and mini-library that can comfortably accommodate
several students at a time
8. A time-out room for isolating students
9. A private room in which Ms. Del Rio can hold uninterrupted conferences
with individuals . . . when a class is not in session
10. A two-way communication device . . . with which she can quickly summon

BABVIDeveloping Professionally

A Framework for Acquiring Teaching Skills


Learning even the most basic skills takes time, and developing teaching skillsis a
lifelong endeavor. A framework for acquiring teaching skills was offeredby Joyce and

36
Showers (1995, 2002). This framework includes: theory exploration,demonstration,
practice with accompanying feedback, and adaptationand generalization.Theory
exploration. As a professional, the teacher must first understand theresearch, theory, and
reasoning behind the skills or strategies to be learned orimproved and the guiding
principles that oversee their use. You have alreadyaccomplished this knowledge by
reviewing the first five chapters and willaccomplish even more when you complete part 2.
You can further explore classroom management skills through additional readings and
discussions with colleagues.

Using the Power of Coaching Rubrics


To assist you in improving your classroom management skills and in acquiring
new ones, you will be provided throughout this book with a collection ofpersonal guided
observation instruments—coaching rubrics. They do exactlywhat their name implies by
coaching and guiding your performance. A coachingrubric is a set of criteria for
developing performance that will documentyour growth.Besides serving to summarize
important content throughout this book,coaching rubrics are self-reflective tools that serve
many functions. Coachingrubrics expose teachers to best practices (mastery performance);
offer amedium with which to internalize best practices; constantly remind teachersof best
practices; analyze present teaching performance; compare presentperformance to best
practices by identifying skills yet to be mastered; refinepresent skills; serve as tools for
acquiring a new repertoire of skills; fostercommunication and dialogue among colleagues
to continually identify excellentteaching criteria; provide a forum for discussing with
colleagues betterexamples of criteria; provide a structure for adjusting criteria and for
creatingnew rubrics when an innovation and/or new research emerges; evaluateteaching
skills after practice; and document growth.The coaching rubrics offered will empower you
to take control over your
BAB VIIThe Necessity for Reviewing/Acquiring
Specific Classroom Management Strategies
Studying this range of strategies will help you put into perspective the recommendationsin
the previous chapters so that you can deepen your professionalunderstanding regarding not
only what works, but also why it shouldwork.Based on the stages of moral development
offered by Kohlberg (1981),Churchward proposes four stages of discipline:

37
Stage 1: The power (recalcitrant behavior) stage in which might makesright. Students at
this stage require a lot of attention and are frequently defiant,refusing to follow directions.
By age four or five students usually progressbeyond this stage. However, some older
students may still function at thislevel.
Stage 2: The reward/punishment (self-serving behavior) stage. In this“what’s in it for me”
stage, students behave because there is a reward that theycan receive, such as candy, a
sticker, or free time, or behave properly becausethey do not like what may happen to them
if they don’t behave (scolding,withholding a reward, isolation). By eight or nine years of
age most studentstend to move beyond this stage.
Stage 3: Interpersonal discipline (mutual interpersonal) stage. At this levelstudents are
concerned with “how can I please you?” They behave because theyare asked to, want to be
liked, and care what others think of them. This stage is
representative of most students in middle/junior high school.
Stage 4: Social order (self-discipline) stage. Students who reach this level havea sense of
right and wrong. They can be left alone and still complete tasks. Manymiddle/junior high
school students function at this level occasionally, however, few do so consistently.
Although most students do not usually function at thisstage, they are close enough to it to
understand it.

38
BAB IV

KELEBIHAN DAN KEKURANGAN BUKU

4.1 BUKU PERTAMA (PROFESI KEGURUAN)


 Kelebihan Buku
Menurut saya, buku Profesi Keguruan yang dikarang oleh Dr. Amini, S.Ag.,
M.Pd memiliki kelebihan antara lain : sampul buku sangat menarik, sehingga
membuat pembaca ingin membaca buku tersebut. Buku ini diperuntukkan bagi
semua calon guru baik itu tingkat SD, SMP maupun SMA. Pada setiap bab terdapat
ringkasan pada masing-masing bab, terdapat cerita pengalaman seorang guru pada
setiap bab, terdapat penelitian yang berkaitan dengan bab tersebut serta cerita atau
kisah mengenai tokoh atau pemikir-pemikir Islam. Didalam setiap bab juga terdapat
tugas dan bahan diskusi sehingga membuat pembaca dapat lebih mendalami materi.
Diakhir bab 13 terdapat lampiran-lampiran, lampiran 1 terdapat tes
perubahan diri guru, lampiran 2 terdapat kode etik guru Indonesia, lampiran
3mterdapat literatur tentang profesi keguruan, lampiran 4 terdapat Undang-undang
mengenai guru, standar kualifikasi akademik dan kompetensi guru sehingga dapat
menambah wawasan bagi mahasiswa calon guru. Isi buku juga sangat mudah untuk
dipahami sehingga cocok untuk jadi buku panduan bagi mahasiswa calon guru.

 Kekurangan Buku
Menurut saya, buku Profesi Keguruan yang dikarang oleh Dr. Amini, S.Ag.,
M.Pd memiliki kekurangan antara lain :Penggunaan tanda baca kurang tepat. Banyak
kesalahan penulisan, misalnya pada bab 1 halaman 17 terdapat kesalahan penulisan
yaitu “tuga tugas” seharusnya jika ada kata ulang harus diberi kata penghubung
seperti “tugas-tugas”. Pada bab 2 halaman 31 terdapat teks berbahasa Inggris yang
membuat pembaca yang memiliki keterbatasan berbahasa Inggris sulit memahami isi
teks tersebut. Pada bab 3 halaman 40 terdapat kesalahan penulisan yaitu “si empunya
profesi” seharusnya “Si punya profesi”. Pada bab 5 halaman 65 terdapat kesalahan
penulisan yaitu “adalam” seharusnya “adalah”.

39
4.2 BUKU KEDUA (DASAR-DASAR KEPENDIDIKAN)
 Kelebihan Buku
Menurut saya, buku Dasar-dasar Kependidikan yang dikarang oleh Sutan Zanti
Arbi dan Syahmiar Syahrun memiliki kelebihan antara lain : Pada awal bab terdapat
sasaran yang ingin dicapai setelah mempelajari bab tersebut dan latar belakang bab
tersebut. Banyak istilah-istilah dalam bahasa Inggris misalnya change in behavior =
tingkah laku sehingga membuat pembaca akan bertambah kosa kata bahasa
Inggrisnya. Pada setiap akhir bab terdapat tugas dan latihan sehingga membuat
pembaca menjadi lebih mendalami isi materi dan disetiap akhir bab juga terdapat
daftar pustaka yang digunakan dalam pembahasan setiap bab. Diakhir buku terdapat
daftar bacaan yang disarankan untuk dibaca.
 Kekurangan Buku
Menurut saya, buku Dasar-dasar Kependidikan yang dikarang oleh Sutan Zanti
Arbi dan Syahmiar Syahrun memiliki kekurangan antara lain : Penggunaan sampul
yang kurang menarik. Terdapat kesalahan penggunaan tanda baca koma yaitu pada
bab 3 halaman 31. Banyak terdapat kesalahan pencetakan, misalnya pada bab 6
terdapat dua kali pencetakan, halaman 84 juga dicetak sebanyak dua kali sehingga
terjadi kesalahan pada halaman 84 sampai seterusnya.Isi buku ini lebih mengarah
untuk calon guru SD atau PGSD.Isi buku ini lebih mengarah kepada pendidikan bukan
kepada profesi kependidikan itu sendiri

40
BAB V

PENUTUP

5.1 KESIMPULAN
Setelah membandingkan kedua buku maka saya dapat menyimpulkan bahwa
buku pertama (Profesi Keguruan) lebih bagus digunakan dalam proses belajar
mengajar sebagai pedoman pembelajaran bagi mahasiswa calon guru karena lebih
mengarah kepada profesi kependidikan itu sendiri dari pada buku kedua (Dasar-
dasar Kependidikan) yang lebih mengarah kepada apa itu pendidikan dan apa itu
murid.
5.2 SARAN
Tak ada seorang pun yang sempurna, karena yang sempurna hanya dimiliki oleh
Tuhan Yang Maha Esa. Mungkin akan jauh lebih baik apabila menggunakan kata-kata
yang sederhana guna mencapai pemahaman yang lebih. Maka dengan itu apapun
yang penulis cantumkan pada Critical Book Report ini adalah untuk meningkatkan
pemahaman kita dalam memilih atau jika ingin belajar lebih cepat. Penulis
mengharapkan kritikan dan saran yang membangun.

41
DAFTAR PUSTAKAN

Wau Yasaratodo, Profesi Kependidikan,Medan,Unimed Press,2018

Pusdiklat Depdiknas, Prinsip Prinsip Manajemen Pelatihan, Jakarta, Pusdiklat Pegawai


Depdiknas, 2003.

Ngainun Naim, Menjadi Guru Inspiratif, Yogyakarta, Pustaka Pelajar, 2009.

Subagio Atmodiwirio, Manajemen Pelatihan, Jakarta, Ardadizya Jaya, 2003.

Imam Suprayogo, Menuju Indonesia Baru, Malang, UIN Maliki Press, 2011.

Sukadi, Guru Masa Depan, Bandung, Qolbu, 2009.

Iskandar Agung, Meningkatkan Kreativitas Pembelajaran Bagi Guru, Jakarta, Bestari


Buana Murni, 2010.

Mardianto Naim, Menjadi Guru Inspiratif, Yogyakarta, Pustaka Pelajar, 2009.

Mardianto, Jendela Tujuh, Medan, Perdana Publishing, 2012.

Cicih Surtasih, Etika Profesi, Jakarta : Dirjen Pendis, 2012.

42
LAMPIRAN

BUKU PERTAMA

BUKU KEDUA

43

Anda mungkin juga menyukai