Anda di halaman 1dari 24

MAKALAH

PEMIKIRAN TOKOH TENTANG TEORI HUMANISTIK


Disusun Untuk Memenuhi Tugas Terstrukutur Mata Kuliah : Teori Belajar Dan Pembelajaran
Dosen Pengampu :
Bahrul Munib ,SH.I,M.Pd.I

Disusun Oleh :
Muhammad Khakiimul Kariim
204101010049

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM


FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI KH ACHMAD SIDDIQ JEMBER
TAHUN 2020/2021
Kata pengantar
Puji syukur saya panjatkan kepada Allah SWT Tuhan Semesta Alam. Berkat rahmat,
karunia serta kasih sayang-Nya saya dapat menyelesaikan makalah ini dengan sebaik
mungkin. Sholawat serta salam semoga tetap tercurahkan kepada baginda Agung Nabi
Muhammad SAW. Penutup para nabi sekaligus satu satunya uswatun hasanah kita. Tidak
lupa pula saya ucapkan terima kasih kepada Bapak Bahrul Munib, SH.I.,M.Pd. selaku dosen
pembimbing mata kuliah Teori Belajar dan Pembelajaran yang saya sangat cintai dan
hormati.
Dalam penulisan makalah ini, saya menyadari masih banyak terdapat kesalahan dan
kekeliruan, baik yang berkenaan dengan materi pembahasan, teknik penulisan, maupun hal
lainnya yang berhubungan dengan makalah ini. Walaupun demikian, inilah usaha maksimal
yang saya lakukan selaku penulis makalah ini.
Semoga didalam penulisan makalah ada hal yang bermanfaat bagi siapapun yang
membaca khususnya bagi para pembaca dikalangan akademisi dan berharap dapat menambah
wawasan serta ilmu pengetahuan. Diharapkan ada kritik dan saran yang membangun bukan
yang menghina agar kedepannya bisa lebih baik lagi dan tidak mengulangi kesalahan yang
sama seperti yang sekarang ini dan memperbaiki sesuai dengan ketentuan yang berlaku dalam
penulisan karya ilmiah.

Lumajang, 29 Maret 2021

Penyusun

i
Daftar isi
Kata pengantar........................................................................................................i
Daftar isi.................................................................................................................ii
Bab I........................................................................................................................1
1.1 Latar belakang..............................................................................................1
1.2 Rumusan masalah.........................................................................................2
1.3 Tujuan penulisan...........................................................................................2
Bab II.......................................................................................................................3
2.1 Pengertian Teori Humanistik.......................................................................3
2.2 Model Pembelajaran Teori Humanistik.....................................................5
2.3 Prinsip-prinsip Teori Humanistik...............................................................5
2.4 Pemikiran Tokoh Humanistik dan Teorinya.............................................6
2.4.1 Abraham Maslow....................................................................................6
2.4.2 Carl Rogers..............................................................................................7
2.4.3 Arthur Combs..........................................................................................8
2.4.4 Aldous Huxley..........................................................................................9
2.4.5 David Mills dan Stanley Scher.............................................................10
2.4.6 Bloom dan Karthwohl...........................................................................11
2.4.7 Kolb........................................................................................................12
2.4.8 Honey dan Mumford.............................................................................12
2.4.9 Habermas...............................................................................................13
2.5 Karakteristik Teori Humanistik................................................................13
2.6 Implikasi Teori Humanistik.......................................................................14
2.6.1 Guru sebagai penyedia jasa atau fasilitator.......................................14
2.7 Aplikasi Teori Humanistik Terhadap Pembelajaran Siswa...................15
2.8 Kelebihan dan Kekurangan Teori Humanistik........................................16
2.8.1 Kelebihan...............................................................................................16
2.8.2 Kekurangan...........................................................................................16
Bab III...................................................................................................................18
3.1 Kesimpulan..................................................................................................18
3.2 Saran.............................................................................................................19
Daftar pustaka......................................................................................................20

ii
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Pendidikan dan pengajaran adalah salah satu upaya mencapai target atau tujuan yang
secara runtut mengarah pada perbaikan perilaku peserta didik. Perubahan tersebut
menunjukkan tahap-tahap yang harus dilewati. Tanpa proses tujuan tidak dapat tercapai,
proses yang dimaksud adalah proses pendidikan dan pengajaran. Pengajaran “proses dengan
fungsi menuntun peserta didik dalam menjalani kehidupan”. Tugas-tugas perkembangan
yaitu : kebutuhan bertahan hidup sebagai individu maupun sebagai makhluk sosial serta
sebagai makhluk yang diciptakan Sang Pencipta.
Pendidikan adalah rangkaian humanisasi yang bersumber dari pemikiran humanistik.
Hal tersebut terkait dengan pengertian dasar pengertian manusia sebagai pendidikan manusia.
Sistem pendidikan islam yang sejak awal berdasar pada nilai-nilai kemanusiaan ini sejalan
dengan hakikat Islam sebagai agama yang humanistik. Islam memposisikan aspek
kemanusiaan sebagai arah pendidikan. Masyarakat beranggapan bahwa proses pendidikan
dan pembelajaran di sekolah tidak terlalu demokratis. Siswa kekurangan tempat untuk
mengembangkan imajinasi dan kreativitas berdasarkan perspektif mereka sendiri. Padahal,
kreativitas dan keterampilan berpikir kritis merupakan aset berharga bagi anak untuk
mengatasi berbagai tantangan dan meningkatkan daya saing.
Tentu ada alasan dibalik ini dan perlu adanya kritik atau evaluasi dalam hal ini.
Selama ini proses pendidikan disekolah belum memberikan kesempatan kepada siswa untuk
memaksimalkan kreativitas dan kemampuan berpikir kritisnya. Siswa tidak dapat melepaskan
diri dari anggapan sebagai objek. Siswa dipandang sebagai orang yang tertekan, cuek dan
tidak mampu menghilangkan rasa iba, sehingga harus diberi makan dengan kenyang. Anak-
anak masih menjadi korban indoktrinasi dan pencucian otak. Untuk menghasilkan uang,
anak-anak terus-menerus diberi makan dengan bunga dan materi, seolah-olah mereka tak
ubahnya seperti wadah. Selama lebih dari sepuluh tahun, siswa dipaksa untuk menghafal
materi , tetapi tidak memiliki kesempatan untuk mengembangkan bakat dan kreativitasnya
Sehingga untuk mengembangkan kedua daya tersebut, diperlukan sebuah bentuk
pendidikan yang efektif, guna tercapainya kedua daya tersebut. Beranjak dari 1 problematika
tersebut, anak-anak tidak pantas dianggap sebagai wadah kosong yang berharap diisi dalam
rangkaian kegiatan belajar.
1
Sumantri, Budi Agus., & Ahmad, Nurul. (2019). Teori Belajar Humanistik dan Implikasinya Terhadap
Pembelajaran Pendidikan Agama Islam. Jurnal Pendidikan Dasar Hal 2-3

1
1.2 Rumusan Masalah

1. Pengertian dari teori humanistik


2. Model pembelajaran teori humanistik
3. Prinsip-prinsip teori humanistik
4. Pemikiran tokoh dari teori humanistik
5. Karakteristik teori humanistik
6. Implikasi teori belajar humanistik
7. Aplikasi teori humanistik terhadap pembelajaran siswa
8. Kelebihan dan kekurangan teori belajar humanistik

1.3 Tujuan Penulisan

1. Untuk mengetahui pengertian dari teori humanistik


2. Untuk mengetahui apa saja model pembelajaran dalam teori humanistik
3. Untuk mengetahui apa saja prinsip-prinsip dari teori humanistik
4. Untuk mengetahui tokoh dan pemikiran dalam teori humanistik
5. Untuk mengetahui karakteristik dari teori humanistik
6. Untuk mengetahui implikasi teori humanistik
7. Untuk mengetahui pengaplikasian teori humanistik terhadap pembelajaran siswa
8. Untuk mengetahui kelebihan dan kekurangan dalam teori humanistik

BAB II

2
PEMBAHASAN
2.1 PENGERTIAN TEORI BELAJAR HUMANISTIK
Pada dasarnya kata “humanistik” merupakan istilah yang mempunyai banyak makna
sesuai dengan konteksnya. Misal, humanistik dalam wacana keagamaan berarti tidak percaya
adanya unsur supranatural atau nilai transendental serta keyakinan manusia tentang kemajuan
melalui ilmu dan penalaran. Di sisi lain humanistik berarti minat terhadap nilai-nilai
kemanusiaan yang tidak bersifat ketuhanan. Sedangkan humanistik dalam tataran akademik
tertuju pada pengetahuan tentang budaya manusia, misal studi-studi klasik mengenai
kebudayaan Yunani dan Roma (Roberts, 1975).
Pendidikan humanistik atau teori pendidikan bertujuan menjadikan humanisme
sebagai metode pendidikannya. Menggunakan istilah atau nama pendidikan humanistik,
istilah "humanisme" pada dasarnya adalah kata sifat dan metode pendidikan (Mulkhan,
2002).
Teori pendidikan humanistik muncul pada tahun 1970-an bersumber dari 3 teori
filosofis yaitu pragmatisme, progresivisme dan eksistensialisme. Gagasan utama pragmatisme
pendidikan adalah menjaga kelangsungan pengetahuan melalui kegiatan yang dengan sengaja
mengubah lingkungan (Dewey, 1966).
Progresivisme menekankan bahwa kebebasan realisasi diri itu kreatif, sehingga
diperlukan lingkungan belajar yang demokratis dalam menentukan kebijakannya. Para
progresiver berusaha keras untuk mencapai pendidikan yang lebih bermakna bagi kelompok
sosial.
Progresivisme menekankan pada pemenuhan kebutuhan dan minat anak. Anak harus
secara aktif membangun pengalaman hidup. Anda tidak hanya dapat belajar dari buku dan
guru, tetapi juga dari pengalaman hidup. Pengaruh terakhir dari kebangkitan pendidikan
humaniora adalah eksistensialisme, dan pilar utamanya adalah individualisme. Para
eksistensialis percaya bahwa sistem pendidikan yang ada berbahaya karena tidak dapat
mengembangkan kepribadian dan kreativitas anak. Sistem pendidikan hanya akan
menjadikan mereka konsumeris, mesin produksi, dan birokrat modern. Kebebasan manusia
adalah tekanan eksistensialis (Noddings, 1998).
Secara garis besar adalah kegiatan fisik dan mental untuk memaksimalkan proses
perkembangan. Dalam pengertian sempit, belajar diartikan sebagai upaya menguasai
khazanah ilmu pengetahuan melalui pembentukan rangkaian kepribadian secara keseluruhan.
Pertumbuhan fisik tidak menyebabkan perilaku. Perubahan atau perkembangan hanya

3
disebabkan oleh proses pembelajaran, seperti perubahan kebiasaan atau kebiasaan,
pengetahuan, sikap, dan keterampilan dalam berbagai kemampuan.
Dari perspektif humanistik, manusia dapat mengontrol kehidupan dan perilakunya,
serta berhak mengembangkan sikap dan kepribadiannya sendiri. Masih dalam perspektif
humanistik, pembelajaran bertujuan agar manusia terlihat seperti manusia, ketika siswa
memahami dirinya dan lingkungannya dengan baik maka keberhasilan pembelajaran menjadi
sebuah pertanda. Tujuan yang dihadapi siswa adalah untuk mencapai realisasi diri yang
maksimal. Teori humanistik mencoba memahami perilaku belajar dari perspektif siswa
daripada pengamat.
Humanistik percaya bahwa pusat pembelajaran ada di pribadi siswa dan pendidik
hanya bertindak sebagai fasilitator (penyedia). Sikap dan pengetahuan merupakan persyaratan
untuk mencapai tujuan pemenuhan diri dalam lingkungan yang mendukung. Pada dasarnya
manusia adalah makhluk yang istimewa, memiliki potensi dan motivasi untuk pengembangan
diri dan perilakunya, sehingga setiap orang mandiri dalam upaya pengembangan dan
realisasinya.
Penerapan teori humanistik dalam kegiatan pembelajaran memungkinkan pendidik
untuk membimbing peserta didik berfikir secara induktif, mengutamakan praktek dan
menekankan pada pentingnya partisipasi peserta didik dalam pembelajaran. Hal ini dapat
diterapkan melalui diskusi agar siswa dapat mengungkapkan idenya di depan pendengar.
Pendidik mengundang siswa untuk mengajukan pertanyaan tentang soal yang tidak mereka
ketahui. Proses pembelajaran dari perspektif humanistik adalah pengembangan kepribadian,
spiritualitas, perkembangan perilaku, dan kemampuan memahami fenomena sosial. Tanda
keberhasilan penerapan ini adalah siswa akan merasa nyaman dan bersemangat selama proses
pembelajaran, dan perubahan positif dalam berpikir, berperilaku dan kemampuan
pengendalian diri juga akan terjadi.
Teori Eveline Siregar dan Hartina Nara (2014: 34) adalah sebuah kompromi, artinya
teori apapun dapat digunakan selama tujuannya untuk memanusiakan manusia. Misalnya,
teori bermakna Ausubel dan teori tugas Bloom dan Kraswall tentang tujuan pembelajaran
diusulkan sebagai metode yang dapat digunakan oleh sekolah kognitif, bahkan jika teori
tersebut juga diajukan di sekolah kognitif.

4
2.2 MODEL PEMBELAJARAN HUMANISTIK
Di bawah ini terdapat beberapa model pembelajaran humanistik diantaranya yaitu :
a. “Humanizing of the classroom” adalah model yang bertumpu pada 3 hal, yakni
menyadari diri sebagai suatu proses pertumbuhan yang sedang dan akan terus
berubah, mengenali konsep dan identitas diri, serta menyatupadukan kesadaran
hati dan pikiran.
b. “Active learning” merupakan strategi pembelajaran yang lebih banyak melibatkan
peserta didik dalam mengakses berbagai informasi dan pengetahuan untuk dibahas
dan dikaji dalam proses pembelajaran di kelas, sehingga peserta didik mendapat
berbagai pengalaman yang dapat meningkatkan kompetensinya. Selain itu, belajar
aktif juga memungkinkan peserta didik dapat mengembangkan kemampuan
analisis dan sintesis serta mampu merumuskan nilai-nilai baru yang diambil dari
hasil analisis mereka sendiri (Baharun, 2015).
c. “Quantum learning” merupakan cara mengubah berbagai macam interaksi,
hubungan dan inspirasi yang ada di dalam dan di sekitar momen belajar peserta
didik. Dalam prakteknya, model belajar ini mengasumsikan bahwa jika siswa
mampu menggunakan potensi nalar dan emosinya secara baik, maka akan mampu
membuat loncatan prestasi yang tidak terduga sebelumnya dengan mendapatkan
prestasi bagus.
d. “The accelerated learning” merupakan pembelajaran yang berlangsung secara
cepat, menyenangkan, dan memuaskan. Dalam model ini, guru diharapkan
mampu mengelola kelas menggunakan pendekatan Somatic, Auditory, Visual,
dan Intellectual (SAVI) (Arbayah, 2013).
2.3 PRINSIP PRINSIP TEORI HUMANISTIK
Dibawah ini ada beberapa prinsip dalam teori humanistik yaitu sebagai berikut :
a. Yang pertama. Siswa harus dapat memilih apa yang ingin dipelajari. Guru
humanistik percaya jika buku teks relevan dengan kebutuhan mereka, hal ini akan
memotivasi siswa untuk mereview buku yang dibacanya tersebut
b. Tujuan pendidikan harus mendorong keinginan siswa untuk belajar dan mengajar
mereka tentang cara belajarnya. Siswa harus termotivasi dan merangsang dirinya
untuk belajar sendiri.

5
c. Pendidik humanistik percaya bahwa nilai itu tidak sesuai dengan kenyataan yang
ada dan hanya evaluasi belajar saja yang berbentuk tulisan.
d. Pendidik humanistik percaya bahwa, baik perasaan maupun pengetahuan, sangat
penting dalam sebuah proses belajar dan tidak dapat dipisahkan antara domain
kognitif dan afektif.
e. Pendidik humanistik menekankan siswa agar terhindar dari tekanan lingkungan,
sehingga mereka merasa aman untuk belajar. Dengan hal tersebut akan lebih
mudah dan lebih mendapat hasil yang diinginkan.
2.4 TOKOH-TOKOH PENTING DALAM ALIRAN HUMANISTIK DAN TEORINYA
2.4.1 Abraham Maslow
Abraham H. Maslow (selanjutnya ditulis Maslow) adalah seorang tokoh yang sangat
menonjol didalam psikologi humanistik. Karyanya di bidang pemenuhan kebutuhan
aktualisasi diri sangat berpengaruh terhadap upaya memahami berbagai motivasi manusia
yang begitu banyak.
Maslow berpendapat, bahwa manusia memiliki beberapa hirearki kebutuhan yang
dimulai dari kebutuhan jasmaniah yang paling asasi atau dasar sampai dengan kebutuhan
yang tertinggi yakni kebutuhan estetis atau keindahan. Yang pertama kebutuhan jasmaniah
misal makan, minum, tidur dan sex yang menuntut untuk dipuaskan. Apabila sudah
terpuaskan, maka muncullah kebutuhan keamanan seperti kebutuhan kesehatan dan
kebutuhan terhindar dari bahaya dan bencana. Yang berikutnya adalah kebutuhan untuk
memiliki dan cinta kasih, seperti dorongan untuk memiliki kawan dan berkeluarga,
kebutuhan untuk menjadi anggota kelompok, dan sebagainya. Ketidakmampuan memenuhi
kebutuhan ini dapat mendorong seseorang berbuat lain untuk memperoleh pengakuan dan
perhatian, misalnya dia menggunakan prestasi sebagai pengganti cinta kasih. Selanjutnya
adalah kebutuhan harga diri, yaitu kebutuhan untuk dihargai, dihormati, dan dipercaya oleh
orang lain.
Apabila seseorang telah dapat memenuhi semua kebutuhan yang tingkatannya lebih
rendah, maka motivasi akan berganti kepada terpenuhinya kebutuhan aktualisasi diri, yaitu
kebutuhan untuk mengembangkan potensi atau bakat dan kecenderungan tertentu. Bagaimana
cara aktualisasi diri ini tampil, tidaklah sama pada setiap orang. Yang selanjutnya, muncul
kebutuhan untuk tahu dan mengerti, yakni dorongan untuk mencari tahu, memperoleh
ilmu dan pemahaman. Dan yang terakhir adalah kebutuhan estetis, yakni dorongan
keindahan, dalam arti kebutuhan akan keteraturan, kesimetrisan dan kelengkapan.

6
Arti penting tentang teori Maslow dalam pendidikan sangatlah penting. Misalnya
dalam proses belajar mengajar, guru harus memperhatikan teori ini. Ketika guru merasa
kesulitan untuk memahami persoalan seperti mengapa anak-anak tidak mengerjakan
pekerjaan rumah, tidak bisa tenang di kelas atau bahkan tidak termotivasi untuk belajar.
Menurut Maslow, dalam hal ini guru tidak boleh secara langsung mengaitkan kejadian
tersebut kepada anak sampai ia paham bahwa mungkin ada proses yang tidak berjalan untuk
memenuhi kebutuhan anak yang perlu tahu dan mengerti. Bisa jadi anak-anak dalam hal ini
kurang asupannya seperti makan atau makan sarapan yang cukup, kurang tidur semalam, atau
masalah pribadi atau keluarga yang membuatnya merasa cemas dan takut, dan lain
sebagainya.
2.4.2 Carl R. Rogers
Carl R. Rogers adalah seorang psikolog humanistik yang ide-idenya telah
mempengaruhi pemikiran dan praktek psikologi, yang melibatkan bidang kesehatan,
pendidikan dan lainnya. Lebih khususnya, dalam bidang pendidikan, Rogers mengungkapkan
pandangannya tentang prinsip-prinsip pembelajaran humanistik, antara lain keinginan untuk
belajar, pembelajaran yang bermakna, pembelajaran yang tidak mengancam, pembelajaran
aktif dan pembelajaran untuk perubahan (Rumini et al., 1993).
Adapun penjelasan tentang konsep masing-masing prinsip tersebut adalah sebagai
berikut :
a. Hasrat Untuk Belajar
Menurut Rogers, manusia memiliki keinginan bawaan untuk belajar. Ketika ada
kesempatan untuk menjelajahi lingkungan, tingkat keingintahuan anak yang tinggi
membuktikan hal ini. Keingintahuan yang mendorong untuk belajar adalah asumsi dasar
pendidikan humanistik. Di kelas ini, anak-anak memiliki kesempatan dan kebebasan untuk
memuaskan rasa ingin tahunya, menyadari minat mereka, dan menemukan hal-hal yang
penting dan bermakna bagi dunia di sekitar mereka.
b. Belajar Yang Berarti
Belajar akan mempunyai arti atau makna yang lebih apabila apa yang dipelajari
relevan dengan kebutuhan dan maksud anak. Artinya, anak akan belajar dengan cepat apabila
yang dipelajarinya sangat berarti bagi dirinya.
c. Belajar Tanpa Ancaman
Belajar mudah dilakukan dan hasilnya dapat disimpan dengan baik apabila
berlangsung dalam lingkungan yang bebas ancaman. Prosesnya akan berjalan lancar apabila
murid dapat menguji kemampuannya, dapat mencoba hal-hal yang baru atau membuat

7
kesalahan-kesalahan tanpa mendapat kecaman yang dapat menyinggung perasaan murid.
d. Belajar Atas Inisiatif Sendiri
Belajar akan paling bermakna apabila hal itu dilakukan atas inisiatif sendiri dan
melibatkan perasaan dan pikiran murid. Mampu memilih arah belajarnya sendiri sangatlah
memberikan motivasi dan mengulurkan kesempatan kepada murid untuk “belajar bagaimana
caranya belajar” (to learn how to learn ). Tidaklah perlu diragukan bahwa menguasai bahan
pelajaran itu penting, akan tetapi tidak lebih penting daripada memperoleh kecakapan untuk
mencari sumber, merumuskan masalah, menguji hipotesis atau asumsi, dan menilai hasil.
Belajar atas inisiatif sendiri memusatkan perhatian murid baik pada proses maupun hasil
belajar.
Belajar atas inisiatif sendiri juga menjadikan murid menjadi bebas, tidak bergantung,
dan percaya pada dirinya sendiri. Apabila murid belajar atas inisiatif sendiri, ia memiliki
kesempatan untuk menimbang-nimbang dan membuat keputusan, menentukan pilihan dan
melakukan penilaian. Dia menjadi lebih bergantung pada dirinya sendiri dan kurang
bersandar pada penilaian pihak lain.
e. Belajar dan Perubahan
Prinsip utama Rogers adalah bahwa pembelajaran yang paling berguna adalah belajar.
Menurut Rogers, di masa lalu siswa dapat memahami fakta dan ide yang statis atau tetap.
Dunia pada saat itu perlahan berubah, dan hal-hal yang didapat di sekolah dianggap cukup
untuk memenuhi kebutuhan zaman. Pada era saat ini, perubahan telah menjadi fakta penting
dalam hidup. Teknologi telah maju begitu pesat dan berkembang ke segala penjur.
Pengetahuan yang dipelajari di masa lalu tidak memungkinkan untuk berfungsi lagi secara
normal dimasa sekarang dan masa depan. Oleh karenanya, yang dibutuhkan saat ini adalah
seseorang yang dapat belajar dalam lingkungan yang senantiasa berubah dan akan terus
berubah.
2.4.3 Arthur combs
Perasaan, persepsi, keyakinan, dan niat merupakan perilaku batin yang menyebabkan
seseorang berbeda dari orang lain. Untuk memahami orang lain, seseorang harus memahami
dunia orang lain, dan bagaimana dia berpikir dan merasakan tentang dirinya sendiri. Oleh
karena itu, jika ingin mengubah perilaku orang lain, maka guru harus mengubah pandangan
tentang dirinya sendiri.
Menurut Combs, perilaku yang keliru atau tidak baik terjadi karena tidak adanya
kesediaan seseorang melakukan apa yang seharusnya dilakukan sebagai akibat dari adanya
sesuatu yang lain, yang lebih menarik atau memuaskan. Misalkan guru mengeluh murid-

8
muridnya tidak berminat belajar, sebenarnya hal itu karena murid-murid itu tidak berminat
melakukan apa yang dikehendaki oleh guru. Kalau saja guru tersebut lalu mengadakan
aktivitas- aktivitas yang lain, barangkali murid-murid akan berubah sikap dan reaksinya
(Rumini, dkk. 1993).
Sesungguhnya para ahli psikologi humanistik melihat 2 bagian belajar, yaitu
diperolehnya informasi baru dan personalisasi informasi baru tersebut. Adalah keliru jika
guru berpendapat bahwa murid akan mudah belajar kalau bahan pelajaran disusun dengan
rapi dan disampaikan dengan baik, sebab arti dan maknanya tidak melekat pada bahan
pelajaran itu; murid sendirilah yang mencerna dan menyerap arti dan makna bahan pelajaran
tersebut ke dalam dirinya. Yang menjadi masalah dalam mengajar bukanlah bagaimana bahan
pelajaran itu disampaikan, tetapi bagaimana membantu murid memetik arti dan makna yang
terkandung di dalam bahan pelajaran tersebut, yakni apabila murid dapat mengaitkan bahan
pelajaran tersebut dengan hidup dan kehidupan mereka, guru boleh bersenang hati bahwa
missinya telah berhasil.
Hal-hal yang terjadi di luar orang (dunia) semakin jauh dari pusat lingkaran (persepsi
diri), semakin kecil pengaruhnya terhadap orang tersebut. Sebaliknya, semakin dekat benda
ke pusat lingkaran, semakin besar pengaruhnya terhadap perilaku manusia. Jadi jelas
mengapa banyak dari apa yang telah dipelajari siswa segera dilupakan, karena itu tidak ada
hubungannya dengan dia.
2.4.4 Aldous Huxley
Manusia memiliki banyak potensi yang selama ini banyak terpendam dan disia-
siakan. Pendidikan diharapkan mampu membantu manusia dalam mengembangkan potensi-
potensi tersebut, oleh karena itu kurikulum dalam proses pendidikan harus berorientasi pada
pengembangan potensi, dan ini melibatkan semua pihak, seperti guru, murid maupun para
pemerhati ataupun peneliti dan perencana pendidikan.
Huxley (Roberts, 1975) menekankan adanya pendidikan non verbal, dan pendidikan
non verbal juga harus diajarkan kepada siswa. Pendidikan non verbal bukan hanya berupa
kursus-kursus seperti senam, sepak bola, menyanyi atau menari, tetapi selain materi
pembelajaran, tujuannya adalah untuk membangkitkan kesadaran masyarakat. Proses
pendidikan non verbal hendaknya dimulai dari usia dini hingga jenjang tinggi.
Betapapun, cara agar seseorang bisa mengetahui makna hidup dalam kehidupan yang
nyata, mereka harus membekali dirinya dengan suatu kebijakan hidup, kreativitas dan
mewujudkannya dengan langkah-langkah yang bijaksana. Dengan cara ini seseorang akan
mendapatkan kehidupan yang nikmat dan penuh arti. Berbekal pendidikan non verbal,

9
seseorang akan memiliki banyak strategi untuk lebih tenang dalam menapaki hidup karena
memiliki kemampuan untuk menghargai setiap pengalaman hidupnya dengan lebih menarik.
Akhirnya apabila setiap manusia memiliki kemampuan ini, akan menjadi sumbangan yang
berarti bagi kebudayaan dan moral kemanusiaan.

2.4.5 David mills dan Stanley Scher


Selama bertahun-tahun, ilmu alam hanya melakukan diskusi dan penelitian atas dasar
kognisi, yaitu akumulasi fakta dan teori. Namun, praktik ilmiah selalu melibatkan unsur-
unsur emosional, antara lain kebutuhan akan pengetahuan, penggunaan intuisi dan imajinasi
dalam karya kreatif, pengalaman menantang, frustrasi, dan lain-lain. Berdasarkan fenomena
ini, David Mills dan Stanley Scher (Roberts, 1975) mengajukan konsep pendidikan
terintegrasi, yaitu suatu proses pendidikan yang mencakup perasaan atau emosi siswa untuk
belajar.
Metode afektif yang melibatkan perasaan telah bisa diterapkan pada murid-murid
untuk pelajaran IPS, Bahasa dan Seni. Sebetulnya ahli yang memulai merintis usaha ini
adalah George Brown, namun kedua ahli ini kemudian mencoba melakukan riset yang
bertujuan menemukan aplikasi yang lebih real dalam usaha tersebut. Penggunaan pendekatan
terpadu ini dilakukan dalam pembelajaran IPA, pendidikan bisnis dan otomotif.
Tujuannya secara umum adalah mengembangkan kesadaran murid-murid terhadap
dirinya sendiri dan dunia sekitarnya, serta meningkatkan kemampuan untuk menggunakan
kesadaran ini dalam menghadapi lingkungan dengan berbagai cara, menerima petunjuk-
petunjuk internal dan menerima tanggung jawab bagi setiap pilihan mereka. Fungsi guru
dalam pendekatan terpadu adalah untuk lebih membebaskan murid dari ketergantungan
kepada guru, dengan tujuan akhir mengembangkan responsibilitas murid untuk belajar
sendiri. Guru hanya membantu mereka dengan memberikan pilihan-pilihan yang masuk akal
bagi pikiran mereka, dan jika perlu guru bisa menolak memberikan bantuan untuk hal- hal
yang bisa ditangani oleh murid sendiri.
Lebih jauh, David Mills dan Stanley Scher memaparkan tujuan pendidikan terpadu ini
secara detail yakni sebagai berikut :
a. Membantu murid untuk mengalami proses ilmu pengetahuan, termasuk
penemuan ide-ide baru, baik proses intelektual maupun afektif.
b. Membantu murid dalam mencapai kemampuan untuk menggali dan mengerti diri
mereka sendiri dan lingkungan sekitarnya dengan cara yang ilmiah.

10
c. Meningkatkan pengertian dan ingatan terhadap konsep-konsep dan ide-ide dalam
2
ilmu pengetahuan.
d. bersama-sama murid, implikasinya dari aplikasi yang mungkin dari ilmu
pengetahuan.
e. Memungkinkan murid untuk menerapkan baik proses maupun pengetahuan
ilmiah untuk diri mereka, serta meningkatkan kesadaran murid terhadap dunia
mereka dan setiap pilihan yang mereka ambil.
Dibandingkan dengan pengajaran yang hanya menekankan pada aspek kognitif,
penerapan metode penggabungan kognisi dan emosi ini menunjukkan hasil yang lebih efektif.
Siswa merasa lebih cepat untuk menguasai kursus melalui fantasi, permainan peran, dan
permainan, seperti mengajar teori Newton dengan siswa yang bertindak sebagai astronot.
2.4.6 Bloom dan Krathwohl
Bloom dan Krathwol merupakan tokoh yang menggagas konsep taksonomi Bloom,
Taksonomi Bloom ini merujuk pada tiga aspek, yang akan dijelaskan secara lebih jelas
sebagai berikut :
Menurut 2 tokoh diatas kemampuan Ranah Kognitif meliputi :
a. Pengetahuan yaitu materi yang dipelajari,
b. Pemahaman yakni memahami materi yang didapat,
c. Aplikasi ialah menerapkan materi yang didapat,
d. Analisis yaitu merinci pemahaman yang didapat secara detail,
e. Sintesis ialah memadukan konsep untuk mendapatkan pemahman baru,
f. Evaluasi yakni evaluasi dari materi yang sudah didapat.
Ranah afektif menurut Krathwohl & Bloom mencakup lima hal yaitu :
a. Penerimaan ialah kesadaran untuk memperhatikan suatu hal,
b. Partisipasi yakni turut serta dalam suatu hal,
c. Penghargaan yakni menghargai suatu nilai dan menentukan sikap,
d. Pengorganisasian ialah memilih dan mengumpulkan sistem nilai yang dipakai
dalam kehidupan,
e. Karakteristik yaitu menghayati dan mengaplikasikan menjadi pola kehidupan

2
Rachamahana, Ratna Syifa’a (2008). Psikologi Humanistik dan Aplikasinya Dalam Pendidikan. Jurnal
Pendidikan Islam, Hal 100-102

11
sehari-hari.
Dave (1970) dalam Eveline Siregar & Hartina Nara (2014:11-12) mengemukakan 5
jenjang belajar pada Ranah Psikomotor yaitu sebagai berikut
a. Meniru yaitu kemampuan mengamati suatu gerakan agar dapat merespon
b. Menerapkan ialah kemampuan mengikuti pengarahan, gerakan pilihan dan
pendukung dengan membayangkan gerakan orang lain
c. Memantapkan yaitu kemampuan memberikan respon yang terkoreksi atau respon
dengan kesalahan-kesalahan terbatas atau minimal
d. Merangkai yakni koordinasi rangkaian gerak dengan membuat aturan yang tepat
e. Naturalisasi ialah gerakan yang dilakukan secara rutin dengan menggunakan
energi fisik dan psikis yang minimal
2.4.7 Kolb
Sebagai salah satu tokoh humanisme yakni Kolb mengembangkan konsep terkait 4
tahapan dalam belajar yaitu sebagai berikut :
a. Pengalaman konkret yaitu pada tahap ini peserta didik hanya mampu sekedar
ikut mengalami suatu kejadian dan belum memahami bagaimana serta mengapa
suatu kejadian terjadi.
b. Pengalaman aktif dan reflektif yakni peserta didik lama kelamaan mengadakan
pengamatan aktif terhadap suatu kejadian dan berusaha memikirkan serta
memahaminya,
c. Konseptualisasi yaitu peserta didik dalam hal ini mulai belajar membentuk suatu
teori tentang pengalaman yang dialaminya dan mengeneralisasikan suatu kejadian
yang terjadi,
d. Eksperimentasi aktif ialah peserta didik mampu menerapkan suatu aturan yang
umum kedalam hal baru.
2.4.8 Honey dan Mumford
Eveline Siregar & Hartina Nara (2014: 38) berpendapat bahwa kontribusi Honey dan
Mumfrod dalam pandangan humanisme yaitu adanya penggolongan peserta didik ke dalam 4
tipe yaitu :
a. Tipe aktivis ialah peserta didik yang suka melibatkan diri pada pengalaman-
pengalaman baru, cenderung berpikir terbuka dan mudah diajak berdialog. Namun
biasanya kurang skeptis terhadap sesuatu, atau identik dengan sikap mudah

12
percaya. Mereka menyukai metode yang mampu mendorong menemukan hal-hal
baru,
b. Tipe reflektor yakni cenderung sangat hati-hati mengambil langkah. Dalam
proses pengambilan keputusan cenderung konservatif, dalam arti suka
menimbang-nimbang secara cermat baik buruknya suatu keputusan,
c. Tipe teoris yaitu biasanya sangat kritis, senang menganalisis dan tidak menyukai
pendapat atau penilaian yang bersifat subyektif. Baginya yang berpikir rasional 3
adalah sesuatu yang sangat penting. Mereka juga sangat skeptis dan tidak
menyukai hal-hal yang bersifat spekulatif,
d. Tipe pragmatis ialah menaruh perhatian besar pada aspek-aspek praktis dalam
segala hal. Tipe orang semacam ini tidak suka bertele-tele membahas aspek
teoritis-filosofis dari sesuatu. Baginya, sesuatu dikatakan ada gunanya dan baik
hanya jika bisa dipraktekkan.
2.4.9 Habermas
Menurut Habermas, pembelajaran sangat dipengaruhi oleh interaksi, baik interaksi
dengan lingkungan maupun interaksi dengan orang lain (manusia). Habermas membagi
pembelajaran menjadi tiga jenis diantaranya sebagai berikut :
a. Pembelajaran teknis ialah siswa belajar berinteraksi dengan lingkungan alam dan
mencoba menguasai dan mengelola alam dengan mempelajari keterampilan dan
pengetahuan yang dibutuhkan
b. Pembelajaran praktik yaitu siswa berinteraksi dengan orang-orang di sekitar
mereka,
c. Pembelajaran liberal yakni siswa berusaha mendapatkan pemahaman dan
pengetahuan terbaik tentang perubahan budaya dari lingkungan. Pemahaman ini
dianggap sebagai tahap pembelajaran tertinggi
2.5 KARAKTERISTIK TEORI HUMANISTIK
a. Tentang manusia sebagai individu. Karena menurut teori ini, pembelajaran diarahkan
pada siswa.
b. Pertanyaan tentang kebulatan pribadi. Intinya adalah mengutamakan siswa secara
utuh, dan setuju sepenuhnya, .
c. Terkait dengan peran kognitif dan emosional

3
Setiawan, M Andi. 2017. Belajar dan Pembelajaran. Ponorogo : Uwais Inspirasi Indonesia Hal 83-86

13
d. Prioritaskan realisasi diri dan kejadian konsep diri. Karena tujuan dari teori
pembelajaran humanistik adalah menjadikan manusia menjadi utuh, menjadi pribadi
yang ideal, dan menjadi tujuan mereka.
e. Peduli dengan perasaan subjektif setiap orang. Kuncinya adalah menghargai dan
memahami potensi setiap orang.
f. Tentang kemampuan menentukan perilaku sendiri
g. Prioritaskan wawasan (pengetahuan / pemahaman)

2.6 IMPLIKASI TEORI BELAJAR HUMANISTIK


2.6.1 Guru Sebagai Fasilitator atau penyedia jasa
Psikologi humanistik sangat mementingkan promosi guru. Berikut adalah berbagai
cara yang dapat digunakan untuk mendorong pembelajaran dan kualitas fasilitator. Ini adalah
ringkasan singkat dari beberapa (petunjuk) :
a. Guru harus memperhatikan untuk menciptakan suasana awal, situasi kelompok atau
pengalaman kelas
b. Fasilitator membantu mendapatkan dan memperjelas tujuan pribadi kelas serta tujuan
kolektif umum.
c. Dia percaya bahwa setiap siswa berharap untuk mencapai tujuan yang berarti bagi diri
mereka sendiri dan menggunakannya sebagai motivasi yang tersembunyi dalam
pembelajaran yang bermakna.
d. Guru mencoba untuk mengatur dan menyediakan sumber belajar yang paling luas dan
mudah digunakan untuk membantu siswa mencapai tujuan mereka.
e. Dia memposisikan dirinya sebagai sumber daya fleksibel yang dapat digunakan oleh
tim.
f. Menanggapi ekspresi dalam kelompok kelas, menerima konten intelektual dan sikap
emosional, dan mencoba untuk merespon dengan cara yang tepat, baik untuk individu
maupun kelompok.
g. Ketika cuaca untuk penerima manfaat kelas stabil, fasilitator secara bertahap dapat
menjadi siswa yang berpartisipasi, anggota kelompok, dan berbagi pandangan
pribadinya seperti siswa lain.

14
h. Fasilitator mengambil inisiatif untuk berperan serta dalam kelompok, perasaan dan
pemikirannya tidak diperlukan atau dipaksakan, tetapi sebagai bagian pribadi yang
dapat digunakan atau ditolak siswa.
i. Fasilitator harus waspada dan memperhatikan ekspresi-ekspresi yang menghasilkan
emosi yang dalam dan kuat selama proses pembelajaran.
j. Sebagai seorang pemimpin harus berusaha untuk mengidentifikasi dan menerima
keterbatasannya.

2.7 APLIKASI TEORI HUMANISTIK TERHADAP PEMBELAJARAN SISWA


Penerapan teori humanistik lebih mengacu pada satu atau lebih roh dalam proses
pembelajaran, yang menambah warna pada metode yang diterapkan. Peran guru dalam
pembelajaran humanime adalah menjadi fasilitator siswa, dan guru memberikan motivasi dan
pemahaman tentang makna pembelajaran dalam kehidupan siswa. Guru memberi siswa
pengalaman belajar dan membantu siswa mencapai tujuan belajar mereka.
Siswa merupakan peserta utama dalam menjelaskan proses pembelajarannya sendiri
(pusat siswa). Siswa diharapkan memahami potensinya, secara aktif mengembangkan
potensi, dan meminimalkan potensi diri negatifnya.
Tujuan pembelajaran lebih pada proses pembelajaran daripada hasil belajar. Proses
yang biasanya diikuti adalah:
a. Merumuskan tujuan belajar yang jelas
b. Mengusahakan partisipasi aktif siswa melalui kontrak belajar yang bersifat jelas,
jujur dan positif.
c. Mendorong siswa untuk mengembangkan kesanggupan siswa untuk belajar atas
inisiatif sendiri
d. Mendorong siswa untuk peka berpikir kritis, memaknai proses pembelajaran secara
mandiri
e. Siswa di dorong untuk bebas mengemukakan pendapat, memilih pilihannya
sendiri, melakukkan apa yang diinginkan dan menanggung resiko dariperilaku
yang ditunjukkan.
f. Guru menerima siswa apa adanya, berusaha memahami jalan pikiran siswa,
tidak menilai secara normatif tetapi mendorong siswa untuk bertanggung‐jawab
atas segala resiko perbuatan atau proses belajarnya.
g. Memberikan kesempatan murid untuk maju sesuai dengan kemampuannya
h. Evaluasi diberikan secara individual berdasarkan perolehan prestasi siswa

15
Pembelajaran berdasarkan teori humanistik cocok untuk diterapkan pada materi‐
materi pembelajaran yang bersifat pembentukan kepribadian, hati nurani, perubahan sikap,
dan analisis terhadap fenomena sosial. Indikator keberhasilannya adalah siswa merasa senang
bergairah, berinisiatif dalam belajar dan terjadi perubahan pola pikir, perilaku dan sikap atas
kemauan sendiri.
Siswa diharapkan menjadi manusia yang bebas, berani, tidak terikat oleh pendapat
orang lain dan mengatur pribadinya sendiri secara bertanggungjawab tanpa mengurangi hak‐4
hak orang lain atau melanggar aturan, norma, disiplin atau etika yang berlaku.
2.8 KELEBIHAN DAN KEKURANGAN TEORI BELAJAR HUMANISME
2.8.1 Kelebihan
a. Dalam teori ini lebih mengedepankan akan hal-hal yang bersifat demokratis,
partisipatif-dialogis dan lainnya.
b. Suasana pembelajaran yang saling menghargai, adanya kebebasan berpendapat,
kebebasan mengungkapkan gagasan.
c. Keterlibatan peserta didik dalam berbagai aktivitas di sekolah, dan lebih - lebih
adalah kemampuan hidup bersama (komunal-bermasyarakat) diantara peserta
didik yang tentunya mempunyai pandangan yang berbeda- beda.
d. Siswa dengan sendirinya akan termotivasi dan merasa senang dalam belajar.
e. Karena memahami jiwa dan pola pikir siswa, guru akan menerima mereka apa
adanya.
f. Siswa akan memiliki pengetahuan yang bermakna
g. Teori humanistik memiliki tujuan untuk fokus dalam pengembangan sikap,
kepribadian, mental dan analitik.
h. Siswa dalam jangka panjang dapat meraih potensi dengan maksimal.
i. Salah satu ciri kesuksesan penerapan ini adalah siswa merasa termotivasi untuk
belajar
j. Siswa akan mempunyai pola pikir dan perasaan halus yang baru.
k. Siswa akan memiliki mental yang kuat dan berkarakter. Menjadi manusia
seutuhnya berani, kuat, bebas dan bisa mengontrol kepribadiannya dengan penuh
tanggung jawab.
l. Siswa akan lebih inovatif dalam menguasai pembelajaran dengan gampang.
4
Setiawan, M Andi. 2017. Belajar dan Pembelajaran. Ponorogo : Uwais Inspirasi Indonesia Hal 89-91

16
2.8.2 Kekurangan
a. Teori humanistik tidak bisa diuji dengan mudah karena membutuhkan banyak hal
yang harus dipenuhi.
b. Banyak konsep atau hal, seperti misal orang yang telah berhasil
mengaktualisasikan dirinya hasilnya masih buram dan subjektif (tidak terlihat
jelas)
c. Psikologi humanistik mengalami pembiasan terhadap nilai individualistis
d. Siswa yang tidak menyadari dan memahami potensinya akan ketinggalan dalam
proses belajar mengajar.
e. Siswa yang tidak aktif dan malas belajar akan merugikan dirinya dalam proses
belajar.
f. Proses pembelajaran lebih difokuskan kepada pengembangan potensi yang
dimiliki siswa, sehingga pengembangan intelektual peserta didik tidak terasah.
g. Penerapan teori belajar akan mengalami sedikit hambatan jika siswa tidak
didukung dengan motivasi dan lingkungan yang baik.
h. Penerapan teori ini akan susah untuk di aktualisasi dalam bentuk yang lebih
efisien.
i. Implementasi teori humanistik akan membuat siswa cenderung lebih
mementingkan diri sendiri seakan-akan tidak butuh kepada orang lain.
j. Fungsi guru dalam pertumbuhan karakter siswa akan semakin berkurang.
k. Faktor dari kesuksesan pembelajaran lebih berpengaruh atas tindakan siswa
sendiri.

17
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Menurut teori humanistik ini, tujuan belajar adalah memanusiakan. Ketika siswa
memahami lingkungan dan dirinya sendiri, proses pembelajaran teoritis dianggap berhasil.
Dengan kata lain, siswa telah mampu mencapai realisasi diri dengan sebaik-baiknya.
Teorinya cenderung eklektik, artinya selama tujuannya tercapai, sekalipun manusia itu
manusiawi, teori itu bisa menggunakan teori apa saja.
Beberapa tokoh serta pemikirannya tentang teori humanistik diantaranya yaitu :
a. Abraham Maslow berpendapat bahwa manusia memiliki hirearki kebutuhan yang
dimulai dari : kebutuhan jasmaniah, kebutuhan keamanan, kebutuhan untuk memiliki
dan cinta kasih, kebutuhan harga diri, kebutuhan aktualisasi diri, kebutuhan untuk
tahu dan mengerti serta kebutuhan estetis (keindahan)
b. Carl R Rogers dengan pendapatnya tentang prinsip-prinsip belajar humanistik
diantaranya : hasrat untuk belajar, belajar yang berarti, belajar tanpa ancaman, belajar
atas inisiatif sendiri serta belajar dan perubahan
c. Arthur Combs berpendapat bahwa perilaku yang keliru atau tidak baik terjadi karena
tidak adanya kesediaan seseorang melakukan apa yang seharusnya dilakukan sebagai
akibat dari adanya sesuatu yang lain, yang lebih menarik atau bahkan lebih
memuaskan.

18
d. Aldous Huxley mempunyai pendapat dengan pendidikan non verbal yang harus
dimulai sejak dini hingga tingkat atas
e. David Mills dan Stanley Scher berpendapat dengan konsep pendidikan terpadu, yakni
proses pendidikan yang mengikutsertakan afeksi atau perasaan murid dalam belajar.
f. Bloom dan Kartwohl dengan 3 kawasan tujuan pendidikan yakni : kognitif, afektif
dan psikomotor
g. Kolb dengan konsepnya tentang 4 tahap belajar diantaranya : pengalaman konkrit,
pengalaman aktif dan reflektif, konseptualisasi serta eksperimentasi aktif
h. Honey dan Mumford menggolongkan siswa menjadi 4 tipe yakni : aktivis, reflektor,
teori dan pragmatis.
i. Habermas menggolongkan 3 macam tipe belajar yakni : belajar teknis, belajar praktis
dan belajar emansipatoris

Karakteristik dari teori humanistik yakni merujuk pada peserta didiknya sendiri dan
pengalaman belajarnya serta cara yang digunakan untuk mengetahuinya (afektif dan
kognitif).
Aplikasi teori humanistik dalam kegiatan pembelajaran cenderung mendorong siswa
untuk berpikir induktif. Teori ini juga amat mementingkan faktor pengalaman dan
keterlibatan siswa secara aktif dalam kegiatan pembelajaran.
Implikasi teori humanistik yakni guru sebagai fasilitator (yang menyediakan
informasi bagi siswa serta menyediakan apapun yang berhubungan dengan pembelajaran).
Kelebihan dari teori humanistik yang salah satunya yaitu mengedepankan akan hal-
hal yang bernuansa demokratis, partisipatif-dialogis serta humanis
Sedangkan kekurangan dari teori ini yang salah satunya yaitu teori ini tidak bisa diuji
dengan mudah
3.2 Saran
Setiap teori belajari itu memiliki keunikan tersendiri baik dari segi penerapannya
maupun cara belajarnya. Semua itu tergantung kepada gurunya mau memakai yang mana asal
sesuai dengan pribadi siswanya.

19
DAFTAR PUSTAKA
Rachamahana, Ratna Syifa’a (2008). Psikologi Humanistik dan Aplikasinya Dalam
Pendidikan. Jurnal Pendidikan Islam, 1(1) 99-114
Setiawan, M Andi. 2017. Belajar dan Pembelajaran. Ponorogo : Uwais Inspirasi Indonesia
https://ojs.unida.ac.id/jtdik/article/download/302/173
diakses tanggal 27-03-2021)
Qodir, Abdul (2017). Teori Humanistik Dalam Meningkatkan Prestasi Belajar Siswa. Jurnal
Pedagogik, 4(2) 188-202
https://www.tripven.com/teori-belajar-humanistik/
diakses tanggal 31-03-2021
http://muhardin1995.blogspot.com/2015/05/teori-belajar-humanistik.html
diakses tanggal 31-03-2021
Sumantri, Budi Agus., & Ahmad, Nurul. (2019). Teori Belajar Humanistik dan Implikasinya
Terhadap Pembelajaran Pendidikan Agama Islam. Jurnal Pendidikan Dasar, 3(2), 1-18

20
21

Anda mungkin juga menyukai