ILMU PENDIDIKAN
Disusun Oleh :
Kelompok 1 :
Puji dan syukur kami panjatkan atas kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, yang karena
rahmat dan hidayahnya sehingga kami dapat menyelesaikan makalah yang berjudul
“METODE DAN MODEL PENDIDIKAN” sebagai salah satu tugas mata kuliah Ilmu
Pendidikan . Kami berharap dengan pembuatan makalah ini dapat memberikan ilmu yang
bermanfaat dan menambah pengetahuan bagi penulis maupun pembaca.
Kami mengucapkan terimakasih kepada seluruh pihak yang terlibat dalam pembuatan
makalah ini. Terimakasih kepada dosen mata kuliah Ilmu Pendidikan, seluruh anggota
kelompok, sumber refensi, dan seluruh pihak yang terlibat langsung maupun tidak langsung
dalam pembuatan makalah ini.
Kami sebagai penulis menyadari bahwa dalam pembuatan makalah ini tentunya
terdapat kekurangan dan ketidaksempurnaan. Oleh karena itu kami membuka diri untuk saran
yang diberikan oleh pembaca demi tercapainya sebuah makalah yang lebih baik lagi
Kelompok 1
2
DAFTAR ISI
Halaman Judul
Kata Pengantar…………………….…………………………………………………….........2
Daftar Isi…………………………...…………….………………………………...…..……..3
BAB I PENDAHULUAN………...…………..…………………………………...…..…….4
BAB II ISI……………………………...…………………………………………...…..........6
DAFTAR PUSTAKA…………………..………………………………………………...…27
3
BAB I
PENDAHULUAN
4
berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga Negara yang
demokratis srrta bertanggung jawab”. Dari pernyataan di atas dapat ditarik kesimpulan
bahwa pendidikan memiliki tujuan mengembangkan segala potensi bawaan manusia
secara integral, simultan, dan berkelanjutan agar manusia mampu melaksanakan tugas
dan kewajiban dalam kehidupan guna mencapai kebahagiaan di masa sekarang dan masa
yang akan datang.
1.2 Rumusan Masalah
1. Apa hakikat metode pendidikan?
2. Apa saja metode pendidikan, serta bagaimana kelebihan serta kekurangan setiap
model pendidikan?
3. Apa hakikat model pendidikan?
4. Mencakup apa saja model pendidikan, serta bagaimana kelebihan dan kekurangan
setiap metode pendidikan?
1.3 Tujuan
5
BAB II
ISI
6
~Mempersiapkan alat bantu untuk memperjelas materi yang diceramahkan
2). Tahap awal ceramah/pengantar
~Menciptakan hubungan degan peserta didik
~Menarik perhatian peserta didik
~Mengekspos isi materi yang penting, missal resume/ringkasan
3). Tahap pengembangan ceramah
~Penjelasan hendaknya singkat dan jelas, serta menggunakan kata yang
sederhana dan mudah dipahami peserta didik
~Sebagai visualisasi, gunakan papan tulis untuk mencatat penjelasan yang
penting
~Untuk memantapkan materi ceramah, perlu dilakukan pengulangan pada
beberapa materi tang dianggap penting
~Untuk memperjelas isi ceramah, perlu diberikan ilustrasi dari kehidupan
sekitar peserta didik
~Perlu pengaturan alokasi waktu
4). Tahap akhir ceramah
~Bersama peserta didik membuat kesimpulan tentang materi yang telah
disajikan
~Mengecek umpan balik peserta didik tentang materi yang telah disajikan
c. Kelebihan Metode Ceramah
1). Dalam waktu singkat, guru dapat menyajikan materi pelajaran yang banyak
kepada sejumlah peserta didik secara serentak;
2). Melatih kemampuan peserta didik dalam mendengarkan secara tepat dan
kritis;
3). Memungkinkan terjadinya penguatan, baik dari guru maupun peserta didik.
Penguatan ini kan memotivasi peserta didik untuk materi yang telah
disajikan secara lebih luas dan mendalam;
4). Memungkinkan guru mengaitkan matei dengan pengalaman yang telah
dialami guru maupun peserta didik;
5). Membantu peserta didik yang mengalami kesulitan memahami materi
lewat metode lain.
7
d. Kekurangan Metode Ceramah
1). Proses pembelajaran didominasi oleh guru;
2). Komunikasi yang terjadi hanya satu arah dan cenderung menimbulkan
salah tafsir tentang istilah tertentu;
3). Tidak semua guru memiliki keterampilan berbicara dengan gaya bahasa
yang dapat menarik perhatian peserta didik;
4). Tidak segera diketahui umpan balik tentang materi pelajaran yang telah
disajikan;
5). Pelaksanaan ceramah yang lebih dari 20 menit akan memudarkan perhatian
peserta didik sehingga proses pembelajarn terkesan menjemukan;
6). Materi pelajaran yang disampaikan dengan ceramah hanya mampu diingat
oleh peserta didik dalam waktu yang singkat.
2. Metode Tanya Jawab
Merupakan metode panyajian materi pelajaran dalam bentuk pertanyaan dan
jawaban, baik oleh guru maupun peserta didik. Terkandung 3 hal dalam metode
ini menurut Hyman (1974), yaitu pertanyaan, respon, dan reaksi.
a. Tahap Pelaksanaan Metode Tanya-Jawab
1). Persiapan
~Menetapkan kompetensi dasar yang akan dicapai
~Menetapkan materi pokok pertanyaan
~Merumuskan pertanyaan-pertanyaan sesuai materi pokok untuk
mewujudkan tercapainya kompetensi dasar
~Mengidentifikasi kemungkinan pertanyaan-pertanyaan yang akan
diajukan oleh peserta didik
2). Tahap Pelaksanaan
~Menginformasikan kompetensi dasar yang akan dicapai
~Menginformasikan materi pokok yang akan dibahas
~Mengajukan pertanyaan secara klasikal
3). Tahap Akhir
Membuat kesimpulan dari materi pelajaran yang telah dibahas
b. Kelebihan Metode Tanya-Jawab
1). Peserta didik didorong dan dilatih untuk berpikir secara teratur
2). Peserta didik belajar bagaimana cara memecahkan masalah
3). Peserta didik menjadi lebih aktif dalam pembelajaran
8
4). Peserta didik lebih cepat berhasil menguasai materi baru
c. Kekurangan Metode Tanya-Jawab
Menjadikan peserta didik kurang bebas dalam belajar karena jalan pikirannya
ditentukan oleh pertanyaan-pertanyaan
3. Metode Diskusi
Merupakan cara menyajikan materi pelajaran dengan tukar menukar pendapat
untuk mencari pemecahan masalah tentang suatu topik. Pembelajaran dengan
metode diskusi memposisikan guru sebagai pengatur, pengarah, pengontrol
jalannya pembelajaran.
10
3). Tindak lanjut
~Memeriksa laporan dengan memberikan ulasan seperlunya
~Memberikan penilaian dan kesimpulan tentang pelaksanaan tugas
~Mengadakan diskusi terhadap kesulitan yang tidak terpecahkan dalam
pelaksanaan tugas
b. Kelebihan Metode Pemberian Tugas
Melatih peserta didik untuk mengalami serangkaian kegiatan mereka dan
dapat menemukan pengalaman belajar
Mendorong perkembangan kemampuan dalam memikirkan dan melakukan
sesuatu tanpa bantuan pihak lain
Mendorong peserta didik untuk menilai sendiri kelebihan dan kekurangan
yang dimilikinya
c. Kekurangan Metode Pemberian Tugas
Apabila setiap mata pelajaran memberikan tugas, peserta didik tidak akan
punya waktu luang untuk istirahat atau melakukan kegiatan lain diluar sekolah
dan pada gilirannya bisa jadi membuat mereka apatis terhadap sekolah
5. Metode Demonstrasi
Merupakan cara penyajian materi pelajaran melalui tindakan/peragaan yang
diperjelas dengan ilustrasi, serta pernyataan secara oral (lisan) dan visual
(pandang)(Cardille dalam Canei, 1986). Metode ini pertama kali digunakan oleh
manusia gua, yaitu ketika mereka menambah kayu dalam rangka memperbesar api
unggun, sementara anak-anak mereka memperhatikan, kemudian menirukannya.
a. Tahapan Pelaksanaan Metode Demonstrasi
1). Persiapan
~Menetapkan kompetensi dasar yang ingin dicapai dengan metode
demonstrasi
~Menetapkan topik yang relevan
~Mengidentifikasi peralatan yang diperlukan
~Mengorganisasikan kegiatan yang akan didemonstrasikan
2). Pelaksanaan
~Mengecek persiapan alat dan bahan yang diperlukan
~Memberikan pengantar demonstrasi agar peserta didik mengamati,
kemudian menirukan, serta menjelaskan prosedur dan keamanannya
11
~Peragaan tindakan yang disertai penjelasan, ilustrasi, dan tanya jawab
3). Lanjutan
~Mendiskusikan hasil demonstrasi
~Memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk mencoba
melakukan/menirukan apa yang telah didemonstrasikan
b. Kelebihan Tahapan Pelaksanaan Metode Demonstrasi
Memperkecil kemungkinan salah tafsir
Dapat melibatkan peserta didik dengan menirukan peragaan yang
diberikan
Dapat memusatkan perhatian peserta didik terhadap hal penting selama
proses pembelajaran
Memungkinkan eserta didik untuk menanyakan aspek yang diperagakan
c. Kekurangan Tahapan Pelaksanaan Metode Demonstrasi
Memerlukan persiapan yang teliti
Penerapannya relatif lama
Mempersyaratkan adanya tindakan lanjutan berupa peniruan untuk peserta
didik
Memerlukan peralatan yang memungkinkan ketepatan dalam pengamatan
oleh peserta didik
6. Metode Kerja Kelompok
Suatu cara menyampaikan materi pelajaran dengan menitikberatkan pada interaksi
antar anggota kelompok dalam menyelesaikan tugas-tugas belajar secara bersama-
sama.
a. Tujuan Penggunaan Metode Kerja Kelompok
~Memupuk minat dan kemampuan kerja sama diantara pesrta didik
~Meningkatkan keterlibatkan sosio-emosional dan intelektual peserta didik
selama proses pembelajaran
~Menyelesaikan tugas yang banyak dengan kemampuan yang homogen
~Mengupayakan keseimbangan antara hasil dan proses pembelajaran
b. Prosedur Pelaksanaan Metode Kerja Kelompok
~Menetapkan kompetensi dasar yang ingin dicapai
~Penetapan topik bahasan yang kompleks dan cukup luas isinya, sehingga
dapat dibagi sesuai jumlah kelompok
12
~Pembentukan kelompok yang lebih bersifat homogen dalam hal kemampuan
~Penjelasan topik yang menjadi tugas kelompok berikut cara penyelesaian dan
sumber belajarnya
~Proses kerja kelompok (selama proses, guru melakukan pengamatan,
memberikan bimbingan seperlunya dan menilai kerja sama peserta didik
dalam kelompok
~Pelaporan hasil kerja kelompok secara lisan atau tertulis
~Melakukan penilaian atas hasil dan proses kerja kelompok
7. Metode Karya Wisata
Suatu cara penyajian materi pelajaran dengan membawa peserta didik untuk
mengunjungi obje di luar sekolah. Metode ini dilakukan karena objek yang akan
dipelajari tidak memungkinkan untuk dibawa ke dalam kelas.
a. Tahapan Pelaksanaan Metode Karya Wisata
1). Persiapan
~Menetapkan kompetensi dasar yang akan dicapai dengan metode karya
wisata
~Menetapkan objek karya wisata secara bersama-sama antar guru mata
pelajaran
~Mendapatkan oersetujuan dari kepala sekolah dan orang tua peserta didik
~Memperhitungkan jumlah pengikut karya wisata dan membaginya ke
dalam kelompok-kelompok dengan anggota maksimum 5 orang
~Bersama peserta didik merumuskan tat tertib berikut pengamanannya
~Menetapkan waktu karya wisata termasu jadwal perjalanan
~Menetapkan orang-orang dan instansi yang harus dihubungi di lokasi
objek karya wisata termasuk mengurus surat perizinan
~Mengunjungi objek karya wisata terlebih dahulu, jika dinilai perlu
~Memperhitungkan besarnya pembiayaan sekaligus mengumplkan uang
dari peserta didik
~Menetapkan bagaimana teknik untuk menjaring data selama karya wisata
termasuk kelengkapannya
2). Pelaksanaan
~Mengadakan pertemuan dengan petugas objek karya wisata
~Peserta didik secara kelompok melakukan observasi dan wawancara
sesuai tugasnya masing-masing
13
~Selesai melakukan observasi dan wawancara, peserta didik dikumpulkan
dan kalau mungkin diadakan tanya jawab dengan petugas objek.
3). Tindak lanjut
~Guru memberikan ulasan tentang jalannya karya wisata dan hubungan
objek dengan materi yang telah diajarkan
~Membuat ceklist berisikan nilai-nilai perjalanan yang telah dilakukan
~Secara klasikal peserta didik mengadakan diskusi tentang hasil karya
wisata
~Menetapkan siapa yang harus menulis ucapan terima kasih untuk
disampaikan kepada petugas/penguasa objek karya wisata
~Menyusun bahan-bahan yang diperoleh dari objek
b. Kelebihan Metode Karya Wisata
Tumbuh dan berkembangnya pengalaman dan moral kelompok secara
umum melalui rangsangan terhadap topik, maupun objek selama
pelaksanaan karya wisata
Peserta didik memperoleh serangkaian pengalaman yang berguna bagi
perkembangan kepribadiannya
Menanamkan rasa cinta pada lingkungan sekitar
Peserta didik akan memperoleh kesempatan untuk memadukan materi dari
berbagai mata pelajaran pada objek karya wisata
8. Metode Simulasi
Merupakan cara penyajian materi pelajaran dengan peniruan dalam bentuk
mencobakan, memeragakan, memeransertakan, memperbincangkan, dan
memainkan, sehingga memungkinkan peserta didik lebih memahami materi yang
diajarkan.
a. Tahapan Pelaksanaan Metode Simulasi
~Menetapkan kompetensi dasar yang ingin dicapai
~Menetapkan situasi dan masalah
~Mengorganisasikan kegiatan yang akan dilakukan oleh pemegang peran,
materi pelajaran, waktu, dan ruangan yang tepat
~Memilih peserta didik sebagai pemegang peran dan membantu mereka dalam
mempersiapkan diri
14
~Memberikan petunjuk yang jelas dalam melakukan simulasi kepada para
pemegang peran
~Memberikan kesempatan kepada pemegang peran untuk menanyakan hal-hal
yang berhubungan dengan kegiatan agar tidak terjadi salah tafsir yang dapat
mengganggu kelancaran simulasi
~Memberikan kesempatan kepada pengamat untuk menyampaikan hasil
pengamatannya
~Guru memberikan kesimpulan, saran, dan evaluasi kegiatan simulasi
b. Kelebihan Metode Simulasi
Kondisi pembelajaran umumnya menyenangkan sehingga mendorong
partisipasi peserta didik
Memberikan kemungkinan untuk melakukan eksperimen dalam mengkaji
suatu peristiwa sebelum diterapkan pada kondisi yang sebenarnya
Mengurangi keabstrakan dalam mempelajari materi pelajaran karena
dilakukan melalui kegiatan yang nyata
Dalam melaksanakannya tidak memerlukan keterampilan komunikasi yang
kompleks
Meningkatkan daya cipta dan imajinasi peserta didik melalui
keterlibatnnya secara langsung dalam kegiatan simulasi
c. Kekurangan Metode Simulasi
Pelaksanaan simulasi mempersyaratkan pengelompokan yang serasi
disamping pengaturan kelas yang seringkali tidak memungkinkan
Ada anggapan bahwa metode ini hanya untuk memperbaiki motivasi dan
imajinasi peserta didik
Mengundang kecaman karena di dalamnya terdapat permainan (konotasi
yang negatif)
C. Hakikat Model Pendidikan
Konsep model pembalajaran menurut Trianto (2010: 51) adalah suatu
perencanaan atau pola yang digunakan sebagai pedoman dalam merencanakan
pembelajaran di kelas atau pembelajaran tutorial. Model pembelajaran mengacu pada
pendekatan pembelajaran yang akan digunakan, termasuk di dalamnya tujuan-tujuan
pengajaran, tahap-tahap dalam kegiatan pembelajaran, lingkungan pembelajaran, dan
pengelolaan kelas.
15
Dari pernyataan tersebut dapat disimpulkan bahwa model pembelajaran adalah
prosedur atau polasistematis yang digunakan sebagai pedoman untuk mencapai tujuan
pembelajaran didalamnya terdapat strategi, teknik, metode, bahan, media dan alat
penilaian pembelajaran.
D. Macam-Macam Model Pendidikan
1. Model Pendidikan Langsung
Merupakan model pembelajaran di mana guru mentransformasikan informasi atau
keterampilan secara langsung kepada peserta didik, pembelajaran berorientasi
pada tujuan dan distrukturkan oleh guru. (Depdiknas,2010: 24). Menurut Killen
dalam depdiknas (2010: 23) pembelajaran langsung atau Direct Instruction
merujuk pada berbagai teknik pembelajaran ekspositori (pemindahan pengetahuan
dari guru kepada murid secara langsung, misalnya melalui ceramah, demonstrasi,
dan tanya jawab) yang melibatkan seluruh kelas. Tujuan utama pembelajaran
langsung adalah untuk memaksimalkan penggunaan waktu belajar peserta didik.
a. Karakteristik Model Pendidikan Langsung
Menurut Depdiknas (2010: 24), model pembelajaran langsung dapat
diidentifikasi beberapa karakteristik, yaitu :
1) Transformasi dan keterampilan secara langsung
2) Pembelajaran berorientasi pada tujuan tertentu
3) Materi pembelajaran yang telah terstruktur
4) Lingkungan belajar yang telah terstruktur
5) Distruktur oleh guru.
b. Tahapan Pelaksanaan Model Pendidikan Langsung
Menurut Bruce dan Weil dalam Depdiknas (2010: 25), tahapan model
pembelajaran langsung adalah sebagai berikut :
1) Orientasi
~Kegiatan pendahuluan untuk mengetahui pengetahuan yang relevan
dengan pengetahuan yang telah dimiliki peserta didik.
~Mendiskusikan atau menginformasikan tujuan pelajaran
~Memberikan penjelasan atau arahan mengenai kegiatan yang akan
dilakukan selama pembelajaran
~Menginformasikan kerangka pelajaran.
16
2) Presentasi
~Penyajian materi dalam langkah-langkah kecil sehingga materi dapat
dikuasai peserta didik dalam waktu relatif pendek
~Pemberian contoh-contoh konsep
~Pemodelan atau peragaan keterampilan dengan cara demonstrasi atau
penjelasan langkah-langkah kerja terhadap tugas
~Menjelaskan ulang hal-hal yang sulit.
3) Latihan Terstruktur
Pada fase ini guru memandu peserta didik untuk melakukan latihan-latihan.
Peran guru yang penting dalam fase ini adalah memberikan umpan balik
terhadap respon peserta didik dan memberikan penguatan terhadap respon
peserta didik yang benar dan mengkoreksi tanggapan peserta didik yang
salah.
4) Latihan Terbimbing
Pada fase ini guru memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk
berlatih konsep atau keterampilan. Latihan terbimbing ini baik juga
digunakan oleh guru untuk menilai kemampuan peserta didik untuk
melakukan tugasnya. Pada fase ini peran guru adalah memonitor dan
memberikan bimbingan jika diperlukan.
5) Latihan Mandiri
Pada fase ini peserta didik melakukan kegiatan latihan secara mandiri. Fase
ini dapat dilalui peserta didik jika telah menguasai tahap-tahap pengerjaan
tugas.
c. Kelebihan Model Pendidikan Langsung
Guru mengendalikan isi materi dan urutan informasi yang diterima oleh
siswa sehingga dapat mempertahankan fokus mengenai apa yang harus
dicapai oleh siswa.
Dapat diterapkan secara efektif dalam kelas yang besar maupun kecil.
Dapat digunakan untuk menekankan poin-poin penting atau kesulitan-
kesulitan yang mungkin dihadapi siswa sehingga hal-hal tersebut dapat
diungkapkan.
Dapat menjadi cara yang efektif untuk mengajarkan informasi dan
pengetahuan faktual yang sangat terstruktur.
17
Merupakan cara yang paling efektif untuk mengajarkan konsep dan
keterampilan-keterampilan yang eksplisit kepada siswa yang berprestasi
rendah.
Memungkinkan guru untuk menyampaikan ketertarikan pribadi mengenai
mata pelajaran (melalui presentasi yang antusias) yang dapat merangsang
ketertarikan dan antusiasme siswa.
d. Kekurangan Model Pendidikan Langsung
Model pembelajaran langsung bersandar pada kemampuan siswa untuk
mengasimilasikan informasi melalui kegiatan mendengarkan, mengamati,
dan mencatat. Karena tidak semua siswa memiliki keterampilan dalam hal-
hal tersebut, guru masih harus mengajarkannya kepada siswa.
Sulit untuk mengatasi perbedaan dalam hal kemampuan, pengetahuan
awal, tingkat pembelajaran dan pemahaman, gaya belajar, atau
ketertarikan siswa.
Sulit bagi siswa untuk mengembangkan keterampilan sosial dan
interpersonal mereka.
Kesuksesan strategi pembelajaran ini bergantung pada image guru.
Jika materi yang disampaikan bersifat kompleks, rinci, atau abstrak,
model pembelajaran langsung mungkin tidak dapat memberi siswa
kesempatan yang cukup untuk memproses dan memahami informasi yang
disampaikan.
Jika model pembelajaran langsung tidak banyak melibatkan siswa, siswa
akan kehilangan perhatian setelah 10-15 menit dan hanya akan mengingat
sedikit isi materi yang disampaikan.
Model pembelajaran langsung akan membuat siswa percaya bahwa guru
akan memberitahu mereka semua yang perlu mereka ketahui.
Guru sulit untuk mendapatkan umpan balik mengenai pemahaman siswa.
2. Model Pendidikan Berbasis Masalah (PBM)
Menurut Arends (dalam Trianto, 2010:92-94) pengajaran berdasarkan masalah
merupakan suatu pendekatan pembelajaran dimana siswa mengerjakan
permasalahan yang autentik dengan maksud untuk menyusun pengetahuan mereka
sendiri, mengembangkan inquiri dan keterampilan berpikir tingkat lebih tinggi,
mengembangkan kemandirian, dan percaya diri.
18
Tujuan model pembelajaran ini adalah membantu siswa mengembangkan
keterampilan berpikir dan keterampilan pemecahan masalah, belajar peranan
orang dewasa yang autentik, menjadi pembelajar yang mandiri.
a. Karakteristik Model PBM
~Pengajuan pertanyaan/masalah
~Berfokus pada keterkaitan antar displin
~Penyelidikan autentik
~Menghasilkan produk dan memamerkannya
~Kolaborasi
b. Tahapan Pelaksanaan Model PBM
1). Orientasi siswa kepada masalah
2). Mengorganisasikan siswa untuk belajar, yaitu guru membantu siswa untuk
mendefinisikan dan mengorganisasikan tugas belajar yang berhubungan
dengan masalah tersebut.
3). Membimbing penyelidikan individual maupun kelompok
4). Mengembangkan dan menyajikan hasil karya
5). Menganalisis dan mengevaluasi proses pemecahan masalah, yaitu guru
membantu siswa untuk melakukan refleksi atau evaluasi terhadap
penyelidikan mereka dan proses-proses yang mereka gunakan.
c. Kelebihan Model PBM
1). Realistik dengan kehidupan siswa;
2). Konsep sesuai dengan kebutuhan siswa;
3). Memupuk sifat inquiry siswa;
4). Retensi konsep jadi kuat;
5). Memupuk kemampuan Problem Solving.
d. Kekurangan Model PBM
1). Persiapan pembelajaran (alat, problem, konsep) yang kompleks;
2). Sulitnya mencari problem yang relevan;
3). Sering terjadi miss-konsepsi;
4). Konsumsi waktu, dimana model ini memerlukan waktu yang cukup dalam
penyelidikan.
19
3. Model Pendidikan Pendidikan Matematika Realistik Indonesia (PMRI)
Supinah (2008: 15-16) menyatakan bahwa PMRI adalah “suatu teori pembelajaran
yang telah dikembangkan khusus untuk matematika. Anwar (2010) menyatakan
bahwa PMRI adalah satu pendekatan pembelajaran matematika yang coba
menggunakan pengalaman dan lingkungan siswa sebagai alat bantu mengajar
primer. Pendidikan Matematika Realistik Indonesia adalah suatu pendekatan
pembelajaran matematika yang mengungkapkan pengalaman dan kejadian yang
dekat dengan siswa sebagai sarana untuk memahamkan persoalan matematika.
(Depdiknas, 2010: 7). Dari beberapa pernyataan diatas dapat disimpulkan bahwa
Pendekatan PMRI adalah suatu pendekatan pembelajaran matematika yang dekat
dengan kehidupan nyata siswa sebagai sarana untuk meningkatkan pemahaman
dan daya nalar.
a. Karakteristik Model PMRI
~Penggunaan konteks/permasalahan realistik sebagai titik awal pembelajaran
matematika
~Penggunaan model untuk matematisasi progresif
~Pemanfaatan hasil konstruksi siswa
~Interaktivitas
~Keterkaitan
b. Tahapan Pelaksanaan Model PMRI
1) Persiapan
Selain menyiapkan masalah kontekstual, guru harus benarbenar memahami
masalah dan memiliki berbagai macam strategi yang mungkin akan
ditempuh siswa dalam menyelesaikannya.
2) Pembukaan
Pada bagian ini siswa diperkenalkan dengan strategi pembelajaran yang
dipakai dan diperkenalkan kepada masalah dari dunia nyata. Kemudian
siswa diminta untuk memecahkan masalah tersebut dengan cara mereka
sendiri
3) Proses Pembelajaran
Siswa mencoba berbagai strategi untuk menyelesaikan masalah sesuai
dengan pengalamannya, dapat dilakukan secara perorangan maupun secara
kelompok. Kemudian setiap siswa atau kelompok mempresentasikan hasil
kerjanya di depan siswa atau kelompok lain dan siswa atau kelompok lain
20
memberi tanggapan terhadap hasil kerja siswa atau kelompok penyaji. Guru
mengamati jalannya diskusi kelas dan memberi tanggapan sambil
mengarahkan siswa atau kelompok penyaji.
4) Penutup
Siswa diajak menarik kesimpulan dari pelajaran saat itu. Pada akhir
pembelajaran siswa harus mengerjakan soal evaluasi dalam bentuk
matematika formal (Zulkardi dalam Hartono 2008: 20)
c. Kelebihan Model PMRI
1) Memberikan pengertian yang jelas dan operasional kepada siswa tentang
keterkaitan antar matematika dengan kehidupan sehari-hari dan tentang
kegunaan matematika pada umumnya bagi manusia.
2) Memberikan pengertian yang jelas dan operasional kepada siswa bahwa
matematika suatu bidang kajian yang dikonstruksi dan dikembangkan
sendiri oleh siswa, tidak hanya oleh mereka yang disebut pakar dalam
bidang tersebut.
3) Memberikan pengertian yang jelas dan operasional kepada siswa bahwa
cara penyelesaian suatu soal atau masalah tidak harus tunggal, dan tidak
harus sama antara orang yang satu dengan orang yang lain.
4) Memberikan pengerian yang jelas dan operasional kepada siswa bahwa
dalam mempelajari matematika, proses pembelajaran merupakan sesuatu
yang utama, dan untuk mempelajari matematika orang harus menjalani
proses itu dan berusaha untuk menemukan sendiri konsep-konsep
matematika dengan bantuan pihak lain yang lebih tahu (misalnya guru).
d. Kekurangan Model PMRI
1).Upaya mengimplementasikan PMR membutuhkan perubahan pandangan
yang sangat mendasar mengenai berbagai hal yang tidak mudah
dipraktikan, misalnya mengenai siswa, guru, dan peranan soal kontekstual
2).Mengkonstruksi soal-soal kontekstual yang memnuhi syaratsyarat yang
dituntut PMR tidak selalu mudah untuk setiap topik matematika yang perlu
dipelajari siswa, apalagi jika soal-soal tersebut harus dapat diselesaikan
dengan bermacam-macam cara.
3).Upaya mendorong siswa agar dapat menemukan berbagai cara untuk
menyelesaikan soal juga merupakan hal yang tidak mudah dilakukan guru
21
4).Proses pengembangan kemampuan berpikir siswa melalui soal-soal
kontekstual, proses matematisasi horizontal, dan pross matematisasi
vertikal juga bukan merupakan sesuatu yang sederhana, karena proses dan
mekanisme berpikir siswa dalam melakukan penemuan kembali terhadap
konsep-konsep matematika tertentu.
4. Model Pendidikan Kontekstual
Pembelajaran Kontekstual (Contextual Teaching and Learning) atau CTL
merupakan konsep pembelajaran yang menekankan pada keterkaitan antara materi
pembelajaran dengan dunia kehidupan siswa secara nyata, sehingga siswa mampu
menghubungkan dan menerapkan kompetensi dalam kehidupan sehari-hari
(Mulyasa: 2006: 102).
Karakteristik model pendidikan kontekstual :
Pembelajaran dilaksanakan dalam konteks autentik, yaitu pembelajaran yang
diarahkan pada ketercapaian keterampilan dalam konteks kehidupan nyata
atau pembelajaran yang dilaksanakan dalam lingkungan yang alamiah
(learning in real life setting).
Pembelajaran memberikan kesempatan kepada siswa untuk mengerjakan
tugas-tugas yang bermakna (meaningful learning).
Pembelajaran dilaksanakan dengan memberikan pengalaman bermakna
kepada siswa (learning by doing).
Pembelajaran dilaksanakan melalui kerja kelompok, berdiskusi, saling
mengoreksi antar teman (learning in a group).
Pembelajaran memberikan kesempatan untuk menciptakan rasa kebersamaan,
kerjasama, dan saling memahami antara satu dengan yang lain secara
mendalam (learning to know each other deeply).
Pembelajaran dilaksanakan secara aktif, kreatif, produktif, dan mementingkan
kerja sama (learning to ask, to inquiry, to work together).
Pembelajaran dilaksanakan dalam situasi yang menyenangkan (learning as an
enjoy activity).
5. Model Pendidikan Index Card Match (Mencari Pasangan)
Menurut Zaini (2008: 67) model pembelajaran Index Card Match (mencari
pasangan) adalah model pembelajaran yang cukup menyenangkan, digunakan
untuk mengulang materi yang telah diberikan sebelumnya. Materi baru pun tetap
22
bisa diajarkan dengan catatan peserta didik diberi tugas mempelajari topik yang
akan diajarkan terlebih dahulu sehingga peserta didik ketika masuk ruangan kelas
sudah memiliki bekal pengetahuan.
a. Tahapan pelaksanaan model index card match
Langkah–langkah dalam model pembelajaran Index Card Match (mencari
pasangan) menurut Zaini (2008: 67):
1) Guru membuat potongan kertas (kartu) sebanyak jumlah peserta didik yang
ada di kelas.
2) Kertas tersebut dibagi menjadi dua bagian yang sama.
3) Pada separuh kertas, ditulis pertanyaan tentang materi yang akan diajarkan.
Setiap kertas berisi satu pertanyaan.
4) Pada separuh kertas yang lain, ditulis jawaban dari pertanyaan-pertanyaan
yang sudah dibuat.
5) Sebelum dibagikan, kartu dikocok terlebih dahulu sehingga akan tercampur
antara soal dan jawaban.
6) Setiap peserta didik diberi satu kartu. Guru menjelaskan bahwa ini adalah
aktivitas yang dilakukan berpasangan. Separuh peserta didik mendapat soal
dan separohnya lagi akan mendapat jawaban.
7) Mintalah peserta didik untuk mencari dan menemukan pasangan mereka.
Jika sudah ada yang menemukan pasangan, minta mereka untuk
duduk/berdiri berdekatan. Terangkan agar mereka tidak memberitahu
materi yang mereka dapatkan kepada peserta didik yang lain.
8) Setelah semua peserta didik menemukan pasangan dan duduk/berdiri
berdekatan, minta setiap pasangan bergantian untuk membacakan soal
yang diperoleh dengan keras kepada teman-teman yang lain. Selanjutnya
soal tersebut dijawab oleh pasangan-pasangan yang lain.
9) Akhiri pembelajaran ini dengan membuat klarifikasi dan kesimpulan.
b. Kelebihan model index card match
~Menumbuhkan kegembiraan dalam proses pembelajaran.
~Materi pembelajaran yang disampaikan dapat lebih menarik perhatian peserta
didik.
~Mampu menciptakan suasana belajar yang aktif dan menyenangkan.
~Mampu meningkatkan prestasi belajar peserta didik mencapai taraf
ketuntasan belajar.
23
~Penilaian dapat dilakukan bersama pengamat/observer dan pemain (peserta
didik).
~Terjadi proses diskusi dan presentasi dapat menguatkan topik/konsep yang
hendak diulang maupun topik yang baru.
c. Kekurangan model index card match
~Membutuhkan waktu yang lama bagi peserta didik untuk menyelesaikan
tugas dan presentasi.
~Guru harus membuat persiapan yang matang dengan waktu yang lebih lama.
~Menuntut sifat tertentu dari peserta didik untuk bekerja sama dalam
menyelesaikan masalah.
~Suasana kelas menjadi ”gaduh” sehingga dapat mengganggu kelas lain.
~Kurang efektif apabila satu kelas peserta didiknya banyak (gemuk).
6. Model Pendidikan Kooperatif
Menurut Saputra dan Rudyanto (2005: 49) Pada hakekatnya, metode pembelajaran
kooperatif merupakan metode atau strategi pembelajaran gotong-royong yang
konsepnya hampir tidak jauh berbeda dengan metode pembelajaran kelompok.
Pembelajaran kooperatif berbeda dengan metode pembelajaran kelompok. Ada
unsur dasar pembelajaran kooperatif yang membedakan dengan pembelajaran
kelompok yang dilakukan asal-asalan. Pelaksanaan prinsip dasar pokok sistem
pembelajaran kooperatif dengan benar akan memungkinkan guru mengelola kelas
dengan lebih efektif. Pembelajaran kooperatif proses pembelajaran tidak harus
belajar dari guru kepada siswa. Siswa dapat saling membelajarkan sesama siswa
lainnya.
a. Karakteristik Model Pendidikan Kooperatif
1) Tujuan Kelompok
Cooperative learning menggunakan tujuan-tujuan kelompok untuk
memperoleh penghargaan kelompok. Keberhasilan kelompok didasarkan
pada penampilan individu sebagai anggota kelompok dalam menciptakan
hubungan antar personal yang saling mendukung, saling membantu, dan
saling peduli.
2) Pertanggungjawaban Individu
Keberhasilan kelompok tergantung dari pembelajaran induvidu dari semua
anggota kelompok. Pertanggungjawaban tersebut menitikberatkan pada
24
aktivitas pada aktivitas anggota kelompok yang saling membantu dalam
belajar.
3) Kesempatan yang sama untuk mencapai keberhasilan
Cooperative learning menggunakan metode skoring yang mencakup nilai
perkembangan berdasarkan peningkatkan prestasi yang diperoleh siswa
dari yang terdahulu. Dengan menggunakan metode skoring ini setiap siswa
baik yang berprestasi rendah, sedang atau tinggi sama-sama memperoleh
kesempatan untuk berhasil dan melakukan yang terbaik bagi
kelompoknya.
b. Kelebihan Model Pendidikan Kooperatif
Menurut Jarolimek dan Parker di dalam Isjoni (2010: 24) mengatakan
keunggulan yang diperoleh dalam pembelajaran kooperatif adalah:
1) Saling ketergantungan yang positif.
2) Adanya pengakuan dalam merespon perbedaan individu.
3) Siswa dilibatkan dalam perencanaan dan pengelolaan kelas.
4) Suasana kelas yang rilek dan menyenangkan.
5) Terjalinnya hubungan yang hangat dan bersahabat antara siswa dengan
guru.
6) Memiliki banyak kesempatan untuk mengekspresikan pengalaman emosi
yang menyenangkan.
25
BAB III
PENUTUP
Kesimpulan
26
DAFTAR PUSTAKA
27