Anda di halaman 1dari 10

CRITICAL JURNAL REVIEW

JARINGAN OTOT DAN CARA MELATIH OTOT


Dosen Pengampu : Dr. SANUSI HASIBUAN, M.Kes

DISUSUN OLEH:
NAMA : NILA FITRI DAMAYANTI
NIM : 6171111026

PENDIDIKAN JASMANI KESEHATAN DAN REKREASI


FAKULTAS ILMU KEOLAHRAGAAN
UNIVERSITAS NEGERI MEDAN
TAHUN 2017
KATA PENGANTAR

Puji dan Syukur penulis ucapkan kepada Allah SWT, yang memberi rahmat dan
karunianya, sehingga pada akhirnya penulis dapat menyelesaikan tugas critical jurnal review
ini. Dimana tugas ini penulis sajikan dalam bentuk baku dan sederhana. Adapun judul tugas
crtical jurnal review ini adalah “JARINGAN OTOT DAN CARA MELATIH OTOT”.

Tujuan penulisan critical jurnal review ini adalah untuk menambah ilmu pengetahuan kita
tentang jaringan otot dan cara melatih otot khususnya otot pada bagian panggul. Penulis
menyadari bahwa critical jurnal review ini masih jauh dari kata sempurna, oleh karena itu
kritik dan saran yang bersifat membangun sangat penulis harapkan demi kesempurnaan
critical jurnal review ini.

Penulis berharap critcal jurnal review ini dapat memberikan manfaat bagi kita semua.
Terima kasih.

Medan, 20 September 2017

Nila Fitri Damayanti


REVIEW JURNAL 1

Judul JARINGAN OTOT RANGKA


SISTEM MEMBRAN DAN STRUKTUR HALUS UNIT
KONTRAKTIL
Jurnal Jurnal Anatomi-Histologi Fakultas Kedokteran
Universitas Sam Ratulangi Manado
Download https://ejournal.unsrat.ac.id
Volume dan Halaman Volume 6 (27-32)
Tahun 2014
Penulis Sunny Wangko
Reviewer Nila Fitri Damayanti
Tanggal 20 September 2017

Tujuan Penelitian Untuk mengetahui apa saja komponen utama jaringan


otot rangka,sistem membran dan struktur halus unit
kontraktil
Subjek Penelitian Jaringan otot,sistem membran dan struktur halus unit
kontraktil pada manusia
Assesment Data Data,alat dan jenis yang digunakan dalam penelitian
sesuai dengan hasil yang di peroleh.
Metode Penelitian Terdapat tiga komponen utama jaringan otot
rangka,yaitu: jaringan ikat,jaringan otot seran lintang, dan
sistem membran. Jaringan ikat berfungsi melindungi
serat-serat otot dan memisahkannya atas berkas-berkas
otot. Jaringan otot rangka tersusun atas serat-serat otot
yang berjalan sejajar dengan miofibrilnya yang terdiri
atas unit kontraktil yang lebih kecil yaitu miofilamen
tebal dan tipis. Sistem membran terdiri atas sarkolema
dimana terjadinya depolarisasi yang paling awal dan
dihantarkan ke dalam serat otot melalui tubulus T dan
sisterna terminalis yang selanjutnya memicu pelepasan
ion Ca2+ dari retikulum sarkoplasma. Ion Ca2+
merupakan pemicu untuk pembentukan jembatan silang
yang mengawali suatu kontraksi otot.
Langkah Penelitian Melakukan penelitian dan mengumpulkan informasi
untuk mengetahui kebutuhan belajar terkait dengan
sistem otot pada manusia.

Hasil Penelitian Hasil penelitian dari jurnal ini adalah Jaringan otot
menyusun 40-50% dari berat badan total. Secara umum
fungsi jaringan otot ialah untuk pergerakan, stabilisasi
posisi tubuh, mengatur volume organ dan termogenesis;
diperkirakan 85% panas tubuh dihasilkan oleh kontraksi
otot. Sifat jaringan otot ialah eksitabilitas/ iritabilitas,
dapat berkontraksi, dapat diregang tanpa merusak
jaringannya pada batas tertentu, dan elastisitas.
Jaringan otot rangka terutama melekat pada tulang dan
berfungsi menggerakkan bagian-bagian skeleton.
Jaringan otot rangka bersifat volunter karena berkontraksi
dan berelaksasi di bawah kontrol kesadaran.
Terdapat tiga komponen utama jaringan otot rangka,
yaitu: jaringan ikat, jaringan otot, dan sistem membran.
Komponen jaringan ikat terdiri atas (dari luar ke dalam)
fasia superfisialis, fasia profunda, epimisium,
perimisium, dan endomisium. jaringan otot rangka
memperlihatkan beratus-ratus sampai beribu-ribu serat
panjang, berbentuk silindrik, yang disebut serat otot
(fiber). Serat otot terletak sejajar satu dengan lainnya.
Diameter serat berkisar 10-100 μm dan panjang 100 μm,
tetapi dapat mencapai 30 cm. Serat otot rangka berasal
dari fusi banyak sel kecil semasa embrio; oleh karena itu
setiap serat otot mempunyai banyak inti. Inti terletak di
tepi, tepat di bawah sarkolema, bebas dari elemen
kontraktil. Sarkolema merupakan membran plasma dari
serat otot yang membungkus sarkoplasma. Sarkolema
serat otot rangka tersusun oleh plasmalema dan membran
basalis, sedangkan membran basalis sendiri terdiri dari
lamina basalis dan lamina retikularis; oleh karena itu
sarkolema disebut juga trilaminar cell membrane.
Miofibril merupakan elemen kontraktil jaringan otot
rangka, berdiameter 1-2 μm, dan terdiri dari struktur yang
lebih halus lagi yaitu miofilamen/filamen. Terdapat dua
jenis protein kontraktil otot yaitu miosin dan aktin.
Filamen tebal terutama tersusun oleh miosin sedangkan
filamen tipis terutama oleh aktin.
Kekuatan Penilitian Jurnal ini dilengkapi dengan gambar yang jelas dan
berwarna sehingga mempermudah para membaca untuk
mempelajari dan memahami tentang struktur otot.
Selain itu isi jurnal dilengkapi dengan data yang konkrit
dan menjelaskan data secara terperinci dan
pembahasannya di bahas secara jelas.
Kelemahan Penelitian Tidak ada ISSN pada jurnal ini. Dan juga isi jurnal terlalu
banyak menggunakan bahasa ilmiah yang tidak disertai
dengan penjelasan artinya, sehingga bagi para pembaca
kurang mengerti dan memahami arti dari bahasa ilmiah
tersebut.
Kesimpulan Jaringan otot rangka tersusun atas serat-serat otot yang
berjalan sejajar dengan miofibrilnya yang terdiri atas unit
kontraktil yang lebih kecil yaitu miofilamen tebal dan
tipis. Sistem membran terdiri atas sarkolema, tubulus T,
dan retikulum sarkoplasma beserta sisternanya.
Sarkolema merupakan tempat paling awal terjadinya
depolarisasi yang dihantarkan ke dalam serat otot melalui
tubulus T, struktur kaki pada daerah triad, dan sisterna
terminalis yang selanjutnya memicu pelepasan ion Ca2+
dari retikulum sarkoplasma. Ion Ca2+ merupakan kunci
pemicu untuk pembentukan jembatan silang yang
mengawali suatu kontraksi otot rangka.
REVIEW JURNAL 2

Judul LATIHAN OTOT DASAR PANGGUL EFEKTIF


UNTUK MENGATASI INKONTINENSIA URIN
PADA KLIEN POST OPERASI PROSTATECOMY
Jurnal Jurnal Keperawatan dan Pemikiran Ilmiah
Download http://jurnal.unissula.ac.id
Volume dan Halaman Volume 3 (1-7)
Tahun 2015
Penulis Dwi Retno Sulistyaningsih
Reviewer Nila Fitri Damayanti
Tanggal 20 September 2017

Tujuan Penelitian Untuk mengetahui bagaimana cara melakukan metode


pelatihan otot panggul yang efektif untuk mengatasi
inkontinensia urin pada klien post operasi prostatecomy
Subjek Penelitian pasien dengan kanker prostat dan hyperplasia prostat
hypertrofi

Assesment Data Data,alat dan jenis yang digunakan dalam penelitian


sesuai dengan hasil yang di peroleh
Metode Penelitian Inkontinensia urin didefinisikan sebagai suatu kondisi di
mana terjadi kehilangan urin tanpa disengaja melalui
meatus uretra yang dapat berakibat pada masalah sosial
dan kebersihan. Inkontinensia urin dapat menyebabkan
kelemahan dan biaya individu menjadi mahal, berpotensi
menimbulkan persepsi yang rendah terhadap status
kesehatan, harga diri rendah, malu, mengganggu
hubungan antar manusia dan seksualitas, distress
psycologi, mengurangi kemampuan, menjadi beban
keluarga. Pada akhirnya kualitas hidup dapat terganggu.
Latihan otot dasar panggul dapat memperbaiki
kemampuan berkemih dengan resiko yang lebih kecil.
Otot dasar panggul mendukung isi abdomen, aktif selama
pernafasan, mempertahankan untuk inkontinensia urin
dan feces, meningkatkan aliran darah, dan aktif selama
hubungan seksual. Latihan ini juga membawa oksigen
dalam aliran darah menuju area panggul untuk
mempertahankan kesehatan jaringan dan
mempertahankan fungsi normal. Latihan dasar otot
panggul selain bermanfaat dari aspek fisiologis juga
memberikan dampak bagi aspek ekonomi dan waktu yaitu
untuk mengurangi keluhan berkemih sehingga pasien
dapat pulang lebih cepat. Hal ini dapat mengurangi waktu
dan biaya perawatan di rumah sakit.

Langkah Penelitian Melakukan penelitian dan mengumpulkan informasi


untuk mengetahui kebutuhan terkait dengan cara
melakukan metode pelatihan otot panggul yang efektif
untuk mengatasi inkontinensia urin pada klien post
operasi prostatecomy.

Hasil Penelitian Latihan otot dasar panggul meliputi mengencangkan otot


–otot yang digunakan untuk menghentikan flatus atau
aliran urin selama 5 sampai 10 detik, kemudian
ditingkatkan, selanjutnya istirahat selama 10 detik. Untuk
efektifitas latihan ini perlu untuk dilaksanakan 2 atau 3
kali sehari sampai paling tidak selama 6 minggu
(Smeltzer, S.C., 2009). Tergantung pada kekuatan otot
dasar panggul, saat dilakukan evaluasi awal latihan otot
dasar panggul diulangi 10 sampai 20 kali pada setiap sesi.
Pasien dengan usia lanjut memerlukan latihan yang lebih
panjang untuk menguatkan otot-otot dasar panggul.
Mekanisme kontraksi dan meningkatkan tonus otot polos
dinding kandung kemih dapat terjadi karena adanya
rangsang pada otot polos kandung kemih sebagai dampak
dari latihan. Latihan ini dapat menimbulkan rangsangan
sehingga meningkattkan aktivasi dari kimiawi,
neuromuskuler dan muskuler. Otot polos kandung kemih
mengandung filamen aktin dan miosin yang mempunyai
sifat kimiawi dan saling berinteraksi. Proses interaksi
diaktifkan oleh ion kalsium dan adenotriposfat ( ATP )
selanjutnya dipecah menjadi adenodifosfat ( AD ) untuk
memberikan energi bagi konstraksi muskulus detrussor
kandung kemih. Rangsangan melalui neuromuskuler akan
meningkatkan rangsangan pada serat saraf otot polos
kandung kemih terutama saraf parasimpatik yang
merangsang produksi asetil cholin sehingga
mengakibatkan terjadinya kontraksi. Mekanisme melalui
muskulus, terutama otot polos kandung kemih akan
meningkatkan metabolisme mitokondriauntuk
menghasilkan ATP yang dimanfaatkan oleh otot polos
kandung kemih sebagai energi untuk kontraksi dan
meningkatkan tonus otot polos kandung kemih.
Frekwensi latihan sangat bergantung dari jenis latihan
yang diberikan dan optimalisasi sangat ditentukan oleh
benar atau tidaknya gerakan yang dilakukan. Latihan
dilakukan sampai klien mencapai konrol berkemih. Klien
diinstuksikan untuk berkemih secepatnya bila merasakan
keinginan untuk berkemih. Proses untuk mencapai
kontrol berkemih adalah proses secara bertahap.

Kekuatan Penilitian Jurnal ini memiliki ISSN. Selain itu isi jurnal dilengkapi
dengan data yang konkrit, bahasa yang digunakan tidak
bertele-tele, menjelaskan data secara terperinci dan
pembahasannya di bahas secara jelas. Sehingga
mempermudah pembaca untuk memahi bagaimana cara
melatih otot panggul yang efektif untuk mengatasi
inkontinensia urin pada klien post operasi prostatecomy
Kelemahan Penelitian Jurnal ini tidak menyertakan gambar hanya tulisan saja.
Hal ini dapat membuat pembaca kurang tertarik karena
merasa jenuh saat membacanya.

Kesimpulan 1. Inkontinensia suatu kondisi di mana terjadi kehilangan


urin tanpa disengaja melalui meatus uretra yang dapat
berakibat pada masalah sosial dan kebersihan yang dapat
diobservasi
2. Latihan otot dasar panggul dapat memperbaiki
kemampuan berkemih dengan resiko yang lebih kecil.
3. Perawat spsesialist memegang peranan penting dalam
upaya membantu klien dengan inkontinensia urin untuk
mengembalikan fungsi sistem perkemihan yang salah satu
tindakan keperawatan yang dapat dilakukan adalah
melakukan latihan otot dasar panggul.
DAFTAR PUSTAKA

https://ejournal.unsrat.ac.id

http://jurnal.unissula.ac.id

Anda mungkin juga menyukai