Anda di halaman 1dari 20

CRITICAL BOOK

REVIEW

MK. PENDIDIKAN
KEWARGANEGARAAN

PENDIDIKAN BAHASA
DAN SASTRA
INDONESIA

CRITICAL BOOK REVIEW

Pendidikan Kewarganegaraan untuk perguruan tinggi

(Apiek Bandana.2019)

Kapita Selera Kewarganegaraan

(Denny Setiawan dan Sri Yunita.2017)

Nama mahasiswa : Melva Manurung

NIM : 2183111002

Kelas : Reguler B 2018

Dosen pengampu : Dr.Yusna Melianti, M.H

PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA

FAKULTAS BAHASA DAN SENI

0
UNIVERSITAS NEGERI MEDAN
KATA PENGANTAR

Puji syukur kepada Allah Tuhan Yang Maha Esa, atas berkat rahmat-Nya.
Sehingga, penulis dapat menyelesaikan Critical Book Report untuk memenuhi tugas
Pendidikan Kewarganegaraan. Saya menyampaikan terimakasih kepada dosen di
Universitas Negeri Medan atas kesempatan yang telah diberikan kepada penulis untuk
mengerjakan tugas Critical Book Report ini dan kepada semua sahabat dan teristimewa
kepada orangtua yang telah memberikan dorongan dan doa kepada penulis dan juga
memberikan bantuan kepada penulis sehingga Critical Book Report ini dapat
terselesaikan.

Tak lepas dari kekurangan, penulis sadar bahwa Critical Book Report ini masih
jauh dari kata sempurna. Saran dan kritik yang membangun diharapkan penulis demi
karya yang lebih baik dimasa mendatang. Semoga Critical Book Report ini dapat
melengkapi tugas saya sebagai mahasiswa dan untuk mata Kuliah Penilaian Pembelajaran
Bahasa Indonesia.

Medan, 17 Oktober 2019

Melva Manurung

1
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.....................................................................................................1
DAFTAR ISI ...................................................................................................................2
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang ............................................................................................................3

1.2 Tujuan ........................................................................................ ................................3

1.3 Manfaat ........................................................................................ ..............................3

BAB II ISI BUKU

2. 1 Identitas Buku ............................................................................................................4


2.2 Ringkasan Buku Utama ..............................................................................................5
2.2 Ringkasan Buku Pembanding .....................................................................................7
BAB III PEMBAHASAN

3.1 Pembahasan Isi Buku ................................................................................................16


3.2 Keunggulan Buku .....................................................................................................16
3.2 Kelemahan Buku.......................................................................................................17
BAB IV PENUTUP

4.1 Kesimpulan ..............................................................................................................18


4.2 Saran ........................................................................................................................18
Daftar Pustaka ..............................................................................................................19

2
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Pendidikan merupakan salah satu aspek yang sangat penting dalam kehidupan, dimana
aspek yang menjadi subjek sekaligus objek yang penting dalam hal ini adalah peserta didik.
Setiap teori-teori dapat dikaji berdasarkan fase-fasenya untuk membantu memahami cara
belajar siswa dan cara mendidik siswa dalam sikap maupun tingkah laku peserta didik.

Berbagai cara dapat didakukan untuk mendapatkan informasi, salah satunya adalah
dengan membaca buku. Membaca adalah suatu kegiatan yang sangat penting bagi seorang
mahasiswa dalam proses belajarnya. Tidak hanya membaca buku, seorang mahasiswa juga
harus dapat menilai buku yang dibacanya apakah sudah baik atau belum. Kegiatan penilaian
ini dapat kita sebut dengan dengan ‘’Critical Book Review”. Sebelum melakukan penilaian
mahasiswa harus terlebih dahulu memahami isi buku yang dikritik kemudian dapat
membandingkannya dengan buku lain sebagai pembanding untuk menilai buku yang dikritik.

1.2 Tujuan
Tujuan dari pembuatan laporan ini sebagai berikut :
1. Memenuhi tugas CBR mata kuliah Pendidikan Kewarganegaraan.
2. Mengulas isi buku Pendidikan Kewarganegaraan.
3. Mencari dan mengetahui kelemahan dan kelebihan yang ada dalam buku.

1.3 Manfaat
Manfaat dari pembuatan laporan ini sebagai berikut :
1. Memperoleh hasil dari pengerjaan tugas mata kuliah “Pendidikan
Kewarganegaraan”.
2. Memperluas wawasan dan pengetahuan tentang Pendidikan Kewarganegaraan.
3. Mengetahui kelemahan dan kelebihan buku.

3
BAB II

ISI BUKU

2.1. Identitas buku 1

Buku 1

1. Judul : Pendidikan Kewarganegaraan Untuk Perguruan Tinggi


2. Penulis : Apiek Gandamana. S.Pd,. M.Pd.
3. Penerbit : CV. Harapan Cerdas
4. ISBN : 978-602-5799-42-6
5. Tahun Terbit : 2019
6. Urutan Cetakan : Cetakan Pertama
7. Dimensi Buku : 26 cm x 16,5 cm
8. Tebal Buku : 180 halaman + RPS ( 20 Halaman )

Buku II

1. Judul : Kapita Selera Kewarganegaraan


2. Penulis : Dr. Denny Setiawan, M.Si. dan Sri Yunita, S.Pd., M.Pd.
3. Penerbit : Larispa Indonesia
4. ISBN : 978-602-71584-1-2
5. Tahun Terbit : 2017
6. Urutan Cetakan : Cetakan Pertama
7. Dimensi Buku : 15, 5 cm x 24,5 cm
8. Tebal Buku : 128 halaman

4
2.2 Ringkasan buku

Ringkasan buku I

BAB I

HAKIKAT PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN

Pendidikan Kewarganegaraan dibentuk oleh dua kata ialah kata “Pendidikan” dan kata
“Kewarganegaraan”. Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana
belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi
dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, serta keterampilan
yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara. Secara konseptual istilah
5
kewarganegaraan tidak bisa dilepaskan dengan istilah warga negara. Pendidikan
kewarganegaraan merupakan terjemahan dari istilah asing Civic Education. Menurut Margaret
Stimman Branson Civic Education adalah satu komponn pendidikan penting yang mengajarkan
warga negara untuk mengambil bagian dalam kehidupan demokrasi publik.

BAB II

IDENTITAS NASIONAL

Konsep identitas nasional dibentuk oleh dua kata dasar “identitas “ dan “nasional”.
Dalam kamus besar Bahasa Indonesia, identitas berarti ciri – ciri atau keadaan khusus
seseorang atau jati diri. Kata nasional berasal dari kata “national” dalam KBBI “nasional”
berarti bersifat kebangsaan. Dalam konteks pendidikan kewarganegaraan, identitas nasional
lebih dekat dengan arti jati diri yakni ciri – ciri atau karakteristik, perasaan atau keyakinan
tentang kebangsaan yang membedakan bangsa Indonesia dengan bangsa lain.

Identitas nasional yang berasal dari kata “national identity” dapat diartikan sebagai
“kepribadian nasional” atau “jati diri nasional”. Konsep identitas nasional dalam arti jati diri
bangsa menurut Kaelan adalah nilai – nilai yang merupakan hasil buah pikiran dan gagasan
dasar bangsa Indonesia tentang kehidupan yang dianggap baik yang memberikan watak, dan
ciri masyarakat Indonesia.

BAB III

INTEGRASI NASIONAL

Istilah Integrasi nasional dalam bahasa Inggris adalah “National Integration”.


“Integration” berarti kesempurnaan. “nation” artinya bangsa sebagai bentuk persekutuan dari
orang – orang yang berbeda latar belakang. Integrasi nasional adalah upaya menyatukan
seluruh unsur suatu bangsa dengan pemerintah dan wilayahnya. “mengintegrasikan” berarti
membuat untuk atau menyempurnakan dengan tujuan menyatukan unsur – unsur yang semula
terpisah – pisah.Tentang Integrasi, Myron Weiner memberikan 5 definisi mengenai integritas

BAB IV

NEGARA DAN KONSTITUSI

Berikut ini konsep pengertian negara yang dikemukakan oleh beberapa ahli.

6
1. Reoger H. Soltau, negara adalah sebagai alat atau wewenang yang mengatur atau
mengendalikan persoalan – persoalan bersama atas nama masyarakat.
2. Harold J. Laskg y, negara adalah suatu masyarakat yang diintegrasikan karena
mempunyai wewenang yang bersifat memaksa.
3. Miriam Budiarjo, negara adalah suatu daerah teritorial yang rakyatnya diperintah oleh
sejumlah pejabat.

BAB V

HAK NEGARA DAN WARGA NEGARA

Warga negara dalam bahasa Inggris disebut Citizen, dalam bahasa Yunani Civics yang
berarti penduduk sipil. Menurut Aristoteles yang disebut warga negara adalah orang yang
secara aktif ikut mengambil bagian dalam kegiatan hidup bernegara.

Selanjutnya, Sri Wuryan dan Syaifullah menjelaskan bahwa warga negara dibagi ke dalam dua
golongan yaitu (1) yang menguasai atau yang memerintah, (2) yang dikuasai atau yang
diperintah.

BAB VI

DEMOKRASI

Secara istilah (Etimologi), kata demokrasi berasal dari bahasa Yunani “Demokratia”
yang berarti “Rule Of the People”. Dengan demikian demokrasi berarti kekuasaan atau
pemerintah ada di tangan rakyat. Dalam pembicaraan tentang demokrasi sering muncul istilah
kebebasan. Memang dalam Demokrasi terkandung kebebasan, tetapi kebebasan itu tidaklah
absolut, melainkan memiliki keterbatasan.Demokrasi merujuk kepada konsep kehidupan
negara atau masyarakat dimana warga ngara turut berpartisipasi dalam pemerintahan melalui
wakilnya yang dipilih.

BAB VII

NEGARA HUKUM

Menurut Aristoteles negara Hukum adalah Negara hukum adalah negara yang berdiri
di atas hukum yang menjamin keadilan bagi seluruh warga negara. Dari pendapat di atas dapat
dirumuskan pengertian negara hukum adalah negara dimana segala tindakan yang dilakukan

7
oleh pemerintah maupun warga masyarakat diatur oleh ketentuan hukum, setiap pelanggar
hukum akan dikenakan sanksi sebagaimana mestinya.

BAB VIII

WAWASAN NUSANTARA SEBAGAI GEOPOLITIK INDONESIA

Geopolitik berasal dari bahasa Yunani dari kata Ego dan Politik. “Ego” berarti Bumi
dan “politik” politein berarti kesatuan masyarakat yang berdiri sendiri “tein” yang berarti
urusan. Berdasarkan pengertian di atas geopolitik dapat diartikan sebagai sistem politik atau
peraturan – peraturan dalam wujud kebijaksanaan dan strategi nasional yang didorong oleh
aspirasi nasional geografik suatu negara.

BAB IX

KETAHANAN NASIONAL

Secara Etimologis, istilah ketahanan nasional berasal dari bahasa Jawa yaitu ‘tahan’
yang berarti kuat, tangguh, dan ulet. Kata nasional berasal dari bahasa Inggris yaitu ‘nation’
yang berarti bangsa yang telah bernegara.Pada tahun 1973 konsepsi ketahanan nasional
dimasukkan ke dalam (GBHN).

Ringkasan buku II

Bab II

Hakikat Pendidikan Kewarganegaraan

A. Pengertian Pendidikan Kewarganegaraan


Pengertian Pendidikan kewarganegaraan menurut Peraturan Menteri Pendidikan Nasional
No. 22 tahun 2006 tentang SI untuk Satuan Pendidikan Dasar dan Menengah adalah mata
pelajaran yang memfokuskan pada pembentukan warga negara yang memahami dan
mampu melaksanakan hak-hak dan kewajibannya untuk menjadi warga negara Indonesia
yang cerdas, terampil, dan berkarakter yang diamanatkan oleh Pancasila dan UUD 1945.

8
Menurut Brandon (1999:4) civic education dalam demokrasi adalah pendidikan untuk
mengembangkan dan memperkuat dalam pemerintahan otonom.
Berdasarkan beberapa pendapat tersebut dapat dikemukakan bahwa pendidikan
kewarganegaraan adalah suatu mata pelajaran yang merupakan satu rangkaian proses untuk
mengarahkan peserta didik menjadi warga negara yang berkarakter bangsa Indonesia,
cerdas, terampil, dan bertanggungjawab sehingga dapat berperan aktif dalam masyarakat
sesuai dengan ketentuan Pancasila UUD 1945.

B. Sejarah Pendidikan Kewarganegaraan


Di Indonesia sendiri perkembangan pendidikan kewarganegaraan telah muncul dengan
beberapa nama diantaranya pada masa orde lama (ORLA) yaitu kewarganegaraan (1957)
yang membahas cara memperoleh dan kehilangan kewarganegaraan, civics (1962) yang
membahas sejarah kebangkitan nasional dan Pendidikan kewargaan negara (1968),
Soemantri (dalam Wahab & Sapriya, 2011:295). Konsep pendidikan kewarganegaraan di
Indonesia tidak terlepas dari perkembangan civics atau ilmu kewarganegaraan di Amerika
Serikat sebagai negara asal pelajaran civics dan civic education. Tujuannya adalah
membentuk warga negara yang mengetahui sejarah bangsanya dan berjiwa patriotisme.
Selain itu perkembangan civics dan civics education di Indonesia juga tidak terlepas dari
pengaruh perkembangan civics dan civics education di dunia. Dalam konteks penyampaian
pembelajaran juga tidak dipungkiri bahwa muncul kesan bahan pembelajaran tersebut
dianggap doktrin. Hal tersebut adalah wajar mengingat bahwa pelajaran tersebut sudah
dianggap baik dan benar bagi sebagian besar penduduk. Sedangkan, di negara kita
Indonesia pembahasan mengenai economi civics and vocational civis masih sangat jarang
dikaji bahkan di masukan dalam buku PKn. Bila kita cermati berdasarkan sejarah
perkembangan kurikulum di Indonesia mengenai PKn khususnya dari tahun 1957 sampai
sekarang ternyata dua bidang kajian tersebut terlihat seperti diabaikan dan tidak dipahami
apalagi diberikan kepada siswa/ warga negara. Padahal untuk dapat berpartisipasi dalam
kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara, warga negara salah satunya harus
memiliki kesejahteraan ekonomi. Karena jika warga negara saja dalam kemiskinan,
bagaimana mau berpartisipasi dalam pemerintahan dan memikirkan negara, yang ada
hanyalah mereka memikirkan bagaimana untuk makan setiap harinya.
C. Tujuan Pendidikan Kewarganegaraan
Tujuan dari Pendidikan Kewarganegaraan diatur dalam Permendiknas
9
Nomor 22 Tahun 2006 tentang Standar Isi untuk Satuan Pendidikan Dasar dan
Menengah. Tujuannya adalah agar peserta didik memiliki kemampuan sebagai berikut:
a. Berpikir secara kritis, rasional dan kreatif dalam menanggapi isu kewarganegaraan.
b. Berpartisipasi secara aktif dan bertanggung jawab, dan bertindak secara cerdas
dalam kegiatan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara, serta anti-korupsi.
c. Berkembang secara positif dan demokratis untuk membentuk diri berdasarkan
karakter-karakter masyarakat Indonesia agar dapat hidup bersama dengan bangsa-
bangsa lain.
d. Berinteraksi dengan bangsa-bangsa lain dalam percaturan dunia secara langsung
atau tidak langsung dengan memanfaatkan teknologi informasi dan komunikasi.

D. Karakteristik Pendidikan Kewarganegaraan


Karakteristik merupakan suatu ciri khas yang menunjukkan adanya perbedaan dengan
lainnya yang diajarkan disekolahan pada umumnya. mengidentifikasi tiga komponen
penting dalam Pendidikan Kewarganegaraan, yaitu Civic Knowledge (pengetahuan
kewarganegaraan), Civic Skills (keterampilan kewarganegaraan), dan Civic Disposition
(watak-watak kewarganegaraan). Komponen pertama, civic knowledge “berkaitan dengan
kandungan atau nilai apa yang seharusnya diketahui oleh warganegara” (Bransons
1999:8). Aspekini menyangkut kemampuan akademik-keilmuan yang dikembangkan dari
berbagai teori atau konsep politik, hukum dan moral. Dengan demikian, mata pelajaran
Pendidikan Kewarganegaraan merupakan bidang kajian multidisipliner. Secara lebih
terperinci, materi pengetahuan kewarganegaraan meliputi pengetahuan tentang hak dan
tanggung jawab warga negara, hak asasi manusia, prinsip-prinsip dan proses demokrasi,
lembaga pemerintah dan non-pemerintah, identitas nasional, pemerintahan berdasar hukum
(rule of law) dan peradilan yang bebas dan tidak memihak, konstitusi, serta nilai-nilai dan
norma-norma dalam masyarakat.
Kedua, Civic Skills meliputi keterampilan intelektual (intelectual skills) dan keterampilan
berpartisipasi (participatory skills) dalam kehidupan berbangsa dan bernegara. Ketiga,
Civic Disposition (Watak-watak kewarganegaraan), komponen ini sesungguhnya
merupakan dimensi yang paling substantif dan esensial dalam mata pelajaran PKn.
Dimensi watak kewarganegaraan dapat dipandang sebagai "muara" dari pengembangan
kedua dimensi sebelumnya.

10
E. Ruang Lingkup Pendidikan Kewarganegaraan
Ruang lingkup mata pelajaran PKn untuk pendidikan dasar dan Menengah secara umum
meliputi aspek-aspek sebagai berikut:
1. Persatuan dan Kesatuan bangsa, meliputi: Hidup rukun dalam perbedaan
2. Norma, hukum dan peraturan, meliputi: Tertib dalam kehidupan keluarga, Tata
tertib di sekolah, Norma yang berlaku di masyarakat, Peraturan-peraturan daerah,
Norma-norma dalam kehidupan berbangsa dan bernegara, Sistim hukum dan
peradilan nasional, Hukum dan peradilan internasional.
3. Hak asasi manusia meliputi: Hak dan kewajiban anak, Hak dan kewajiban anggota
masyarakat, Instrumen nasional dan internasional HAM, Pemajuan, penghormatan
dan perlindungan HAM.
4. Kebutuhan warga negara meliputi: Hidup gotong royong, Harga diri sebagai warga
masyarakat, Kebebasan berorganisasi, Kemerdekaan mengeluarkan pendapat,
Menghargai keputusan bersama, Prestasi diri , Persamaan kedudukan warga negara.
5. Konstitusi Negara meliputi: Proklamasi kemerdekaan dan konstitusi yang pertama,
Konstitusi-konstitusi yang pernah digunakan di Indonesia, Hubungan dasar negara
dengan konstitusi.
6. Kekuasaan dan Politik, meliputi: Pemerintahan desa dan kecamatan, Pemerintahan
daerah dan otonomi, Pemerintah pusat, Demokrasi dan sistem politik, Budaya
politik, Budaya demokrasi menuju masyarakat madani, Sistem pemerintahan, Pers
dalam masyarakat demokrasi.
7. Pancasila meliputi: kedudukan Pancasila sebagai dasar negara dan ideologi negara,
Proses perumusan Pancasila sebagai dasar negara, Pengamalan nilai-nilai Pancasila
dalam kehidupan sehari-hari, Pancasila sebagai ideologi terbuka.
8. Globalisasi meliputi: Globalisasi di lingkungannya, Politik luar negeri Indonesia di
era globalisasi, Dampak globalisasi, Hubungan internasional dan organisasi
internasional, dan Mengevaluasi globalisasi.

BAB VI HAK DAN KEWAJIBAN WARGA NEGARA

A. Pengertian Hak dan Kewajiban


Menurut Prof. Notonegoro, hak adalah kuasa untuk menerima atau melakukan suatu yang
semestinya diterima atau dilakukan oleh pihak tertentu dan tidak dapat dilakukan oleh
pihak lain. Sedangkan kewajiban berasal dari kata wajib, artinya beban untuk memberikan
11
sesuatu yang semestinya dibiarkan atau diberikan oleh pihak tertentu dan dapat dituntut
secara paksa oleh yang berkepentingan.

B. Penduduk, Warga Negara dan Asas Kewarganegaraan


1.Penduduk dan Bukan Penduduk
Rakyat atau penduduk merupakan salah satu syarat untuk berdirinya suatu negara Rakyat
atau penduduk adalah semua orang yang bertempat tinggal atau mendiami wilayah suatu
negara dan tunduk terhadap peraturan dari kekuasaan di negara tersebut. Seseorang
dikatakan penduduk jika :
1.1) Disebut sebagai penduduk bila bertempat tinggal atau mendiami suatu wilayah
negara dalam jangka waktu yang cukup lama. Penduduk yang mempunyai status
kewarganegaraan dari wilayah negara yang bersangkutan dinamakan warga
negara, sedangkan yang menetap disebabkan oleh suatu pekerjaan dinamakan
warga negara asing.
1.2) Disebut sebagai bukan penduduk bila bertempat tinggal atau mendiami suatu
wilayah negara untuk sementara waktu (Yuliastuti, 2011:177).

2.Warga Negara dan Bukan Warga Negara

Karya warga berasal dari bahasa Inggris, citizen yang memiliki arti warga negara, sesama
penduduk, dan orang setanah air. Pengertian warga negara menurut para ahli :

a. Menurut A.S. Hikam, warga negara adalah anggota dari sebuah


komunitas yang membentuk negara itu sendiri.
b. Menurut Koerniatmanto, warga negara adalah anggota negara.
c. Menurut Austin Ranney, warga negara adalah orang-orang yang
memiliki kedudukan resmi sebagai anggota penuh suatu negara
(Yuliastuti, 2011 :178).

Dapat dikatakan:

a. Disebut warga negara, bila seseorang berdasarkan hukum adalah merupakan anggota
dari wilayah negara yang bersangkutan dengan memiliki status kewarganergaran asli
maupun keturunan asing.

12
b. Disebut bukan warga negara, bila seseorang berdasarkan hukum merupakan anggota
dari wilayah negara yang bersangkutan, tetapi tunduk pada kekuasaan pemerintah
negara lain.

2. Asas Kewarganegaraan
Setiap negara yang berdaulat, memiliki wewenang untuk menentukan
kewarganegaraan seseorang dengan berbagai cara, diantaranya:
a. Berdasarkan kelahiran
1)Asas ius sanguinis (asas hubungan darah/keturunan)
2)Asas ius solo (asas tempat/daerah kelahiran)
b. Berdasarkan perkawinan
1)Asas persamaan hukum
2)Asas persamaan derajat
3. Permasalahan asas kewarganegaraan
Terdapat dua problem yaitu :
a. Apatride, artinya seseorang yang tidak memiliki kewarganegaraan.
b. Bipatride, artinya seseorang yang memiliki dua kewarganegaraan.

C. Warga Negara Indonesia


1)Pengertian WNI
1. Menurut pasal 26 UUD Negara RI tahun 1945 memuat:

2. Warga Negara Indonesia ialah orang-orang bangsa Indonesia asli dan orang-orang bangsa
lain yang disahkan dengan UU sebagai warga negara.
3. Penduduk ialah warga negara Indonesia dan orang asing yang bertempat di Indonesia.
4. Hal-hal mengenai warga negara dan penduduk diatur dengan UU.
1) Menurut UU No. 12 tahun 2006 tentang
Kewarganegaraan mengenai ketentuan warga negara
Indonesia
2) Cara Memperoleh Kewarganegaraan RI

13
Menurut UU No. 12 tahun 2006 tentang
Kewarganegaraan, ada beberapa cara untuk memperoleh
status Kewarganegaran menjadi warga negara Indonesia.
3) Kehilangan kewarganegaraan RI
Pada UU No. 12 tahun 2006 dicantumkan mengenai
kehilangan kewarganegaraan RI.
D. Hak dan Kewajiban WNI
Hak warga negara adalah hak yang ditentukan dalam konstitusi negara sehingga hanya
berlaku pada negara yang bersangkutan. Sedangkan kewajiban warga negara adalah suatu
pembatasan yang timbul dalam hubungan antara manusia dengan sesamanya, manusia
dengan kelompoknya (masyarakat) maupun manusia dengan negara. Pengaturan mengenai
hak dan kewajiban warga negara secara jelas diatur dalam UUD Negara RI 1945.

BAB VII PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN SEBAGAI PENDIDIKAN


DEMOKRASI

A. Pengertian Demokrasi
Demokrasi secara etimologi berasal dari bahasa Yunani yaitu demos berarti
rakyat dan cratos atau cratein. Demokrasi adalah bentuk pemerintahan di mana
semua warga negaranya memiliki hak setara dalam pengambilan keputusan yang
dapat mengubah hidup mereka. Demokrasi mengizinkan warga negara
berpartisipasi—baik secara langsung atau melalui perwakilan—dalam
perumusan, pengembangan, dan pembuatan hukum. Demokrasi mencakup
kondisi sosial, ekonomi, dan budaya yang memungkinkan adanya praktik
kebebasan politik secara bebas dan setara.
B. PKn sebagai pendidikan demokrasi
Perubahan Indonesia menuju demokrasi jelas sangat dramatis dan Indonesia
mulai disebut-sebut sebagai salah satu demokrasi terbesar. perubahan demokrasi
tidak bisa lain mengikuti kecendrungan pertumbuhan dramatis demokrasi pada
tingkat internasional secara keseluruhan (Azra, 2002:8). Demokrasi sejati
memerlukan sikap dan perilaku hidup demokratis masyarakatnya. demokrasi
ternyata memerlukan syarat hidupnya yaitu warganegara yang memiliki dan
14
menegakkan nilai-nilai demokrasi, tersedianya kondisi ini membutuhkan waktu
lama, berat dan sulit. Oleh karena itu, secara substansif berdimensi jangka
panjang guna mewujudkan masyarakat demokratis diperlukan adanya
pendidikan demokrasi.
Pendidikan demkorasi pada hakekatnya adalah sosialisasi nilai-nilai demokrasi
yang bisa diterima dan dijalankan oleh warganegara. Pendidikan demokrasi
bertujuan mesyarakat berperilaku dan bertindak demokratis, melalui aktivitas
menanamkan kepada generasi muda akan pengetahuan, kesadaran dan nilai-nilai
demokrasi, dimana pengetahuan dan kesadaran akan nilai demokrasi itu meliputi
tiga hal. Pertama, kesadaran bahwa demokrasi adalah pola kehidupan yang
paling menjamin hak-hak masyarakat itu sendiri, demokrasi adalah pilihan
terbaik diantara yang buruk dalam pola hidup bernegara. Kedua, demokrasi
adalah sebuah learning process yang lama dan tidak hanya meniru dari
masyarakat lain. Ketiga, kelagsungan demokrasi tergantung pada keberhasilan
menstranformasikan nilai-nilai demokrasi pada masyarakat (Zamroni, 2001).
Suatu hal yang sangat penting dalam pendidikan demokrasi di sekolah adalah
mengenai kurikulum pendidikan demokrasi. kurikulum pendidikan demokrasi
menyangkut dual hal; penataan dan isi materi. Penataan menyangkut pemuatan
pendidikan materi dalam suatu kegiatan kurikuler (mata pelajaran), isi materi
berkaitan dengan kajian atau bahan apa sajakah yang layak dari pendidikan
demokrasi. Dimana dalam hal ini pendidikan demokrasi di Indonesia dikamas
dalam wujud Pendidikan Kewarganegaraan (PKn). Berdasarkan pengalaman
selama ini, justru PKn sebagai pendidikan demokrasi masih kurang mendapatkan
porsi dalam pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan. Apabila dewasa ini kita
telah sepakat bahwa pendidikan demokrasi penting bagi penumbuhan civic
culture untuk berbagai keberhasilan, pengembangan, dan pemelihararaan
pemerintahan demokrasi maka PKn sebagai pendidikan demokrasi mutlak
dijalankan dan diperluas di Indonesia.

15
BAB III
PEMBAHASAN

3.1 Pembahasan Isi Buku

Pada buku I Pendidikan Kewarganegaraan dibentuk oleh dua kata ialah kata pendidikan
dan kata kewarganegaraan. Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan
suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan
potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, serta
keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara secara konseptual istilah
kewarganegaraan tidak bisa dilepaskan dengan istilah warga negara. Pendidikan
kewarganegaraan merupakan terjemahan dari istilah asing Civic Education. Pada buku II
Pengertian Pendidikan kewarganegaraan menurut Peraturan Menteri Pendidikan Nasional No.
22 tahun 2006 tentang SI untuk Satuan Pendidikan Dasar dan Menengah adalah mata pelajaran
yang memfokuskan pada pembentukan warga negara yang memahami dan mampu
melaksanakan hak-hak dan kewajibannya untuk menjadi warga negara Indonesia yang cerdas,
16
terampil, dan berkarakter yang diamanatkan oleh Pancasila dan UUD 1945. Menurut Brandon
(1999:4) civic education dalam demokrasi adalah pendidikan untuk mengembangkan dan
memperkuat dalam pemerintahan otonom.Berdasarkan beberapa pendapat tersebut dapat
dikemukakan bahwa pendidikan kewarganegaraan adalah suatu mata pelajaran yang
merupakan satu rangkaian proses untuk mengarahkan peserta didik menjadi warga negara yang
berkarakter bangsa Indonesia, cerdas, terampil, dan bertanggungjawab sehingga dapat berperan
aktif dalam masyarakat sesuai dengan ketentuan Pancasila UUD 1945.

3.2 Keunggulan Buku


Keunggulan buku tersebut yaitu penjelasan yang bahasanya mudah dipahami sehingga
tidak menyulitkan si pembaca jika membaca buku tersebut karena penjelasan yang dimuat
cukup dapat mudah dipahami. Struktur penulisannya juga sudah bagus tidak berantakan. Maka
si pembaca juga akan lebih tertarik dalam membaca karena jika struktur penulisaannya tidak
bagus maka tentu si pembaca akan tidak tertarik atau terus.
Dari segi Kemutakhiran Masalah Masalah yang diangkat pada buku bukanlah hal yang baru
dalam ilmu penelitian. Mengingat mengenai kebudayaan pula informasi tentang hal tersebut
sudah sulit ditemukan. Dari segi isi yang dikaji dalam buku, sudah cukup mutakhir, sebab
mengenai kebudayaan pasti akan selalu dibahas.
Dari segi Originalitas Temuan pada umumnya, penelitian telah banyak dilakukan. Hanya saja,
penulis yang lain menggunakan teori yang berbeda dan objek yang berbeda dalam buku ini.
Kemudian, pemaparan dalam buku ini juga berbeda. Jadi, dapat dikatakan bahwa, temuan dari
penulis kali ini masih original.

3.2 Kelemahan Buku

Kelemahan buku tersebut yang saya lihat yaitu kurang menerapkan contoh-contoh dalam
kehidupan sehari-hari supaya si pembaca dapat atau lebih mudah mengerti dan menerapkannya
dan kurang adanya penunjang teori-teori agar lebih mudah meyakinkan si pembaca. Terdapat
pada topik tertentu pemaparan materi yang kurang terstruktur pembagian bagian-bagian suatu
topik baik pengklasifikasian atau pengelompokan. Serta masih terdapat kesalahan pengetikan
(Tipografi).

17
BAB IV

PENUTUP

A. Kesimpulan

Dari pembahasan review buku di atas, maka dapat kita simpulkan bahwa buku cukup layak
untuk diterbitkan. Semuanya dipaparkan penulis dalam bukunya dengan elemen-elemen yang
saling berhubungan yang satu dengan yang lain, memiliki kohesi dan koherensi yang tepat serta
memiliki implikasi terhadap teori atau konsep dan implikasi terhadap institusi. Mutakhir dari
segi isi, karena mengenai kebahasaan serta membaca dan menyimak akan selalu dibutuhkan
setiap mahasiswa untuk pegangannya dalam mengerjakan tugas yang bersangkutan. Secara
keseluruhan, isi buku menarik serta layak untuk dipergunakan.

18
B. Rekomendasi

Ditinjau secara keseluruhan buku ini sudah memasuki kriteria baik, namun ada sedikit
kesalahan penulisan dalam buku, baik dari segi penomoran maupun peletakan paragraf.
Alangkah lebih baiknya, perhatikan kerapian, struktur, tata bahasa meskipun itu hanya
segelintir saja.

DAFTAR PUSTAKA

Gandanama, A. 2019. Pendidikan Kewarganegaraan untuk perguruan tinggi. Medan:


Publisher

Setiawan Denny dan Yunita Sri. 2017. Kapita Selera Kewarganegaraan. Marisa Indonesia.

19

Anda mungkin juga menyukai