Penulis sangat berharap semoga makalah ini dapat menambah pengetahuan dan
pengalaman bagi pembaca. Bahkan kami berharap lebih jauh lagi agar makalah ini bisa
pembaca praktikkan dalam kehidupan sehari-hari.
Bagi kami sebagai penyusun merasa bahwa masih banyak kekurangan dalam
penyusunan makalah ini karena keterbatasan pengetahuan dan pengalaman kami. Untuk itu
kami sangat mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari pembaca demi
kesempurnaan makalah ini.
Penulis
i
DAFTAR ISI
Kata Pengantar............................................................................................................................i
DAFTAR ISI.............................................................................................................................ii
BAB I.........................................................................................................................................1
PENDAHULUAN......................................................................................................................1
1.1. Latar Belakang.............................................................................................................1
1.2. Rumusan Masalah........................................................................................................2
1.3. Tujuan Masalah...........................................................................................................2
1.4. Manfaat........................................................................................................................2
BAB II........................................................................................................................................3
PEMBAHASAN........................................................................................................................3
2.1. Pembelajaran Bahasa Indonesia Menurut Teori Mentalisme......................................3
2.2. PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA MENURUT TEORI
KONTRUKTIVISME............................................................................................................5
2.3. PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA MENURUT TEORI HUMANISME 11
BAB III.....................................................................................................................................16
PENUTUP................................................................................................................................16
3.1. Kesimpulan................................................................................................................16
3.2. Saran..........................................................................................................................16
DAFTAR PUSTAKA..............................................................................................................18
ii
BAB I
PENDAHULUAN
1
1.2. Rumusan Masalah
Bedasarkan latar belakang diatas maka dapat dirumuskan beberapa masalah sebagai
berikut:
1. Apakah yang dimaksud dengan teori mentalisme,konstruktivisme, dan humanisme?
2. Siapa saja tokoh - tokoh yang mempelopori teori belajar mentalisme,
konstruktivisme, dan humanisme?
3. Apa kelebihan dan kekurangan dari teori mentalisme, konstruktivisme, dan
humanisme?
4. Bagaimana implikasi teori belajar mentalisme , kontruktivisme, dan humanisme
dalam proses pembelajaran?
1.4. Manfaat
Adapun manfaat dari pembahasan masalah ini yaitu :
1. Mahasiswa mampu memahami teori mentalisme, konstruktivisme, dan teori
humanisme.
2. Mahasiswa mampu mengimplikasikan teori mentalisme, konstruktivisme, dan
humanisme dalam proses mengajar.
2
BAB II
PEMBAHASAN
Pendidikan adalah usaha dasar terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan
proses pembelajaran agar mengembangkan potensinya, pendidikan bertujuan untuk
mengembangkan potensi agar menjadi individu yang utuh dan meningkatkan kualitas,
kehidupan bangsa, menanamkan nilai nilai moral dan bertanggung jawab.
Penerapan teori mentalisme dalam pembelajaran bahasa tidak terlalu sulit karena
mudah dicari contohnya
Teori mentalisme juga dikaitkan dengan teori nativisme, yaitu teori yang menyatakan
bahwa kemampuan bahasa manusia sudah ada sejak lahir dan tidak dipelajari
3
Teori mentalisme atau nativisme adalah teori yang berpendapat bahwa manusia memiliki
kemampuan bawaan untuk mempelajari bahasa. Teori ini berbeda dengan teori behaviorisme
yang menganggap bahwa bahasa dipelajari melalui pengalaman dan lingkungan. Berikut
adalah ciri-ciri pembelajaran bahasa Indonesia menurut teori mentalisme:
Dalam teori mentalisme, Noam Chomsky adalah tokoh yang paling terkenal. Teori ini juga
dikemukakan oleh F. De Saussure dan dianggap sebagai teori yang paling menonjol dalam
membahas masalah proses pembelajaran dan pemerolehan bahasa.
•Noam Chomsky
Menurut Chomsky, tingkah laku manusia jauh lebih rumit daripada tingkah laku
binatang, tikus. Dengan kerumitannya itulah sehingga mustahil pemberian stimuli eksternal
dan respons mampu menentukan tingkah laku bahasa.Bagi chomsky,k yang mampu memikul
tanggung jawab tingkah laku bahasa hanyalah kemampuaan bawaan. Spekulasi Skinner itu
bersifat prematur dalam arti berlaku pada tahap paling awal sebelum seseorang atau anak
memperoleh pengertian yang lebih baik dari sistem linguistik yang dipelajarinya (Hamid,
1987).
Pada tahun 1960-an sebelum chomsky muncul ke permukaan terjadi kejutan besar yaitu
lahirnya pendekatan yang mencurahkan perhatiannya pada faktor linguistik eksternal. Setelah
tahun tahun 1960-an perhatian beralih pada kejutan baru yang dipelopori oleh Chomsky
dengan topik baru Tata bahasa Transformasi Generatif (TG).
Di dalam teori ini Chomsky mengunggulkan language acquisition device (LAD) yang
berfungsi sangat menentukan. Alat pemerolehan bahasa ini menyebabkan anak memiliki
4
kemampuan untuk membuat hipotesis tentang struktur bahasa umum, dan tentang struktur
bahasa yang sedang dipelajari secara khusus. Era baru yang diperkenalkan Chomsky pada
tahun 1960-an itu dicatat sebagai masa paradigmatik dalam dunia linguistik (Tolla, 1990).
Indikator utama dari masa paradigmatik linguistik Chomsky adalah kompetensi dan
performansi (competence and performance). Pada awal munculnya kompetensi dan
performansi itu orang segera mengontraskannya dengan language dan parole dari de
Saussure. Secara fundamental kompetensi berbeda dengan performansi. Kompetensi
mengenai pengetahuan pembicara-pendengar terhadap bahasanya, dan performansi ialah
penggunaan bahasa yang sebenarnya dalam situasi yang konkret (Chomsky,1965).
Lennenberg
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia disebutkan bahwa pendidikan adalah proses
pengubahan sikap dan tata laku seseorang atau kelompok orang dalam usaha mendewasakan
manusia melalui upaya pengajaran dan pelatihan. Menurut Ki Hajar Dewantara Pendidikan
yaitu tuntutan di dalam hidup tumbuhnya anak-anak, adapun maksudnya, pendidikan yaitu
menuntun segala kekuatan kodrat yang ada pada anak-anak itu, agar mereka sebagai manusia
dan sebagai anggota masyarakat dapatlah mencapai keselamatan dan kebahagiaan setinggi-
tingginya.
5
Tujuan dari adanya Pendidikan dapat mengarahkan manusia kepada hal-hal yang dianggap
lebih baik oleh norma-norma agama dan masyarakat.
Pendidikan tidaklah terlepas dari adanya proses pembelajar, yang mana Belajar
merupakan suatu proses usaha sadar yang dilakukan oleh individu untuk suatu perubahan dari
tidak tahu menjadi tahu, dari tidak memiliki sikap benar menjadi bersikap benar, dari tidak
terampil menjadi terampil melakukan sesuatu.
Ada banyak teori pembelajaran yang dapat digunakan oleh seorang pendidik di
antaranya yaitu teori pembelajaran kontruktivisme.
Kata constructivisme berasal dari kata kerja Inggris yaitu “to construct” yang diserap
menjadi konstruktivisme dalam bahasa Indonesia. Sukiman dalam (Saputro & Pakpahan,
2021) menjelaskan bahwa kata ini memiliki arti menyusun atau membuat struktur dan
merupakan serapan dari bahasa latin “construere”. Teori konstruktivime merupakan konsep
belajar mandiri.
6
siswa dan memberikan siswa kesempatan untuk menerapkan pengetahuan yang dimilikinya.
Menurut Glaserfeld dalam (Permata et al., 2018) beberapa keterampilan diperlukan dalam
proses konstruksi, diantaranya :
3. keterampilan menyukai atau memilih pengalaman yang satu daripada pengalaman yang
lain.
Dalam pembelajaran John Dewey, Maria Montessori, Jean Piaget, dan Lev Vigotsky
merupakan tokoh-tokoh yang menggagas pendekatan konstruktivisme (Yusuf & Arfiansyah,
2021). Piaget menekankan konstruktivisme merupakan proses belajar dari sisi personal
(Individual Cognitive Constructivist) yaitu proses pengetahuan seseorang dalam
perkembangan intelektual. Sedangkan Vigotsky menekankan dan membahas konstruktivisme
proses belajar pada sisi sosial (Sociocultural Constructivist).
7
sejak awal abad 20 diantaranya melalui pemikiran John Dewey. Dua tokoh penting
pembentukan teori konstruktivisme adalah Jean Piaget dan Lev Vygotsky.
1.jean piaget
Piaget memperoleh gelar Ph.D. dalam ilmu alamiah dari Universitas Neuchâtel, dan
juga belajar sebentar di Universitas Zürich. Selama masa ini, ia menerbitkan dua makalah
filsafat yang memperlihatkan arah pemikirannya pada saat itu, tetapi yang belakangan
ditolaknya karena dianggapnya sebagai karya tulis seorang remaja. Minatnya terhadap
psikoanalisis, sebuah aliran pemikiran psikologi yang berkembang pada saat itu, juga dapat
dicatat mulai muncul pada periode ini.
2.Lev Vygotsky.
8
Lev Vygotsky atau yang bernama lengkap Lev Semyonovich Vygotsy adalah seorang
psikolog Rusia. Vygotsky dikenal karena karyanya tentang perkembangan psikologis pada
anak-anak. Beliau mencetuskan beragam teori dari berbagai pandangan dan perspektif.
Salah satu teori paling terkenal yang Vygotsky kembangkan yaitu teori budaya-
sejarah atau juga dikenal sebagai teori sosiokultural atau pembangunan sosial. Vygotsky
percaya bahwa lingkungan pertemanan, budaya, dan interaksi sosial punya peran utama dan
sangat penting dalam bagaimana anak berpikir dan belajar. Vygotsky juga berpandangan
bahwa cara pembelajaran mungkin berbeda dari satu budaya ke budaya lainnya. Sayangnya,
banyak teorinya yang masih multitafsir karena beliau meninggal di usia yang baru menginjak
37 tahun.
Vygotsky juga percaya anak-anak belajar bahasa dari interaksi sosial mereka. Ia
memandang bahasa sebagai alat penting untuk berkomunikasi dengan dunia luar. Vygotsky
berteori bahwa bahasa memainkan dua fungsi penting dalam pertumbuhan kognitif. Bahasa
membantu orang dewasa untuk memberikan informasi kepada anak-anak, dan kebalikannya,
bahasa membantu anak-anak untuk berkembang secara intelektual.
Menurut Vygotsky, bahasa dan kemampuan berpikir adalah proses yang terpisah
ketika kita lahir. Ia percaya kedua proses ini mulai bergabung ketika anak berusia sekitar tiga
tahun. Meskipun Vygotsky percaya anak-anak akan mengalami rasa ingin tahu dan mencari
tahu secara alami, ia jelas mengakui bahwa orang dewasa memainkan peran penting dalam
memaksimalkan pembelajaran. Anak-anak dapat meniru tindakan orang dewasa di sekitar
mereka, seperti menerima bimbingan dari orang tua. Dua prinsip utama yang mendukung
teori Vygotsky tentang pertumbuhan kognitif adalah prinsip:
9
Vygotsky mendefinisikan orang lain yang lebih berpengetahuan sebagai orang yang
memahami topik atau tugas yang lebih baik daripada pelajar yang belum berpengalaman.
Nah, MKO bisa memberikan instruksi verbal bagi anak untuk mengikuti. Anak kemudian
mencoba memahami informasi, memprosesnya secara internal, dan menggunakannya untuk
memandu kinerja masa depannya.
Ada Beberapa hal yang perlu diperhatikan pada saat menerapkan pembelajaran bahasa
Indonesia dalam menerapkan teori konstruktivisme adalah.
1. Saat mengajar sebaiknya seorang pendidik harus Pintar memberikan kesempatan kepada
peserts didiknya agar dapat mengeluarkan pendapat dengan bahasanya sendiri.
2. Peserta didik diberikan kesempatan untuk menceritakan pengalamannya agar menjadi
peserta didik yang lebih kreatif dan imajinatif.
2. Lingkungan belajar mengajar harus dibuat kondusif supaya peserta didik dapat belajar
dengan maksimal.
3. peserta didik diberikan kesempatan untuk membuat gagasan atau ide yang baru.
1. Dalam proses belajar mengajar seorang pendidik dapat mengajar kan kepada pesrta
didik untuk mengeluar kan gagasannya dan melatih mengambil suatu keputusan.
10
2. Pelajaran yang dilakukan secara berulang-ulang akan membuat peserta didik lebih
mudah dalam berinteraksi dan memahami pelajarannya
3. Peserta didik akan lebih mudah dalam beradaptasi dengan lingkungannya Dan
mendapatkan pengalaman baru.
4. Peserta didik akan lebih mudah dalam beradaptasi dengan lingkungannya Dan
mendapatkan pengalaman baru.
5. Pengetahuan yang pesrta didik dapatkan dapat di terapkan dalam kehidupan sehari-
harinya.
1. Teori ini memiliki ruang linngkup yang sangat luas sehingga cenderung sulit untuk
difahami oleh peserta didik.
2. Tugas guru menjadi kurang maksimal karena peserta didik di beri kebebasan yang
lebih banyak.
Pendidikan merupakan suatu lembaga yang dimana seseorang akan diberikan ilmu
untuk pegangan dan untuk melanjutkan kehidupannya ke arah yang bersifat lebih positif atau
ke arah yang lebih baik dari kehidupan sebelumnya. Pendidikan sangat penting bagi manusia,
tanpa pendidikan manusia tidak akan mendapatkan ilmu dan pengetahuannya.
Pendidikan bertujuan untuk mengajar, memanusiakan, dan mengarahkan manusia agar
menjadi pribadi yang sempurna.
11
Pendidikan juga memposisikan manusia sebagai makhluk sosial yang bertujuan untuk
berinteraksi satu sama lain dan menjadikan tempat untuk berkembang sesuai dengan potensi
yang dimilikinya. Oleh karena itu, untuk membentuk pendidikan humanisme, hal hal yang
harus diperhatikan adalah keseimbangan dari dua aspek, yaitu aspek internal dan aspek
eksternal.Tujuan diadakannya pendidikan humanisme yaitu memanusiakan manusia
sehingga seseorang bisa lebih mudah untuk mengenali dirinya sendiri dan lingkungannya
untuk mencapai aktualisasi diri.
Alasan diadakannya pendidikan humanisme yaitu membangun karakter manusia agar
mampu mengembangkan potensi dirinya sehingga mampu menjadi subjek dan mengenal
kapasitas dirinya. Namun ada beberapa kelebihan dari pendidikan humanisme yaitu :
1. Membantu membentuk menjadi pribadi yang positif dan memiliki hati nurani.
2. Meningkatkan kreativitas individu.
3. Membentuk pola pikir yang cerdas.
4. Menghadirkan pengalaman belajar yang baru dan menarik.
Selain dari kelebihan , pendidikan humanisme juga memiliki kekurangan yaitu :
1. Memperkenalkan sikap yang individualis.
2. Pendekatan pendidikan humanisme sangat sulit diterapkan dalam pembelajaran
praktis.
Secara singkatnya, pendidikan humanisme menekankan pada nilai yang bersifat positif.
Pendekatan yang berfokus pada potensi manusia untuk mencari dan menemukan kemampuan
yang mereka punya dan mengembangkan kemampuan tersebut. Keterampilan atau
kemampuan membangun diri secara positif ini menjadi sangat penting dalam dunia
pendidikan karena akan ada kaitannya dengan keberhasilan akademik.
Dalam teori ini menekankan pentingnya isi dari proses suatu pembelajaran, dalam
kenyataannya teori ini lebih banyak berbicara tentang pendidikan dan proses belajar dalam
bentuknya paling ideal. Dalam teori ini, belajar akan berhasil apabila si pelajar dapat
memahami lingkungan dan dirinya sendiri. Jadi, teori belajar humanisme adalah suatu teori
dalam pembelajaran yang mengkedepankan bagaimana memanusiakan manusia serta peserta
didik harus mampu mengembangkan potensi dirinya sendiri.
Berikut adalah 3 tokoh dalam aliran psikologi humanisme yaitu..
1. Arthur Combs ( 1912-1999)
Belajar dilakukan apabila memiliki arti penting bagi individu. Guru tidak boleh
memaksakan seseorang apabila salah satu materi tidak disukai atau tidak sesuai dengan
kehidupan mereka.
12
Salah satu contohnya yaitu apabila salah satu tidak suka dengan mata pelajaran sejarah bukan
berarti siswa tersebut bodoh tetapi mereka terpaksa dan mereka tidak mempunyai alasan yang
jelas untuk mempelajarinya.
Untuk itu guru harus bisa merubah keyakinan atau pandangan siswa yang ada.
Combs berpendapat bahwa banyak sekali guru yang membuat kesalahan dengan
berasumsi bahwa siswa mau belajar apabila materi yang disampaikan secara tersusun dan
disajikan sebagaimana mestinya.
Padahal arti dari tindakan tersebut yaitu agar siswa mendapatkan ilmu dari apa yang sudah
dipelajarinya dan dihubungkan dengan kehidupannya.
2. Maslow
Maslow mengemukakan bahwa individu berprilaku dalam upaya untuk memenuhi
kebutuhan yang bersifat hirarkis. Setiap individu memiliki rasa cemas, takut yang berlebihan
untuk berusaha atau berkembang, takut untuk mengambil sebuah keputusan, tetapi seseorang
juga harus memiliki kemamapuan untuk percaya diri menghadapi dunia luar dan pada saat itu
juga ia dapat pada nerima dirinya sendiri.
Maslow mengatakan bahwa perhatian dan motivasi belajar ini akan berkembang apabilan
kebutuhan dasar siswa belum terpenuhi.
3. Carl Ransom Rogers
Menurut Carl Ransom Rogers menganggap bahwa manusia pada dasarnya baik dan
sehat. Rongers mengemukakan bahwa setiap makhluk hidup harus memiliki tujuan untuk
mengembangkan potensi dirinya sendiri dengan semaksimal mungkin teori ini diartikan
dengan teori kecenderungan aktualisasi. Jadi makhluk hidup bukan hanya bertujuan untuk
hidup saja tetapi makhluk hidup juga harus memperoleh apa yang terbaik dari
keberadaannya. Esensi pembelajaran akan mempunyai arti apabila dalam proses
pembelajaran tersebut melibatkan dua aspek yaitu aspek pikiran dan aspek perasaan.
Sebaliknya, apabila pembelajaran tidak mempunyai arti jika proses pembelajarannya
melibatkan aspek pemikiran saja tidak melibatkan aspek perasaaan.
Pendekatan humanisme menganggap peserta didik sebagai a whole person. Dengan
kata lain, pembelajaran tidak hanya mengajarkan materi atau bahan ajar yang menjadi
sasaran, tetapi juga membantu peserta didik mengembangkan diri mereka sebagai manusia.
Peserta didik bukan hanya menerima ilmu yang pasif.
Roger sebagai ahli teori dalam belajar humanisme mengemukakan beberapa prinsip belajar
yaitu:
13
1. Manusia harus memiliki keinginan alamiah untuk belajar, memiliki rasa ingin tahu
tentang alamiah terhadap duniannya, dan keinginan mendalam untuk mengeskplorasi
dan asimilasi pengalaman.
2. Belajar akan lebih cepat bermakna apabila yang dipelajari relavan dengan kebutuhan
peserta didik.
3. Belajar dapat ditingkatkan dengan mengurangi ancaman dari luar.
4. Kebebasan, kreatifitas, dan kepercayaan diri dalam belajar dapat ditingkatkan dengan
evaluasi diri orang lain tidak begitu penting.
Penerapan teori humanisme dalam pembelajaran bahasa indonesia yaitu.
1. Guru dapat memberikan reward kepada peserta didik yang telah berhasil melakukan
suatu hal, agar peserta didik tersebut semakin semangat dan termotivasi dalam
pembelajaran.
2. Peserta didik perlu di hindarkan dari tekanan pada lingkungan sehingga mereka
merasa aman untuk belajar lebih mudah dan bermakna.
3. Berikan kesempatan kepada peserta didik untuk mengembangkan kemampuanya agar
peserta didik mendapatkan pengalaman belajar yang bermakna.
4. Guru harus memfasilitasi peserta didik dengan memberikan sumber belajar yang
variative, interaktif dalam mendukung kegiatan pembelajaran.
Peserta didik berperan sebagai pelaku utama (stundent center) yang memaknai proses
pengalaman belajarnya sendiri. Diharapkan peserta didik memahami potensi diri,
mengembangkan potensi dirinya secara positif dan meminimalkan potensi diri yang bersifat
negatif.
Psikologi humanistik memberi perhatian atas guru sebagai fasilitator. Berikut ini adalah
berbagai cara untuk memberi kemudahan belajar dan berbagai kualitas fasilitator, yaitu:
1. Fasilitator sebaiknya memberi perhatian kepada penciptaan suasana awal, situasi
kelompok, atau pengalaman kelas
2. Fasilitator membantu untuk memperoleh dan memperjelas tujuan-tujuan perorangan
di dalam kelas dan juga tujuan-tujuan kelompok yang bersifat umum.
3. Dia mempercayai adanya keinginan dari masing-masing peserta didik untuk
melaksanakan tujuan-tujuan yang bermakna bagi dirinya, sebagai kekuatan
pendorong, yang tersembunyi di dalam belajar yang bermakna tadi.
4. Dia mencoba mengatur dan menyediakan sumber-sumber untuk belajar yang paling
luas dan mudah dimanfaatkan para peserta didik untuk membantu mencapai tujuan
mereka.
14
5. Dia menempatkan dirinya sendiri sebagai suatu sumber yang fleksibel untuk dapat
dimanfaatkan oleh kelompok.
Ciri-ciri guru yang fasilitatif adalah :
1. Merespon perasaan peserta didik
2. Menggunakan ide-ide peserta didik untuk melaksanakan interaksi yang sudah
dirancang
3. Berdialog dan berdiskusi dengan peserta didik
4. Menghargai peserta didik
5. Kesesuaian antara perilaku dan perbuatan
6. Menyesuaikan isi kerangka berpikir peserta didik (penjelasan untuk mementapkan
kebutuhan segera dari peserta didik.
Pendidikan humanisme dapat diterapkan pada pola pemikiran pendidikan yang sesuai
dengan karakter bangsa Indonesia. Pola pendidikan humanisme yang bersifat positif akan
mengembangkan setiap individu mempunyai karakter dan pendidikan yang berbasis akhlak.
Bangsa Indonesia memiliki konsep pendidikan Ki Hadjar Dewantara. Yang dimana
apabila dikaitkan dengan konsep pendidikan Ki Hadjar Dewantara yaitu seseorang yang
mampu mengembangkan semua aspek kemanusian secara menyeluruh dan harmonis, dan
akan lebih menghargai, menghormati sisi kemanusian setiap orang.
Ki Hadjar Dewantara lebih mengetahui banyak tentang konsep pendidikan bangsa
Indonesia. Menurut Ki Hadjar Dewantara mendidik adalah proses memanusiakan manusia
( humanisme ). Ajaran Ki Hadjar Dewantara yang sangat populer di kalangan masyarakat
yaitu konsep pendidikan “Ing Ngarso Sung Tulodo, Ing Madyo Mangun Karso, Tut Wuri
Handayaniâ€, memiliki keselarasan yaitu seseorang yang mampu mengembangkan semua
aspek kemanusiaan secara menyeluruh dan harmonis, akan mampu menghargai dan
menghormati sisi kemanusiaan setiap orang. Pembelajaran kooperatif merupakan pilihan
yang tepat untuk membangun humanisme dalam pembelajaran Bahasa Indonesia.
Pendidikan humanisme dalam pembelajaran Bahasa Indonesia dapat direpresentasikan
dalam berbagai aspek. Keunggulan pembelajaran kooperatif dapat dilihat dari hasil belajar
akademik, penerimaan perbedaan individu, dan pengembangan keterampilan sosial.
Keuntungan-keuntungan tersebut dapat membantu siswa dalam memahami konsep-
konsep yang sulit. Hal ini dapat dijadikan alat yang efektif untuk mendidik perilaku
humanisme kepada para individu. Dengan demikian, secara makro pembelajaran bahasa
Indonesia dapat menanamkan nilai-nilai humanisme yang heterogen ke dalam diri para siswa.
15
BAB III
PENUTUP
3.1. Kesimpulan
Berdasarkan pembahasan yang telah diuraikan sebelumnya, Pendidikan adalah usaha
dasar terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar
mengembangkan potensinya, pendidikan bertujuan untuk mengembangkan potensi agar
menjadi individu yang utuh dan meningkatkan kualitas, kehidupan bangsa, menanamkan nilai
nilai moral dan bertanggung jawab.
Dari pemaparan yang telah dipaparkan sebelumnya, maka dapat diambil kesimpulan
sebagai berikut.
1. Teori mentalisme teori yang mengakui adanya daya ahli yang telah terbentuk sejak
manusia lahir ke dunia serta kemampuan lain yang kapasitasnya berbeda-beda dalam tiap
diri .
3. Teori belajar humanisme adalah suatu teori dalam pembelajaran yang mengkedepankan
bagaimana memanusiakan manusia serta peserta didik harus mampu mengembangkan
potensi dirinya sendiri.
3.2. Saran
Berdasarkan kesimpulan pembahasan, sebagaimana disebutkan dibatas, maka kami
menyarankan.
A. Teori Mentalisme
Fokus pada bakat siswa dalam pembelajaran bahasa Indonesia.
Guru perlu memahami bahwa kemampuan bahasa siswa dipengaruhi oleh faktor
bawaan, seperti kemampuan berbahasa yang dimiliki sejak lahir.
Guru perlu memperhatikan perkembangan bahasa anak dan memfasilitasi siswa untuk
mengembangkan kemampuan bahasa mereka.
16
B. Teori Konstruktivisme
Pembelajaran bahasa Indonesia perlu memperhatikan pengalaman dan pengetahuan
siswa sebagai dasar pembelajaran.
Guru perlu memfasilitasi siswa untuk membangun pemahaman mereka sendiri tentang
bahasa Indonesia melalui pengalaman dan interaksi dengan lingkungan sekitar.
Pembelajaran bahasa Indonesia perlu memperhatikan keterampilan berpikir kritis dan
kreatif siswa.
C. Teori Humanisme
Pembelajaran bahasa Indonesia perlu memperhatikan kebutuhan dasar dan kebutuhan
psikologis siswa.
Guru perlu memperhatikan pola pikir, perasaan, dan tingkah laku siswa dalam
pembelajaran bahasa Indonesia.
Pembelajaran bahasa Indonesia perlu memperhatikan pengembangan kepribadian
siswa.
Dalam pembelajaran bahasa Indonesia, teori ketiga tersebut dapat digabungkan untuk
menciptakan pembelajaran yang efektif dan menyenangkan bagi siswa. Guru perlu
memperhatikan kebutuhan dan kemampuan siswa dalam pembelajaran bahasa Indonesia,
serta memfasilitasi siswa untuk mengembangkan kemampuan bahasa mereka melalui
pengalaman dan interaksi dengan lingkungan sekitar.
17
DAFTAR PUSTAKA
https://journal.student.uny.ac.id/ojs/index.php/pbsi/article/view/11553
( diaksespadahariminggutanggal 20 agustus 2023 )
https://akupintar.id/info-pintar/-/blogs/macam-macam-teori-belajar-dan-pembelajaran-
yang-harus-guru-tahu ( diaksespadahariminggutanggal 20 agustus 2023 )
http://restuwijayanto.blogs.uny.ac.id/wp-content/uploads/sites/
https://www.detik.com/bali/berita/d-6514058/4-teori-belajar-yang-wajib-dipahami-
beserta-penerapannya
https://www.zenius.net/blog/biografi-lev-vygotsky
https://journal.uny.ac.id/index.php/cp/article/download/1622/1354#:~:text=Adapun
%20nilai%20humanis%20diantaranya%20meliputi,pertanggungjawaban%20di%20dunia
%20dan%20akhirat
https://bnp.jambiprov.go.id/teori-belajar-humanistik-pengertian-ciri-dan-penerapan/
#:~:text=Kelebihan%20Teori%20Belajar%20Humanistik,-Meningkatkan%20minat
%20belajar&text=Membantu%20membentuk%20kepribadian%20positif%20dan,belajar
%20yang%20baru%20dan%20menarik
https://irfes.blogspot.com/2017/12/makalah-teori-belajar-bahasa-indonesia_43.html?m=1
http://ekapratiwi55.blogspot.com/2011/06/teori-mentalisme-nativisme.html?m=1
https://www.psychologymania.com/2013/07/teori-mentalisme.html?m=1
https://journal.uncp.ac.id/index.php/edukasi/article/
shttp://wansilaleu.blogspot.com/2018/04/teori-pembelajaran-bahasa.html?m=1
https//mijil.id/t/mengenal-teori-mentalisme-dari-f-de-saussure/5054
https://id.scribd.com/document/456796891/d-pk-019823-lely-halimah-chapter2a-pdf
http://repository.radenintan.ac.id/127/1/PARADIGMA_UMI_HIJRIAH.pdf
https://mtsmu2bakid.sch.id/menakar-perbedaan-kelebihan-dan-kekurangan-teori-belajar-
behavioristik-kognitif-kontruktivistik-dan-humanistik/
18