Anda di halaman 1dari 43

KONSEP, SEJARAH, TEORI, DAN MANFAAT

PSIKOLOGI PENDIDIKAN

DOSEN PENGAMPU MATA KULIAH :


Dra. Rahulyani, M.Pd. Kons.

NAMA MAHASISWA: FANDY OCWANDO RIYANTO


NIM : 4203321016
KELAS : PSPF-20 A
PRODI : PENDIDIKAN FISIKA 2020
No. : 13/1070

FISIKA DIK A 2020

PROGRAM STUDI (S-1) PENDIDIKAN FISIKA


FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS NEGERI MEDAN
2020/2021
KATA PENGANTAR

Puji syukur kepada tuhan yang maha esa atas ijin dan kesempatan saya dalam rangka
menyelesaikan tugas makakalah ini dengan cepat dan tepat . Tugas rutin "Konsep,
Sejarah, Teori, dan Manfaat Psikologi Pendidikan" ini disusun guna memenuhi tugas mata
kuliah dari Ibu Dra. Rahulyani, M.Pd. Kons pada mata kuliah psikologi pendidikan fakultas
FMIPA Unimed.

Saya mengucapkan terima kasih sebesar-besarnya kepada Ibu Dra. Rahulyani, M.Pd.
Kons selaku dosen mata kuliah psikologi pendidikan. Tugas yang diberikan ini dapat menambah
wawasan dan pengetahuan terkait bidang yang ditekuni saya.

saya menyadari tugas rutin ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu kritik dan
saran dari pembaca sangat saya harapkan untuk menyempurnakan makalah ini sehingga menjadi
lebih sempurna, baik, dan bermanfaat.

Medan, 12 Februari 2021

Penulis
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.......................................................................................................2
DAFTAR ISI......................................................................................................................3
BAB 1 PENDAHULUAN..................................................................................................4
A. Latar Belakang.........................................................................................................4
B. Rumusan Masalah....................................................................................................4
C. Tujuan......................................................................................................................4
BAB II PEMBAHASAN...................................................................................................5
A. konsep Psikologi Pendidikan ............................................................................5
B. Sejarah psikologi pendidikan.............................................................................11
C. Teori psikologi pendidikan................................................................................13
D. Penerapan psikologi pendidikan di sekolah.......................................................18
BAB III PENUTUP...........................................................................................................25
A. Kesimpulan........................................................................................................25
B. Saran..................................................................................................................27
DAFTAR PUSTAKA........................................................................................................28
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang.

Psikologi adalah salah satu bidang ilmu pengetahuan dan ilmu terapan yang mempelajari
tentang perilaku, fungsi mental, dan proses mental manusia melalui prosedur ilmiah.[1]
Seseorang yang melakukan praktik psikologis disebut sebagai psikolog. Para psikolog
berusaha untuk memperbaiki kualitas hidup seseorang melalui intervensi tertentu baik pada
fungsi mental, perilaku individu maupun kelompok, yang didasari atas proses fisiologis,
neurologis, dan psikososial.

Menurut asal katanya, psikologi berasal dari bahasa Yunani Kuno: "ψυχή" (Psychē yang
berarti jiwa) dan "-λογία" (-logia yang artinya ilmu), sehingga secara etimologis,
psikologi dapat diartikan dengan ilmu yang mempelajari tentang jiwa. Penyebutan "ilmu
psikologi" merupakan sebuah kekeliruan yang sering muncul karena kata "psikologi"
sendiri berarti "ilmu tentang jiwa".

Sejarah

Sebagai bagian dari ilmu pengetahuan, psikologi melalui sebuah perjalanan panjang. Konsep
psikologi dapat ditelusuri jauh ke masa Yunani kuno. Psikologi memiliki akar dari bidang
ilmu filsafat yang diprakarsai sejak zaman Aristoteles sebagai ilmu jiwa, yaitu ilmu untuk
kekuatan hidup (levens beginsel). Aristoteles memandang ilmu jiwa sebagai ilmu yang
mempelajari gejala - gejala kehidupan. Jiwa adalah unsur kehidupan (Anima), karena itu
setiap makhluk hidup memiliki jiwa.[2] Sejarah psikologi sejalan dengan perkembangan
intelektual di Eropa, namun mendapatkan bentuk pragmatisnya di benua Amerika.

B. Psikologi sebagai ilmu pengetahuan


Walaupun sejak dulu telah terdapat pemikiran tentang ilmu yang mempelajari manusia
bersamaan dengan adanya pemikiran tentang ilmu yang mempelajari alam, akan tetapi
karena kerumitan dan kedinamisan manusia untuk dipahami, maka psikologi baru tercipta
sebagai ilmu sejak akhir tahun 1800-an yaitu ketika Wilhelm Wundt mendirikan
laboratorium psikologi pertama di dunia.

Laboratorium Wundt

Pada tahun 1879, Wilhelm Wundt mendirikan laboratorium Psikologi pertama diUniversitas
Leipzig, Jerman. Ditandai dengan berdirinya laboratorium ini, maka metode ilmiah untuk
lebih memahami manusia telah ditemukan walaupun belum terlalu memadai. Dengan
berdirinya laboratorium ini, maka lengkaplah syarat untuk menjadikan psikologi sebagai
ilmu pengetahuan. Dengan demikian, tahun berdirinya laboratorium Wundt diakui pula
sebagai tanggal berdirinya psikologi sebagai ilmu pengetahuan.
C. n Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan Psikologi pendidikan?
2. Bagaimana sejarah psikologi pendidikan?
3. Jelaskan teori-teori yang terdapat pada psikologi pendidikan?
4. Apa manfaat dan keuntungan mempelajari psikologi pendidikan?
D. Tujuan
1. Mengetahui apa itu psikologi pendidikan.
2. Dapat memahami bahwa Rumusapsikologi pendidikan memiliki macam macam
teori.
3. Tahu akan sikap dan kemampuan yang dimiliki setiap individu
BAB II
PEMBAHASAN

A. Konsep Psikologi Pendidikan

Pada hakikatnya Pendidikan adalah proses pembentukan peserta didik. Agar pembentukan
tersebut efektif dan berhasil maka pendidik harus memiliki kualifikasi atau kecakapan dalam
Psikologi Pendidikan.

Konsep dasar psikologi dalam pendidikan pada umumnya merupakan sub-disiplin psikologi yang
menyelidiki masalah-masalah psikologis dalam pendidikan yang kemudian di rumuskan dalam
bentuk konsep, teori dan metode sebagai solusi dari masalah-masalah tersebut.

Psikologi Pendidikan juga menjelaskan karakteristik atau pola pembelajaran yang di sesuaikan
berdasarkan usia (perkembangan kognitifnya).

Jika usia peserta didik masih 5 tahun, maka metode pembelajarannya belajar sambil bermain
begitu juga jika sudah berusia remaja maka dapat di terapakan metode diskusi kelompok.

Sehingga dengan mempelajari Psikologi Pendidikan Pendidik akan menyadari dan memahami
bahwa peran ia sesungguhnya adalah membuat peserta didik mau dan tahu bagaimana cara
belajar.

Bukan dengan memberikan informasi sebanyak mungkin, melainkan membuat peserta didik
menyukai kegiatan mencari informasi sebanyak mungkin.

Manfaat Psikologi Pendidikan

Menurut para ahli psikologi di Dunia, manfaat psikologi pendidikan bagi para pendidik, yaitu
sebagai berikut:

1. Peka terhadap perilaku dan kebutuhan manusia untuk belajar.


2. Mengatasi masalah-masalah yang terjadi pada diri peserta didik.
3. Mengetahui gejala-gejala yang di timbulkan oleh peserta didik dalam proses belajar
mengajar.
4. Mengembangkan diri sendiri untuk menjadi manusia pembelajar dan dapat membagi
ilmunya pada orang lain secara profesional.
5. Mengetahui teknik-teknik yang tepat untuk memaksimalkan potensi belajar anak didik.
6. Mampu menganalisis kekurangan dan kelebihan dalam metode belajar mengajar baik
terhadap diri sendiri maupun orang lain serta berupaya untuk terus memperbaikinya.

Sedangkan manfaat mempelajari ilmu psikologi pendidikan bagi para siswa didik, diantaranya
yaitu:
1. Meningkatkan kemauan dan niat utk mencari dan mendapatkan ilmu.
2. Mengenali naluri dan potensi belajar.
3. Mengembangkan diri mjd manusia pembelajar.
4. Bertekad utk meningkatkan harkat dirinya lebih baik dibandingkan dengan generasi
sebelumnya.

Tujuan mempelajari ilmu psikologi pendidikan secara umum pada dasarnya adalah sebagai
berikut:

1. Memahami bentuk-bentuk gejala psikologis siswa (individu) secara umum dalam bentuk
tingkah laku dan sikap selama mengikuti proses pembelajaran atau belajar mengajar.
2. Memahami kemampuan dan potensi-potensi siswa dalam mengikuti proses belajar
mengajar.
3. Memahami bagaimana seharusnya pelaksanaan proses belajar mengajar agar tercapai
semua tujuan pembelajaran secara efektif dan optimal.
4. Membantu siswa mengembangkan berbagai jenis potensi dan kemampuan dalam bentuk
proses pembelajaran berbasis pengembangan siswa-siswi.
5. Membantu siswa-siswi menyelesaikan program pembelajaran materi dengan sempurna,
sehingga dengan pemahaman guru tentang teori dan ilmu psikologi pendidikan dapat
memberikan bantuan kepada siswa siswi dalam menyelesaikan program-program
pembelajaran sampai tuntas 100%.

Pengertian Psikologi Pendidikan Menurut Para Ahli

Berikut ini terdapat beberapa pengertian psikologi pendidikan menurut para ahli, terdiri atas:

1. Menurut Whiterington

Menurut Whiterington “1982”, pengertian psikologi pendidikan adalah suatu studi


sistematis tentang proses-proses dan faktor-faktor yang berhubungan dengan pendidikan
manusia.

2. Menurut Sumadi Suryabrata

Menurut Sumadi Suryabrata “1984”, pengertian psikologi pendidikan adalah suatu


pengetahuan psikologi tentang anak didik dalam situasi pendidikan.

3. Menurut Elliot Dkk


Menurut Elliot dkk “1999”, pengertian psikologi pendidikan adalah penerapan teori-teori
psikologi untuk mempelajari perkembangan, belajar, motivasi, pengajaran dan
permasalahan yang muncul dalam dunia pendidikan.

4. Menurut Muhibin Syah

Menurut Muhibin Syah “2003”, pengertian psikologi pendidikan adalah disiplin psikologi
yang mempelajari masalah psikologis yang terjadi di dunia pendidikan.

5. Menurut Tardif

Menurut Tardif “dalam Syah, 1997:13”, pengertian psikologi pendidikan adalah suatu
bidang studi yang berhubungan dengan penerapan pengetahuan mengenai perilaku
manusia dalam berbagai usaha kependidikan.

6. Menurut Barlow

Menurut Barlow “1985”, pengertian psikologi pendidikan adalah suatu pengetahuan


berdasarkan riset psikologi yang menyediakan serangkaian sumber-sumber untuk
membantu seorang guru dalam proses belajar-mengajar secara lebih efektif.

Pentingnya psikologi pendidikan bagi guru merupakan sebuah kebutuhan. Psikologi


pendidikan yang merupakan ilmu terapan dari dua disiplin ilmu yang berbeda antara
psikologi dan pendidikan. Seorang guru harus menguasai disiplin ilmu antara
psikologi dan pendidikan. Guru sebagai pembimbing, pendidik, dan pelatih bagi
siswanya, tentu dituntut memahami tentang berbagai aspek prilaku dirinya maupun
prilaku orang-orang yang terkait dengan tugasnya.

            Terutama prilaku peserta didik dengan segala aspeknya, sehingga dapat
menjalankan tugas dan perannya secara efektif, yang dapat memberikan kontribusi
nyata bagi pencapaian tujuan pendidikan di sekolah. Penguasaan guru tentang
psikologi pendidikan merupakan salah satu kompetensi yang harus dikuasai guru,
yakni kompetensi pedagogik.
            Muhibbin Syah (2003) mengatakan bahwa di antara pengetahuan yang perlu
dikuasai guru dan calon guru adalah pengetahuan psikologi terapan yang erat
kaitannya dengan proses belajar mengajar peserta didik. Dengan memahami psikologi
pendidikan, seorang guru melalui pertimbangan psikologinya diharapkan dapat
melakukan banyak hal dalam pembelajaran, yakni:

 Merumuskan tujuan pembelajaran secara tepat

 Memilih strategi atau metode pembelajaran yang sesuai

 Memberikan bimbingan bahkan memberikan konseling

 Memfasilitasi dan memotivasi belajar peserta didik

 Menciptakan iklim balajar yang kondusif

 Berinteraksi secara tepat dengan siswanya

 Menilai hasil pembelajaran yang adil dan akurat

Seorang guru harus bisa mengelola sekolah dan mempunyai pengetahuan pelengkap
seperti psikologi pendidikan, agar mengetahui minat dan kebutuhan yang sesuai pada
tahap perkembangan siswanya. Walaupun belum pernah mempelajari psikologi
pendidikan guru bisa mengajar dengan menggunakan insting dan pengalamannya,
mengenai tindakan apa yang harus dilakukan ketika menghadapi permasalahan di
sekolah. Dan akan lebih baik jika ditunjang dengan pengetahuan mengenaii psilologi 
pendidikan, yang bisa diperoleh dari perpustakaan, website, seminar , dll.
Manfaat Psikologi Pendidikan
 Manfaat mempelajari psikologi pendidikan bagi guru dan calon guru dapat dibagi
menjadi dua aspek, yaitu:

 1. Untuk Mempelajari Situasi Dalam Proses Pembelajaran
 Psikologi pendidikan memberikan banyak kontribusi kepada guru dan calon guru untuk
meningkatkan efisiensi proses pembelajaran pada kondisi yang berbeda-beda seperti di
bawah ini:

 a. Memahami Perbedaan Individu (Peserta Didik)
 Seorang guru harus berhadapan dengan sekelompok siswa di dalam kelas dengan hati-
hati, karena karakteristik masing-masing siswa berbeda-beda. Oleh karena itu sangat
penting untuk memahami perbedaan karakteristik siswa tersebut pada berbagai tingkat
pertumbuhan dan perkembangan guna menciptakan proses pembelajaran yang efektif dan
efisien. Psikologi pendidikan dapat membantu guru dan calon guru dalam memahami
perbedaan karakteristik siswa tersebut.

 b. Penciptaan Iklim Belajar yang Kondusif di Dalam Kelas
 Pemahaman yang baik tentang ruang kelas yang digunakan dalam proses pembelajaran
sangat membantu guru untuk menyampaikan materi kepada siswa secara efektif. Iklim
pembelajaran yang kondusif harus bisa diciptakan oleh guru sehingga proses belajar
mengajar bisa berjalan efektif. Seorang guru harus mengetahui prinsip-prinsip yang tepat
dalam proses belajar mengajar, pendekatan yang berbeda dalam mengajar untuk hasil
proses belajar mengajar yang lebih baik. Psikologi pendidikan berperan dalam membantu
guru agar dapat menciptakan iklim sosio-emosional yang kondusif di dalam kelas,
sehingga proses pembelajaran di dalam kelas bisa berjalan efektif.

 c. Pemilihan Strategi dan Metode Pembelajaran
 Metode pembelajaran didasarkan pada karakteristik perkembangan siswa. Psikologi
pendidikan dapat membantu guru dalam menentukan strategi atau metode pembelajaran
yang tepat dan sesuai, dan mampu mengaitkannya dengan karakteristik dan keunikan
individu, jenis belajar dan gaya belajar dan tingkat perkembangan yang sedang dialami
peserta didik.

 d. Memberikan Bimbingan Kepada Peserta Didik
 Seorang guru harus memainkan peran yang berbeda di sekolah, tidak hanya dalam
pelaksanaan pembelajaran, tetapi juga berperan sebagai pembimbing bagi peserta didik.
Bimbingan adalah jenis bantuan kepada siswa untuk memecahkan masalah yang mereka
hadapi. Pengetahuan tentang psikologi pendidikan memungkinkan guru untuk
memberikan bimbingan pendidikan dan kejuruan yang diperlukan untuk siswa pada
tingkat usia yang berbeda-beda.

 e. Mengevaluasi Hasil Pembelajaran
 Guru harus melakukan dua kegiatan penting di dalam kelas seperti mengajar dan
mengevaluasi. Kegiatan evaluasi membantu dalam mengukur hasil belajar siswa.
Psikologi pendidikan dapat membantu guru dan calon guru dalam mengembangkan
evaluasi pembelajaran siswa yang lebih adil, baik dalam teknis evaluasi, pemenuhan
prinsip-prinsip evaluasi maupun menentukan hasil-hasil evaluasi.
Home » Ilmu Psikologi » Psikologi Pendidikan » Sejarah Psikologi Dalam Pendidikan – Ruang
Lingkup

Sejarah Psikologi Dalam Pendidikan – Ruang Lingkup


written by Devita Retno

Sistem pendidikan pada masa sekarang ini sangat kompleks. Tidak ada metode pendekatan
belajar atau gaya tertentu yang cocok dan bisa diterapkan untuk semua orang. Itulah sebabnya
para psikolog yang bekerja di bidang pendidikan menfokuskan kepada mengidentifikasi dan
mempelajari metode belajar untuk mengerti lebih baik bagaimana seseorang menyerap dan
memperoleh suatu informasi baru. Para psikolog pendidikan  mengaplikasikan teori
perkembangan manusia untuk mendapatkan pengertian mengenai proses belajar individu dan
juga menginformasikan proses instruksional.

Interaksi antara murid dan guru di sekolah adalah bagian penting dari proses tersebut, namun
begitu bukanlah satu – satunya faktor yang berpengaruh. Belajar adalah suatu proses yang
panjang, karena orang tidak hanya belajar saat di sekolah, melainkan juga bisa belajar di tempat
kerja, dalam berbagai situasi sosial dan bahkan dalam kegiatan sehari – hari. Para psikolog
mempelajari hal ini untuk mengetahui bagaimana orang belajar dalam suasana berbeda untuk
mengenali pendekatan dan strategi yang dapat membuat proses belajar menjadi lebih efektif.

Pengertian Psikologi Pendidikan

Secara garis besar, psikologi pendidikan adalah sebuah disiplin psikologi yang meneliti dan
menganalisa masalah psikologis dalam dunia pendidikan, sebuah ilmu yang menerapkan prinsip
dan cara untuk meningkatkan efisiensi pendidikan. Psikologi berasal dari bahasa Yunani Psyche
yang artinya jiwa, serta Logos yang artinya ilmu pengetahuan, yang berarti psikologi adalah
sebuah ilmu yang mempelajari tentang jiwa.

Sedangkan Pendidikan menurut UU no. 20 th.2003 adalah usaha yang sadar dan terencana yang
dilakukan untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik dapat
mengembangkan potensi dirinya secara aktif dan memiliki kekuatan spiritual keagamaan,
pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia serta keterampilan yang diperlukan
dirinya, masyarakat, bangsa dan negara. Secara utuh, bisa disimpulkan bahwa psikologi
pendidikan merupakan sebuah cabang ilmu dalam psikologi yang meneliti dan membahas
masalah psikologis yang terjadi di dalam dunia pendidikan.

Ruang Lingkup Psikologi Pendidikan

Menurut Crow & Crow ruang lingkup psikologi pendidikan antara lain adalah:

 Sejauh mana faktor pembawaan dan lingkungan sekitar mempengaruhi proses belajar
 Sifat – sifat dari proses belajar
 Adanya hubungan antara tingkat kematangan peserta didik dengan kesiapan belajar
 Kekhususan pendidikan terhadap perbedaan yang terdapat pada individual dalam 
kecepatan dan keterbatasan proses belajar
 Apa saja perubahan yang terjadi pada jiwa yang sedang berada dalam proses belajar
 Hubungan antara prosedur dalam pembelajaran dan hasil pembelajaran
 Teknik yang efektif bagi penilaian terhadap kemajuan proses belajar
 Pengaruh yang ditimbulkan dari pendidikan formal yang dibandingkan dengan
pengalaman belajar spontan atau insidental serta informal terhadap satu individu
 Manfaat dari sikap ilmiah terhadap pendidikan bagi orang – orang yang terlibat dalam
dunia pendidikan
 Kondisi sosiologis para peserta didik yang dipengaruhi oleh psikologi.

Sejarah

Sejarah psikologi pendidikan dimulai perkembangannya pada awal abad ke 18 yang ditandai
dengan adanya penelitian psikologi yang dikhususkan memberikan dampak yang besar terhadap
berbagai teori dan praktek dalam pendidikan. Berbagai aliran psikologi yang mulai berkembang
di awal abad ke 18 khusus mempelajari tentang macam – macam perilaku dan proses belajar
yang berbeda – beda, dan bagaimana hal tersebut mempengaruhi perkembangan teori seperti
Behaviorisme, Psikoanalisis, Gestalt dan praktek dalam pendidikan.

Permulaan psikologi pendidikan muncul di Jerman pada awal abad ke 18 berkat popularitas
John Friedrich Herbart (1766-1841) yang merupakan seorang filsuf dan psikolog yang kelak
namanya diabadikan sebagai salah satu aliran pemikiran dalam pendidikan, yaitu
Herbartianisme. Beberapa ahli lain yang melakukan pengujian terhadap metode – metode yang
telah dilakukan beberapa abad sebelum terlahirnya ilmu psikologi adalah:

1. Democritus

Seorang filsuf pertama yang menekankan kepada pentingnya pengaruh dari lingkungan dan
suasana di lingkungan rumah terhadap perkembangan seseorang sehingga lingkungan tersebut
perlu diatur sebaik mungkin agar mempunyai suasana yang kondusif bagi perkembangan seorang
anak.

2. Plato dan Aristoteles

Kedua ahli ini mengembangkan sistem pendidikan yang berdasarkan prinsip – prinsip psikologi.
Aristoteles adalah tokoh yang idenya menjadi dasar untuk mengembangkan teori Psikologi Daya.
Di dalam teori ini ada tiga komponen utama yang saling berkaitan satu dengan lainnya yaitu:

 Daya penalaran, pengertian, kognitif, daya cipta


 Daya perasaan, emosi, afektif, rasa
 Daya kehendak, konasi, will, karsa

3. John Amos Comenicu

John Amos adalah orang pertama yang melakukan penelitian terhadap seorang anak dan
menyatakan bahwa seorang anak adalah individu yang sedang berkembang.
4. Rousseau

Merupakan seorang ahli yang menganut paham naturalis, Rousseau menyatakan bahwa dasar –
dasar pendidikan adalah prinsip – prinsip perkembangan manusia dan pada dasarnya anak adalah
pribadi yang baik.

5. John Locke

Locke adalah seorang ahli yang menganut paham empirisme yang mengatakan bahwa ketika
seorang individu terlahir, jiwanya masih kosong alias belum terisi apa – apa, dan memiliki
potensi secara sensitif untuk mendapatkan kesan tentang dunia luar melalui proses belajar.
Proses belajar tersebut dikatakan Locke bisa didapatkan melalui pengalaman dan latihan.

6. John Heinrich Pestalozzi

Penyelenggaraan pendidikan yang bersifat klasikal atau rombongan adalah saran yang dicetuskan
oleh John Heinrich Pestalozzi.

7. Francis Galton dan Stanley Hall

Kedua ahli ini pada akhir abad ke 18 mempublikasikan hasil – hasil penelitiannya tentang
berbagai aspek perilaku individu yang hasil penelitiannya kelak sangat membantu dalam proses
pemahaman antara pendidik dan anak didiknya.

8. William James

Pendekatan fungsional dalam psikologi merupakan saran yang dikemukakan William James
dalam bukunya ‘Principles of Psychology‘. Adanya pendekatan fungsionalisme dalam psikologi
adalah cara pendekatan yang memberi anggapan bahwa hal yang utama adalah kesadaran
terhadap gejala – gejala mental.

9. Cattel

Sumbangan besar dalam psikologi pendidikan diberikan oleh Cattel dalam hal perbedaan
individu dan juga pengukuran mental. Perbedaan individu adalah sifat yang menunjukkan
perbedaan kuantitatif  dalam satu orang dan bisa menjadi pembeda antara satu individu dengan
individu lainnya.

10. Binet

Ia adalah seorang psikolog pertama yang memperkenalkan metode pengetesan mental atau
metode pengukuran inteligensi yang bersifat individual.

Fungsi Psikologi Pendidikan


Adanya peranan psikologi dalam pendidikan merupakan hal yang sangat penting dalam rangka
untuk menentukan tindakan psikologis apa yang tepat dalam setiap interaksi antara faktor –
faktor dalam pendidikan. Pengetahuan akan psikologis para peserta didik merupakan hal yang
sangat penting dalam proses pendidikan, dan berfungsi sebagai menyusun metode psikologi
pendidikan:

 Psikologi dalam pendidikan berguna untuk mengetahui proses perkembangan siswa.


 Psikologi dalam pendidikan dapat mengarahkan cara belajar siswa
 Menjadi penghubung antara proses mengajar dengan belajar
 Sebagai bahan untuk mengambil keputusan yang berkaitan dengan proses belajar
mengajar.

Manfaat Psikologi Pendidikan

 Memahami perbedaan peserta didik

Karakteristik siswa didik tentunya akan berbeda – beda pada setiap anak dan sangat penting bagi
pendidik untuk mempunyai pemahaman mengenai perbedaan psikologi anak tersebut, terutama
pada berbagai tingkat perkembangan dan perkembangan anak agar dapat menciptakan proses
pembelajaran yang efektif serta efisien, dengan mengetahui berbagai teori belajar menurut para
ahli.

 Menciptakan iklim yang kondusif

Apabila pendidik memiliki pemahaman yang baik tentang tempat belajar yang digunakan, hal itu
akan sangat membantu untuk menciptakan suasana belajar yang kondusif dan menciptakan
materi belajar yang akan mendukung proses belajar mengajar agar efektif. Untuk itu diperlukan
pengetahuan akan prinsip – prinsip yang tepat dalam proses belajar mengajar serta bagaimana
melakukan pendekatan yang berbeda untuk mendapatkan hasil yang lebih baik.

 Memilih strategi dan metode belajar

Mengetahui sejarah psikologi dalam pendidikan dapat membantu pendidik untuk mengetahui
bagaimana strategi dan metode yang perlu digunakan agar tepat dan sesuai untuk anak didik
berdasarkan karakteristik per individu, sesuai dengan gaya belajar, usia dan tingkat
perkembangan anak didik dan mengetahui pengertian karakter menurut para ahli dan teori
perkembangan anak menurut para ahli untuk menentukan metode pendidikan yang sesuai.

 Membimbing peserta didik 

Tidak hanya berperan sebagai pendidik, namun seorang guru juga perlu berperan sebagai
pembimbing bagi peserta didiknya dengan memberi bantuan untuk memecahkan masalah yang
mereka hadapi dan mengenali tipe kepribadian manusia, dan hal itu dapat dimungkinkan dengan
pengetahuan psikologi yang ada.

 Mengevaluasi hasil belajar


Selain mengajar, para pendidik juga perlu melakukan kegiatan evaluasi untuk mengukur hasil
belajar siswa. Dengan evaluasi maka para pengajar dapat menentukan hasil pembelajaran dan
mengetahui kekurangan serta kelebihan metode belajar yang sudah diterapkan.

Aspek pendidikan yang memerlukan pendekatan psikologis menurut Muhibbin Syah antara lain:

 Seleksi penerimaan untuk siswa baru


 Perencanaan proses pendidikan
 Aspek penyusunan kurikulum
 Penelitian mengenai kependidikan
 Proses pengerjaan administrasi pendidikan
 Cara pemilihan materi pelajaran dan macam – macam metode pembelajaran.
 Aspek interaksi dalam belajar mengajar
 Pelayanan bimbingan dan konseling untuk peserta didik
 Penentuan metodologi mengajar
 Melakukan pengukuran dan evaluasi kegiatan belajar, misalnya mengetahui berbagai
jenis motif dalam psikologi pendidikan.

Para pendidik atau pengajar diharapkan memiliki pengetahuan mengenai sejarah psikologi dalam
pendidikan agar mereka bisa mendidik para peserta didik dengan melalui proses belajar yang
efektif serta efisien. Manfaat mempelajari psikologi pendidikan tidak hanya berdampak pada
guru, namun peran keluarga dalam pendidikan anak terutama orang tua, pengasuh dan anggota
keluarga lain juga perlu memahami mengenai penerapan psikologi dalam cara mendidik anak
agar bisa memahami dengan benar apa yang dibutuhkan dan diperlukan oleh anak dalam proses
pembelajarannya.
A. TEORI PSIKOLOGI PENDIDIKAN

Dalam dunia psikologi pendidikan, Anda akan berkenalan dengan teori belajar yang selalu jadi
topik menarik untuk diperbincangkan. Teori belajar sendiri didefinisikan sebagai metode yang
menggambarkan bagaimana seseorang melakukan proses belajar.

Adapun pengertian dari belajar menurut Ernest R. Hilgard adalah kegiatan atau proses yang
dilakukan secara sengaja dan menimbulkan perubahan atas keadaan sebelumnya. Umumnya
setelah belajar seseorang cenderung melakukan perubahan diri ke arah yang lebih baik. 

Nah, bicara mengenai teori pembelajaran sebenarnya jenisnya cukup beragam. Di antaranya
terdapat 5 jenis teori belajar menurut para ahli yang paling terkenal. Simak poin-poinnya berikut
ini.

 Teori Kognitif

Teori kognitif mulai berkembang pada abad 20-an. Secara sederhana teori ini menggambarkan
bahwa belajar adalah aktivitas internal yang terdiri dari beberapa proses, seperti pemahaman,
mengingat, mengolah informasi, problem solving, analisis, prediksi, dan perasaan. 

Ada juga yang menggambarkan bahwa teori belajar kognitif itu ibarat komputer. Proses awalnya
dimulai dengan input data, kemudian mengolahnya hingga mendapatkan hasil akhir. Beberapa
tokoh yang berperan mengembangkan teori ini adalah Jean Piaget, Bruner, dan Ausubel. 

Dalam proses belajar mengajar di sekolah, contoh penerapan teori kognitif adalah guru
menggunakan bahasa yang mudah dipahami oleh peserta didik serta memberi ruang bagi mereka
untuk saling bicara serta diskusi dengan teman-temannya.

 Teori Behavioristik

Teori yang dianut sejumlah ilmuwan, seperti Gage dan Berliner ini menyatakan bahwa sebuah
pengalaman mampu mengubah tingkah laku (kebiasaan atau proses berpikir) seseorang sebagai
hasil proses belajar dari pengalaman itu sendiri. 

Untuk mengaplikasikan teori ini, seorang guru perlu melakukan beberapa proses, seperti
memberikan dorongan supaya muridnya dapat merasakan rasa ingin tahu, melakukan stimulus
guna memperoleh respons siswa, dan melakukan penguatan (reinforcement)—pengulangan
stimulus dalam bentuk berbeda. 

Teori behavioristik dinilai terlalu fokus pada pendidik. Jadi, tantangannya adalah guru harus
lebih kreatif dalam menyampaikan suatu materi agar siswa tidak bosan. 

 Teori Humanis
Teori belajar selanjutnya adalah humanistik yang berkembang dari teori behavioristik. Tokoh
dari teori humanis adalah Carl Rogers dan Abraham Maslow. Dilihat dari definisinya, teori
humanis adalah metode pembelajaran yang fokus pada peserta didik guna mengembangkan
potensinya. 

Ada beberapa faktor yang mendukung teori humanis, yaitu peran kognitif—pemahaman
seseorang tentang ilmu pengetahuan, dan peran afektif—faktor mental yang membentuk
individu. 

Dengan mengaplikasikan teori humanis, siswa akan merasa senang selama proses belajar dan
bisa menguasai materi dengan gampang. 

 Teori Konstruktif

Teori konstruktif sejatinya sudah ada dari dulu, namun masih digunakan sampai sekarang  karena
bersifat efektif dan mampu beradaptasi dengan baik terhadap perubahan zaman. Lewat teori
konstruktif, peserta didik diajak untuk mendalami pengetahuan secara bebas atau juga bisa
memaknainya sesuai pengalaman. 

Dalam praktiknya, siswa akan diberi ruang untuk membuat ide atau gagasan menggunakan
bahasanya sendiri. Dampaknya, lewat penjelasan yang familier, orang lain diharapkan mampu
menerima ide yang disampaikan dan merangsang imajinasinya. 

Baca juga: Mengenal 5 Teori Pertumbuhan Ekonomi Menurut Para Ahli

 Teori Gestalt

Teori Gestalt merupakan percabangan dari teori kognitif. Teori ini muncul dari buah pikiran
seorang psikolog Jerman, yaitu Max Wertheimer. Dalam teori gestalt, proses belajar seseorang
dimulai dari mendapatkan informasi, kemudian melihat strukturnya secara menyeluruh. 

Setelah itu, proses dilanjutkan dengan menyusun kembali informasi yang didapat dalam struktur
yang lebih sederhana hingga individu tersebut mampu memahami informasi yang coba
disampaikan.  

Menariknya, konsep ini tak hanya diaplikasikan dalam proses belajar mengajar antar guru dan
murid, tapi juga biasa dimanfaatkan dalam proses desain. 

Demikian 5 teori belajar paling terkenal dalam dunia psikologi pendidikan. Memasuki abad 21,
muncul teori baru yang disebut sebagai pembelajaran abad 21. Teori ini dirancang khusus agar
sesuai dengan kebiasaan generasi milenial yang hidup serba modern akibat berkembangnya
teknologi secara pesat. 

Di dalam pembelajaran abad 21, Anda akan mengenal 4 konsep utama, yaitu kerja sama,
komunikasi, berpikir kritis dan problem solving, serta daya cipta dan inovasi. Melalui konsep
tersebut, harapannya peserta didik bisa mencapai masa depan yang cemerlang.
      Penerapan Psikologi dalam Pendidikn

Pendidikan umum didirikan sebagai penerapan dari prinsip Thomas Jefferson yang
menyatakan bahwa setiap penduduk Amerika harus memiliki kesetaraan di bidang pendidikan
selayaknya kesempatan berpolitik. Hal ini dikarenakan para penduduk membutuhkan pendidikan
untuk membekali mereka dalam lembaga - lembaga demokratus. Kemudian, oleh karena alasan
inilah, sistem pendidikan ini harus bisa diterapkan oleh setiap anak Amerika dengan tanpa
memandang ras apapun. Kemudian, penemuan - penemuan terbaru yang penting dalam psikologi
pendidikan telah menjadi sesuatu yang dapat membantu anak - anak mendapatkan keuntungan
lebih dari waktu mereka di sekolah, mendapatkan pendekatan pembelajaran secara menyeluruh,
metode efektif dalam mendidik anak - anak yang kurang mampu, perkembangan dari tes - tes
yang lebih berarti, dan juga penerapan anak - anak dengan tantangan psikologi dan fisik nya
menjadi mempunyai lingkungan kelas yang normal, yang dikenal sebagai belajar secara
menyeluruh.
1.  Pembelajaran secara menyeluruh dan Sistem pengajaran yang menarik
            Seorang psikolog pendidikan, Benjamin Bloom memulai prinsip program pembelajaran
secara menyeluruh (Mastery Learning) . Adapun program pembelajaran secara menyeluruh ini
secara sederhana menyatakan bahwa anak - anak tidak boleh melangkah ke tahap pembelajaran
selanjutnya sebelum mereka benar - benar menguasai program pembelajaran yang pertama.
Contoh studi kasusnya, misalnya dalam sebuah ruangan kelas terdapat satu kelompok murid di
mana mereka dilibatkan dalam suatu pembelajaran mengenai mekanik otomatis. Kemudian,
pelajaran ini dibagi dalam delapan unit yang berbeda. Kemudian, setengah dari murid - murid ini
diarahkan untuk belajar menurut jadwal. Sedangkan kelompok lainnya, yang merupakan
kelompok yang diarahkan untuk menerapkan ilmu belajar secara menyeluruh ini, belajar menurut
kemampuan mereka di mana mereka tidak boleh lanjut ke tahap pembelajaran selanjutnya
sebelum mereka benar - benar menguasai unit sebelumnya. Setelah percobaan ini dilaksanakan,
akhirnya didapatkan hasil bahwa kelompok yang menerapkan program pembelajaran secara
menyeluruh atau mastery learning group  inilah yang mendapatkan hasil lebih baik dalam waktu
bersamaan.
            Meskipun demikian, Bloom menyarankan bahwa program pembelajaran secara
menyeluruh ini lebih efektif untuk anak - anak dengan kemapuan belajar lebih lambat.
                        Kemudian, perkembangan terbaru adalah belajar dari komputer yang tidak begitu mahal
yang dapat digunakan di dalam kelas. Program pembelajaran ini dinamakan Sistem Pembelajaran
yang Intelijen (Intelligent Tutoring Systems) . Di dalam program ITS, para pembelajar atau
murid dapat menggunakan komputer tersebut untuk belajar. Komputer tersebut dapat
memberikan instruksi atau pengarahan seputar cara penggunaan program pembelajaran tersebut.
Kemudian, para pembelajar dapat menggunakan kemampuan mereka secara mandiri untuk
mengakses program - program tersebut dan menjawab soal - soal latihan yang ada tanpa
pengarah. Beda program ini dengan program biasa adalah program ini tidak memungkinkan sang
pembelajar untuk melanjutkan ke tahap selanjutnya tanpa penguasaan sepenuhnya dari tahap
sebelumnya
2.  Perintah langsung (Direct Instruction)
                Pendekatan dengan menggunakan perintah langsung ini didasari oleh ide yang hampir
sama dan menarik dengan yang ada pada sistem pembelajaran secara menyeluruh (mastery
learning) . Prinsip perintah langsung (direct instruction)  ini didasari oleh beberapa strategi -
strategi sebagai berikut :
         Anak-anak yang dibimbing selama dalam proses belajar mengajarnya akan mempunyai
kemampuan lebih untuk menemukan konsep - konsep dan ide - ide pada diri mereka sendiri.
         Informasi - informasi baru dan juga kemampuan - kemampuan yang penting diharapkan dapat
ditandai oleh murid - muridnya.
         Informasi baru dipresentasikan kepada murid -murid dengan mennggunakan kalimat yang
mudah dimengerti.
         Anak - anak biasanya sering diajak untuk menjelaskan apa yang mereka pelajari, misalnya saja
membaca atau menyelesaikan suatu permasalahan, bertujuan agar si guru dapat mengevaluasi
hasil belajar mereka secara langsung daripada hanya secara tes atau tulisan.
         Guru dapat juga secara berkala mendukung perkembangan yang positif untuk hasil belajar yang
baik atau perbaikan secara lembut untuk hasil belajar yang dirasakan kurang baik.
            Pada pertengahan tahun 1960, sebuah penelitian besar yang diadakan oleh Pusat
Pendidikan di Amerika bertujuan untuk menguji kelayakan sistem pengajaran bagi anak yang
kurang mampu. Sembilan grup peneliti dibiayai untuk mendisain dan menerapkan apa yang
menurut mereka sebagai program pendidikan yang ideal dan beberapa grup penelitian yang
diambil secara acak diajak untuk menguji kelayakan program belajar itu. Penelitian pendidikan
besar ini yang melibatkan lebih dari sepuluh ribu anak - anak dari berbagai negara dinamakan
Project Follow Through . Sembilan projek ini sebenarnya sangat berbeda dalam konteks filosofi
pendidikan yang sebenarnya dan juga merupakan projek yang tidak berhasil dalam
mengembangkan program pendidikan. Adapun projek yang paling berhasil adalah dengan
menggunakan perintah langsung untuk mengembangkan anak-anak kurang mampu.

3.  Pembelajaran dengan memotivasi dalam kelas (Motivating Learning in the Classroom)
Pembelajaran secara memotivasi ini menggunakan pendekatan secara ekstrinsik dan
intrinsik. Pendekatan secara ekstrinsik, misalnya saja dengan menggunakan pujian atau motivasi
dari guru. Pendekatan secara intrinsik, misalnya ketika guru menjelaskan apa fungsi belajar
daripada hanya menekankan kepada nilai bagus yang akan dicapai murid jika mereka dapat
belajar dengan baik. Dengan menggunakan pendekatan secara intrinsik ini, tentunya para murid
dapat belajar dengan hasil yang lebih baik. Persamaannya, murid - murid yang diijinkan untuk
memilih mata pelajaran mereka sendiri diantara beberapa mata pelajaran pilihan mendapatkan
ilmu lebih banyak dari proses pembelajaran mereka sendiri. Kesimpulannya, program - program
pendidikan yang dapat menyeimbangkan motivasi ekstrinsik dan intrinsik ini mempunyai
keefektifan yang baik di dalam kelas.
4.  Pengujian dengan kriteria dan referensi ( Criterion - Referenced Testing )
Pada pendekatan tradisional untuk menguji program pendidikan, anak - anak biasanya
dibandingkan dengan anak lainnya. Misalnya saja, suatu tes bersifat tradisional dalam pelajaran
aritmatika yang membutuhkan anak - anak untuk menghadapi banyak soal menggunakan angka.
Kemudian, anak - anak yang mampu menyelesaikan program tersebut dikategorikan sebagai
anak - anak yang berada dalam level “mampu”. Tujuan dari program pengujian dengan kriteria
dan referensi ini adalah bukan untuk membandingkan seorang anak dengan anak lainnya, namun
lebih kepada untuk menentukan apakah seorang anak dapat memenuhi kriteria minimum untuk
suatu program edukasi yang bersifat spesifik. Biasanya, program - program ini dapat
dipraktekkan secara langsung. Misalnya saja, dalam suatu pengujian, seorang anak diberikan
kesempatan untuk mengisi formulir lamaran kerja seperti yang biasanya dibutuhkan oleh seorang
pelamar kerja. Tujuan dari pengujian ini bukanlah hanya semata - mata membandingkan
kemampuan si anak dengan kemampuan anak lain, namun tujuan nya adalah lebih untuk
mengetahui sampai di mana kemampuan si anak dalam hal ini. Apabila si anak belum
mengetahui cara mengisi formulir ini dengan tepat, maka tentu guru yang bertanggung jawab
akan mengajarinya hingga ia mampu mengisi formulir lamaran kerja dengan sendirinya.
Program pengujian secara menyeluruh ini pun sebenarnya bertujuan untuk memberikan
informasi yang dibutuhkan oleh guru untuk mengembangkan program pendidikan nya. Jika
pengujian ini berhasil dilakukan, maka tentunya para pendidik atau guru dapat mendapatkan
komentar atau feedback dari pengujian yang telah dilakukan. Pengujian ini juga dapat dijadikan
sebagai bahan instropeksi untuk si guru dalam mendidik muridnya.
Program pengujian ini di kemudian hari pun mulai dipikirkan sebagai bahan pengujian
untuk menentukan apakah seorang anak dapat dipromosi kan dari level yang satu ke level
berikutnya. Ada dua pendapat di dalam menentukan kelayakan sistem pengujian ini, di antaranya
adalah :
      Anak - anak ataupun pelajar yang berasal dari luar wilayah Amerika Serikat kemungkinan
hanya mendapatkan sedikit info mengenai sistem pengujian ini. Sistem pengujian ini tidak selalu
adil bagi anak - anak yang datang dari berbagai budaya di Amerika Serikat.
      Sistem pengujian ini memungkinkan anak - anak yang mempunyai tingkat intelijensi lebih
tinggi dapat lebih memahami pertanyaan - pertanyaan dan mendapatkan nilai yang lebih baik.
Hal ini berarti bahwa sitem penilaian ini cenderung menyudutkan anak - anak yang mempunyai
tingkat intelijensi yang lebih rendah.
5.  Pendidikan untuk orang - orang berkebutuhan khusus ( Mainstreaming )
Pada periode tahun 1970 - an, kebijakan pendidikan yang diumumkan oleh legislasi
federal atau yang lebih dikenal sebagai Public Law 94 - 142  menyatakan bahwa setiap anak
mempunyai hak untuk mendapatkan pendidikan secara umum tanpa melihat kebutuhan khusus
nya. Ini berarti bahwa sekarang, anak - anak yang berkebutuhan khusus dapat mengakses
pendidikan umum dalam kualitas yang lebih baik dari masa sebelumnya.
            Kemudian, Public Law 94 - 142  dan pendukungnya, program IDEA atau yang lebih
dikenal sebagai program pendidikan bagi anak yang berkebutuhan khusus, menyatakan bahwa
anak - anak yang memiliki kebutuhan khusus harus menerima bantuan edukasi dan psikologi di
dalam lingkungannya yang menyerupai program pendidikan yang biasanya diterima oleh anak -
anak normal lain dalam lingkungannya. Oleh karena itu, anak - anak yang berkebutuhan khusus
tidak boleh lagi diisolasi sebab mereka mempunyai hak untuk mendapatkan pendidikan tersebut
dalam sekolah - sekolah normal biasanya dan memungkinkan mereka untuk berinteraksi satu
sama lainnya dengan baik. Kemudian, jika memungkinkan, anak - anak yang berkebutuhan
khusus harus ditempatkan di dalam sebuah ruangan kelas untuk belajar dengan anak - anak
normal lainnya dan hanya akan dipindahkan atau dibantu jika hal ini benar - benar dibutuhkan.
Program pembelajaran ini dinamakan Mainstreaming.
            Adapun program mainstreaming  ini mempunyai beberapa keuntungan, yaitu para pelajar
berkebutuhan khusus mendapatkan kesempatan untuk merasakan atmosfir belajar dalam ruangan
dengan anak - anak normal lainnya. Selain itu, bagi anak - anak normal lainnya, mereka dapat
merasakan bahwa anak - anak berkebutuhan khusus juga berhak untuk mendapatkan pendidikan
yang baik selayaknya mereka dan anak - anak berkebutuhan khusus ini juga manusia dan mereka
sudah selayaknya diperlakukan sebagai teman yang baik.
BAB III
PENUTUP

A. KESIMPULAN

Pengertian menurut bahasa, psikologi (dari bahasa Yunani Kuno mengungkapkan bahwa
psyche = jiwa dan logos = kata), sehingga dalam arti bebas, psikologi adalah ilmu yang
mempelajari tentang jiwa/mental.

Psikologi tidak mempelajari jiwa/mental itu secara langsung karena sifatnya yang abstrak, tetapi
psikologi membatasi pada manifestasi dan ekspresi dari jiwa/mental tersebut yakni berupa
tingkah laku dan proses atau kegiatannya, sehingga Psikologi dapat didefinisikan sebagai ilmu
pengetahuan yang mempelajari tingkah laku dan proses mental.

Secara keseluruhan dapat disimpulkan bahwa psikologi sebagai studi ilmiah mengenai proses
perilaku dan proses-proses mental. Psikologi merupakan salah satu bagian dari ilmu perilaku
atau ilmu sosial.

Pengertian Psikologi menurut para ahli

 Menurut Passer dan Smith (2004) bahwa psikologi sebagai suatu ilmu is imprecial.
 Menurut Wundt (dalam Devidoff, 1981) psikologi itu merupakan episode kesadaran
manusia (the science of human consciousness).
 Woodworth dan Marquis (1957) mengajukan pendapat bahwa yang dimaksud dengan
psikologi merupakan ilmu tentang aktivitas-aktivitas individu. Dari apa yang
dikemukakan tersebut jelas memberikan gambaran bahwa psikologi mempelajari
aktivitasaktivitas individu, pengertian aktivitas dalam arti yang luas, baik aktivitas
motorik, kognitif, maupun emosional.
 Menurut Branca (1965) dalam bukunya yang berjudul Psychology : the science of
behavior, telah jelas bahwa yang dimaksud dalam psikologi itu merupakan ilmu tentang
ilmu perilaku dan juga mind.

Seperti yang telah dikemukanan oleh para ahli di atas, dapat disimpulkan bahwa psikologi
merupakan ilmu yang membicarakan tentang jiwa.

Akan tetapi oleh karena jiwa tersebut tidak tampak atau bersifat abstrak, maka yang dapat dilihat
atau diobservasi ialah perilaku atau aktivitas-aktivitas yang merupakan manifestasi atau
penjelmaan kehidupan jiwa itu sendiri.

Hal ini dapat dilihat dalam perilaku maupun aktivitas-aktivitas yang lain. Karena itu psikologi
merupakan ilmu yang meneliti dan mempelajari tentang perilaku atau aktivitasaktivitas, dan
perilaku serta aktivitas-aktivitas itu sebagai manifestasi hidup kejiwaan.
yang luas yaitu meliputi perilaku yang nampak (overt behavior) dan perilaku yang tidak nampak
(inner behavior), atau kalau yang dikemukakan oleh Woodworth dan Marquis (1957) ialah baik
aktivitas motorik, kognitif, maupun aktivitas emosional.

Jadi dalam psikologi mempelajari tentang kehidupan jiwa dan psikis. Hal senada juga
dikemukakan oleh Passer & Smith (2004) dalam bukunya yang berjudul “Psychology (the sience
of mind behavior)”, bahwa psikologi mencakup perilaku dan mind atau jiwa.

Dalam perspektif teoritik, pendidikan seringkali diartikan dan dimaknai orang secara beragam, 
bergantung pada sudut pandang masing-masing dan teori yang dipegangnya. Terjadinya
perbedaan penafsiran pendidikan dalam konteks akademik merupakan sesuatu yang lumrah,
bahkan dapat semakin memperkaya berfikir manusia dan bermanfaat untuk pengembangan teori
itu sendiri.

Tetapi untuk kepentingan kebijakan nasional, pendidikan dapat dirumuskan secara jelas dan
mudah  dipahami oleh semua pihak yang terkait dengan pendidikan, sehingga setiap orang dapat
mengimplementasikan secara tepat dan benar dalam setiap praktik pendidikan.

Untuk mengatahui definisi pendidikan dalam perspektif kebijakan, kita telah memiliki rumusan


formal dan   operasional, sebagaimana termaktub dalam UU No. 20 Tahun 2003 tentang
SISDIKNAS, yakni: 

Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses


pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki
kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta
keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara.

B.SARAN

Penulis menyadari bahawa setiap penulisan pasti ada kesalahan pada umumnya maka dari itu
penulis membuat makalah itu berdasarkan sumber yang relevan yang berkaitan dengan itu maka
dari itu masih banyak yang berhubungan dengan psikologis pendidikan dan lainnya baik dari
jurnal maupun lainnya
DAFTAR PUSTAKA

https://id.wikipedia.org/wiki/Psikologi

https://epsikologi.com/psikologi-pendidikan/#pengertian-psikologi-pendidikan-secara-umum

http://www.pendidikanekonomi.com/2012/05/manfaat-mempelajari-psikologi.html

Anda mungkin juga menyukai