Anda di halaman 1dari 18

CRITICAL BOOK REPORT

PSIKOLOGI PENDIDIKAN

Dosen Pengampu:
NURHAIRANI, M.Pd

D
i
s
u
s
u
n

oleh:

AHMAD RIFAI (4183121062)


FISIKA DIK B

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU


PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS NEGRI MEDAN
2018/2019
KATA PENGANTAR

Puji Syukur saya ucapkan kepada Allah SWT, karena atas izin-Nya, saya bisa menyusun
dan menyelasaikan tugas Critical Book Report mata kuliah Psikologi Pendidikan.

Tugas ini merupakan salah satu tugas dan persyaratan untuk menyelesaikan tugas mata
kuliah Psikologi Pendidikan di Universitas Negeri Medan Fakultas Ilmu Pendidikan.

Dalam penulisan dan penyusunan tugas ini saya mengucapkan terima kasih kepada pihak-
pihak yang membantu dalam menyelesaikan tugas ini khususnya kepada Ibu Nurhairani M.Pd.
selaku dosen pengampu mata kuliah Psikologi Pendidikan.

Saya juga menyadari bahwa tugas ini masih banyak kekurangan, oleh karena itu saya minta
maaf jika ada kesalahan dalam penulisan dan penyusunan tugas ini, jika ada kritikan dan saran
alangkah baiknya berikan kritik dan saran yang membangun guna kesempurnaan tugas ini. Akhir
kata saya ucapkan terima kasih semoga dapat bermanfaat dan bisa menambah pengetahuan bagi
pembaca.

Medan, 02 Maret 2019

Penulis
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ................................................................................................................... 2

DAFTAR ISI................................................................................................................................... 3

BAB I PENDAHULUAN ........................................................................................................... 4

1.1. Latar Belakang ................................................................................................................. 4

1.2. Tujuan............................................................................................................................... 4

1.3. Manfaat............................................................................................................................. 4

BAB II ISI BUKU ......................................................................................................................... 5

2.1.Identitas Buku ....................................................................................................................... 5

2.2.Ringkasan Buku .................................................................................................................... 6

BAB III KEUNGGULAN DAN KELEMAHAN BUKU ........................................................... 17

BAB IV PENUTUP ...................................................................................................................... 18


BAB I
PENDAHULUAN

1.1.Latar Belakang
Ilmu jiwa pendidikan atau lebih dikenal dengan psikologi pendidikan terdiri dari dua kata,
yaitu psikologi dan pendidikan. Psikologi didefinisikan sebagai ilmu pengetahuan yang berusaha
memahami perilaku manusia, alasan dan cara melakukan seuatu, dan juga memahami bagaimana
makhluk tersebut berpikir dan berperasaan. Sementara pendidikan adalah tahapan kegiatan yang
bersifat kelembagaan yang digunakan untuk menyempurnakan perkembangan individu dalam
menguasai pengetahuan, kebiasaan, sikap dan sebagainya.

Psikologi pendidikan mempelajari bagaimana manusia belajar dalam setting pendidikan,


keefektifan sebuah pengajaran, cara mengajar, dan pengelolaan organisasi sekolah. Psikologi
sebagai ilmu pengetahuan dan teori banyak pendidik dan psikologis yang kurang paham arti dari
kenyataan bahwa psikologi mengarah pada ilmu pengetahuan dan sangat baik sebagai suatu
profesi.

Psikologi pendidikan adalah studi yang sistematis terhadap proses yang berhubungan dengan
pendidikan, sedangkan pendidikan adalah proses pertumbuhan yang berlangsung melalui
tindakan-tindakan belajar. Psikologi pendidikan memusatkan perhatian pada persoalan-persoalan
yang berkenaan dengan proses dan faktor-faktor yang berhubungan dengan tindakan belajar.

1.2.Tujuan
1. Untuk mengulas isi buku Psikologi Pendidikan
2. Untuk memenuhi tugas mata kuliah Psikilogi Pendidikan
3. Untuk mengetahui kelebihan dan kelemahan buku Psikologi Pendidikan

1.3.Manfaat
Adapun manfaat dari penulisan Critical Book Report ini adalah untuk memenuhi tugas mata
kuliah Psikologi Pendidikan, untuk memperluas wawasan dan pengetahuan, dan untuk mengetahui
kelebihan dan kelemahan buku utama dan buku pembanding.
BAB II
ISI BUKU

2.1.Identitas Buku

a. Buku Utama
Judul buku : Psikologi Pendidikan
Pengarang : Drs. M. Dalyono
Penerbit : Rineka Cipta
Tahun terbit : Cetakan ke-7, 2012
Kota terbit : Jakarta
Tebal buku : 268 halaman

b. Buku Pembanding
Judul buku : Psikologi Pendidikan
Pengarang : Sugihartono, dkk.
Penerbit : UNY Press
Tahun terbit : 2007
Kota terbit : Yogyakarta
Tebal Buku : 192 halaman
2.2.Ringkasan Buku

BAB I
PENGERTIAN DAN RUANG LINGKUP ILMU JIWA PENDIDIKAN

1. Pengertian Ilmu Jiwa Pendidikan


Ilmu jiwa pendidikan yang lebih dikenaldengan psikologi pendidikan terdiri dari 2 kata, yaitu
psikologi dan pendidikan. Psikologi berasal dari 2 kata Yunani yaitu, psyche yang berarti jiwa dan
logos yang berarti ilmu. Jadi secara harafiah psikologi berarti ilmu tentang jiwa atau ilmu jiwa.
Selain definisi di atas, ada pula definisi lain seperti:

- Menurut Drs. Sumadi Suryabrata: Ilmu jiwa pendidikan adalah pengetahuan ilmu jiwa
mengenai anak didik di dalam situasi pendidikan.
- Menurut Masrun, M.A dan Dra. Sri Mulyani Martaniah: Ilmu jiwa pendidikan ialah ilmu
yang memperbincangkan segi-segi kejiwaan daripada lapangan pendidikan.
- Menurut Alice Crow: Ilmu jiwa pendidikan ialah studi tentang belajar, pertumbuhan dan
kematangan individu serta penerapan prinsip-prinsip ilmiah tentang reaksi manusia yang
mempengaruhi mengajar dan belajar.

Sebagai gmbaran tentang ilmu jiwa pendidikan dari beberapa definisi tersebut, maka disini
dapat dikemukakan sebuah definisi sebagai berikut: “Ilmu jiwa pendidikan ialah ilmu pengetahuan
yang menyelidiki gejala-gejala kejiwaan individu di dalam situasi pendidikan”. Tegasnya: Ilmu
jiwa pendidikan ialah ilmu pengetahuan yang membicarakan tentang tingkah laku individu dalam
situasi pendidikan.

2. Ruang Lingkup Ilmu Jiwa Pendidikan


Secara garis besar, banyak ahli yang membatasi pokok-pokok bahasan psikologi pendidikan
menjadi tiga macam:

a. Pokok bahasan mengenai “belajar”, yang meliputi teori-teori, prinsip-prinsip, dan ciri-ciri
khas perilaku belajar siswa, dan sebagainya.
b. Pokok bahasan mengenai “proses belajar”, yakni tahapan perbuatan dan peristiwa yang
terjadi dalam kegiatan belajar siswa.
c. Pokok bahasan mengenai “situasi belajar”, yakni suasana dan keadaan lingkungan baik
bersifat fisik maupun nonfisik yang berhubungan dengan kegiatan belajar siswa.

Sementara itu, Samuel Smith sebagaimana yang dikutip Suryabrata (1984), menetapkan 16
topik bahasan yang rinciannya sebagai berikut:
1) Pengetahuan tentang psikologi pendidikan
2) Hereditas atau karakteristik pembawaan sejak lahir
3) Lingkungan yang bersifat fisik
4) Perkembangan siswa
5) Proses-proses tingkah laku
6) Hakikat dan ruang lingkup belajar
7) Faktor-faktor yang mempengaruhi belajar
8) Hukum-hukum dan teori-teori belajar
9) Pengukuran, yakni prinsip-prinsip dasar dan batasan-batasan pengukuran/evaluasi
10) Transfer belajar, meliputi mata pelajaran
11) Sudut-sudut pandang praktis mengenai pengukuran
12) Ilmu statistik dasar
13) Kesehatan rohani
14) Pendidikan membentuk watak
15) Pengetahuan psikologi tentang mata pelajaran sekolah menengah
16) Pengetahuan psikologi tentang mata pelajaran sekolah dasar

BAB II
PERANAN ILMU JIWA PENDIDIKAN DALAM DUNIA PENDIDIKAN

Guna ilmu jiwa pendidikan bagi guru atau calon guru adalah dengan mempelajari ilmu jiwa
pendidikan, guru dapat mengetahui hakikat gejala-gejala kejiwaan anak, perkembangan anak,
bakat atau pembawaan anak, cara belajar dan membimbingnya serta bagaimana cara
mengawasi hasil belajarnya yang tepat.
Ada beberapa hal penting mengenai kajian psikologi pendidikan, antara lain:
1. Psikologi pendidikan adalah pengetahuan kependidikan yang didasarkan atas hasil-hasil
temuan riset psikologis.
2. Hasil-hasil temuan riset, psikologis tersebut kemudian dirumuskan sedemikian rupa
sehingga menjadi konsep-konsep, teori-teori, dan metode-metode serta strategi-strategi
yang utuh.
3. Konsep, teori, metode, dan strategi tersebut kemudian disistematisasikan sedemikian rupa
sehingga menjadi rangkaian sumber yang berisi pendekatan yang dapat dipilih dan
digunakan untuk praktek-praktek kependidikan khususnya dalam hal belajar-mengajar.

Unsur utama dalam pelaksanaan sebuah sistem pendidikan di mana pun adalah proses belajar-
mengajar. Di tengah-tengah proses edukatif ini tak terkecuali apakah di tempat pendidikan formal
atau informal, terdapat seorang tokoh yang disebut guru. Sumber pengetahuan yang dapat
membantu atau menolong guru dalam mengelola belajar-mengajar tersebut adalah psikologi
praktis dan psikologi pendidikan.

Menurut Lindgren sebagaimana yang dikutip Surya (1982, manfaat psikologi pendidikan ialah
untuk membantu para guru dan calon guru dalam mengembangkan pemahaman yang lebih baik,
mengenai kependidikan dan prosesnya.

Sementara itu, Chaplin (1972) menitikberatkan manfaat psikologi pendidikan untuk


memecahkan masalah-masalah yang terdapat dalam dunia pendidikan dengan cara menggunakan
metode-metode yang telah disusun secara rapi dan sistematis.

Dari dua macam pendapat di atas dapat kita simpulkan bahwa, secara umun psikologi
pendidikan merupakan alat bantu yang penting bagi para penyelenggara pendidikan dalam
mancapai tujuan pendidikan yang telah ditetapkan. Mengapa demikian? Karena prinsip yang
terkandung dalam psikologi pendidikan dapat dijadikan landasan berpikir dan bertindak dalam
mengelola proses belajar-mengajar. Sedang proses tersebut, sebagaimana yang telah disinggung
sebelumnya, adalah unsur utama dalam pelaksanaan setiap sistem pendidikan.

BAB III
TEORI-TEORI PSIKOLOGI BELAJAR

1. Teori-Teori Belajar Psikologi Behavioristik


Teori belajar behavioristik dikemukakan oleh para psikolog behavioristik. Mereka
sering disebut “contemporary behaviorists”. Mereka berpendapat, bahwa tingkah laku
manusia itu dikendalikan oleh ganjaran atau penguatan dari lingkungan.

- Teori belajar Thorndike disebut “connectionism” karena belajar merupakan proses


pembentukan koneksi-koneksi antara stimulus dan respon. Teori ini sering pula disebut
“trial-and-error learning”, inividu yang belajar melakukan kegiatan melalui proses “trial-
and-error” dalam rangka memilih respon yang tepat bagi stimulus tertentu.
- John B. Waston (1878-1958) berpendapat, “bahwa belajar merupakan proses terjadinya
refleks-refleks atau respon-respon bersyarat melalui stimulus pengganti”. Menurut
Waston, manusia dilahirkan dengan beberapa refleks dan reaksi-reaksi emosional berupa
takut, cinta, dan marah.
- E. R. Guhtrie (1886-1959) mengemukakan prinsip belajar yang disebut “the law of
associaton” yang berbunyi: suatu kombinasi stimulus yang telah menyertai suatu gerakan,
cenderung akan menimbulkan gerakan itu, apabila kombinasi stimulus itu muncul kembali.
2. Teori-Teori Belajar Psikologi Kognitif
Teori ini berpendapat, bahwa tingkah laku sseorang tidak hanya dikontrol oleh
“reward” dan “reinforcement”. Menurut pendapat mereka, tingkah laku seseorang
senantiasa didasarkan pada kognisi, yaitu tindakan mengenal atau memikirkan situasi
dimana tingkah laku itu terjadi. Dalam situasi belajar, seseorang terlibat langsung dalam
situasi itu dan memperoleh “insight” untuk pemecahan masalah. Jadi kaum kognitif
berpendapat, bahwa tingkah laku seseorang lebih bergantung kepada insight terhadap
hubungan-hubungan yang ada di dalam suatu situasi.

- Kurt Lewin (1892-1947) memandang masing-masing individu sebagai berada di dalam


suatu medan kekuatan, yang bersifat psikologis. Ia berpendapat, bahwa tingkah laku
merupakan hasil antar kekuatan-kekuatan, baik yang dari dalam diri individu seperti tujuan,
kebutuhan, tekanan kejiwaan; maupun dati luar diri individu seperti tantangan dan
permasalahan.
- Piaget memandang bahwa proses berpikir sebagai aktivitas gradual dari fungsi intelektual
dari konkret menuju abstrak.
- Jerome Burner, memakai cara dengan apa yang disebutnya “discovery learning”, yaitu
dimana murid mengorganisasi bahan yang dipelajari dengan suatu bentuk akhir. Prosedur
ini berbeda dengan reception learning atau expository teaching, dimana guru menerangkan
semua informal dan murid harus mempelajari semua bahan/informasi itu.

3. Teori-Teori Belajar Psikologi Humanistis


Psikologi humanistik yang terutama tertuju pada masalah bagaimana tiap-tiap individu
dipengaruhi dan dibimbing oleh maksud-maksud pribadi yang mereka hubungkan kepada
pengalaman-pengalaman mereka sendiri.

- Combs. Combs dan kawan-kawan menyatakan bahwa apabila kita ingin memahami
perilaku orang kita harus mencoba memahami dunia persepsi orang itu.
- Maslov. Pada diri masing-masing orang mempunyai berbagai perasaan takut seperti rasa
takut untuk mengambil kesempatan, takut membahayakan apa yang sudah ia miliki dan
sebagainya.
- Rogers. Dalam bukunya “Freedom to Learn”, ia menunjukkan sejumlah prinsip-prinsip
belajar humanistik yang penting, di antaranya ialah:
1) Manusia itu mempunyai kemampuan untuk belajar secara alami.
2) Belajar yang signifikan terjadi apabila subject matter dirasakan murid mempunyai
relevensi dengan maksud-maksudnya sendiri.
3) Belajar yang bermakna diperoleh siswa dengan melakukannya.
BAB IV
PEMBAWAAN DAN LINGKUNGAN

1. Pembawaan
Setiap individu yang lahir ke dunia dengan suatu hereditas tertentu. Ini berarti,
karakteristik individu diperoleh melalui pewarisan/pemindahan dari cairan-cairan
“germinal dari pihak orang tuanya. Adapun yang diturunkan/diwariskan dari orang tuanya
adalah:

1) Bentuk tubuh dan warna kulit


2) Sifat-sifat
3) Intelegensi
4) Bakat
5) Penyakit atau cacat tubuh

2. Lingkungan
Lingkungan sebenarnya mencakup segala material dan stimulus di dalam dan di luar
diri individu, baik yang bersifat fisiologis, psikologis, maupun sosial-kultural. Dengan
demikian lingkungan dapat di artikan secara fisiologis, psikologis, dan sosio-kultural.

Secara fisiologis, limgkungan meliputi segala kondisi dan material jasmaniah di dalam
tubuh seperti gizi, vitamin, air,zat asam, suhu, sistem saraf, peredaran darah, pernapasan,
pencernaan makanan, kelenjar-kelenjar indoktrin, sel-sel pertumbuhan dan kesehatan
jasmani.

Secara psikologis, lingkungan mencakup segenap stimulasi yang diterima oleh individu
mulai sejak dalam konsesi, kelahiran sampai matinya. Stimulasi itu misalnya berupa: sifat-
sifat, interaksi, selera, keinginan, perasaan, tujuan-tujuan, minat, kebutuhan, kemauan,
emosi, dan kapasitas intelektual.

Secara sosio-kultural, lingkungan mencakup stimulasi, interaksi, dan kondisi dalam


hubungannya dengan perlakuan ataupun karya orang lain. Pola hidup keluarga, pergaulan
kelompok, pola hidup masyarakat, latihan, belajar, pendidikan, pengajaran, bimbingan, dan
penyuluhan, adalah termasuk sebagai lingkungan ini.

1) Keluarga
Keluarga, dimana akan di asuh dan dibesarkan berpengaruh besar terhadap
pertumbuhan dan perkembangan.
2) Sekolah
Sekolah merupakan faktor yang turut mempengaruhi pertumbuhan dan
perkembangan anak terutama untuk kecerdasannya. Anak yang tidak pernah
sekolah akan ketinggalan dalam berbagai hal.

3) Masyarakat
Masyarakat adalah lingkungan tempat tinggal anak. Mereka juga termasuk
teman-teman anak tapi di luar sekolah. Di samping itu kondisi orang-orang di
desa atau kota ia tinggal juga turut mempengaruhi perkembangan jiwanya.

BAB V
CIRI-CIRI KEMATANGAN

1. Hubungan Intelegensi dengan Kehidupan Seseorang


Kecerdasan atau intelegensi seseorang memberi kemungkinan bergerak dan
berkembang dalam bidang tertentu dalam kehidupannya. Sampai dimana kemungkinan
tadi dapat direalisasikan, tergantung pula kepada kehendak dan pribadi serta kesempatan
yang ada.
Jelaslah sekarang bahwa tidak terdapat korelasi yang tepat antara tingkatan intelegensi
dengan tingkat kehidupan seseorang. Dari hasil-hasil penyelidikan yang dilakukan ahli
antropologi dan psikologi, juga masih disaingkan adanya korelasi yang tetap antara
bentuk/berat otak dengan intelegensi, antara bentuk tubuh dengan dasar kejahatan dan
antara intelegensi dengan kemiskinan.

Perubahan jasmani memerlukan bantuan “motor learning” agar pertumbuhan itu


mencapai kematangan. Kematangan ataupun kondisi fisik baru akan memperoleh
pengakuan sosial, apabila individu yang bersangkutan mengusahakan “social learning”
(belajar berinteraksi dengan orang lain atau kelompok serta menyesuaikan diri dengan
nilai-nilai serta minat-minat kelompok). Dengan diusahakannya hal-hal di atas, diharapkan
individu mencapai tingkat-tingkat kematangannya sesuai dengan tahap-tahap
pertumbuhannya, belajarnya, dan lingkungan sosialnya.

2. Lingkungan atau Kultur Sebagai Penyumbang Pembentukan Readiness


Perkembangan anak tergantung pada pengaruh lingkungan dan kultur di samping
akibat tumbuhnya pola-pola jasmaniah. Stimulasi lingkungan serta hambatan-hambatan
mental individu mempengaruhi perkembangan mental, kebutuhan, minat, tujuan-tujuan,
perasaan, dan karakter individu yang bersangkutan.
Dalam perkembangan kehidupan individu, lingkungan yang dihadapi atau direaksi
semakin luas. Meluasnya lingkungan dapat melalui beberapa cara, antara lain:

1) Perluasan paling nyata adalah dalam arah stimulasi fisik anak. Makin tua umur
manusia makin luas pula medan geografis yang dihadapi, dan arah stimulasinya
semakin melebar pula.
2) Lingkungan banyak mengalami perubahan di dalam pengamatannya, kesan-
kesannya, ingatannya, imajinasinya, dan yang terlebih penting adalah dalam
pemikirannya.
3) dengan adanya perubahan lingkungan di dalam diri manusia ini, maka manusia
pun menjadi lebih bebas menggunakan dunia untuk tujuan-tujuan manusia itu.
Perubahan lingkungan itu terjadi akibat belajar serta bertambahnya kematangan
manusia. Dengan adanya kemampuan mengontrol lingkungan yang lebih luas,
maka makin banyaklah kesempatan manusia untuk belajar. Dengan demikian,
maka kematangan tidak semakin berkurang, melainkan dapat lestari atau
bahkan meningkat.

BAB VI
KEMAMPUAN DAN INTELEGENSI

1. Kemampuan

1) Pentingnya Mengenal Anak Didik


Mengapa kita perlu mengenal anak didik?bkarena ingin mengetahui sejauh mana
kemampuan mereka dalam menghadapi situasi belajar, sehingga kita dapat menuntun
mereka dengan tepat dan berhasil.
Kita harus mengenal hal-hal yang umum yang terdapat pada semua anak, dan hal-hal
yang unik dan khusus. Hal-hal yang umum merupakan dasar dan norma yang akan
menolong pembimbing mengetahui ciri-ciri dan unik pada tiap anak.

Dapat disimpulkan bahwa semua orang yang ikut berpartisipasi dalam proses
pendidikan dan pengajaran anak, hendaknya mengenal pribadi anak didik.

2) Hukum Perkembangan
Hukum perkembangan dapat diartikan sebagai kaidah atau patokan yang menyatakan
kesamaan sifat dan hakikat dalam perkembangan. Dapat juga dikatakan, hukum
perkembangan adalah patokan generalisasi, mengenai sebab dan akibat terjadinya
peristiwa perkembangan dalam diri manusia. Adapun yang terdapat dalam hukum
perkembangan ialah sebagai berikut:

a) Hukum konvergensi
b) Hukum pertahanan dan pengembangan diri
c) Hukum masa peka
d) Hukum keperluan belajar
e) Hukum kesatuan anggota badan
f) Hukum tempo perkembangan
g) Hukum irama perkembangan
h) Hukum rekapitulasi.

2. Intelegensi

1) Pengertian
Pengertian intelegensi menurut Heidentich (1970) adalah sebagai berikut: Intelegensi
menyangkut kemampuan untuk belajar dan menggunakan apa yang telah dipelajari dalam
usaha penyesuaian terhadap situasi-situasi yang kurang dikenal, atau dalam pemecahan
masalah-masalah.

2) Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Intelegensi Seseorang


a) Pembawaan. Pembawaan ditentukan oleh sifat-sifat dan ciri-ciri yang dibawa sejak
lahir. Batas kesanggupan kita yakni dapat tidaknya memecahkan suatu soal,
pertama-tama ditentukan oleh pembawaan kita.
b) Kematangan. Tiap orhan dalam tubuh manusia mengalami pertumbuhan dan
perkembangan. Tiap organ baik fisik maupun psikis dapat dikatakan telah matang
jika ia telah mencapai kesanggupan dalam menjalankan fungsinya masing-masing.
c) Pembentukan. Pembentukan adalah segala keadaan diluar diri seseorang yang
mempengaruhi perkembangan intelegensi. Dapat kita bedakan pembentukan
sengaja (seperti yang dilakukan di sekolah-sekolah) dan pembentukan tidak sengaja
(pengaruh alah sekitar).
d) Minat dan pembawaan yang khas. Minat mengarahkan perbuatan kepada suatu
tujuan dan merupakan dorongan bagi perbuatan itu.
e) Kebebasan. Kebebasan berarti bahwa manusia itu dapat memilih metode-metode
tertentu dalam memecahkan masalah-masalah.
Semua faktor tersebut bersangkutan satu sama lain. Untuk menentukan intelegensi
atau tidaknya seorang anak, kita tidak dapat hanya berpedoman kepada salah satu faktor
di atas. Intelegensi adalah faktor total. Keseluruhan pribadi turut serta menentukan
dalam perbuatan intelegensi seseorang. Dapatkah intelegensi atau kecerdasan itu
diukur? Bagaimana kita dapat menentukan cerdas tidaknya seseorang? Salah satu cara
ialah dengan menggunakan tes yang disebut tes intelegensi.

BAB VII
TIPE TIPE KESULITAN BELAJAR

1. Tipe-Tipe Belajar

1) Definisi Belajar
Belajar merupakan suatu perubahan dalam tingkah laku, dimana perubahan itu dapat
mengarah kepada tingkah laku yang lebih baik, tetapi juga ada kemungkinan mengarah
kepada tingkah laku yang lebi buruk.

Belajar merupakan suatu perubahan yang terjadi melalui latihan atau pengalaman,
dalam arti perubahan-perubahan yang disebabkan oleh pertumbuhan atau kematanagn
tidak dianggap sebagai hasil belajar. Seperti perubahan-perubahan yang terjadi pada diri
seorang bayi.

Tingkah laku mengalami perubahan karena belajar menyangkut berbagai aspek


kepribadian, baik fisik maupun psikis, seperti: perubahan dalam pengertian, pemecahan
masalah/berpikir, keterampilan, kecakapan, kebiasaan, ataupun sikap.

a) Kebiasaan. Setiap siswa yang telah mengalami proses belajar, kebiasaan-


kebiasaannya akan tampak berubah. Menurut Burghardt (1973), kebiasaan itu
timbul karena proses penyusutan kecenderungan respons dengan menggunkan
stimulasi yang berulang-ulang.
b) Keterampilan. Menurut Reber (1988), keterampilan adalah kemampuan
melakukan pola-pola tingkah laku yang kompleks dan tersusun rapi secara
mulus dan sesuai dengan keadaan untuk mencapai hasil tertentu.
c) Pengamatan. Pengamatan artinya proses menerima, menafsirkan, dan memberi
arti rangsangan yang masuk melalui indra-indra seperti mata dan telinga.
Seorang anak yang baru pertama kali mendengarkan radio akan menira bahwa
penyiar benar-benar berada didalam kotak bersuara. Namun melalui prosen
belajar lambat laun anak itu akan mengetahui bahwa yang ada dalam radio
tersebut hanyalah suaranya, sedangkan penyiarnya berada jauh di studio
pemancar.
2) Beberapa Aktivitas Belajar
a) Mendengarkan
b) Memandang
c) Meraba, membau, dan mencicipi/mencecap
d) Menulis atau mencatat
e) Membaca
f) Membuat ringkasan
g) Mengamati
h) Menyusun
i) Mengingat
j) Berpikir
k) Latihan atau praktek

3) Tipe-Tipe Belajar
a) Belajar abstrak
b) Belajar keterampilan
c) Belajar sosial
d) Belajar pemecahan masalah
e) Belajar rasional
f) Belajar kebiasaan
g) Belajar apresiasi
h) Belajar pengetahuan

2. Kesulitan Belajar

1) Faktor-Faktor Penyebab Kesulitan Belajar


a) Faktor Inrernal
 Karena sakit. Seseorang yang sakit akan mengalami kelemahan fisiknya,
sehingga saraf sensoris dan motorisnya lemah. Akibatnya rangsangan yang
diterima melalui indranya tidak dapat diteruskan ke otak.
 Karena cacat tubuh. Anak yang mengalami cacat tubuh akan terganggu proses
belajarnya. Misalnya anak yang kurang dalam pendengarannya, mereka
ditempatkan pada deretan paling depan, agar suara guru masih keras didengar.
 Minat. Tidak adanya minat seseorang anak terhadap suatu pelajaran akan
timbul kesulitan belajar. Ada tidaknya minat terhadap sesuatu pelajaran dapat
dilihat dari cara anak mengikuti pelajaran.
 Bakat. Seseorang akan mudah mempelajari yang sesuai dengan bakatnya.
Apabila seseorang anak harus mempelajari bahan yang lain dari bakatnya ia
akan cepat bosan, mudah putus asa, dan tidak senang.
 Motivasi. Motivasi sebagai faktor inner berfungsi menimbulkan, mendasari,
mengarahkan perbuatan belajar. Motivasi dapat menentukan baik tidaknya
dalam mencapai tujuan sehingga semakin besar motivasinya akan semakin
besar kesuksesan belajarnya.
b) Faktor Eksternal
 Faktor keluarga. Keluarga merupakan pusat pendidikan yan utama dan pertama.
Tetapi dapat juga sebagai faktor penyebab kesulitan belajar. Yang termasuk
faktor ini adalah:
- Faktor orang tua (cara mendidik anak, hubungan orang tua dengan anak,
cintoh/bimbingan dari orang tua).
- Suasana rumah/keluarga. Suasana keluarga yang ramai/gaduh, tidak
mungkin anak dapat belajar dengan baik.
- Keadaan ekonomi keluarga (keadaan yang kurang/miskin, ekonomi
yang berlebihan)

 Faktor sekolah. Yang dimaksud sekolah antara lain adalah guru. Guru dapat
menjadi sebab kesulitan belajar anak apanila:
- Guru tidak berkualitas
- Hubungan guru dengan murid kurang baik
- Guru menuntut pelajaran di atas kemampuan anak
- Guru tidak memiliki kecakapan dalam usaha diagnosis kesulitan belajar
- Metode mengajar guru yang dapat menimbulkan kesulitan dalam
belajar. Misalnya, guru mengajar tidak menggunakan alat peraga,
metode belajar yang menyebabkan murid menjadi pasif, guru hanya
menggunakan satu mode saja dan tidak bervariasi.

 Faktor lingkungan sosial. Seperti:


- Teman bergaul
- Lingkungan tetangga
- Aktivitas dalam masyarakat
BAB III
KEUNGGULAN DAN KELEMAHAN BUKU

1. Kelebihan
Kedua buku tersebut sangat menarik untuk dibaca, karena banyak informasi yang
berbeda-beda tentang psikologi pendidikan. Kedua buku ini sangat bermanfaat bagi calon
guru/mahasiswa untuk menambah wawasan dan pengetahuannya tentang psikologi
pendidikan. Buku utama memaparkan contoh-contoh kasus yang jelas sehingga
memudahkan kita dalam membaca dan memahami. Buku pembanding dilengkapi dengan
latihat-latihan soal dan rangkuman di setiap akhir bab nya.

Di dalam buku utama saya mendapat pengetahuan baru tentang stimulus belajar dalam
lingkungan. Ternyata faktor lingkungan bukan hanya tentang keluarga, sekolah dan
masyarakat saja, tetapi juga mencakup segala material dan stimulus di dalam dan di luar
diri individu, baik yang bersifat fisiologis, psikologis maupun sosio-kultural.

2. Kelemahan
Beberapa kalimat yang digunakan dalam buku utama sulit untuk dipahami dan
terkadang berbelit-belit. Dalam buku utama sanngat sedikit membahas tentang ciri-ciri
kematangan. Bab dalam buku pembanding masih kurang lengkap dibandingkan dengan
buku utama. Dan juga, cover buku utama kurang menarik dibandingkan dengan cover buku
pembanding.
BAB IV
PENUTUP

1. Kesimpulan
Psikologi Pendidikan merupakan salah satu cabang psikologi yang secara khusus
mengkaji perilaku individu dalam konteks situasi pendidikan dengan tujuan untuk
menemukan berbagai fakta, generalisasi dan teori-teori psikologi berkaitan dengan
pendidikan, yang diperoleh melalui metodenilmiah tertentu, dalam rangka pencapaian
efektivitas proses pendidikan. Hubungan antara teoritis dan praktis memiliki keterkaitan
dan tidak bisa dipisahkan. Praktek pendidikan seharusnya berlandaskan pada teori
pendidikan. Demikian pula, teori pendidikan seharusnya bercermin dari praktek-praktek
pendidikan. Perubahan yang terjadi dalam praktek pendidikan dapat mengimbas pada teori
pendidikan. Sebaliknya, perubahan dalam teori pendidikan pun dapat mengimbas pada
praktek pendidikan.

2. Saran
Saya menyadari terdapat banyak kesalahan dan kekurangan dalam penulisan makalah
ini, oleh karena itu, diharapkan kepada para pembaca agar memberikan saran dan kritikan
yang sifatnya membangun, agar kedepannya penulisan critical book review ini menjadi
lebih baik lagi. saya berharap pembaca maupun penulis dapat menemukan sesuatu yang
bermanfaat dalam makalah ini, sehingga teori-teori psikologi pendidikan bisa menjadi
patokan dan dapat di aplikasikan ketika kita melakukan proses belajar-mengajar kelak.

Anda mungkin juga menyukai