Disusun Oleh
Kelompok 8 Rombel PGSD 03
:
1. Muhamad Imron Zunaidi, S.Pd 1406022137
2. Muhammad Habib Ridwan, S.Pd 1406022132
3. Lea Valentina, S.Pd 1406022191
2
DAFTAR ISI
HALAMAN COVER................................................................................................i
KATA PENGANTAR.............................................................................................ii
DAFTAR ISI..........................................................................................................iii
BAB I PENDAHULUAN........................................................................................1
A. Latar Belakang..............................................................................................1
B. Rumusan Masalah.........................................................................................3
C. Tujuan...........................................................................................................3
D. Manfaat.........................................................................................................3
BAB II PEMBAHASAN.........................................................................................5
A. Kesimpulan.................................................................................................16
B. Saran............................................................................................................16
DAFTAR PUSTAKA......................................................................................................17
BAB I
3
PENDAHULUAN
4
Mendidik peserta didik dalam prosesnya mesti bertumpu pada sebuah teori, supaya
peserta didik mampu menyerap dan menerima kegiatan pembelajaran dengan baik, serta
mampu mempraktikan dalam kehidupan sehari-hari dengan baik pula (Mahrus & Itqon,
2020). Pendidik yang professional mestinya dapat memilih teori belajar yang tepat untuk
peserta didiknya baik dilihat dari tujuan yang akan dicapai dalam pembelajaran, sifat peserta
didik maupun mata pelajaran, serta lingkungan pembelajaran dan sarana prasaran yang ada.
Teori merupakan suatu argumen yang berlandaskan pada suatu penemuan dan
penelitian yang dibantu oleh data dan argumentasi. Teori Belajar merupakan cara untuk
menggambarkan bagaimana manusia belajar, sehingga dapat membantu kita untuk
memahami proses yang melekat dalam pembelajaran. Cahyo berpendapat mengenai teori
belajar menurutnya teori belajar dapat dimaknai sebagai prinsip – prinsip dan rancangan
belajar yang bersifat teratur dan sudah terbukti kebenarannya dengan penelitian (Saputri,
2022).
Teori humanistik merupakan salah satu teori belajar dalam psikologi pendidikan.
Teori humanistik adalah teori yang paling ideal dalam pembelajaran (Irham & Wiyani,
2016). Pendekatan psikologis diperlukan untuk menjamin keberlangsungan proses belajar
mengajar yang baik yaitu melalui pen-dekatan teori humanistik dimana pembela-jaran akan
berjalan sesuai dengan kondisi psikologis dan perilaku siswa dalam belajar.Konsep
psikologi humanistik mencoba untuk melihat peserta didik. Konsep psikologi humanistik
mencoba untuk melihat peserta didik sebagaimana manusia seutuhnya dengan segala
kompleksitasnya. Konsep humanism cenderung berpegang pada perspektif optimistik
tentang sifat alamiah manusia ketimbang memandang manusia sebagai “kotak kosong”yang
harus diisi. Mereka berfokus pada kemampuan manusia untuk berfikir secara sadar dan
rasional dalam mengendalikan hasrat biologisnya, serta dalam meraih potensi maksimal
mereka. Dalam pandangan humanistik, manusia bertanggung jawab terhadap hidup dan
perbuatannya serta mempunyai kebebasan dan kemampuan untuk mengubah sikap dan
perilaku mereka (Syarifuddin, 2022). Berdasarkan uraian diatas penulis akan terdorong
untuk mengenal teori pembelajaran humanitik serta implemntasinya didalam dunia
pendidikan.
5
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian di atas, beberapa hal yang menjadi permasalahan danakan
dibahas melaluipenelitian ini. Adapun beberapa permasalahan itu dapatpenelitirumuskan
sebagai berikut :
1.2.1 Apa pengertian teori belajar humanistik?
1.2.2 Siapakah tokoh-tokoh teori belajar humanistik?
1.2.3 Apa kelebihan dan kekurangan teori belajar humanistic?
1.2.4 Bagaiamana implementasi teori belajar humanistik dalam dunia Pendidikan?
1.3 Manfaat
Makalah ini diharapkan dapat memberikan manfaat bagi semua pihak yang
terlibat baik dari akademisi, guru, siswa maupun penelitilain.
6
Adapun manfaat penelitian ini secara praktis diharapkan akan dapat
memberikan manfaat untuk penulis dan untuk masyarakat luas. Diharapkan
dapat memberikan manfaat untuk lembaga pendidikan agar lebih meningkatkan
pelaksanaan pembelajaran Tematik baik secara daring (dalam jaringan) maupun
luring (luar jaringan):
1.4.2.1 Bagi Siswa
Memberikan motivasi kepada siswa dalam melaksanakan aktivitas
peningkatan literasi baik dilakukan secara daring ataupun luring.
1.4.2.2 Bagi Guru
Menjadi acuan bagi guru untuk lebih meningkatkan kreativitas
pembelajaran. Diharapkan penelitiian ini bias menjadi sumber informasi
dan sekaligus untuk memperbaiki kualitas diri sebagai pendidik.
1.4.2.3 Bagi Sekolah
Diharapkan menjadi bahan masukan sekolah untuk memperbaiki praktik
pembelajaran literasi sehingga dapat meningkatkan kualitas
pembelajaran.
1.4.2.4 Bagi Penulis
Untuk menyiapkan diri sebagai calon pendidik dan meningkatkan
kualitas inovasi literasi dalam pembelajaran
1.4.2.5 Bagi Penulis Lain
Dapat menjadi menjadi sarana untuk mengintegrasikan pengetahuan dan
ketrampilan dalam melakukan penelitian dalam bidang pendidikan.
Penelitian ini juga bias menjadi acuan dan refrensi untuk
pengembangan.
7
BAB II
PENDAHULUAN
1.1 Pembahasan
1.1.1 Pengertian teori belajar humanistik
Pada pertengahan abad 20 teori humanisme muncul sebagai akibat reaksi
terkait dengan teori behavioristic dan psikodinamik. Para ahli humanisme
mempercayai bahwa perilaku laku manusia tidak dapat dideskripsikan sebagai hasil
dari polemik yang tidak disadari maupun keadaan yang sederhana. Teori ini
menitikberatkan pada pentingnya pensadaran pengalaman yang bersifat subyektif dan
mengetahui diri sendiri atau self - direction (Diana Devi, 2021).
Dalam dunia pendidikan, aliran humanisme muncul pada tahun 1960 sampai
dengan 1970-an dan tentunya mengalami perubahan-perubahan dan mendapatkan
inovasi yang terjadi selama itu hingga akhir pada abad ke-20 pun juga tentunya
menuju pada arah perubahan (Ormrod, 2009). Psikologi humanisme memfokuskan
pada perasaan, kinerja, motivasi, dan kebutuhan umat manusia tersebut. Pendidikan
menurut humanism ini adalah aktualisasi diri individu tersebut. Sehingga akhir dari
perkembangan pribadi manusia adalah aktualisasi diri, serta mampu mengembangkan
potensi secara utuh, bermakna, dan bermanfaat bagi dirinya maupun lingkungan
(Rachmawati, 2015).
Beberapa individu berpendapat bahwa belajar hanya sebatas mengumpulkan
atau menghafalkan realita yang telah tersedia dalam bentuk informasi maupun materi
pelajaran. Individu yang memiliki pendapat tersebut, biasanya akan langsung
berbangga ria ketika anak-anaknya dapat mampu menyebutkan kembali beberapa
informasi besar yang terdapat dalam buku berbentuk teks atau yang diberikan oleh
guru baik secara verbal maupun lisan. Dan ada pula beberapa individu yang
berpendapat bahwa belajar hanya sebatas pelatihan saja seperti yang biasa dilakukan
yakni membaca dan menulis. Dengan pemahaman seperti itu, biasanya para orang tua
akan merasa cukup jika anak-anak mereka sudah mampu menampilkan kemampuan
8
fisik tertentu walaupun tanpa pengetahuan mengenai arti, hakikat, dan tujuan dari
kemampuan tersebut (Syah, 2020).
Belajar menurut pandangan humanistik merupakan kegiatan dari keseluruhan
pribadi manusia yang melibatkan aspek intelektual dan emosional, serta motivasi
belajar harus datang dari dalam diri anak itu sendiri. Di dalam pembelajaran,
hubungan interpersonal akan terjalin dengan menerima siswa sebagai seorang pribadi
yang memiliki keterampilan dan guru berperan sebagai partisipan dalam proses
belajar mengajar.
9
hirarki pertama sampai keempat merupakan hirarki kebutuhan yang harus
dipenuhi, sedangkan hirarki kelima sebagai hirarki keinginan untuk bertumbuh
dan berkembang.
10
mandiri; Pendidik humanistik percayabahwa nilai tidak relevan dan hanya evaluasi
diri (self evaluation) yang bermakna; Pendidik humanistik jugaharus percaya
bahwa ranah kognitif dan afektif tidak terpisah dari perasaan maupun pengetahuan
dalam prosesbelajar; Selain itu, Pendidik humanis keamanan siswa, di mana siswa
diupayakan untuk terhindar dari tekananlingkungan. Maksudnya adalah agar siswa
merasa aman untuk belajar sehingga siswa menjadi lebih mudahuntuk menerima
pelajaran (Insani, 2019). Dengan demikian, fokus teori humanistik lebih kepada
pemahamandan sudut pendang pelaku bukan dari pengamat. Seseorang dapat
dianggap berhasil ketika ia sudah mampumelewati proses belajar sehingga dapat
mengaktualisasi diri secara optimal.
1. Meaning
Arthur Combs mengemukakan konsep meaning (makna atau arti)
dalam proses belajar. Menurut konsep ini, belajar terjadi apabila mempunyai
arti bagi individu tersebut. Maksudnya guru tidak bisa memaksakan materi
yang tidak disukai atau tidak relevan dengan kehidupan individu (peserta
didik). Jika siswa tidak menguasai matematika atau sejarah, itu bukan karena
siswa itu bodoh, tetapi karena dia tidak mau dan terpaksa, serta merasa bahwa
sebenarnya tidak ada alasan penting baginya untuk mempelajari pelajaran
11
tersebut. Dengan kata lain siswa merasa bahwa materi pelajaran itu tidak
punya makna (meaning) bagi dirinya. Karenanya Combs berpendapat bahwa
suatu hal yang sangat penting bagi seorang guru adalah bagaimana caranya
menjadikan bahan pelajaran yang diajarkannya memiliki arti dan makna bagi
pribadi siswa dan siswa dapat menghubungkannya dengan kehidupan.
2. Persepsi
a. Memahami perilaku = memahami persepsi
Menurut Combs, agar guru bisa memahami perilaku siswa, maka
guru harus mengerti persepsinya (pandangan dunianya). Bahkan dalam
pandangan humanistik, persepsi terkait dengan perilaku-perilaku
batiniah (tingkah laku inner) lainnya seperti perasaan, kepercayaan, dan
keyakinan, yang menjadi pembeda antara siswa yang satu dengan siswa
yang lainnya. Jika para ahli humanistik memahami belajar sebagai
proses perolehan informasi baru dan personalisasi informasi tersebut
pada individu, maka dalam proses personalisasi inilah persepsi itu
sangat berperan. Combs melukiskan persepsi diri dan dunia seseorang
seperti dua lingkaran yang memiliki satu titik pusat: lingkaran kecil
adalah gambaran dari persepsi diri dan lingkaran besar adalah persepsi
dunia. Makin jauh persitiwa-peristiwa dari persepsi diri, maka makin
berkurang pengaruhnya terhadap perilakunya (artinya sulit untuk terjadi
proses personalisasi). Jadi, hal-hal yang mempunyai sedikit hubungan
dengan diri, makin sulit dipahami dan semakin mudah dilupakan. Jadi
jelaslah mengapa banyak hal yang dipelajari oleh murid segera
dilupakan karena sedikit sekali kaitannya dengan dirinya.
b. Mengubah perilaku = mengubah persepsi
Menurut Combs, jika kita ingin mengubah perilaku seseorang, kita
harus mengubah persepsi,keyakinan atau pandangan orang itu. Cara untuk
mengubah persepsi siswa sangat terkait erat dengankemampuan guru
menjelaskan pentingnya sesuatu, membuatnya memiliki makna bagi
siswa, sertamembuatnya terhubung dengan kehidupan siswa. Kemampuan
tersebut juga berhubungan eratdengan kemampuan memotivasi, atau
mendorong siswa untuk melakukan sesuatu secara intrinsik(dengan
kesadaran dari dalam diri sendiri). Kesediaan siswa untuk melakukan
12
sesuatu (belajar)dengan penuh kesadaran dari dalam dirinya akan
menyebabkan orientasi belajarnya tidak hanyasekadar mendapatkan skor
(nilai) melainkan pada manfaat dari ilmu pengetahuan yang diperolehnya.
3. Potensi Diri
Combs mengatakan bahwa manusia memiliki potensi (potensi diri)
yang sangat penting untuk dikembangkan. Namun ada lima faktor yang
dapat menjadi penghambat dalam pengembangan potensi manusia, yaitu:
a. Keterbatasan fisiologi: yang terutama adalah kesehatan yang sangat
berpengaruh bagiperkembangan dan pertumbuhan fisik serta
perkembangan emosional individu.
b. Terbatasnya kesempatan: potensi yang dimiliki individu/peserta didik
akan berkembangdengan baik bila diberi stimulus dari lingkungannya
dan mereka menggunakannya sesuaitahap perkembangannya.
c. Keterbatasan kebutuhan manusia: Combs mengatakan bahwa manusia
memilikikebutuhan dalam hidupnya. Pemenuhan kebutuhan akan
melahirkan kepuasan dalam diriindividu sehingga ia dapat
mengaktualisasikan dirinya (sangat dekat dengan Maslow).
d. Konsep diri: menurut Combs konsep diri adalah pandangan diri tentang
diri sendiri. Konsepdiri memiliki tiga dimensi, yaitu: 1) pengetahuan
tentang diri sendiri, seperti usia, jeniskelamin, bakat, minat dan
kemampuan; 2) harapan diri, yaitu diri ideal; 3) penilaian tentangdiri,
yaitu pengukuran terhadap diri sendiri yang disebut harga diri. Peserta
didik yangmemiliki konsep diri positif akan menerima dirinya seperti
apa adanya, mempunyaiharapan yang realistis dan mampu mengevaluasi
dirinya secara positif. Sedangkan pesertadidik yang mempunyai konsep
diri negatif akan menumbuhkan pandangan negatif pulaterhadap dirinya.
Anak kurang realistis, tidak stabil, tidak teratur, serta tidak
memilikikeutuhan diri. Dia kurang mengetahui siapa dirinya sebenarnya
(kekuatan dankelemahannya) dan kaku dalam memandang suatu
masalah.
e. Tantangan dan ancaman: Peserta didik akan merasakan hadirnya suatu
tantangan biladihadapkan pada suatu masalah yang menarik dan
memiliki kesempatan untuk meraihkesuksesan.
13
Combs mengemukakan bahwa perilaku batiniah setiap orang memiliki
perbedaan, seperti perasaan, persepsi dankeyakinan. Perbedaan inilah yang kemudian
membuat seseorang agar dapat memahami orang lain (Utami, 2020). Tokoh ini
adalah tokoh humanis yang mengatakan bahwa seorang guru/pendidik tidak
diperbolehkan berasumsi bahwa peserta didik memiliki keinginan untuk belajar jika
semua materi sudah tersusun mebagaimana semestinya. Padahal, perlu diketahui
bahwa bagaimana strategi dan metode yang digunakan oleh guru dapat membawa
peserta didik untuk menghubungakan materi pembelajaran dalam kehidupannya.
Selanjutnya, Combs memberikan lukisan persepsi diri dalam dunia seseorang seperti
dua lingkaran (besar dan kecil) yang tertitik pusat satu (Sulaiman and Neviyarni,
2021). seperti gambar dibawah ini.
15
7. Psikologi humanisme mendapati adanya penyimpangan terhadap nilai
individualistis
8. Teori humanisme dikritik karena jarang dipakai dalam konteks yang lebih
mudah. Sehingga teori ini dapat diibaratkan lebih akrab dengan dunia filsafat
melainkan dunia pendidikan.
9. Pendidik lebih membimbing peserta didik untuk berpikir induktif,
mengutamakan pengalaman serta memerlukan keikutsertaan peserta didik untuk
aktif dalam proses pembelajaran dengan teori humanisme.
10. Teori humanisme masih sulit dimaknai ke dalam kegiatan yang mudah dan dapat
diterapkan.
16
tercapainya tujuan belajar yang diharapkan. (5) Fasilitator berkedudukan sebagai
pemberi pengetahuan yang selalu ada sehingga bisa dibutuhkan oleh peserta didik. (6)
Fasilitator mengamati pernyataan – pernyataan yang berada di dalam suatu kelas, dan
menerima dengan baik segala hal yang bersifat kritis dan memiliki sikap yang
berperasaan dan mencoba memberikan tanggapan yang sesuai dengan kriteria, baik
untuk individual maupun untuk kelompok. (7) Jika suasana anggota kelas telah
konsisten, fasilitator secara bertahap dapat memerankan sebagai seorang peserta didik
yang ikut terlibat dalam pembelajaran, peserta didik turut memberikan opininya
kepada peserta didik yang lain. (8) Fasilitator ikut berpartisipasi memberikan buah
pikiran dalam kelompok, serta perasaannya untuk tidak memaksakan dan juga tidak
menuntut, akan tetapi fasilitator sebagai bagian dari peserta didik secara pribadi bisa
saja ditolak atau pun digunakan oleh peserta didik (9) Fasilitator diharapkan tetap
hati-hati terhadap pernyataan - pernyataan yang mengarah pada reaksi yang agresif
dalam proses belajar (10) Sebagai fasilitator, pemimpin semestinya berupaya untuk
mengetahui dan menerima kekurangan – kekurangan yang ada pada dirinya
(Sulaiman & Neviyarni, 2021).
Para pendidik sering kali berpendapat bahwa pendidikan merupakan
peninggalan suatu adat istiadat, sehingga bahan pembelajaran serta tanggung jawab
merupakan suatu hal yang tidak dapat mereka yakini bahwa hal itu tidak bisa
diberikan kepada peserta didik secara begitu saja (Nast & Yarni, 2019).
Dalam pembelajaran tidak hanya pendisiplinan peserta didik saja yang
dilakukan, tetapi ketika proses pembelajaran berlangsung, supaya peserta didik dapat
terpancing untuk aktif dalam pembelajran, pendidik dapat memberikan suatu
penghargaan atau semacam hadiah kepada setiap peserta didik yang percaya diri
menjawab pertanyaan yang disajikan dengan memberikan penambahan nilai, dengan
begitu peserta didik akan berlomba-lomba untuk menjawab pertanyaan yang
disajikan. Sehingga hal itu dapat membentuk tingkat kepercayaan diri peserta didik
akan terus meningkat untuk mengeluarkan pendapatnya dengan berani. Selain untuk
meningkatkan semangat belajar peserta didik di dalam kelas, peserta didik juga diberi
kemandirian dalam pengalaman belajar berupa model pembelajaran yang merujuk
pada pendidik yang bertugas sebagai fasilitator (Diana Devi, 2021).
BAB III
17
PENUTUP
3.1 Simpulan
Dari uraian-uraian yang telah dijabarkan dalam pembahasan, dapat disimpulkan
bahwabelajar menurut pandangan humanistik merupakan kegiatan dari keseluruhan
pribadi manusia yang melibatkan aspek intelektual dan emosional, serta motivasi belajar
harus datang dari dalam diri anak itu sendiri, di dalam pembelajaran, hubungan
interpersonal akan terjalin dengan menerima siswa sebagai seorang pribadi yang
memiliki keterampilan dan guru berperan sebagai partisipan dalam proses belajar
mengajar. Tokoh-tokoh teori humanistik antara lain Abraham Maslow, Carl Ransom
Rogers dan Arthur Combs. Teori pembelajaran humanistik memiliki kelebihan dan
kekurangan namun kelebihan yang menjadikan teori ini sangat sesuai diterapka di damal
pembelajaran yaitu karna humanistik dapat menciptkan suasana saling menghargai,
mengedepankan demokratis, partisipatif, dialogis sehinga mambuat peserta didik aktif.
Penerapan teori humanistik di dalam dunia pendidikan yaikini pendidik berperan sebagai
fasilitator bagi peserta didik dan motivasi diberikan oleh pendidik, menyadarkan peserta
didik dalam mengartikan belajar untuk kehidupannya sekarang maupun yang akan
datang.
3.2 Saran
Dari pembahasan yang telah disajikan diatas, kami berharap setelah mempelajari
mata kuliah mengenai Pemahaman tentang Peserta Didik dan Pembelajarannya dapat
dijadikan rujukan dan pembelajaran dalam kehidupan sehari-hari ataupun di sekolah,
kemudian juga kami selaku pemakalah berharap kepada segenap pembaca makalah ini,
agar jangan mengambil rujukan hanya terfokus kepada materi yang telah kami sajikan
dalam makalah ini saja, akan tetapi mari kita sama-sama aktif dalam mencari buku-buku
dan sumber lainnya yang membahas pembelajaran Pemahaman tentang Peserta Didik dan
Pembelajarannya. Saran yang membangun kami butuhkan agar kedepannya semakin
lebih baik lagi.
DAFTAR PUSTAKA
18
Aradea, R., & Harapan, E. (2019). Pengaruh Penerapan Teori Belajar Humanistik Terhadap
Hasil Belajar Mahasiswa Pada Mata Kuliah Kewirausahaan. JMKSP (Jurnal
Manajemen, Kepemimpinan, Dan Supervisi Pendidikan), 4(1), 90.
Budiningsih, A. (2005). Belajar dan Pembelajaran. PT Rineka Cipta.
Diana Devi, A. (2021). Implementasi Teori Belajar Humanisme dalam Proses Belajar
Mengajar Pendidikan Agama Islam. At- Tarbawi, 8(1), 71–84.
Diana Devi, A. (2021). Implementasi Teori Belajar Humanisme dalam Proses Belajar
Mengajar Pendidikan Agama Islam. At- Tarbawi, 8(1), 71–84.
Herwiana, Sakhi., Elisa Nurul Laili. 2021. Pelatihan pembelajaran dengan pendekatan teori
humanistik di sdn jabon 2, jombang. Jurnal Dinamika Pengabdian, 7 (1), 87-88.
Hidayat, R., & Abdillah. 2019. Ilmu Pendidikan Konsep, Teori dan Aplikasinya. Lembaga
Peduli Pengembangan Pendidikan Indonesia (LPPPI).Islam. Mudarissuna, 10(4), 574–
575.
Mahrus, M., & Itqon, Z. (2020). Implikasi Teori Humanistik Dan Kecerdasan Ganda Dalam
Desain Pembelajaran Pai. Journal PIWULANG, 3(1), 75.
Nast, T. P. J., & Yarni, N. (2019). Teori Belajar Menurut Aliran Psikologi Humanistik Dan
Implikasinya Dalam Pembelajaran. Jurnal Review Pendidikan Dan Pengajaran, 2(2),
Ormrod, J. E. (2009). Psikologi Pendidikan Jilid 2. Erlangga.
Rachmawati, T. (2015). Teori Belajar dan Proses Pembelajaran yang Mendidik. Gava
Media. Materi Dan Metode Pembelajaran. Islamuna: Jurnal Studi Islam, 5(1), 1–12.
Saefiana, dkk. 2022. Teori Pembelajaran dan Perbedaan Gaya Belajar. Jurnal pendidikan
guru sekolah dasar, 3 (1), 150-158.
Saputri, Sela. (2022). Pentingnya Menerapkan Teori Belajar Humanistik dalam Pembelajaran
untuk Meningkatkan Hasil Belajar Peserta Didik Pada Jenjang Sekolah Dasar. Journal of
Basic Education. 3 (1), 41-59.
Solichin, M. M. (2018). Teori Belajar Humanistik dan Aplikasinya dalam Pendidikan Agama
Islam: Telaah
Sulaiman, S., & Neviyarni, S. (2021). Teori Belajar Menurut Aliran Psikologi Humanistik
Serta Implikasinya Dalam Proses Belajar dan Pembelajaran. Kajian Pendidikan Dan
Pembelajaran, 2(3), 220–234.
Syah, M. (2020). Psikologi Pendidikan. PT Remaja Rosdakarya.
Syarifuddin. 2022. Teori humanistik dan aplikasinya dalam pembelajaran di sekolah. Jurnal
pemikiran keislaman dan kemanusian, 6 (1) ,106-122.
19
Utami, E. N. (2020). Teori Belajar Humanistik Dan Implementasinya Dalam Pelajaran
Pendidikan Agama
Wilhelmina, Tasya & Asep Ginanjar. 2022. Pengaruh persepsi siswa tentang pembelajaran
daring mata pelajaran ips terhadap motivasi belajar pada masa pandemi covid-19 di smp
n 1 ungaran kelas 8 tahun ajaran 2020/2021. Jurnal sosiolium, 4 (1), 22-29.
20