MK.KETERAMPILAN
DASAR PENDIDIKAN SD
PRODI S1 PGSD-FIP
Nim : 1193111055
MEDAN
OKTOBER 2019
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis ucapkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena atas
berkatd a n R a h m a t - N y a s e h i n g g a p e n u l i s d a p a t m e n y e l e s a i k a n
t u g a s m a k a l a h m a t a k u l i a h ini KETERAMPILAN DASAR
PENDIDIKAN SD yang berjudul “CRITICAL BOOK REPORT”. Penulis
berterima k a s i h k e p a d a I b u E v a B e t t y S i m a j u n t a k y a n g s u d a h
me mb e r i k a n bimbingannya.Penulis juga menyadari bahwa tugas ini masih
banyak kekurangan oleh karena itupenulis meminta maaf jika ada kesalahan
dalam penulisan dan penulis juga mengharapkan kritikdan saran yang
membangun guna kesempurnaan tugas ini.Akhir kata penulis mengucapkan
terimakasih semoga dapat bermanfaat dan bisamenambah pengetahuan bagi
pembaca.
Penulis
i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR………………………………………………………………………………………………………………….i
DAFTAR ISI……………………………………………………………………………………………………………………………ii
BAB I PENDAHULUAN
A.Latar Belakang………………………………………………………………………………………………………………………1
C.Manfaat CBR………………………………………………………………………………………………………………………….1
D.Identitas Buku………………………………………………………………………………………………………………………..2
DAFTAR PUSTAKA………………………………………………………………………………………………………………..19
BAB I
PENDAHULUAN
A.Latar Belakang
Sering kali kita bingung memilih buku referensi untuk membaca dan pahami.Terkadang
kita memilih satu buku,namun kurang memuaskan hati kita.Misalnya dari segi analisis bahasa ,
pembahasan tentang kepemimpinan .
Oleh karena itu, penulis membuat Critical Book Report ini untuk mempermudah pembaca dalam
memilih buku referensi,terkhusus pada pokok bahasa tentang kepemimpinan.
c. Melatih diri untuk berpikir kritis dalam mencari informasi yabg diberikan oleh setiap bab dari
buku
C.Manfaat CBR
a. Untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah Keterampilan Dasar Pendidikan SD
Buku Utama :
1
2. Edisi :Terbaru
-Drs.Robenhart Tamba,M.Pd
7. ISBN :-
Buku Pembanding :
2. Edisi :Pertama
7. ISBN :978-979-692-713-5
2
BAB II
1. Bidang Pengetahuan
2. Bidang Keterampilan
3
Memiliki sifat demokratis dan tenggang rasa.
Secara filosofis, bangsa Indonesia sebelum mendirikan negara adalah sebagai bangsa
yang berketuhanan dan berkemanusiaan, hal ini berdsarkan kenyataan objektif bahwa manusia
adalah makhluk Tuhan Yang Maha Esa. Syarat mutlak suatu negara adalah persatuan yang
terwujudkan sebagai rakyat (merupakan unsur pokok negara), sehingga secara filosofis negara
berpersatuan dan berkerakyatan. Konsekuensinya rakyat adalah merupakan dasar ontologis
demokrasi, karena rakyat merupakan asal mula kekuasaan negara. Atas dasar pengertian itulah
maka nilai pancasila merupakan dasar filosofis negara.
Pancasila menjadi acuan untuk berkarya pada segala bidang. Sejalan dengan ini, pasal 2
Undang-Undang RI No. 20 Tahun 2003 Tentang “Sistem Pendidikan Nasional” menyatakan
bahwa “Pendidikan nasional adalah pendidikan yang berdasarkan Pancasila dan Undang-
Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945”.
Psikologi sebagai sebuah landasan dalam pendidikan adalah bahwa dalam pelaksanaan
pendidikan haruslah menerapkan unsur-unsur psikologis karena yang menjadi sasaran
pendidikan tersebut adalah manusia. Oleh karena itu, dalam penyelenggaraannya, pendidikan
selalu melibatkan aspek kejiwaan manusia. Untuk memahami berbagai karakteristik siswa yang
beragam maka diperlukan psikologi dalam pendidikan. Pendidikan memposisikan manusia
sebagai objek dan subjeknya sehingga sangat diperlukan psikologi sebagai landasan pendidikan.
4
4.Landasan Hukum
Dengan memahami landasan hokum,guru lebih siap menerima penyesuaian yang perlu
dilakukan dan kemungkinan dapat diadakan inovasi dalam bidang pendidikan.Pancasila seperti
yang tercantum dalam pembukaan UUD 1945,merupakan kepribadian,tujuan dan pandangan
hidup bangsa Indonesia.Oleh karena itu acuan yang harus menjadi dasar landasan hokum
sistem pendidikan nasional adalah pancasila.
Dari pergaulanya dengan kelompok sebaya, anak belajar aspek-aspek yang penting
dalam proses sosialisasi, seperti: belajar memenuhi aturan-aturan kelompok, belajar
setia kawan, belajar tidak tergantung pada diterimanya dilingkungan, belajar
menerimanya tanggung jawab, belajar bersaing dengan orang lain secara sehat (sportif),
mempelajarai olah raga dan membawa implikasi bahwa guru harus merancang model
pembelajaran yang memungkinkan anak untuk bekerja atau belajar dalam kelompok,
serta belajar keadilan dan demokrasi.
7
Bab 2 (Keterampilan Belajar di SD)
A.Pengertian Keterampilan Belajar
Keterampilan belajar adalah cara untuk mempertahankan dan mengungkapkan
pengetahuan yang dianggap efektif oleh tenaga pendidik sehingga seorang murid akan bisa
menyerap pengetahuan yang di dapatkan dalam mata pelajaran dengan mudah.
B.Hakikat Keterampilan Belajar
Keterampilan Manajemen Pribadi
Interpersonal dan Keterampilan Kerjasama Tim
Kesempatan Eksplorasi
C.Tujuan Penerapan Keterampilan Belajar
Meningkatkan efisiensi dan efektivitas pembelajaran.
Menumbuhkan minat dan motivasi belajar.
Membentuk peserta didik yang mandiri dalam belajar.
D.Aspek-aspek Keterampilan Belajar
1) Mengatur waktu atau Manajemen waktu Menurut Teo Aik Cher (2013:111) “manajemen
waktu atau pengaturan waktu adalah strategi yang digunakan untuk memanfaatkan waktu yang
ada sepenuhnya”. Manajemen waktu dapat juga diartikan memanfaatkan waktu yang ada
sepenuhnya dan sebaikbaiknya untuk melakukan kegiatan yang positif dan menyelesaikan
suatu hal dengan tepat waktu. Oleh sebab itu, diperlukan keterampilan manajemen waktu agar
waktu yang ada tidak terbuang sia-sia.
2) Keterampilan membaca Menurut Henry G. Tarigan (2008:7) membaca adalah suatu proses
yang dilakukan oleh pembaca untuk memperoleh pesan, yang hendak disampaikan oleh penulis
melalui media kata-kata atau bahasa tulis. The Liang Gie (1998:11) mendefinisikan “membaca
adalah serangkaian kegiatan pikiran seseorang yang dilakukan dengan penuh perhatian untuk
memahami sesuatu keterangan yang disajikan kepada indera penglihatan dalam bentuk
lambang huruf dan tanda lainnya”. Penjelasan dari pengertian tersebut yaitu membaca
merupakan kegiatan untuk memahami suatu informasi yang disajikan dalam bentuk tulisan
melalui indera penglihatan. Nana S Sukmadinata (2007:310) membaca adalah menangkap
informasi, konsep-konsep orang lain melalui lambang-lambang tulis. Membaca yang baik adalah
mampu menangkap informasi, konsep yang sesuai dengan yang dimaksud oleh penulis
Berdasarkan beberapa pendapat tersebut dapat disimpulkan bahwa membaca merupakan
suatu keterampilan dalam berbahasa dan serangkaian kegiatan untuk memahami informasi
dalam bentuk tulisan melalui indera penglihatan.
3) Keterampilan mencatat Dinar Apriyanto (2013:78) “mencatat merupakan bagian yang
penting dalam belajar kerena inti pengetahuan dan informasi dirangkum untuk kemudian
ditransfer ke memori-meningkatkan kemampuan daya ingat”. Mencatat adalah kegiatan
menyajikan kembali informasi yang dari audio atau visual kedalam bentuk tulisan. Mencatat
merupakan kegiatan yang tidak bisa lepas dari kegiatan belajar. Dalam mencatat dibutuhkan
keterampilan, seperti membuat catatan secara singkat dan menarik agar dapat lebih mudah
dipahami dan diingat oleh siswa. Karena tujuan dari mencatat adalah agar siswa bisa mengingat
kembali meteri yang telah diberikan.
4) Keterampilan konsentrasi Menurut The Liang Gie (1998:63) “konsentrasi yaitu pengarahan
8
pikiran seseorang terhadap suatu mata pelajaran dengan mengesampingkan semua hal lainnya
yang tidak berhubungan dengan pelajaran itu”. Pernyataan diatas dapat diartikan bahwa
konsentrasi ialah fokus terhadap sesuatu yang sedang dikerjakan dan mengesampingkan hal
lain yang tidak berhubungan. Dalam hal ini siswa harus bisa memusatkan perhatiannya pada
apa yang dihadapinya.
5) Keterampilan mengingat Mengingat adalah berusaha memberikan “tanda” pada hal yang
akan diingat (Dinar Apriyanto, 2013: 53). Mengingat adalah kemampuan individu untuk
menyimpan informasi dari masa lalu dan memanggil kembali informasi tersebut. Berbeda
dengan menghafal yang merupakan memori jangka pendek, mengingat merupakan menyimpan
informasi untuk jangka panjang. Keterampilan mengingat dapat diartikan sebagai kemampuan
unutuk memperhatikan, menyimpan dan memanggil kembali informasi. 6) Keterampilan
mengikuti ujian Hendra Surya (2013:255) menjelaskan ketika menghadapi ujian seorang siswa
harus memiliki persiapan agar ujian dapat dilaksanakan dengan maksimal dan memperoleh
hasil yang memuaskan. Meskipun siswa sudah mempersiapkan ujian dengan baik, siswa masih
dapat mengalami kesulitan ujian.
9
Ringkasan Buku Pembanding
Bab 1 (Pengembangan Perangkat Belajar Tematik)
A.Pembelajaran Tematik
Peserta didik yang berada pada sekolah dasar kelas satu, dua, dan tiga berada pada
rentangan usia dini. Pada usia tersebut seluruh aspek perkembangan kecerdasan seperti
IQ, EQ, dan SQ tumbuh dan berkembang sangat luar biasa. Pada umumnya tingkat
perkembangan masih melihat segala sesuatu sebagai satu keutuhan (holistik) serta mampu
11
bergantung kepada objek-objek konkrit dan pengalaman yang dialami secara langsung.
Saat ini, pelaksanaan kegiatan pembelajaran di SD kelas I –III untuk setiap mata pelajaran
dilakukan secara terpisah, misalnya IPA 2 jam pelajaran, IPS 2 jam pelajaran, dan Bahasa
Indonesia 2 jam pelajaran. Dalam pelaksanaan kegiatannya dilakukan secara murni mata
pelajaran yaitu hanya mempelajari standar kompetensi dan kompetensi dasar yang
berhubungan dengan mata pelajaran itu. Sesuai dengan tahapan perkembangan anak yang
masih melihat segala sesuatu sebagai suatu keutuhan (holistic), pembelajaran yang
anak untuk berpikir holistik dan membuat kesulitan bagi peserta didik.
Selain itu, dengan pelaksanaan pembelajaran yang terpisah, muncul permasalahan pada
kelas rendah (I-III) antara lain adalah tingginya angka mengulang kelas dan putus sekolah.
Angka mengulang kelas dan angka putus sekolah peserta didik kelas I SD jauh lebih tinggi
dibandingkan dengan kelas yang lain. Data tahun 1999/2000 memperlihatkan bahwa angka
mengulang kelas satu sebesar 11,6% sementara pada kelas dua 7,51%, kelas tiga 6,13%,
kelas empat 4,64%, kelas lima 3,1%, dan kelas enam 0,37%. Pada tahun yang sama angka
putus sekolah kelas satu sebesar 4,22%, masih jauh lebih tinggi jika dibandingkan dengan
kelas dua 0,83%, kelas tiga 2,27%, kelas empat 2,71%, kelas lima 3,79%, dan kelas enam
1,78%.
Angka nasional tersebut semakin memprihatinkan jika dilihat dari data di masing-masing
propinsi terutama yang hanya memiliki sedikit taman Kanak-kanak. Hal itu terjadi terutama
di daerah terpencil. Pada saat ini hanya sedikit peserta didik kelas satu sekolah dasar yang
atau 1.583.467 peserta didik usia 4-6 tahun yang masuk Taman Kanak-kanak, dan kurang
12
dari 5 % Peserta didik berada pada pendidikan prasekolah lain.
Permasalahan tersebut menunjukkan bahwa kesiapan sekolah sebagian besar peserta didik
kelas awal sekolah dasar di Indonesia cukup rendah. Sementara itu, hasil penelitian
menunjukkan bahwa peserta didik yang telah masuk Taman Kanak-Kanak memiliki
kesiapan bersekolah lebih baik dibandingkan dengan peserta didik yang tidak mengikuti
pendidikan Taman Kanak-Kanak. Selain itu, perbedaan pendekatan, model, dan prinsipprinsip
pembelajaran antara kelas satu dan dua sekolah dasar dengan pendidikan prasekolah
dapat juga menyebabkan peserta didik yang telah mengikuti pendidikan pra-sekolah
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional
(UU Sisdiknas) merumuskan fungsi dan tujuan pendidikan nasional yang harus digunakan dalam
mengembangkan upaya pendidikan di Indonesia. Pasal 3 UU Sisdiknas menyebutkan,
“Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan dan membentuk watak serta peradaban
bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk
berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa
kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan
menjadi warga negara yang Demokratis serta bertanggung jawab”. Tujuan pendidikan nasional
itu merupakan rumusan mengenai kualitas manusia Indonesia yang harus dikembangkan oleh
setiap satuan pendidikan. Oleh karena itu, rumusan tujuan pendidikan nasional menjadi dasar
dalam pengembangan pendidikan budaya dan karakter bangsa.
Belajar adalah suatu proses yang kompleks yang terjadi pada semua orang dan
berlangsung seumur hidup, sejak dia bayi sampai ke liang lahat (Sardiman, 2001: 1). Proses
belajar selalu eksis dalam proses kehidupan dari awal hingga akhir. Salah satu pertanda
seseorang telah belajar sesuatu adalah adanya perubahan tingkah laku dalam dirinya.
13
Perubahan tingkah laku tersebut menyangkut perubahan bersikap pengetahuan
(kognitif) dan keterampilan (psikomotorik) maupun yang menyangkut nilai dan sikap (afektif).
Menurut Winkel belajar didefinisikan sebagai suatu aktifitas mental atau psikis yang
berlangsung dalam interaksi aktif dengan lingkungan, keterampilan dan nilai-nilai sikap yang
yang bersifat relatif konstan dan berbekas. Sedangkan pembelajaran adalah serangkaian yang
dirancang untuk memungkinkan terjadinya proses belajar pada siswa. Pembelajaran mengacu
pada segala kegiatan yang berpengaruh langsung terhadap proses belajar siswa dan
pembelajaran harus menghasilkan. Belajar merupakan konsep yang tidak dapat dihilangkan
dalam proses belajar mengajar/pembelajaran (Faturrohman, 2012: 9). Proses belajar mengajar
merupakan inti dari proses formal disekolah yang di dalamnya terjadi interaksi antara berbagai
komponen di sekolah, komponen tersebut dikelompokkan atas tiga kategori utama yaitu guru,
materi, dan siswa. Interaksi antara tiga komponen utama melibatkan sarana dan prasarana
seperti metode, media, lingkungan tempat belajar sehinggga tercipta situasi belajar mengajar
yang memungkinkan tercapainya tujuan yang telah direncanakan, dengan demikian guru
memegang peranan penting dalam proses belajar mengajar (Fathurrahman, 2012: 37).
14
Raya).b) kegiatan pendahuluan (Zona Alfa, warmer, pree-tech, secene setting).
c)Kegiatan Inti (strategi discovery learningdan Inquiry base learning, Sumber belajar, Prosedur
aktifitas (mengamati, menanya, mencoba, menalar, dan mengkomunikasikan), Teaching Aids
dan proyek). d) Penutup (refleksi, umpan balik, menyimpulkan dan penilaian guru dan siswa). 3)
Penilaian pembelajaran tematik berbasis multiple intelligencesSD Plus Al-Kautsar yang
digunakan adalah penilaian autentik dengan aspek yang dinilai sosial-spiritual, kognitif dan
psikomotorik. Melakukan remedial untuk siswa di bawah ketuntasan.
Sebelum kita membahas tentang model pembelajaran, terlebih dahulu akan kita kaji
apakah yang dimaksud dengan model. Secara menyeluruh model dimaknakan sebagai suatu
objek atau konsep yang digunakan untuk merepresentasikan seuatu hal. Sesuatu yang nyata
dan di konversi untuk sebuah bentuk yang lebih komperhensip (Meyer, W. J. 1985:2). Sebagai
contoh, model pesawat terbang, yang terbuat dari kayu, plastik dan lim adalah model nyata
dari pesawat terbang. Contoh lain adalah ide politik, opini publik diibaratkan sebagai sebuah
pendulum sebab ia berubah-ubah tiap periodiknya dari kiri ke kanan begitu terus berkelanjutan.
Secara terminologi, kita dapat mengatakan bahwa pendulum adalah sebuah model untuk opini
publik.
Dalam matematika kita juga mengenal istilah model matematika yaitu sebuah model
yang bagian-bagiannya terdiri dari konsep matematika, seperti ketetapan (Konstanta), variable,
fungsi, persamaan, pertidaksamaan, dan sebagainya (Meyer, W. J. 1985:2). Sebagai
contoh,model matematika gerak parabola, model matematika gerak jatuh bebas dan
sebagainya (Trianto, 2008: 1).
Model pesawat terbang dan pendulum adalah obyek nyata; tetapi mereka
bukanlah model matematika. Lalu apa yang di maksud dengan model pembelajaran sendiri?
Model pembelajaran adalah suatu perencanaan atau suatu pola yang digunakan sebagai
pedoman dalam tutorial dan untuk menentukan perangkat-perangkat pembelajaran termasuk
di dalamnya buku-buku, film, komputer, kurikulum, dan lain-lain (Joyce, 1992:4). Selanjutnya
Joyce menyatakan bahwa setiap model pembelajaran mengarahkan kita kedalam mendesain
pembelajaran untuk membantu peserta didik sedemikian rupasehingga tujuan pembelajaran
tercapai.
Adapun Soekamto, dkk (dalam Nurulwati, 2000: 10) mengemukakan maksud dari model
pembelajaran adalah “Kerangka konseptual yang melukiskan prosedur yang sistematis dalam
mengorganisasikan pengalaman belajar untuk mencapai tujuan belajar tertentu, dan berfungsi
sebagai pedoman bagi para perancang pembelajaran dan para pengajar dalam merencanakan
aktivitas belajar mengajar“ . dengan demikian aktivitas pembelajaran benar-benar merupakan
kegiatan bertujuan yang tertata secara sistematis.Hal ini sejalan dengan apa yang dikemukan
oleh Eggen dan Kauchak bahwa model pembelajaran memberikan kerangka dan arah bagi guru
15
untuk mengajar.
D.Implementasi Pendidika Karakter Dalam Pembelajaran Tematik Di Sekolah Dasar
Pendidikan karakter menjadi penting ditengah perkembangan jaman seperti sekarang
ini. Karakter yang baik dan kuat akan mampu menjadi filter bagi anak dalam bergaul, sehingga
ia tidak terjerat dalam pergaulan bebas yang membawa pada kehancuran moral. Penanaman
karakter pada anak harus terus dilakukan secara kontinu agar anak bisa menjadi generasi
penerus bangsa yang unggul dan beradab yang membawa kemajuan bangsa dan negara.
Sehingga tujuan pendidikan nasional berupa untuk pembentukan karakter peserta didik dapat
terwujud. Karakter peserta didik dapat ditanamkan dan dikembangkan melalui lembaga
pendidikan, baik informal, formal, maupun nonformal harapannya dengan penanaman karakter
ini mampu mengatasi berbagai permasalahan moral yang semakin rumit. Adapun
penyelenggaraan pendidikan karakter di sekolah, harus berpijak pada nilai-nilai karakter dasar
manusia. Dengan melibatkan komponen-komponen yang ada di sekolah. Komponen tersebut
meliputi isi kurikulum, proses pembelajaran dan penilaian, penanganan atau pengelolaan mata
pelajaran, pengelolaan sekolah, pelaksanaan aktivitas atau kegiatan kokurikuler, pemberdayaan
sarana prasarana, pembiayaan, dan etos kerja seluruh warga sekolah atau lingkungannya.(
Asmani , 2013: 35).
Dalam struktur kurikulum, pada dasarnya setiap mata pelajaran memuat materi-materi
yang berkaitan dengan karakter. Maka yang perlu dilakukan adalah mengimplementasikan
pendidikan karakter secara terpadu yang ada Kurikulum 2013 disajikan dengan basis tematik.
Melalui pembelajaran tematik ini seorang guru harus mampu menanamkan karakter unggul
secara bertahap. Hal ini dikarenakan konsep tematik yang disajikan tidak bertolak pada satu
materi ajar, tetapi berhubungan dengan suatu persoalan yang didalamnya ada nilai-nilai
karakter yang ingin ditanamkan pada diri peserta didik. Bahan materi ajar yang saling berkaitan
juga diharapkan mampu merangsang pola pikir anak lebih luas dan mendorong anak untuk aktif
dalam pembelajaran sehingga mereka lebih mudah mengembangkan potensi dirinya.
16
BAB III
KELEBIHAN :
Buku ini memiliki pembahasan yang jelas,padat,dan singkat sehingga mudah dimengerti oleh
para pembaca
Terdapat contoh laporan perkembangan anak usia dini yang membuat pembaca mengerti
tentang sistematika penilaian paud
Terdapat sebuah kalimat inti dari rangkuman paragraph pada buku ini
Cover atau sampul buku sangat menarik dan berwarna sehingga membuat pembaca tertarik
untuk membacanya
KEKURANGAN :
Terlalu banyak sub-sub topik sehingga untuk kalangan awam dapat merasa bingung
akan hal itu
Terdapat satu bab dalam buku ini yang pembahasan nya sudah dijelaskan dua kali dalam buku
ini
Tidak adanya gambar dalam buku ini sehingga membuat para pembaca merasa cepat bosan
dalam membaca buku ini
17
BAB IV
KESIMPULAN
Di dalam buku Keterampilan Pendidikan Di SD ini terdapat beberapa kelebihan seperti Buku ini
memiliki pembahasan yang jelas,padat,dan singkat sehingga mudah dimengerti oleh para pembaca.
Terdapat contoh laporan perkembangan anak usia dini yang membuat pembaca mengerti tentang
sistematika penilaian paud. Sistematika penulisan buku sangat jelas. Terdapat sebuah kalimat inti dari
rangkuman paragraph pada buku ini. Cover atau sampul buku sangat menarik dan berwarna sehingga
membuat pembaca tertarik untuk membacanya.
Juga didalam buku ini terdapat kekurangan seperti terlalu banyak sub-sub topik sehingga
untuk kalangan awam dapat merasa bingung akan hal itu,terdapat satu bab dalam buku ini yang
pembahasan nya sudah dijelaskan dua kali dalam buku ini, Tidak adanya gambar dalam buku ini
sehingga membuat para pembaca merasa cepat bosan dalam membaca buku ini.
Jadi kesimpulan saya adalah buku ini sangat cocok di baca oleh anda karena buku ini memilki
kelebihan yang dapat and abaca sehingga anda mengerti tentang apa itu PAUD.
SARAN
Mungkin akan lebih baik apabila penulis memberikan gambar keterangan yang terkait dengan
materi agar para pembaca tidak bosan ketika membaca buku ini.
18
DAFTAR PUSTAKA
Keterampilan Dasar Pendidikan Di SD,Universitas Negeri Medan
19