CBR Paisal Hadi Manullang
CBR Paisal Hadi Manullang
Nim : 0301213169
iii
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 LatarBelakang
Mengkritik sebuah buku bukanlah hal yang mudah untuk dilakukan, melainkan
suatu kegiatan yang memerlukan sebuah pemahaman serta penalaran secara ringkas
dalam isi buku tersebut. Hal ini karena dalam mengkritik buku perlu menggunakan
kalimat yang efektif, bahasa yang baik dan sopan dalam mengkritik buku, menyusun
apa yang harus ada dalam bab-bab pengantar, memberikan kesan yang baik untuk
berkomentar, hasil dan pembahasan, kesatuan tema dalam setiap bab, serta
kesinambungan antar tiap-tiap bab agar menjadi suatu kritikan yang baik dalam
bahasa sertapenulisan.
Pendidikan luar sekolah atau dikenal juga pendidikan non formal merupakan
kegiatan pendidikan diluar sistem formal, membantu masyarakat baik anak-anak,
remaja, dewasa maupun orang tua untuk belajar. Dengan adanya pendidikan luar
sekolah ini diharapkan memperoleh pendidik yang mampu menciptakan kemajuan
bangsa dengan mendidik masyarakat yang terbatas akan ilmu pengetahuan. Dan
dengan adanya pendidikan non formal diharapkan dapat melahirkan orang-orang
yang cerdas, berwawasan luas dan kreatif.
1.2 TujuanPenulisan
a. Untuk memaparkan pembahasan buku pada setiap babnya.
b. Untuk mengidentifikasi keunggulan dan kelemahan buku.
c. Untuk memaparkan analisis penulis secara umum terhadap buku yang dibahas.
1.3 ManfaatPenulisan
a. Sebagai bahan review bagi karya tulis mengenai Pendidikan LuarSekolah.
b. Sebagai bahan untuk menganalisis kelebihan dan kelemahan buku yang dikritik.
c. Sebagai pedoman untuk perbaikan bagi karya selanjutnya yang lebih baik dan
ideal.
I-1
I-2
II-1
II-2
Hasil identifikasi pada tahap pertama disebutkan ada tujuh isi pokok yaitu:
1. Pendidikan pancasila
2. Pendidikan agama
3. Pendidikan bahasa
4. Pendidikan jasmani
5. Pendidikan kesenian
6. Pendidikan ilmu pengetahuan dan
7. Pendidikan keterampilan
Setelah memperoleh masukan dari masyarakat, komisi pembaharuan
pendidikan nasional lalu mengajukan sepuluh isi pokok,yaitu:
1. Pendidikan moral pancasila
2. Pendidikan agama
3. Pendidikan watak dan keribadian
4. Pendidikan bahasa
5. Pendidikan kesegaran jasmani
6. Pendidikan kesenian
7. Pendidikan ilmu pengetahuan
8. Pendidikan keterampilan
9. Pendidikan kewarganegaraan
10. Pendidikan kesadaran bersejarah
Didalam hubungan, ada dua kemungkinan batasan atau pengertian yang
diajukan .batasan yang dimaksud, yaitu:
Pertama, terbatas pada aktifitas penyelenggaraan pendidikan yang jelas-jelas
terorganisir, pendidikannya terprogram secara teratur dan sistematis, serta jelas
medan aktivitas belajar-mengajarnya
Kedua, tidak terbatas seperti pada pengertian pertama, akan tetapi meliputi
segala macam atau bentuk penyelenggaraan aktivitas melembaga yang
mengandung fungsi pendidikan.
untuk dikenali didalam rangka membangun konsep, batasan atau pengertian PLS.
Istilah-istilah tersebut ada yang memang dimunculkan diindonesia sendiri, danada
pula yang beraal dariluar.
Beberapa istilah yang berasal dari luar, seperti :
1. Mass education
2. Community education
3. Fundamental education
4. Extentiom education
5. Community development
6. Adult education
7. Learning society
8. Life-long education and
9. Formal,non-formal dan informal education
Sedangkan istilah yang sudah lama dikenal digunakan secara luas diindonesia
ialah pendidikan masyarakat. Belakangan ini, komisi pembaharuan pendidikan
nasional juga menampilkan suatu konsep tentang pendidikan kemasyarakatan.
Istilah-istilah tadi kesemuanya akan dijelaskan makna atau pemakaiannya
masing-masing sebelum sampai pada pemberian batasan terhadap istilah PLS itu
sendiri. Dalam hubugan ini istilah :
1. Pendidikan masyarakat
2. Pendidikan kemasyarakatan dan
3. Pendidikan formal, non formal, dan informal.
Masing-masing akan diuraikan pada bagian-bagian tersendiri, yaitu pada butir
3.2., 3.3., dan 3.4. sedangkan istilah-istilah lainnya , langsung akan diuraikan pada
butir 3.1. ini.
1. Masseducation
Menunjukkan pada aktifitas pendidikan dimasyarakat yang sasarannya kepada
individu-individu yang mengalami ketelantaran pendidikan, yaitu individu-
individu yang tidak berkesempatan memperoleh pendidikan melalui jalur sekolah,
tetapi putus ditengah jalan dan belum sempat terbebas dari kebuta-hurufan.
II-7
2. Community education
Menunjukan kepada suatu gerakan pendidikan yang ditunjukkan bagi
persekutuan-persekutuan hidup, sehingga berkemampuan dan berkebiasaan hidup
tertentu, tentu saja yang relevan dengan keperluan hidup dari persekutuan-
persekutuan hidup yang dimaksud.
3. Fundamentaleducation
Menunjukan pada suatu gerakan pendidikan yang bertujuan untuk
memajukkan perikehidupan dan penghidupan masyarakat, baik dibidang sosial
maupun ekonomi.
4. Extentioneducation
Menunjukan pada suatu gerakan pendidikan, bimbngan, dan penyuluhan
kepada masyarakat yang dilakukan oleh lembaga-lembaga pendidikan tinggi (bisa
juga lembaga-lembaga pendidikan kejuruan menengah).
5. Community development
Menunjukan pada usaha, proses atau gerakan supaya masyarakat sebagai satu
organissi dan sistem sosial bisa berkembang menjadi mampu menolong diri sendiri.
Semboyan yang popular pada gerakan ini adalah: help the people tohelpthemselves.
6. Adultaducation
Menunjukan aktifitas-aktifitas pendidikan bagiorang-orang dewasa yang
berlangsungnya diluar sistempersekolahan.
Ada beberapa jenis program pendidikan yang bisanya ditangani
didalamadulteducation ini, yaitu :
1. Pendidikan bekalbekerja
2. Pendidikanjiwa-baru
3. Pendidikan kader,dan
4. Pendidikan yang bersifat rekreatif-apresiatif dan kesegaranjasmani
II-8
• Pendidikan bekalbekerja
Layanan pendidikan khusus bagi orang-orang dewasa yang ingin beralih
kesuatu bidang usaha/kerja lain, sementara bekal pengetahuan dan keterampilan
belum memadai tentang bidang usaha/kerja baru tersebut.
• Pendidikan kader
Sudah jelas melakukan perkumpulan-perkumpulan dalam masyarakat, baik
perkumpulan yang bergerak dibidang ekonomi maupun sosial. Kemajuan sesuatu
perkumpulan dimasyarakat, katakanlah misalnya seperti koperasi, sudah tentu
banyak bergantung pada kemampuan dan sikap mental pengelolaanya.
7. Learningsociety
Menunjukan pada kenyataan dimana warga masyarakat secara aktif menggali
pengalaman belajar didalam setiap sela dan segi kehidupannya
8. Life-longeducation
Menunjukan pada sesuatu kenyataan, suatu kesadaran baru, suatu suatu asas
baru dan juga suatu harapan baru, bahwa: proses pendidikan dan kebutuhan
pendidikan berlangsung disepanjang hidup manusia. Tidak ada istilah “terlambat”,
”terlalutua”,“terlalundini”untukbelajar,sebab ia memang berlangsung dan dapat
secara sengaja diarahkan dan intensifkan disepanjang hidupmanusia.
II-9
- Informal
1. Tidak pernah diselenggarakan dalam gedung sekolah/secarakhusus
2. Medan pendidikan yang bersangkutan tidak diadakan pertama-tama dengan
maksud menyelenggarakan pendidikan
3. Pendidikan tidak diprogram secaratertentu
4. Tidak ada waktu belajar yang tertentu
5. Metode mengajarnya tidak formal
6. Tidak ada evaluasi yang sistematis
7. Tidak diselenggarakan oleh pemerintah dan pihak swasta
- Pendidikan formal
1. Selalu dibagi atas jenjang yang memiliki hubungan hirarkis
2. Waktu penyampaian diprogram lebih panjang atau lebih lama
3. Usia siswa disuatu jenjang relativehomogin, khususnya pada jenjang-jenjang
permulaan
4. Para siswa umumnya berorientasi studi buat jangka waktu yang relative lama,
kurang berorientasi pada materi program yang bersifat praktis, dan kurang
berorientasi kearah cepat bekerja
5. Merupakan respons dari kebutuhan umum dan relative jangka panjang
6. Materi pelajaran pada umumnya lebih banyak bersifat akademis dan umum
7. Kredensials memegang peranan penting terutama bagi penerima siswa pada
tingkatan pendidikan lebih tinggi
a. Pendidikan Masyarakat
Sudah dikenal diligkungan pemerintah dan masyarakat indonesia sejak tahun
permulaan kemerdekaan. Dikatakan demikian, karena pada tahun pertama
indonesia merdeka sudah muncul suatu jawatan dilingkungan struktur pemerintah
Negara bernama jawatan pendidikan masyarakat, bernaung dibawah kementerian
pendidikan, pengajaran, dan kebudayaan. Tugas dari jawatan tersebut ialah
membangunkan, menyadarkan, menginsyafkan dan mengisi masyarakat diluar
dunia sekolah, agar setiap warga Negara menjadi anggota masyarakat yang sadar,
II-12
hidup berguna dan berharga bagi negara, nusa, bangsa, dan dunia (keputusan
menteri P dan K nomor 423/A,24 nopember 1949).
Dalam pelita III ini, paket program pendidikan yang di kembangkan oleh
drektorat pendidikan masyarakat, juga kepada pembinaan sikap mental
pembaharuan dan pembangunan serta pendidikan kewarganegaraan, disamping
paket-paket lain seperti pendidikan dasar (baca: kursus pengetahuan dasar atau
KPD), pendidikan kejuruan masyarakat, pendidikan khusus kewanitaan (baca:
pendidikan kesejahteraan keluarga) dan pendidikankader-kader pembina program-
program pendidikan ditengah-tengahmasyarakat.
Bentuk bentuk pelaksanaan pendidikannya yang utama ialah :
1. Kursus-kursus
2. Belajar bersama didalam kelompok-kelompok belajar atauKEJAR
3. Magang ataungernet
4. Belajar individual-mandiri ,seperti diperpustakaan rakyat ataulainnya
5. Penyuluh-nyuluhan
b. PendidikanKemasyarakatan
Didalam laporan komisi (baca: sistem pendidikan nasional) tadi, bedasarkan
fungsinya, pendidikan nasional dibedakan kedalam tiga jenis yaitu:
1. Pendidikan umum
2. Pendidikan kemasyarakatan
3. Pendidikan khusus
Pendidikan umum maupun pendidikan khusus, keduanya menunjuk pada
pendidikan sistem persekolahan, perbedaannya hanya terletak pada fungsinya
masing-masing; pendidikan khusus terdiri dari pendidikan kedinasan, pendidikan
khusus teknis dan pendidikan khusus keagamaan; sedangkan pendidikan umum,
yaitu pendidikan dasar sampai pendidikan tinggi yang selama ini menjadi
wewenang dapartemen P dan K, bagaimana dengan pendidikan kemasyarakatan?
Pendidikan kemasyarakatan dengan segala macam variasi bentuknya ,iasudah
memadu sedemikian rupa didalam perikehidupan dan penghidupan masyarakat
indonesa yaitu: jauh sebelum masuknya pengaruh hindu hingga sekarang ini;
sekarang ini, tentu saja lebih kaya bentuk-bentuk dan variasinya, kekayaan budaya
II-13
Yang tidak ternilai itu (baca:pendidikan kemasyarakatan ), sudah wajar kalau perlu
ditata dan terpadu didalam sistem pendidikan nasional dalam hubungan tersebut ,
komisi pembaharuan pendidikan nasional berpendapat bahwa: “Pendidikan
kemasyarakatan sebagai suatu gerakan dalam usaha mencerdaskan kehidupan
bangsa, merupakan jenis pendididkan yang mempunyai jangkauan luas. Oleh
karena itu, pendidikan kemasyarakatan harus di dukung oleh sistem pengolaan yang
kuat dan jelas. Dalam hubungan ini perlu di pertimbangkan supaya pendidikan
kemasyarakatan di kelola oleh suatu badan pemerintah non departemen yang
merupakan badan koordinasi pendidikan kemasyarakatan dengan lingkup
kewenangan dan tanggung jawab sendiri, dan memperoleh anggaran secara
tersendiri”.
c. Keragaman
Keragaman yang dimaksud, bukan saja didalam jenis program pendidikan dan
tujuannya, tetapi juga beragam didalam hal-hal lain, seperti: keragaman didalam hal
sasaran populasi didiknya, keragaman didalam hal lama program pendidikannya,
keragaman didalam hal unsur pengolaannya, keragaman didalam hal tingkat
keterorganisasian dan terprogamnya, dan sebagainya.
Didalam mengungkapkan tingkat keterorganisasian dan keterprograman
dimaksud, disini menggunakan enam buah variabel sebagai titik tolaknya, variabel-
variabel tersebut adalah:
1. Ada tidaknya forum buatan interaksi belajar–mengajar (selanjutnya disebut
variabel forumbuatan)
2. Ada tidaknya paket kurikulum atau program pendidikannya yang terstruktur
(selanjutnya disebut variabel paket kurikulum)
3. Ada tidaknya kegiatan evaluasi kemajuan belajar (selanjutnya disebutvariabel
evaluasibelajar)
4. Bermaksud pendidikan ataukah tidak fungsi utamanya (selanjutnya disebut
variabel kesengajaanpendidikan)
II-14
d. BatasanKonsep
Konsep PLS mencakup keseluruhan variasi tingkat keterorganisasian dan
keterprograman sebagaimana yang dilukiskan dalam butir 3.5.? atau PLS itu
disamakan persis dengan konsep jenis pendidikan kemasyarakatan seperti yang
telah diintrodusir oleh komisi pembaharuan pendidikan nasional? Sekali lagi, ini
soal keputusan, tentulah yang akan diajukan di bagian ini (baca: butir 3.6) tentang
saja disertai landasan-landasan pemikirannya.
Bertolak pada pandangan dan jalan pikiran diatas, disini bisa diajukan beberapa
aktifitas melembaga (baca: terbatas pada yang diperkirakan memainkan fungsi
PLS) yang bersifat terbuk pada masyarakat luas, yaitu:
1. Mediamassa
2. Pengandaan buku, termaksud buku dankomik-komik
3. Pokok pesantren (baca: aktifitas sorongan, bandongan danwetonnya)
4. Pengajian-pengajian dan dakwahagamaan
5. Kursus-kursus
6. Penataran-penataran
7. Training-training
8. Penyuluhan-penyuluhan serta bimbingan-bimbingan sosial yang terjun
ketengah-tengahmasyarakat
9. Pertunjukan-pertunjukan (film,seni,pemeran,dansebagainya)
10. Perekaman yang dipublisir atau dikomersialkan(kaset-kaset)
11. Kelompok-kelompok organisasi, baik politik, ekonomi maupun sosial
termaksud jugakepramukaan
12. Upacara-upacara keagamaan, nasional danadat
13. Pusat-pusat dan rehabilitas sosial (lembaga pemasyarakatan , pemumkiman
tuna wisma, lokalisasi WTS, bispa dan kesebagainya)
14. Permagangan pada lembaga-lembaga pemberikerja
II-15
15. Perpustakaanumum
16. Permesuman
17. Pusat-pusat oleh jiwa danraga
18. Pusat-pusat studi, percobaan-percobaan ataupengembangan.
pekerjaan, bisa dibagi kedalam: warga masyarakat yang belum memasuki lapangan
kerja, dan warga masyarakat yang telah berkecimpung didalam dunia kerjanya
masing-masing. Variabel latar belakang pendidikan yang dicapai, klasifikasinya
bisa dibagi menjadi: buta huruf atau tidak berkesempatan mengikuti pendidikan
formal, sudah mampu baca tulis, akan tetapi belum memadai tingkt pengetahuan
lainnya sebagai bekal hidup dan bekerja, tingkat pengetahuan dan kemampuannya
sudah relative memadai, dan memiliki tingkat pendidikan formal setingkat
perguruan tinggi. Variabel latar belakang kelainan sosial, tentu saja dimaksudkan
secara terbatas pada warga masyarakat yang memiliki kelainan-kelainansosial.
Langkah-langkah pokok yang dimaksud adalah:
1. Penentuan populasisasaran
2. Identifikasi kebutuhanbelajar
3. Identifikasi sumber-sumber belajar yng relevanserta
4. Penentuan strategi pelaksanaanPLS
Jenis program PLS bedasarkan fungsinya, ialah: pendidikan keaksaraan,
pendidikan vokasional, pendidikan kader, pendidikan umum dan penyuluhan,
pendidikan penyegar jiwa raga. Sedangkan isi pendidikan bida dibagi kedalam: isi
yang berhubungan mutu kehidupan, dan isi yang berhubungan dengan keterampilan
untuk meningkatkan pendapatan.
Pendidikan luar sekolah adalah salah satu kegiatan yang bertujuan untuk
membelajarkan masyarakat agar dapat memperoleh keterampilan, pengalaman,
II-18
melalui observasi atau eksperimen dan kedua, teori yang mengandung arti sebagai
cara berpikir sistematis dan taat asas(konsisten).
Masa depan, sebagai kurun waktu yang akan dialami oleh umat manusia,
merupakan saat yang sarat dengan harapan dan pernyataan. Di satu pihak bahwa
setiap individu, masyarakat, dan bangsa mengharapkan kehidupan yang lebih baik
di masa depan. Segala upaya yang dilakukan pada saat ini ialah untuk mencapai
tujuan itu. Pendidikan luar sekolah, sebagai bagian dari pendidikan nasional yang
program-programnya berkaitan dengan berbagai sector pembangunan,adalah wajar
untuk memantapkan tugas pokoknya agar berorientasi pada perubahan masyarakat
yang mungkin terjadi di masadepan.
BAB III
PEMBAHASAN
3.1 KelebihanBuku
BUKU UTAMA BUKU PEMBANDING
Judul yang dibuat sipenulis sudah rapi
Kertas yang digunakan bagus
dan membuat sipembaca mengerti
Sistematika penyusunan buku sudah baik
Menggunakan tabel untuk
mulai dari cover, kata pengantar, daftar
membedakan perbedaan dan
isi, pembahasan yang akan dibahas serta
persamaan
daftar pustakanya
Penjelasan pada tiap judul sangat
jelas dan bagus
Menggunakan bahasa inggris
Daftar pustaka tidak menggunakan
buku dalam negeri tetapi juga buku
luar negeri
3.2 KelemahanBuku
BUKU UTAMA BUKU PEMBANDING
Terdapat banyak pengulangan kata yang
Bahasanya sedikit kurang dimengerti
tidak penting
Cover tidak sesuai untuk pendidikan
Terdapat kata-kata yang sulit untuk
luar sekolah aturannya cover depan
dipahami
gambar kemasyarakatan
Tulisannya terdapat tulisan/ejaan
Penjelasan materi yang sedikit
jaman dulu
Ada beberapa paragraf yang tidak
menjorok kedalam
Ada beberapa point yang tidak diberi
tanda sehingga susah dimengerti
III-1
BAB IV
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil review yang telah dilakukan, dapat diambil kesimpulan
bahwa kedua buku tersebut membahas tentang pendidikan luar sekolah. Buku 1
dapat membantu kita untuk mengetahui tentang filsafat pendidikan luar sekolah
seperti pendidikan formal, informal dan non formal. Sedangkan buku 2 lebih
membantu kita untuk memahami praktik pendidikan informal, formil, dan non
formil seperti latar belakangnya dan hubungan pendidikan.
Terlepas dari kelebihan dan kekurangan yang dimilikinya, kedua buku tersebut
sangat layak untuk dibaca dan sangat bermanfaat khususnya bagi mahasiswa yang
sekarang berada pada Fakultas Pendidikan. Karena buku ini bisa dijadikan sebagai
acuan atau pedoman didalam proses pembelajaran.
4.2 Saran
Setelah melakukan review pada kedua buku tersebut, hal yang dapat saya
sarankan kepada pembaca adalah saat melakukan review ataupun resensi pada
sebuah buku hendaknya membaca keseluruhan isi buku dengan seksama agar
penilaian yang diberikan tidak sembarangan dan tidak merugikan penulis buku.
Hasil review pun akan sangat bermanfaat bagi banyak orang.
IV-1
DAFTAR PUSTAKA
Faisal, Sanapiah. 1981. Pendidikan Luar Sekolah Di Dalam Sistem Pendidikan dan
Pembangunan Nasional. Surabaya: Usaha Nasional
Sudjana. 2001. Pendidikan Luar Sekolah. Bandung: Falah Production