Anda di halaman 1dari 21

MAKALAH

PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA MENURUT TEORI MENTALISME,


KONTRUKTIVISME, DAN HUMANISME
Dosen Pengampu :
Welly Nores Kartadireja, S.Pd., M.Pd

Disusun oleh kelompok 12 ( Kelas A ) :

Rima Ayu Apriliani ( 232121017 )


Wanda Hamidah ( 232121029 )
Muhammad Ilham Kholik Siswadi ( 232121037 )

Prodi Pendidikan Bahasa Indonesia Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan


Universitas Siliwangi Tasikmalaya
2023/2024
Kata Pengantar
Puji syukur diucapkan kehadirat Allah Swt. atas segala rahmat-Nya sehingga makalah
ini dapat tersusun sampai selesai. Tidak lupa kami mengucapkan terima kasih terhadap
bantuan dari pihak yang telah berkontribusi dengan memberikan sumbangan baik pikiran
maupun materi.

Penulis sangat berharap semoga makalah ini dapat menambah pengetahuan dan
pengalaman bagi pembaca. Bahkan kami berharap lebih jauh lagi agar makalah ini bisa
pembaca praktikkan dalam kehidupan sehari-hari.

Bagi kami sebagai penyusun merasa bahwa masih banyak kekurangan dalam
penyusunan makalah ini karena keterbatasan pengetahuan dan pengalaman kami. Untuk itu
kami sangat mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari pembaca demi
kesempurnaan makalah ini.

Tasikmalaya, 23 Agustus 2023

Penulis

i
DAFTAR ISI
Kata Pengantar............................................................................................................................i
DAFTAR ISI.............................................................................................................................ii
BAB I.........................................................................................................................................1
PENDAHULUAN......................................................................................................................1
1.1. Latar Belakang.............................................................................................................1
1.2. Rumusan Masalah........................................................................................................2
1.3. Tujuan Masalah...........................................................................................................2
1.4. Manfaat........................................................................................................................2
BAB II........................................................................................................................................3
PEMBAHASAN........................................................................................................................3
2.1. Pembelajaran Bahasa Indonesia Menurut Teori Mentalisme......................................3
2.2. PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA MENURUT TEORI
KONTRUKTIVISME............................................................................................................5
2.3. PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA MENURUT TEORI HUMANISME 11
BAB III.....................................................................................................................................16
PENUTUP................................................................................................................................16
3.1. Kesimpulan................................................................................................................16
3.2. Saran..........................................................................................................................16
DAFTAR PUSTAKA..............................................................................................................18

ii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Dalam dunia pendidikan banyak teori tentang pembelajaran. Ada beberapa teori yang
diterapkan, diantaranya adalah mentalisme, kontruktivisme, dan humanisme. Namun tentu
saja menimbulkan banyak pertanyaan tentang teori tersebut. Teori yang disebutkan diatas
akan dijelaskan secara singkat yaitu:
1. Teori mentalisme teori yang mengakui adanya daya ahli yang telah terbentuk sejak
manusia lahir ke dunia serta kemampuan lain yang kapasitasnya berbeda-beda dalam
tiap diri .
2. Teori konstruktivime merupakan konsep belajar mandiri. Dalam proses
pembelajarannya, teori konstruktivisme merupakan pembelajaran yang mengaitkan
pemahaman atau pengetahuan yang telah dimiliki siswa dengan pengetahuan baru.
Siswa aktif dalam melakukan kegiatan dan aktif berfikir.
3. Teori belajar humanisme adalah suatu teori dalam pembelajaran yang
mengkedepankan bagaimana memanusiakan manusia serta peserta didik harus
mampu mengembangkan potensi dirinya sendiri.
Pembelajaran sering kali kita harapkan sebagai “ pabrik intelektual “ yang dituntut agar
individu mampu menciptakan prilaku yang tangguh dimasa mendatang. Akibatnya,
Pembelajaran tidak lagi diarahkan kepada hal- hal penanaman potensi kemanusiaan lainnya.
Terutama yang bermuara pada sisi emosional peserta didik. Padahal, inti dari sebuah
pembelajaran yaitu agar menjadikan manusia menjadi cerdas, kreatif, dan humanisme. Untuk
itu, kita harus dicarikan sebuah konsep pembelajaran yang berorientasikan pada potensi
dasar manusia secara lebih sistematik dan realistik.
Standar keberhasilan belajar yang masih menekankan bidang intelektual dan sekaligus
sentralisasi standar mutu contohnya Unas ( Ujian Nasional ) yang mengakibatkan masyarakat
terjerumus pada keyakinan bahwa hasil unas adalah satu-satunya keberhasilan peserta didik
dan juga lembaga sekolah.
Pendidikan dan pembelajaran hendaknya diperbaiki sehingga memberi keseimbangan
pada aspek individualitas ke aspek sosialitas atau kehidupan kerbersamaan sebagai
masyarakat manusia. Pendidikan dan pembelajaran hendaknya juga dikembalikan kepada
aspek-aspek kemanusiaan yang harus ditumbuh kembangkan pada diri setiap individu.

1
1.2. Rumusan Masalah
Bedasarkan latar belakang diatas maka dapat dirumuskan beberapa masalah sebagai
berikut:
1. Apakah yang dimaksud dengan teori mentalisme,konstruktivisme, dan humanisme?
2. Siapa saja tokoh - tokoh yang mempelopori teori belajar mentalisme,
konstruktivisme, dan humanisme?
3. Apa kelebihan dan kekurangan dari teori mentalisme, konstruktivisme, dan
humanisme?
4. Bagaimana implikasi teori belajar mentalisme , kontruktivisme, dan humanisme
dalam proses pembelajaran?

1.3. Tujuan Masalah


1. Untuk mengetahui pengertian teori mentalisme, konstruktivisme, dan humanisme.
2. Untuk mengetahui siapa saja tokoh - tokoh yang mempelopori teori belajar
mentalisme, konstruktivisme, dan humanisme
3. Untuk mengetahui apa kelebihan dan kekurangan dari teori mentalisme,
konstruktivisme, dan humanisme.
4. Untuk mengetahui penerapan teori belajar mentalisme, konstruktivisme, dan
humanisme dalam proses mengajar.

1.4. Manfaat
Adapun manfaat dari pembahasan masalah ini yaitu :
1. Mahasiswa mampu memahami teori mentalisme, konstruktivisme, dan teori
humanisme.
2. Mahasiswa mampu mengimplikasikan teori mentalisme, konstruktivisme, dan
humanisme dalam proses mengajar.

2
BAB II
PEMBAHASAN

2.1. Pembelajaran Bahasa Indonesia Menurut Teori Mentalisme

Pendidikan adalah usaha dasar terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan
proses pembelajaran agar mengembangkan potensinya, pendidikan bertujuan untuk
mengembangkan potensi agar menjadi individu yang utuh dan meningkatkan kualitas,
kehidupan bangsa, menanamkan nilai nilai moral dan bertanggung jawab.

Ki Hajar Dewantara, ia mengemukakan bahwa pengertian pendidikan ialah tuntunan


tumbuh dan berkembangnya anak. Artinya, pendidikan merupakan upaya untuk menuntun
kekuatan kodrat pada diri setiap anak agar mereka mampu tumbuh dan berkembang sebagai
manusia maupun sebagai anggota masyarakat yang bisa mencapai keselamatan dan
kebahagiaan dalam hidup mereka.Oleh karena itu untuk membentuk pendidikan mentalisme
ada beberapa cara yaitu mengembangkan potensi diri,mengajarkan nilai-nilai, disiplin,
pembangunan karakter. Dalam mengembangkan potensi atau mengembangkan karekter
seorang siswa, teori pembelajaran mentalis menjadi dapat menjadi solusi.

Teori mentalisme adalah teori yang dikemukakan oleh F. De Saussure dan


berhubungan langsung dengan la parole, la langue, dan le langage atau juga bisa disebut
dengan makna lahiriah/dasarnya yang digabungkan dengan sebuah 'konsep' citra mental dari
penuturnya. teori ini juga dikenal dengan sebutan teori konsepsi

Penerapan teori mentalisme dalam pembelajaran bahasa tidak terlalu sulit karena
mudah dicari contohnya

Teori mentalisme juga dikaitkan dengan teori nativisme, yaitu teori yang menyatakan
bahwa kemampuan bahasa manusia sudah ada sejak lahir dan tidak dipelajari

Dalam penerapannya, teori mentalisme dapat membantu guru memberikan pengajaran


bahasa yang baik. Dalam pendidikan mentalisme ada beberapa aspek yang mencakup
penekanan pada aspek penemuan, pandangan filosofis, pengembangan kecakapan hidup,
ragam pemikiran para tokoh. Pendidikan mentalisme mempunyai prinsip yang bertujuan
untuk meningkatkan pemahaman dan pemerolehan bahasa melalui aktivitas mental dalam
pemikiran analisis dan pemahaman.

3
Teori mentalisme atau nativisme adalah teori yang berpendapat bahwa manusia memiliki
kemampuan bawaan untuk mempelajari bahasa. Teori ini berbeda dengan teori behaviorisme
yang menganggap bahwa bahasa dipelajari melalui pengalaman dan lingkungan. Berikut
adalah ciri-ciri pembelajaran bahasa Indonesia menurut teori mentalisme:

● Manusia memiliki kemampuan bawaan untuk mempelajari bahasa, termasuk bahasa


Indonesia.
● Kemampuan bawaan ini disebut sebagai "insting untuk belajar" atau lebih mudah
untuk belajar.
● Bahasa Indonesia dipelajari melalui proses internalisasi aturan-aturan bahasa yang
sudah ada dalam pikiran manusia.
● Proses internalisasi ini terjadi secara alami dan tidak memerlukan pengajaran formal.
● Bahasa Indonesia dipelajari melalui pengenalan terhadap struktur bahasa, seperti tata
bahasa, kosakata, dan penggunaan bahasa dalam konteks yang tepat.

Dalam teori mentalisme, Noam Chomsky adalah tokoh yang paling terkenal. Teori ini juga
dikemukakan oleh F. De Saussure dan dianggap sebagai teori yang paling menonjol dalam
membahas masalah proses pembelajaran dan pemerolehan bahasa.

Tokoh-tokoh yang mempelopori Teori Mentalisme diantaranya:

•Noam Chomsky

Menurut Chomsky, tingkah laku manusia jauh lebih rumit daripada tingkah laku
binatang, tikus. Dengan kerumitannya itulah sehingga mustahil pemberian stimuli eksternal
dan respons mampu menentukan tingkah laku bahasa.Bagi chomsky,k yang mampu memikul
tanggung jawab tingkah laku bahasa hanyalah kemampuaan bawaan. Spekulasi Skinner itu
bersifat prematur dalam arti berlaku pada tahap paling awal sebelum seseorang atau anak
memperoleh pengertian yang lebih baik dari sistem linguistik yang dipelajarinya (Hamid,
1987).

Pada tahun 1960-an sebelum chomsky muncul ke permukaan terjadi kejutan besar yaitu
lahirnya pendekatan yang mencurahkan perhatiannya pada faktor linguistik eksternal. Setelah
tahun tahun 1960-an perhatian beralih pada kejutan baru yang dipelopori oleh Chomsky
dengan topik baru Tata bahasa Transformasi Generatif (TG).

Di dalam teori ini Chomsky mengunggulkan language acquisition device (LAD) yang
berfungsi sangat menentukan. Alat pemerolehan bahasa ini menyebabkan anak memiliki

4
kemampuan untuk membuat hipotesis tentang struktur bahasa umum, dan tentang struktur
bahasa yang sedang dipelajari secara khusus. Era baru yang diperkenalkan Chomsky pada
tahun 1960-an itu dicatat sebagai masa paradigmatik dalam dunia linguistik (Tolla, 1990).

Indikator utama dari masa paradigmatik linguistik Chomsky adalah kompetensi dan
performansi (competence and performance). Pada awal munculnya kompetensi dan
performansi itu orang segera mengontraskannya dengan language dan parole dari de
Saussure. Secara fundamental kompetensi berbeda dengan performansi. Kompetensi
mengenai pengetahuan pembicara-pendengar terhadap bahasanya, dan performansi ialah
penggunaan bahasa yang sebenarnya dalam situasi yang konkret (Chomsky,1965).

 Lennenberg

Salah seorang penganut teori mentalisme adalah Lennenberg (1967). Ia berpendapat


bahwa bahasa merupakan species-specific dengan cara tertentu dalam perilaku bahasa yang
ditentukan secara biologis. Bahasa adalah mekanisme yang bersifat bawaan (innate) yang
disebut alat pemerolehan bahasa (LAD) dan yang memugkinkan seorang anak
memformulasikan sistem bahasa yang bersifat abstrak.

2.2. PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA MENURUT TEORI


KONTRUKTIVISME

Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia disebutkan bahwa pendidikan adalah proses
pengubahan sikap dan tata laku seseorang atau kelompok orang dalam usaha mendewasakan
manusia melalui upaya pengajaran dan pelatihan. Menurut Ki Hajar Dewantara Pendidikan
yaitu tuntutan di dalam hidup tumbuhnya anak-anak, adapun maksudnya, pendidikan yaitu
menuntun segala kekuatan kodrat yang ada pada anak-anak itu, agar mereka sebagai manusia
dan sebagai anggota masyarakat dapatlah mencapai keselamatan dan kebahagiaan setinggi-
tingginya.

Pendidikan merupakan komponen yang begitu amat penting dalam kehidupan


manusia, karena manusia tidak akan bisa hidup tanpanya. Dengan adanya Pendidikan
manusia dapat mengikuti perkembangan zaman, yang mana perkembangan zaman itu
tidaklah statis melainkan dinamis yang memunngkinkan manusia memerlukan Pendidikan.

5
Tujuan dari adanya Pendidikan dapat mengarahkan manusia kepada hal-hal yang dianggap
lebih baik oleh norma-norma agama dan masyarakat.

Pendidikan tidaklah terlepas dari adanya proses pembelajar, yang mana Belajar
merupakan suatu proses usaha sadar yang dilakukan oleh individu untuk suatu perubahan dari
tidak tahu menjadi tahu, dari tidak memiliki sikap benar menjadi bersikap benar, dari tidak
terampil menjadi terampil melakukan sesuatu.

Belajar tidak hanya sekedar memetakan pengetahuan atau informasi yang


disampaikan. Namun, bagaimana melibatkan individu secara aktif membuat atau pun
merevisi hasil belajar yang diterimanya menjadi suatu pengalaman yang bermanfaat bagi
pribadinya. Pembelajaran merupakan suatu sistem yang membantu individu belajar dan
berinteraksi dengan sumber belajar dan lingkungan.

Ada banyak teori pembelajaran yang dapat digunakan oleh seorang pendidik di
antaranya yaitu teori pembelajaran kontruktivisme.

Kata constructivisme berasal dari kata kerja Inggris yaitu “to construct” yang diserap
menjadi konstruktivisme dalam bahasa Indonesia. Sukiman dalam (Saputro & Pakpahan,
2021) menjelaskan bahwa kata ini memiliki arti menyusun atau membuat struktur dan
merupakan serapan dari bahasa latin “construere”. Teori konstruktivime merupakan konsep
belajar mandiri.

Dalam proses pembelajarannya, teori konstruktivisme merupakan pembelajaran yang


mengaitkan pemahaman atau pengetahuan yang telah dimiliki siswa dengan pengetahuan
baru. Siswa aktif dalam melakukan kegiatan dan aktif berfikir. Dengan kata lain, siswa
mengkonstruksi pengetahuan yang didapatnya untuk menyusun konsep dan memberi makna
tentang hal-hal yang telah dipelajari. Guru hanya memberikan peluang optimal dalam proses
pembelajaran (Wicaksono, dkk, 2016: 432). Cara-cara untuk menerapkan teori pembelajaran
konstruktivisme cukup beragam, dapat melalui diskusi, tanya jawab, penugasan, dan lain
sebagainya. Teori konstruktivisme mengedepankan pembelajar atau siswa mengkonstruksi
pengetahuan mereka di atas pengetahuan awal yang telah diperoleh sebelumnya.

Menurut (Tebogo Mogashoa, 2014) konstruktivisme adalah teori pembelajaran


yang berpendapat bahwa manusia menghasilkan pengetahuan dan makna dari interaksi antara
ide-ide dan pengalaman yang telah dimiliki. Menurut (Amineh & Asl, 2015) konstruktivisme
adalah teori pendidikan yang mengharuskan guru untuk mempertimbangkan pengetahuan

6
siswa dan memberikan siswa kesempatan untuk menerapkan pengetahuan yang dimilikinya.
Menurut Glaserfeld dalam (Permata et al., 2018) beberapa keterampilan diperlukan dalam
proses konstruksi, diantaranya :

1. keterampilan mengingat dan mengungkapkan kembali pengalaman;

2. keterampilan membandingkan dan menarik kesimpulan mengenai persamaan dan


perbedaan; dan

3. keterampilan menyukai atau memilih pengalaman yang satu daripada pengalaman yang
lain.

Melalui keterampilan-keterampilan tersebut, siswa diharapkan mampu mengkonstruksikan


pengetahuan berdasarkan pengalaman pengalaman yang telah dimiliki sebelumnya.

Karakteristik dalam implementasi pendekatan konstruktivisme pada aktivitas


pembelajaran. menurut Donald dalam (Masgumelar & Mustafa, 2021) diantaranya yaitu
belajar aktif (active learning), siswa terlibat dalam aktivitas pembelajaran bersifat faktual dan
situasional, kegiatan belajar harus menarik dan menantang, siswa harus dapat mengaitkan
informasi baru dengan informasi yang telah dimiliki sebelumnya, siswa harus mampu
merefleksikan pengetahuan yang sedang dipelajari, guru lebih berperan sebagai fasilitator
yang dapat membantu siswa dalam melakukan konstruksi pengetahuan, dan guru harus dapat
memberi bantuan berupa scafolding yang diperlukan oleh siswa dalam menempuh proses
belajar. Menurut Dahar dalam (Naufal, 2021) implikasi konstruktivisme dalam pembelajaran
yaitu dalam proses pembelajaran guru harus memperhatikan pengetahuan awal siswa yang
dibawa dari luar sekolah dan mengajar merupakan suatu proses untuk mengubah gagasan
atau ide siswa yang sudah dimilikinya yang mungkin salah.

Dalam pembelajaran John Dewey, Maria Montessori, Jean Piaget, dan Lev Vigotsky
merupakan tokoh-tokoh yang menggagas pendekatan konstruktivisme (Yusuf & Arfiansyah,
2021). Piaget menekankan konstruktivisme merupakan proses belajar dari sisi personal
(Individual Cognitive Constructivist) yaitu proses pengetahuan seseorang dalam
perkembangan intelektual. Sedangkan Vigotsky menekankan dan membahas konstruktivisme
proses belajar pada sisi sosial (Sociocultural Constructivist).

Sebagai suatu teori pembelajaran, konstruktivisme muncul belakangan setelah


behaviorisme dan kognitivisme walaupun semangat konstruktivisme sendiri sudah muncul

7
sejak awal abad 20 diantaranya melalui pemikiran John Dewey. Dua tokoh penting
pembentukan teori konstruktivisme adalah Jean Piaget dan Lev Vygotsky.

1.jean piaget

Piaget dilahirkan di Neuchâtel di wilayah Swiss yang berbahasa Prancis.


Ayahnya, Arthur Piaget, adalah seorang profesor dalam sastra Abad Pertengahan di
Universitas Neuchâtel. Piaget adalah seorang anak yang terlalu cepat menjadi matang, yang
mengembangkan minatnya dalam biologi dan dunia pengetahuan alam, khususnya tentang
moluska (kerang-kerangan), dan bahkan menerbitkan sejumlah makalah sebelum ia lulus dari
SMA. Malah, kariernya yang panjang dalam penelitian ilmiah dimulai ketika ia baru berusia
11 tahun, dengan diterbitkannya sebuah makalah pendek pada 1907 tentang burung gereja
albino. Sepanjang kariernya, Piaget menulis lebih dari 60 buah buku dan ratusan artikel.

Piaget memperoleh gelar Ph.D. dalam ilmu alamiah dari Universitas Neuchâtel, dan
juga belajar sebentar di Universitas Zürich. Selama masa ini, ia menerbitkan dua makalah
filsafat yang memperlihatkan arah pemikirannya pada saat itu, tetapi yang belakangan
ditolaknya karena dianggapnya sebagai karya tulis seorang remaja. Minatnya terhadap
psikoanalisis, sebuah aliran pemikiran psikologi yang berkembang pada saat itu, juga dapat
dicatat mulai muncul pada periode ini.

Belakangan ia pindah dari Swiss ke Grange-aux-Belles, Prancis, dan di sana ia


mengajar di sekolah untuk anak-anak lelaki yang dikelola oleh Alfred Binet, pengembang tes
intelegensia Binet. Ketika ia menolong menandai beberapa contoh dari tes-tes intelegensia
inilah Piaget memperhatikan bahwa anak-anak kecil terus-menerus memberikan jawaban
yang salah untuk pertanyaan-pertanyaan tertentu. Piaget tidak terlalu memperhatikan pada
jawaban-jawaban yang keliru itu, melainkan pada kenyataan bahwa anak-anak yang kecil itu
terus-menerus membuat kesalahan dalam pola yang sama, yang tidak dilakukan oleh anak-
anak yang lebih besar dan orang dewasa. Hal ini menyebabkan Piaget mengajukan teori
bahwa pemikiran atau proses kognitif anak-anak yang lebih kecil pada dasarnya berbeda
dengan orang-orang dewasa. (Belakangan, ia mengajukan teori global tentang tahap-tahap
perkembangan yang menyatakan bahwa setiap orang memperlihatkan pola-pola kognisi
umum yang khas dalam setiap tahap perkembangannya.) Pada 1921, Piaget kembali ke Swiss
sebagai direktur Institut Rousseau di Jenewa.

2.Lev Vygotsky.

8
Lev Vygotsky atau yang bernama lengkap Lev Semyonovich Vygotsy adalah seorang
psikolog Rusia. Vygotsky dikenal karena karyanya tentang perkembangan psikologis pada
anak-anak. Beliau mencetuskan beragam teori dari berbagai pandangan dan perspektif.

Salah satu teori paling terkenal yang Vygotsky kembangkan yaitu teori budaya-
sejarah atau juga dikenal sebagai teori sosiokultural atau pembangunan sosial. Vygotsky
percaya bahwa lingkungan pertemanan, budaya, dan interaksi sosial punya peran utama dan
sangat penting dalam bagaimana anak berpikir dan belajar. Vygotsky juga berpandangan
bahwa cara pembelajaran mungkin berbeda dari satu budaya ke budaya lainnya. Sayangnya,
banyak teorinya yang masih multitafsir karena beliau meninggal di usia yang baru menginjak
37 tahun.

Vygotsky percaya akan hubungan dinamis antara manusia dengan lingkungannya. Ia


berteori bahwa lingkungan masyarakat dapat berdampak pada seseorang, dan seseorang dapat
berdampak pada masyarakat. Vygotsky mengklaim interaksi seperti ini memungkinkan anak-
anak untuk belajar perlahan dan terus menerus dari orang orang di lingkungannya yang lebih
berpengalaman, seperti orang tua atau guru mereka. Namun, karena setiap anak hidup dalam
budaya yang berbeda, ia percaya proses pembelajaran dapat bervariasi dari satu budaya ke
budaya lainnya. Vygotsky juga percaya budaya dan bahasa sangat mempengaruhi bagaimana
anak-anak muda berpikir dan apa yang mereka pikirkan.

Vygotsky juga percaya anak-anak belajar bahasa dari interaksi sosial mereka. Ia
memandang bahasa sebagai alat penting untuk berkomunikasi dengan dunia luar. Vygotsky
berteori bahwa bahasa memainkan dua fungsi penting dalam pertumbuhan kognitif. Bahasa
membantu orang dewasa untuk memberikan informasi kepada anak-anak, dan kebalikannya,
bahasa membantu anak-anak untuk berkembang secara intelektual.

Menurut Vygotsky, bahasa dan kemampuan berpikir adalah proses yang terpisah
ketika kita lahir. Ia percaya kedua proses ini mulai bergabung ketika anak berusia sekitar tiga
tahun. Meskipun Vygotsky percaya anak-anak akan mengalami rasa ingin tahu dan mencari
tahu secara alami, ia jelas mengakui bahwa orang dewasa memainkan peran penting dalam
memaksimalkan pembelajaran. Anak-anak dapat meniru tindakan orang dewasa di sekitar
mereka, seperti menerima bimbingan dari orang tua. Dua prinsip utama yang mendukung
teori Vygotsky tentang pertumbuhan kognitif adalah prinsip:

1. More Knowledgeable Other (MKO)

9
Vygotsky mendefinisikan orang lain yang lebih berpengetahuan sebagai orang yang
memahami topik atau tugas yang lebih baik daripada pelajar yang belum berpengalaman.
Nah, MKO bisa memberikan instruksi verbal bagi anak untuk mengikuti. Anak kemudian
mencoba memahami informasi, memprosesnya secara internal, dan menggunakannya untuk
memandu kinerja masa depannya.

2. Zone of Proximal Development (ZPD)

Vygotsky berteori bahwa zona pengembangan proksimal (ZPD) kesenjangan antara


apa yang diketahui pelajar saat ini, dan apa yang bisa dia ketahui jika dibantu oleh orang lain
yang lebih berpengetahuan (MKO). Dengan sering belajar atau bekerja dengan MKO, pelajar
dapat memperoleh keterampilan yang dibutuhkan untuk mengakses pengetahuan yang saat ini
di luar jangkauan.

teori kontruktivisme dalam pembelajaran bahas Indonesia dapat memberikan kepada


peserta didik untuk berpikir tentang pengalamannya. Ini dapat mendorong refleksi tentang
model dan teori, mengenalkan gagasan-gagasan pada saat yang tepat. Dengan demikian
secara makro pembelajaran bahasa Indonesia dapat menanamkan kemandirian kepada peserta
didik untuk memahami apa yang dapat dilakukan dalam mengambil suatu keputusan.

Ada Beberapa hal yang perlu diperhatikan pada saat menerapkan pembelajaran bahasa
Indonesia dalam menerapkan teori konstruktivisme adalah.

1. Saat mengajar sebaiknya seorang pendidik harus Pintar memberikan kesempatan kepada
peserts didiknya agar dapat mengeluarkan pendapat dengan bahasanya sendiri.
2. Peserta didik diberikan kesempatan untuk menceritakan pengalamannya agar menjadi
peserta didik yang lebih kreatif dan imajinatif.
2. Lingkungan belajar mengajar harus dibuat kondusif supaya peserta didik dapat belajar
dengan maksimal.
3. peserta didik diberikan kesempatan untuk membuat gagasan atau ide yang baru.

Dalam menerapkan teori kontruktivisme memiliki beberapa kelebihan diantaranya yaitu.

1. Dalam proses belajar mengajar seorang pendidik dapat mengajar kan kepada pesrta
didik untuk mengeluar kan gagasannya dan melatih mengambil suatu keputusan.

10
2. Pelajaran yang dilakukan secara berulang-ulang akan membuat peserta didik lebih
mudah dalam berinteraksi dan memahami pelajarannya

3. Peserta didik akan lebih mudah dalam beradaptasi dengan lingkungannya Dan
mendapatkan pengalaman baru.

4. Peserta didik akan lebih mudah dalam beradaptasi dengan lingkungannya Dan
mendapatkan pengalaman baru.

5. Pengetahuan yang pesrta didik dapatkan dapat di terapkan dalam kehidupan sehari-
harinya.

Namun, penerapan teori kontruktivisme meiliki beberapa kekurangan diantaranya yaitu:

1. Teori ini memiliki ruang linngkup yang sangat luas sehingga cenderung sulit untuk
difahami oleh peserta didik.

2. Tugas guru menjadi kurang maksimal karena peserta didik di beri kebebasan yang
lebih banyak.

Penerapan teori kontruktivisme dalam pembelajaran bahas Indonesia dapat memberikan


kepada peserta didik untuk berpikir tentang pengalamannya. Ini dapat mendorong refleksi
tentang model dan teori, mengenalkan gagasan-gagasan pada saat yang tepat. Dengan
demikian secara makro pembelajaran bahasa Indonesia daoat menanamkan kemandirian
kepada peserta didik untuk memahami apa yang dapat dilakukan dalam mengambil suatu
keputusan.

2.3. PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA MENURUT TEORI HUMANISME

Pendidikan merupakan suatu lembaga yang dimana seseorang akan diberikan ilmu
untuk pegangan dan untuk melanjutkan kehidupannya ke arah yang bersifat lebih positif atau
ke arah yang lebih baik dari kehidupan sebelumnya. Pendidikan sangat penting bagi manusia,
tanpa pendidikan manusia tidak akan mendapatkan ilmu dan pengetahuannya.
Pendidikan bertujuan untuk mengajar, memanusiakan, dan mengarahkan manusia agar
menjadi pribadi yang sempurna.

11
Pendidikan juga memposisikan manusia sebagai makhluk sosial yang bertujuan untuk
berinteraksi satu sama lain dan menjadikan tempat untuk berkembang sesuai dengan potensi
yang dimilikinya. Oleh karena itu, untuk membentuk pendidikan humanisme, hal hal yang
harus diperhatikan adalah keseimbangan dari dua aspek, yaitu aspek internal dan aspek
eksternal.Tujuan diadakannya pendidikan humanisme yaitu memanusiakan manusia
sehingga seseorang bisa lebih mudah untuk mengenali dirinya sendiri dan lingkungannya
untuk mencapai aktualisasi diri.
Alasan diadakannya pendidikan humanisme yaitu membangun karakter manusia agar
mampu mengembangkan potensi dirinya sehingga mampu menjadi subjek dan mengenal
kapasitas dirinya. Namun ada beberapa kelebihan dari pendidikan humanisme yaitu :
1. Membantu membentuk menjadi pribadi yang positif dan memiliki hati nurani.
2. Meningkatkan kreativitas individu.
3. Membentuk pola pikir yang cerdas.
4. Menghadirkan pengalaman belajar yang baru dan menarik.
Selain dari kelebihan , pendidikan humanisme juga memiliki kekurangan yaitu :
1. Memperkenalkan sikap yang individualis.
2. Pendekatan pendidikan humanisme sangat sulit diterapkan dalam pembelajaran
praktis.
Secara singkatnya, pendidikan humanisme menekankan pada nilai yang bersifat positif.
Pendekatan yang berfokus pada potensi manusia untuk mencari dan menemukan kemampuan
yang mereka punya dan mengembangkan kemampuan tersebut. Keterampilan atau
kemampuan membangun diri secara positif ini menjadi sangat penting dalam dunia
pendidikan karena akan ada kaitannya dengan keberhasilan akademik.
Dalam teori ini menekankan pentingnya isi dari proses suatu pembelajaran, dalam
kenyataannya teori ini lebih banyak berbicara tentang pendidikan dan proses belajar dalam
bentuknya paling ideal. Dalam teori ini, belajar akan berhasil apabila si pelajar dapat
memahami lingkungan dan dirinya sendiri. Jadi, teori belajar humanisme adalah suatu teori
dalam pembelajaran yang mengkedepankan bagaimana memanusiakan manusia serta peserta
didik harus mampu mengembangkan potensi dirinya sendiri.
Berikut adalah 3 tokoh dalam aliran psikologi humanisme yaitu..
1. Arthur Combs ( 1912-1999)
Belajar dilakukan apabila memiliki arti penting bagi individu. Guru tidak boleh
memaksakan seseorang apabila salah satu materi tidak disukai atau tidak sesuai dengan
kehidupan mereka.

12
Salah satu contohnya yaitu apabila salah satu tidak suka dengan mata pelajaran sejarah bukan
berarti siswa tersebut bodoh tetapi mereka terpaksa dan mereka tidak mempunyai alasan yang
jelas untuk mempelajarinya.
Untuk itu guru harus bisa merubah keyakinan atau pandangan siswa yang ada.
Combs berpendapat bahwa banyak sekali guru yang membuat kesalahan dengan
berasumsi bahwa siswa mau belajar apabila materi yang disampaikan secara tersusun dan
disajikan sebagaimana mestinya.
Padahal arti dari tindakan tersebut yaitu agar siswa mendapatkan ilmu dari apa yang sudah
dipelajarinya dan dihubungkan dengan kehidupannya.
2. Maslow
Maslow mengemukakan bahwa individu berprilaku dalam upaya untuk memenuhi
kebutuhan yang bersifat hirarkis. Setiap individu memiliki rasa cemas, takut yang berlebihan
untuk berusaha atau berkembang, takut untuk mengambil sebuah keputusan, tetapi seseorang
juga harus memiliki kemamapuan untuk percaya diri menghadapi dunia luar dan pada saat itu
juga ia dapat pada nerima dirinya sendiri.
Maslow mengatakan bahwa perhatian dan motivasi belajar ini akan berkembang apabilan
kebutuhan dasar siswa belum terpenuhi.
3. Carl Ransom Rogers
Menurut Carl Ransom Rogers menganggap bahwa manusia pada dasarnya baik dan
sehat. Rongers mengemukakan bahwa setiap makhluk hidup harus memiliki tujuan untuk
mengembangkan potensi dirinya sendiri dengan semaksimal mungkin teori ini diartikan
dengan teori kecenderungan aktualisasi. Jadi makhluk hidup bukan hanya bertujuan untuk
hidup saja tetapi makhluk hidup juga harus memperoleh apa yang terbaik dari
keberadaannya. Esensi pembelajaran akan mempunyai arti apabila dalam proses
pembelajaran tersebut melibatkan dua aspek yaitu aspek pikiran dan aspek perasaan.
Sebaliknya, apabila pembelajaran tidak mempunyai arti jika proses pembelajarannya
melibatkan aspek pemikiran saja tidak melibatkan aspek perasaaan.
Pendekatan humanisme menganggap peserta didik sebagai a whole person. Dengan
kata lain, pembelajaran tidak hanya mengajarkan materi atau bahan ajar yang menjadi
sasaran, tetapi juga membantu peserta didik mengembangkan diri mereka sebagai manusia.
Peserta didik bukan hanya menerima ilmu yang pasif.
Roger sebagai ahli teori dalam belajar humanisme mengemukakan beberapa prinsip belajar
yaitu:

13
1. Manusia harus memiliki keinginan alamiah untuk belajar, memiliki rasa ingin tahu
tentang alamiah terhadap duniannya, dan keinginan mendalam untuk mengeskplorasi
dan asimilasi pengalaman.
2. Belajar akan lebih cepat bermakna apabila yang dipelajari relavan dengan kebutuhan
peserta didik.
3. Belajar dapat ditingkatkan dengan mengurangi ancaman dari luar.
4. Kebebasan, kreatifitas, dan kepercayaan diri dalam belajar dapat ditingkatkan dengan
evaluasi diri orang lain tidak begitu penting.
Penerapan teori humanisme dalam pembelajaran bahasa indonesia yaitu.
1. Guru dapat memberikan reward kepada peserta didik yang telah berhasil melakukan
suatu hal, agar peserta didik tersebut semakin semangat dan termotivasi dalam
pembelajaran.
2. Peserta didik perlu di hindarkan dari tekanan pada lingkungan sehingga mereka
merasa aman untuk belajar lebih mudah dan bermakna.
3. Berikan kesempatan kepada peserta didik untuk mengembangkan kemampuanya agar
peserta didik mendapatkan pengalaman belajar yang bermakna.
4. Guru harus memfasilitasi peserta didik dengan memberikan sumber belajar yang
variative, interaktif dalam mendukung kegiatan pembelajaran.
Peserta didik berperan sebagai pelaku utama (stundent center) yang memaknai proses
pengalaman belajarnya sendiri. Diharapkan peserta didik memahami potensi diri,
mengembangkan potensi dirinya secara positif dan meminimalkan potensi diri yang bersifat
negatif.
Psikologi humanistik memberi perhatian atas guru sebagai fasilitator. Berikut ini adalah
berbagai cara untuk memberi kemudahan belajar dan berbagai kualitas fasilitator, yaitu:
1. Fasilitator sebaiknya memberi perhatian kepada penciptaan suasana awal, situasi
kelompok, atau pengalaman kelas
2. Fasilitator membantu untuk memperoleh dan memperjelas tujuan-tujuan perorangan
di dalam kelas dan juga tujuan-tujuan kelompok yang bersifat umum.
3. Dia mempercayai adanya keinginan dari masing-masing peserta didik untuk
melaksanakan tujuan-tujuan yang bermakna bagi dirinya, sebagai kekuatan
pendorong, yang tersembunyi di dalam belajar yang bermakna tadi.
4. Dia mencoba mengatur dan menyediakan sumber-sumber untuk belajar yang paling
luas dan mudah dimanfaatkan para peserta didik untuk membantu mencapai tujuan
mereka.

14
5. Dia menempatkan dirinya sendiri sebagai suatu sumber yang fleksibel untuk dapat
dimanfaatkan oleh kelompok.
Ciri-ciri guru yang fasilitatif adalah :
1. Merespon perasaan peserta didik
2. Menggunakan ide-ide peserta didik untuk melaksanakan interaksi yang sudah
dirancang
3. Berdialog dan berdiskusi dengan peserta didik
4. Menghargai peserta didik
5. Kesesuaian antara perilaku dan perbuatan
6. Menyesuaikan isi kerangka berpikir peserta didik (penjelasan untuk mementapkan
kebutuhan segera dari peserta didik.
Pendidikan humanisme dapat diterapkan pada pola pemikiran pendidikan yang sesuai
dengan karakter bangsa Indonesia. Pola pendidikan humanisme yang bersifat positif akan
mengembangkan setiap individu mempunyai karakter dan pendidikan yang berbasis akhlak.
Bangsa Indonesia memiliki konsep pendidikan Ki Hadjar Dewantara. Yang dimana
apabila dikaitkan dengan konsep pendidikan Ki Hadjar Dewantara yaitu seseorang yang
mampu mengembangkan semua aspek kemanusian secara menyeluruh dan harmonis, dan
akan lebih menghargai, menghormati sisi kemanusian setiap orang.
Ki Hadjar Dewantara lebih mengetahui banyak tentang konsep pendidikan bangsa
Indonesia. Menurut Ki Hadjar Dewantara mendidik adalah proses memanusiakan manusia
( humanisme ). Ajaran Ki Hadjar Dewantara yang sangat populer di kalangan masyarakat
yaitu konsep pendidikan “Ing Ngarso Sung Tulodo, Ing Madyo Mangun Karso, Tut Wuri
Handayaniâ€, memiliki keselarasan yaitu seseorang yang mampu mengembangkan semua
aspek kemanusiaan secara menyeluruh dan harmonis, akan mampu menghargai dan
menghormati sisi kemanusiaan setiap orang. Pembelajaran kooperatif merupakan pilihan
yang tepat untuk membangun humanisme dalam pembelajaran Bahasa Indonesia.
Pendidikan humanisme dalam pembelajaran Bahasa Indonesia dapat direpresentasikan
dalam berbagai aspek. Keunggulan pembelajaran kooperatif dapat dilihat dari hasil belajar
akademik, penerimaan perbedaan individu, dan pengembangan keterampilan sosial.
Keuntungan-keuntungan tersebut dapat membantu siswa dalam memahami konsep-
konsep yang sulit. Hal ini dapat dijadikan alat yang efektif untuk mendidik perilaku
humanisme kepada para individu. Dengan demikian, secara makro pembelajaran bahasa
Indonesia dapat menanamkan nilai-nilai humanisme yang heterogen ke dalam diri para siswa.

15
BAB III
PENUTUP

3.1. Kesimpulan
Berdasarkan pembahasan yang telah diuraikan sebelumnya, Pendidikan adalah usaha
dasar terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar
mengembangkan potensinya, pendidikan bertujuan untuk mengembangkan potensi agar
menjadi individu yang utuh dan meningkatkan kualitas, kehidupan bangsa, menanamkan nilai
nilai moral dan bertanggung jawab.
Dari pemaparan yang telah dipaparkan sebelumnya, maka dapat diambil kesimpulan
sebagai berikut.
1. Teori mentalisme teori yang mengakui adanya daya ahli yang telah terbentuk sejak
manusia lahir ke dunia serta kemampuan lain yang kapasitasnya berbeda-beda dalam tiap
diri .

2. Teori konstruktivime merupakan konsep belajar mandiri. Dalam proses pembelajarannya,


teori konstruktivisme merupakan pembelajaran yang mengaitkan pemahaman atau
pengetahuan yang telah dimiliki siswa dengan pengetahuan baru. Siswa aktif dalam
melakukan kegiatan dan aktif berfikir.

3. Teori belajar humanisme adalah suatu teori dalam pembelajaran yang mengkedepankan
bagaimana memanusiakan manusia serta peserta didik harus mampu mengembangkan
potensi dirinya sendiri.

3.2. Saran
Berdasarkan kesimpulan pembahasan, sebagaimana disebutkan dibatas, maka kami
menyarankan.

A. Teori Mentalisme
 Fokus pada bakat siswa dalam pembelajaran bahasa Indonesia.
 Guru perlu memahami bahwa kemampuan bahasa siswa dipengaruhi oleh faktor
bawaan, seperti kemampuan berbahasa yang dimiliki sejak lahir.
 Guru perlu memperhatikan perkembangan bahasa anak dan memfasilitasi siswa untuk
mengembangkan kemampuan bahasa mereka.

16
B. Teori Konstruktivisme
 Pembelajaran bahasa Indonesia perlu memperhatikan pengalaman dan pengetahuan
siswa sebagai dasar pembelajaran.
 Guru perlu memfasilitasi siswa untuk membangun pemahaman mereka sendiri tentang
bahasa Indonesia melalui pengalaman dan interaksi dengan lingkungan sekitar.
 Pembelajaran bahasa Indonesia perlu memperhatikan keterampilan berpikir kritis dan
kreatif siswa.
C. Teori Humanisme
 Pembelajaran bahasa Indonesia perlu memperhatikan kebutuhan dasar dan kebutuhan
psikologis siswa.
 Guru perlu memperhatikan pola pikir, perasaan, dan tingkah laku siswa dalam
pembelajaran bahasa Indonesia.
 Pembelajaran bahasa Indonesia perlu memperhatikan pengembangan kepribadian
siswa.

Dalam pembelajaran bahasa Indonesia, teori ketiga tersebut dapat digabungkan untuk
menciptakan pembelajaran yang efektif dan menyenangkan bagi siswa. Guru perlu
memperhatikan kebutuhan dan kemampuan siswa dalam pembelajaran bahasa Indonesia,
serta memfasilitasi siswa untuk mengembangkan kemampuan bahasa mereka melalui
pengalaman dan interaksi dengan lingkungan sekitar.

17
DAFTAR PUSTAKA

Abdullah, A. G., & Ridwan, T. (2008). Implementasi Problem Based Learning


( Pbl ) Pada Proses Pembelajaran Di Bptp Bandung. Invotec, V(2), 1–10.
( diaksespadahariminggutanggal 20 agustus 2023 )

https://journal.student.uny.ac.id/ojs/index.php/pbsi/article/view/11553
( diaksespadahariminggutanggal 20 agustus 2023 )
https://akupintar.id/info-pintar/-/blogs/macam-macam-teori-belajar-dan-pembelajaran-
yang-harus-guru-tahu ( diaksespadahariminggutanggal 20 agustus 2023 )
http://restuwijayanto.blogs.uny.ac.id/wp-content/uploads/sites/
https://www.detik.com/bali/berita/d-6514058/4-teori-belajar-yang-wajib-dipahami-
beserta-penerapannya
https://www.zenius.net/blog/biografi-lev-vygotsky
https://journal.uny.ac.id/index.php/cp/article/download/1622/1354#:~:text=Adapun
%20nilai%20humanis%20diantaranya%20meliputi,pertanggungjawaban%20di%20dunia
%20dan%20akhirat
https://bnp.jambiprov.go.id/teori-belajar-humanistik-pengertian-ciri-dan-penerapan/
#:~:text=Kelebihan%20Teori%20Belajar%20Humanistik,-Meningkatkan%20minat
%20belajar&text=Membantu%20membentuk%20kepribadian%20positif%20dan,belajar
%20yang%20baru%20dan%20menarik
https://irfes.blogspot.com/2017/12/makalah-teori-belajar-bahasa-indonesia_43.html?m=1
http://ekapratiwi55.blogspot.com/2011/06/teori-mentalisme-nativisme.html?m=1
https://www.psychologymania.com/2013/07/teori-mentalisme.html?m=1
https://journal.uncp.ac.id/index.php/edukasi/article/
shttp://wansilaleu.blogspot.com/2018/04/teori-pembelajaran-bahasa.html?m=1
https//mijil.id/t/mengenal-teori-mentalisme-dari-f-de-saussure/5054
https://id.scribd.com/document/456796891/d-pk-019823-lely-halimah-chapter2a-pdf
http://repository.radenintan.ac.id/127/1/PARADIGMA_UMI_HIJRIAH.pdf
https://mtsmu2bakid.sch.id/menakar-perbedaan-kelebihan-dan-kekurangan-teori-belajar-
behavioristik-kognitif-kontruktivistik-dan-humanistik/

18

Anda mungkin juga menyukai