Anda di halaman 1dari 15

TEORI BELAJAR HUMANISTIK

Disusun guna memenuhi tugas mata kuliah Psikologi Pendidikan

Dosen Pengampu: Desi Nurhikmahyanti, M.Pd.

Disusun oleh :

Irma Setianingsih 2010303018


Intanti 2010303027
Yuni sandra 2010303109

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN IPA

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS TIDAR

MAGELANG

2021
DAFTAR ISI

DAFTAR ISI..............................................................................................................................1
KATA PENGANTAR...............................................................................................................2
BAB I.........................................................................................................................................3
PENDAHULUAN......................................................................................................................3
A. Latar belakang.................................................................................................................3
B. Rumusan masalah............................................................................................................3
C. Tujuan.............................................................................................................................4
D. Manfaat...........................................................................................................................4
BAB II........................................................................................................................................5
PEMBAHASAN........................................................................................................................5
A. Konsep Belajar Menurut Psikologi Humanistik.............................................................5
B. Pandangan Rogers tentang Belajar..................................................................................6
C. Pandangan Bloom dan Krathwohl terhadap Belajar.......................................................7
D. Pandangan Kolb terhadap Belajar...................................................................................8
E. Pandangan Honey dan Mumford terhadap Belajar.........................................................8
F. Pandangan Habermas terhadap Belajar...........................................................................9
G. Penerapan Teori Belajar Humanistik Dalam Pembelajaran Di Kelas.......................10
BAB III.....................................................................................................................................13
PENUTUP................................................................................................................................13
A. Simpulan.......................................................................................................................13
B. Saran..............................................................................................................................13
DAFTAR PUSTAKA..............................................................................................................14

1
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan hidayah-Nya sehingga
kami dapat menyelesaikan tugas makalah yang berjudul “Teori Belajar Humanistik” ini tepat
pada waktunya.
Adapun tujuan dari penulisan dari makalah ini adalah untuk memenuhi tugas Ibu Desi
Nurhikmahyanti, M.Pd. pada mata kuliah Psikologi Pendidikan. Selain itu, makalah ini juga
bertujuan untuk menambah wawasan tentang Teori Belajar Humanistik bagi para pembaca
dan juga bagi penulis.
Kami mengucapkan terima kasih kepada Ibu Desi Nurhikmahyanti, M.Pd, selaku dosen mata
kuliah Psikologi Pendidikan, Prodi Pendidikan IPA yang telah memberikan tugas ini
sehingga dapat menambah pengetahuan dan wawasan sesuai dengan bidang studi yang kami
tekuni.
Kami juga mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membagi sebagian
pengetahuannya sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini.
Kami menyadari, makalah yang kami tulis ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh karena
itu, kritik dan saran yang membangun akan kami nantikan demi kesempurnaan makalah ini.

Magelang, 05 Mei 2021

Penulis

2
BAB I

PENDAHULUAN
A. Latar belakang
Belajar mempunyai pengertian yag sangat umum dan luas, boleh kita katakan
bahwa sepanjang kehidupan seseorang selalu mengalami proses belajar. Dari berbagai
macam pengalaman yang diperoleh seseorang bisa mengembangkan dan merubah
cara dan gaya berfikir dan mengerjakan suatu pekerjaan. Dari berbagai macam
pengalaman itu pula, seseorang bisa mendapatkan dan membentuk pengetahuan,
pengertian dan nilai nilai, sikap sikap tertentu dan gambaran tentang dunia sekitar dan
lingkungannya serta keduduknnya dalam lingkungan tersebut.
Belajar dianggap sebagai proses perubahan perilaku sebagai akibat dari
pengalaman dan latihan yang sering dilakukan, oleh karena itu belajar bukan sekedar
mengumpulkan pengetahuan. Belajar merupakan proses mental yang terjadi dalam
diri seseorang, sehingga menyebabkan munculnya perubahan perilaku. Aktivitas
mental tersebut muncul karena adanya interaksi individu dengan lingkungan hidup
yang ada disekitarnya. Proses belajar merupakan kegiatan mental yang tidak bisa kita
lihat. Kita hanya bisa melihat adanya tanda tanda perubahan perilaku yang tampak
dari orang yang melakukan kegiatan belajar tersebut.
Banyak teori yang membahas tentang terjadinya perubahan tingkah laku.
Dalam suatu pembelajaran juga perlu didukung oleh adanya suatu teori belajar. Setiap
aliran teori belajar tersebut memiliki pandangan sendiri-sendiri tentang belajar.
Pandangan-pandangan itu umumnya berbeda satu sama lain dengan alasan-alasan
tersendiri.
Dalam makalah ini penulis memfokuskan pembahasannya terhadap salah satu
Teori belajar saja, yaitu Teori belajar Humanistik. Teori Humanistik tertuju pada
masalah bagaimana tiap individu dipengaruhi dan dibimbing oleh maksud-maksud
pribadi yang mereka hubungkan kepada pengalaman-pengalaman mereka sendiri.
Munculnya teori belajar humanistik ini tidak dapat dilepaskan dari gerakan
pendidikan humanistik yang memfokuskan diri pada hasil afektif, belajar tentang
bagaimana belajar dan belajar untuk meningkatkan kreativitas dan potensi manusia.
Teori belajar Humanistik sifatnya lebih abstrak dan lebih mendekati bidang filsafat,
teori keperibadian, dan psikoterapi dari pada bidang kajian psikologi belajar.Teori ini
sangat mementingkan isi yang dipelajari dibanding proses belajar itu sendiri. Adapun
yang termasuk golongan aliran humanistik adalah David Kolb, Honey, Mumford,
Hubermas, Bloom dan Krathwohl. Mereka berpendapat bahwa tujuan utama pendidik
adalah membantu siswa mengembangkan dirinya yaitu membantu individu untuk
mengenal dirinya sendiri sebagai manusia yang unik dan membantu mewujudkan
potensi mereka. Penyusunan dan penyajian materi pelajaran harus sesuai dengan
perasaan dan perhatian siswa.

B. Rumusan masalah
1. Apa makna belajar menurut psikologi humanistic?

3
2. Bagaimana cara menerapkan prinsip-prinsip belajar dalam kegiatan belajar
mengajar menurut teori psikologi humanistik Carl Rogers
3. Apa saja tujuan dan hasil belajar menurut psikologi humanistik Benjamin Bloom
dan David Krathwohl?
4. Apa saja tahapan-tahapan belajar menurut psikologi humanistik Kolb?
5. Apa saja kategori tipe-tipe siswa yang belajar menurut psikologi humanistik
Honey dan Mumford?
6. Bagaimana menganalisis tipe belajar menurut psikologi humanistik Habermas?
7. Bagaimana cara menerapkan teori belajar humanistik dalam pembelajaran di
kelas, humanistic?
8. Bagaimana cara menilai teori belajar?

C. Tujuan
1. Untuk mengetahui apa makna belajar menurut psikologi humanistic.
2. Untuk mengetahui bagaimana cara menerapkan prinsip-prinsip belajar dalam
kegiatan belajar mengajar menurut teori psikologi humanistik Carl Rogers
3. Untuk mengatahui apa saja tujuan dan hasil belajar menurut psikologi humanistik
Benjamin Bloom dan David Krathwohl.
4. Untuk mengetahui apa saja tahapan-tahapan belajar menurut psikologi humanistik
Kolb.
5. Untuk mengetahui apa saja kategori tipe-tipe siswa yang belajar menurut
psikologi humanistik Honey dan Mumford.
6. Untuk mengatahui analisis tipe belajar menurut psikologi humanistik Habermas.
7. Untuk mengetahui bagaimana cara menerapkan teori belajar humanistik dalam
pembelajaran di kelas, humanistic.
8. Untuk mengatahui bagaimana cara menilai teori belajar.

D. Manfaat
1. Menambah wawasan dan mampu mendeskripsikan makna belajar menurut
psikologi humanistik,
2. Menambah wawasan dan mampu menerapkan prinsip-prinsip belajar dalam
kegiatan belajar mengajar menurut teori psikologi humanistik Carl Rogers
3. Menambah wawasan dan mampu mendeskripsikan tujuan dan hasil belajar
menurut psikologi humanistik Benjamin Bloom dan David Krathwohl,
4. Menambah wawasan dan mampu mengklasifikasikan tahapan-tahapan belajar
menurut psikologi humanistik Kolb,
5. Menambah wawasan dan mampu mengkategorikan tipe siswa yang belajar
menurut psikologi humanistik Honey dan Mumford,
6. Menambah wawasan dan mampu menganalisis tipe belajar menurut psikologi
humanistik Habermas,
7. Menambah wawasan mampu menerapkan teori belajar humanistik dalam
pembelajaran di kelas, humanistik.
8. Menambah wawasan dan mampu mampu menilai teori belajar

4
BAB II

PEMBAHASAN

A. Konsep Belajar Menurut Psikologi Humanistik

Teori belajar humanistik bersifat lebih abstrak dan lebih mendekati bidang kajian
filsafat, teori kepribadian, dan psikoterapi. Proses belajar ini harus dimulai dan
ditujukan untuk kepentingan memanusiakan manusia itu sendiri. Inti dari teori ini
adalah konsep pendidikan untuk membentuk manusia yang dicita-citakan, serta
tentang proses belajar dalam bentuknya yang paling ideal. Contoh dalam
pelaksanaannya bisa diambil dari teori kognitifnya Ausubel tentang belajar bermakna
atau meaningful learning yang mengatakan bahwa belajar merupakan asimilasi
bermakna. Materi yang dipelajari diasimilasikan dan dihubungkan dengan
pengetahuan yang telah dimiliki sebelumnya. Faktor motivasi dan pengalaman
emosional sangat penting dalam peristiwa belajar, sebab tanpa motivasi dan keinginan
dari pihak si pembelajar, maka tidak akan terjadi asimilasi pengetahuan baru ke dalam
struktur kognitif yang telah dimilikinya (Budiningsih, 2005:68)
Pandangan humanistik, belajar dapat dilakukan sendiri oleh siswa, siswa
diharapkan menemukan sendiri mengenai sesuatu tanpa banyak campur tangan dari
guru. Belajar dapat dilakukan dengan cara memberikan kebebasan yang sebesar-
besarnya kepada individu (Imron, 1996:11).
Berdasarkan pengertian dan pandangan dari para ahli, kita bisa mengerti adanya
prinsip yang terkandung dalam teori humanistik ini. Prinsip-prinsip tersebut adalah :
1. Manusia memiliki kemampuan belajar yang alami.
2. Pembelajaran menjadi hal yang signifikan ketika materi atau konten
pembelajaran tersebut dianggap memiliki relevansi dengan maksud tertentu
oleh individu yang belajar.
3. Belajar adalah aktivitas yang menyangkut adanya perubahan dalam persepsi
seseorang.
4. Tugas belajar yang mengancam diri lebih mudah dirasakan ketika ancaman itu
relatif kecil.
5. Orang yang belajar memiliki cara untuk belajar dengan pembelajaran yang
memiliki ancaman rendah.
6. Belajar menjadi aktivitas yang bermakna ketika orang yang belajar benar-
benar mau melakukannya atau mempraktikannya.
7. Keterlibatan orang yang belajar dalam proses pembelajaran membuat proses
itu berjalan lancar.
8. Pembelajaran dengan melibatkan orang yang belajar bisa membuat mereka
mendapatkan hasil pembelajaran yang lebih mendalam.
9. Perlu adanya penumbuhan terhadap rasa percaya diri dari orang yang belajar
guna membuatnya menjadi pribadi yang mawas diri.
10. Pembelajaran sosial adalah belajar proses belajar.

5
Irawan (2001:12-15) teori humanistik menekankan pentingnya ‚isi‛ yang
dipelajari dari pada proses belajar itu sendiri. Teori humanistik bersifat eklektik,
artinya memanfaatkan teori apapun asal tujuannya memanusiakan manusia yaitu
mencapai aktualisasi diri, pemahaman diri, serta realisasi diri orang yang belajar,
secara optimal.
Tokoh psikologi humanistik adalah Carl Rogers, Benjamin Bloom dan David
Krathwohl (taksonomi Bloom), Kolb (belajar empat tahap), Honey dan Mumford
(macam-macam siswa), dan Habermas (tiga macam tipe belajar).

B. Pandangan Rogers tentang Belajar


Rogers menyebut teorinya bersifat humanis dan menolak pesimisme suram
dan putus asa dalam psikoanalisis serta menentang teori behaviorisme yang
memandang manusia seperti robot. Teori humanisme Rogers lebih penuh harapan dan
optimis tentang manusia karena manusia mempunyai potensi-potensi yang sehat
untuk maju. Dasar teori ini sesuai dengan pengertian humanisme pada umumnya,
dimana humanisme adalah doktrin, sikap, dan cara hidup yang menempatkan nilai-
nilai manusia sebagai pusat dan menekankan pada kehormatan, harga diri, dan
kapasitas untuk merealisasikan diri untuk maksud tertentu.
Gagasan Rogers mengenai prinsip-prinsip belajar yang humanistik itu meliputi:
1. Hasrat untuk belajar. Menurut Rogers manusia itu mempunyai hasrat alami untuk
belajar. Hal ini mudah dibuktikan. Perhatikan saja betapa ingin tahunya anak
kalau ia sedang mengeksplorasi lingkungannya. Dorongan ingin tahu untuk
belajar ini merupakan asumsi dasar endidikan humanistik. Di dalam kelas yang
humanistik anak-anak diberi kebebasan untuk memuaskan dorongan ingin
tahunya, untuk memenuhi minatnya dan untuk menemukan apa yang penting dan
berarti tentang dunia sekitarnya. Orientasi ini bertentangan sekali dengan kelas
gaya lama dimana guru atau kurikulum menentukan apa yang harus dipelajari oleh
anak-anak.
2. Belajar yang berarti. Prinsip kedua ini adalah belajar yang berarti, yang
mempunyai makna. Hal ini terjadi apabila yang dipelajari relevan dengan
kebutuhan dan maksud anak. Anak akan belajar dengan cepat apabila yang
dipelajari itu mempunyai arti baginya. Sebagai contoh, misalnya anak cepat
belajar menghitung uang receh karena uang tersebut dapat digunakan untuk
membeli sesuatu permainan yang digemarinya.
3. Belajar tanpa ancaman. Menurut Rogers, belajar itu mudah dilakukan dan hasilnya
dapat disimpan dengan baik apabila berlangsung dalam lingkungan yang bebas
ancaman. Proses belajar berjalan dengan lancar manakala murid dapat menguji
kemampuannya, dapat mencoba pengalaman-pengalaman baru atau membuat
kesalahan-kesalahan tanpa mendapat kecaman yang biasanya menyinggung
perasaan.
4. Belajar atas inisiatif sendiri. Bagi para humanist, belajar itu paling bermakna
manakal hal itu dilakukan atas inisiatif sendiri dan apabila melibatkan perasaan
dan pikiran si pelajar. Mampu memilih arah belajarnya sendiri sangatlah

6
memberikan motivasi dan mengulurkan kesempatan kepada siswa untuk belajar
bagaimana caranya belajar.
5. Belajar dan perubahan. Menurut Rogers, di waktu yang lampau siswa belajar
mengenai fakta gagasan yang statis. Waktu itu dunia lambat berubah, dan apa
yang dipelajari di sekolah sudah dipandang cukup untuk memenuhi tuntutan
jaman. Tetapi kini perubahan merupakan fakta hidup yang sentral (Imron, 1996:
11-14).
Rogers dalam Dimyati (2002:17) mengemukakan langkah-langkah pembelajaran
sebagai berikut:
1. Guru memberikan kepercayaan kepada kelas memilih belajar secara
terstruktur.
2. Guru dan siswa membuat kontrak belajar.
3. Guru menggunakan metode inkuiri atau belajar menemukan
(discovery learning).
4. Guru menggunakan metode simulasi.
5. Guru mengadakan latihan kepekaan agar siswa mampu menghayati
perasaan dan berpartisipasi dengan kelompok lain.
6. Guru bertindak sebagai fasilitator belajar.
7. Guru menggunakan pengajaran berprogram, agar tercipta peluang
bagi siswa untuk timbulnya kreativitas.

C. Pandangan Bloom dan Krathwohl terhadap Belajar

Benjamin Bloom dan David Krathwohl adalah penganut aliran humanistik.


Mereka lebih menekankan pada penguasaan individu sebagai tujuan belajar, setelah
melalui peristiwa belajar. Tujuan belajar yang dikemukakan disebut ‚Taksonomi
Bloom‛ yang dirangkum dalam tiga kawasan . Secara praktis, taksonomi Bloom telah
membantu pendidik untuk merumuskan tujuan belajar yang akan dicapai, dengan
rumusan yang mudah dipahami.
Kawasan atau ranah dari taksonomi Bloom adalah:
1. Ranah kognitif, terdiri dari pengetahuan (mengingat, menghafal); pemahaman
(menginterpretasikan); aplikasi (menggunakan konsep untuk memecahkan suatu
masalah); analisis (menjabarkan suatu konsep) dan sintesis (menggabungkan
bagian-bagian konsep menjadi suatu konsep yang utuh); evaluasi
(membandingkan nilai-nilai sebagai bagian dari pola hidup); dan kreatifitas.
2. Ranah afektif, terdiri dari pengenalan (ingin menerima, sadar akan adanya
sesuatu); merespon (aktif berpartisipasi); penghargaan (menerima nilai-nilai, setia
pada nilai tertentu); pengorganisasian (menghubung-hubungkan nilai yang
dipercayai); pengamalan (menjadikan nilai-nilai sebagai bagian dari pola hidup).
3. Ranah psikomotorik, terdiri dari peniruan (menirukan gerak); penggunaan
(menggunakan konsep untuk melakukan gerak); ketepatan (melakukan gerak
dengan benar); perangkaian (melakukan beberapa gerakan sekaligus dengan
benar); naturalisasi (melakukan gerak secara wajar).

7
D. Pandangan Kolb terhadap Belajar

Kolb merupakan seorang ahli yang menganut aliran humanistik. Dia membagi
tahap-tahap belajar menjadi empat, yaitu tahap pengalaman konkret, tahap
pengamatan aktif dan reflektif, tahap konseptualisasi, serta tahap eksperimentasi
aktif.
Empat tahapan belajar tersebut adalah:

1. Pengalaman konkrit, tahap paling awal ketika belajar, ketika


seseorang dapat meilhat dan merasakan ketika mengalami suatu
peristiwa. Namun seseorang tersebut belum memiliki kesadaran
tentang hakikat peristiwa yang dialami tersebut. Ia menceritakan
peristiwa yang dialami tersebut, namun belum memahami bagaimana
peristiwa tersebut bisa/harus terjadi.
2. Pengamatan aktif dan reflektif, ketika seseorang sudah mulai
mampu memikirkan bagaimana peristiwa yang dialaminya tersebut
bisa terjadi. Seseorang tersebut sudah mampu dan mencari jawaban,
mulai berkembang dengan mengembangkan pertanyaan-pertanyaan
bagaimana peristiwa itu bisa terjadi, dan kenapa peristiwa itu harus
terjadi.
3. Konseptualisasi, belajar adalah ketika seseorang sudah dapat
membuat abstraksi dan mengembangkan konsep, teori, serta hukum
maupun prosedur yang menjadi objek perhatian.
4. Eksperimentasi aktif, tahap dimana seseorang sudah mampu
mengaplikasikan konsep, teori, maupun aturan-aturan pada situasi
nyata. Ia sudah mulai menguji dan mempraktekkan teori-teori maupun
konsep dengan pemikiran deduktifnya di lapangan.

Menurut Kolb, siklus belajar ini terjadi secara berkesinambungan, dan


berlangsung di luar kesadaran si pembelajar. Dengan kata lain, meskipun dalam
teorinya kita mampu membuat garis tegas antara tahap satu dengan lainnya, namun
dalam praktek peralihan dari satu tahap ke tahap lainnya itu seringkali terjadi begitu
saja, sulit kita tentukan kapan beralihnya.

E. Pandangan Honey dan Mumford terhadap Belajar

Tokoh teori belajar humanistik lainnya adalah Honey dan Mumford.


Pandangannya tentang belajar diilhami oleh pandangan Kolb tentang tahap-tahap
belajar. Mereka membuat penggolongan siswa, ia membagi siswa menjadi empat
macam atau tipe/golongan yaitu:

8
1. Aktivis: yaitu mereka yang suka melibatkan diri dan berpartisipasi aktif dalam
pengalaman-pengalaman baru. Mereka cenderung berfikir terbuka, mudah
diajak berdialog, sifat mudah dipercaya, biasanya kurang skeptis terhadap
sesuatu. Namun dalam melakukan suatu tindakan sering kali kurang
pertimbangan secara matang, dan lebih banyak didorong oleh kesenangannya
untuk melibatkan diri. Dalam proses belajar, mereka menyukai metode yang
mampu mendorong seseorang menemukan hal-hal baru, seperti: brainstorming
atau problem solving, tetapi mereka cepat bosan dengan hal-hal yang
memerlukan waktu lama dalam implementasi.
2. Reflektor: mereka mempunyai kecenderungan yang berlawanan dengan
mereka yang termasuk kelompok aktivis. Mereka cenderung sangat berhati-
hati mengambil langkah dan penuh pertimbangan. Dalam proses pengambilan
keputusan, siswa tipe ini cenderung ‛konservatif‛ artinya ia lebih suka
menimbang-nimbang secara cermat baikburuk suatu keputusan.
3. Teoritis: biasanya tipe siswa sangat kritis, senang mengalisis, selalu berfikir
rasional dengan penalarannya, dan tidak menyukai pendapat atau penilaian
yang sifatnya subyektif. Bagi mereka, berfikir secara rasional adalah sesuatu
yang sangat penting, sangat skeptis dan tidak menyukai hal-hal yang bersifat
spekulatif. Mereka tampak lebih tegas dan mempunyai pendirian yang kuat,
sehingga tidak mudah terpengaruh oleh pendapat orang lain.
4. Pragmatis: mereka yang menaruh perhatian pada aspek praktis dari segala
sesuatu, tidak suka terlalu banyak teori, konsep, dalil, dan sebagainya. Teori
memang penting, namun bila teori tidak bisa dipraktekkan untuk apa? Mereka
yang bertipe ini tidak suka bertele-tele membahas aspek teoris-filosofis dari
sesuatu. Bagi mereka, sesuatu dikatakan ada gunanya dan baik hanya jika bisa
dipraktekkan dan bermanfaat bagi kehidupan manusia.

F. Pandangan Habermas terhadap Belajar

Tokoh humanis lain adalah Habermas. Menurutnya, belajar baru akan terjadi jika
ada interaksi antara individu dengan lingkungannya. Lingkungan belajar yang
dimaksud adalah lingkungan alam maupun lingkungan sosial, sebab antara keduanya
tidak dapat dipisahkan. Ia membagi tipe belajar menjadi tiga, yaitu belajar teknis
(technical learning), belajar praktis (practical learning), dan belajar emansipatoris
(emancipatory learning). Masing-masing tipe memiliki ciri-ciri sebagai berikut:

1. Belajar teknis (technical learning) : belajar bagaimana seseorang dapat


berinteraksi dengan lingkungan alamnya secara benar. Pengetahuan dan
ketrampilan yang dibutuhkan dan perlu dipelajari agar mereka dapat
menguasai dan mengelola lingkungan alam sekitarnya dengan baik. Oleh
sebab itu, ilmu-ilmu alam atau sain amat dipentingkan dalam belajar teknis.
2. Belajar praktis (practical learning) : belajar bagaimana seseorang dapat
berinteraksi dengan lingkungan sosialnya, yaitu dengan orang-orang di

9
sekelilingnya dengan baik. Kegiatan belajar ini lebih mengutamakan
terjadinya interaksi yang harmonis antar sesama manusia.
3. Belajar emansipatoris (emancypatory learning) : menekankan upaya agar
seseorang mencapai suatu pemahaman dan kesadaran yang tinggi akan
terjadinya perubahan atau informasi budaya dalam lingkungan sosialnya.
Dibutuhkan pengetahuan dan ketrampilan serta sikap yang benar untuk
mendukung terjadinya transformasi kultural tersebut (Budiningsih: 2005:70
Teori humanistik ini dalam prakteknya cenderung mendorong siswa untuk berfikir
induktif (dari contoh ke konsep, dari konkret ke abstrak, dari khusus ke umum dan
sebagainya) dan juga amat mementingkan faktor pengalaman (keterlibatan aktif)
siswa dalam proses belajar. Penerapan teori humanistik dalam pembelajaran/kegiatan
instruksional menurut Irawan (2001:35) adalah melalui tahap-tahap berikut:
1. Menentukan tujuan-tujuan pembelajaran.
2. Menentukan materi pelajaran.
3. Mengidentifikasi “entry behaviour” siswa.
4. Mengidentifikasi topik-topik yang memungkinkan siswa mempelajari secara
aktif (mengalami).
5. Mendesain wahana (lingkungan, media, fasilitas, dsb) yang akan digunakan
siswa untuk belajar.
6. Membimbing siswa belajar secara aktif.
7. Membimbing siswa memahami hakekat makna dari pengalaman belajar
mereka.
8. Membimbing siswa membuat konseptualisasi pengalaman tersebut.
9. Membimbing siswa sampai mereka mampu mengaplikasikan konsep-konsep
baru ke situasi yang baru.
10. Mengevaluasi proses dan hasil belajar siswa (Haryati, 2017).

G. Penerapan Teori Belajar Humanistik Dalam Pembelajaran Di Kelas.

a. Guru Sebagai Fasilitator

Psikologi humanistik memberi perhatian atas guru sebagai fasilitator. Berikut ini
adalah berbagai cara untuk memberi kemudahan belajar dan berbagai kualitas
fasilitator. Ini merupakan ikhtisar yang sangat singkat dari beberapa (petunjuk):
1. Fasilitator sebaiknya memberi perhatian kepada penciptaan suasana awal, situasi
kelompok, atau pengalaman kelas
2. Fasilitator membantu untuk memperoleh dan memperjelas tujuan‐tujuan per
orangan di dalam kelas dan juga tujuan‐ tujuan kelompok yang bersifat umum.
3. Dia mempercayai adanya keinginan dari masing‐masing siswa untuk melaksana‐
kan tujuan‐tujuan yang bermakna bagi dirinya, sebagai kekuatan pendorong, yang
tersembunyi di dalam belajar yang bermakna tadi.

10
4. Dia mencoba mengatur dan menyediakan sumber‐sumber untuk belajar yang
paling luas dan mudah dimanfaatkan para siswa untuk membantu mencapai tujuan
mereka.
5. Dia menempatkan dirinya sendiri sebagai suatu sumber yang fleksibel untuk dapat
dimanfaatkan oleh kelompok.
6. Di dalam menanggapi ungkapan‐ ungkapan di dalam kelompok kelas, dan
menerima baik isi yang bersifat intelek‐ tual dan sikap‐sikap perasaan dan
mencoba untuk menanggapi dengan cara yang sesuai, baik bagi individual
ataupun bagi kelompok
7. Bilamana cuaca penerima kelas telah mantap, fasilitator berangsur‐sngsur dapat
berperanan sebagai seorang siswa yang turut berpartisipasi, seorang anggota
kelompok, dan turut menyatakan pendangannya sebagai seorang individu, seperti
siswa yang lain.
8. Dia mengambil prakarsa untuk ikut serta dalam kelompok, perasaannya dan juga
pikirannya dengan tidak menuntut dan juga tidak memaksakan, tetapi sebagai
suatu andil secara pribadi yang boleh saja digunakan atau ditolak oleh siswa
9. Dia harus tetap waspada terhadap ungkapan‐ungkapan yang menandakan adanya
perasaan yang dalam dan kuat selama belajar.
10. Di dalam berperan sebagai seorang fasilitator, pimpinan harus mencoba untuk
menganali dan menerima keterbatasan‐keterbatasannya sendiri.

b. Aplikasi Teori Humanistik Terhadap Pembelajaran Siswa

Aplikasi teori humanistik lebih menunjuk pada ruh atau spirit selama proses
pembelajaran yang mewarnai metode‐ metode yang diterapkan. Peran guru dalam
pembelajaran humanistik adalah menjadi fasilitator bagi para siswa sedangkan guru
memberikan motivasi, kesadaran mengenai makna belajar dalam kehidupan siswa.
Guru memfasilitasi pengalaman belajar kepada siswa dan mendampingi siswa untuk
memperoleh tujuan pembelajaran. Siswa berperan sebagai pelaku utama (student
center) yang memaknai proses pengalaman belajarnya sendiri.
Diharapkan siswa memahami potensi diri, mengembang‐ kan potensi dirinya
secara positif dan meminimalkan potensi diri yang bersifat negatif. Tujuan
pembelajaran lebih kepada proses belajarnya daripada hasil belajar. Adapun proses
yang umumnya dilalui adalah:

1. Merumuskan tujuan belajar yang jelas


2. Mengusahakan partisipasi aktif siswa melalui kontrak belajar yang bersifat jelas,
jujur dan positif.
3. Mendorong siswa untuk mengembangkan kesanggupan siswa untuk belajar atas
inisiatif sendiri
4. Mendorong siswa untuk peka berpikir kritis, memaknai proses pembelajaran
secara mandiri

11
5. Siswa di dorong untuk bebas mengemukakan pendapat, memilih pilihannya
sendiri, melakukkan apa yang diinginkan dan menanggung resiko dari perilaku
yang ditunjukkan.
6. guru menerima siswa apa adanya, berusaha memahami jalan pikiran siswa, tidak
menilai secara normatif tetapi mendorong siswa untuk bertanggung‐ jawab atas
segala resiko perbuatan atau proses belajarnya.
7. Memberikan kesempatan murid untuk maju sesuai dengan kecepatannya.
8. Evaluasi diberikan secara individual berdasarkan perolehan prestasi siswa

Pembelajaran berdasarkan teori humanistik ini cocok untuk diterpkan pada materi‐
materi pembelajaran yang bersifat pembentukan kepribadian, hati nurani, perubahan
sikap, dan analisis terhadap fenomena sosial. Indikator dari keberhasilan aplikasi ini
adalah siswa merasa senang bergairah, berinisiatif dalam belajar dan terjaadi
perubahan pola pikir, perilaku dan sikap atas kemauan sendiri. Siswa diharapkan
menjadi manusia yang bebas, berani, tidak terikat oleh pendapat orang lain dan
mengatur pribadinya sendiri secara bertanggungjawab tanpa mengurangi hak‐hak
orang lain atau melanggar aturan, norma, disiplin atau etika yang berlaku.

12
BAB III

PENUTUP

A. Simpulan

Dari deskripsi yang dikemukakan pada pembahasan, dapat dikemukakan beberapa poin
penting sebagai kesimpulan, yaitu:
1. Teori Belajar Humanistik adalah suatu teori dalam pembelajaran yang
mengedepankan bagaimana memanusiakan manusisa serta peserta didik mampu
mengembangkan potensi dirinya
2. Tokoh dalam teori ini adalah C. Roger dan Arthur Comb.
3. Aplikasi dalam teori ini, peserta didik diharapkan menjadi manusia yang bebas,
berani, tidak terikat oleh pendapat orang lain dan mengatur pribadinya sendiri
secara bertanggungjawab tanpa mengurangi hak-hak orang lain atau melanggar
aturan, norma, disiplin atau etika yang berlaku serta guru hanya sebagai fasilitator.
4. Teori belajar humanistik merupakan konsep belajar yang lebih melihat pada sisi
perkembangan kepribadian manusia. Berfokus pada potensi manusia untuk
mencari dan menemukan kemampuan yang mereka punya dan mengembangkan
kemampuan tersebut. Teori humanisme ini cocok untuk diterapkan pada materi-
materi pembelajaran yang bersifat pembentukan kepribadian, hati nurani,
perubahan sikap, dan analisis terhadap fenomena sosial. Psikologi humanisme
memberi perhatian atas guru sebagai fasilitator.

B. Saran
Makalah ini masih jauh dari kata sempurna, dan kami sarankan untuk mencari
referensi lain untuk memahami lebih lanjut mengenai teori belajar humanistik.

13
DAFTAR PUSTAKA

Sri Haryati, Fifit Firmadani , Desi Nurhikmahyanti. 2018. Psikologi Pendidikan Dengan
Model Belajar Berbasis Riset. Yogyakarta: Anom Pustaka

Omon Abdurakhman, Radif Khotamir Rusli. 2015. Teori Belajar dan Pembelajaran Omon.
Dipetik dari: https://www.coursehero.com/file/52547592/302-961-1-PBpdf/. 2021

Nast. Tri Putra Junaidi, Yarni. Nevi. 2019. TEORI BELAJAR MENURUT ALIRAN
PSIKOLOGI HUMANISTIK DAN IMPLIKASINYA DALAM PEMBELAJARAN. Dipetik dari:
https://core.ac.uk/download/pdf/229205453.pdf. 2021

14

Anda mungkin juga menyukai