Anda di halaman 1dari 21

CRITICAK BOOK REVIEW

MK.MANAJEMEN BK
PRODI S1 BK-FIP

Skor nilai :

PANDUAN OPERASIONAL PENYELENGGARAAN BIMBINGAN DAN KONSELING SEKOLAH


DASAR (SD)
DAN
PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN REPUBLIK INDONESIA
BIMBINGAN DAN KONSELING PADA PENDIDIKAN DASAR DAN PENDIDIKAN MENENGAH

NAMA : SELVI
NIM : 1203151052
KELAS : BK REGULER E
DOSEN PENGAMPU : ARMITA SARI,S.Pd, M.Pd
MATA KULIAH : MANAJEMEN BK

PROGRAM STUDI BIMBINGAN DAN KONSELING


FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS NEGERI MEDAN
MARET 2021

1
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur marilah kita panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memeberikan
kesehatan jasmani dan rohani sehingga kita masih tetap bias menikmati indahnya alam
ciptaan-Nya.Sholawat dan salam tetaplah kita curahkan kepada baginda Habibillah
Muhammad Saw yang telah menunjukkan kepada kita jalan yang lurus berupa ajaran agama
dengan bahasa yang sangat indah.

Saya sangat bersyukur dalam pengerjaan tugas Critical Book Report(CBR),adapun tugas ini
dikerjakan untuk memenuhi tugas mata kuliah Manajemen BK. Apabila dalam penyusunan
CBR ini terdapat kesalahan berupa kata atau makna saya selaku penulis meminta maaf
sebesar-besarnya.Semoga kritikan dan saran yang pembaca berikan dapat membantu saya
untuk lebih baik kedepannya.

Selanjutnya,saya berharap CBR ini dapat memberikan manfaat,menambah wawasan


dan menambah referensi pembaca tentang Bimbingan dan Konseling untuk penulis maupun
para pembaca.

09 Maret 20

2
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR…………………………………………………………………………………………2
DAFTAR ISI……………………………………………………………………………………………………..3
BAB I.PENDAHULUAN
A. Rasionalisasi pentingnya CBR……………………………………………………………….4
B. Tujuan penulisan CBR…………………………………………………………………………..4
C. Manfaat CBR………………………………………………………………………………………..4
D. Identitas buku yang direview………………………………………………………………..4
BAB II.RINGKASAN ISI BUKU
A. POP BK ....................................................................................................... …………………5
B. Permendikbud No 111 tahun 2014 ................................................ …………………11

BAB III.PEMBAHASAN
A. Pembahasan isi buku…………………………………………………………………………..18
B. Kelebihan dan kekurangan buku………………………………………………………….19
BAB IV.PENUTUP
A. Kesimpulan…………………………………………………………………………………………20
B. Rekomendasi ……………………………………………………………………………………..20
DAFTAR PUSTAKA .............................................................................................. …………………21

3
BAB I
PENDAHULUAN
A. Rasionalisasi Pentingnya CBR
Dengan adanya tugas CBR,penulis dapat menguji kemampuan dalam meringkas
dan menganalisis sebuah buku serta dapat membandingkan buku yang dianalisis dengan
buku yang lain.

B. Tujuan Penulisan CBR


Untuk menyelesaikan tugas CBR pada mata kuliah Filsafat Pendidikan dan dapat
mengkritisi buku tentang filsafat serta dapat membandingkannya dengan buku lain yang
berbeda namun dengan judul yang sama.Selain itu,tujuan penulisan CBR ini untuk
melatih penulis berfikir kritis dan menambah wawasan.

C. Manfaat CBR
i. Menambah wawasan pengetahuan tentang Filsafat Pendidikan
ii. Mempermudah pembaca untuk memahami inti dari sebuah buku
iii. Melatih mahasiswa merumuskan serta mengambil kesimpulan dari buku yang
dianalisis
iv. Melatih mahasiswa berpikir kritis dan berwawasan luas

D. Identitas buku yang diriview


1. Judul : PANDUAN OPERASIONAL PENYELENGGARAAN BIMBINGAN
DAN KONSELING SEKOLAH DASAR
2. Edisi :-
3. Pengarang : Sumanrna Suryapranata, PhD.
4. Editor :-
5. Kota terbit : Jakarta
6. Tahun terbit : 2016
7. ISBN :-

4
BAB II
RINGKASAN ISI BUKU

A. Buku Panduan Operasional Penyelenggaraan Bimbingan dan Konseling (POP BK)


Sekolah Dasar (SD)
a. Latar belakang
Pendidikan pada sekolah dasar merupakan landasan penting dalam
pengembangan sikap, pengetahuan, dan keterampilan dasar yang diperlukan
oleh setiap peserta didik untuk menjadi pembelajar yang sehat, cukap, dan
percaya diri serta siap melakukan studi. Dalam penyelenggaraan program
bimbingan dan konseling di sekolah dasar, guru bimbingan dan konseling atau
konselor bekerja dalam tim bersama guru kelas, kepala sekolah, orangtua, dan
masyarakat untuk meciptakan kondisi pembelajaran yang kondusif dan
berhasil.
Peserta didik sekolah dasar berada pada usia emas perkembangan dan
merupakan masa membangun pengalaman belajar awal bermakna. Pada saat
ini peserta didik hidup dalam masyarakat semakin heterogen, teknologi
semakin canggih, dan kesempatan berkembang semakin luas. Masa sekolah di
sekolah dasar merupakan waktu yang baik bagi peserta didik untuk
mengembangkan konsep diri atas perasaan mampu serta percaya diri sebagai
pembelajar. Peserta didik mulai mengembangkan keterampilan mengambil
keputusan, berkomunikasi, dan keterampilan hidup. Di samping itu, peserta
didik juga nengembangkan dan menguasai sikap yang tepat terhadap sekolah
, diri sendiri, teman sebaya, kelompok social dan keluarga.
Pelayanan bimbingan dan konseling merupakan bagian integral dari
program pendidikan di sekolah yang seyogyanya dilakukan oleh guru BK atau
konselor yang memiliki kompetensi yang diamankan dalam Peraturan
Menteri Pendidikan Nasional Nomor 27 Tahun 2008 tentang Standar
Kualifikasi Akademik dan Kompetensi Konselor. Kompetensi tersebut
meliputi kompetensi pedagogic, kompetensi kepribadian, kompetensi social
dan kompetensi professional.
Penyelenggaraan pendidikan yang bermutu dan efektif adalah
mengintegrasikan tiga komponen system pendidikan yang meliputi
komponen manajemen dan kepemimpinan, komponen pengajaran, serta
komponen bimbingan dan konseling. Ketiga komponen tersebut memiliki
wilayah gerapan sendiri yang saling melengkapi dalam upaya tercapainya
tujuan pendidikan nasional. Dalam Peraturan Menteri Pendayagunaan
Aparatur Negara Nomor 16 Tahun 2009 tetantang Jabata Fungsional Guru dan
Angka Kreditnya disebutkan bahwa jenis guru berdasarkan sifat, tugas, dan
kegiatannya meliputi guru kelas, guru mata pelajaran, serta guru bimbingan
dan konseling/konselor.

5
Penyelenggaraan bimbingan dan konseling di sekolah dasar memiliki
keunikan dibandingkan di SMP atau SMA/SMK. Dalam Lapiran Peraturan
Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia Nomor 11 tahun
2014 tentang bimbingan dan konseling pada pendidikan dasar dan
pendidikan menengah dinyatakan bahwa satu sekolah dasar atau
gugu/sejumlah Sekolah Dasar dapat diangkat guru pembimbing dan
konseling atau konselor untuk menyelenggarakan layanan bimbingan dan
konseling untuk menyelenggarakan layanan bimbingan dan konseling. Posisi
struktural untuk konselor belum ditemukan di Sekolah Dasar. Namun
demikian, peserta didik usia Sekolah Dasar memiliki kebutuhan layanan
sesuai dengan tingkat perkembangannya sehingga membutuhkan layanan
bimbingan dari guru bimbingan dan konseling atau konselor meskipun
berbeda dari ekspetasi kinerja konselor di jenjang sekolah Menengah.
Sehingga, konselor juga dapat berperan secara produktif di jenjang Sekolah
Dasar, bukan memosisikan diri sebagai fasilitator pengembangan diri peserta
didik melainkan mungkin dengan memosisikan diri sebagai konselor
kunjung yang membantu guru Sekolah Dasar mengatasi perilaku
mengganggu.
Ketika Sekolah Dasar tidak/belum memiliki guru bimbingan dan
konseling atau konselor maka layanan bimbingan dan konseling dilakukan
oleh guru kelas sehingga materi- materi bimbingan dan konseling dapat
dipadukan dengan materi ajar melalui pembelajaran tematik. Sesuai dengan
Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 35 Tahun 2010 tentang
Petunjuk Teknis Pelaksanaan Jabatan Fungsional Guru dan Angka Kreditnya
bahwa untuk guru kelas, di samping wajib melaksanakan proses
pembelajaran juga wajib melaksanakan program bimbingan dan konseling
terhadap peserta didik di kelas yang menjadi tanggung jawabnya.

b. Landasan Perundang-undangan
Landasan perundang-undangan dari penyusunan panduan ini, yaitu:

1. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 tentang


Sistem Pendidikan Nasional (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun
2003 Nomor 78, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor
4301)

2. Undang-Undang Nomor 14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen

3. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 19 Tahun 2005


tentang Standar Nasional Pendidikan, sebagaimana telah diubah dengan
Peraturan Pemerintah Nomor 32 Tahun 2013 tentang Perubahan Atas
Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional
Pendidikan serta Peraturan Pemerintah Nomor 13 Tahun 2015 tentang
6
Perubahan Kedua atas Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005
tentang Standar Nasional Pendidikan;

4.Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 34 Tahun 2006 tentang


Pembinaan Prestasi Peserta Didik yang Memiliki Potensi Kecerdasan
dan/atau Bakat Istimewa

5. Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Republik Indonesia Nomor 27


Tahun 2008 tentang Standar Kualifikasi Akademik dan Kompetensi Konselor

6. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 74 Tahun 2008


tentang Guru (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 194,
Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4941);

7. Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Republik Indonesia Nomor 8 Tahun


2009 tentang Program Pendidikan Profesi Guru dalam jabatan;

8. Peraturan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi


Birokrasi Nomor 16Tahun 2009 tentang Jabatan Fungsional Guru dan Angka
Kreditnya

9. Peraturan Pemerintah Nomor 17 Tahun 2010 tentang Pengelolaan


Penyelenggaraan Pendidikan

10. Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 35 Tahun 2010 tentang


Petunjuk Teknis Pelaksanaan Jabatan Fungsional Guru dan Angka Kreditnya.

11. Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia


Nomor 3 Tahun 2013 tentang Kriteria Kelulusan Peserta didik dari Satuan
Pendidikan dan Penyelenggaraan Ujian Nasional
Sekolah/Madrasah/Pendidikan Kesetaraan dan Ujian Nasional;

12. Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia


Nomor 54 Tahun 2013 tentang Standar Kompetensi Lulusan Pendidikan
Dasar dan Menengah;

13. Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia


Nomor 64 Tahun 2013 tentang Standar Isi Pendidikan Dasar dan Menengah;

14. Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia


Nomor 65 Tahun 2013 tentang Standar Proses Pendidikan Dasar dan
Menengah;

15. Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia


Nomor 57 tahun 2014 tentang Kurikulum 2013 Sekolah Dasar/Madrasah
Ibtidaiyah;
7
16. Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia
Nomor 62 tahun 2014 tentang Kegiatan Ekstrakurikuler pada Pendidikan
Dasar dan Pendidikan Menengah

17. Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia


Nomor 63 tahun 2014 tentang Kegiatan Kepramukaan sebagai kegiatan
ekstra kurikuler wajib pada pada Pendidikan Dasar dan Pendidikan
Menengah;
18. Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia
Nomor 111 tahun 2014 tentang Bimbingan dan Konseling pada
Pendidikan Dasar dan Pendidikan Menengah;
19. Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia
Nomor 160 tahun 2014 tentangPemberlakuan Kurikulum Tahun 2006 dan
Kurikulum 2013;
20. Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia
Nomor 53 Tahun 2015 Tentang Penilaian Hasil Belajar oleh Pendidik
dan Satuan Pendidikan pada Pendidikan Dasar dan Pendidikan
Menengah;
21. Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia
Nomor 82 Tahun 2015 tentang Pencegahan dan Penanggulangan
Tindak Kekerasan di Lingkungan Sekolah

c. Hakikat Bimbingan dan Konseling


Bimbingan dan Konseling adalah upaya sistematis, objektif, logis, dan
berkelanjutan serta terprogram yang dilakukan oleh guru bimbingan dan
konseling atau konselor untuk memfasilitasi perkembangan peserta
didik/konseli dalam mencapai kemandirian. Bimbingan dan konseling
merupakan komponen integral sistem pendidikan pada suatu satuan
pendidikan berupaya memfasilitasi dan memandirikan peserta didik
dalam rangka tercapainya perkembangan individu secara utuh dan optimal.
Sebagai komponen sistem pendidikan, bimbingan dan konseling memfasilitasi
perkembangan peserta didik/konseli untuk mencapai kemandirian, dalam
wujud kemampuan memahami diri dan lingkungan, menerima diri,
mengarahkan diri, dan mengambil keputusan, serta merealisasikan diri secara
bertanggung jawab, sehingga tercapai kehidupan yang damai, berkembang,
maju, sejahtera, bahagian dunia akherat.
Bimbingan dan konseling pada satuan pendidikan (SD, SMP, SMA,
SMK) diselenggarakan untuk membantu peserta didik dalam mencapai
tugas-tugas perkembangannya. Tugas perkembangan ini diantaranya
meliputi: mencapai hubungan persahabatan yang matang, mencapai peran
sosial sesuai jenis kelaminnya, menerima kondisi fisiknya dan

8
menggunakannya secara efektif, mencapai kebebasan emosional dari
orangtua dan orang dewasa lainnya, menyiapkan diri untuk hidup
berumahtangga, menyiapkan diri untuk karirnya, mencapai seperangkat
nilai dan sistem etika yang membimbing tingkahlakunya, dan mencapai
tingkahlaku yang dapat dipertanggungjawabkan secara sosial.
Pada penyelenggaraan pendidikan di Sekolah Dasar, guru bimbingan
dan konseling atau konselor berperan membantu tercapainya
perkembangan pribadi, sosial, belajar, dan karir peserta didik. Pada satuan
pendidikan ini, guru bimbingan dan konseling atau konselor menjalankan
semua fungsi bimbingan dan konseling, yaitu fungsi pemahaman, fasilitasi,
penyesuaian, penyaluran, adaptasi, pencegahan, perbaikan, advokasi,
pengembangan, dan pemeliharaan. Meskipun guru bimbingan dan konseling
atau konselor memegang peranan kunci dalam sistem bimbingan dan
konseling di sekolah, dukungan dari kepala sekolah sangat dibutuhkan.

Layanan bimbingan dan konseling di sekolah diatur dalam Peraturan


Menteri Pendidikan dan Kebudayaan nomor 111 tahun 2014 tentang
Bimbingan dan Konseling pada Pendidikan Dasar dan Pendidikan Menengah
beserta lampirannya. Pasal 12 ayat 2 dan 3 Permendikbud tersebut
disebutkan bahwa perlu disusun panduan operasional yang dalam hal ini pada
satuan pendidikan Sekolah Dasar. Penyiapan panduan penyelenggaraan
bimbingan dan konseling di Sekolah Dasar merupakan kebutuhan yang harus
dipenuhi, sehingga kepala sekolah, guru bimbingan konseling atau konselor,
guru kelas dan guru mata pelajaran memiliki arah yang jelas dalam
menyelenggarakan layanan bimbingan dan konseling di Sekolah Dasar.

d. Tujuan Penulisan Panduan


Panduan opersional ini bertujuan untuk memberi arah penyelenggaraan
Bimbingan dan Konseling di Sekolah Dasar. Secara khusus panduan ini
bertujuan:
1. memandu guru bimbingan dan konseling atau konselor dalam
memfasilitasi dan memperhatikan ragam kemampuan, kebutuhan, dan minat
sesuai dengan karakteristik peserta didik/konseli;
2. memfasilitasi guru bimbingan dan konseling atau konselor dalam
merencanakan,melaksanakan, mengevaluasi, dan melakukan tindaklanjut;
3. memberi acuan guru bimbingan dan konseling atau konselor dalam
mengembangkan program layanan bimbingan dan konseling secara utuh
dan optimal dengan memperhatikan hasil evaluasi dan daya dukung sarana
dan prasarana yang dimiliki;
4. memandu guru bimbingan dan konseling atau konselor dalam
menyelenggarakan bimbingan dan konseling agar peserta didik/konseli dapat
9
mencapai perkembangan diri secara optimal, mandiri, sukses, sejahtera dan
bahagia dalam kehidupannya;
5. memandu guru kelas dan guru mata pelajaran dalam memberikan layanan
bimbingan dan konseling;
6. memandu guru untuk bertanggung jawab terhadap tugas, mencintai tugas,
dan mencintai peserta didik.
7. memberi acuan bagi pemangku kepentingan penyelenggaraan bimbingan
dan konseling.

e. Pengguna Panduan

Panduan ini diperuntukkan bagi pemangku kepentingan layanan


bimbingan dan konseling, yaitu:

1. Guru bimbingan dan konseling atau konselor

Guru bimbingan dan konseling atau konselor menyelenggarakan kegiatan


bimbingan dan konseling berdasarkan panduan ini.

2. Guru Kelas dan Guru Mata Pelajaran

Guru kelas dan guru mata pelajaran menyelenggarakan kegiatan layanan


bimbingan dan konseling berdasarkan panduan ini.

3. Kepala Sekolah

Kepala Sekolah mendukung memfasilitasi penyelenggaraan layanan


bimbingan dan konseling, mensupervisi, dan mengevaluasi layanan
bimbingan dan konseling di sekolah masing-masing.

4. Dinas Pendidikan

Kepala Dinas Pendidikan memberikan kebijakan yang mendukung


penyelenggaraan bimbingan dan konseling di sekolah.

5. Pengawas Sekolah

Pengawas sekolah mensupervisi dan membina penyelenggaraan program


pendidikan di sekolah, khususnya bimbingan dan konseling berdasarkan
panduan ini.

6. Lembaga pendidikan yang menyiapkan calon guru bimbingan dan konseling


atau konselor.

Lembaga pendidikan yang menyiapkan calon guru bimbingan dan konseling


atau konselor mengembangkan kurikulum untuk menyiapkan guru
bimbingan dan konseling atau konselor.
10
7. Organisasi Profesi Bimbingan dan Konseling

Organisasi profesi memberikan dukungan dalam pengembangan


keprofesian guru bimbingan dan konseling atau konselor

8. Komite Sekolah

Komite sekolah memberikan dukungan kebijakan, fasilitas dan dana


untuk penyelenggaraan layanan bimbingan dan konseling.

9. Pusat Pengembangan dan Pemberdayaan Pendidik dan Tenaga


Kependidikan Pendidikan Jasmani dan Bimbingan dan Konseling (PPPPTK
Penjas dan BK) menggunakan sebagai bahan sosialisasi, pelatihan, dan atau
bimbingan teknis.

B. Permendikbud Nomor 111 Tahun 2o14


I. Pendahuluan
Pada abad ke-21, setiap peserta didik dihadapkan pada situasi
kehidupan yang kompleks, penuh peluang dan tantangan serta
ketidakmenentuan. Pengembangan kompetensi hidup memerlukan sistem
layanan pendidikan pada satuan pendidikan yang tidak hanya mengandalkan
layanan pembelajaran mata pelajaran/bidang studi dan manajemen saja,
tetapi juga layanan khusus yang bersifat psiko-edukatif melalui layanan
bimbingan dan konseling.
Kurikulum 2013 memuat program peminatan peserta didik yang
merupakan suatu proses pemilihan dan pengambilan keputusan oleh peserta
didik yang didasarkan atas pemahaman potensi diri dan peluang yang ada
pada satuan pendidikan. layanan bimbingan dan konseling membantu
peserta didik untuk memahami, menerima, mengarahkan, mengambil
keputusan, dan merealisasikan keputusan dirinya secara bertanggungjawab
sehingga mencapai kesuksesan, kesejahteraan dan kebahagiaan dalam
kehidupannya. Di samping itu, bimbingan dan konseling membantu peserta
didik/konseli dalam memilih, meraih dan mempertahankan karir untuk
mewujudkan kehidupan yang produktif dan sejahtera.
Layanan bimbingan dan konseling dalam implementasi kurikulum
2013 dilaksanakan oleh konselor atau guru bimbingan dan konseling sesuai
dengan tugas pokoknya dalam upaya membantu tercapainya tujuan
pendidikan nasional, dan khususnya membantu peserta didik/konseli
mencapai perkembangan diri yang optimal, mandiri, sukses, sejahtera dan
bahagia dalam kehidupannya. Untuk mencapai tujuan tersebut diperlukan
kolaborasi dan sinergisitas kerja antara konselor atau guru bimbingan dan
11
konseling, guru mata pelajaran, pimpinan sekolah/madrasah, staf
administrasi, orang tua, dan pihak lainyang dapat membantu kelancaran
proses dan pengembangan peserta didik/konseli secara utuh dan optimal
dalam bidang pribadi, sosial, belajar, dan karir.

II TUJUAN

Pedoman ini dimaksudkan untuk memberi arah penyelenggaraan layanan


bimbingan dan konseling dalam implementasi kurikulum 2013. Secara khusus
bertujuan untuk:

1. Memfasilitasi Konselor atau Guru Bimbingan dan Konseling dalam


merencanakan, melaksanakan, mengevaluasi dan tindak lanjut layanan
bimbingan dan konseling;

2. Memberi acuan dalam mengembangkan program layanan bimbingan dan


konseling secara utuh dan optimal dengan memperhatikan hasil evaluasi dan
daya dukung sarana dan prasarana yang dimiliki;

3. Memberi acuan dalam monitoring, evaluasi dan supervisi


penyelenggaraan bimbingan dan konseling.

III PENGGUNA

Pengguna pedoman ini mencakup pihak-pihak sebagai berikut.

1. Konselor atau Guru Bimbingan dan Konseling;

2. Pimpinan satuan pendidikan;

3. Dinas pendidikan atau kantor kementerian agama provinsi dan


kabupaten/kota sesuai dengan kewenangannya;

4. Pengawas pendidikan dan pengawas bimbingan dan konseling;

5. Lembaga pendidikan calon guru bimbingan dan konseling atau konselor;

6. Organisasi profesi bimbingan dan konseling; dan

7. Komite sekolah/madrasah.

IV LAYANAN BIMBINGAN DAN KONSELING

A. Pengertian

Layanan Bimbingan dan Konseling adalah upaya sistematis, objektif,


logis, dan berkelanjutan serta terprogram yang dilakukan oleh konselor atau
guru Bimbingan dan Konseling untuk memfasilitasi perkembangan peserta
didik/Konseli untuk mencapai kemandirian, dalam wujud kemampuan
12
memahami, menerima, mengarahkan, mengambil keputusan, dan
merealisasikan diri secara bertanggung jawab sehingga mencapai kebahagiaan
dan kesejahteraan dalam kehidupannya.Layanan bimbingan dan konseling
dilaksanakan secara langsung (tatap muka) antara guru bimbingan dan
konseling atau konselor dengan konseli dan tidak langsung (menggunakan
media tertentu).

Konselor adalah pendidik profesional yang berkualifikasi akademik


minimal Sarjana Pendidikan (S-1) dalam bidang Bimbingan dan Konseling dan
telah lulus Pendidikan Profesi Guru Bimbingan dan Konseling/ Konselor. Guru
Bimbingan dan Konseling adalah pendidik yang berkualifikasi akademik
minimal Sarjana Pendidikan (S-1) dalam bidang Bimbingan dan
Konseling dan memiliki kompetensi di bidang Bimbingan dan Konseling.
Konseli adalah penerima layanan bimbingan dan konseling pada satuan
pendidikandalam rangka realisasi tugas-tugas perkembangan secara utuh
dan optimalserta mencapaikemandirian dalam kehidupannya. Konselor
atau Guru Bimbingan dan Konseling di satuan pendidikan bertugas
merencanakan, melaksanakan, mengevaluasi dan melakukan tindak lanjut
layanan bimbingan dan konseling.

B. Fungsi dan Tujuan Bimbingan dan Konseling


1. Fungsi layanan bimbingan dan konseling terdiri dari
a. Pemahaman
b. Fasilitas
c. Penyesuaian
d. Penyaluran
e. Adaptasi
f. Pencegahan
g. Perbaikan
h. Pemeliharaan
i. Pengembangan
j. Advokasi
2. Tujuan layanan bimbingan dan konseling
Tujuan umum Tujuan umum layanan bimbingan dan konseling adalah
membantu peserta didik/konseli agar dapat mencapai kematangan dan
kemandirian dalam kehidupannya serta menjalankan tugas-tugas
perkembangannya yang mencakup aspek pribadi, sosial, belajar, karir
secara utuh dan optimal. Tujuan khusus layanan bimbingan dan konseling
adalah membantu konseli agar mampu: (1) memahami dan menerima diri
dan lingkungannya; (2) merencanakan kegiatan penyelesaian studi,
perkembangan karir dan kehidupannya di masa yang akan datang; (3)
13
mengembangkan potensinya seoptimal mungkin; (4) menyesuaikan diri
dengan lingkungannya; (5) mengatasi hambatan atau kesulitan yang
dihadapi dalam kehidupannya dan (6) mengaktualiasikan dirinya secara
bertanggung jawab.
C. Asas dan prinsip bimbingan dan konseling
1. Asas layanan bimbingan dan konseling
a. Kerahasian
b. Kesukarelaan
c. Keterbukaan
d. Keaktifan
e. Kemandirian
f. Kekinian
g. Kedinamisan
h. Keterpaduan
i. Keharmonisan
j. Keahlian
k. Tut wuri handayani

2. Prinsip Bimbingan dan koseling

a. bimbingan dan konseling diperuntukan bagi semua peserta


didik/konseli dan tidak diskriminatif.
b. Bimbingan dan konseling sebagai proses individualis
c. Bimbingan dan konseling menekankan nilai-nilai positif
d. Bimbingan dan konseling merupkan tanggung jawab bersama
e. Pengambilan keputusan merupakan tanggung jawab bersama
f. Bimbingan dan konseling berlangsung dalam berbagai setting
kehidupan
g. Bimbingan dan konseling merupakan bagian integral dari pendidikan
h. Bimbingan dan konseling dilaksanakan dalam bingkai budaya
Indonesia
i. Bimbingan dan konseling diselnggarakan oleh tenaga professional
dan kompeten
j. Bimbingan dan konseling bersifat fleksibel dan adaptif serta
berkelanjutan
k. Program bimbingan dan konseling disusun berdasarkan hasil analisis
kebutuhan peserta didik/konseli dalam berbagai aspek
perkembangan
l. Program bimbingan dan konseling dievaluasi untuk mengetahui
keberhasilan layanan dan pengembangan program lebih lanjut.

D. Komponen Bimbingan dan konseling


14
1. komponen layanan program yang terdiri dari

a. Layanan dasar
b. Layanan peminatan dan perencanaan individual
c. Layanan responsive
d. Dukungan system

2. bidang layanan

a. Bimbingan dan konseling pribadi


b. Bimbingan dan konseling social
c. Bimbingan dan konseling belajar
d. Bimbingan dan koneling karir

3. struktur program layanan

a. Sistematika program layanan


b. Program layanan

4. kegiatan dan alokasi waktu layanan

a. Kegiatan layanan
b. Alokasi waktu layanan

5. mekanisme pengelolaan layanan

a. Analisis kebutuhan
b. Perencanaan
c. Pelaksanaan
d. Evaluasi
e. Pelaporan
f. Tindak lanjut

E. Strategi layanan bimbingan dan konseling

Strategi Strategi layanaan bimbingan dan konseling berkenaan dengan


berbagai upaya yang dilakukan oleh konselor atau guru bimbingan dan
konseling untuk memfasilitasi peserta didik/konseli mencapai kemandirian
dalam kehidupannya. Strategi layanan bimbingan dan konseling dibedakan
atas jumlah individu yang dilayani, jenis dan intensitas masalah yang dihadapi
peserta didik/ konseli, dan cara komunikasi layanan. Strategi layanan
bimbingan dan konseling berdasarkan jumlah individu yang dilayani
dilaksanakan melalui layanan individual, layanan kelompok, layanan klasikal,
atau layanan kelas besar atau lintas kelas. Strategi layanan bimbingan dan
konseling berdasarkan jenis dan intensitas masalah yang dihadapi peserta
didik/konseli dilaksanakan melalui bimbingan klasikal, bimbingan kelompok,
15
bimbingan individual, konseling individual, konseling kelompok, atau
advokasi. Strategi layanan bimbingan dan konseling berdasarkan cara
komunikasi layanan dilaksanakan melalui tatap muka antara konselor atau
guru bimbingan dan konseling dengan peserta didik/konseli atau
menggunakan media tertentu, baik media cetak maupun elektronik. Media
bimbingan dan konseling yang dimaksudkan misalnya : papan bimbingan, kotak
masalah, leaflet, website, email, buku, telepon, dan lainnya.

F. Sarana, prasarana, pembiayaan

Penyelenggaraan layanan bimbingan dan konseling yang efektif dan efisien


untuk mencapai tujuan layanan dan membantu tercapainya tujuan pendidikan
nasional memerlukan sarana, prasarana, dan pembiyaan

1. Ruang bimbingan dan konseling

2. fasilitas penunjang

3. pembiyaan

V. PENYELENGGARA LAYANAN BIMBINGAN DAN KONSELING DAN PIHAK YANG


DILIBATKAN

A. Penyelenggara Layanan Bimbingan dan Konseling:

1) Satuan pendidikan SD/MI/SDLB

a. Penyelenggara layanan bimbingan dan konselingdi SD/MI/SDLB

adalah konselor atau guru bimbingan dan konseling.

b. Pada satu SD/MI/SDLB atau gugus/sejumlah SD/MI/SDLB dapat


diangkatkonseloratau guru Bimbingan dan Konseling untuk
menyelenggarakan layanan bimbingan dan konseling.

c. Konselor atauguru bimbingan dan konseling dapat bekerja sama dengan


guru kelasdalam membantu tercapainya perkembangan peserta
didik/konseli dalam bidang layanan pribadi, sosial, belajar, dan karir
secara utuh dan optimal.

2) Satuan pendidikan SMP/MTs/SMPLB

a. Penyelenggara layanan bimbingan dan konseling di


SMP/MTs/SMPLB adalah Konselor atau Guru Bimbingan dan Konseling.
16
b. Setiap satuan pendidikan di SMP/MTs/SMPLB diangkat sejumlah
Konseloratau Guru Bimbingan dan Konseling dengan rasio 1 : (150 - 160)
(satu konselor atau guru bimbingan dan konseling melayani 150 - 160 orang
peserta didik/konseli).

c. Setiap SMP/MTs/SMPLB diangkat koordinatorbimbingan dan konseling


yangberlatar belakang Sarjana Pendidikan(S-1) dalam bidang bimbingan dan
konseling dan telah lulus pendidikan profesi Guru Bimbingan dan
Konseling/Konselor.

3) Satuan pendidikan SMA/MA/SMALB, SMK/MAK

a. Penyelenggara layanan bimbingan dan konseling di


SMA/MA/SMALB, SMK/MAK adalah konselor atau guru bimbingan dan
konseling.

b. Setiapsatuan pendidikan SMA/MA/SMALB/ SMK/MAK diangkat sejumlah


konseloratau guru bimbingan dan konseling dengan rasio 1 :(150-160)
(satu konselor atau guru bimbingan dan konseling melayani 150 - 160 orang
peserta didik/konseli).

c. Setiap satuan pendidikan SMA/MA/SMALB/ SMK/MAK, diangkat


koordinator bimbingan dan konseling yang berlatar belakang minimal
Sarjana Pendidikan (S-1) dalam bidang bimbingan dan konseling dan telah
lulus pendidikan profesi guru bimbingan dan konseling/konselor; atau
minimal Sarjana Pendidikan (S-1) dalam bidang bimbingan dan konseling.

B. Pihak lain yang dilibatkan

1. Dalam melaksanakan tugas layanan bimbingan dan konseling Konselor


atau Guru Bimbingan dan Konseling dapat bekerjasama dengan berbagai pihak
di dalam satuan pendidikan (kepala sekolah, wakil kepala sekolah, wali
kelas, guru mata pelajaran, staf administrasi sekolah) dan di luar satuan
pendidikan (pengawas pendidikan, komite sekolah, orang tua, organisasi
profesi bimbingan dan konseling, dan profesi lain yang relevan).

2. Keterlibatan berbagai pihak dalam mendukung pelaksanaan layanan


bimbingan konseling dapat dilakukan dalam bentuk kerjasama seperti: mitra
layanan, sumber data/informasi, konsultan, dan narasumber melalui
strategi layanan kolaborasi, konsultasi, kunjungan, ataupun referal.

17
BAB III
PEMBAHASAN
A. Pembahasan isi buku
Pada buku pertama Pada saat ini peserta didik hidup dalam masyarakat
semakin heterogen, teknologi semakin canggih, dan kesempatan berkembang
semakin luas. Peserta didik menghadapi tantangan-tantangan yang unik dan
bervariasi, yang berdampak pada perkembangan pribadi, sosial, belajar, dan karir.
Untuk membantu peserta didik menjadi generasi penerus yang siap menghadapi
kondisi tersebut, dibutuhkan dukungan orangtua, guru, guru bimbingan dan
konseling atau konselor, serta orang-orang dewasa lain di sekitarnya. Pada buku
kedua dijelaskan bahwa Layanan bimbingan dan konseling dalam implementasi
kurikulum 2013 dilaksanakan oleh konselor atau guru bimbingan dan konseling
sesuai dengan tugas pokoknya dalam upaya membantu tercapainya tujuan
pendidikan nasional, dan khususnya membantu peserta didik/konseli mencapai
perkembangan diri yang optimal, mandiri, sukses, sejahtera dan bahagia dalam
kehidupannya. Untuk mencapai tujuan tersebut diperlukan kolaborasi dan
sinergisitas kerja antara konselor atau guru bimbingan dan konseling, guru mata
pelajaran, pimpinan sekolah/madrasah, staf administrasi, orang tua, dan pihak
lainyang dapat membantu kelancaran proses dan pengembangan peserta
didik/konseli secara utuh dan optimal dalam bidang pribadi, sosial, belajar, dan
karir.
Pada buku pertama panduan opersional ini bertujuan untuk memberi arah
penyelenggaraan Bimbingan dan Konseling di Sekolah Dasar. Secara khusus
panduan ini bertujuan:
1. memandu guru bimbingan dan konseling atau konselor dalam
memfasilitasi dan memperhatikan ragam kemampuan, kebutuhan, dan minat
sesuai dengan karakteristik peserta didik/konseli;
2. memfasilitasi guru bimbingan dan konseling atau konselor dalam
merencanakan, melaksanakan, mengevaluasi, dan melakukan tindaklanjut;
3. memberi acuan guru bimbingan dan konseling atau konselor dalam
mengembangkan program layanan bimbingan dan konseling secara utuh dan
optimal dengan memperhatikan hasil evaluasi dan daya dukung sarana dan
prasarana yang dimiliki;
4. memandu guru bimbingan dan konseling atau konselor dalam
menyelenggarakan bimbingan dan konseling agar peserta didik/konseli dapat
mencapai perkembangan diri secara optimal, mandiri, sukses, sejahtera dan bahagia
dalam kehidupannya;
5. memandu guru kelas dan guru mata pelajaran dalam memberikan layanan
bimbingan dan konseling;

18
6. memandu guru untuk bertanggung jawab terhadap tugas, mencintai tugas, dan
mencintai peserta didik.
7. memberi acuan bagi pemangku kepentingan penyelenggaraan bimbingan dan
konseling.
Dan pada buku kedua dijelaskan pedoman ini dimaksudkan untuk memberi arah
penyelenggaraan layanan bimbingan dan konseling dalam implementasi kurikulum
2013. Secara khusus bertujuan untuk:
1. Memfasilitasi Konselor atau Guru Bimbingan dan Konseling dalam
merencanakan, melaksanakan, mengevaluasi dan tindak lanjut layanan
bimbingan dan konseling;
2. Memberi acuan dalam mengembangkan program layanan bimbingan dan
konseling secara utuh dan optimal dengan memperhatikan hasil evaluasi dan daya
dukung sarana dan prasarana yang dimiliki;
3. Memberi acuan dalam monitoring, evaluasi dan supervisi penyelenggaraan
bimbingan dan konseling.
Pada kedua buku dijelaskan penggunaan panduan pada kedua buku tersebut
sama-sama digunakan untuk pemangku kepentingan layanan BK. Hanya saja pada
buku pertama terdapat tambahan yaitu guru kelas dan mata pelajaran dan juga
pusat pengembangan dan pemberdayaan pendidik dan tenaga kependidikan
jasmani dan bimbingan dan konseling menggunakan sebagai bahan sosialisasi,
pelatihan dan atau bimbingan teknis
B. Kelebihan dan kekuranga isi buku
a. Buku utama
Kelebihan, terdapat beberapa bab yang menjelaskan tentang BK dengan berurut
dan jelas. Menjelaskan secara lengkap tentang BK yang mudah dipahami dan
dipejalajari dan dapat dijadikan sebagai referensi dan bahan pembelajaran
tentang BK.
Kelemahan, sejauh ini saya merasa buku ini sudah bagus dan sesuai dengan raung
lingkup Bimingan dan Konseling
b. Buku pembanding
Kelebihan, buku ini lebih menjelaskan tentang peraturan pemerintah yang
mengatur tentang system pendidikan dan di dalam buku ini sudah cukup jelas
untuk dijadikan referensi atau bahan ajar untuk digunakan sbagai pedoman
pembelajaran karena berisikan tentang pasal-pasal dan juga pembahasan yang
jelas
Kelemahan, sejauh ini saya rasa sudah cukup baik. Karena buku ini adalah buku
pemerintahan jadi tidak ada penjelasan secara umum tetang pendidikan.

19
BAB VI
PENUTUP
A. Kesimpulan
Sesuai dengan arah dan spirit Kurikulum 2013, paradigma bimbingan dan
konseling memandang bahwa setiap peserta didik/konseli memiliki potensi
untuk berkembang secara optimal. Perkembangan optimal bukan sebatas
tercapainya prestasi sesuai dengan kapasitas intelektual dan minat yang dimiliki,
melainkan sebagai sebuah kondisi perkembangan yang memungkinkan peserta
didik mampu mengambil pilihan dan keputusan secara sehat dan
bertanggungjawab serta memiliki daya adaptasi tinggi terhadap dinamika
kehidupan yang dihadapinya. Bimbingan dan konseling dalam implementasi
kurikulum 2013 memiliki peranan yang sangat pentingdalam membantu
tercapainya tujuan pendidikan nasional, dan membantu peserta didik/konseli
dalam mencapai pengembangan potensinya secara optimal, kemandirian dalam
kehidupannya, dan pengambilan keputusan dan pilihan untuk mewujudkan
kehidupan yang produktif, sejahtera dan peduli kemaslahatan
umum.Bimbingan dan konseling menyelenggarakan layanan peminatan peserta
didik agar implementasi kurikulum 2013 berjalan lancar mencapai tujuan
pedidikan. Guna mencapai tujuan tersebut, maka penyelenggaraan layanan
bimbingan dan konseling harus dilakukan oleh tenaga profesional yang memiliki
kualifikasi akademik dan kompetensi akademik dan kompetensi profesional
sebagaimana yang tertuang dalam Permendiknas No. 27 Tahun 2008 tentang
Standar Kualifikasi Akademik dan Kompetensi Konselor, yaitu Sarjana
Pendidikan (S-1) dalam bidang Bimbingan dan Konseling dan telah lulus
pendidikan profesi guru bimbingan dan konseling/konselor (PPGBK/K).
B. Saran
Dalam kedua buku ini sudah sangat baik untuk dijadikan bahan referensi
untuk penelitian atau dalam pembelajaran. Namun diperlukan juga referensi lain
atau buku lain yang dapat dijadikan bahan materi umum mengenai pendidikan
khususnya dalam bidang Bimbingan dan Konseling

20
DAFTAR PUSTAKA
Ebook PANDUAN OPERASIONAL NYENYELENGGARAAN BIMBINGAN DAN
KONSEUNG SEKOLAH DASAŔ (SD) Oleh Sumarna Suryapranata, PhD.
https://www.slideshare.net/mobile/kahar_muzakkir/panduan-bk-smp-2016ditjen-gtk-revisi
final
PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAÂN REPUBLIK
INDONESIA BIMBINGAN DAN KONSELING PADA PENDIDIKAN DASAR DAN
PENDIDIKAN MENENGAH
https://www.researchgate.net/publication/320913456_Implementasi_Permendikbud_No_1
11_Tahun_2014_dan_Implikasinya_terhadap_Kompetensi_dan_Uraian_Tugas_Guru_Bim
bingan_Konseling

21

Anda mungkin juga menyukai