Anda di halaman 1dari 27

CRITICAL BOOK

REVIEW

MK. Filsafat Pendidikan

kvjd

Skor Nilai:
PRODI S1 PGSD

MK

FILSAFAT PENDIDIKAN
(Drs. H. Soegiono, M. M. dan Dr. Tamsil Muis, 2012)

NAMA MAHASISWA : Zurriyana Nainggolan


NIM : 1183111100
DOSEN PENGAMPU : Mirza Irawan, S.Pd, M.Pd Kons
MATA KULIAH : Filsafat Pendidikan

PROGRAM STUDI S1 PGSD


FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN - UNIVERSITAS NEGERI MEDAN
Oktober 2018
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena atas
Berkat dan Anugerah-Nya, penulis mampu menyelesaikan tugas Critical Book
Report (CBR) ini guna memenuhi tugas mata kuliah Pendidikan Luar Sekolah.
Penulis mengucapkan terima kasih kepada pihak-pihak yang telah
membantu dalam menyelesaikan penyusunan makalah ini, khususnya kepada ibu
dosen mata kuliah Pendidikan Luar Sekolah, yang telah memberikan tugas dan
petunjuk, sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah ini.
Terlepas dari upaya penulis untuk menyusun makalah ini dengan sebaik-
baiknya, penulis tetap menyadari bahwa selalu ada kekurangan, baik dari segi
penggunaan kosa-kata, tata bahasa, maupun kekurangan-kekurangan lainnya.
Oleh karena itu, dengan lapang dada penulis mengharapkan kritikan dan
saran dari pembaca, agar dapat memperbaiki kualitas dan menjadi perbaikan untuk
membuat makalah berikutnya.

Medan, Oktober 2018

Penulis

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ........................................................................................... ii


DAFTAR ISI ......................................................................................................... iii
BAB I PENDAHULUAN .................................................................................... I-1
1.1 Latar Belakang ............................................................................................ I-1
1.2 Tujuan Penulisan ......................................................................................... I-1
1.3 Manfaat Penulisan ....................................................................................... I-1
1.4 Identitas Buku Utama .................................................................................. I-2
1.5 Identitas Buku Pembanding......................................................................... I-2
BAB II ISI BUKU ............................................................................................. II-1
2.1 Isi Buku Utama .......................................................................................... II-1
2.2 Isi Buku Pembanding .............................................................................. II-17
BAB III PEMBAHASAN ................................................................................ III-1
3.1 Kelebihan Buku ........................................................................................ III-1
3.2 Kelemahan Buku ...................................................................................... III-1
BAB IV PENUTUP .......................................................................................... IV-1
4.1 Kesimpulan ............................................................................................... IV-1
4.2 Saran ......................................................................................................... IV-1
DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................ 1

iii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Mengkritik sebuah buku bukanlah hal yang mudah untuk dilakukan, melainkan
suatu kegiatan yang memerlukan sebuah pemahaman serta penalaran secara ringkas
dalam isi buku tersebut. Hal ini karena dalam mengkritik buku perlu menggunakan
kalimat yang efektif, bahasa yang baik dan sopan dalam mengkritik buku, menyusun
apa yang harus ada dalam bab-bab pengantar, memberikan kesan yang baik untuk
berkomentar, hasil dan pembahasan, kesatuan tema dalam setiap bab, serta
kesinambungan antar tiap-tiap bab agar menjadi suatu kritikan yang baik dalam
bahasa serta penulisan.
Pendidikan luar sekolah atau dikenal juga pendidikan non formal merupakan
kegiatan pendidikan diluar sistem formal, membantu masyarakat baik anak-anak,
remaja, dewasa maupun orang tua untuk belajar. Dengan adanya pendidikan luar
sekolah ini diharapkan memperoleh pendidik yang mampu menciptakan kemajuan
bangsa dengan mendidik masyarakat yang terbatas akan ilmu pengetahuan. Dan
dengan adanya pendidikan non formal diharapkan dapat melahirkan orang-orang
yang cerdas, berwawasan luas dan kreatif.

1.2 Tujuan Penulisan


a. Untuk memaparkan pembahasan buku pada setiap babnya.
b. Untuk mengidentifikasi keunggulan dan kelemahan buku.
c. Untuk memaparkan analisis penulis secara umum terhadap buku yang dibahas.

1.3 Manfaat Penulisan


a. Sebagai bahan review bagi karya tulis mengenai Pendidikan Luar Sekolah.
b. Sebagai bahan untuk menganalisis kelebihan dan kelemahan buku yang dikritik.
c. Sebagai pedoman untuk perbaikan bagi karya selanjutnya yang lebih baik dan
ideal.

I-1
I-2

1.4 Identitas Buku Utama


a. Judul : Pendidikan Luar Sekolah Di Dalam Sistem
Pendidikan dan Pembangunan Nasional
b. Penulis : Drs. Sanapiah Faisal
c. Tahun terbit : 1981
d. Tempat terbit : Surabaya
e. Penerbit : Usaha Nasional
f. ISBN : 979-3460-15-6

1.5 Identitas Buku Pembanding


a. Judul : Pendidikan Luar Sekolah
b. Penulis : Prof. H. D. Sudjana S., S.Pd., M.Ed., PhD.
c. Tahun terbit : 2001
d. Tempat terbit : Bandung
e. Penerbit : Falah Production
f. ISBN :-
BAB II
ISI BUKU
2.1 Isi Buku Utama
BAB 1: PEMBANGUNAN NASIONAL
Setiap Negara, baik yang termaksud didalam kategori sudah maju maupun
sedang atau belum berkembang,kesemuanya senantiasa berhadapan dengan
tantangan-tantangan dan masalah-masalah nasionalnya masing-masing.varasi yang
terjadi antar Negara dan atau antar periode didalam sesuatu Negara, paling-paling
terletak pada jenis tantangan atau masalah dan jumlah serta berat-rintangannya
tantangan atau masalah.
Penanganan dan pemecahan masalah atau tantangan nasional dimasing-masing
Negara, pada hakikatnya merupakan : TUNTUTAN INSANI, TUNTUTAN
SOSIAL DAN TUNTUTAN BUDAYA YANG LAHIR DARI KEBUTUHAN
DAN HJAT HIDUP DILINGKUNGAN–LINGKUNGAN MASYARAKAT
DISUATU NEGARA.
Pada butir 1.1 yang mebahas tentang makna dan hakikat pembangunan
nasional, secara tersirat atau tersurat, sebenernya sudah ada petunjuk-petunjuk
mengenai latar belakang dan tujuan pembangunan nasional. Dibagian itu telah
dijelaskan bahwa:
1. Usaha atau gerakan pembangunan nasional merupakan gejala manusiawi,
gejala sosial, dan gejala budaya, yang senantiasa mengabdikan bagi
kepentingan dan hajat hidup manusia dan masyarakat itu sendiri.
2. Pembangunan nasional bukanlah usaha atau gerakan netral,melainkan suatu
usaha atau gerakan yang condong kearah perbaikan tarap dan tata kehidupan
serta penghidupan, sesuai dengan persepsi sosial-budaya masyarakat
bersangkutan.
3. Pembangunan nasional senantiasa menyentuh berbagai segi kehidupan dan
penghidupan masyarakat
4. Arah dan perioritas didalam kebijakan pembangunan nasional, pada dsrnya
merupakan manifestasi dari hasil penangkapan atau penilaian terhadap realitas
kemanusiaan didalam konteks sosial dan budaya setempat dan

II-1
II-2

5. Pembangunan nasional pada hakikatnya ialah pembangunan insan/


pembangunan masyarakat didalam wilayah sesuatu Negara guna perbaikan
tarap dan tata kehidupan serta penghidupannya.
Kelima pokok pikiran diatas menggambarkan adanya dua buah kutup yaitu :
1. Kutup cita-cita
2. Kutup realitas kehidupan dan penghidupan masyarakat.
Pembangunan nasional sebagai suatu usaha atau gerakan dapat dikatakan tidak
berujung. Dikatakan tidak berujung atau tidak pernah selesai, sebab jarak diantara
harapan atau cita-cita nasional dengan kenyataan factual dari kehidupan dan
penghidupan masyarakat.
Tujuan atau cita-cita yang hendak dicapai melalui pembangunan nasional ialah:
“TERWUJUDNYA SUATU MASYARAKAT ADIL DAN MAKMUR YANG
MERATA MATERIL DAN SPIRITUAL BEDASARKAN PANCASILA
DIDALAM WADAH NEGARA KESATUAN REPUBLIK INDONESIA YANG
MERDEKA, BERDAULAT, BERSATU DAN BERKADAULATAN RAKYAT
DALAM SUASANA PERIKEHIDUPAN BANGSA YANG AMAN,
TENTERAM, TERTIB, DAN DINAMIS, SERTA DALAM LINGKUNGAN
PERGAULAN DUNIA YANG MERDEKA, BERSAHABAT, TERTIB, DAN
DAMAI
Landasan pembangunan nasional berhubungan dengan suatu pandangan hidup,
suatu filsafat hidup yang dianut karenanya, ia mencerminkan indentitas nasional
atau kepribadian nasional. Sedangkan azas pembangunan nasional menunjuk
kepada prinsip-prinsip yang digunakan. Pembangunan nasional sebagai suatu usaha
atau gerakan nasional yang berencanadan sistematis. Adapun landasan pelaksanaan
pembangunan nasional tersebut ialah PANCASILA DAN UNDANG-UNDANG
DASAR 1945. Pancasila, disamping ia berkedudukan sebagai dasar Negara, ia juga
merupakan falsafah hidup dan kepribadian bangsa.
Adapuun azas-azas pembangunan nasional yaitu:
1. Azas mamfaat
2. Azas usaha bersama dan kekeluargaan
3. Azas demokrasi
4. Azas adil dan merata
II-3

5. Azas perikehidupan dalam keseimbangan


6. Azas kesadaran hukum
7. Azas kepercayaan pada diri sendiri
Manusialah pemikir dan penggembala dari usaha atau gerakan-gerakan
pembangunan nasional, serta selamanya tidak akan bisa diganti oleh faktor-faktor
non-manusiawi. Perbedaan yang dimaksud terletak pada eksitensi manusia itu
sendiri selaku makhluk sadar: sadar diri, sadar tujuan dan sadar lingkungannya.
Modal kesadaran itulah yang akan bermain didalam pemikiran-pemikiran,
perencanaan dan penggembalaan pembangunan nasional.
Tanggung jawab pendidikan bagi atau didalam usaha-usaha pembangunan
nasional. Pengungkapan tentang tanggung jawab pendidikan tersebut, secara
analistis-konsepsional memang tidak dapat dipisahkan dengan soal faktor manusia
didalam pembangunan usaha pendidikan tidak hanya diminta tanggung jawabnya
untuk melahirkan orang-orang yang mampu dan berkepribadian guna menerima
estafet kedudukan-kedudukan fungsional didalam tekno-struktur kehidupan
bernegara yang sedang membangun disegala bidang, tetapi juga diminta untuk
tanggap terhadap keterbelakangan dan kemiskinan penddikan didalam seluruh
lapisan masyarakat.

2.2 BAB 2: SISTEM PENDIDIKAN NASIONAL


Sistem juga menunjuk kepada kenyataan-kenyataan konkrit yang bervariasi.
Variasi pada sistem terletak pada luas lingkup dan pembuatannya. Didalam
pembuatannya, ada sistem buatan manusia dan ada juga sistem yang bukan buatan
manusia. Sistem pembuatan manusia seperti: sistem ekonomi, sistem politik, sistem
pemerintahan, sistem pendidikan, sistem pertahanan, sistem keamanan dan
sebagainya. Sedangkan sistem tidak buatan manusia seperti: sistem alam semesta,
sistem tata surya, sistem organisme tubuh manusia, dan sebagainya. Berdasarkan
ruang lingkupnya, istilah sistem bisa menunjuk kepada sesuatu yang amat luas ,
tetapi juga bisa menunjuk pada sesuatu yang amat sempit.
Pendidikan nasional juga dapat disebut sebagai satu sistem. Bila pendidikan
nasional dipandang satu sistem,maka ia musti dilihat sebagai suatu totalitas
fungsional dan bertujuan yang tersusun dari rangkaian unsure, elemen, atau
II-4

komponen-komponen. Istilah menyeluruh, semesta dan terpadu membawa


implikasi makna kepada:
1. Terbukanya pendidikan nasional bagi seluruh rakyat Indonesia.
2. Beragamnya program pendidikan sesuai kebutuhan-kebutuhan pendidikan
yang hidup dan berkembang di masyarakat.
3. Terjalinnya totalitas fungsional diantara komponen-komponen yang berperan
didalam upaya pendidikan bangsa.
4. Fungsional sistem pendidikan nasional dengan sistem-sistem lainnya didalam
mengembangkan bangsa kearah tujuan nasional kehidupan berbangsa dan
bernegara.
Pendidikan berurusan dengan pembinaan dan pengembangan daya-daya
manusia. Adapun daya-daya yang melekat pada diri manusia ialah:
1. Daya fisik
2. Daya nalar
3. Daya rasa
4. Daya cipta
5. Daya karsa
6. Daya karya
7. Daya budi
Bagi dunia pendidikan pertanyaan terletak pada:
1. Bagaimanakah implikasi dari nilai-nilai luhur pancasila pada pembinaan daya-
daya yang terdapat pada diri manusia indonesia, dan
2. Bagaimanakah implikasi dari nilai-nilai luhur pancasila pada azas-azas
pengelolaan dan pelaksanaan pendidikan nasional.
Azas-azas pokok yang dimaksud adalah :
1. Azas demokrasi
2. Azas fungsional dan relevansi
3. Azas tanggung jawab bersama bagi seluruh rakyat indonesia
4. Azas adil dan merata
5. Azas berlangsungnya pendidikan disepanjang hidup manusia
6. Azas bhinneka tunggal ika dan
7. Azas pendayagunaan sumber-sumber secara efesien dan efektif
II-5

Hasil identifikasi pada tahap pertama disebutkan ada tujuh isi pokok yaitu:
1. Pendidikan pancasila
2. Pendidikan agama
3. Pendidikan bahasa
4. Pendidikan jasmani
5. Pendidikan kesenian
6. Pendidikan ilmu pengetahuan dan
7. Pendidikan keterampilan
Setelah memperoleh masukan dari masyarakat, komisi pembaharuan
pendidikan nasional lalu mengajukan sepuluh isi pokok, yaitu:
1. Pendidikan moral pancasila
2. Pendidikan agama
3. Pendidikan watak dan keribadian
4. Pendidikan bahasa
5. Pendidikan kesegaran jasmani
6. Pendidikan kesenian
7. Pendidikan ilmu pengetahuan
8. Pendidikan keterampilan
9. Pendidikan kewarganegaraan
10. Pendidikan kesadaran bersejarah
Didalam hubungan,ada dua kemungkinan batasan atau pengertian yang
diajukan .batasan yang dimaksud, yaitu:
Pertama, terbatas pada aktifitas penyelenggaraan pendidikan yang jelas-jelas
terorganisir, pendidikannya terprogram secara teratur dan sistematis, serta jelas
medan aktivitas belajar-mengajarnya
Kedua, tidak terbatas seperti pada pengertian pertama, akan tetapi meliputi
segala macam atau bentuk penyelenggaraan aktivitas melembaga yang
mengandung fungsi pendidikan.

BAB 3: PENGKAJIAN KONSEP PENDIDIKAN LUAR SEKOLAH


Didalam khasanah pedidikan luar sekolah selama ini sudah dikenal beberapa
istilah yang erat sangkut pautnya dengan PLS. Istilah-istilah yang dimaksud penting
II-6

untuk dikenali didalam rangka membangun konsep, batasan atau pengertian PLS.
Istilah-istilah tersebut ada yang memang dimunculkan diindonesia sendiri, dan ada
pula yang beraal dari luar.
Beberapa istilah yang berasal dari luar, seperti :
1. Mass education
2. Community education
3. Fundamental education
4. Extentiom education
5. Community development
6. Adult education
7. Learning society
8. Life-long education and
9. Formal,non-formal dan informal education
Sedangkan istilah yang sudah lama dikenal digunakan secara luas diindonesia
ialah pendidikan masyarakat. Belakangan ini, komisi pembaharuan pendidikan
nasional juga menampilkan suatu konsep tentang pendidikan kemasyarakatan.
Istilah-istilah tadi kesemuanya akan dijelaskan makna atau pemakaiannya
masing-masing sebelum sampai pada pemberian batasan terhadap istilah PLS itu
sendiri. Dalam hubugan ini istilah :
1. Pendidikan masyarakat
2. Pendidikan kemasyarakatan dan
3. Pendidikan formal, non formal, dan informal.
Masing-masing akan diuraikan pada bagian-bagian tersendiri, yaitu pada butir
3.2., 3.3., dan 3.4. sedangkan istilah-istilah lainnya ,lngsung akan diuraikan pada
butir 3.1. ini.

1. Mass education
Menunjukkan pada aktifitas pendidikan dimasyarakat yang sasarannya kepada
individu-individu yang mengalami ketelantaran pendidikan, yaitu individu-
individu yang tidak berkesempatan memperoleh pendidikan melalui jalur sekolah ,
tetapi putus ditengah jalan dan belum sempat terbebas dari kebuta-hurufan.
II-7

2. Community education
Menunjukan kepada suatu gerakan pendidikan yang ditunjukkan bagi
persekutuan-persekutuan hidup, sehingga berkemampuan dan berkebiasaan hidup
tertentu, tentu saja yang relevan dengan keperluan hidup dari persekutuan-
persekutuan hidup yang dimaksud.

3. Fundamental education
Menunjukan pada suatu gerakan pendidikan yang bertujuan untuk
memajukkan perikehidupan dan penghidupan masyarakat, baik dibidang sosial
maupun ekonomi.

4. Extention education
Menunjukan pada suatu gerakan pendidikan, bimbngan, dan penyuluhan
kepada masyarakat yang dilakukan oleh lembaga-lembaga pendidikan tinggi (bisa
juga lembaga-lembaga pendidikan kejuruan menengah).

5. Community development
Menunjukan pada usaha, proses atau gerakan supaya masyarakat sebagai satu
organissi dan sistem sosial bisa berkembang menjadi mampu menolong diri sendiri.
Semboyan yang popular pada gerakan ini adalah: help the people to help them
selves.

6. Adult aducation
Menunjukan aktifitas-aktifitas pendidikan bagi orang-orang dewasa yang
berlangsungnya diluar sistem persekolahan.
Ada beberapa jenis program pendidikan yang bisanya ditangani didalam adult
education ini, yaitu :
1. Pendidikan bekal bekerja
2. Pendidikan jiwa-baru
3. Pendidikan kader, dan
4. Pendidikan yang bersifat rekreatif-apresiatif dan kesegaran jasmani
II-8

 Pendidikan bekal bekerja


Layanan pendidikan khusus bagi orang-orang dewasa yang ingin beralih
kesuatu bidang usaha/kerja lain, sementara bekal pengetahuan dan keterampilan
belum memadai tentang bidang usaha/kerja baru tersebut.

 Pendidikan jiwa baru


Arahnya pada tranformasi nilai dan sikap, terutama pada mereka yang telah
melampauin usia remaja, tetapi tentu saja tidak tertutup kemungkinannya bagi para
pemuda

 Pendidikan kader
Sudah jelas melakukan perkumpulan-perkumpulan dalam masyarakat, baik
perkumpulan yang bergerak dibidang ekonomi maupun sosial. Kemajuan sesuatu
perkumpulan dimasyarakat, katakanlah misalnya seperti koperasi, sudah tentu
banyak bergantung pada kemampuan dan sikap mental pengelolaanya.

 Pendidikan yang bersifat rekreatif-apresiatif dan kesegaran jasmani


Wujudnya berupa pengisian waktu luang untuk kegiatan-kegiatan
keolahragaan dan seni.

7. Learning society
Menunjukan pada kenyataan dimana warga masyarakat secara aktif menggali
pengalaman belajar didalam setiap sela dan segi kehidupannya

8. Life-long education
Menunjukan pada sesuatu kenyataan, suatu kesadaran baru, suatu suatu asas
baru dan juga suatu harapan baru, bahwa: proses pendidikan dan kebutuhan
pendidikan berlangsung disepanjang hidup manusia. Tidak ada istilah “terlambat”,
”terlalu tua” , “terlalun dini” untuk belajar, sebab ia memang berlangsung dan dapat
secara sengaja diarahkan dan intensifkan disepanjang hidup manusia.
II-9

3.2 PENDIDIKAN FORMAL , NON-FORMAL, DAN INFORMAL


Pendidikan formal, apapun rumusan defenisinya yang jelas, ia (baca:
pendidikan formal) menunjukan pada pendidikan sistem persekolahan. Pendidikan
sistem persekolahan tersebut, ia terstandarisir sedemikian rupa, paling tidak di
dalam wujud legalitas-formalnya. Pendidikan formal terstandarisir didalam hal
jenjang-jenjangnya, lama belajarnya ,paket kurikulumnya, persyaratan unsur-unsur
pengolaan nya, persyaratan usia dan tingkatan pengetahuan/kemampuan dari
enrotmentnya.
Pendidikan non-formal, paket pendidikannya berjangka pendek, setiap
program pendidikannya merupakan suatu paket yang sangat spesifik dan biasanya
lahir dari kebutuhan yang sangat dasarkan keperluannya, persyaratan enrolmennya
lebih fleksibel sekuensi materi pelajaran atau pelatihannya relative luwes ,tidak
berjenjang kronologis, serta perolehan dan keberartian nilai kredensialnya tidak
seberapa terstandardisir. Secara umum bisa dikatakan bahwa pendidikan non-
formal relative lebih lentur dan berjangka pendek penyelenggaraannya
dibandingkan dengan pendidikan formal.
Pendidikan in-formal, sama sekali tidak terorganisasi secara structural, tidak
dapat perjenjangan kronologis tidakmengenal adanya kredensials, lebih merupakan
hasil pengalaman belajar individual-mandiri, dan pendidikannnya tidak terjadi
didalam ”medan interaksi belajar mengajar buatan” sebagaimana pada pendidikan
formal dan non-formal.
 Persamaan antara pendidikan non-formal dengan pendidikan in-formal
1. Keduanya terjadi diluar pendidikan formal
2. Klientel (clientele, Inggris) diterima tidak atas dasar kresensials seperti
misalnya ijazah dan lain sebagainya.tidak jug dengan dasar usia
3. Dibanding dengan pada pendidikan pada umumnya lebih banyak yang bersifat
praktis
4. Dapat menggunakan metode mengajar yang sama
5. Dapat diselenggarkan atau berlangsung didalam atau diluar sekolah

 Perbedaan antara pendidikan non-formal dan in-formal


- Non formal
II-10

1. Bisa diselenggarakan dalam gedung sekolah


2. Medan pendidikan yang bersangkutan memang diadakan bagi kepentingan
penyelenggaraan pendidikan
3. Pendidikan deprogram secara tertentu
4. Ada waktu belajar yang tertentu
5. Metode mengajarnya lebih formal
6. Ada evaluasi yang sistematis
7. Diselenggarakan oleh pemerintah dan pihak swasta

- In formal
1. Tidak pernah diselenggarakan dalam gedung sekolah/secara khusus
2. Medan pendidikan yang bersangkutan tidak diadakan pertama-tama dengan
maksud menyelenggarakan pendidikan
3. Pendidikan tidak diprogram secara tertentu
4. Tidak ada waktu belajar yang tertentu
5. Metode mengajarnya tidak formal
6. Tidak ada evaluasi yang sistematis
7. Tidak diselenggarakan oleh pemerintah dan pihak swasta

 Persamaan antara pendidikan non formal dengan pendidikan formal


1. Berbeda dengan pendidikan informal,medan pendidikan keduanya adalah
memang diadakan demi untuk menyelenggarakan pendidikan yang
bersangkutan
2. Materi pendidikan deprogram secara tertentu
3. Ada klientel tertentu yang diharapkan datang ke medannya
4. Memiliki jam belajar yang tertentu
5. Menyelenggarakan evaluasi pelaksanaan programnya
6. Diselenggarakan oleh pemerintah dan atau pihak swasta

 Perbedaan antara pendidikan Non-formal dengan pendidikan formal


- Pendidikan non-formal
1. Pada umumnya tidak dibagi atas jenjang
II-11

2. Waktu penyampaian deprogram lebih pendek


3. Usia siswa disuatu kursus tidak perlu sama
4. Para siswa umumnya berorientsi studi jangka pendek, praktis, agar segera
dapat menerapkan hasil pendidikannya dalam praktek kerja (berlaku terutama
dalam msyarakat sedang berkembang)
5. Merupakan respons daripada kebutuhan khusus yang mendesak
6. Meteri mata pelajaran pada umumnya lebih banyak yang bersifat praktis dan
khusus
7. Kredensials (ijazah dan sebagainya) umumnya kurang memegang peranan
penting terutama bagi penerimaan siswa

- Pendidikan formal
1. Selalu dibagi atas jenjang yang memiliki hubungan hirarkis
2. Waktu penyampaian deprogram lebih panjang atau lebih lama
3. Usia siswa disuatu jenjang relative homogin, khususnya pada jenjang-jenjang
permulaan
4. Para siswa umumnya berorientasi studi buat jangka waktu yang relative lama ,
kurang berorientasi pada materi program yang bersifat praktis, dan kurang
berorientasi kearah cepat bekerja
5. Merupakan respons dari kebutuhan umum dan relative jangka panjang
6. Materi pelajaran pada umumnya lebih banyak bersifat akademis dan umum
7. Kredensials memegang peranan penting terutama bagi penerima siswa pada
tingkatan pendidikan lebih tinggi

a. Pendidikan Masyarakat
Sudah dikenal diligkungan pemerintah dan masyarakat indonesia sejak tahun
permulaan kemerdekaan. Dikatakan demikian, karena pada tahun pertama
indonesia merdeka sudah muncul suatu jawatan dilingkungan struktur pemerintah
Negara bernama jawatan pendidikan masyarakat, bernaung dibawah kementerian
pendidikan, pengajaran, dan kebudayaan. Tugas dari jawatan tersebut ialah
membangunkan, menyadarkan, menginsyafkan dan mengisi masyarakat diluar
dunia sekolah, agar setiap warga Negara menjadi anggota masyarakat yang sadar,
II-12

hidup berguna dan berharga bagi negara, nusa, bangsa, dan dunia (keputusan
menteri P dan K nomor 423/A,24 nopember 1949).
Dalam pelita III ini, paket program pendidikan yang di kembangkan oleh
drektorat pendidikan masyarakat, juga kepada pembinaan sikap mental
pembaharuan dan pembangunan serta pendidikan kewarganegaraan, disamping
paket-paket lain seperti pendidikan dasar (baca: kursus pengetahuan dasar atau
KPD), pendidikan kejuruan masyarakat, pendidikan khusus kewanitaan (baca:
pendidikan kesejahteraan keluarga) dan pendidikan kader-kader pembina program-
program pendidikan ditengah-tengah masyarakat.
Bentuk bentuk pelaksanaan pendidikannya yang utama ialah :
1. Kursus-kursus
2. Belajar bersama didalam kelompok-kelompok belajar atau KEJAR
3. Magang atau ngernet
4. Belajar individual-mandiri ,seperti diperpustakaan rakyat atau lainnya
5. Penyuluh-nyuluhan

b. Pendidikan Kemasyarakatan
Didalam laporan komisi (baca: sistem pendidikan nasional) tadi, bedasarkan
fungsinya, pendidikan nasional dibedakan kedalam tiga jenis yaitu:
1. Pendidikan umum
2. Pendidikan kemasyarakatan
3. Pendidikan khusus
Pendidikan umum maupun pendidikan khusus, keduanya menunjuk pada
pendidikan sistem persekolahan, perbedaannya hanya terletak pada fungsinya
masing-masing; pendidikan khusus terdiri dari pendidikan kedinasan, pendidikan
khusus teknis dan pendidikan khusus keagamaan; sedangkan pendidikan umum,
yaitu pendidikan dasar sampi pendidikan tinggi yang selama ini menjadi wewenang
dapartemen Pdan K, bagaimana dengan pendidikan kemasyarakatan?
Pendidikan kemasyarakatan dengan segala macam variasi bentuknya ,ia sudah
memadu sedemikian rupa didalam perikehidupan dan penghidupan masyarakat
indonesa yaitu: jauh sebelum masuknya pengaruh hindu hingga sekarang ini;
sekarang ini, tentu saja lebih kaya bentuk-bentuk dan variasinya, kekayaan budaya
II-13

yang tidak ternilai itu (baca:pendidikan kemasyarakatan ), sudah wajar kalau perlu
ditata dan terpadu didalam sistem pendidikan nasional dalam hubungan tersebut ,
komisi pembaharuan pendidikan nasional berpendapat bahwa: PENDIDIKAN
KEMASYARAKATAN SEBAGAI SUATU GERAKAN DALAM USAHA
MENCERDASKAN KEHIDUPAN BANGSA, MERUPAKAN JENIS
PENDIDIKAN YANG MEMPUNYAI JANGKAUAN LUAS. OLEH KARENA
ITU, PENDIDIKAN KEMASYARAKATAN HARUS DIDUKUNG OLEH
SISTEM PENGOLAAN YANG KUAT DAN JELAS. DALAM HUBUNGAN INI
PERLU DIPERTIMBANGKAN SUPAYA PENDIDIKAN
KEMASYARAKATAN DIKELOLA OLEH SATU BADAN PEMERINTAH
NON DAPARTEMEN YANG MERUPAKAN BADAN KOORDINASI
PENDIDIKAN KEMASYARAKATAN DENGAN LIGKUP KEWENANGAN
DAN TANGGUNG JAWAB SENDIRI, DAN MEMPEROLEH ANGGARAN
SECARA TERSENDIRI.

c. Keragaman
Keragaman yang dimaksud, bukan saja didalam jenis program pendidikan dan
tujuannya, tetapi juga beragam didalam hal-hal lain, seperti: keragaman didalam
hal sasaran populasi didiknya, keragaman didalam hal lama program
pendidikannya, keragaman didalam hal unsure pengolaannya, keragaman didalam
hal tingkat keterorganisasian dan terprogamnya, dan sebagainya.
Didalam mengungkapkan tingkat keterorganisasian dan keterprograman
dimaksud, disini menggunakan enam buah variabel sebagai titik tolaknya, variabel-
variabel tersebut adalah:
1. Ada tidaknya forum buatan interaksi belajar–mengajar (selanjutnya disebut
variabel forum buatan)
2. Ada tidaknya paket kurikulum atau program pendidikannya yang terstruktur
(selanjutnya disebut variabel paket kurikulum)
3. Ada tidaknya kegiatan evaluasi kemajuan belajar (selanjutnya disebut variabel
evaluasi belajar)
4. Bermaksud pendidikan ataukah tidak fungsi utamanya (selanjutnya disebut
variabel kesengajaan pendidikan)
II-14

5. Diniatkan atau tidak untuk maksud-maksud belajar oleh pihak yang


memperoleh pengalaman belajar (selanjutnya disebut variabel niat belajar) dan
6. Fungsi kelembagaan atau tidak pengaruh-pengaruh pendidikannya itu
(selanjutnya disebut variabel fungsi lembaga)

d. Batasan Konsep
Konsep PLS mencakup keseluruhan variasi tingkat keterorganisasian dan
keterprograman sebagaimana yang dilukiskan dalam butir 3.5.? atau PLS itu
disamakan persis dengan konsep jenis pendidikan kemasyarakatan seperti yang
telah diintrodusir oleh komisi pembaharuan pendidikan nasional? Sekali lagi, ini
soal keputusan, tentulah yang akan diajukan di bagian ini (baca: butir 3.6) tentang
saja disertai landasan-landasan pemikirannya.
Bertolak pada pandangan dan jalan pikiran diatas, disini bisa diajukan beberapa
aktifitas melembaga (baca: terbatas pada yang diperkirakan memainkan fungsi
PLS) yang bersifat terbuk pada masyarakat luas, yaitu :
1. Media massa
2. Pengandaan buku, termaksud buku dan komik-komik
3. Pokok pesantren (baca: aktifitas sorongan, bandongan dan wetonnya)
4. Pengajian-pengajian dan dakwah agamaan
5. Kursus-kursus
6. Penataran-penataran
7. Training-training
8. Penyuluhan-penyuluhan serta bimbingan-bimbingan sosial yang terjun
ketengah-tengah masyarakat
9. Pertunjukan-pertunjukan (film,seni,pemeran,dan sebagainya)
10. Perekaman yang dipublisir atau dikomersialkan (kaset-kaset)
11. Kelompok-kelompok organisasi, baik politik, ekonomi maupun sosial
termaksud juga kepramukaan
12. Upacara-upacara keagamaan, nasional dan adat
13. Pusat-pusat dan rehabilitas sosial (lembaga pemasyarakatan ,pemumkiman
tuna wisma,lokalisasi WTS, bispa dan kesebagainya)
14. Permagangan pada lembaga-lembaga pemberi kerja
II-15

15. Perpustakaan umum


16. Permesuman
17. Pusat-pusat oleh jiwa dan raga
18. Pusat-pusat studi, percobaan-percobaan atau pengembangan.

BAB 4: ALASAN PENGEMBANGAN PENDIDIKAN LUAR SEKOLAH


Ada lima fakta yang akan diungkapkan pada bagian ini ,yang secara sendiri-
sendiri atau bersama-sama ikut melandasi perlunya pengembangan PLS. Fakta-
fakta yang dimaksud ialah: kesejarahan, kebutuhan pendidika, keterbatasan
pendidikan persekolahan, potensi sumber belajar, dan keterlantaran PLS.
Ada dua titik tolak atau titik pijak yang akan diungkapkan pada bagian
analistik–prespektif ini, yang secara sendiri-sendiri atau bersama-sama juga ikutnya
melandasi perlunya pembinaan dan pengembangan PLS. Titik pijak yang dimaksud
alah: pelestarian indentitas bangsa, dan kecenderungan belajar individual-mandiri.
Ada tiga landasan yang dijadikan titik tolak, yaitu:
1. Undang-undang dasar Negara republic indonesia 1945 disingkat UUD 1945
2. Ketetapan majelis permusyawaratan rakyat republic indonesia nomor:
IV/MPR/1978 tentang garis-garis besar haluan Negara, selanjutnya disingkat
GBHN
3. Rencana pembangunan lima tahun ketiga 1979/1980-1983/1984, selanjutnya
disingkat pelita tiga.

BAB 5: PENGEMBANGAN PROGRAM PENDIDIKAN LUAR SEKOLAH


Ada beberapa dasar klasifikasi yang dapat dipakai untuk menunjukan populasi
sasaran dari program-program PLS. Dasar-dasar klasifikasi yang dimaksud, seperti:
usia, jenis kelamin, lingkungan tempat tinggal, latar belakang, pekerjaan, latar
belakang pendidikan yang dicapai, dan latar belakang kelainan sosial.
Bedasarkan usia, populasi sasaran pengembangan program PLS bisa dibagi
kedalam tiga kategori besar, yaitu: usia anak-anak, usia pemuda/remaja, dan usia
orang dewasa. Variabel jenis kelamin sudah jelas hanya terbagi dua yaitu laki-laki
dan perempuan. Variabel lingkungan tempat tinggal, bisa dibagi kedalam
perkotaan, pinggiran kota, dan pedesaan-pedalaman. Dilihat dari segi latar belakang
II-16

pekerjaan, bisa dibagi kedalam: warga masyarakat yang belum memasuki lapangan
kerja, dan warga masyarakat yang telah berkecimpung didalam dunia kerjanya
masing-masing. Variabel latar belakang pendidikan yang dicapai, klasifikasinya
bisa dibagi menjadi: buta huruf atau tidak berkesempatan mengikuti pendidikan
formal, sudah mampu baca tulis, akan tetapi belum memadai tingkt pengetahuan
lainnya sebagai bekal hidup dan bekerja, tingkat pengetahuan dan kemampuannya
sudah relative memadai, dan memiliki tingkat pendidikan formal setingkat
perguruan tinggi. Variabel latar belakang kelainan sosial, tentu saja dimaksudkan
secara terbatas pada warga masyarakat yang memiliki kelainan-kelainan sosial.
Langkah-langkah pokok yang dimaksud adalah:
1. Penentuan populasi sasaran
2. Identifikasi kebutuhan belajar
3. Identifikasi sumber-sumber belajar yng relevan serta
4. Penentuan strategi pelaksanaan PLS
Jenis program PLS bedasarkan fungsinya, ialah: pendidikan keaksaraan,
pendidikan vokasional, pendidikan kader, pendidikan umum dan penyuluhan,
pendidikan penyegar jiwa raga. Sedangkan isi pendidikan bida dibagi kedalam: isi
yang berhubungan mutu kehidupan, dan isi yang berhubungan dengan keterampilan
untuk meningkatkan pendapatan.

BAB 6: PENGELOLAAN PENDIDIKAN LUAR SEKOLAH


Tujuh potensi pengelolaan PLS; diluar ke tujuh potensi tersebut, mungkin saja
masih ada, seandainya dilakukan eksplorasi secara lebih lanjut. Ketujuh potensi
tersebut adalah:
1. Kelembagaan pendidikan formal
2. Lembaga layanan khusus
3. Lembaga-lembaga pemberi kerja
4. Kelembagaan media masa
5. Sanggar sumber dan kegiatan belajar
6. Instansi-instansi layanan bimbingan dan penyuluhan masyarakat
7. Lembaga dan organisasi kemasyarakatan.
II-17

Ada empat langkah pokok didalam pengembangan PLS, keempat langkah


pokok itu adalah:
1. Penentuan populasi sasaran secara jelas dan tegas, variabel mana saja yang
masuk atau tidak
2. Identifikasi kebutuhan belajar populasi sasaran, sampai menemukan
spesifikasi-spesifikasi yang relevan, dan mengena
3. Identifikasi sumber-sumber belajar yang tersedia dan memungkinkan
didayagunakan dan
4. Menentukan strategi pelaksanaan PLS
Untuk menangani keempat langkah tadi, ada beberapa kemampuan atau
kebolehan yang diperlukan, yaitu:
1. Kemampuan mendiagnose kebutuhan masyarakat
2. Kemampuan merancang strategi program belajar masyarakat
3. Kemampuan mengorganisir dan mengadminitrasi program belajar masyarakat
4. Kemampuan menggalang dan mendinamisir program belajar masyarakat
5. Kemapuan memonitor dan mengevaluasi program belajar masyarakat dan
6. Kemampuan membimbing soal-soal metodologis kependidikan didalam PLS
Ada beberapa kemungkinan pilihan, disini akan diajukan tiga kemungkinan
pilihan yaitu:
1. Direktorat pendidikan masyarakat
2. Unit baru yang di strukturan didalam dapertemen dalam negeri
3. Lembaga baru non dapertemen

2.2 Isi Buku Pembanding

Pendidikan merupakan hal yang sangat penting, karena dengan pendidikan


manusia bisa memperoleh ilmu, keterampilan dan kecakapan hidup. Pendidikan itu
sendiri dilaksanakan sejak kita lahir sampai akhir hayat. Dalam buku tersebut
penulis menjelaskan tentang pendidikan luar sekolah.

Pendidikan luar sekolah adalah salah satu kegiatan yang bertujuan untuk
membelajarkan masyarakat agar dapat memperoleh keterampilan, pengalaman,
II-18

pengetahuan yang dilaksanakan diluar kegiatan formal (persekolahan). Dalam


pendidikan luar sekolah banyak kegiatan dilaksanakan seperti kursus, try out, kejar
paket A B C, les privat dan lain-lain. Pendidikan luar sekolah sendiri merupakan
salah satu dari sekian banyak istlah kependidikan. Munculnya berbagai istilah
tersebut menunjukkan bahwa penyelenggaraan pendidikan mulai berkembang
secara wajar dan luas, pendidikan itu tidak hanya dilakukan disekolah saja
melainkan bisa dilakukan di luar sekolah. Pada waktu permulaan kehadirannya,
pendidikan luar sekolah itu dipengaruhi oleh pendidikan informal, yaitu kegiatan
yang terutama berlangsung dalam keluarga. Pada dasarnya kegiatan tersebut
menjadi akar untuk tumbuhnya perbuatan mendidik yang dikenal dewasa ini.
Dalam perkembangan selanjutnya, keluarga-keluarga itu membentuk satu
pengelompokan atas dasar wilayah tempat tinggal atau keturunan. Dalam
masyarakat terdapat tradisi dan adat istiadat yang mendorong penduduk untuk
belajar, berusaha, dan bekerjasama atas dasar nilai-nilai budaya dan moral yang
dianut oleh masyarakat itu. Selain itu agama juga mempengaruhi dalam hal
pendidikan, kehadiran agama dalam kehidupan masyarakat lebih melandasi
perkembangan pendidikan luar sekolah. Belajar membaca kitab suci, kaidah-kaidah
agama, tata cara sembahyang, yang pada umumnya dilakukan di tempat
peribadatan, merupakan kegiatan belajar mengajar yang mendasari situasi
pendidikan luar sekolah.

Pendidikan luar sekolah, selain bersumber pada kaidah-kaidah agama dan adat
istiadat serta tradisi sebagaimana telah dikemukakakn dalam uraian, didasari pula
oleh falsafah Pancasila, Undang-Undang Dasar 1945, Garis-Garis Besar Haluan
Negara, Undang-Undang No. 2 tahun 1989 Tentang Sistem Pendidikan Nasional,
Peraturan Pemerintah sebagai penjabaran undang-undang tersebut. Dukungan
lainnya adalah falsafah pendidikan, ilmu pengetahuan dan humaniora, teori-teori
pendidikan, serta teori sosial-ekonomi yang mempunyai kaitan erat dengan
pendidikan luar sekolah. Dalam pendidikan luar sekolah juga didasarkan pula atas
berbagai teori yang mendukung antara lain teori pendidikan, teori ekonomi, dan
teori gerakan masyarakat. Teori teori yang dibahas disini berkaitan dengan dua hal
pokok, yaitu pertama, teori yang merujuk pada hipotesa-hipotesa yang diverifikasi
II-19

melalui observasi atau eksperimen dan kedua, teori yang mengandung arti sebagai
cara berpikir sistematis dan taat asas (konsisten).

Kebutuhan terasa dianggap sama dengan keinginan atau kehendak. Tipe


kebutuhan ini dapat diidentifikasi dengan mudah melalui wawancara dengan
seseorang atau sekelompok orang mengenai apa yang mereka inginkan. Kebutuhan
itu sendiri merupakan sesuatu yang harus dipenuhi, didalam pendidikan luar
sekolah, identifikasi kebutuhan yang diantisipsi ini akan membantu dalam
mempersiapkan peserta didik agar mampu memantau lingkungan dan memahami
kemungkinan-kemungkinan yang dapat terjadi di masa depan. Kebutuhan yang
berkaitan dengan upaya manusia untuk mempertahankan dan mengembangkan
kehidupannya disebut kebutuhan hidup manusia.

Pendidikan sepanjang hayat menegaskan bahwa saat manusia untuk


mengalami pendidikan adalah selama hidupnya atau sepanjang hayat. Tujuan
pendidikan sepanjang hayat adalah tidak sekedar perubahan melainkan untuk
tercapainya kepuasan setiap orang yang melakukannya. Fungsi pendidikan
sepanjang hayat adalah sebagai kekuatan motivasi bagi peserta didik agar ia dapat
melakukan kegiatan belajar berdasarkan dorongan atau diarahkanoleh dirinya
sendiri dengan cara berpikir dan berbuat di dalam dan terhadap dunia
kehidupannya.

Masa depan, sebagai kurun waktu yang akan dialami oleh umat manusia,
merupakan saat yang sarat dengan harapan dan pernyataan. Di satu pihak bahwa
setiap individu, masyarakat, dan bangsa mengharapkan kehidupan yang lebih baik
di masa depan. Segala upaya yang dilakukan pada saat ini ialah untuk mencapai
tujuan itu. Pendidikan luar sekolah, sebagai bagian dari pendidikan nasional yang
program-programnya berkaitan dengan berbagai sector pembangunan, adalah wajar
untuk memantapkan tugas pokoknya agar berorientasi pada perubahan masyarakat
yang mungkin terjadi di masa depan.
BAB III
PEMBAHASAN

3.1 Kelebihan Buku


BUKU UTAMA BUKU PEMBANDING
Judul yang dibuat sipenulis sudah rapi
Kertas yang digunakan bagus
dan membuat sipembaca mengerti
Sistematika penyusunan buku sudah baik
Menggunakan tabel untuk
mulai dari cover, kata pengantar, daftar
membedakan perbedaan dan
isi, pembahasan yang akan dibahas serta
persamaan
daftar pustakanya
Penjelasan pada tiap judul sangat
jelas dan bagus
Menggunakan bahasa inggris
Daftar pustaka tidak menggunakan
buku dalam negeri tetapi juga buku
luar negeri

3.2 Kelemahan Buku


BUKU UTAMA BUKU PEMBANDING
Terdapat banyak pengulangan kata yang
Bahasanya sedikit kurang dimengerti
tidak penting
Cover tidak sesuai untuk pendidikan
Terdapat kata-kata yang sulit untuk
luar sekolah aturannya cover depan
dipahami
gambar kemasyarakatan
Tulisannya terdapat tulisan/ejaan
Penjelasan materi yang sedikit
jaman dulu
Ada beberapa paragraf yang tidak
menjorok kedalam
Ada beberapa point yang tidak diberi
tanda sehingga susah dimengerti

III-1
BAB IV
PENUTUP

4.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil review yang telah dilakukan, dapat diambil kesimpulan
bahwa kedua buku tersebut membahas tentang pendidikan luar sekolah. Buku 1
dapat membantu kita untuk mengetahui tentang filsafat pendidikan luar sekolah
seperti pendidikan formal, informal dan non formal. Sedangkan buku 2 lebih
membantu kita untuk memahami praktik pendidikan informal, formil, dan non
formil seperti latar belakangnya dan hubungan pendidikan.
Terlepas dari kelebihan dan kekurangan yang dimilikinya, kedua buku tersebut
sangat layak untuk dibaca dan sangat bermanfaat khususnya bagi mahasiswa yang
sekarang berada pada Fakultas Pendidikan. Karena buku ini bisa dijadikan sebagai
acuan atau pedoman didalam proses pembelajaran.

4.2 Saran
Setelah melakukan review pada kedua buku tersebut, hal yang dapat saya
sarankan kepada pembaca adalah saat melakukan review ataupun resensi pada
sebuah buku hendaknya membaca keseluruhan isi buku dengan seksama agar
penilaian yang diberikan tidak sembarangan dan tidak merugikan penulis buku.
Hasil review pun akan sangat bermanfaat bagi banyak orang.

IV-1
DAFTAR PUSTAKA

Faisal, Sanapiah. 1981. Pendidikan Luar Sekolah Di Dalam Sistem Pendidikan dan
Pembangunan Nasional. Surabaya: Usaha Nasional
Sudjana. 2001. Pendidikan Luar Sekolah. Bandung: Falah Production

Anda mungkin juga menyukai