Anda di halaman 1dari 33

CRITICAL BOOK REVIEW

MK. FILSAFAT PENDIDIKAN

PRODI S1 PENDIDIKAN KIMIA - FMIPA

Skor Nilai:

FILSAFAT PENDIDIKAN

(Prof. Dr. MUHMIDAYELI, M.Ag)

NAMA MAHASISWA : NAZRI SURYA AHADI

NIM : 4203131002

DOSENPENGAMPU : LIDIA SIMANIHURUK, S.SI, M.Pd

MATA KULIAH : FILSAFAT PENDIDIKAN

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN KIMIA

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUA ALAM

UNIVERSITAS NEGERI MEDAN


OKTOBER 2020

EXECUTIVE SUMMARY

Buku yang saya analisis berjudul Filsafat Pendidikan karya Muhibbin syah
adalah buku yang bagus. Filsafat Pendidikan digambarkan sedemikian rupa agar
pembaca dapat memahami betul apa sebenarnya Filsafat Pendidikan itu.

Belajar filsafat pada umumnya menjadikan manusia lebih bijaksana. Bijaksana


artinya memahami pemikiran yang ada dari sisi mana pemikiran itu disimpulkan.
Memahami dan menerima sesuatu yang ada dari sisi mana keadaan itu ada.

Oleh karna itu dengan banyaknya sumber informasi tentang filsafat


Pendidikan dapat memudahkan kita untuk memperoleh ilmu yang akan membawa
kita menjadi bijaksana.
KATA PENGANTAR

Puji syukur kepada Allah SWT yang senantiasa memberkati dalam


menyelesaikan tugas critical book report (CBR), Adapun tugas ini dikerjakan untuk
memenuhi tugas mata kuliah filsafat Pendidikan. Saya telah Menyusun CBR ini
dengan sebaik-baiknya tetapi mungkn masih ada kekurangan. Saya selaku penulis
menerima kritik yang sifatnya membangun agar CBR ini dapat lebih baik lagi.

Selanjutnya, saya berharap CBR ini dapat memberikan manfaat serta


menambah wawasan bagi pembaca. Sebelumnya saya mohon maaf apabila ada kata
yang tidak berkenan.

Stabat, 3 Oktober 2020

NAZRI SURYA AHDI


DAFTAR ISI

EXECUTIVE SUMMARY............................................................................................................... i

KATA PENGANTAR....................................................................................................................... ii

DAFTAR ISI ............................................................................................................................ iii

BAB I PENDAHULUAN........................................................................................... 1

a. Rasionalisasi pentingnya CBR......................................................... 1


b. Tujuan penulisan CBR........................................................................ 1
c. Manfaat CBR........................................................................................... 1
d. Identitas buku....................................................................................... 1

BAB II RINGKASAN ISI BUKU............................................................................... 2

BAB I................................................................................................................. 2

BAB II............................................................................................................... 4

BAB III.............................................................................................................. 5

BAB IV.............................................................................................................. 6

BAB V............................................................................................................... 10

BAB VI.............................................................................................................. 12

BAB VII............................................................................................................ 15

BAB III PEMBAHASAN.............................................................................................. 16

a. Pembahasan isi buku.......................................................................... 16


b. Kelebihan dan kekurangan buku................................................... 18

BAB IV PENUTUP........................................................................................................ 20

a. Kesimpulan............................................................................................. 20
b. Rekomendasi ........................................................................................ 20

DAFTAR PUSTAKA........................................................................................................................ 21

BAB I

PENDAHULUAN

A. Rasionalisasi Pentingnya CBR

Dengan adanya tugas CBR, penulis dapat menguji kemampuan dalam


meringkas dan menganalisis sebuah buku serta membandingkan buku yang dianalisis
dengan buku yang lain.

B. Tujuan penulisan CBR


Untuk menyelesaikan tugas CBR pada mata kuliah Filsafat Pendidikan dan
mengkritisi sebuah buku tentang Filsafat Pendidikan serta membandingkannya
dengan buku yang sama judulnya.
C. Manfaat CBR
1. Menambah wawasan pengetahuan Filsafat Pendidikan
2. Mempermudah pebaca untuk mendapatkan inti dari sebuah buku,
pembahasan isi buku, serta kelebihan dan kekurangan buku tesebut.
3. Melatih mahasiswa merumuskan serta mengambil kesimpulan dari buku yang
dianalisis.
D. Identitas buku yang diriview
1. Judul : Filsafat Pendidikan
2. Edisi : kedua
3. Pengarang : Prof. Dr. Muhmidayeli, M.Ag
4. Editor : Sabda Ali Mifka
5. Penerbit : PT Refika Aditama
6. Kota terbit : Bandung
7. Tahun terbit : 2013
8. ISBN : 978-602-8650-39-7
BAB II

RINGKASAN ISI BUKU

BAB I MENGENAL KAWASAN FILSAFAT

A. Pengertia dan Ruang Lingkup Filsafat

Istilah filsafat berasal dari bahasa Yunani Kuno yang diadopsi oleh orang Arab
dengan mengalami sedikit perubahan bunyi, yaitu falsafat dan oleh orang Indonesia
disebut filsafat.

Dalam bahasa Yunani istilah fisafat dikenal dengan kata philosophia yang
berasal dari dua unsur kata, yaitu philo yang berarti cinta dan kata Sophia yang
berarti kearifan, hikmah, kebijaksanaan, keputusan ataupun pengetahuan yang benar.
Dari kata ini dapat diketahui, bahwa secara harfiah fisasat dapat diartikan sebagai
cinta akan kebenaran dan atau kebijaksanaan.

Ruang Lingkup

Berdasarkan objek kajiannya, kajian filsafat biasanya dibagi kedalam tiga


bidang permasalahan: metafisika, epistomologi, dan aksiologi.

Metafisika

Metafisika merupakan cabang filsafat yang mengkaji persoalan yang


berkenaan dengan hakikat realitas. Konsentrasi filsafat ini lebih diarahkan untuk
menelaah dan atau mengkaji secara mendalam dan menyeluruh tentang hakikat yang
ada dan dianggap ada. Metafisika terfokus telaahannya pada bidang esensi.

Epistemologi

Dalam bidang epistemologi, konsentrasi filsafat tertuju pada pembicaraan


problem pengetahuan. Kajian epistemologi adalah suatu kajian filsfat tentang ilmu
pengetshuan dan segala hal yang terkait dengannya mesti dioerientasikan pada
substansi ilmu sebagai pengetahuan tentang realitas yang merupakan awal dan akhir
realitas sekaligus juga sebagai ilmu pengetahuan, sumber realitas, dan sumber
kebenaran itu sendiri.

Aksiologi
Dalam bidang aksiologi, pemikiran filsafat diarahkan pada persoalan nilai, baik
dalam konteks estetika, moral maupun agama.

B. Filsafat dan Ilmu Pengetahuan

Bahan filsafat tidaklah sama dengan bahan ilmu pengetahuan. Bahan pada
filsafat bersifat universal, sedangkan ilmu terbatas hanya pada bidang- bidang
tertentu, sifatnya parsial. Hal lain yang membedakan dunia filsafat dengan ilmu
pengetahuan adalah aktivitasnya. Filsafat memulai kerjanya dengan langkah yang
tidak memberikan kepemihakan. Lain halnya dengan pengetahuan yang memiliki
nilai kebenaran yang bersifat parsial, maka dalam aktivitas pencariannya, ia mesti
mengabaikan aspek-aspek yang lai, kendatipun ilmuwan menyadari bahwa hubungan
interdepedensi antar- realitas itu tidak dapat dielakkan.

Pengetahuan dan Kebenaran

Pengetahuan

Pengetahuan pada hakikatnya akan selalu bersifat relasional, yaitu adanya


hubungan interpedensi antara subjek dan objek.

Kebenaran

Kebenaran dalam bahasa sehari- hari selalu dipertentangkan dengan


kebohongan atau dusta; sesuatu yang memiliki celah salah, keliru dan ketidak
validan. Dalam konteks filsafat, istilah filsafat lebih lazin dipertentangkan dengan
kekeliruan atau kekhilafan..

Dalam konteks kajian filsafat pengetahuan, paling tidak ada enam teori
kebenaran, yaitu:

1. Teori korespondensi; teori ini berpendapat bahwa kebenaran adalah


hubungan antara subjek dan objek.
2. Teori konsistensi; teori ini mengatakan bahwa kebenaran adalah sesuatu yang
selalu sama kesan antarsubjek terhadap objek yang saman, sehingga
validitasnyapun sangat tergantung pada tanggapan-tanggapan subjek yang
satu dengan yang lainnya.
3. Teori pragmatism; teori ini mengatakan bahwa kebenaran adalah pemikiran
yang berguna bagi kehidupan praktis manusia.
4. Teori relativisme; kebenaran adalah kesesuaian pengetahuan dengan
perangkat persepsi yang sehat.
5. Teori Empirisme; kebenaran adalah pengetahuan yang bias dialami secara
indrawi.
6. Teori relijius; teori ini berpandangan bahwa kebenaran adalah sesuatu yang
dating dari Tuhan.

C. Sistematika Berpikir Filsafat


Dalam tata cara beroikir filsafat, suatu pengungkapan dapat dikatakan tepat
jika ia disusun atas dasar putusan-putusan (premis) yang benar, dan penarikan
kesimpulannya pun didasarkan pada kaidah-kaidah filsafat.

Ada tiga hal yang berhubungan langsung dengan sistematika berpikir filsafat,
yaitu bagaimana seseorang itu berupaya membentuk dan membangun suatu ide,
pengertian dan atau konsep; bagaiman prosedur yang dapat ditempuh seseorang
dalam membuat keputusan; dan bagaimana pula sistem yang dapat dipedomani
dalam upaya penuturan dan atau pengungkapan apa yang tengah subjek pikirkan.

BAB II PENGERTIAN, KEGUNAAN, DAN RUANG LINGKUP FILSAFAT


PENDIDIKAN

A. Pengertian

Filsafat dan pendidikan memang merupakan dua istilah yang berdiri pada
mkna dan hakikat masing-masing, namun ketika keduanya digabungkan dalam satu
terma khusus, maka iapun memiliki makna tersendiri yang menunjuk kedalam suatu
kesatuan pengertian yang tidak terpisahkan. Filsafat pendidikan adalah bagian yang
tidak dapat dipisahkan dari filsafat keseluruhan, baik dalam sistem maupun metode.

Omar Mohammad al-Toumy al-Syaibany menyebutkan, bahwa filsafat


pendidikan adalah pelaksanaa pandangan filsafat dan kaidah-kaidah filsafat dalam
bidang pengalaman kemanusiaan yang disebut dengan pendidikan.

B. Kegunaan Filsafat Pendidikan

Pendidikan sangat terkait dengan aktivitas mulia manusia yang tugas


utamanya adalah membantu pengembangan humanitas manusia untuk menjadi
manusia yang berkepribadian mulia anutama menurut karakteristik idealitas
manusia yang diinginkan. Hal ini sangat diperlukan mengingat manusia memiliki
potensi-potensi dalam taraf kodrat humandity (martabat manusia) yang memiliki
kesadaran diri yang mendorongnya untuk merealisasikan berbagai potensinya,
sehingga berkembang dengan baik menjadi self realization( realisasi diri) yang akan
menentukan bagi penunjukan jati dirinya yang ideal, agar dpat berfungsi dan
bermanfaat bagi hidup dan kehidupannya secara individu maupun social
kemasyarakatan.

Ada beberapa alasan mengapa kualitas masyarakat memiliki relevansi dengan


pendidikan sekolah. Pertama bahwa sekolah memiliki kecenderungan untuk
pengupayaan perubahan-perubahan tingkah laku yang merupakan cerminan dari
setiap individu yang bernaung dalam suatu masyarakat. Selain itu, pendidikan
sekolah dapat dilihat sebagai pengupayaan manusia sejatinya yang disengaja, terarah,
dan tertata sedemikian rupa menuju pembentukan manusia-manusia yang idela bagi
kehidupannya. Pendidikan sekolah tidak lain adalah segala pengupayaan yang
dilakukan secara sadar dan terarah untuk menjadikan manusia sebagai manusia yang
baik dan ideal. Artinya, sekolah merupakan penyediaan kondisi yang baik untuk
menyediakan perilaku-perilaku potensial yang dianugerahkan kepada manusia tidak
lagi sebatas
kecenderungan manusiawi an sich, tetapi benar-benar aktual dalam merealita
kehidupannya. Jika demikian, pendidikan sekolah adalah suatu kemestian bagi
percepatan kemajuan dalam suatu masyarakat.

C.Objek dan Ruang Lingkup Filsafat Pendidikan

Filsafat pendidikan memberikan aksentuasi kajiannya tentang aspek-aspek


pendting yang berhubungan dengan jalannya proses pembelajaran yang dimaksud
baik meliputi unsur tujuan, isi, metode, strategi dan prosedur, maupun unsur evaluasi
dan penunjang penyelenggaraan pendidikan itu sendiri.

Realitas-realitas kependidikan yang menjadi objek kajian filsafat pendidikan


antara lain hal-hal yang berkenaan dengan:

1. Hakikat manusia ideal sebagai acuan pokok bagi pengembangan dan


penyempurnaan.
2. Pendidikan dan nilai-nilai yang dianut sebagai suatu landasan berpikir dan
berbuat dalam tatanan hidup suatu masyarakat.
3. Hakikat tujuan kependidikan sebagai arah bangun pengembangan pola dunia
pendidikan.
4. Hakikat pendidik dan anak didik sebagai subjek-subjek yan terlihat langsung
dalam pelaksanaan proses edukasi.
5. Hakikat pengetahuan dan nilai sebagai aspek penting yang dikembangkan
dalam aktivitas pendidikan.
6. Hakikat kurikulum sebagai tahapan-tahapan yang akan dilalui dalam proses
kependidikan menuju peraihan tujuan-tujuan.
7. Hakikat metode dan strategi pembelajaran yang memungkinkan
penumbuhkembangan potensi subjek didik.
8. Alternatif-alternatif yang mungkin dilalui dalam pengembangan sumber daya
manusia baik menyangkut prinsip-prinsip, metode maupun alat-alat
pendukung peraih tujuan.
9. Keterkaitan dunia pendidikan dengan lembaga-lembaga lain dalam lingkup
masyarakat, seperti pendidikan dan dunia politik, pendidikan dan sistem
pemerintahan, pendidikan,tata hokum dan adat dalam masyarakat.
10. Keterkaitan dunia kependidikan dengan perubahan-perubahan taraf hidup
dalam masyarakat.
11. Aliran-aliran filsafat yang tumbuh dan berkembang dalam memecahkan
berbagai ragam problem kependidikan.
12. Keterkaitan pendidikan sebagai suatu lembaga dengan ideology yang dianut
dan yang berkembang dalam suatu masyarakat.

BAB III MANUSIA DAN PENDIDIKAN

A. Hakikat dan Kedudukan Manusia di Dunia

1. Hakikat Manusia

Manusia secara sederhana dapat saja dikatakan sebagai makhluk Tuhan yang
unik yang bermukim dibumi yang memiliki karakteristik tersendiri yang
membedakan dirinya dari makhluk-makhluk lain yang berada di dunia.

Para filsuf berbeda-beda dalam memandang hakikat manusia,yang sekaligus


juga menjuk pada perkembangan-perkembangan pemikiran dalam dunia filsafat itu
sendiri. Plato umpamanya, ia memandang manusia sebagi
suatu pribadi yang tidak terbatas pada saat bersatunya jiwa dengan raga. Bagi Plato
manusia lahir membawa ide kebaikan ( innate ideal). Aristoteles dan para
pengikutnya pun dengan pemikirannya yang cerdas telah pula melakukan analisis
panjang tentang manusia dengan suatu kesimpulan bahwa manusia adalah mahluk
organis yang fungsionalisasinya tergantung pada jiwanya.
Rene Descartes seorang tokoh rasionalisme, menjelaskan bahwa jiwa
adalah terpadu,rasional,dan konsisten yang dalam aktifitasnya selalu terjadi interaksi
dengan tubuh. Kehendak bagi Schopenhauer adalah suatu kekuatan yang
menggerakkan intelek kita untuk dirinya.

2. Tugas dan Fungsi Manusia

Sebagai makhluk yang termulia, manusia diberi potensi untuk


mengembangkan diri dan kemanusiannya. Potensi-potensi tersebut merupakan
modal dasar bagi manusia dalam menjalankan berbagai fungsi dan
tanggunggungjawab kemanusiaannya. Oleh karena itu,agar potensi-potensi ini
menjadi aktual dalam kehidupan perlu di kembangkan dan digiring pada
penyempurnaan-penyempurnaan melalui upaya pendidikan.

B. Eksistensi Pendidikan dalam Pengembangan Fitrah Manusia

1. Hakikat Pendidikan

Menjadikan manusia sebagai dirinya erat kaitannya dengan menyadarkan


manusia itu akan dirinya yang memang terlahir untuk moral. Oleh karena itu
aksentuasi pendidikan semestinya pula ditujukan pada upaya
menumbuhkembangkan kesadaran moral dalam diri manusia sehingga benar-benar
aktual dalam kehidupannya.

2. Urgensi Pendidikan Berdimensi Moral Bagi Manusia

Manusia adalah hamba Tuhan yang dianugerahkan kelengkapan potensi psikis


berupa akal,kemauan dan perasaan agar ia mampu berkreativitas dan berimajinasi
dalam kehindupannya dengan berlandaskan pada imandan moralitas yang tinggi
yang sangat berguna bagi kehidupan manusia.

Pendidika dalam halam hal ini dapat dilihat sebagai manusia sejatinya,
disengaja, terarah, dan tertata sedemikian rupa menuju pembentukan manusia-
manusia yang ideal bagi kehidupannya, atau dengan kata lain, pendidikan tidak lain
adalah segala pengupayaan yang dilakukan secara sadar dan terarah untuk
menjadikan manusia yang baik dan ideal.

BAB IV PENGETAHUAN DAN NILAI

A. Epistemologi dan Pendidikan

Pengetahuan adalah salah satu kekuatan yang dapat membentuk sejarah


peradaban suatu pengetahuan.

Epistemologi berdasarkan akar katanya episteme (pengetahuan) dan logos


(ilmu sistematis, teori) dapat diartikan sebagai suatu pengetahuan yang sistematis
dengan pengetahuan. Kendatipun banyak defenisi yang diberikan para ahli tentang
epistemologi, namun secara umum dapat dipahami, bahwa epistemologi adalah
suatu cabang filsafat yang berbicara persoalan hakikat, sumber, struktur, metode dan
validitas pengetahuan.

Hal yang dipikirkan dalam wilayah epistemologi adalah tentang hakikat dan
seluk beluk ilmu pengetahuan dalam keseluruhan realitasnya, seperti persoalan
apakah esensi da eksistensi pengetahuan; tentang persoalan-persoalan aktivitas apa
saja yang berkaitan dengan persoalan-persoalan seperti mengetahui, mengenai
perbedan mendasar antara “mengetahui” dengan “memercayai”, mengenai apakah
kita dapat mengetahui sesuatu yang melampaui indra kita.

Epistemologi merupakan sesuatu yang amat penting dalam pengembangan


humanitas manusia. Hal ini mengingat bahwa dunia ini sarat dengan berbagai aliran
dan ideologi yang secara niscaya tentu berlandaskan pada bagaimana pola dan
caranya memandang realitas, baik hakikat maupun strategi dan sistem yang
digunakan yang kesemua ini tidak lain tentu berdasarkan pada landasan
epistemologi.

1. Tipe-tipe Pengetahuan

a. Pengetahuan Wahyu

Pengetahuan wahyu dapat digambarkan sebagai suatu pengetahuan atas


kalam-kalam yang difirmankan Tuhan, Sang Penguasa alam kepada manusia dalam
kemahakuasaan-Nya melalui perantara Rasulnya.

b. Pengetahuan Intuitif
Pengetahuan intuitif adalah, suatu pengetahuan tentang kebenaran yang
dianugerahkan Tuhan dalam diri manusia yang paling dalam yang dalam variannya
selalu melibatkan integritas akal dan hati sebagai dua daya jiwa yang tidak
terpisahkan. Pengetahuan intuitif adalah pengetahuan dimana seseorang
mendapatkan didalam dirinya suatu insight. Insight atau intuisi

itu merupakan sesuatu peristiwa yang dating tiba-tiba dan memunculkan suatu ide
dan atau kesimpulan yang dihasilkan melalui proses ketidaksadaran individu yang
panjang.
c. Pengetahuan Rasional
Pengetahuan rasional merupakan pengetahuan yang diperolah melalui latiha
akal budi dalam mencerna ragam realitas yang ada dan hal-hal yang munkin ada, baik
melalui dan atau tanpa observasi dari keadaan-keadaan aktual.

d. Pengetahuan Empiris

Sampai saat ini, pengetahuan empiris atau pengetahuan yang di konfirmasi


melalui bukti-bukti indrawi merupakan sesuatu yang amat pening. Dengan demikian
pengetahuan dalam konteks ini terdiri dari ide-ide yang terbentuk sesuai dengan
observasi fakta.

e. Pengetahuan Otoritatif

Pengetahuan otoritatif merupakan suatu pengetahuan dinggap baik dan benar


bukanlah karena kita telah membuktikannya sendiri sebagai suatu yang benar, tetapi
lebih dikarenakan oleh bukti-bukti yang diperoleh melalui otoritas para ahli dalam
bidangnya. Dengan demikian pengetahuan otoritatif lebih bersifat psikologis
daripada bersifat epistemologis.

2. Epistemologi Idealisme tentang Pendidikan

Tokoh utama aliran idealism ini adalah Plato dengan ajaran filosofinya yang
fundamental dengan mengatakan bahwa suatu yang riil adalah sesuatu yang berada
diruang idea. Idealisme berkeyakinan bahwa apa yang tampak dalam alam realitas
bukanlah merupakan sesuatu yang riil, tetapi lebih merupakan bayangan atas apa
yang bersemayam dalam alam pikiran manusia yang tidak lain merupakan ekspresi
jiwa piker manusia dalam merumuskan dunia ideanya kea lam material. Idea dalam
epistemologi idelisme ini merupakan sesuatu yang memiliki relasi penting dalam
alam kosmos.

Teori pendidikan Plato sebagai tokoh penting dalam idealism mengarahkan


perhatiannya pada empat fakta utama, yaitu:

1. Ajarannya berkenaan dengan jiwa dan segala unsur yang menyangkut


kesemua varian personality manusia.
2. Ajaran pokoknya tentang manusia.
3. Ajaran filsafatnya tentang hubungan individu dan masyarakat.
4. Pendasaran pendidikan pada hal-hal sebelumnya.

3. Epistemologi Realisme tentang Pendidikan


Realisme merupakan filsafat yang memandang bahwa sesuatu yang riil adalah
sesuatu yang bersifat fisik dan psikis. Beberapa tokoh yang disebut-sebut sebagai
pendukung aliran ini

antara lain: Aristoteles, John Amos Comenius, Francis Bacon, John Locke, Galileo,
David Hume, dan John Stuart Mill.
Aliran realisme dalam konteks ini meyakini, bahwa memuaskan subjek didik
hanyalah sebagai instrumen untuk peraihan tujuan pendidikan, bukan sebagai focus
aktifitas pembelajaran. Epistemologi realisme tentang pendidikan meniscahyakan
bahwa setiap proses pembelajarn mesti didekati dengan pendekatan induktif bukan
deduktif. Pendekatan ini baginya adalah cara yang relevan untuk menanamkan
pengetahuan dan nilai kedalam diri subjek didik.

4. Epistemologi Pragmatisme tentang Pendidikan

Kaum pragmatisme meyakini bahwa pikiran manusia bersifat aktif dan


berhubungan langsung dengan upaya penyelidikan dan penemuan. Kelompok
pragmatisme mengklaim bahwa suatu ide dikatakan benar jika ia benar-benar bias
diterapkan. Kaum pragmatism meyakini bahwa subjek didik harus belajar dari
keingintahuan, sementara guru mesti merangsang keingintahuan itu tampil dalam
proses inquiry.

5. Epistemologi Islam tentang Pendidikan

Mengingat ibadah dalam islam selalu dikaitkan dengan aktivitas berpikir dan
memang berpikir adalah perintah ilahi agar manusia bias beriman, maka manusia
meniscayakan pengetahuan rasional didalam proses kependidikan islam berorientasi
pada nilai-nilai ketuhanan.

B. Nilai dan Kependidikan

Nilai adalah gambaran tentang sesuatu yang indah dan menarik, yang
mempesona, yang menakjubkan, yang membuat kita bahagia, senang dan merupakan
sesuatu yang menjadikan seseorang atau sekelompok orang ingin memilikinya. Nilai
pada hakikatnya tidak timbul dengan sendirinya, tetapi ada faktor-faktor yang
menjadi prasyarat dan pembangkit.

Secara sederhana nilai merupakan sebuah ide atau konsep tentang sesuatu
yang amat penting dalam kehidupan dan memang menjadi perhatian seseorang,
sehingga jika seseorang sedang memikirkan sesuatu nilai, maka pada dasarnya ia
telah mengushakan nilai-nilai dari

1. Nilai dan Pendidikan Menurut Aliran Idealisme

Seperti telah diuraikan diatas, kaum idealism dengan pahamnya bahwa


sommum bonum (ide kebaikan tertinggi) kehidupan manusia sesungguhnya telah
ada bersamaan dengan kemunculan dirinya kedunia, menjadikan, bahwa nilai apapun
selalu bersifat tetap dan tidak berubah-ubah, absolut. Dengan demikoan dapat
dikatakan, bahwa realisasi nilai absolut dalam diri manusia memerlukan
pengupayaan-pengupayaan atau sokongan dari unsur-unsur lain diluar individu itu
agar ia tampil dalam tindakan. Dalam kaitannya dengan pendidikan, segala upaya
edukasi selalu bermakna pembiasaan-pembiasaan dan pengupayaan-pengupayaan
tegaknya aturan-aturan, dan norma-norma kebaikan.

2. Nilai dan Pendidikan Menurut Aliran Realisme

Ajaran filsafat memperlihatkan, bahwa suatu yang riil atau sesuatu yang benar
adalah sesuatu yang merupakan gambaran nyata atau salinan sebenarnya dari dunia
realitas. Realisme percaya bahwa dengan sesuatu atau lain cara, ada hal-hal yang
hanya terdapat di dalam dan tentang dirinya sendiri, serta yang hakikatnya tidak
terpengaruh oleh seseorang.

3. Nilai dan Pendidikan Menurut Aliran Pragmatisme

Bagi kelompok pragmatis nilai itu bersifat relatif. Etik dan aturan-aturan
moral tidak permanen tetapi tampil karena perubahan budaya dan masyarakat.
Semakin kompleks sebuah masyarakat, tuntutan kepada individu pun juga semakin
besar.Tetapi kelompok pragmatis menolak konsep individualism ini yang mengarah
pada eksploitasi dan jiga persetujuan sosial yang menggabungkan individualitas
orang.

4. Nilai dan Pendidikan dalam Islam

Nilai dalam konteks islam terbagi kepada dua hal, yaitu yang tetap dan yang
tidak tetap. Yang pertama disebut dengan nilai-nilai yang wajib yang entitasnya telah
disepakati dan jelas, sedangkan yang kedua bersifat fleksibel dan lahir dari dinamika
masyarakat.

Paling tidak ada tiga unsur yang tidaj dapat terlepas dari nilai, yakni

1. Bahwa nilai berhubungan dengan subjek.


2. Bahwa nilai teraplikasi dalam tindakan praktis.
3. Bahwa nilai-nilai bersifat subjektif.

C. Etika dan Pendidikan

Nilai, moral dan etika merupakan tiga sitilah yang saling terkait yang biasanya
dalam bahasa sehari-hari dianggap sepadan, baik dalam makna maupun dalam fungsi,
pada hal hetiga kata itu memiliki hakikat dan orientasi yang berbeda-beda kendati
pun antara satu dengan yang lain terkait erat.

Nilai adalah gambaran seseorang tentang sesuatu yang indah dan yang
menarik, yang mempesona, yang menakjubkan, yang membuat kita bahagia, senang
dan ingin memilikinya. Moral adalah nilai-nilai dan norma-norma yang menjadi
pegangan bagi seseorang atau kelompok dalam mengatur tingkah lakunya.

D. Estetika dan Pendidikan

Estetika merupakan studi nilai dalam realitas keindahan. Nilai estetika


biasanya sukar untuk dinilai , karena nilai-nilai ini menjadi nilai milik personal dan
sangat subjektif. Pendeknya, pendidikan dan estetika merupakan sesuatu yang tidak
dapat dipisahkan begitu saja, tidak saja

karena aktifitasnya yang membutuhkan nilai estetis, tetapi juga mengingat entitasnya
yang memang juga akan membangun nilai-nilai estetis dalam diri subjek didik.
BAB V TEORI-TEORI PENGEMBANGAN SUMBER DAYA MANUSIA

A. Pengembangan Sumber Daya Manusia dalam Pendidikan

Secara umum, berbagai pemikiran filosofis tentang eksistensi manusia dalam


kaitannya dengan pengembangan kemanusiaannya di dunia ini dapat digambarkan
kepada tiga kelompok pemikiran, yaitu nativisme, empirisme, dan konvergensi.

Pendidikan adalah usaha sadar bersama yang dilakukan secara sistematis dan
terarah menuju terwujudnya generasi-generasi yang di cita-citakan.

B. Teori Pengembangan Sumber Daya Manusia dalam Konteks Islam

Dalam mencari dan mengembangkan ilmu pengetahuan ini diperlukan daya


nalar dan kecermatan daya pandang yang baik. Daya nalar akan baik apabila selalu
berhadapan dengan problem yang mesti dihadapi. Oleh karena itu memupuk
kepekaan subjek didik terhadp dunia realita dan mampu membuat rumusan masalah-
masalah yang ia hadapi merupakan sesuatu kemestian dalam mengembangkan
sumber daya manusiadalam konteks ini.

C. Teori Pengembangan Sumber Daya Manusia dalam Aliran-aliran Filsafat

1.Idealisme

Idealisme adalah suatu aliran filsafat yang paling tua yang umumnya
disandarkan dengan filsuf besar Plato. Aliran memiliki suatu keyakinan, bahwa
realitas ini terditi dari substansi sebagaimana ide-ide atau spirit.

Aliran ini menekankan realitas moral dan spiritual sebagai sumber untuk
menerangkan alam. Aliran ini memandang nilai adalah suatau yang absolut dan
universal.

Idealisme meyakini, bahwa manusia lahir kedunia dengan membawa ide yang
disebutnya dengan innate idea (ide bawaan). Disini ide merupakan suatu ultimate.
Ajaran tersebut menjadikan aliran ini sampai pada suatu pemahaman bahwa manusia
lahir dengan membawa nila-nalai kebaikan yang dengannya manusia mesti
memeliharanya agar apa yang telah dibawanya menjadi nyata dalam realitas.

2. Rasionalisme
Rasionalisme adalah suatu aliran filsafat yang muncul pada zaman modern
dengan menekannkan bahwa dunia luar adalah sesuatu yang riil. Rasionalisme
menekankan bahwa kesempurnaan manusia tergantung pada kualitas rasionya
dalam mencerna realitas yang ada disekitarnya.

Berdasarkan pemikirannya ini, aliran ini berpendapat bahwa tujuan


pendidikan adalah semacam pertumbuhan dan perkembangan subjek didik secara
penuh berdasarkan bekal ilmu pengetahuan dan keterampilan yang luas yang
berguna bagi kehidupannya, sehingga iapun lebih mudah dapat menyesuaikan diri
dengan masyarakat dan lingkungannya.

Pada hakikatnya kelahiran realism sebagai suatu aliran dalam filsafat sebagai
sintesis antara filsafat idealism Immanuel Kant di satu sisi dan empirisme John Locke
disisi lainnya. Menurut aliran realism, sesuatu dikatakan benar jika memang riil dan
secara substantif ada. Aliran ini meyakini, bahwa adanya hubungan interaksi pikiran
manusia dan alam semesta tidak akan memengaruhi sifat dasar dunia.

4. Eksistensialisme

Kaum eksistensialis membedakan antara eksistensi dan esensi. Eksistensi


berate keadaan aktual yang terjadi dalam ruang dan waktu, eksistensi menunjuk
sesuatu yang ada disini, dan sekarang , eksistensi berate kehidupan yang penuh,
tangkas, sadar, tanggung jawab dan berkembangan.

5. Eksperimentalisme

Seperti halnya eksistemsialisme, kelompok eksperimentalisme juga


memandang manusia sebagai makhluk yang dinamis, aktif, dan kreatif. Manusia –
manusia eksperimentalis adalah manusia-manusia yang optimis bahwa ia dapat
membentuk kualitas dirinya melalui pembiasaan berpikir kraatif berdasarkan
pengalaman-pengalaman. Eksperimentalisme memandang bahwa belajar mestilah
dimaknai dengan memberikan latihan kecerdasan dalam menghadapi berbagai
tantangan persoalan hidup, sehingga subjek didik dapat terbiasa aktif mengolah
berbagai data dan informasi untuk memecahkan problem hidupnya.

6. Dialog Antar-Aliran
Secara keseluruhan, tampak bahwa orientasi aliran-aliran dalam
pengembangan sumber daya manusia pada dua kelompok pengembangan, dalam
konteks idealism-rasionalisme di satu sisi dan realisme-empirisme disisi lainnya.
Yang pertama menjadikan rasionalitas sebagai tujuan dan orientasi pengembangan,
sedangkan yang lain menjadikan rasionalitas sebagai instrument pengembangan.
Konsekuensinya jika yang pertama mengabaikan pengalaman riil manusia, maka
yang kedua mereduksi kebenaran semata-mata yang teramati,terukur dirasakan
manfaatnya secara riil.

BAB VI ALIRAN-ALIRAN DALAM FILSAFAT PENDIDIKAN

A. Pengantar

Pendidikan sejak awal sejarah lahirnya selalu diarahkan pada upaya-upaya


menjadikan manusia-manusia subjek didiknya memiliki perbaikan perbaikan dan
perubahan-perubahan yang mengarah pada realisasi idealitas manusia.

Persoalan kualitas manusia bukanlah merupakan entitas yang berdiri sendiri.


Ada banyak varian yang bergelayut diatasnya, baik dari subjek, maupun dari varian
lain yang berada diluar dirinya. Yang paling dekat dengan hal ini tentulah institusi
pendidikan; informal, nonformal, dan formal yang juga mempunyai varian tersendiri
pula.

B. Progresivisme

1. Progresivisme dalam Pengertian Sejarah

Progresivisme secara bahasa dapat diartikan sebagai aliran yang


menginginkan kemajuan-kemajuan secara cepat. Dalam konteks filsafat pendidikan,
progresivisme merupakan suatu aliran yang menekankan bahwa pendidikan
bukanlah sekedar upaya pemberian sekumpulan pengetauan kepada subjek didik,
tetapi hendaklah berisi beragam aktivitas yang mengarah pada pelatihan kemampuan
berpikir secara menyeluruh, sehingga mereka dapat berpikir secara sistematis
melalui cara-cara ilmiah seperti penyediaan ragam data empiris dan informasi
teoritis, memberikan analisis, pertimbangan dan pembuatan kesimpulan menuju
pemilihan alternative yang paling memungkinkan untuk pemecahan masalah yang
tengah dihadapi.

2. Landasan Filosofis Progresivisme

Progresivisme beranggapan bahwa kemajuan-kemajuan yang telah dicapai


manusia tidak lain adalah karena kemampuan manusia dalam mengembangkan
berbai ilmu pengetahuan berdasarkan tata logis dan sistematisasi berpikir ilmiah.
Oleh karena itu, tugas pendidikan adalah melatih kemampuan-kemampuan subjek
didiknya dalam memecahkan berbagai masalah kehidupan yang mengarah pada
pengembangan ilmu pengetahuan yang berguna bagi kehidupannya dalam
masyarakat.

3. Pandangan Progresivisme tentang Pendidikan

Asas pokok aliran ini adalah bahwa karena manusia selalu tetap survive
terhadap semua tantangan kehidupannya yang secara praktis akan senantiasa
mengalami kemajuan. Oleh krena itu aliran ini selalu memandang bahwa pendidikan
tidak lain adalah proses perkembangan, sehingga seorang pendidik mesti selalu siap
untuk senantiasa memodiifkasi berbagi metode dan strategi dalam pengupayaan
ilmu-ilmu pengetahuan terbaru dan berbagai perubahan-perubahan yang menjadi
kecenderungan dalam suatu masyarakat.

C.Perenialisme

Perenialisme mengatakan bahwa tradisi dipandang sebagai prinsip-prinsip


yang abadi yang terus mengalir sepanjang sejarah manusia, karena ia adalah
anugerah Tuhan pada semua manusia dan memang merupakan hakikat insaniah
manusia.

2. Landasan Filosofis Perenialisme

Aliran ini memandang bahwa hakikat manusia sebagai makhluk rasional yang
akan selalu sama bagi setiap manusia di manapun dan sampai kapanpun dalam
pengembangan historitasnya. Menurut psikologi Plato, manusia pada hakikatnya
memiliki tiga potensi dasar yaitu nafsu, kemauan dan pikiran. Ketiga potensi ini
merupakan asas bagi bangunan watak manusia.

3. Pandangan Perenialisme tentang Pendidikan

Perenialisme dalam konteks pendidikan dibangun atas dasar suatu keyakinan


ontologisnya, bahwa batang tubuh pengetahuan yang berlangsung dalam ruang dan
waktu ini mestilah terbentuk melalui dasar-dasar pendidikan yang diterima manusia
dalam kesejarahannya. Robert M. Hutchins, salah seorang tokoh perennial
menyimpulkan bahwa tugas pokok pendidikan adalah pengajaran.

D. Esensialisme

1. Esensialisme dalam pengertian Sejarah

Filsafat esensialisme adalah suatu aliran filsafat yang lebih merupakan


perpaduan ide filsafat idealism-objektif di satu sisi dan realism-objektif disisi lainnya.
Dalam konteks pendidikan, aliran ini memiliki ciri utamanya yang menekankan,
bahwa pendidikan mesti dibangun diatas nilai-nilai yang kukuh, tetap dan stabil.

2.Landasan Filosofis Esensialisme

Aliran ini berpendapat bahwa sumber segala pengetahuan manusia terletak


pada keteraturan lingkungan hidupnya. Dalam bidang aksiologi, nilai bagi aliran ini,
seperti kebenaran, berakar dalam dan berasal dari sumber objektif. Watak sumber
merupakan perpaduan pandangan idealisme dan realism.

3. Pandangan Esensialisme tentang Pendidikan

Kelompok esensialisme memandang bahwa, pandidikan yang didasari pada


nilai-nilai yang fleksibel dapat menjadikan pendidikan ambivalen dan tidak memiliki
arah dan orientasi yang jelas. Esensialisme memberikan penekanan upaya
pendidikan dalam hal pengujian ulang materi-materi kurikulum, memberikan
pembedaan-pembedaan esensial dan non-esensial dalam berbagai program sekolah
dan memberikan kembali pengukuhan autoritas pendidik dalam suatu kelas di
sekolah.

E. Rekonstruksionisme dalam Pengertian dan Sejarah


1. Rekonstruksionisme dalam Pengertian dan Sejarah

Dalam konteks filsafat pendidikan, rekonstuksionisme adalah sebuah aliran


yang berupaya merombak tata susunan lama dan membangun tata susunan hidup
kebudayaan yang bercorak modern. Aliran ini sering pula disebut dengan aliran
rekonstruksi sosial. Aliran ini pada prinsipnya sependapat dengan aliran
perenialisme dalam mengungkap krisis kebudayaan modern.

2. Landasan Filosofis Rekonstruksionisme

Aliran rekonstruksionisme memandang bahwa realitas itu bersifat universal,


realitas itu dimana saja dan sama di setiap tempat. Pada prinsipnya aliran ini
memandang alam metafisika dalam bentuk dualisme dimana alam nyata ini
mengandung dua hakikat, jasmani dan rohani. Kedua macam hakikat itu memiliki ciri
yang bebas dan berdiri sendiri, azali dan abadi, hubungan antara keduanya
menciptakan suatu kehidupan dalam alam.

3. Pandangan Rekonstruksionisme tentang Pendidikan

Aliran ini yakin bahwa pendidikan tidak lain adalah tanggung jawab sosial. Hal
ini mengingat eksistensi pendidikan dalam keseluruhan realitasnya diarahkan untuk
pengembangan dan atau perubahan masyarakat.

Para rekonstruksionis menginginkan, bahwa pendidikan dapat memunculkan


kesadaran para subjek didik untuk senantiasa memperlihatkan persoalan sosial,
ekonomi dan politik dan menjelaskan kepada mereka bahwa memecahkan kesemua
problem itu hanya melalui keterampilan memecahkan problem.

F. Dialog Antar-Aliran

Berbagai pemikiran yang ditampilkan oleh masing-masing aliran filsafat diatas


bergulir diatas bangunan epistemologi masing-masing. Proses pendidikan dalam
konteks progresivisme adalah memberikan pengalaman empiris kepada subjek-
subjek didik agar ia memiliki kemampuan ilmiah dakam memecahkan berbagai
problem kehidupan agar ia siap menghadapi berbagai perubahan dalam suatu
kehidupan di masyarakatnya.
Rekonstruksionisme percaya bahwa pendidikan sebagai suatu lembaga
masyarakat tentulah diarahkan pada upaya rekayasa sosial, sehinga segala
aktivitasnya pun senantiasa merupakan solusi bagi berbagai problematika kehidupan
dalam masyarakat.

BAB VII PENDIDIKAN DAN POLITIK NEGARA

A.Posisi Lembaga Pendidikan dalam Sistem Politik Negara

Dunia pendidikan merupakan institusi sosial yang memiliki hubungan


langsung dalam kehidupan masyarakat, namun tidak dapat disangkal bahwa dalam
pelaksanaanya, ada dominasi politik yang kuat, terutama dalam sistem pendidikan
yang di selenggarakan oleh penguasa atau kelompok tertentu (pendidikan negeri).

Paling tidak ketertundukan institusi pendidikan pada sistem politik meliputi


beberapa hal, yakni:

1. Sebagai agen utama untuk sosialisasi politik bagi generasi muda dalam
pengembangan politik suatu negara.
2. Sebagai agen yang menentukan bagi ketersediaan pelaku politik.
3. Sebagai pemasok utama bagi penumbuhkembangan integrasi politik dan
kesadaran politik.
4. Sebagai agen bagi pengembangan ideologi politik kelompok yang berkuasa
dan atau pemilik wewenang.
5. Sebagai agen aktivitas aktualisasi misi dan visi suatu golongan atau lebih yang
berada pada level dominasi.

Dikatakan sebagai agen sosialisasi politik karena institusi pendidikan di sini


merupakan suatu proses yang maa seseorang menginternalisasikan norma dan nilai-
nilai dari suatu sistem politik tertentu. Proses internalisasi ini berlanjut dalam
tatanan nilai dan perilaku politik, baik di tengah-tengah keluarga maupun dalam
pergaulan. Oleh Karena itu pendidikan masa depan adalah pendidikan sekolah yang
memiliki sikap proaktif terhadap lembaga-lembaga yang sangat konsen dengan nilai-
nilai politis perlu dibangun suatu kerja sama yang baik dan permanen.
B. Dialektika Sistem Politik dan Ideologi Pendidikan Suatu Bangsa

Pengaruh sistem politik dalam pendidikan sebagaimana telah diungkapkan


diatas, sangat potensial dalam membangun corak dan model pengembangan sistem.
Tipe sistem politik merupakan hal yang penting dalam menentukan hakikat proses
sekolah. Perbedaan –perbedaan dalam pendidikan umpamanya, antara rezim
kapitalis dan sosialis, negeri-negeri yang sedang berkembang dan terbelakang dalam
masyarakat pedesaan atau perkotaan, pada dasarnya merupakan pengaruh dari
sistem politik yang ada dalam negeri mereka.

Apapun yang dilakukan oleh dunia pendidikan selalu merujuk pada tatanan
yang dibangun oleh dunia politik melalui putusan-putusan politik yang terjelma
dalam rumusan undang-undang pendidikan. Rumusan ini banyak variannya sangat
tergantung pada sistem berpikir dan tata kerja orang-orang yang bergabung didalam
memikirkan dunia pendidikan kedepan.

BAB III

PEMBAHASAN

A. Pembahasan isi buku


a. Pembahasan bab 1 tentang pengertian filsafat:
Dalam buku utama filsafat adalah suatu peroses berpikir logis, kritis,
dan sistematis tentang segala realitas yang ada dan yang mungkin ada yang
akan menjadi sikap dan keyakinan yang sangat dijunjung tinggi oleh
subjeknya.
Sedangkan menurut buku pembanding filsafat ialah upaya manusia
dengan akal budinya untuk memahami, mendalami, dan menyelami secara
radikal, integral, dan sistematik mengenai ketuhanan, alam semesta dan
manusia.
b. Pembahasan bab 2 tentang pengertian filsafat pendidikan:
Dalam buku utama filsafat Pendidikan adalah upaya berfikir logis,
kritis, radikal, sistematis, metodis, utuh, dan menyeluruh tentang persoalan-
persoalan yang berkenaan dengan permasalahan Pendidikan dan aspek-aspek
penting yang terkait dengannya.
Dalam buku pembanding filsafat Pendidikan merupakan terapan ilmu
filsafat terhadap problem Pendidikan. Atau filsafat yang diterapkan dalam
suatu usaha pemikiran (analisis filosofis) mengenai masalah pendidikan. Jadi,
filsafat Pendidikan sebagai ilmu yang hakikatnya merupakan jawaban atas

c. Pembahasan bab 3 tentang hakikat Pendidikan:


Menurut Omar Mohammad al-Toumy al-syaebani dalam buku utama
“Pendidikan adalah usaha mengubah tingkah laku individu dalam kehidupan
pribadinya atau kehidupan masyarakat dan kehidupan dalam alam
sekitarnya”.
Dalam buku pembanding Pendidikan adalah usaha manusia untuk
menumbuhkan dan mengembangkan potensi-potensi pembawaan, baik
jasmani maupun rohani sesuai dengan nilai-nilai yang ada dalam masyarakat
dan kebudayaan.
Dalam dua pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa Pendidikan
adalah usaha manusia untuk mengubah tingkah laku individunya dalam
kehidupan masyarakat sesuai dengan nilai-nilai yang ada dalam masyarakat
dan lingkungan sekitarnya.

d. Pembahasan bab 4 pengetahuan dan nilai:


Dalam buku utama penulis berpendapat bahwa Pendidikan dan
pengetahuan hanya bisa di peroleh melalui guru dan sekolah.
Dalam buku pembanding penulis berpendapat bahwa Pendidikan dan
pengetahuan dapat di peroleh dari mana saja termasuk pengalaman hidup
sesorang, dan masalah hidup seseorang
e. Pembahasan bab 5 tentang teori-teori pengembangan sumber daya manusia:
Dalam buku utama, manusia sebagai subjek sekaligus juga objek dalam
konteks Pendidikan, dikatakan sebagai objek mengingat manusia itlah yang
menjadi sasaran Pendidikan, sedangkan dikatakan sebagai subjek karena ia
adalah makhluk yang aktif dan kreatif dalam membangun imajinasinya
menuju pembentukan kepribadian yang kukuh dan mandiri dalam
menghadapi berbagai problem kehidupannya.
Dalam buku pembanding, proses Pendidikan berlangsung Bersama
dengan proses hidup dan kehidupan seseorang untk seumur hidup.
Dari penjelasan diatas dapat disimpulkan bahwa manusia tidak akan
pernah lepas dari Pendidikan, selagi manusia itu hidup maka ia akan terus
mendapat Pendidikan.
f. Pembahasan bab 6 tentang aliran-aliran dalam filsafat pendidikan:
Dalam buku utama. Aliran progrevisme adalah suatu aliran yeng
menekankan bahwwa Pendidikan bukanlah sekadar upaya pemberian
sekumpulan pengetahuan kepada subjek didik, tetapi hendaklah berisi
beragam aktivitas yang mengarah pada pelatihan kemampuan berpikir secara
menyeluruh.
Perenialisme adalah suatu aliran yang berupaya menerapkan nilai-nilai
atau norma-norma yang bersifat kekal dan abadi yang selalu seperti itu
sepanjang sejarah manusia.
Esensialisme adalah suatu aliran filsafat yng lebih merupakan
perpaduan ide filsafat idealisme-objektif di satu sisi dan realisme-objektif di
sisi lainya.
Dalam buku pembanding, progresivisme identic dengan
eksperimentalisme, yang berarti aliran ini menyadari dan mempraktikkan
eksperimen adalah alat utama untuk menguji kebenaran suatu teori dan suatu
ilmu pengetahuan.
Perennialisme adalah aliran yang memandang keadaan sekarang
sebagai zaman yang sedang ditimpa krisis kebudayaan karena kekacauan,
kebingungan dan kesimpangsiuran. Perennalisme berpendapat, untuk
mengatasi ganguan kebudayaan diperlukan usaha untuk menemukan dan
mengamankan lingkungan sosiokultural, intelektual, dan moral. Jalan yang di
tempuh adalah dengan cara regresit, yakni Kembali kepada prinsip umum
yang ideal yang dijadikan dasar tingkat pada zaman kuno abad pertengahan.
Esensialisme adalah aliran filsafat yang menginnginkan agar manusia
Kembali kepada kebudayaan lama, karena kebudayaan lama telah banyak
melakukan kebaikan untuk manusia.
g. Pembahasan bab 7 tentang Pendidikan dan politik negara:
Dalam buku utama, untuk melihat kemajuan suatu negara lihatlah dari
bagaimana penyelenggaraan pendidikannya. Dari sini dapat di tegaskan
bahwa gembaran masa depan suatu bangsa dan negara tergambar dari corak
bangun dunia Pendidikan yang diselenggarakan.
Menurut pendapat saya kemajuan suatu negara tidak hanya bisa dilihat
dari penyelenggaraannya namun kemajuan suatu bangsa bisa dilihat dari
tingkat kesadaran masyarakatnya, percuma jika fasilitas Pendidikan diberikan
namun masyarakatnya tidak ada kesadaran untuk mengikuti Pendidikan.

B. Kelebihan dan kekurangan buku


1. Aspek tampilan buku
Buku pembanding “FLSAFAT PENDIDIKAN” karya Muhammad Anwar
lebih menarik tampilannya daripada buku utama.
2. Aspek layout, tata letak, tata tulis, dan penggunaan font
Buku pembanding layout dan tata letaknya tersusun rapi, tulisannya
tidak terlalu kecil dan tidak terlalu besar. Sedangkan buku utama
tulisannya terlalu besar.
3. Aspek isi buku
Buku utama karya “Prof. Dr. MUHMIDAYELI, M.Ag.” materinya lebih
lengkap. Sedangkan di buku pembanding karya “MUHAMMAD ANWAR”,
kurang lengkap, banyak materi yang di buku utama tidak terdapat di buku
pembanding.
4. Aspek tata Bahasa
Tata Bahasa di buku pembanding lebih mudah dipahami dari pada buku
utama yang lumayan sulit dipahami.
BAB IV
PENUTUP

A. Kesimpulan
Filsafat adalah ilmu dari segala ilmu, ilmu yang mencari suatu kebenaran
dengan cara berpikir dan karena adanya suatu keragu raguaan. Maka dari itu
dibutuhkan suatu buku sebagai pegangan bagi mahasiswa untuk lebih memahami
secra mendalam tentang mata kuliah filsafat pendidikan. Dan untuk mendalami apa
yang ada pada materi tersebut diberikan tugas Critical Book Report sebagai salah
satu cara dalam membantu mahasiswa dalam memhami isi buku tersebut.

B. Rekomendasi
Berdasarkan hasil Critical Book Report yang sudah di review, periview
menyarankan agar filsafat pendidikan dipelajari dan dipahami semua lapisan baik
guru, orang tua maupun masyarakat sehingga meningkatkan prestasi anak dalam
berbagai hal kehidupan

DAFTAR PUSATAKA

Muhmidayeli, Filsafat Pendidikan, Refika Aditama, Bandung 2013


Anwar Muhammad, Filsafat Pendidikan, Prenadamedia Group, Jakarta 2018

Anda mungkin juga menyukai