REVIEW
kvjd
Skor Nilai:
PRODI S1 PGSD
MK
FILSAFAT PENDIDIKAN
(Drs. H. Soegiono, M. M. dan Dr. Tamsil Muis, 2012)
Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena atas
Berkat dan Anugerah-Nya, penulis mampu menyelesaikan tugas Critical Book
Report (CBR) ini guna memenuhi tugas mata kuliah Pendidikan Luar Sekolah.
Penulis mengucapkan terima kasih kepada pihak-pihak yang telah
membantu dalam menyelesaikan penyusunan makalah ini, khususnya kepada ibu
dosen mata kuliah Pendidikan Luar Sekolah, yang telah memberikan tugas dan
petunjuk, sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah ini.
Terlepas dari upaya penulis untuk menyusun makalah ini dengan sebaik-
baiknya, penulis tetap menyadari bahwa selalu ada kekurangan, baik dari segi
penggunaan kosa-kata, tata bahasa, maupun kekurangan-kekurangan lainnya.
Oleh karena itu, dengan lapang dada penulis mengharapkan kritikan dan
saran dari pembaca, agar dapat memperbaiki kualitas dan menjadi perbaikan untuk
membuat makalah berikutnya.
Penulis
ii
DAFTAR ISI
iii
BAB I
PENDAHULUAN
I-1
I-2
II-1
II-2
Hasil identifikasi pada tahap pertama disebutkan ada tujuh isi pokok yaitu:
1. Pendidikan pancasila
2. Pendidikan agama
3. Pendidikan bahasa
4. Pendidikan jasmani
5. Pendidikan kesenian
6. Pendidikan ilmu pengetahuan dan
7. Pendidikan keterampilan
Setelah memperoleh masukan dari masyarakat, komisi pembaharuan
pendidikan nasional lalu mengajukan sepuluh isi pokok, yaitu:
1. Pendidikan moral pancasila
2. Pendidikan agama
3. Pendidikan watak dan keribadian
4. Pendidikan bahasa
5. Pendidikan kesegaran jasmani
6. Pendidikan kesenian
7. Pendidikan ilmu pengetahuan
8. Pendidikan keterampilan
9. Pendidikan kewarganegaraan
10. Pendidikan kesadaran bersejarah
Didalam hubungan,ada dua kemungkinan batasan atau pengertian yang
diajukan .batasan yang dimaksud, yaitu:
Pertama, terbatas pada aktifitas penyelenggaraan pendidikan yang jelas-jelas
terorganisir, pendidikannya terprogram secara teratur dan sistematis, serta jelas
medan aktivitas belajar-mengajarnya
Kedua, tidak terbatas seperti pada pengertian pertama, akan tetapi meliputi
segala macam atau bentuk penyelenggaraan aktivitas melembaga yang
mengandung fungsi pendidikan.
untuk dikenali didalam rangka membangun konsep, batasan atau pengertian PLS.
Istilah-istilah tersebut ada yang memang dimunculkan diindonesia sendiri, dan ada
pula yang beraal dari luar.
Beberapa istilah yang berasal dari luar, seperti :
1. Mass education
2. Community education
3. Fundamental education
4. Extentiom education
5. Community development
6. Adult education
7. Learning society
8. Life-long education and
9. Formal,non-formal dan informal education
Sedangkan istilah yang sudah lama dikenal digunakan secara luas diindonesia
ialah pendidikan masyarakat. Belakangan ini, komisi pembaharuan pendidikan
nasional juga menampilkan suatu konsep tentang pendidikan kemasyarakatan.
Istilah-istilah tadi kesemuanya akan dijelaskan makna atau pemakaiannya
masing-masing sebelum sampai pada pemberian batasan terhadap istilah PLS itu
sendiri. Dalam hubugan ini istilah :
1. Pendidikan masyarakat
2. Pendidikan kemasyarakatan dan
3. Pendidikan formal, non formal, dan informal.
Masing-masing akan diuraikan pada bagian-bagian tersendiri, yaitu pada butir
3.2., 3.3., dan 3.4. sedangkan istilah-istilah lainnya ,lngsung akan diuraikan pada
butir 3.1. ini.
1. Mass education
Menunjukkan pada aktifitas pendidikan dimasyarakat yang sasarannya kepada
individu-individu yang mengalami ketelantaran pendidikan, yaitu individu-
individu yang tidak berkesempatan memperoleh pendidikan melalui jalur sekolah ,
tetapi putus ditengah jalan dan belum sempat terbebas dari kebuta-hurufan.
II-7
2. Community education
Menunjukan kepada suatu gerakan pendidikan yang ditunjukkan bagi
persekutuan-persekutuan hidup, sehingga berkemampuan dan berkebiasaan hidup
tertentu, tentu saja yang relevan dengan keperluan hidup dari persekutuan-
persekutuan hidup yang dimaksud.
3. Fundamental education
Menunjukan pada suatu gerakan pendidikan yang bertujuan untuk
memajukkan perikehidupan dan penghidupan masyarakat, baik dibidang sosial
maupun ekonomi.
4. Extention education
Menunjukan pada suatu gerakan pendidikan, bimbngan, dan penyuluhan
kepada masyarakat yang dilakukan oleh lembaga-lembaga pendidikan tinggi (bisa
juga lembaga-lembaga pendidikan kejuruan menengah).
5. Community development
Menunjukan pada usaha, proses atau gerakan supaya masyarakat sebagai satu
organissi dan sistem sosial bisa berkembang menjadi mampu menolong diri sendiri.
Semboyan yang popular pada gerakan ini adalah: help the people to help them
selves.
6. Adult aducation
Menunjukan aktifitas-aktifitas pendidikan bagi orang-orang dewasa yang
berlangsungnya diluar sistem persekolahan.
Ada beberapa jenis program pendidikan yang bisanya ditangani didalam adult
education ini, yaitu :
1. Pendidikan bekal bekerja
2. Pendidikan jiwa-baru
3. Pendidikan kader, dan
4. Pendidikan yang bersifat rekreatif-apresiatif dan kesegaran jasmani
II-8
Pendidikan kader
Sudah jelas melakukan perkumpulan-perkumpulan dalam masyarakat, baik
perkumpulan yang bergerak dibidang ekonomi maupun sosial. Kemajuan sesuatu
perkumpulan dimasyarakat, katakanlah misalnya seperti koperasi, sudah tentu
banyak bergantung pada kemampuan dan sikap mental pengelolaanya.
7. Learning society
Menunjukan pada kenyataan dimana warga masyarakat secara aktif menggali
pengalaman belajar didalam setiap sela dan segi kehidupannya
8. Life-long education
Menunjukan pada sesuatu kenyataan, suatu kesadaran baru, suatu suatu asas
baru dan juga suatu harapan baru, bahwa: proses pendidikan dan kebutuhan
pendidikan berlangsung disepanjang hidup manusia. Tidak ada istilah “terlambat”,
”terlalu tua” , “terlalun dini” untuk belajar, sebab ia memang berlangsung dan dapat
secara sengaja diarahkan dan intensifkan disepanjang hidup manusia.
II-9
- In formal
1. Tidak pernah diselenggarakan dalam gedung sekolah/secara khusus
2. Medan pendidikan yang bersangkutan tidak diadakan pertama-tama dengan
maksud menyelenggarakan pendidikan
3. Pendidikan tidak diprogram secara tertentu
4. Tidak ada waktu belajar yang tertentu
5. Metode mengajarnya tidak formal
6. Tidak ada evaluasi yang sistematis
7. Tidak diselenggarakan oleh pemerintah dan pihak swasta
- Pendidikan formal
1. Selalu dibagi atas jenjang yang memiliki hubungan hirarkis
2. Waktu penyampaian deprogram lebih panjang atau lebih lama
3. Usia siswa disuatu jenjang relative homogin, khususnya pada jenjang-jenjang
permulaan
4. Para siswa umumnya berorientasi studi buat jangka waktu yang relative lama ,
kurang berorientasi pada materi program yang bersifat praktis, dan kurang
berorientasi kearah cepat bekerja
5. Merupakan respons dari kebutuhan umum dan relative jangka panjang
6. Materi pelajaran pada umumnya lebih banyak bersifat akademis dan umum
7. Kredensials memegang peranan penting terutama bagi penerima siswa pada
tingkatan pendidikan lebih tinggi
a. Pendidikan Masyarakat
Sudah dikenal diligkungan pemerintah dan masyarakat indonesia sejak tahun
permulaan kemerdekaan. Dikatakan demikian, karena pada tahun pertama
indonesia merdeka sudah muncul suatu jawatan dilingkungan struktur pemerintah
Negara bernama jawatan pendidikan masyarakat, bernaung dibawah kementerian
pendidikan, pengajaran, dan kebudayaan. Tugas dari jawatan tersebut ialah
membangunkan, menyadarkan, menginsyafkan dan mengisi masyarakat diluar
dunia sekolah, agar setiap warga Negara menjadi anggota masyarakat yang sadar,
II-12
hidup berguna dan berharga bagi negara, nusa, bangsa, dan dunia (keputusan
menteri P dan K nomor 423/A,24 nopember 1949).
Dalam pelita III ini, paket program pendidikan yang di kembangkan oleh
drektorat pendidikan masyarakat, juga kepada pembinaan sikap mental
pembaharuan dan pembangunan serta pendidikan kewarganegaraan, disamping
paket-paket lain seperti pendidikan dasar (baca: kursus pengetahuan dasar atau
KPD), pendidikan kejuruan masyarakat, pendidikan khusus kewanitaan (baca:
pendidikan kesejahteraan keluarga) dan pendidikan kader-kader pembina program-
program pendidikan ditengah-tengah masyarakat.
Bentuk bentuk pelaksanaan pendidikannya yang utama ialah :
1. Kursus-kursus
2. Belajar bersama didalam kelompok-kelompok belajar atau KEJAR
3. Magang atau ngernet
4. Belajar individual-mandiri ,seperti diperpustakaan rakyat atau lainnya
5. Penyuluh-nyuluhan
b. Pendidikan Kemasyarakatan
Didalam laporan komisi (baca: sistem pendidikan nasional) tadi, bedasarkan
fungsinya, pendidikan nasional dibedakan kedalam tiga jenis yaitu:
1. Pendidikan umum
2. Pendidikan kemasyarakatan
3. Pendidikan khusus
Pendidikan umum maupun pendidikan khusus, keduanya menunjuk pada
pendidikan sistem persekolahan, perbedaannya hanya terletak pada fungsinya
masing-masing; pendidikan khusus terdiri dari pendidikan kedinasan, pendidikan
khusus teknis dan pendidikan khusus keagamaan; sedangkan pendidikan umum,
yaitu pendidikan dasar sampi pendidikan tinggi yang selama ini menjadi wewenang
dapartemen Pdan K, bagaimana dengan pendidikan kemasyarakatan?
Pendidikan kemasyarakatan dengan segala macam variasi bentuknya ,ia sudah
memadu sedemikian rupa didalam perikehidupan dan penghidupan masyarakat
indonesa yaitu: jauh sebelum masuknya pengaruh hindu hingga sekarang ini;
sekarang ini, tentu saja lebih kaya bentuk-bentuk dan variasinya, kekayaan budaya
II-13
yang tidak ternilai itu (baca:pendidikan kemasyarakatan ), sudah wajar kalau perlu
ditata dan terpadu didalam sistem pendidikan nasional dalam hubungan tersebut ,
komisi pembaharuan pendidikan nasional berpendapat bahwa: PENDIDIKAN
KEMASYARAKATAN SEBAGAI SUATU GERAKAN DALAM USAHA
MENCERDASKAN KEHIDUPAN BANGSA, MERUPAKAN JENIS
PENDIDIKAN YANG MEMPUNYAI JANGKAUAN LUAS. OLEH KARENA
ITU, PENDIDIKAN KEMASYARAKATAN HARUS DIDUKUNG OLEH
SISTEM PENGOLAAN YANG KUAT DAN JELAS. DALAM HUBUNGAN INI
PERLU DIPERTIMBANGKAN SUPAYA PENDIDIKAN
KEMASYARAKATAN DIKELOLA OLEH SATU BADAN PEMERINTAH
NON DAPARTEMEN YANG MERUPAKAN BADAN KOORDINASI
PENDIDIKAN KEMASYARAKATAN DENGAN LIGKUP KEWENANGAN
DAN TANGGUNG JAWAB SENDIRI, DAN MEMPEROLEH ANGGARAN
SECARA TERSENDIRI.
c. Keragaman
Keragaman yang dimaksud, bukan saja didalam jenis program pendidikan dan
tujuannya, tetapi juga beragam didalam hal-hal lain, seperti: keragaman didalam
hal sasaran populasi didiknya, keragaman didalam hal lama program
pendidikannya, keragaman didalam hal unsure pengolaannya, keragaman didalam
hal tingkat keterorganisasian dan terprogamnya, dan sebagainya.
Didalam mengungkapkan tingkat keterorganisasian dan keterprograman
dimaksud, disini menggunakan enam buah variabel sebagai titik tolaknya, variabel-
variabel tersebut adalah:
1. Ada tidaknya forum buatan interaksi belajar–mengajar (selanjutnya disebut
variabel forum buatan)
2. Ada tidaknya paket kurikulum atau program pendidikannya yang terstruktur
(selanjutnya disebut variabel paket kurikulum)
3. Ada tidaknya kegiatan evaluasi kemajuan belajar (selanjutnya disebut variabel
evaluasi belajar)
4. Bermaksud pendidikan ataukah tidak fungsi utamanya (selanjutnya disebut
variabel kesengajaan pendidikan)
II-14
d. Batasan Konsep
Konsep PLS mencakup keseluruhan variasi tingkat keterorganisasian dan
keterprograman sebagaimana yang dilukiskan dalam butir 3.5.? atau PLS itu
disamakan persis dengan konsep jenis pendidikan kemasyarakatan seperti yang
telah diintrodusir oleh komisi pembaharuan pendidikan nasional? Sekali lagi, ini
soal keputusan, tentulah yang akan diajukan di bagian ini (baca: butir 3.6) tentang
saja disertai landasan-landasan pemikirannya.
Bertolak pada pandangan dan jalan pikiran diatas, disini bisa diajukan beberapa
aktifitas melembaga (baca: terbatas pada yang diperkirakan memainkan fungsi
PLS) yang bersifat terbuk pada masyarakat luas, yaitu :
1. Media massa
2. Pengandaan buku, termaksud buku dan komik-komik
3. Pokok pesantren (baca: aktifitas sorongan, bandongan dan wetonnya)
4. Pengajian-pengajian dan dakwah agamaan
5. Kursus-kursus
6. Penataran-penataran
7. Training-training
8. Penyuluhan-penyuluhan serta bimbingan-bimbingan sosial yang terjun
ketengah-tengah masyarakat
9. Pertunjukan-pertunjukan (film,seni,pemeran,dan sebagainya)
10. Perekaman yang dipublisir atau dikomersialkan (kaset-kaset)
11. Kelompok-kelompok organisasi, baik politik, ekonomi maupun sosial
termaksud juga kepramukaan
12. Upacara-upacara keagamaan, nasional dan adat
13. Pusat-pusat dan rehabilitas sosial (lembaga pemasyarakatan ,pemumkiman
tuna wisma,lokalisasi WTS, bispa dan kesebagainya)
14. Permagangan pada lembaga-lembaga pemberi kerja
II-15
pekerjaan, bisa dibagi kedalam: warga masyarakat yang belum memasuki lapangan
kerja, dan warga masyarakat yang telah berkecimpung didalam dunia kerjanya
masing-masing. Variabel latar belakang pendidikan yang dicapai, klasifikasinya
bisa dibagi menjadi: buta huruf atau tidak berkesempatan mengikuti pendidikan
formal, sudah mampu baca tulis, akan tetapi belum memadai tingkt pengetahuan
lainnya sebagai bekal hidup dan bekerja, tingkat pengetahuan dan kemampuannya
sudah relative memadai, dan memiliki tingkat pendidikan formal setingkat
perguruan tinggi. Variabel latar belakang kelainan sosial, tentu saja dimaksudkan
secara terbatas pada warga masyarakat yang memiliki kelainan-kelainan sosial.
Langkah-langkah pokok yang dimaksud adalah:
1. Penentuan populasi sasaran
2. Identifikasi kebutuhan belajar
3. Identifikasi sumber-sumber belajar yng relevan serta
4. Penentuan strategi pelaksanaan PLS
Jenis program PLS bedasarkan fungsinya, ialah: pendidikan keaksaraan,
pendidikan vokasional, pendidikan kader, pendidikan umum dan penyuluhan,
pendidikan penyegar jiwa raga. Sedangkan isi pendidikan bida dibagi kedalam: isi
yang berhubungan mutu kehidupan, dan isi yang berhubungan dengan keterampilan
untuk meningkatkan pendapatan.
Pendidikan luar sekolah adalah salah satu kegiatan yang bertujuan untuk
membelajarkan masyarakat agar dapat memperoleh keterampilan, pengalaman,
II-18
Pendidikan luar sekolah, selain bersumber pada kaidah-kaidah agama dan adat
istiadat serta tradisi sebagaimana telah dikemukakakn dalam uraian, didasari pula
oleh falsafah Pancasila, Undang-Undang Dasar 1945, Garis-Garis Besar Haluan
Negara, Undang-Undang No. 2 tahun 1989 Tentang Sistem Pendidikan Nasional,
Peraturan Pemerintah sebagai penjabaran undang-undang tersebut. Dukungan
lainnya adalah falsafah pendidikan, ilmu pengetahuan dan humaniora, teori-teori
pendidikan, serta teori sosial-ekonomi yang mempunyai kaitan erat dengan
pendidikan luar sekolah. Dalam pendidikan luar sekolah juga didasarkan pula atas
berbagai teori yang mendukung antara lain teori pendidikan, teori ekonomi, dan
teori gerakan masyarakat. Teori teori yang dibahas disini berkaitan dengan dua hal
pokok, yaitu pertama, teori yang merujuk pada hipotesa-hipotesa yang diverifikasi
II-19
melalui observasi atau eksperimen dan kedua, teori yang mengandung arti sebagai
cara berpikir sistematis dan taat asas (konsisten).
Masa depan, sebagai kurun waktu yang akan dialami oleh umat manusia,
merupakan saat yang sarat dengan harapan dan pernyataan. Di satu pihak bahwa
setiap individu, masyarakat, dan bangsa mengharapkan kehidupan yang lebih baik
di masa depan. Segala upaya yang dilakukan pada saat ini ialah untuk mencapai
tujuan itu. Pendidikan luar sekolah, sebagai bagian dari pendidikan nasional yang
program-programnya berkaitan dengan berbagai sector pembangunan, adalah wajar
untuk memantapkan tugas pokoknya agar berorientasi pada perubahan masyarakat
yang mungkin terjadi di masa depan.
BAB III
PEMBAHASAN
III-1
BAB IV
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil review yang telah dilakukan, dapat diambil kesimpulan
bahwa kedua buku tersebut membahas tentang pendidikan luar sekolah. Buku 1
dapat membantu kita untuk mengetahui tentang filsafat pendidikan luar sekolah
seperti pendidikan formal, informal dan non formal. Sedangkan buku 2 lebih
membantu kita untuk memahami praktik pendidikan informal, formil, dan non
formil seperti latar belakangnya dan hubungan pendidikan.
Terlepas dari kelebihan dan kekurangan yang dimilikinya, kedua buku tersebut
sangat layak untuk dibaca dan sangat bermanfaat khususnya bagi mahasiswa yang
sekarang berada pada Fakultas Pendidikan. Karena buku ini bisa dijadikan sebagai
acuan atau pedoman didalam proses pembelajaran.
4.2 Saran
Setelah melakukan review pada kedua buku tersebut, hal yang dapat saya
sarankan kepada pembaca adalah saat melakukan review ataupun resensi pada
sebuah buku hendaknya membaca keseluruhan isi buku dengan seksama agar
penilaian yang diberikan tidak sembarangan dan tidak merugikan penulis buku.
Hasil review pun akan sangat bermanfaat bagi banyak orang.
IV-1
DAFTAR PUSTAKA
Faisal, Sanapiah. 1981. Pendidikan Luar Sekolah Di Dalam Sistem Pendidikan dan
Pembangunan Nasional. Surabaya: Usaha Nasional
Sudjana. 2001. Pendidikan Luar Sekolah. Bandung: Falah Production