FILSAFAT PENDIDIKAN
DOSEN PENGAMPU
NAMA: Dra. Dorlince Simatupang, M.Pd
Disusun Oleh:
2193131004
2019
KATA PENGANTAR
Puji syukur saya panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan
berkatNya sehingga saya dapat menyelesaikan makalah critical book report ini dengan tepat
waktu. Makalah critical book report ini saya buat guna memenuhi tugas critical book report mata
kuliah “FILSAFAT PENDIDIKAN” pada semester I tahun 2019.
Adapun makalah critical book report ini saya buat dengan referensi melalui buku
karangan Prof. Dr. Muhmidayeli, M.Ag sebagai buku utama dan buku karangan Muhammad
Anwar sebagai buku pembanding.
Saya juga mengucapakan terima kasih kepada dosen pembimbing mata kuliah filsafat
pendidikan ibu Dra. Dorlince Simatupang, M.Pd yang telah memberikan saya kesempatan dan
bimbingan sehingga saya dapat menyelesaikan makalah ini tepat waktu.
ii
DAFTAR ISI
Halaman Judul ………………………………………………………..i
iii
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Filsafat dan pendidikan merupakan dua istilah yang berdri pada makna dan hakikat
masing- masing, namun ketika keduanya digabungkan kedalam satu tema khusus, maka iapun
memiliki makna tersendiri yang menunjuk dalam suatu kesatuan pengertian yang tidak
terpisahkan. Kendati filsafat pendidikan telah dipandang sebagai suatu disiplin ilmu yang berdiri
sendiri, namun bukanlah berarti bahwa kajiannya hanyalah sekedar menelaah sendi- sendi
pendidikan dan atau filsafat semata. Filsafat pendidikan adalah bagian yang tidak dapat
dipisahkan dari filsafat secara keseluruhan, baik dalam sistem maupun metode.
Usia filsafat sudah memberikan bentuk-bentuk pemikiran yang bervariasi, juga telah
melahirkan berbagai aliran dan paham yang mengideologis. Dalam filsafat juga menguraikan
pendidikan karakter, yaitu pendidikan yang berbasis pada nilai-nilai kepribadian bangsa yang
digali dari keyakinan yang beragama, kebudayaan, dan kreatifan lokal, serta kesucian hati nurani
manusia yang merupakan fitrah dari sang pencipta.
1.2 Tujuan
Pembuatan Critical Book Report ini memiliki tujuan untuk
1. Membandingkan dua buku filsafat pendidikan dengan pengarang yang berbeda.
2. Mengetahui kelemahan dan kelebihan suatu buku.
1.3 Manfaat
1. Membantu memahami karakteristik filsafat pendidikan.
2. Membantu memahami perkembangan filsafat pendidikan dalam negeri.
3. Membantu mahasiswa mengkritisi suatu hal termasuk dalam perbandingan dua buah
buku.
1
BAB II
ISI BUKU
Buku utama filsafat pendidikan karangan Prof. Dr. Muhmidayeli, M.Ag.
(Terbit pada bulan September 2013)
BAB I MENGENAL KAWASAN FILSAFAT
Dalam bahasa Yunani istilah fisafat dijenal dengan kata philosophia yang berasal dari dua
unsur kata, yaitu philo yang berarti cinta dan kata Sophia yang berarti kearifan, hikmah,
kebijaksanaan, keputusan ataupun pengetahuan yang benar. Dari kata ini dapat diketahui, bahwa
secara harfiah fisasat dapat diartikan sebagai cinta ajkan kebenaran dan atau kebijaksanaan.
Ruang Lingkup
Berdasarkan objek kajiannya, kajian filsafat biasanya dibagi kedalam tiga bidang
permasalahan: metafisika, epistomologi, dan aksiologi.
Metafisika
Metafisika merupakan cabang filsafat yang mengkaji persoalan yang berkenaan dengan
hakikat realitas. Konsentrasi filsafat ini lebih diarahkan untuk menelaah dan atau mengkaji
secara mendalam dan menyeluruh tentang hakikat yang ada dan dianggap ada. Metafisika
terfokus telaahannya pada bidang esensi.
Epistemologi
Aksiologi
Dalam bidang aksiologi, pemikiran filsafat diarahkan pada persoalan nilai, baik dalam
konteks estetika, moral maupun agama.
2
B. Filsafat dan Ilmu Pengetahuan
Bahan filsafat tidaklah sama dengan bahan ilmu pengetahuan. Bahan pada filsafat bersifat
universal, sedangkan ilmu terbatas hanya pada bidang- bidang tertentu, sifatnya parsial. Hal lain
yang membedakan dunia filsafat dengan ilmu pengetahuan adalah aktivitasnya. Filsafat memulai
kerjanya dengan langkah yang tidak memberikan kepemihakan. Lain halnya dengan pengetahuan
yang memiliki nilai kebenaran yang bersifat parsial, maka dalam aktivitas pencariannya, ia mesti
mengabaikan aspek-aspek yang lai, kendatipun ilmuwan menyadari bahwa hubungan
interdepedensi antar- realitas itu tidak dapat dielakkan.
Pengetahuan
Pengetahuan pada hakikatnya akan selalu bersifat relasional, yaitu adanya hubungan
interpedensi antara subjek dan objek.
Kebenaran
Kebenaran dalam bahasa sehari- hari selalu dipertentangkan dengan kebohongan atau
dusta; sesuatu yang memiliki celah salah, keliru dan ketidak validan. Dalam konteks filsafat,
istilah filsafat lebih lazin dipertentangkan dengan kekeliruan atau kekhilafan..
Dalam konteks kajian filsafat pengetahuan, paling tidak ada enam teori kebenaran, yaitu:
1. Teori korespondensi; teori ini berpendapat bahwa kebenaran adalah hubungan antara
subjek dan objek.
2. Teori konsistensi; teori ini mengatakan bahwa kebenaran adalah sesuatu yang selalu sama
kesan antarsubjek terhadap objek yang saman, sehingga validitasnyapun sangat
tergantung pada tanggapan-tanggapan subjek yang satu dengan yang lainnya.
3. Teori pragmatism; teori ini mengatakan bahwa kebenaran adalah pemikiran yang berguna
bagi kehidupan praktis manusia.
4. Teori relativisme; kebenaran adalah kesesuaian pengetahuan dengan perangkat persepsi
yang sehat.
5. Teori Empirisme; kebenaran adalah pengetahuan yang bias dialami secara indrawi.
6. Teori relijius; teori ini berpandangan bahwa kebenaran adalah sesuatu yang dating dari
Tuhan.
3
Ada tiga hal yang berhubungan langsung dengan sistematika berpikir filsafat, yaitu
bagaimana seseorang itu berupaya membentuk dan membangun suatu ide, pengertian dan atau
konsep; bagaiman prosedur yang dapat ditempuh seseorang dalam membuat keputusan; dan
bagaimana pula sistem yang dapat dipedomani dalam upaya penuturan dan atau pengungkapan
apa yang tengah subjek pikirkan.
A. Pengertian
Filsafat dan pendidikan memang merupakan dua istilah yang berdiri pada mkna dan
hakikat masing-masing, namun ketika keduanya digabungkan dalam satu terma khusus, maka
iapun memiliki makna tersendiri yang menunjuk kedalam suatu kesatuan pengertian yang tidak
terpisahkan. Filsafat pendidikan adalah bagian yang tidak dapat dipisahkan dari filsafat
keseluruhan, baik dalam sistem maupun metode.
Pendidikan sangat terkait dengan aktivitas mulia manusia yang tugas utamanya adalah
membantu pengembangan humanitas manusia untuk menjadi manusia yang berkepribadian
mulia anutama menurut karakteristik idealitas manusia yang diinginkan. Hal ini sangat
diperlukan mengingat manusia memiliki potensi-potensi dalam taraf kodrat humandity (martabat
manusia) yang memiliki kesadaran diri yang mendorongnya untuk merealisasikan berbagai
potensinya, sehingga berkembang dengan baik menjadi self realization( realisasi diri) yang akan
menentukan bagi penunjukan jati dirinya yang ideal, agar dpat berfungsi dan bermanfaat bagi
hidup dan kehidupannya secara individu maupun social kemasyarakatan.
Ada beberapa alasan mengapa kualitas masyarakat memiliki relevansi dengan pendidikan
sekolah. Pertama bahwa sekolah memiliki kecenderungan untuk pengupayaan perubahan-
perubahan tingkah laku yang merupakan cerminan dari setiap individu yang bernaung dalam
suatu masyarakat. Selain itu, pendidikan sekolah dapat dilihat sebagai pengupayaan manusia
sejatinya yang disengaja, terarah, dan tertata sedemikian rupa menuju pembentukan manusia-
manusia yang idela bagi kehidupannya. Pendidikan sekolah tidak lain adalah segala pengupayaan
yang dilakukan secara sadar dan terarah untuk menjadikan manusia sebagai manusia yang baik
dan ideal. Artinya, sekolah merupakan penyediaan kondisi yang baik untuk menyediakan
perilaku-perilaku potensial yang dianugerahkan kepada manusia tidak lagi sebatas
4
kecenderungan manusiawi an sich, tetapi benar-benar aktual dalam merealita kehidupannya.
Jika demikian, pendidikan sekolah adalah suatu kemestian bagi percepatan kemajuan dalam
suatu masyarakat.
Realitas-realitas kependidikan yang menjadi objek kajian filsafat pendidikan antara lain
hal-hal yang berkenaan dengan:
1. Hakikat manusia ideal sebagai acuan pokok bagi pengembangan dan penyempurnaan.
2. Pendidikan dan nilai-nilai yang dianut sebagai suatu landasan berpikir dan berbuat dalam
tatanan hidup suatu masyarakat.
3. Hakikat tujuan kependidikan sebagai arah bangun pengembangan pola dunia pendidikan.
4. Hakikat pendidik dan anak didik sebagai subjek-subjek yan terlihat langsung dalam
pelaksanaan proses edukasi.
5. Hakikat pengetahuan dan nilai sebagai aspek penting yang dikembangkan dalam aktivitas
pendidikan.
6. Hakikat kurikulum sebagai tahapan-tahapan yang akan dilalui dalam proses kependidikan
menuju peraihan tujuan-tujuan.
7. Hakikat metode dan strategi pembelajaran yang memungkinkan penumbuhkembangan
potensi subjek didik.
8. Alternatif-alternatif yang mungkin dilalui dalam pengembangan sumber daya manusia
baik menyangkut prinsip-prinsip, metode maupun alat-alat pendukung peraih tujuan.
9. Keterkaitan dunia pendidikan dengan lembaga-lembaga lain dalam lingkup masyarakat,
seperti pendidikan dan dunia politik, pendidikan dan sistem pemerintahan,
pendidikan,tata hokum dan adat dalam masyarakat.
10. Keterkaitan dunia kependidikan dengan perubahan-perubahan taraf hidup dalam
masyarakat.
11. Aliran-aliran filsafat yang tumbuh dan berkembang dalam memecahkan berbagai ragam
problem kependidikan.
12. Keterkaitan pendidikan sebagai suatu lembaga dengan ideology yang dianut dan yang
berkembang dalam suatu masyarakat.
Para filsuf berbeda-beda dalam memandang hakikat manusia,yang sekaligus juga menjuk
pada perkembangan-perkembangan pemikiran dalam dunia filsafat itu sendiri.
Plato umpamanya, ia memandang manusia sebagi suatu pribadi yang tidak terbatas pada
saat bersatunya jiwa dengan raga. Bagi Plato manusia lahir membawa ide kebaikan ( innate
ideal). Aristoteles dan para pengikutnya pun dengan pemikirannya yang cerdas telah pula
melakukan analisis panjang tentang manusia dengan suatu kesimpulan bahwa manusia adalah
mahluk organis yang fungsionalisasinya tergantung pada jiwanya.
Rene Descartes seorang tokoh rasionalisme, menjelaskan bahwa jiwa adalah
terpadu,rasional,dan konsisten yang dalam aktifitasnya selalu terjadi interaksi dengan tubuh.
Kehendak bagi Schopenhauer adalah suatu kekuatan yang menggerakkan intelek kita untuk
dirinya.
1. Hakikat Pendidikan
Menjadikan manusia sebagai dirinya erat kaitannya dengan menyadarkan manusia itu
akan dirinya yang memang terlahir untuk moral. Oleh karena itu aksentuasi pendidikan
semestinya pula ditujukan pada upaya menumbuhkembangkan kesadaran moral dalam diri
manusia sehingga benar-benar aktual dalam kehidupannya.
Manusia adalah hamba Tuhan yang dianugerahkan kelengkapan potensi psikis berupa
akal,kemauan dan perasaan agar ia mampu berkreativitas dan berimajinasi dalam kehindupannya
dengan berlandaskan pada imandan moralitas yang tinggi yang sangat berguna bagi kehidupan
manusia. 6
Pendidika dalam halam hal ini dapat dilihat sebagai manusia sejatinya, disengaja, terarah,
dan tertata sedemikian rupa menuju pembentukan manusia-manusia yang ideal bagi
kehidupannya, atau dengan kata lain, pendidikan tidak lain adalah segala pengupayaan yang
dilakukan secara sadar dan terarah untuk menjadikan manusia yang baik dan ideal.
Hal yang dipikirkan dalam wilayah epistemologi adalah tentang hakikat dan seluk beluk
ilmu pengetahuan dalam keseluruhan realitasnya, seperti persoalan apakah esensi da eksistensi
pengetahuan; tentang persoalan-persoalan aktivitas apa saja yang berkaitan dengan persoalan-
persoalan seperti mengetahui, mengenai perbedan mendasar antara “mengetahui” dengan
“memercayai”, mengenai apakah kita dapat mengetahui sesuatu yang melampaui indra kita.
1. Tipe-tipe Pengetahuan
a. Pengetahuan Wahyu
b. Pengetahuan Intuitif
Pengetahuan intuitif adalah, suatu pengetahuan tentang kebenaran yang dianugerahkan
Tuhan dalam diri manusia yang paling dalam yang dalam variannya selalu melibatkan integritas
akal dan hati sebagai dua daya jiwa yang tidak terpisahkan. Pengetahuan intuitif adalah
pengetahuan dimana seseorang mendapatkan didalam dirinya suatu insight. Insight atau intuisi
7
itu merupakan sesuatu peristiwa yang dating tiba-tiba dan memunculkan suatu ide dan atau
kesimpulan yang dihasilkan melalui proses ketidaksadaran individu yang panjang.
c. Pengetahuan Rasional
Pengetahuan rasional merupakan pengetahuan yang diperolah melalui latiha akal budi
dalam mencerna ragam realitas yang ada dan hal-hal yang munkin ada, baik melalui dan atau
tanpa observasi dari keadaan-keadaan aktual.
d. Pengetahuan Empiris
Sampai saat ini, pengetahuan empiris atau pengetahuan yang di konfirmasi melalui bukti-
bukti indrawi merupakan sesuatu yang amat pening. Dengan demikian pengetahuan dalam
konteks ini terdiri dari ide-ide yang terbentuk sesuai dengan observasi fakta.
e. Pengetahuan Otoritatif
Pengetahuan otoritatif merupakan suatu pengetahuan dinggap baik dan benar bukanlah
karena kita telah membuktikannya sendiri sebagai suatu yang benar, tetapi lebih dikarenakan
oleh bukti-bukti yang diperoleh melalui otoritas para ahli dalam bidangnya. Dengan demikian
pengetahuan otoritatif lebih bersifat psikologis daripada bersifat epistemologis.
Teori pendidikan Plato sebagai tokoh penting dalam idealism mengarahkan perhatiannya
pada empat fakta utama, yaitu:
1. Ajarannya berkenaan dengan jiwa dan segala unsur yang menyangkut kesemua varian
personality manusia.
2. Ajaran pokoknya tentang manusia.
3. Ajaran filsafatnya tentang hubungan individu dan masyarakat.
4. Pendasaran pendidikan pada hal-hal sebelumnya.
Secara sederhana nilai merupakan sebuah ide atau konsep tentang sesuatu yang amat
penting dalam kehidupan dan memang menjadi perhatian seseorang, sehingga jika seseorang
sedang memikirkan sesuatu nilai, maka pada dasarnya ia telah mengushakan nilai-nilai dari
Paling tidak ada tiga unsur yang tidaj dapat terlepas dari nilai, yakni
Pendidikan adalah usaha sadar bersama yang dilakukan secara sistematis dan terarah
menuju terwujudnya generasi-generasi yang di cita-citakan.
Aliran ini menekankan realitas moral dan spiritual sebagai sumber untuk menerangkan
alam. Aliran ini memandang nilai adalah suatau yang absolut dan universal.
Idealisme meyakini, bahwa manusia lahir kedunia dengan membawa ide yang disebutnya
dengan innate idea (ide bawaan). Disini ide merupakan suatu ultimate. Ajaran tersebut
menjadikan aliran ini sampai pada suatu pemahaman bahwa manusia lahir dengan membawa
nila-nalai kebaikan yang dengannya manusia mesti memeliharanya agar apa yang telah
dibawanya menjadi nyata dalam realitas.
2. Rasionalisme
Rasionalisme adalah suatu aliran filsafat yang muncul pada zaman modern dengan
menekannkan bahwa dunia luar adalah sesuatu yang riil. Rasionalisme menekankan bahwa
kesempurnaan manusia tergantung pada kualitas rasionya dalam mencerna realitas yang ada
disekitarnya. 11
Berdasarkan pemikirannya ini, aliran ini berpendapat bahwa tujuan pendidikan adalah
semacam pertumbuhan dan perkembangan subjek didik secara penuh berdasarkan bekal ilmu
pengetahuan dan keterampilan yang luas yang berguna bagi kehidupannya, sehingga iapun lebih
mudah dapat menyesuaikan diri dengan masyarakat dan lingkungannya.
Pada hakikatnya kelahiran realism sebagai suatu aliran dalam filsafat sebagai sintesis
antara filsafat idealism Immanuel Kant di satu sisi dan empirisme John Locke disisi lainnya.
Menurut aliran realism, sesuatu dikatakan benar jika memang riil dan secara substantif ada.
Aliran ini meyakini, bahwa adanya hubungan interaksi pikiran manusia dan alam semesta tidak
akan memengaruhi sifat dasar dunia.
4. Eksistensialisme
Kaum eksistensialis membedakan antara eksistensi dan esensi. Eksistensi berate keadaan
aktual yang terjadi dalam ruang dan waktu, eksistensi menunjuk sesuatu yang ada disini, dan
sekarang , eksistensi berate kehidupan yang penuh, tangkas, sadar, tanggung jawab dan
berkembangan.
5. Eksperimentalisme
Seperti halnya eksistemsialisme, kelompok eksperimentalisme juga memandang manusia
sebagai makhluk yang dinamis, aktif, dan kreatif. Manusia –manusia eksperimentalis adalah
manusia-manusia yang optimis bahwa ia dapat membentuk kualitas dirinya melalui pembiasaan
berpikir kraatif berdasarkan pengalaman-pengalaman. Eksperimentalisme memandang bahwa
belajar mestilah dimaknai dengan memberikan latihan kecerdasan dalam menghadapi berbagai
tantangan persoalan hidup, sehingga subjek didik dapat terbiasa aktif mengolah berbagai data
dan informasi untuk memecahkan problem hidupnya.
6. Dialog Antar-Aliran
Secara keseluruhan, tampak bahwa orientasi aliran-aliran dalam pengembangan sumber
daya manusia pada dua kelompok pengembangan, dalam konteks idealism-rasionalisme di satu
sisi dan realisme-empirisme disisi lainnya. Yang pertama menjadikan rasionalitas sebagai tujuan
dan orientasi pengembangan, sedangkan yang lain menjadikan rasionalitas sebagai instrument
pengembangan. Konsekuensinya jika yang pertama mengabaikan pengalaman riil manusia, maka
yang kedua mereduksi kebenaran semata-mata yang teramati,terukur dirasakan manfaatnya
secara riil.
A. Pengantar
12
Pendidikan sejak awal sejarah lahirnya selalu diarahkan pada upaya-upaya menjadikan
manusia-manusia subjek didiknya memiliki perbaikan perbaikan dan perubahan-perubahan yang
mengarah pada realisasi idealitas manusia.
Persoalan kualitas manusia bukanlah merupakan entitas yang berdiri sendiri. Ada banyak
varian yang bergelayut diatasnya, baik dari subjek, maupun dari varian lain yang berada diluar
dirinya. Yang paling dekat dengan hal ini tentulah institusi pendidikan; informal, nonformal, dan
formal yang juga mempunyai varian tersendiri pula.
B. Progresivisme
C.Perenialisme 13
Perenialisme mengatakan bahwa tradisi dipandang sebagai prinsip-prinsip yang abadi
yang terus mengalir sepanjang sejarah manusia, karena ia adalah anugerah Tuhan pada semua
manusia dan memang merupakan hakikat insaniah manusia.
D. Esensialisme
F. Dialog Antar-Aliran
Berbagai pemikiran yang ditampilkan oleh masing-masing aliran filsafat diatas bergulir
diatas bangunan epistemologi masing-masing. Proses pendidikan dalam konteks progresivisme
adalah memberikan pengalaman empiris kepada subjek-subjek didik agar ia memiliki
kemampuan ilmiah dakam memecahkan berbagai problem kehidupan agar ia siap menghadapi
berbagai perubahan dalam suatu kehidupan di masyarakatnya.
15
BAB VII PENDIDIKAN DAN POLITIK NEGARA
Paling tidak ketertundukan institusi pendidikan pada sistem politik meliputi beberapa hal,
yakni:
1. Sebagai agen utama untuk sosialisasi politik bagi generasi muda dalam pengembangan
politik suatu negara.
2. Sebagai agen yang menentukan bagi ketersediaan pelaku politik.
3. Sebagai pemasok utama bagi penumbuhkembangan integrasi politik dan kesadaran
politik.
4. Sebagai agen bagi pengembangan ideologi politik kelompok yang berkuasa dan atau
pemilik wewenang.
5. Sebagai agen aktivitas aktualisasi misi dan visi suatu golongan atau lebih yang berada
pada level dominasi.
Dikatakan sebagai agen sosialisasi politik karena institusi pendidikan di sini merupakan suatu
proses yang maa seseorang menginternalisasikan norma dan nilai-nilai dari suatu sistem politik
tertentu. Proses internalisasi ini berlanjut dalam tatanan nilai dan perilaku politik, baik di tengah-
tengah keluarga maupun dalam pergaulan. Oleh Karena itu pendidikan masa depan adalah
pendidikan sekolah yang memiliki sikap proaktif terhadap lembaga-lembaga yang sangat konsen
dengan nilai-nilai politis perlu dibangun suatu kerja sama yang baik dan permanen.
Apapun yang dilakukan oleh dunia pendidikan selalu merujuk pada tatanan yang
dibangun oleh dunia politik melalui putusan-putusan politik yang terjelma dalam rumusan
undang-undang pendidikan. Rumusan ini banyak variannya sangat tergantung pada sistem
berpikir dan tata kerja orang-orang yang bergabung didalam memikirkan dunia pendidikan
kedepan. 16
Buku Pembanding Filsafat Pendidikan Karangan Muhammad Anwar
(Terbit pada bulan September 2018)
BAB I PENGERTIAN KEDUDUKAN FILSAFAT DALAM ILMU
PENGETAHUAN DAN KEHIDUPAN MANUSIA
A. Pengertian Filsafat
Filsafat dari segi bahasa, pada hakikatnya adalah menggunakan rasio (berpikir). Tetapi
tidak semua proses berpikir disebut filsafat. Manusia yang berpikir dapat diketahui dalam
kehidupan sehari-hari. Jika pemikiran manusia dapat dipelajari, maka ada empat golongan
pemikiran, yaitu:
1. Pemikiran Pseudo-ilmiah.
2. Pemikiran awam.
3. Pemikiran ilmiah.
4. Pemikiran Filosofis.
Harold H.Titus dalam bukunya Living Issues in philosophy mengemukakan hal-hal sebagai
berikut:
18
Dalam analisis konsep, jawabannya berbentuk defenisi-defenisi, dan defenisi terantung pula
kepada tokoh-tokoh atau lembaga yang mengeluarkan atau menciptakannya.
D. Peranan Filsafat Pendidikan
Pendidikan adalah sebagai pelaksanaan dari ide-id filsafat. Pandangan Kilpatnck dapat
dipahami, bahwa peranan dan fungsi filsafat adalah menyelidiki perbandingan pengaruh dan:
Filsafat-filsafat yang bersaing didalam proses kehidupan
Kemungkinan proses-proses pendidikan dan pembinaan watak keduanya, mengusahakan
untuk menemukan pengelolaan pendidikan yang dikehendaki untuk membina watak yang
paling konstruktif bagi golongan muda dan tua.
Adapun perbandingan pengaruh dan beberapa ide filsafat dalam pendidikan dapat diketahui
melalui sejarah pendidikan, antara lain tersimpul dalam pandangan-pandangan berikut:
1. Aliran Empiris
Menurut teori empiris, pendidik dapat berbuat sekehendak hati dalam pembentukan
pribadi anak didik untuk menjadi apa saja yang sesuai diinginkannya.
b. Naturalisme
Aliran ini disebut juga aliran negativisme, karena berpandangan bahwa pendidik hanya
wajib membiarkan pertumbuhan anak didik saja dengan sendirinya, dan selanjutnya diserahkan
kepada alam.
3. Teori Konvergensi
20
B. Proses Pendidikan Bersama Perkembangan Proses Kehidupan
Bidang filsafat pendidikan adalah juga masalah hidup dan kehidupan manusia. Dengan
mengambil pengertian secara luas, berarti masalah pendidikan mempunyai ruang lingkup
manusia atau sepnjang pengalaman yang dialami seseorang sejak ia dilahirkan hingga berpisah
dengan dunia kehidupan atau mati.
B. Aliran Progresivisme
Aliran progresivisme ini merupakan salah satu aliran filsafat pendidikan yang
berkembang pesat pada permulaan abad ke XX dan sangat berpengaruh dalam pembaruan
pendidikan.
C. Aliran Esensialisme
Esensialisme merupakan perpaduan antara ide-ide filsafat idealism dan realism.
D. Aliran Perennialisme
Perennial ialah berpegang pada nilai-nilai atau norma-norma yang bersifat abadi.
24
E. Aliran Rekonstruksionalisme
Rekonstruksionalisme bercita-cita untuk mewujudkan dunia dimana kedaulatan nasional
berada dalam pengayoman atau subordinat serta kedaulatan dan otoritas nasional.
25
BAB III
PEMBAHASAN
3.1 Perbandingan Antara Kedua Buku
Kedua buku ini membahas tentang filsafat pendidikan. Kedua buku memiliki judul yang
sama dengan “Filsafat Pendidikan” merupakan buku yang cocok untuk pegangan mahasiswa
dalam mengambil matakuliah filsafat pendidikan, namun memiliki pengarang yang berbeda.
Pada buku ‘filsafat pendidikan’ karangan Prof. Dr. Muhmidayeli, M.Ag membahas tentang ilmu
dasar filsafat dimulai dari pengertian, kemudian filsafat filsafat pendidikan dan mazhab mazhab
filsafat pendidikan serta orientasi psikologis yang mempengaruhi filsafat pendidkan.
Sedangkan karangan Muhammad Anwar menjelaskan tentang filsafat pendidikan mulai
dengan pengertian filsfat pendidikan dan membahas aliran-aliran yang mendukung filsafat
pendidikan, membahas tentang filsafat pendidikan pancasila yang berupa dasar dari negara
indonesia. Selain itu buku ini juga membahas tentang hakekat pendidikan dari berbagai filsuf-
filsuf.
Dari pembahasan sub bab yang disajikan dapat diketahui bahwa buku pembanding
memiliki kelengkapan materi yang lebih dari buku utama. Hal ini dapat kita lihat pada bagian
buku pembanding memiliki 5 Bab yang berisi Materi penuh Filsafat dengan tambahan Filsafat
pendidikan bagi bangsa Indonesia sedangkan pada buku utama tidak ada. Dari segi penulisan
buku sudah benar dan baik dan mudah dipahami pembaca.
3.2 Keunggulan
Pada kedua buku yang berjudul “ Filsafat Pendidikan” merupakan buku yang cocok
digunakan sebagai buku pembimbing atau buku pegangan mahasiswa matakuliah filsafat
pendidikan. Hal ini dikarenakan isi atau materi yang terkandung didalamnya tersusun secara
sistematis yang memudahkan mahasiswa untuk memahami secara berkala materi yang dibahas
pada setiap babnya. Namnun untuk bahasan yang lebih lengkap terdapat pada buku pembanding,
tetapi khusus Bab II mengenai filsafat buku utama lebih jelas dalam memaparkan materijnya.
Bahasa yang digunakan dalam penulisan kedua buku ini masih digolongkan bahasa yang
dapat dipahami mahasiswa yang baru belajar ilmu filsafat. Pada bagian awal setiap Bab pada
buku pembanding terdapat indikator yang membantu mahasiswa mencapai kompetensi ajarnya.
3.3 Kelemahan
Pada dasarnya kedua buku ini hampir tidak memiliki kekurangan, namun pada beberapa
bagian materi yang terdapat didalam bab menggunakan bahasa yang tinggi yang sulit untuk
dimengerti mahasiswa mengingat mahasiswa merupakan permulaan pada awal pembelajaran
filsafat. Selain itu tidak dicantumkan rangkuman pada akhir bab pada kedua buku merupakan
salah satu kelamahan yang ada, karna rangkuman sangat membantu mahasiswa dalam meringkas
ulang apa isi dari materi yang ada. Kedua buku tidak melampirkan gambar yang menjadi salah
satu penarik perhatian pembaca.
26
BAB IV
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
Filsafat adalah ilmu dari segala ilmu, ilmu yang mencari suatu kebenaran dengan cara
berpikir dan karena adanya suatu keragu raguaan. Maka dari itu dibutuhkan suatu buku sebagai
pegangan bagi mahasiswa untuk lebih memahami secra mendalam tentang mata kuliah filsafat
pendidikan. Dan untuk mendalami apa yang ada pada materi tersebut diberikan tugas Critical
Book Report sebagai salah satu cara dalam membantu mahasiswa dalam memhami isi buku
tersebut.
Dari kedua buku yang sudah dikritik dapat disimpulkan:
1. Walaupun memiliki judul buku yang samaakan tetapi kedua buku memiliki perbedaan
dalam pembahasan materinya serta bagian bagian tambahan ( pada buku pembanding
terdapat tujuan filsafat pendidikan bagi bangsa.
2. Buku Pembanding lebih lengkap pembahasannya dibandingkan dengan buku utama,
namun dilain Bab buku utama memiliki pembahasan yang lebih lengkap dibanding
dengan buku pembanding ( Bab yang membahasa pengantar Filsafat dan filsafat
pendidikan )
3. Kelemahan dari kedua buku adalah tidak dilengkapi dengan gambar pendukung.
4.2 Saran
Berdasarkan hasil Critical Book Report yang sudah di review, periview menyarankan
agar filsafat pendidikan dipelajari dan dipahami semua lapisan baik guru, orang tua maupun
masyarakat sehingga meningkatkan prestasi anak dalam berbagai hal kehidupan. Selain itu, juga
disarankan agar adanya perkembangan tindak lanjut mengenai isi buku sehingga nantinya
dilengkapi dengan gambar agar peserta didik yang membacanya lebih tertarik.
Buku Filsafat Pendidikan ini merupakan buku yang cocok dan tepat sebagai buku
pegangan mahasiswa yang menjalani mata kuliah filsafat pendidkan, karena kedua buku ini
memiliki bahasa yang dapat dimengerti mahasiswa yang baru belajar filsafat dan penyusunan
materi yang sistematis. Namun tidak menutup kemungkinan agar mahasiswa menggunakan
beberpara referensi buku lain sebagai pegangan dalam berfilsafat.
27
DAFTAR PUSTAKA
Muhmidayeli, Filsafat Pendidikan, Refika Aditama, Bandung 2013
Anwar Muhammad, Filsafat Pendidikan, Jakarta 2018
28