Anda di halaman 1dari 15

MAKALAH

ILMU PENDIDIKAN

PENDIDIKAN KARAKTER

Dosen Pembimbing Mata Kuliah :

Dian Wahyuningsih, S.Pd., M.Pd

Disusun Oleh :

Kelompok 1 :

1. Ahmad Wahyudi (15511241039)


2. Gusti Made C.H.A.N (18511241047)
3. Anantidira Istirani (18511244011)
4. Al-Fina Khusnaini (18511241050)
5. Fazal Almainur (18511244001)
6. Latifah Nurul Q.N (18511244004)
7. Zulfiana Marsaul Haq (18511244008)
Program Studi : Pendidikan Teknik Boga S1 Kelas D Angkatan 2018

UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA Tahun 2018/2019


KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kami panjatkan atas kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, yang karena
rahmat dan hidayahnya sehingga kami dapat menyelesaikan makalah yang berjudul
“PENDIDIKAN KARAKTER” sebagai salah satu tugas mata kuliah Ilmu Pendidikan . Kami
berharap dengan pembuatan makalah ini dapat memberikan ilmu yang bermanfaat dan
menambah pengetahuan bagi penulis maupun pembaca.

Kami mengucapkan terimakasih kepada seluruh pihak yang terlibat dalam pembuatan
makalah ini. Terimakasih kepada dosen mata kuliah Ilmu Pendidikan, seluruh anggota
kelompok, sumber refensi, dan seluruh pihak yang terlibat langsung maupun tidak langsung
dalam pembuatan makalah ini.

Kami sebagai penulis menyadari bahwa dalam pembuatan makalah ini tentunya
terdapat kekurangan dan ketidaksempurnaan. Oleh karena itu kami membuka diri untuk saran
yang diberikan oleh pembaca demi tercapainya sebuah makalah yang lebih baik lagi

Yogyakarta, 23 November 2018

Kelompok 1

2
DAFTAR ISI

Halaman Judul

Kata Pengantar…………………….……………………………………………………..........2

Daftar Isi…………………………...…………….………………………………...…..……....3

BAB I PENDAHULUAN………...…………..…………………………………...…..………4

1.1 Latar Belakang…………...……………………………………………....…............4


1.2 Rumusan Masalah………...…………………….…………………………….…….5
1.3 Tujuan...…………………...……………………………………………....….…….5
1.4 Manfaat……………………...……………………………………………...............5

BAB II ISI……………………………...…………………………………………...…...........6

A. Pengertian Pendidikan Karakter….………………...................................................6


B. Pentingnya Pendidikan Karakter…………………………….……………………..7
C. Tujuan Pendidikan Karakter…………..…………………........................................8
D. Ciri-Ciri Pendidikan Karakter… .………………………………………….…….....8
E. Prinsip-Prinsip Pendidikan Karakter……………………………………………….9
F. Model Pendidikan Karakter……………………………………………………….10
G. Komponen Pendukung Pendidikan Karakter……………………………………...11

BAB III PENUTUP………………..……………………………............................................14

DAFTAR PUSTAKA…………………..……………………………………………..…...…
15

3
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Pendidikan merupakan salah satu aspek dalam kehidupan manusia yang selalu
mengiringi setiap peristiwa dan aktivitas yang dilakukannya.Ki Hajar Dewantara
menempatkan pendidikan sebagai aktivitas yang kompleks dan mencaakup
pengembangan kualitas manusia secara komprehensif.Menurut Ki Hajar Dewantara,
pendidikan adalah “daya-upaya untuk memajukan bertumbuhnya budi pekerti (kekuatan
batin, karakter), pikiran (intellect) dan tubuh anak” (Dewantara, 1962). Terdapat pendapat
pendidikan menurut Ibn Khaldun, bahwa pendidikan adalah proses yang bertujuan untuk
mengenal lingkup di luar diri manusia, Tuhan yang disembahnya, dan wahyu-wahyu yang
diterima para rasul-Nya dengan mengembangkan potensi (fitrah) menjadi actual serta
terwujudnya kemampuan manusia untuk membangun peradaban umat demi tercpainya
kebahagiaann dunia dan akhirat. Sedangkan menurut Undang-Undang Republik
Indonesia Nomor 20 Tahun 2001, pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk
mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif
mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan,
pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang
diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa, dan negara.
Proses pendidikan yang diselenggarakan pada setiap negara maupun wilayah,
memiliki tujuan yang berbeda-beda. Hal ini dipengaruhi oleh latar social budaya, sistem
politik yang berkembang, dan potensi alam masing-masing negara atau wilayah.Fungsi
pendidikan dalam arti sempit (mikro), menurut Fuad Ihsan (1996:11) adalah membantu
(secara sadar) perkembangan jasmani dan rohani peserta didik. Sedangkan secara luas
(makro) adalah sebagai alat :
1. Pengembangan pribadi.
2. Pengembangan warga negara.
3. Pengembangan kebudayaan.
4. Pengembangan bangsa.
Sedangkan menurut UU RI Nomor 20 Tahun 2003 Bab II pasal 3 disebutkan sebagai
berikut, “Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan mementuk

4
watak serta peradaban bangsa, bertujuan untuk mengembangkan potensi peserta didik
agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa,
berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga Negara yang
demokratis srrta bertanggung jawab”. Dari pernyataan di atas dapat ditarik kesimpulan
bahwa pendidikan memiliki tujuan mengembangkan segala potensi bawaan manusia
secara integral, simultan, dan berkelanjutan agar manusia mampu melaksanakan tugas
dan kewajiban dalam kehidupan guna mencapai kebahagiaan di masa sekarang dan masa
yang akan datang.
1.2 Rumusan Masalah
1. Apa pengertian pendidikan karakter itu?
2. Apa pentingnya dilaksanakan pendidikan karakter?
3. Apa saja tujuan, ciri-ciri, prinsip pendidikan karakter?
4. Apa saja model pembelajaran dalam pendidikan karakter dan komponen apa saja yang
terlibat dalam pelaksanaannya?

1.3 Tujuan

1. Mengetahui pengertian pendidikan karakter.


2. Memahami pentingnya dilaksanakan pendidikan karakter.
3. Memahami tujuan, ciri-ciri, dan prinsip pendidikan karakter.
4. Memahami model pembelajaran dalam pendidikan karakter dan mengenal komponen
apa saja yang berperan dalam pendidikan karakter.
1.4 Manfaat
1. Penulisan makalah ini selain diperuntkkan memenuhi tugas mata kuliah, juga
bermanfaat agar kami selaku penulis terbiasa menuangkan gagasan ataupun pendapat.
2. Dapat memperkaya dan menambah kemampuan penulis dalam menuangkan
gagasannya.
3. Menmbah referensi buku atau jurnal yang dipelajari penulis.
4. Makalah yang ditulis penulis ini dapat memberikan informasi yang bermanfaat bagi
pembaca

5
BAB II

ISI

A. Pengertian Pendidikan Karakter


Karakter berasal dari bahasa Yunani yang berarti “to mark” (menandai) dan
memfokuskan, bagaimana mengaplikasikan nilai kebaikan dalam bentuk tindakan
atau tingkah laku. Dalam buku Urgensi Pendidikan Karakter, Suyatno menjelaskan
bahwa “karakter adalah cara berpikir dan berperilaku yang menjadi ciri khas tiap
individu untuk hidup dan bekerja sama, baik dalam lingkup keluarga, masyarakat,
bangsa, dan negara”. Sedangkan dalam psikologi, yang disebut karakter adalah watak
perangai sifat dasar yang khas satu sifat atau kualitas yang tetap terus menerus dan
kekal yang dapat dijadikan ciri untuk mengidentifikasi seorang pribadi.
Pendidikan karakter adalah pendidikan untuk membentuk kepribadian
seseorang melalui pendidikan budi pekerti, yang hasilnya terlihat dalam tindakan
nyata seseorang (Thomas Lickona, 1991). Dalam Undang-Undang Nomor 20 tahun
2003, pasal 3 dinyatakan bahwa pendidikan nasional berfungsi mengembangkan
kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam
rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi
peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang
Maha Esa , berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi
warga Negara yang demokratis serta bertanggung jawab. Denagn demikian, maka
dapat ditarik kesimpulan bahwa pendidikan karakter adalah segala sesuatu yang
dilakukan pendidikan, yang mampu mempengaruhi karakter peserta didik. Dalam
pendidikan karakter di sekolah, semua komponen (stakeholders) harus dilibatkan,
termasuk komponen-komponen pendidikan itu sendiri, yaitu isi kurikulum, proses
pembelajaran dan penilaian, kualitas hubungan, penanganan atau pengelolaan mata
pelajaran, pengelolaan sekolah, pelaksanaan aktivitas atau kegiatan ko-kurikuler,
pemberdayaan sarana, prasarana, pembiayaan, dan, ethos kerja seluruh warga dan
lingkungan sekolah.“Pendidikan karakter yang utuh dan menyeluruh tidak sekedar
membentuk anak-anak muda menjadi pribadi yang cerdas dan baik, melainkan juga
membentuk mereka menjadi pelaku baik bagi perubahan dalam hidupnya sendiri,

6
yang pada gilirannya akan menyumbangkan perubahan dalam tatanan sosial
kemasyarakatan menjadi lebih adil, baik, dan manusiawi.”(Doni Koesoema A.Ed)
B. Pentingnya Pendidikan Karakter
Menurut Socrates dan Nabi Muhammad saw pernah menggemakan bahwa moral,
akhlak atau karakter adalah tujuan tak terhindarkan dari dunia pendidikan. Begitu juga
Marthin Luther King yang menyetujui pemikiran tersebut dengan mengatakan,
“intelligence plus character, that is the true aim of education.” Kecerdasan plus
karakter, itulah tujuan yang benar dari pendidikan. Menurut analisis Thomas Lickona
sebagaimana dirangkum oleh Howard, bangkitnya logika positivisme yang
menyatakan bahwa tidak ada kebenaran moral dan tidak ada sasaran benar dan salah,
telah menenggelamkan pendidikan moral dari permulaan dunia pendidikan. Begitu
juga pemikiran relativitas moral dengan pandangannya bahwa semua nilai adalah
relatif, berpengaruh terhadap terlupakannya pendidikan karakter. Paham personalisme
yang menyatakan setiap individu bebas untuk memilih nilai-nilainya sendiri dan tidak
bisa dipaksakan oleh siapapun, dan meningkatnya paham pluralisme yang
mempertanyakan nilai-nilai siapakah yang diajarkan, semakin melengkapi alasan
penolakan pendidikan karakter.
Sementara itu, sekularisasi masyarakat telah menumbuhkan ketakutan untuk
mengajarkan moralitas di sekolah karena khawatir dianggap sebagai pengajaran
agama. Hal ini banyak dialami oleh negara-negara maju, tapi sekuler. Tokoh lain
seperti Mahatma Gandhi juga menyatakan salah satu dosa fatal adalah "education
without character" (pendidikan tanpa karakter). Theodore Roosevelt juga
berpendapat, "to education person in mindandnotin moralsis to educate a menace to
society" (mendidik seseorang dalam aspek kecerdasan otak dan bukan moral adalah
ancaman mara bahaya kepada masyarakat). Prof. Dr (HC).Ir. R. Roosseno dalam
setiap sambutan dan pidatonya kerap mengingatkan bangsa Indonesia khususnya
generasi muda, yakni dibutuhkannya "moralee herbewapening" (kesiapsiagaan moral)
dalam berprofesi, hal ini dikaitkan dengan kondisi kemajuan ekonomi, teknik yang
sangat cepat membawa side effect yang sering tak menguntungkan moral (narkoba,
korupsi, ketidakjujuran). Hal tersebut harus dibendung dengan mempersenjatai diri
sendiri dengan paham - paham dan karakter yang positif. Antonin Scalia
mengemukakan: Satu-satunya yang tidak dapat diperjual belikan di dunia ini adalah
karakter. “Bila harta hilang, sesungguhnya tak ada yang hilang, bila kesehatan hilang,

7
ada sesuatu yang hilang, tapi bila karakter hilang maka sesungguhnya, segalanya telah
hilang.” (Billy Graham)
C. Tujuan Pendidikan Karakter
Tujuan pendidikan karakter adalah
(1) mengembangkan potensi kalbu/nurani/afektif peserta didik sebagai manusia dan
warga Negara yang memiliki nilai-nilai budaya dan karakter bangsa;
(2) mengembangkan kebiasaan dan perilaku peserta didik yang terpuji dan sejalan
dengan nilai-nilai universal dan tradisi budaya bangsa yang religius;
(3) menanamkan jiwa kepemimpinan dan tanggung jawab peserta didik sebagai
generasi penerus bangsa;
(4) mengembangkankemampuan peserta didik menjadi manusia yang mandiri, kreatif,
berwawasan kebangsaan; dan
(5) mengembangkan lingkungan kehidupan sekolah sebagai lingkungan belajar yang
aman, jujur, penuh kreativitas dan persahabatan, serta dengan rasa kebangsaan
yang tinggi dan penuh kekuatan
D. Ciri-Ciri Pendidikan Karakter
Forester (6) menyebutkan paling tidak ada empat ciri dasar dalam pendidikan
karakter;
1. Keteraturan interior dimana setiap tindakan diukur berdasarkan herarki nilai.
Maka nilai menjadi pedoman yang bersifat normative dalam setiap tindakan
2. Koherensi yang memberi keberanian membuat seseorang teguh pada prinsip, dan
tidak mudah terombang ambing pada situasi baru atau takut resiko. Koherensi
merupakan dasar yang membangun rasa percaya satu sama lain. Tidak adanya
koherensi dapat meruntuhkan kredibilitas seseorang.
3. Otonomi. Disana seseorang menginternalisasikan aturan dari luar sampai menjadi
nilai-nilai bagi pribadi. Ini dapat dilihat dari penilaian atas keputusan pribadi tanpa
terpengaruh desakan pihak lain.
4. Keteguhan dan kesetiaan. Keteguhan merupakan daya tahan seseorang guna
menginginkan apapun yang di pandang baik. Dan kesetiaan merupakan dasar bagi
penghormatan atas komitmen yang dipilih.

8
E. Prinsip-Prinsip Pendidikan Karakter
Ada empat prinsip yang digunakan untuk mengembangkan karakter pendidikan yang
ditetapkan oleh Kementerian Pendidikan Dan Kebudayaan (2010: 11-14):
1. Berkelanjutan. Artinya pendidikan karakter adalah proses pembentukan karakter
yang panjang dimulai dari awal sampai akhir proses pendidikan di sekolah. Mulai
dari tingkat TK hingga SMA. Di tingkat pendidikan yang lebih tinggi, pendidikan
karakter lebih berfokus pada pemberdayaan.
2. Melalui semua mata pelajaran, pengembangan diri, dan budaya pendidikan. Artinya
proses pengembangan karakter dilakukan melalui setiap mata pelajaran di sekolah,
setiap program ekstrakurikuler, dan program co-kurikuler berdasarkan Standar Isi
Kurikulum.
3. Nilai tidak tertangkap atau diajarkan, hal itu dipelajari (Hermann, 1972). Ini berarti
nilai karakternya bukan bahan ajar, tetapi ini adalah sesuatu yang bisa dipelajari
oleh siswa. Para siswa adalah subyek belajar. Oleh karena itu, guru tidak perlu
mengubah materi ajar namun memberi kesempatan dan kemungkinan kepada siswa
untuk belajar dan menginternalisasi pendidikan karakter.
4. Proses belajar yang aktif dan menarik. Artinya, proses pendidikan karakter
menempatkan siswa sebagai subjek pembelajaran. Suasana belajar seharusnya
hidup, aktif, dan menarik.
Selain prinsip tersebut, taerdapat juga prinsip umum penyelenggaraan pendidikan
karakter, diantaranya :
1. Memperomosikan nila-nilai dasar etika sebagai basis karakter
2. Mengidentifikasikan karakter secara komperehensif supaya mencakup pemikiran,
perasaan dan perilaku
3. Menggunakan pendekatan yang tajam, proaktif dan efektif untuk mebangun
karakter.
4. Menciptakan komunitas sekolah yang memiliki kepedulian.
5. Memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk menunjukan perilaku yang
baik;
6. Memiliki cakupan terhadap kurikulum yang bermakna dan menantang yang
menghargai semua peserta didik, membangun karakter mereka, dan membantu
mereka untuk sukses.
7. Mengusahakan tumbuhnya motivasi diri pada para peserta didik.

9
8. Memfungsikan seluruh staf seluruh staf sekolah sebagai komunitas moral yang
berbagi tanggung jawab untuk pendidikan karakter dan setia pada nilai dasar yang
sama.
9. Adanya pembagian kepemimpinan moral dan dukungan luas dalam membangun
inisiatif pendidikan karakter.
10. Memfungsikan keluarga dan anggota masyarakat sebagai mitra dalam usaha
membangun karakter.
11. Mengevaluasi karakter sekolah, fungsi staf sekolah sebagai guru-guru karakter,
dan manifestasi karakter positif dalam kehidupan peserta didik.
F. Model Pendidikan Karakter
Keberhasilan pendidikan karakter dipengaruhi oleh teknik atau pendekatan yang
digunakan dalam pengajaran dan proses pembelajaran. Suparno, Paul, Moerti, Titisari,
dan Kartono (2002: 42-44), menyatakan ada empat model pengajaran dan
pembelajaran dalam pendidikan karakter yaitu sebagai berikut:
1. Model Monolitik, dalam model ini, pendidikan karakter dianggap sebagai subjek
khusus. Jadi, subjek pendidikan karakter adalah diperlakukan seperti subjek
lainnya. Artinya, guru pendidikan karakter harus mengembangkan kurikulum,
silabus, rencana pelajaran dan pengajaran media untuk mengajarkan pendidikan
karakter kepada siswa. Poin menarik dari model ini adalah bahwa konsep
pendidikan karakter disampaikan kepada siswa dengan jelas. Namun, ini berarti
nilai yang dipelajari oleh siswa tergantung pada desain kurikulum yang berarti
buatan. Dengan kata lain itu tidak benar-benar memberi kesempatan bagi siswa
untuk menginternalisasi nilai pendidikan karakter.
2. Model Terpadu Dalam model ini, mendidik nilai karakter kepada siswa merupakan
tanggung jawab setiap guru (Washington, Clark, dan Dixon 2008). Dalam model
ini, para guru dapat memilih beberapa nilai karakter untuk dimasukkan dalam
subjek mereka. Dengan model ini, diharapkan siswa akan menginternalisasi nilai
karakter selama waktu belajar mereka.
3. Out of School Time Model Pendidikan karakter juga bisa dilakukan di luar jam
sekolah. Ini biasanya lebih berfokus pada beberapa kegiatan dari sekolah kemudian
dilanjutkan dengan diskusi setelah kegiatan berlangsung. Hal ini menyebabkan
siswa memiliki pengalaman nyata mempraktikkan beberapa nilai karakter tapi
karena di luar waktu sekolah berarti ini bukan bagian dari kurikulum. Hal ini

10
dianggap kurang efektif untuk menumbuhkan nilai karakter kepada siswa dalam
keterbatasan waktu.
4. Mengintegrasikan Model, model ini mengintegrasikan waktu sekolah terpadu dan
di luar. Hal ini bisa dilakukan melalui kerja sama antara guru dan beberapa orang
lain di luar sekolah. Model ini mengarah pada berbagi dan kerjasama di kalangan
akademisi sekolah dan orang-orang di sekitar sekolah. Selain itu, para siswa akan
dibekali dengan Pendidikan karakter di sekolah dan kemudian mempraktikkannya
di luar sekolah. Dari keempat model tersebut, model yang paling ideal dan
sempurna adalah yang integratif. Ini berarti Pendidikan karakter itu terintegrasi di
semua mata pelajaran di sekolah dan kemudian siswa mendapatkan pengalaman
nyata untuk mempraktikkan karakter pendidikan.
Di samping hal tersebut, terdapat model pendidikan lain, yaitu :
1. Pendidikan karakter berbasis nilai religius, yang merupakan kebenaran wahyu
Tuhan (konservasi moral);
2. Pendidikan karakter berbasis nilai budaya , antara lain yang berupa budi pekerti,
Pancasila, apresiasi sastra, keteladanan tokoh-tokoh sejarah dan para pemimpin
bangsa (konservasi lingkungan);
3. Pendidikan karakter berbasis lingkungan (konservasi lingkungan);
4. Pendidikan karakter berbasis potensi diri, yaitu sikap pribadi, hasil proses
kesadaran pemberdayaan potensi diri yang diarahkan untuk meningkatkan kualitas
pendidikan (konservasi humanis).
G. Komponen Pendukung Pendidikan Karakter
1. Partisipasi Masyarakat
Dalam hal ini, masyarakat meliputi tenaga pendidik, orangtua, anggota
masyarakat, dan peserta didik itu sendiri, semua komponen itu hendaknya dapat
bekerja sama dan membantu memberikan masukan, terutama mengenai langkah-
langkah penanaman karakter bagi peserta didik.
Oleh sebab itu, setiap sekolah yang akan menerapkan pendidikan karakter bagi
peserta didiknya harus memiliki badan khusus yang dibentuk sebagai sarana
komunikasi antara peserta didik, tenaga pendidik, orangtua dan masyarakat.
Badan ini bertugas membicarakan konsep dan nilai-nilai yang diperlukan untuk
mendidik karakter peserta didik.

11
2. Kebijakan Pendidikan
Meskipun pendidikan karakter lebih mengedepankan aspek moral dan tingkah
laku, namun bukan berarti sama sekali tidak menetapkan kebijakan-kebijakan.
Sebagaimana dalam dunia formal pada umunnya. Sekolah tetap menetapkan
landasan filosofi yang tepat dalam membuat pendidikan karakter, serta
menentukkan dan menetapkan tujuan, visi dan misi, maupun beberapa kebijakan
lainnya, hal ini bisa dilakukan dengan mengadopsi kebijakan pendidikan formal
atau kebijakan baru.
3. Kesepakatan
Betapapun pentingnya dan mendesaknya lembaga pendidikan menerapkan
pendidikan karakter sebagai tambahan kurikulum di dalamnya, namun bukan
berarti itu ditetapkan secara sepihak. Sekolah harus mengadakan pertemuan
dengan orang tua peserta didik terlebih dahulu dengan melibatkan tenaga guru
dan perwakilan masyarakat guna mencari kesepakatan-kesepakatan di antara
mereka. Pertemuan itu bertujuan memperoleh kesepakatan definisi pendidikan
karakter, fungsi dan manfaatnya, serta cara mewujudkannya.
4. Kurikulum Terpadu
Agar tujuan penerapan karakter dapat berjalan secara maksimal, sekolah perlu
membuat kurikulum terpadu di semua tingkatan kelas. Sebab, setiap peserta didik
memiliki hak yang sama untuk mendapatkan materi mengenai pengembangan
karakter. Oleh karena itu, meskipun pendidikan karakter perlu diperkenalkan sejak
dini, namun bukan berarti tidak berlaku bagi peserta didik yang sudah dewasa.
Dan, salah satu cara penerapannya adalah pemberlakuan kurikulum terpadu
dengan semua mata pelajaran.
5. Pengalaman Pembelajaran
Pendidikan karakter sebenarnya lebih menitik beratkan pada pengalaman
daripada sekedar pemahaman. Oleh karena itu, melibatkan peserta didik dalam
berbagai aktivitas positif dapat membantunya mengenal dan mempelajari
kenyataan yang dihadapi
Pelayanan yang baik oleh seorang guru berupa kerja sama, pendampingan, dan
pengarahan optimal, yang merupakan komponen yang perlu diberlakukan secara
nyata. Sebab, hal itu akan memberikan kesan positif bagi peserta didik dan
mempengaruhi cara berpikirnya sekaligus karakternya.

12
6. Evaluasi
Guru perlu melakukan evaluasi sejauh mana keberhasilan pendidikan karakter
yang sudah diterapkan .evaluasi dilakukan tidak dalam ragka mendapatkan nilai,
melainkan mengetahui sejauh mana peserta didik mengalami perilaku di
bandingkan sebelumnya.
Dalam hal ini, guru harus mengapresiasi setiap aktivitas kebaikan yang
dilakukan peserta didik, kemudian memberinya penjelasan mengenai akibat
aktivitas tersebut dalam pengembangan karakternya.
7. Bantuan Orang Tua
Untuk mendukung keberhasilan, pihak sekolah hendaknya meminta orangtua
peserta didik untuk ikut terlibat memberikan pengajaran karakter ketika peserta
didik berada di rumah. Bahkan, sekolah perlu memberikan gambaran umum
tentang prinsip-prinsip yang diterapkan disekolah dan dirumah, seperti aspek
kejujuran, dan lain sebagainya.
Tanpa melibatkan peran orangtua di rumah, berarti sekolah akan tetap
kesulitan menerapkan pendidikan karakter terhadap peserta didik. Sebab,
interaksinya justru lebih banyak di habiskan dirumah bersama keluarga.
8. Pengembangan Staf
Perlu disediakan waktu pelatihan dan pengembangan bagi para staf di sekolah
sehingga mereka dapat membuat dan melaksanakan pendidikan karakter secara
berkelanjutan. Hal itu termasuk waktu untuk diskusi dan pemahaman dari proses
dan program, serta demi menciptakan pelajaran dan kurikulum selanjutnya. Perlu
di ingat bahwa semua pihak disekolah merupakan sarana yng perlu dimanfaatkan
untuk membantu menjalankan pendidikan karakter
9. Program
Program kependidikan karakter harus dipertahankan dan diperbaharui melalui
pelaksanaan dengan perhatian khusus pada tingkat komitmen yang tinggi dari
atas, dana yang memadai, dukungan untuk koordinasi distrik staf yang berkualitas
tinggi, pengembangan profesional berkelanjutan dan jaringan, serta dukungan
system bagi guru yang melaksanakan program tersebut

13
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan
Dalam pelaksanaan pendidikan, selain mengajarkan materi pelajaran, juga diperlukan
pembinaan terhadap karakter yaitu melalui pendidikan karakter. Pendidikan karakter
ditujukan untuk membangun karakter siswa yang berbudi luhur, memiliki kepedulian,
dan dapat memanfaatkan ilmu yang dikuasainya demi kemaslahatan orang banyak,
bangsa, dan Negara.
B. Saran
Agar tercapai tujuan Negara Indonesia, membutuhkan peran aktif dari para pemuda-
pemudi. Dan agar dapat berkontribusi terhadap bangsa dan Negara, maka pemuda-
pemudi hendaknya memiliki karakter, kepedulian, dan kecakapan yang dapat
diterapkan dalam kehidupan masyarakat. Peran keluarga, sekolah, dan masyarkat
memiliki andil yang besar terhadap pembentukan karakter para pemuda.

14
DAFTAR PUSTAKA

1. Setiawati, Nanda Ayu. 2017. Pendidikan Karakter Sebagai Pilar Pembentukan


Karakter Bangsa. Medan : Universitas Negeri Medan
2. Pantu, Ayuba. 2014. Pendidikan Karakter Dan Bahasa. Gorontalo : Institut Agama
Islam Sultan Amai Gorontalo
3. Hardjono, Sartinah. 1988, Prinsip-Prinsip Pengajaran Bahasa dan Sastra. Jakarta:
Depdikbud.
4. Megawangi, Ratna. 2007, Pendidikan Karakter Solusi yang tepat untuk Membangun
Bangsa. Jakarta: Heritage Fondation.
5. Naim, Ngainun. Character Buillding. 2012, Optimalisasi Peran Pendidikan Dalam
Pengembangan Ilmu& Pembentukan Karakter Bangsa. Jogyakarta: Ar-Ruzz Media.
6. Pusat Kurikulum Departemen Pendidikan Nasional, Bahan Pelatihan Penguatan
Metodologi Pembelajaran Berdasarkan Nilai-nilai Budaya untuk Membentuk Daya
Saing dan Karakter Bangsa, 2010
7. Salahudin, Anas dan Irwanto Alkrienciehie, 2011, Pendidikan Karakter. Pendidikan
Berbasis Agama &Budaya Bangsa, Bandung: Pustaka Setia.
8. Undang-undang No.20 tahun 2003. Sistem Pendidikan Nasional.
9. http://shentiald.blogspot.com/2013/10/makalah-pendidikan-karakter.html

15

Anda mungkin juga menyukai