Anda di halaman 1dari 27

CRITICAL BOOK REVIEW (CBR)

PENDIDIKAN LUAR SEKOLAH

Untuk Memenuhi Tugas Matakuliah Pendidikan Luar Sekolah

Dosen Pengampu : Muhammad Rapono M.Pd.I

Nama : Paisal Hadi Manullang

Nim : 0301213169

F/J/S : FITK/ PAI-3/5

PENDIDIKAN AGAMA ISLAM


FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUMATERA UTARA
T.A 2023
KATA PENGANTAR
Bismillahirrahmanirrahim

Assalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh


Dengan menyebut nama Allah SWT Yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang, segala puji
bagi Allah Tuhan semesta alam, atas segala limpahan rahmat, nikmat serta karunia-Nya yang telah
memberikan kita kesehatan, sehingga saya dapat menyusun dan menyelesaikan “Critical Book
Review” tepat pada waktunya. Yang mana laporan ini disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah
Pendidikan Luar Sekolah.
Terlepas dari semua itu bilamana ada beberapa kesalahan yang terdapat dalam laporan ini,
maka izinkan penyusun untuk menuturkan permohonan maaf.Karena laporan ini masih jauh dari
kata sempurna dan masih memiliki kelemahan dan kekurangan yang sekiranya tidak penulis sadari.
Besar harapan selaku penulis kiranya dikemudian hari, laporan ini bisa menjadi patokan
penambah ilmu dan bermanfaat bagi pembaca. Saya selaku penulis pun sangat berharap kepada
pembaca dapat memberikan sarannya agar penulis dikemudian hari dapat memperbaiki makalah
menjadi lebih baik. Akhir kata, saya selaku penulis mengucapkan banyak terimakasih atas
perhatiannya kepada semua pihak.
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ........................................................................................... ii


DAFTARISI .......................................................................................................... iii
BAB IPENDAHULUAN....................................................................................I-1
1.1 Latar Belakang............................................................................................I-1
1.2 Tujuan Penulisan.........................................................................................I-1
1.3 Manfaat Penulisan.......................................................................................I-1
1.4 Identitas Buku Utama..................................................................................I-2
1.5 Identitas BukuPembanding.........................................................................I-2
BAB II ISI BUKU .............................................................................................II-1
2.1 Isi Buku Utama..........................................................................................II-1
2.2 Isi Buku Pembanding ..............................................................................II-17
BAB III PEMBAHASAN ................................................................................III-1
3.1KelebihanBuku........................................................................................III-1
3.2KelemahanBuku......................................................................................III-1
BABIVPENUTUP..........................................................................................IV-1
4.1 Kesimpulan...............................................................................................IV-1
4.2Saran.........................................................................................................IV-1
DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................ 1

iii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 LatarBelakang
Mengkritik sebuah buku bukanlah hal yang mudah untuk dilakukan, melainkan
suatu kegiatan yang memerlukan sebuah pemahaman serta penalaran secara ringkas
dalam isi buku tersebut. Hal ini karena dalam mengkritik buku perlu menggunakan
kalimat yang efektif, bahasa yang baik dan sopan dalam mengkritik buku, menyusun
apa yang harus ada dalam bab-bab pengantar, memberikan kesan yang baik untuk
berkomentar, hasil dan pembahasan, kesatuan tema dalam setiap bab, serta
kesinambungan antar tiap-tiap bab agar menjadi suatu kritikan yang baik dalam
bahasa sertapenulisan.
Pendidikan luar sekolah atau dikenal juga pendidikan non formal merupakan
kegiatan pendidikan diluar sistem formal, membantu masyarakat baik anak-anak,
remaja, dewasa maupun orang tua untuk belajar. Dengan adanya pendidikan luar
sekolah ini diharapkan memperoleh pendidik yang mampu menciptakan kemajuan
bangsa dengan mendidik masyarakat yang terbatas akan ilmu pengetahuan. Dan
dengan adanya pendidikan non formal diharapkan dapat melahirkan orang-orang
yang cerdas, berwawasan luas dan kreatif.

1.2 TujuanPenulisan
a. Untuk memaparkan pembahasan buku pada setiap babnya.
b. Untuk mengidentifikasi keunggulan dan kelemahan buku.
c. Untuk memaparkan analisis penulis secara umum terhadap buku yang dibahas.

1.3 ManfaatPenulisan
a. Sebagai bahan review bagi karya tulis mengenai Pendidikan LuarSekolah.
b. Sebagai bahan untuk menganalisis kelebihan dan kelemahan buku yang dikritik.
c. Sebagai pedoman untuk perbaikan bagi karya selanjutnya yang lebih baik dan
ideal.

I-1
I-2

1.4 Identitas BukuUtama


a. Judul : Pendidikan Luar Sekolah Di Dalam Sistem
Pendidikan dan PembangunanNasional
b. Penulis : Drs. SanapiahFaisal
c. Tahunterbit 1981
d. Tempatterbit : Surabaya
e. Penerbit : UsahaNasional
f. ISBN :979-3460-15-6

1.5 Identitas BukuPembanding


a. Judul : Pendidikan LuarSekolah
b. Penulis : Prof. H. D. Sudjana S., S.Pd., M.Ed.,PhD.
c. Tahunterbit 2001
d. Tempatterbit : Bandung
e. Penerbit : FalahProduction
f. ISBN :-
BAB II
ISI BUKU

2.1 Isi BukuUtama

BAB 1: PEMBANGUNAN NASIONAL


Setiap Negara, baik yang termaksud didalam kategori sudah maju maupun
sedang atau belum berkembang, kesemuanya senantiasa berhadapan dengan
tantangan-tantangan dan masalah-masalah nasionalnya masing-masing. Narasi
yang terjadi antar Negara dan atau antar periode didalam sesuatu Negara, paling-
paling terletak pada jenis tantangan atau masalah dan jumlah serta berat-
rintangannya tantangan atau masalah.
Penanganan dan pemecahan masalah atau tantangan nasional dimasing-masing
Negara, pada hakikatnya merupakan : “Tuntutan insani, tuntutan sosial dan tuntutan
budaya yang lahir dari kebutuhan djat hidup di lingkungan-lingkungan masyarakat
di suatu negara”.
Pada butir 1.1 yang mebahas tentang makna dan hakikat pembangunan
nasional, secara tersirat atau tersurat, sebenernya sudah ada petunjuk-petunjuk
mengenai latar belakang dan tujuan pembangunan nasional. Dibagian itu telah
dijelaskan bahwa:
1. Usaha atau gerakan pembangunan nasional merupakan gejala manusiawi,
gejala sosial, dan gejala budaya, yang senantiasa mengabdikan bagi
kepentingan dan hajat hidup manusia dan masyarakat itu sendiri.
2. Pembangunan nasional bukanlah usaha atau gerakan netral, melainkan suatu
usaha atau gerakan yang condong kearah perbaikan tarap dan tata kehidupan
serta penghidupan, sesuai dengan persepsi sosial-budaya masyarakat
bersangkutan.
3. Pembangunan nasional senantiasa menyentuh berbagai segi kehidupan dan
penghidupan masyarakat
4. Arah dan perioritas didalam kebijakan pembangunan nasional, pada dsrnya
merupakan manifestasi dari hasil penangkapan atau penilaian terhadap realitas
kemanusiaan didalam konteks sosial dan budaya setempat dan

II-1
II-2

5. Pembangunan nasional pada hakikatnya ialah pembangunan insan/


pembangunan masyarakat didalam wilayah sesuatu Negara guna perbaikan
tarap dan tata kehidupan serta penghidupannya.
Kelima pokok pikiran diatas menggambarkan adanya dua buah kutup yaitu :
1. Kutup cita-cita
2. Kutup realitas kehidupan dan penghidupan masyarakat.
Pembangunan nasional sebagai suatu usaha atau gerakan dapat dikatakan tidak
berujung. Dikatakan tidak berujung atau tidak pernah selesai, sebab jarak diantara
harapan atau cita-cita nasional dengan kenyataan factual dari kehidupan dan
penghidupan masyarakat.
Tujuan atau cita-cita yang hendak dicapai melalui pembangunan nasional ialah:
“Terwujudnya suatu masyarakat adil dan makmur yang rata materil dan spritual,
berdasarkan pancasila di dalam wadah negara kesatuan republik indonesia yang
merdeka, berdaulat, bersatu dan berkedaulatan rakyat. Dalam suasana prikehidupan
bangsa yang aman, tentram, tertib, dan dinamis, serta dalam lingkungan pergaulan
dunia yang merdeka, bersahabat, tertib, dan damai”.
Landasan pembangunan nasional berhubungan dengan suatu pandangan hidup,
suatu filsafat hidup yang dianut karenanya, ia mencerminkan indentitas nasional
atau kepribadian nasional. Sedangkan azas pembangunan nasional menunjuk
kepada prinsip-prinsip yang digunakan. Pembangunan nasional sebagai suatu usaha
atau gerakan nasional yang berencana dan sistematis. Adapun landasan pelaksanaan
pembangunan nasional tersebut ialah “Pancasila Dan Udang-Udang Dasar 1945”.
Pancasila, disamping ia berkedudukan sebagai dasar Negara, ia juga merupakan
falsafah hidup dan kepribadian bangsa.
Adapun azas-azas pembangunan nasional yaitu:
1. Azas manfaat
2. Azas usaha bersama dan kekeluargaan
3. Azas demokrasi
4. Azas adil dan merata
II-3

5. Azas perikehidupan dalam keseimbangan


6. Azas kesadaran hukum
7. Azas kepercayaan pada diri sendiri
Manusialah pemikir dan penggembala dari usaha atau gerakan-gerakan
pembangunan nasional, serta selamanya tidak akan bisa diganti oleh faktor-faktor
non-manusiawi. Perbedaan yang dimaksud terletak pada eksitensi manusia itu
sendiri selaku makhluk sadar: sadar diri, sadar tujuan dan sadar lingkungannya.
Modal kesadaran itulah yang akan bermain didalam pemikiran-pemikiran,
perencanaan dan penggembalaan pembangunan nasional.
Tanggung jawab pendidikan bagi atau didalam usaha-usaha pembangunan
nasional. Pengungkapan tentang tanggung jawab pendidikan tersebut, secara
analistis-konsepsional memang tidak dapat dipisahkan dengan soal faktor manusia
didalam pembangunan usaha pendidikan tidak hanya diminta tanggung jawabnya
untuk melahirkan orang-orang yang mampu dan berkepribadian guna menerima
estafet kedudukan-kedudukan fungsional didalam tekno-struktur kehidupan
bernegara yang sedang membangun disegala bidang, tetapi juga diminta untuk
tanggap terhadap keterbelakangan dan kemiskinan penddikan didalam seluruh
lapisan masyarakat.

2.2 BAB 2: SISTEM PENDIDIKANNASIONAL


Sistem juga menunjuk kepada kenyataan-kenyataan konkrit yang bervariasi.
Variasi pada sistem terletak pada luas lingkup dan pembuatannya. Didalam
pembuatannya, ada sistem buatan manusia dan ada juga sistem yang bukan buatan
manusia.Sistem pembuatan manusia seperti:sistemekonomi, sistempolitik, sistem
pemerintahan, sistem pendidikan, sistem pertahanan, sistem keamanan dan
sebagainya. Sedangkan sistem tidak buatan manusia seperti: sistem alam semesta,
sistem tata surya, sistem organisme tubuh manusia, dan sebagainya. Berdasarkan
ruang lingkupnya, istilah sistem bisa menunjuk kepada sesuatu yang amat luas ,
tetapi juga bisa menunjuk pada sesuatu yang amat sempit.
Pendidikan nasional juga dapat disebut sebagai satu sistem. Bila pendidikan
nasional dipandang satu sistem,maka ia musti dilihat sebagai suatu totalitas
fungsional dan bertujuan yang tersusun dari rangkaian unsure, elemen, atau
II-4

komponen-komponen. Istilah menyeluruh, semesta dan terpadu membawa


implikasi makna kepada:
1. Terbukanya pendidikan nasional bagi seluruh rakyatIndonesia.
2. Beragamnya program pendidikan sesuai kebutuhan-kebutuhan pendidikan
yang hidup dan berkembang dimasyarakat.
3. Terjalinnya totalitas fungsional diantara komponen-komponen yang berperan
didalam upaya pendidikan bangsa.
4. Fungsional sistem pendidikan nasional dengan sistem-sistem lainnya didalam
mengembangkan bangsa kearah tujuan nasional kehidupan berbangsa dan
bernegara.
Pendidikan berurusan dengan pembinaan dan pengembangan daya-daya
manusia. Adapun daya-daya yang melekat pada diri manusia ialah:
1. Daya fisik
2. Daya nalar
3. Daya rasa
4. Daya cipta
5. Daya karsa
6. Daya karya
7. Daya budi
Bagi dunia pendidikan pertanyaan terletak pada:
1. Bagaimanakah implikasi dari nilai-nilai luhur pancasila pada pembinaan
daya- daya yang terdapat pada diri manusia indonesia, dan
2. Bagaimanakah implikasi dari nilai-nilai luhur pancasila pada azas-azas
pengelolaan dan pelaksanaan pendidikan nasional.
Azas-azas pokok yang dimaksud adalah :
1. Azas demokrasi
2. Azas fungsional dan relevansi
3. Azas tanggung jawab bersama bagi seluruh rakyat Indonesia
4. Azas adil danmerata
5. Azas berlangsungnya pendidikan disepanjang hidup manusia
6. Azas bhinneka tunggal ikadan
7. Azas pendayagunaan sumber-sumber secara efesien dan efektif
II-5

Hasil identifikasi pada tahap pertama disebutkan ada tujuh isi pokok yaitu:
1. Pendidikan pancasila
2. Pendidikan agama
3. Pendidikan bahasa
4. Pendidikan jasmani
5. Pendidikan kesenian
6. Pendidikan ilmu pengetahuan dan
7. Pendidikan keterampilan
Setelah memperoleh masukan dari masyarakat, komisi pembaharuan
pendidikan nasional lalu mengajukan sepuluh isi pokok,yaitu:
1. Pendidikan moral pancasila
2. Pendidikan agama
3. Pendidikan watak dan keribadian
4. Pendidikan bahasa
5. Pendidikan kesegaran jasmani
6. Pendidikan kesenian
7. Pendidikan ilmu pengetahuan
8. Pendidikan keterampilan
9. Pendidikan kewarganegaraan
10. Pendidikan kesadaran bersejarah
Didalam hubungan, ada dua kemungkinan batasan atau pengertian yang
diajukan .batasan yang dimaksud, yaitu:
Pertama, terbatas pada aktifitas penyelenggaraan pendidikan yang jelas-jelas
terorganisir, pendidikannya terprogram secara teratur dan sistematis, serta jelas
medan aktivitas belajar-mengajarnya
Kedua, tidak terbatas seperti pada pengertian pertama, akan tetapi meliputi
segala macam atau bentuk penyelenggaraan aktivitas melembaga yang
mengandung fungsi pendidikan.

BAB 3: PENGKAJIAN KONSEP PENDIDIKAN LUAR SEKOLAH


Didalam khasanah pedidikan luar sekolah selama ini sudah dikenal beberapa
istilah yang erat sangkut pautnya dengan PLS. Istilah-istilah yang dimaksud penting
II-6

untuk dikenali didalam rangka membangun konsep, batasan atau pengertian PLS.
Istilah-istilah tersebut ada yang memang dimunculkan diindonesia sendiri, danada
pula yang beraal dariluar.
Beberapa istilah yang berasal dari luar, seperti :
1. Mass education
2. Community education
3. Fundamental education
4. Extentiom education
5. Community development
6. Adult education
7. Learning society
8. Life-long education and
9. Formal,non-formal dan informal education
Sedangkan istilah yang sudah lama dikenal digunakan secara luas diindonesia
ialah pendidikan masyarakat. Belakangan ini, komisi pembaharuan pendidikan
nasional juga menampilkan suatu konsep tentang pendidikan kemasyarakatan.
Istilah-istilah tadi kesemuanya akan dijelaskan makna atau pemakaiannya
masing-masing sebelum sampai pada pemberian batasan terhadap istilah PLS itu
sendiri. Dalam hubugan ini istilah :
1. Pendidikan masyarakat
2. Pendidikan kemasyarakatan dan
3. Pendidikan formal, non formal, dan informal.
Masing-masing akan diuraikan pada bagian-bagian tersendiri, yaitu pada butir
3.2., 3.3., dan 3.4. sedangkan istilah-istilah lainnya , langsung akan diuraikan pada
butir 3.1. ini.

1. Masseducation
Menunjukkan pada aktifitas pendidikan dimasyarakat yang sasarannya kepada
individu-individu yang mengalami ketelantaran pendidikan, yaitu individu-
individu yang tidak berkesempatan memperoleh pendidikan melalui jalur sekolah,
tetapi putus ditengah jalan dan belum sempat terbebas dari kebuta-hurufan.
II-7

2. Community education
Menunjukan kepada suatu gerakan pendidikan yang ditunjukkan bagi
persekutuan-persekutuan hidup, sehingga berkemampuan dan berkebiasaan hidup
tertentu, tentu saja yang relevan dengan keperluan hidup dari persekutuan-
persekutuan hidup yang dimaksud.

3. Fundamentaleducation
Menunjukan pada suatu gerakan pendidikan yang bertujuan untuk
memajukkan perikehidupan dan penghidupan masyarakat, baik dibidang sosial
maupun ekonomi.

4. Extentioneducation
Menunjukan pada suatu gerakan pendidikan, bimbngan, dan penyuluhan
kepada masyarakat yang dilakukan oleh lembaga-lembaga pendidikan tinggi (bisa
juga lembaga-lembaga pendidikan kejuruan menengah).

5. Community development
Menunjukan pada usaha, proses atau gerakan supaya masyarakat sebagai satu
organissi dan sistem sosial bisa berkembang menjadi mampu menolong diri sendiri.
Semboyan yang popular pada gerakan ini adalah: help the people tohelpthemselves.

6. Adultaducation
Menunjukan aktifitas-aktifitas pendidikan bagiorang-orang dewasa yang
berlangsungnya diluar sistempersekolahan.
Ada beberapa jenis program pendidikan yang bisanya ditangani
didalamadulteducation ini, yaitu :
1. Pendidikan bekalbekerja
2. Pendidikanjiwa-baru
3. Pendidikan kader,dan
4. Pendidikan yang bersifat rekreatif-apresiatif dan kesegaranjasmani
II-8

• Pendidikan bekalbekerja
Layanan pendidikan khusus bagi orang-orang dewasa yang ingin beralih
kesuatu bidang usaha/kerja lain, sementara bekal pengetahuan dan keterampilan
belum memadai tentang bidang usaha/kerja baru tersebut.

• Pendidikan jiwa baru


Arahnya pada tranformasi nilai dan sikap, terutama pada mereka yang telah
melampauin usia remaja,tetapi tentu saja tidak tertutup kemungkinannya bagi para
pemuda

• Pendidikan kader
Sudah jelas melakukan perkumpulan-perkumpulan dalam masyarakat, baik
perkumpulan yang bergerak dibidang ekonomi maupun sosial. Kemajuan sesuatu
perkumpulan dimasyarakat, katakanlah misalnya seperti koperasi, sudah tentu
banyak bergantung pada kemampuan dan sikap mental pengelolaanya.

• Pendidikan yang bersifat rekreatif-apresiatif dan kesegaran jasmani


Wujudnya berupa pengisian waktu luang untuk kegiatan-kegiatan
keolahragaan dan seni.

7. Learningsociety
Menunjukan pada kenyataan dimana warga masyarakat secara aktif menggali
pengalaman belajar didalam setiap sela dan segi kehidupannya

8. Life-longeducation
Menunjukan pada sesuatu kenyataan, suatu kesadaran baru, suatu suatu asas
baru dan juga suatu harapan baru, bahwa: proses pendidikan dan kebutuhan
pendidikan berlangsung disepanjang hidup manusia. Tidak ada istilah “terlambat”,
”terlalutua”,“terlalundini”untukbelajar,sebab ia memang berlangsung dan dapat
secara sengaja diarahkan dan intensifkan disepanjang hidupmanusia.
II-9

3.2 PENDIDIKAN FORMAL , NON-FORMAL, DAN INFORMAL


Pendidikan formal, apapun rumusan defenisinya yang jelas, ia (baca:
pendidikan formal) menunjukan pada pendidikan sistem persekolahan. Pendidikan
sistem persekolahan tersebut, ia terstandarisir sedemikian rupa, paling tidak di
dalam wujud legalitas-formalnya. Pendidikan formal terstandarisirdidalam hal
jenjang-jenjangnya, lama belajarnya ,paket kurikulumnya, persyaratanunsur-unsur
pengolaannya, persyaratan usia dan tingkatan pengetahuan/kemampuan dari
enrotmentnya.
Pendidikan non-formal, paket pendidikannya berjangka pendek, setiap
program pendidikannya merupakan suatu paket yang sangat spesifik dan biasanya
lahir dari kebutuhan yang sangat dasarkan keperluannya, persyaratan enrolmennya
lebih fleksibel sekuensi materi pelajaran atau pelatihannya relative luwes ,tidak
berjenjang kronologis, serta perolehan dan keberartian nilai kredensialnya tidak
seberapa terstandardisir. Secara umum bisa dikatakan bahwa pendidikan non-
formal relative lebih lentur dan berjangka pendek penyelenggaraannya
dibandingkan dengan pendidikan formal.
Pendidikan in-formal, sama sekali tidak terorganisasi secara structural, tidak
dapat perjenjangan kronologis tidak mengenal adanya kredensials,lebih merupakan
hasil pengalaman belajar individual-mandiri, dan pendidikannnya tidak terjadi
didalam ”medan interaksi belajar mengajar buatan” sebagaimana pada pendidikan
formal dannon-formal.
• Persamaan antara pendidikan non-formal dengan pendidikan in-formal
1. Keduanya terjadi diluar Pendidikan formal
2. Klientel (clientele, Inggris) diterima tidak atas dasar kresensials seperti
misalnya ijazah dan lain sebagainya. Tidak juga dengan dasar usia
3. Dibanding dengan pada pendidikan pada umumnya lebih banyak yang
bersifat praktis
4. Dapat menggunakan metode mengajar yangsama
5. Dapat diselenggarkan atau berlangsung didalam atau diluar sekolah

• Perbedaan antara pendidikan non-formal dan in-formal


- Nonformal
II-10

1. Bisa diselenggarakan dalam Gedung sekolah


2. Medan pendidikan yang bersangkutan memang diadakan bagi kepentingan
penyelenggaraan pendidikan
3. Pendidikan deprogram secara tertentu
4. Ada waktu belajar yang tertentu
5. Metode mengajarnya lebih formal
6. Ada evaluasi yangsistematis
7. Diselenggarakan oleh pemerintah dan pihak swasta

- Informal
1. Tidak pernah diselenggarakan dalam gedung sekolah/secarakhusus
2. Medan pendidikan yang bersangkutan tidak diadakan pertama-tama dengan
maksud menyelenggarakan pendidikan
3. Pendidikan tidak diprogram secaratertentu
4. Tidak ada waktu belajar yang tertentu
5. Metode mengajarnya tidak formal
6. Tidak ada evaluasi yang sistematis
7. Tidak diselenggarakan oleh pemerintah dan pihak swasta

• Persamaan antara pendidikan non formal dengan pendidikan formal


1. Berbeda dengan pendidikan informal, medan pendidikan keduanya adalah
memang diadakan demi untuk menyelenggarakan pendidikan yang
bersangkutan
2. Materi pendidikan deprogram secara tertentu
3. Ada klientel tertentu yang diharapkan datang kemedannya
4. Memiliki jam belajar yang tertentu
5. Menyelenggarakan evaluasi pelaksanaan programnya
6. Diselenggarakan oleh pemerintah dan atau pihak swasta

• Perbedaan antara pendidikan Non-formal dengan pendidikan formal


- Pendidikannon-formal
1. Pada umumnya tidak dibagi atasjenjang
II-11

2. Waktu penyampaian deprogram lebih pendek


3. Usia siswa disuatu kursus tidak perlu sama
4. Para siswa umumnya berorientsi studi jangka pendek, praktis, agar segera dapat
menerapkan hasil pendidikannya dalam praktek kerja (berlaku terutama dalam
msyarakat sedang berkembang)
5. Merupakan respons daripada kebutuhan khusus yang mendesak
6. Meteri mata pelajaran pada umumnya lebih banyak yang bersifat praktis dan
khusus
7. Kredensials (ijazah dan sebagainya) umumnya kurang memegang peranan
penting terutama bagi penerimaan siswa

- Pendidikan formal
1. Selalu dibagi atas jenjang yang memiliki hubungan hirarkis
2. Waktu penyampaian diprogram lebih panjang atau lebih lama
3. Usia siswa disuatu jenjang relativehomogin, khususnya pada jenjang-jenjang
permulaan
4. Para siswa umumnya berorientasi studi buat jangka waktu yang relative lama,
kurang berorientasi pada materi program yang bersifat praktis, dan kurang
berorientasi kearah cepat bekerja
5. Merupakan respons dari kebutuhan umum dan relative jangka panjang
6. Materi pelajaran pada umumnya lebih banyak bersifat akademis dan umum
7. Kredensials memegang peranan penting terutama bagi penerima siswa pada
tingkatan pendidikan lebih tinggi

a. Pendidikan Masyarakat
Sudah dikenal diligkungan pemerintah dan masyarakat indonesia sejak tahun
permulaan kemerdekaan. Dikatakan demikian, karena pada tahun pertama
indonesia merdeka sudah muncul suatu jawatan dilingkungan struktur pemerintah
Negara bernama jawatan pendidikan masyarakat, bernaung dibawah kementerian
pendidikan, pengajaran, dan kebudayaan. Tugas dari jawatan tersebut ialah
membangunkan, menyadarkan, menginsyafkan dan mengisi masyarakat diluar
dunia sekolah, agar setiap warga Negara menjadi anggota masyarakat yang sadar,
II-12

hidup berguna dan berharga bagi negara, nusa, bangsa, dan dunia (keputusan
menteri P dan K nomor 423/A,24 nopember 1949).
Dalam pelita III ini, paket program pendidikan yang di kembangkan oleh
drektorat pendidikan masyarakat, juga kepada pembinaan sikap mental
pembaharuan dan pembangunan serta pendidikan kewarganegaraan, disamping
paket-paket lain seperti pendidikan dasar (baca: kursus pengetahuan dasar atau
KPD), pendidikan kejuruan masyarakat, pendidikan khusus kewanitaan (baca:
pendidikan kesejahteraan keluarga) dan pendidikankader-kader pembina program-
program pendidikan ditengah-tengahmasyarakat.
Bentuk bentuk pelaksanaan pendidikannya yang utama ialah :
1. Kursus-kursus
2. Belajar bersama didalam kelompok-kelompok belajar atauKEJAR
3. Magang ataungernet
4. Belajar individual-mandiri ,seperti diperpustakaan rakyat ataulainnya
5. Penyuluh-nyuluhan

b. PendidikanKemasyarakatan
Didalam laporan komisi (baca: sistem pendidikan nasional) tadi, bedasarkan
fungsinya, pendidikan nasional dibedakan kedalam tiga jenis yaitu:
1. Pendidikan umum
2. Pendidikan kemasyarakatan
3. Pendidikan khusus
Pendidikan umum maupun pendidikan khusus, keduanya menunjuk pada
pendidikan sistem persekolahan, perbedaannya hanya terletak pada fungsinya
masing-masing; pendidikan khusus terdiri dari pendidikan kedinasan, pendidikan
khusus teknis dan pendidikan khusus keagamaan; sedangkan pendidikan umum,
yaitu pendidikan dasar sampai pendidikan tinggi yang selama ini menjadi
wewenang dapartemen P dan K, bagaimana dengan pendidikan kemasyarakatan?
Pendidikan kemasyarakatan dengan segala macam variasi bentuknya ,iasudah
memadu sedemikian rupa didalam perikehidupan dan penghidupan masyarakat
indonesa yaitu: jauh sebelum masuknya pengaruh hindu hingga sekarang ini;
sekarang ini, tentu saja lebih kaya bentuk-bentuk dan variasinya, kekayaan budaya
II-13

Yang tidak ternilai itu (baca:pendidikan kemasyarakatan ), sudah wajar kalau perlu
ditata dan terpadu didalam sistem pendidikan nasional dalam hubungan tersebut ,
komisi pembaharuan pendidikan nasional berpendapat bahwa: “Pendidikan
kemasyarakatan sebagai suatu gerakan dalam usaha mencerdaskan kehidupan
bangsa, merupakan jenis pendididkan yang mempunyai jangkauan luas. Oleh
karena itu, pendidikan kemasyarakatan harus di dukung oleh sistem pengolaan yang
kuat dan jelas. Dalam hubungan ini perlu di pertimbangkan supaya pendidikan
kemasyarakatan di kelola oleh suatu badan pemerintah non departemen yang
merupakan badan koordinasi pendidikan kemasyarakatan dengan lingkup
kewenangan dan tanggung jawab sendiri, dan memperoleh anggaran secara
tersendiri”.

c. Keragaman
Keragaman yang dimaksud, bukan saja didalam jenis program pendidikan dan
tujuannya, tetapi juga beragam didalam hal-hal lain, seperti: keragaman didalam hal
sasaran populasi didiknya, keragaman didalam hal lama program pendidikannya,
keragaman didalam hal unsur pengolaannya, keragaman didalam hal tingkat
keterorganisasian dan terprogamnya, dan sebagainya.
Didalam mengungkapkan tingkat keterorganisasian dan keterprograman
dimaksud, disini menggunakan enam buah variabel sebagai titik tolaknya, variabel-
variabel tersebut adalah:
1. Ada tidaknya forum buatan interaksi belajar–mengajar (selanjutnya disebut
variabel forumbuatan)
2. Ada tidaknya paket kurikulum atau program pendidikannya yang terstruktur
(selanjutnya disebut variabel paket kurikulum)
3. Ada tidaknya kegiatan evaluasi kemajuan belajar (selanjutnya disebutvariabel
evaluasibelajar)
4. Bermaksud pendidikan ataukah tidak fungsi utamanya (selanjutnya disebut
variabel kesengajaanpendidikan)
II-14

5. Diniatkan atau tidak untuk maksud-maksud belajar oleh pihak yang


memperolehpengalamanbelajar(selanjutnyadisebutvariabelniatbelajar)dan
6. Fungsi kelembagaan atau tidak pengaruh-pengaruh pendidikannya itu
(selanjutnya disebut variabel fungsilembaga)

d. BatasanKonsep
Konsep PLS mencakup keseluruhan variasi tingkat keterorganisasian dan
keterprograman sebagaimana yang dilukiskan dalam butir 3.5.? atau PLS itu
disamakan persis dengan konsep jenis pendidikan kemasyarakatan seperti yang
telah diintrodusir oleh komisi pembaharuan pendidikan nasional? Sekali lagi, ini
soal keputusan, tentulah yang akan diajukan di bagian ini (baca: butir 3.6) tentang
saja disertai landasan-landasan pemikirannya.
Bertolak pada pandangan dan jalan pikiran diatas, disini bisa diajukan beberapa
aktifitas melembaga (baca: terbatas pada yang diperkirakan memainkan fungsi
PLS) yang bersifat terbuk pada masyarakat luas, yaitu:
1. Mediamassa
2. Pengandaan buku, termaksud buku dankomik-komik
3. Pokok pesantren (baca: aktifitas sorongan, bandongan danwetonnya)
4. Pengajian-pengajian dan dakwahagamaan
5. Kursus-kursus
6. Penataran-penataran
7. Training-training
8. Penyuluhan-penyuluhan serta bimbingan-bimbingan sosial yang terjun
ketengah-tengahmasyarakat
9. Pertunjukan-pertunjukan (film,seni,pemeran,dansebagainya)
10. Perekaman yang dipublisir atau dikomersialkan(kaset-kaset)
11. Kelompok-kelompok organisasi, baik politik, ekonomi maupun sosial
termaksud jugakepramukaan
12. Upacara-upacara keagamaan, nasional danadat
13. Pusat-pusat dan rehabilitas sosial (lembaga pemasyarakatan , pemumkiman
tuna wisma, lokalisasi WTS, bispa dan kesebagainya)
14. Permagangan pada lembaga-lembaga pemberikerja
II-15

15. Perpustakaanumum
16. Permesuman
17. Pusat-pusat oleh jiwa danraga
18. Pusat-pusat studi, percobaan-percobaan ataupengembangan.

BAB 4: ALASAN PENGEMBANGAN PENDIDIKAN LUARSEKOLAH


Ada lima fakta yang akan diungkapkan pada bagian ini ,yang secara sendiri-
sendiri atau bersama-sama ikut melandasi perlunya pengembangan PLS. Fakta-
fakta yang dimaksud ialah: kesejarahan, kebutuhan pendidika, keterbatasan
pendidikan persekolahan, potensi sumber belajar, dan keterlantaran PLS.
Ada dua titik tolak atau titik pijak yang akan diungkapkan pada bagian
analistik–prespektifini, yang secara sendiri-sendiri atau bersama-sama juga ikutnya
melandasi perlunya pembinaan dan pengembangan PLS. Titik pijak yang dimaksud
ialah: pelestarian indentitas bangsa, dan kecenderungan belajar individual-mandiri.
Ada tiga landasan yang dijadikan titik tolak, yaitu:
1. Undang-undang dasar Negara republic indonesia 1945 disingkat UUD1945
2. Ketetapan majelis permusyawaratan rakyat republic indonesia nomor:
IV/MPR/1978 tentang garis-garis besar haluan Negara, selanjutnya disingkat
GBHN
3. Rencana pembangunan lima tahun ketiga 1979/1980-1983/1984, selanjutnya
disingkat pelitatiga.

BAB 5: PENGEMBANGAN PROGRAM PENDIDIKAN LUAR SEKOLAH


Ada beberapa dasar klasifikasi yang dapat dipakai untuk menunjukan populasi
sasaran dari program-program PLS. Dasar-dasar klasifikasi yang dimaksud, seperti:
usia, jenis kelamin, lingkungan tempat tinggal, latar belakang, pekerjaan, latar
belakang pendidikan yang dicapai, dan latar belakang kelainansosial.
Bedasarkan usia, populasi sasaran pengembangan program PLS bisa dibagi
kedalam tiga kategori besar, yaitu: usia anak-anak, usia pemuda/remaja, dan usia
orang dewasa. Variabel jenis kelamin sudah jelas hanya terbagi dua yaitu laki-laki
dan perempuan. Variabel lingkungan tempat tinggal, bisa dibagi kedalam
perkotaan, pinggiran kota, dan pedesaan-pedalaman.Dilihat dari segi latar belakang
II-16

pekerjaan, bisa dibagi kedalam: warga masyarakat yang belum memasuki lapangan
kerja, dan warga masyarakat yang telah berkecimpung didalam dunia kerjanya
masing-masing. Variabel latar belakang pendidikan yang dicapai, klasifikasinya
bisa dibagi menjadi: buta huruf atau tidak berkesempatan mengikuti pendidikan
formal, sudah mampu baca tulis, akan tetapi belum memadai tingkt pengetahuan
lainnya sebagai bekal hidup dan bekerja, tingkat pengetahuan dan kemampuannya
sudah relative memadai, dan memiliki tingkat pendidikan formal setingkat
perguruan tinggi. Variabel latar belakang kelainan sosial, tentu saja dimaksudkan
secara terbatas pada warga masyarakat yang memiliki kelainan-kelainansosial.
Langkah-langkah pokok yang dimaksud adalah:
1. Penentuan populasisasaran
2. Identifikasi kebutuhanbelajar
3. Identifikasi sumber-sumber belajar yng relevanserta
4. Penentuan strategi pelaksanaanPLS
Jenis program PLS bedasarkan fungsinya, ialah: pendidikan keaksaraan,
pendidikan vokasional, pendidikan kader, pendidikan umum dan penyuluhan,
pendidikan penyegar jiwa raga. Sedangkan isi pendidikan bida dibagi kedalam: isi
yang berhubungan mutu kehidupan, dan isi yang berhubungan dengan keterampilan
untuk meningkatkan pendapatan.

BAB 6: PENGELOLAAN PENDIDIKAN LUAR SEKOLAH


Tujuh potensi pengelolaan PLS; diluar ke tujuh potensi tersebut, mungkin saja
masih ada, seandainya dilakukan eksplorasi secara lebih lanjut. Ketujuh potensi
tersebut adalah:
1. Kelembagaan pendidikanformal
2. Lembaga layanankhusus
3. Lembaga-lembaga pemberikerja
4. Kelembagaan mediamasa
5. Sanggar sumber dan kegiatanbelajar
6. Instansi-instansi layanan bimbingan dan penyuluhan masyarakat
7. Lembaga dan organisasi kemasyarakatan.
II-17

Ada empat langkah pokok didalam pengembangan PLS, keempat langkah


pokok itu adalah:
1. Penentuan populasi sasaran secara jelas dan tegas, variabel mana saja yang
masuk atau tidak
2. Identifikasi kebutuhan belajar populasi sasaran, sampai menemukan
spesifikasi-spesifikasi yang relevan, dan mengena
3. Identifikasi sumber-sumber belajar yang tersedia dan memungkinkan
didayagunakan.
4. Menentukan strategi pelaksanaan PLS
Untuk menangani keempat langkah tadi, ada beberapa kemampuan atau
kebolehan yang diperlukan, yaitu:
1. Kemampuan mendiagnose kebutuhan masyarakat
2. Kemampuan merancang strategi program belajar masyarakat
3. Kemampuan mengorganisir dan mengadminitrasi program belajar masyarakat
4. Kemampuan menggalang dan mendinamisir program belajarmasyarakat
5. Kemapuan memonitor dan mengevaluasi program belajar masyarakatdan
6. Kemampuan membimbing soal-soal metodologis kependidikan didalam PLS
Adabe beberapa kemungkinan pilihan, disini akan diajukan tiga kemungkinan
pilihan yaitu:
1. Direktorat pendidikanmasyarakat
2. Unit baru yang di strukturan didalamdapertemen dalamnegeri
3. Lembaga baru nondapertemen

2.2 Isi Buku Pembanding

Pendidikan merupakan hal yang sangat penting, karena dengan pendidikan


manusia bisa memperoleh ilmu, keterampilan dan kecakapan hidup. Pendidikan itu
sendiri dilaksanakan sejak kita lahir sampai akhir hayat. Dalam buku tersebut
penulis menjelaskan tentang pendidikan luarsekolah.

Pendidikan luar sekolah adalah salah satu kegiatan yang bertujuan untuk
membelajarkan masyarakat agar dapat memperoleh keterampilan, pengalaman,
II-18

pengetahuan yang dilaksanakan diluar kegiatan formal (persekolahan). Dalam


pendidikan luar sekolah banyak kegiatan dilaksanakan seperti kursus, tryout,kejar
paket A B C, les privat dan lain-lain. Pendidikan luar sekolah sendiri merupakan
salah satu dari sekian banyak istlah kependidikan. Munculnya berbagai istilah
tersebut menunjukkan bahwa penyelenggaraan pendidikan mulai berkembang
secara wajar dan luas, pendidikan itu tidak hanya dilakukan disekolah saja
melainkan bisa dilakukan di luar sekolah. Pada waktu permulaan kehadirannya,
pendidikan luar sekolah itu dipengaruhi oleh pendidikan informal, yaitu kegiatan
yang terutama berlangsung dalam keluarga. Pada dasarnya kegiatan tersebut
menjadi akar untuk tumbuhnya perbuatan mendidik yang dikenal dewasa ini.
Dalam perkembangan selanjutnya, keluarga-keluarga itu membentuk satu
pengelompokan atas dasar wilayah tempat tinggal atau keturunan. Dalam
masyarakat terdapat tradisi dan adat istiadat yang mendorong penduduk untuk
belajar, berusaha, dan bekerjasama atas dasar nilai-nilai budaya dan moral yang
dianut oleh masyarakat itu. Selain itu agama juga mempengaruhi dalam hal
pendidikan, kehadiran agama dalam kehidupan masyarakat lebih melandasi
perkembanganpendidikanluarsekolah.Belajarmembacakitabsuci,kaidah-kaidah
agama, tata cara sembahyang, yang pada umumnya dilakukan di tempat
peribadatan, merupakan kegiatan belajar mengajar yang mendasari situasi
pendidikan luarsekolah.

Pendidikan luar sekolah,selain bersumber pada kaidah-kaidah agama dan adat


istiadat serta tradisi sebagaimana telah dikemukakakn dalam uraian, didasari pula
oleh falsafah Pancasila, Undang-Undang Dasar 1945, Garis-Garis Besar Haluan
Negara, Undang-Undang No. 2 tahun 1989 Tentang Sistem Pendidikan Nasional,
Peraturan Pemerintah sebagai penjabaran undang-undang tersebut. Dukungan
lainnya adalah falsafah pendidikan, ilmu pengetahuan dan humaniora, teori-teori
pendidikan, serta teori sosial-ekonomi yang mempunyai kaitan erat dengan
pendidikan luar sekolah. Dalam pendidikan luar sekolah juga didasarkan pula atas
berbagai teori yang mendukung antara lain teori pendidikan, teori ekonomi, dan
teori gerakan masyarakat. Teori teori yang dibahas disini berkaitan dengan dua hal
pokok, yaitu pertama, teori yang merujuk pada hipotesa-hipotesa yangdiverifikasi
II-19

melalui observasi atau eksperimen dan kedua, teori yang mengandung arti sebagai
cara berpikir sistematis dan taat asas(konsisten).

Kebutuhan terasa dianggap sama dengan keinginan atau kehendak. Tipe


kebutuhan ini dapat diidentifikasi dengan mudah melalui wawancara dengan
seseorangatausekelompokorangmengenaiapayangmerekainginkan.Kebutuhan itu
sendiri merupakan sesuatu yang harus dipenuhi, didalam pendidikan luar sekolah,
identifikasi kebutuhan yang diantisipsi ini akan membantu dalam mempersiapkan
peserta didik agar mampu memantau lingkungan dan memahami kemungkinan-
kemungkinan yang dapat terjadi di masa depan. Kebutuhan yang berkaitan dengan
upaya manusia untuk mempertahankan dan mengembangkan kehidupannya disebut
kebutuhan hidupmanusia.

Pendidikan sepanjang hayat menegaskan bahwa saat manusia untuk


mengalami pendidikan adalah selama hidupnya atau sepanjang hayat. Tujuan
pendidikan sepanjang hayat adalah tidak sekedar perubahan melainkan untuk
tercapainya kepuasan setiap orang yang melakukannya. Fungsi pendidikan
sepanjang hayat adalah sebagai kekuatan motivasi bagi peserta didik agar ia dapat
melakukan kegiatan belajar berdasarkan dorongan atau diarahkanoleh dirinya
sendiri dengan cara berpikir dan berbuat di dalam dan terhadap dunia
kehidupannya.

Masa depan, sebagai kurun waktu yang akan dialami oleh umat manusia,
merupakan saat yang sarat dengan harapan dan pernyataan. Di satu pihak bahwa
setiap individu, masyarakat, dan bangsa mengharapkan kehidupan yang lebih baik
di masa depan. Segala upaya yang dilakukan pada saat ini ialah untuk mencapai
tujuan itu. Pendidikan luar sekolah, sebagai bagian dari pendidikan nasional yang
program-programnya berkaitan dengan berbagai sector pembangunan,adalah wajar
untuk memantapkan tugas pokoknya agar berorientasi pada perubahan masyarakat
yang mungkin terjadi di masadepan.
BAB III
PEMBAHASAN

3.1 KelebihanBuku
BUKU UTAMA BUKU PEMBANDING
Judul yang dibuat sipenulis sudah rapi
Kertas yang digunakan bagus
dan membuat sipembaca mengerti
Sistematika penyusunan buku sudah baik
Menggunakan tabel untuk
mulai dari cover, kata pengantar, daftar
membedakan perbedaan dan
isi, pembahasan yang akan dibahas serta
persamaan
daftar pustakanya
Penjelasan pada tiap judul sangat
jelas dan bagus
Menggunakan bahasa inggris
Daftar pustaka tidak menggunakan
buku dalam negeri tetapi juga buku
luar negeri

3.2 KelemahanBuku
BUKU UTAMA BUKU PEMBANDING
Terdapat banyak pengulangan kata yang
Bahasanya sedikit kurang dimengerti
tidak penting
Cover tidak sesuai untuk pendidikan
Terdapat kata-kata yang sulit untuk
luar sekolah aturannya cover depan
dipahami
gambar kemasyarakatan
Tulisannya terdapat tulisan/ejaan
Penjelasan materi yang sedikit
jaman dulu
Ada beberapa paragraf yang tidak
menjorok kedalam
Ada beberapa point yang tidak diberi
tanda sehingga susah dimengerti

III-1
BAB IV
PENUTUP

4.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil review yang telah dilakukan, dapat diambil kesimpulan
bahwa kedua buku tersebut membahas tentang pendidikan luar sekolah. Buku 1
dapat membantu kita untuk mengetahui tentang filsafat pendidikan luar sekolah
seperti pendidikan formal, informal dan non formal. Sedangkan buku 2 lebih
membantu kita untuk memahami praktik pendidikan informal, formil, dan non
formil seperti latar belakangnya dan hubungan pendidikan.
Terlepas dari kelebihan dan kekurangan yang dimilikinya, kedua buku tersebut
sangat layak untuk dibaca dan sangat bermanfaat khususnya bagi mahasiswa yang
sekarang berada pada Fakultas Pendidikan. Karena buku ini bisa dijadikan sebagai
acuan atau pedoman didalam proses pembelajaran.

4.2 Saran
Setelah melakukan review pada kedua buku tersebut, hal yang dapat saya
sarankan kepada pembaca adalah saat melakukan review ataupun resensi pada
sebuah buku hendaknya membaca keseluruhan isi buku dengan seksama agar
penilaian yang diberikan tidak sembarangan dan tidak merugikan penulis buku.
Hasil review pun akan sangat bermanfaat bagi banyak orang.

IV-1
DAFTAR PUSTAKA

Faisal, Sanapiah. 1981. Pendidikan Luar Sekolah Di Dalam Sistem Pendidikan dan
Pembangunan Nasional. Surabaya: Usaha Nasional
Sudjana. 2001. Pendidikan Luar Sekolah. Bandung: Falah Production

Anda mungkin juga menyukai