Anda di halaman 1dari 14

MAKALAH

MACAM-MACAM KONSEP KURIKULUM


Disusun Guna Memenuhi Tugas
Mata Kuliah : Pengembangan Kurikulum
Dosen Pengampu : Andung Dwi Haryanto, M. Pd.

Disusun Oleh :
1. Putri Naeni Zulfa (2119010)
2. Syifa Wahyu Jannati Rahma (2119035)
3. M. Shofiyudin AL Hamdani (2119310)
4. Hatta Alainal Fitroh (2119315)

Kelas H
JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI PEKALONGAN
2021
KATA PENGANTAR

Alhamdulillah segala puji bagi Allah SWT Tuhan semesta alam yang telah
memberikan nikmat iman, islam dan kesehatan sehingga kami dapat menyelesaikan
makalah yang berjudul “Macam-Macam Konsep Kurikulum” sesuai dengan yang
diharapkan. Sholawat serta salam semoga tetap tercurahkan kepada baginda Nabi
Muhammad SAW yang kelak akan memberikan syafaatnya di yaumul qiyamah amiin
ya rabbal’alamiin.

Ucapan terima kasih kami tunjukan kepada Bapak Andung Dwi Haryanto , M.
Pd. atas tugas Pengembangan Kurikulum yang telah memberikan kepada kami suatu
pengetahuan tentang makalah ini, serta kepada semua pihak yang telah terlibat dalam
pembuatan makalah ini. Semoga bantuan dari berbagai pihak terkait mendapatkan
balasan dari Allah dengan pahala yang berlipat ganda. Aamiin

Makalah ini tentu tidak terlepas dari kekurangan dan kesalahan. Oleh karena itu
kami dengan senang hati menerima saran dan kritik kontruktif dari pembaca guna
penyempurnaan makalah ini. Semoga makalah ini menambah khasanah keilmuwan
dan bermanfaat bagi mahasiswa. Aamiin.

`
Pekalongan, 31 Maret 2021

Pemakalah

i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR .................................................................................i
DAFTAR ISI..................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang ...............................................................................1
B. Rumusan Masalah ...........................................................................1
C. Tujuan ............................................................................................1
BAB II PEMBAHASAN
A. Kurikulum Subjek Akademis.........................................................2
B. Kurikulum Humanistik...................................................................3
C. Kurikulum Rekonstruksi Sosial......................................................6
D. Kurikulum Teknologi.....................................................................7
BAB III PENUTUP
A. Kesimpulan ......................................................................................10
B. Saran..................................................................................................10
DAFTAR PUSTAKA .....................................................................................11

ii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Kurikulum dapat dikategorikan ke dalam empat kategori umum yaitu
subjek akademis, humanistik, rekonstruksi sosial, dan teknologi. Masing masing
kategori memiliki perbedaan dalam hal apa yang harus diajarkan, oleh siapa
diajarkan, kapan, dan bagaimana mengerjakannya.
Konsep kurikulum subjek akademik, disisi lain dipandang sebagai wahana
untuk mengendalikan mata pelajaran yang akan dipelajari oleh peserta didik.
Konsep kurikulum humanistik lebih mengarah pada kurikulum yang dapat
memuaskan setiap individu, agar mereka dapat mengaktualisasikan dirinya sesuai
dengan potensi dan keunikan masing-masing. Adapun konsep kurikulum
rekonstruksi sosial tidak sekedar nenekankan pada minat individu, tetapi juga
pada kebutuhan sosialnya. Konsep kurikulum teknologi memberikan pandangan
bahwa kurikulum harus dibuat sebagai suatu proses teknologi untuk dapat
memenuhi keinginan pembuat kebijakan.

B. Rumusan Masalah
1. Apa pengertian kurikulum subjek akademis?
2. Apa pengertian kurikulum humanistik?
3. Apa pengertian kurikulum rekonstruksi sosial?
4. Apa pengertian kurikulum teknologi?

C. Tujuan
1. Untuk mengetahui dan memahami tentang kurikulum subjek akademis.
2. Untuk mengetahui dan memahami tentang kurikulum humanistik.
3. Untuk mengetahui dan memahami tentang kurikulum rekonstruksi sosial.
4. Untuk mengetahui dan memahami tentang kurikulum teknologi.

1
BAB II
PEMBAHASAN

A. Kurikulum Subjek Akademis


Kurikulum subjek akademis bersumber dari pendidikan klasik yang
berorientasi pada masa lalu. Semua ilmu pengetahuan dan nilai-nilai telah
ditemukan oleh para pemikir masa lalu. Kurikulum ini lebih mengutamakan isi
pendidikan. Belajar adalah berusaha menguasai ilmu sebanyak-banyaknya.
Model konsep kurikulum ini adalah model yang tertua, sejak sekolah yang
pertama berdiri, kurikulumnya mirip dengan tipe ini. Guru sebagai penyalur
informasi materi pelajaran sangat berperan penting. Oleh sebab itu guru harus
menguasai bidang studi yang diajarkannya. Selain itu guru juga menjadi model
bagi para siswanya. Apa yang disampaikan dan cara penyampaiannya harus
menjadi bagian dari pribadi guru.1
Kurikulum subjek akademis tidak hanya menekankan pada materi pelajaran
saja. Secara berangsur-angsur mengalami perkembangan tidak hanya pada isi
pelajaran, tapi juga memperhatikan proses belajar. Ada tiga pendekatan dalam
perkembangan Kurikulum Subjek Akademis yaitu sebagai berikut:
1. Melanjutkan pendekatan struktur pengetahuan. Dalam hal ini murid – murid
tidak hanya mengingat materi pelajaran, tetapi juga belajar bagaimana
memperoleh materi pelajaran dan mengujinya berdasarkan fakta – fakta yang
ada.
2. Studi yang bersifat integratif, yaitu belajar mengangkat dari satuan – satuan
pelajaran yang batas-batas antar pelajaran ditiadakan. Semua mata pelajaran

1
Nana Syaodih Sukmadinata, Prinsip dan Landasan Pengembangan Kurikulum, (Jakarta: PT
Rosdakarya, 1998), hlm. 81-82.

2
didasarkan pada fenomena-fenomena alam, masalah - masalah yang ada
disekitar. Kemudian dikembangkan menjadi model kurikulum yang
terintegrasi (integrated curriculum).
3. Materi yang diajarkan tetap menekankan menulis, membaca, dan
memecahkan masalah-masalah matematis. Sedangkan pelajaran seperti ilmu
alam, ilmu sosial dan lain sebagainya dipelajari tanpa menghubungkan dengan
masalah yang ada dalam kehidupan sekitar.2

B. Kurikulum Humanistik
Pendidikan humanistik merupakan model pendidikan yang berorientasi dan
memandang manusia sebagai manusia (humanisasi), yakni makhluk ciptaan Tuhan
dengan fitrahnya. Maka manusia sebagai makhluk hidup, ia harus mampu
melangsungkan, mempertahankan, dan mengembangkan hidupnya. Maka posisi
pendidikan dapat membangun proses humanisasi, artinya menghargai hak-hak
asasi manusia, seperti hak untuk berlaku dan diperlakukan dengan adil, hak untuk
menyuarakan kebenaran, hak untuk berbuat kasih sayang, dan lain sebagainya.
Pendidikan humanistik, diharapkan dapat mengembalikan peran dan fungsi
manusia yaitu mengembalikan manusia kepada fitrahnya sebagai sebaik-baik
makhluk (khairu ummah). Maka, manusia “yang manusiawi” yang dihasilkan oleh
pendidikan yang humanistik diharapkan dapat mengembangkan dan membentuk
manusia berpikir, berasa dan berkemauan dan bertindak sesuai dengan nilai-nilai
luhur kemanusiaan yang dapat mengganti sifat individualistik, egoistik, egosentrik
dengan sifat kasih sayang kepada sesama manusia, sifat menghormati dan
dihormati, sifat ingin memberi dan menerima, sifat saling menolong, sifat ingin
mencari kesamaan, sifat menghargai hak-hak asasi manusia, sifat menghargai
perbedaan dan sebagainya.3

2
Ibid,. hlm. 84.
3
Iskandar wiyoksumo, dasar-dasar pengembangan kurikulum, (Jakarta: Bina aksara, 1998),
hlm. 500.

3
Seperti yang telah diuraikan diatas, bahwa kurikulum humanistik berawal
dari aliran pendidikan empiristik kemudian lahirlah pendidikan humanis dan lahir
pula kurikulum humanistik, sehingga kurikulum humanistik dikembangkan oleh
para ahli pendidikan humanis, yang mana kurikulum ini berdasarkan konsep aliran
pendidikan pribadi ( Personalized Education ) yaitu Jhon Dewey ( Progressive
Education ) dan J.J. Rousseau ( Romantic Education ) . Yang mana aliran ini lebih
memberikan tempat kepada siswa, artinya bahwa aliran ini beranggapan bahwa
manusia adalah yang pertama dan utama dalam pendidikan, manusia adalah
subyek sekaligus obyek dalam pendidikan, dan juga manusia memiliki potensi ,
kekuatan dan kemampuan dalam dirinya bukan seperti yang dikatakan oleh para
nativistik bahwa manusia tak ubahnya gelas kosong yang harus diisi oleh guru,
para humanis juga menganggap bahwa manusia atau individu merupakan suatu
kesatuan yang utuh dan menyeluruh ( gestalt), sehingga berangkat dari sini,
pendidikan diarahkan kepada membina manusia yang utuh bukan saja segi fisik
dan inteletual tetapi juga segi sosial dan afektif . Sehingga dalam pendidikan
humanistik meniscayakan akan terbangunnya suasana yang rileks, permissive, dan
akrab, sehingga siswa dapat mengembangkan segala potensi yang ada dalam
dirinya.
Menurut para humanis, kurikulum berfungsi menyediakan pengalaman
(pengetahuan) berharga untuk membantu memperlancar perkembangan pribadi
murid. Tujuan pendidikan adalah proses perkembangan pribadi yang dinamis dan
diarahkan pada pertumbuhan, integritas, dan otonomi kepribadian, sikap yang
sehat terhadap diri sendiri, orang lain dan belajar. kurikulum humanistik
dipercayai sebagai fungsi kurikulum yang memberikan pengalaman kepada siswa
untuk menunjang secara intrinsik tercapainya perkembangan dan kemerdekaan
pribadi. Mereka memandang bahwa tujuan pendidikan sebagai proses
perkembangan pribadi yang dinamis dan diarahkan kepada pertumbuhan, integrasi,
otonomi kepribadian, sikap sehat kepada diri sendiri,orang lain dan belajar.

4
Konsep kurikulum humanistik memandang kurikulum sebagai alat untuk
mengmbangkan diri setiap individu siswa. Siswa diberi kesempatan untuk
mewujudkan dirinya sesuai dengan potensi yang dimilikinya. Setiap individu pun
mempunyai kebutuhan yang harus dipenuhi muali dari yang mendasar menuju
yang lebih tinggi. Konsep ini melahirkan bentuk kurikulum yang berpusat pada
anak didik atau child centered curriculum . Setiap siswa berkesempatan untuk
belajar sesuai minat dan kebutuhannya masing-masing. Substansinya berupa
rencana belajar yang disusun bersama antara anak didik dan guru. Adapun tujuan
kurikulum humanistik menekankan pada segi perkembangan pribadi, integrasi dan
otonomi individu. Tujuan ini dipanang dapat menjadi sarana mewujudkan diri.
Contohnya, Tugas pendidikan dalam konsep ini adalah membantu individu
dalam upaya mencapai perwujudan diri melalui pengembangan potensi yang
dimiliki. Oleh karena itu, kurikulum sekolah disusun dengan mengindahkan
keserasian antara perkembangan pribadi dan perkembangan kognisi secara
simultan. Pendidikan bukan semata-mata member tetapi menumbuhkan keberanian
kepada siswa untuk melakukan sesuatu. Kebutuhan utama yang harus dipenuhi
siswa adalah kebutuhan jasmaniah seperti makan, minum, dan tidur. Kebutuhan
lainnya seperti kebutuhan akan rasa aman, kasih saying, atau rasa ingin diterima
oleh kelompoknya, kebutuhan akan rasa dihargai dana kebutuhan perwujudan diri.
Kurikulum Humanistik memiliki indikator menempatkan pembelajar
sebagai subject dalam pendidikan, dalam hal ini pendidikan yang bebas (liberating
education) mendapatkan posisi yang sepantasnya. Esensi dari kurikulum ini adalah
mempertemukan antara afektif domain (emotions, attitude, values) dengan kognitif
domain (intelectual knowledge and abilities). Kedua aspek domain ini dapat
ditemukan dalam karakter aktifitas pembelajaran sebagai berikut:
1. Partisispasi : power sharing, negotiations dan tanggungjawab bersama.
2. Integrasi : interaksi, interpretasi dan integrasi pemikiran, perasaan dan
tindakan.

5
3. Relevan : pembelajaran yang memiliki hubungan dengan kebutuhan dasar
dalam kehidupan siswa baik secara emosional maupun intelektual.
4. Mandiri : diri sendiri merupakan obyek dari pembelajaran.
5. Tujuan : memiliki tujuan sosial untuk mengembangkan diri sebagai
manusia dalam kehidupan sosial.
Sebagai contoh salah satu titik berat dalam kurikulum humanistic ini ialah
menuntut hunbungan emosional yang baik antara guru dan murid. Guru selain
harus mampu menciptakan hubungan yang hangat dan baik dengan murid, juga
harus mampu menjadi sumber. Ia harus mampu memberikan materi yang menarik
dan mampu menciptakan situasi yang dapat memperlancar proses pembelajaran.
Guru harus memberikan dorongan kepada murid atas dasar saling percaya, contoh
nyatanya yakni guru tidak memaksakan hal-hal yang tidak disenangi muridnya.

C. Kurikulum Rekonstruksi Sosial


Kurikulum rekonstruksi social, merupakan model kurikulum yang lebih
memusatkan perhatian pada problem-problem yang dihadapi dalam masyarakat.
Kurikulum ini bersumber pada aliran pendidikan interaksional. Menurut mereka
pendidikan bukan upaya sendiri melainkan kegiatan bersama, kerjasama, dan
interaksi, melalui interaksi dan kerjasama siswa berusaha memecahkan problem-
problem yang dihadapi masyarakat.
Theodore Brameld, pada awal tahun 1950 menyampaikan gagasannya
tentang rekonstruksi social. Dalam masyarakat demokratis, seluruh warga
masyarakat harus turut serta dalam perkembangan dana dan perkembangan
masyarakat. Untuk melaksanakan hal itu sekola mempunyai posisi yang cukup
penting, karena dapat membantu bagaimana berpartisipasi sebaik-baiknya dalam
kegiatan social.4
Pendukung kurikulum rekonstruksi social ini memberi komitmen yang
tinggi pada ide social yang dibatasi oleh konsensus sosial. Percepatan kurikulum
4
Muhaimin, Konsep Pendidikan, (Surabaya: Permata Media, 2007), hlm. 20.

6
rekonstruksi sosial dapat terjadi ketika para orangtua dan masyarakat terlibat
dalam mengajar dan berperan dalam pelayanan sosial dan kurikulum rekonstruksi
sosial bertujuan untuk menghdapkan peserta didik pada berbagai permasalahan
manusia dan kemanusiaan. Para pendukung kurikulum ini yakin bahwa
permasalahan yang muncul tidak harus diperhatikan oleh pengetahuan sosial saja,
tetapi oleh setiap disiplin ilmu.
D. Kurikulum Teknologi
Dalam pandangan teknologi, kurikulum merupakan proses teknologi untuk
menghasilkan tuntutan kebutuhan-kebutuhan tenaga yang mampu membuat
keputusan. Penerapan teknologi dalam pendidikan, khususnya kurikulum meliputi
dua bentuk, yakni; bentuk perangkat lunak (software) dan perangkat keras
(handware). Penerapan teknologi perangkat keras dalam pendidikan dikenal
sebagai teknologi alat (tools technology), sedangkan penerapan teknologi
perangkat lunak disebut juga teknologi sistem (system technology).5
Teknologi pendidikan dalam arti teknologi alat lebih menekankan kepada
penggunaan alat-alat teknologis untuk menunjang efisiensi dan efektivitas
pendidikan.6 Kurikulumnya berisi rencana-rencana penggunaan berbagai alat dan
media, juga model – model pengajaran yang banyak melibatkan penggunaan alat,
misalnya pengajaran dengan bantuan komputer. Model desain kurikulum teknologi
difokuskan kepada efektifitas program, metode dan bahan – bahan yang dianggap
dapat mencapai tujuan. Perspektif teknologi telah banyak dimanfaatkan pada
berbagai konteks, misalnya pada program pelatihan dilapangan industri dan
militer.
Teknologi mempengaruhi kurikulum dapat dilihat dari dua sisi yaitu sisi
penerapan hasil – hasil teknologi dan penerapan teknologi sebagai suatu sistem.
Sisi pertama yang berhubungan dengan penerapan teknologi adalah perencanaan

5
A. Hamid Syarif, Pengembangan Kurikulum, (Surabaya: Bina Ilmu, 1996), hlm. 25-26.
6
Nana Syaodih Sukmadinata, Pengembangan Kurikulum Teori dan Praktek, (Bandung:
Remaja Rosdakarya, 1999), hlm. 96.

7
yang sistematis dengan menggunakan media atau alat dalam kegiatan
pembelajaran. Penggunaan dan memanfaatkan alat tersebut semata – mata untuk
meningkatkan efektifitas dan efisiensi pembelajaran. Contoh penerapan hasil
teknologi itu diantaranya adalah pembelajaran dengan bantuan komputer.
Teknologi sebagai suatu sistem menekankan kepada penyusun program
pembelajaran dengan menggunakan pendekatan sistem yang ditandai dengan
perumusan tujuan khusus sebagai tujuan tingkah laku yang harus dicapai.
Jadi penerapan teknologi sebagai suatu sistem itu tidak ditentukan oleh
penerapan hasil – hasil teknologi akan tetapi bagaimana merancang implementasi
kurikulum dengan pendekatan sistem. Seperti yang kita pelajari sistem adalah satu
kesatuan komponen yang satu sama lain saling berkaitan secara fungsional untuk
mencapai suatu tujuan. Dengan demikian akhir dari suatu proses pembelajaran
adalah ketercapaian tujuan yang dirumuskan sebelumnya. Segala daya upaya yang
dilakukan guru diarahkan untuk mencapai tujuan. Untuk melihat efektifitas proses
dalam suatu sistem, maka tujuan yang tujuan yang dirumuskan harus dapat diukur
bukan tujuan yang bersifat abstrak dan umum. Semakin tujuan itu jelas dan
spesifik maka semakin jelas pula merancang proses pembelajaran serta semakin
jelas pula menetapkan kriteria keberhasilan.7
Ciri-ciri kurikulum yang dikembangkan dari konsep teknologis pendidikan
(kurikulum teknologis), yaitu:
1. Tujuan diarahkan pada penguasaan kompetensi, yang dirumuskan dalam
bentuk perilaku. Tujuan-tujuan yang bersifat umum yaitu kompetensi dirinci
menjadi tujuan-tujuan khusus, yang disebut objektif atau tujuan instruksional.
2. Metode yang digunakan biasanya bersifat individual, kemudian pada saat
tertentu ada tugas-tugas yang harus dikerjakan secara kelompok.
3. Bahan ajar atau isi kurikulum banyak diambil dari disiplin ilmu, tetapi telah
diramu sedemikian rupa sehingga mendukung penguasaan sesuatu
kompetensi. Bahan ajar yang besar disusun dari bahan ajar yang lebih kecil
7
Wina Sanjaya, Kurikulum dan Pembelajaran, (Jakarta: Kencana, 2008), hlm. 75.

8
dengan memperhatikan urutan-urutan penyajian materi dalam
pengorganisasiannya.
4. Evaluasi dilakukan kapan saja. Ketika siswa telah mempelajari suatu
topik/subtopik, ia dapat mengajukan diri untuk dievaluasi. Fungsi evaluasi ini
antara lain sebagai umpan balik: bagi siswa dalam penyempurnaan
penguasaan suatu satuan pelajaran (formatif), bagi program semester
(sumatif), serta bagi guru dan pengembang kurikulum. Bentuk evaluasi
umumnya obyektif tes.
Kelebihan dari Kurikulum Teknologi
1. Program pengajaran teknologi sangat menekankan efisiensi dan efektifitas.
2. Dengan pengajaran model ini tingkat penguasaan siswa dalam standar
konvesional jauh lebih tinggi dibandingkan dengan model-model lain. Apalagi
kalau digunakan program yang lebih terstruktur sepertii pengajaran dengan
bantuan video yang dilengkapi dengan sistem umpan balik dan bimbingan
yang teratur dari dapat mempercepat dan meningkatkan penguasaan siswa.
Kelemahan dari Kurikulum Teknologi
1. Model ini terbatas kemampuannya untuk mengajarkan bahan ajar yang
kompleks atau membutuhkan penguasaan tingkat tinggi (analisis dan
evaluasi).
2. Pengajaran teknologis sukar untuk dapat melayani bakat – bakat siswa belajar
dengan metode - metode khusus.
3. Sulit mengembangkan domain afektif siswa.8

8
Oemar Hamalik, Dasar-Dasar Pengembangan Kurikulum, (Bandung: Remaja Rosdakarya,
2013), hlm. 147.

9
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan
Berdasarkan uraian diatas dapat disimpulkan sebagai berikut : Pertama,
kurikulum dibutuhkan adanya perubahan setiap saat karena kurikulum akan selalu
merespon adanya perkembangan dalam kehidupan, baik perkembangan ilmu
pengetahuan dan teknologi, perkembangan social dan budaya, dan perkembangan
politik.
Kedua, model konsep kurikulum dikembangkan oleh para ahli dikaji
menjadi empat macam konsep kurikulum berdasrakan pada urutan kajian paling
tradisional sampai dengan kajian yang dianggap cukup modern yaitu kurikulum
subjek akademis, kurikulum humanistik, kurikulum rekontruksi sosial, dan
kurikulum teknologi.

B. Saran
Kami menyadari makalah ini jauh dari kesempurnaan, maka dari itu kami
mengharapkan kritik dan saran yang membangun demi tercapainya kesempurnaan
isi dari makalah ini. Atas kritik dan saran yang anda berikan, kami mengucapkan
Terima kasih. Semoga makalah ini bermanfaat.

10
DAFTAR PUSTAKA

Hamalik, Oemar. 2013. Dasar-Dasar Pengembangan Kurikulum. Bandung:


Remaja Rosdakarya.

Muhaimin. 2007. Konsep Pendidikan. Surabaya: Permata Media.

Sanjaya, Wina. 2008. Kurikulum dan Pembelajaran. Jakarta: Kencana.

Sukmadinata, Nada Syaodih. 1998. Prinsip dan Landasan Pengembangan


Kurikulum. Jakarta: PT Rosdakarya.

Sukmandinata, Nana Syaodih. 1999. Pengembangan Kurikulum Teori dan Praktek.


Bandung: Remaja Rosdakarya.

Syarif, A. 1996. Pengembangan Kurikulum. Surabaya: Bina Ilmu.

Wijaksuma, Iskandar. 1998. Dasar- Dasar Pengembangan. Jakarta: Bina Aksara.

11

Anda mungkin juga menyukai