Anda di halaman 1dari 31

CRITICAL BOOK REPORT

FILSAFAT PENDIDIKAN
DOSEN PENGAMPU
NAMA: Dra. Dorlince Simatupang, M.Pd

Disusun Oleh:

Veronika Uli Sitohang

2193131004

PENDIDIKAN BAHASA PRANCIS

FAKULTAS BAHASA DAN SENI

UNIVERSITAS NEGERI MEDAN

2019
KATA PENGANTAR
Puji syukur saya panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan
berkatNya sehingga saya dapat menyelesaikan makalah critical book report ini dengan tepat
waktu. Makalah critical book report ini saya buat guna memenuhi tugas critical book report mata
kuliah “FILSAFAT PENDIDIKAN” pada semester I tahun 2019.

Adapun makalah critical book report ini saya buat dengan referensi melalui buku
karangan Prof. Dr. Muhmidayeli, M.Ag sebagai buku utama dan buku karangan Muhammad
Anwar sebagai buku pembanding.

Saya juga mengucapakan terima kasih kepada dosen pembimbing mata kuliah filsafat
pendidikan ibu Dra. Dorlince Simatupang, M.Pd yang telah memberikan saya kesempatan dan
bimbingan sehingga saya dapat menyelesaikan makalah ini tepat waktu.

ii
DAFTAR ISI
Halaman Judul ………………………………………………………..i

Kata Pengantar ………………………………………………………..ii

Daftar Isi ……………………………………………………………..iii

BAB I PENDAHULUAN ……………………………………………1

BAB II ISI BUKU ……………………………………………………2

BAB III PEMBAHASAN…………………………………………….26

BAB IV PENUTUPAN ……………………………………………... 27

DAFTAR PUSTAKA ………………………………………………...28

iii
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Filsafat dan pendidikan merupakan dua istilah yang berdri pada makna dan hakikat
masing- masing, namun ketika keduanya digabungkan kedalam satu tema khusus, maka iapun
memiliki makna tersendiri yang menunjuk dalam suatu kesatuan pengertian yang tidak
terpisahkan. Kendati filsafat pendidikan telah dipandang sebagai suatu disiplin ilmu yang berdiri
sendiri, namun bukanlah berarti bahwa kajiannya hanyalah sekedar menelaah sendi- sendi
pendidikan dan atau filsafat semata. Filsafat pendidikan adalah bagian yang tidak dapat
dipisahkan dari filsafat secara keseluruhan, baik dalam sistem maupun metode.
Usia filsafat sudah memberikan bentuk-bentuk pemikiran yang bervariasi, juga telah
melahirkan berbagai aliran dan paham yang mengideologis. Dalam filsafat juga menguraikan
pendidikan karakter, yaitu pendidikan yang berbasis pada nilai-nilai kepribadian bangsa yang
digali dari keyakinan yang beragama, kebudayaan, dan kreatifan lokal, serta kesucian hati nurani
manusia yang merupakan fitrah dari sang pencipta.

1.2 Tujuan
Pembuatan Critical Book Report ini memiliki tujuan untuk
1. Membandingkan dua buku filsafat pendidikan dengan pengarang yang berbeda.
2. Mengetahui kelemahan dan kelebihan suatu buku.

1.3 Manfaat
1. Membantu memahami karakteristik filsafat pendidikan.
2. Membantu memahami perkembangan filsafat pendidikan dalam negeri.
3. Membantu mahasiswa mengkritisi suatu hal termasuk dalam perbandingan dua buah
buku.

1
BAB II
ISI BUKU
Buku utama filsafat pendidikan karangan Prof. Dr. Muhmidayeli, M.Ag.
(Terbit pada bulan September 2013)
BAB I MENGENAL KAWASAN FILSAFAT

A. Pengertia dan Ruang Lingkup Filsafat


Istilah filsafat berasal dari bahasa Yunani Kuno yang diadopsi oleh orang Arab dengan
mengalami sedikit perubahan bunyi, yaitu falsafat dan oleh orang Indonesia disebut filsafat.

Dalam bahasa Yunani istilah fisafat dijenal dengan kata philosophia yang berasal dari dua
unsur kata, yaitu philo yang berarti cinta dan kata Sophia yang berarti kearifan, hikmah,
kebijaksanaan, keputusan ataupun pengetahuan yang benar. Dari kata ini dapat diketahui, bahwa
secara harfiah fisasat dapat diartikan sebagai cinta ajkan kebenaran dan atau kebijaksanaan.

Ruang Lingkup

Berdasarkan objek kajiannya, kajian filsafat biasanya dibagi kedalam tiga bidang
permasalahan: metafisika, epistomologi, dan aksiologi.

Metafisika

Metafisika merupakan cabang filsafat yang mengkaji persoalan yang berkenaan dengan
hakikat realitas. Konsentrasi filsafat ini lebih diarahkan untuk menelaah dan atau mengkaji
secara mendalam dan menyeluruh tentang hakikat yang ada dan dianggap ada. Metafisika
terfokus telaahannya pada bidang esensi.

Epistemologi

Dalam bidang epistemologi, konsentrasi filsafat tertuju pada pembicaraan problem


pengetahuan. Kajian epistemologi adalah suatu kajian filsfat tentang ilmu pengetshuan dan
segala hal yang terkait dengannya mesti dioerientasikan pada substansi ilmu sebagai
pengetahuan tentang realitas yang merupakan awal dan akhir realitas sekaligus juga sebagai ilmu
pengetahuan, sumber realitas, dan sumber kebenaran itu sendiri.

Aksiologi
Dalam bidang aksiologi, pemikiran filsafat diarahkan pada persoalan nilai, baik dalam
konteks estetika, moral maupun agama.

2
B. Filsafat dan Ilmu Pengetahuan
Bahan filsafat tidaklah sama dengan bahan ilmu pengetahuan. Bahan pada filsafat bersifat
universal, sedangkan ilmu terbatas hanya pada bidang- bidang tertentu, sifatnya parsial. Hal lain
yang membedakan dunia filsafat dengan ilmu pengetahuan adalah aktivitasnya. Filsafat memulai
kerjanya dengan langkah yang tidak memberikan kepemihakan. Lain halnya dengan pengetahuan
yang memiliki nilai kebenaran yang bersifat parsial, maka dalam aktivitas pencariannya, ia mesti
mengabaikan aspek-aspek yang lai, kendatipun ilmuwan menyadari bahwa hubungan
interdepedensi antar- realitas itu tidak dapat dielakkan.

Pengetahuan dan Kebenaran

Pengetahuan

Pengetahuan pada hakikatnya akan selalu bersifat relasional, yaitu adanya hubungan
interpedensi antara subjek dan objek.

Kebenaran

Kebenaran dalam bahasa sehari- hari selalu dipertentangkan dengan kebohongan atau
dusta; sesuatu yang memiliki celah salah, keliru dan ketidak validan. Dalam konteks filsafat,
istilah filsafat lebih lazin dipertentangkan dengan kekeliruan atau kekhilafan..

Dalam konteks kajian filsafat pengetahuan, paling tidak ada enam teori kebenaran, yaitu:

1. Teori korespondensi; teori ini berpendapat bahwa kebenaran adalah hubungan antara
subjek dan objek.
2. Teori konsistensi; teori ini mengatakan bahwa kebenaran adalah sesuatu yang selalu sama
kesan antarsubjek terhadap objek yang saman, sehingga validitasnyapun sangat
tergantung pada tanggapan-tanggapan subjek yang satu dengan yang lainnya.
3. Teori pragmatism; teori ini mengatakan bahwa kebenaran adalah pemikiran yang berguna
bagi kehidupan praktis manusia.
4. Teori relativisme; kebenaran adalah kesesuaian pengetahuan dengan perangkat persepsi
yang sehat.
5. Teori Empirisme; kebenaran adalah pengetahuan yang bias dialami secara indrawi.
6. Teori relijius; teori ini berpandangan bahwa kebenaran adalah sesuatu yang dating dari
Tuhan.

C. Sistematika Berpikir Filsafat


Dalam tata cara beroikir filsafat, suatu pengungkapan dapat dikatakan tepat jika ia
disusun atas dasar putusan-putusan (premis) yang benar, dan penarikan kesimpulannya pun
didasarkan pada kaidah-kaidah filsafat.

3
Ada tiga hal yang berhubungan langsung dengan sistematika berpikir filsafat, yaitu
bagaimana seseorang itu berupaya membentuk dan membangun suatu ide, pengertian dan atau
konsep; bagaiman prosedur yang dapat ditempuh seseorang dalam membuat keputusan; dan
bagaimana pula sistem yang dapat dipedomani dalam upaya penuturan dan atau pengungkapan
apa yang tengah subjek pikirkan.

BAB II PENGERTIAN, KEGUNAAN, DAN RUANG LINGKUP FILSAFAT


PENDIDIKAN

A. Pengertian
Filsafat dan pendidikan memang merupakan dua istilah yang berdiri pada mkna dan
hakikat masing-masing, namun ketika keduanya digabungkan dalam satu terma khusus, maka
iapun memiliki makna tersendiri yang menunjuk kedalam suatu kesatuan pengertian yang tidak
terpisahkan. Filsafat pendidikan adalah bagian yang tidak dapat dipisahkan dari filsafat
keseluruhan, baik dalam sistem maupun metode.

Omar Mohammad al-Toumy al-Syaibany menyebutkan, bahwa filsafat pendidikan adalah


pelaksanaa pandangan filsafat dan kaidah-kaidah filsafat dalam bidang pengalaman kemanusiaan
yang disebut dengan pendidikan.

B. Kegunaan Filsafat Pendidikan

Pendidikan sangat terkait dengan aktivitas mulia manusia yang tugas utamanya adalah
membantu pengembangan humanitas manusia untuk menjadi manusia yang berkepribadian
mulia anutama menurut karakteristik idealitas manusia yang diinginkan. Hal ini sangat
diperlukan mengingat manusia memiliki potensi-potensi dalam taraf kodrat humandity (martabat
manusia) yang memiliki kesadaran diri yang mendorongnya untuk merealisasikan berbagai
potensinya, sehingga berkembang dengan baik menjadi self realization( realisasi diri) yang akan
menentukan bagi penunjukan jati dirinya yang ideal, agar dpat berfungsi dan bermanfaat bagi
hidup dan kehidupannya secara individu maupun social kemasyarakatan.

Ada beberapa alasan mengapa kualitas masyarakat memiliki relevansi dengan pendidikan
sekolah. Pertama bahwa sekolah memiliki kecenderungan untuk pengupayaan perubahan-
perubahan tingkah laku yang merupakan cerminan dari setiap individu yang bernaung dalam
suatu masyarakat. Selain itu, pendidikan sekolah dapat dilihat sebagai pengupayaan manusia
sejatinya yang disengaja, terarah, dan tertata sedemikian rupa menuju pembentukan manusia-
manusia yang idela bagi kehidupannya. Pendidikan sekolah tidak lain adalah segala pengupayaan
yang dilakukan secara sadar dan terarah untuk menjadikan manusia sebagai manusia yang baik
dan ideal. Artinya, sekolah merupakan penyediaan kondisi yang baik untuk menyediakan
perilaku-perilaku potensial yang dianugerahkan kepada manusia tidak lagi sebatas
4
kecenderungan manusiawi an sich, tetapi benar-benar aktual dalam merealita kehidupannya.
Jika demikian, pendidikan sekolah adalah suatu kemestian bagi percepatan kemajuan dalam
suatu masyarakat.

C.Objek dan Ruang Lingkup Filsafat Pendidikan

Filsafat pendidikan memberikan aksentuasi kajiannya tentang aspek-aspek pendting yang


berhubungan dengan jalannya proses pembelajaran yang dimaksud baik meliputi unsur tujuan,
isi, metode, strategi dan prosedur, maupun unsur evaluasi dan penunjang penyelenggaraan
pendidikan itu sendiri.

Realitas-realitas kependidikan yang menjadi objek kajian filsafat pendidikan antara lain
hal-hal yang berkenaan dengan:

1. Hakikat manusia ideal sebagai acuan pokok bagi pengembangan dan penyempurnaan.
2. Pendidikan dan nilai-nilai yang dianut sebagai suatu landasan berpikir dan berbuat dalam
tatanan hidup suatu masyarakat.
3. Hakikat tujuan kependidikan sebagai arah bangun pengembangan pola dunia pendidikan.
4. Hakikat pendidik dan anak didik sebagai subjek-subjek yan terlihat langsung dalam
pelaksanaan proses edukasi.
5. Hakikat pengetahuan dan nilai sebagai aspek penting yang dikembangkan dalam aktivitas
pendidikan.
6. Hakikat kurikulum sebagai tahapan-tahapan yang akan dilalui dalam proses kependidikan
menuju peraihan tujuan-tujuan.
7. Hakikat metode dan strategi pembelajaran yang memungkinkan penumbuhkembangan
potensi subjek didik.
8. Alternatif-alternatif yang mungkin dilalui dalam pengembangan sumber daya manusia
baik menyangkut prinsip-prinsip, metode maupun alat-alat pendukung peraih tujuan.
9. Keterkaitan dunia pendidikan dengan lembaga-lembaga lain dalam lingkup masyarakat,
seperti pendidikan dan dunia politik, pendidikan dan sistem pemerintahan,
pendidikan,tata hokum dan adat dalam masyarakat.
10. Keterkaitan dunia kependidikan dengan perubahan-perubahan taraf hidup dalam
masyarakat.
11. Aliran-aliran filsafat yang tumbuh dan berkembang dalam memecahkan berbagai ragam
problem kependidikan.
12. Keterkaitan pendidikan sebagai suatu lembaga dengan ideology yang dianut dan yang
berkembang dalam suatu masyarakat.

BAB III MANUSIA DAN PENDIDIKAN

A. Hakikat dan Kedudukan Manusia di Dunia


5
1. Hakikat Manusia
Manusia secara sederhana dapat saja dikatakan sebagai makhluk Tuhan yang unik yang
bermukim dibumi yang memiliki karakteristik tersendiri yang membedakan dirinya dari
makhluk-makhluk lain yang berada di dunia.

Para filsuf berbeda-beda dalam memandang hakikat manusia,yang sekaligus juga menjuk
pada perkembangan-perkembangan pemikiran dalam dunia filsafat itu sendiri.
Plato umpamanya, ia memandang manusia sebagi suatu pribadi yang tidak terbatas pada
saat bersatunya jiwa dengan raga. Bagi Plato manusia lahir membawa ide kebaikan ( innate
ideal). Aristoteles dan para pengikutnya pun dengan pemikirannya yang cerdas telah pula
melakukan analisis panjang tentang manusia dengan suatu kesimpulan bahwa manusia adalah
mahluk organis yang fungsionalisasinya tergantung pada jiwanya.
Rene Descartes seorang tokoh rasionalisme, menjelaskan bahwa jiwa adalah
terpadu,rasional,dan konsisten yang dalam aktifitasnya selalu terjadi interaksi dengan tubuh.
Kehendak bagi Schopenhauer adalah suatu kekuatan yang menggerakkan intelek kita untuk
dirinya.

2. Tugas dan Fungsi Manusia


Sebagai makhluk yang termulia, manusia diberi potensi untuk mengembangkan diri dan
kemanusiannya. Potensi-potensi tersebut merupakan modal dasar bagi manusia dalam
menjalankan berbagai fungsi dan tanggunggungjawab kemanusiaannya. Oleh karena itu,agar
potensi-potensi ini menjadi aktual dalam kehidupan perlu di kembangkan dan digiring pada
penyempurnaan-penyempurnaan melalui upaya pendidikan.

B. Eksistensi Pendidikan dalam Pengembangan Fitrah Manusia

1. Hakikat Pendidikan
Menjadikan manusia sebagai dirinya erat kaitannya dengan menyadarkan manusia itu
akan dirinya yang memang terlahir untuk moral. Oleh karena itu aksentuasi pendidikan
semestinya pula ditujukan pada upaya menumbuhkembangkan kesadaran moral dalam diri
manusia sehingga benar-benar aktual dalam kehidupannya.

2. Urgensi Pendidikan Berdimensi Moral Bagi Manusia

Manusia adalah hamba Tuhan yang dianugerahkan kelengkapan potensi psikis berupa
akal,kemauan dan perasaan agar ia mampu berkreativitas dan berimajinasi dalam kehindupannya
dengan berlandaskan pada imandan moralitas yang tinggi yang sangat berguna bagi kehidupan
manusia. 6
Pendidika dalam halam hal ini dapat dilihat sebagai manusia sejatinya, disengaja, terarah,
dan tertata sedemikian rupa menuju pembentukan manusia-manusia yang ideal bagi
kehidupannya, atau dengan kata lain, pendidikan tidak lain adalah segala pengupayaan yang
dilakukan secara sadar dan terarah untuk menjadikan manusia yang baik dan ideal.

BAB IV PENGETAHUAN DAN NILAI

A. Epistemologi dan Pendidikan


Pengetahuan adalah salah satu kekuatan yang dapat membentuk sejarah peradaban suatu
pengetahuan.

Epistemologi berdasarkan akar katanya episteme (pengetahuan) dan logos (ilmu


sistematis, teori) dapat diartikan sebagai suatu pengetahuan yang sistematis dengan pengetahuan.
Kendatipun banyak defenisi yang diberikan para ahli tentang epistemologi, namun secara umum
dapat dipahami, bahwa epistemologi adalah suatu cabang filsafat yang berbicara persoalan
hakikat, sumber, struktur, metode dan validitas pengetahuan.

Hal yang dipikirkan dalam wilayah epistemologi adalah tentang hakikat dan seluk beluk
ilmu pengetahuan dalam keseluruhan realitasnya, seperti persoalan apakah esensi da eksistensi
pengetahuan; tentang persoalan-persoalan aktivitas apa saja yang berkaitan dengan persoalan-
persoalan seperti mengetahui, mengenai perbedan mendasar antara “mengetahui” dengan
“memercayai”, mengenai apakah kita dapat mengetahui sesuatu yang melampaui indra kita.

Epistemologi merupakan sesuatu yang amat penting dalam pengembangan humanitas


manusia. Hal ini mengingat bahwa dunia ini sarat dengan berbagai aliran dan ideologi yang
secara niscaya tentu berlandaskan pada bagaimana pola dan caranya memandang realitas, baik
hakikat maupun strategi dan sistem yang digunakan yang kesemua ini tidak lain tentu
berdasarkan pada landasan epistemologi.

1. Tipe-tipe Pengetahuan
a. Pengetahuan Wahyu

Pengetahuan wahyu dapat digambarkan sebagai suatu pengetahuan atas kalam-kalam


yang difirmankan Tuhan, Sang Penguasa alam kepada manusia dalam kemahakuasaan-Nya
melalui perantara Rasulnya.

b. Pengetahuan Intuitif
Pengetahuan intuitif adalah, suatu pengetahuan tentang kebenaran yang dianugerahkan
Tuhan dalam diri manusia yang paling dalam yang dalam variannya selalu melibatkan integritas
akal dan hati sebagai dua daya jiwa yang tidak terpisahkan. Pengetahuan intuitif adalah
pengetahuan dimana seseorang mendapatkan didalam dirinya suatu insight. Insight atau intuisi
7
itu merupakan sesuatu peristiwa yang dating tiba-tiba dan memunculkan suatu ide dan atau
kesimpulan yang dihasilkan melalui proses ketidaksadaran individu yang panjang.
c. Pengetahuan Rasional

Pengetahuan rasional merupakan pengetahuan yang diperolah melalui latiha akal budi
dalam mencerna ragam realitas yang ada dan hal-hal yang munkin ada, baik melalui dan atau
tanpa observasi dari keadaan-keadaan aktual.

d. Pengetahuan Empiris

Sampai saat ini, pengetahuan empiris atau pengetahuan yang di konfirmasi melalui bukti-
bukti indrawi merupakan sesuatu yang amat pening. Dengan demikian pengetahuan dalam
konteks ini terdiri dari ide-ide yang terbentuk sesuai dengan observasi fakta.

e. Pengetahuan Otoritatif

Pengetahuan otoritatif merupakan suatu pengetahuan dinggap baik dan benar bukanlah
karena kita telah membuktikannya sendiri sebagai suatu yang benar, tetapi lebih dikarenakan
oleh bukti-bukti yang diperoleh melalui otoritas para ahli dalam bidangnya. Dengan demikian
pengetahuan otoritatif lebih bersifat psikologis daripada bersifat epistemologis.

2. Epistemologi Idealisme tentang Pendidikan


Tokoh utama aliran idealism ini adalah Plato dengan ajaran filosofinya yang fundamental
dengan mengatakan bahwa suatu yang riil adalah sesuatu yang berada diruang idea. Idealisme
berkeyakinan bahwa apa yang tampak dalam alam realitas bukanlah merupakan sesuatu yang riil,
tetapi lebih merupakan bayangan atas apa yang bersemayam dalam alam pikiran manusia yang
tidak lain merupakan ekspresi jiwa piker manusia dalam merumuskan dunia ideanya kea lam
material. Idea dalam epistemologi idelisme ini merupakan sesuatu yang memiliki relasi penting
dalam alam kosmos.

Teori pendidikan Plato sebagai tokoh penting dalam idealism mengarahkan perhatiannya
pada empat fakta utama, yaitu:

1. Ajarannya berkenaan dengan jiwa dan segala unsur yang menyangkut kesemua varian
personality manusia.
2. Ajaran pokoknya tentang manusia.
3. Ajaran filsafatnya tentang hubungan individu dan masyarakat.
4. Pendasaran pendidikan pada hal-hal sebelumnya.

3. Epistemologi Realisme tentang Pendidikan


Realisme merupakan filsafat yang memandang bahwa sesuatu yang riil adalah sesuatu
yang bersifat fisik dan psikis. Beberapa tokoh yang disebut-sebut sebagai pendukung aliran ini
8
antara lain: Aristoteles, John Amos Comenius, Francis Bacon, John Locke, Galileo, David
Hume, dan John Stuart Mill.
Aliran realisme dalam konteks ini meyakini, bahwa memuaskan subjek didik hanyalah
sebagai instrumen untuk peraihan tujuan pendidikan, bukan sebagai focus aktifitas pembelajaran.
Epistemologi realisme tentang pendidikan meniscahyakan bahwa setiap proses pembelajarn
mesti didekati dengan pendekatan induktif bukan deduktif. Pendekatan ini baginya adalah cara
yang relevan untuk menanamkan pengetahuan dan nilai kedalam diri subjek didik.

4. Epistemologi Pragmatisme tentang Pendidikan


Kaum pragmatisme meyakini bahwa pikiran manusia bersifat aktif dan berhubungan
langsung dengan upaya penyelidikan dan penemuan. Kelompok pragmatisme mengklaim bahwa
suatu ide dikatakan benar jika ia benar-benar bias diterapkan. Kaum pragmatism meyakini
bahwa subjek didik harus belajar dari keingintahuan, sementara guru mesti merangsang
keingintahuan itu tampil dalam proses inquiry.

5. Epistemologi Islam tentang Pendidikan


Mengingat ibadah dalam islam selalu dikaitkan dengan aktivitas berpikir dan memang
berpikir adalah perintah ilahi agar manusia bias beriman, maka manusia meniscayakan
pengetahuan rasional didalam proses kependidikan islam berorientasi pada nilai-nilai ketuhanan.

B. Nilai dan Kependidikan


Nilai adalah gambaran tentang sesuatu yang indah dan menarik, yang mempesona, yang
menakjubkan, yang membuat kita bahagia, senang dan merupakan sesuatu yang menjadikan
seseorang atau sekelompok orang ingin memilikinya. Nilai pada hakikatnya tidak timbul dengan
sendirinya, tetapi ada faktor-faktor yang menjadi prasyarat dan pembangkit.

Secara sederhana nilai merupakan sebuah ide atau konsep tentang sesuatu yang amat
penting dalam kehidupan dan memang menjadi perhatian seseorang, sehingga jika seseorang
sedang memikirkan sesuatu nilai, maka pada dasarnya ia telah mengushakan nilai-nilai dari

1. Nilai dan Pendidikan Menurut Aliran Idealisme


Seperti telah diuraikan diatas, kaum idealism dengan pahamnya bahwa sommum bonum
(ide kebaikan tertinggi) kehidupan manusia sesungguhnya telah ada bersamaan dengan
kemunculan dirinya kedunia, menjadikan, bahwa nilai apapun selalu bersifat tetap dan tidak
berubah-ubah, absolut. Dengan demikoan dapat dikatakan, bahwa realisasi nilai absolut dalam
diri manusia memerlukan pengupayaan-pengupayaan atau sokongan dari unsur-unsur lain diluar
individu itu agar ia tampil dalam tindakan. Dalam kaitannya dengan pendidikan, segala upaya
edukasi selalu bermakna pembiasaan-pembiasaan dan pengupayaan-pengupayaan tegaknya
aturan-aturan, dan norma-norma kebaikan.
9
2. Nilai dan Pendidikan Menurut Aliran Realisme
Ajaran filsafat memperlihatkan, bahwa suatu yang riil atau sesuatu yang benar adalah
sesuatu yang merupakan gambaran nyata atau salinan sebenarnya dari dunia realitas. Realisme
percaya bahwa dengan sesuatu atau lain cara, ada hal-hal yang hanya terdapat di dalam dan
tentang dirinya sendiri, serta yang hakikatnya tidak terpengaruh oleh seseorang.

3. Nilai dan Pendidikan Menurut Aliran Pragmatisme


Bagi kelompok pragmatis nilai itu bersifat relatif. Etik dan aturan-aturan moral tidak
permanen tetapi tampil karena perubahan budaya dan masyarakat. Semakin kompleks sebuah
masyarakat, tuntutan kepada individu pun juga semakin besar.Tetapi kelompok pragmatis
menolak konsep individualism ini yang mengarah pada eksploitasi dan jiga persetujuan sosial
yang menggabungkan individualitas orang.

4. Nilai dan Pendidikan dalam Islam


Nilai dalam konteks islam terbagi kepada dua hal, yaitu yang tetap dan yang tidak tetap.
Yang pertama disebut dengan nilai-nilai yang wajib yang entitasnya telah disepakati dan jelas,
sedangkan yang kedua bersifat fleksibel dan lahir dari dinamika masyarakat.

Paling tidak ada tiga unsur yang tidaj dapat terlepas dari nilai, yakni

1. Bahwa nilai berhubungan dengan subjek.


2. Bahwa nilai teraplikasi dalam tindakan praktis.
3. Bahwa nilai-nilai bersifat subjektif.

C. Etika dan Pendidikan


Nilai, moral dan etika merupakan tiga sitilah yang saling terkait yang biasanya dalam
bahasa sehari-hari dianggap sepadan, baik dalam makna maupun dalam fungsi, pada hal hetiga
kata itu memiliki hakikat dan orientasi yang berbeda-beda kendati pun antara satu dengan yang
lain terkait erat.
Nilai adalah gambaran seseorang tentang sesuatu yang indah dan yang menarik, yang
mempesona, yang menakjubkan, yang membuat kita bahagia, senang dan ingin memilikinya.
Moral adalah nilai-nilai dan norma-norma yang menjadi pegangan bagi seseorang atau kelompok
dalam mengatur tingkah lakunya.

D. Estetika dan Pendidikan


Estetika merupakan studi nilai dalam realitas keindahan. Nilai estetika biasanya sukar
untuk dinilai , karena nilai-nilai ini menjadi nilai milik personal dan sangat subjektif. Pendeknya,
pendidikan dan estetika merupakan sesuatu yang tidak dapat dipisahkan begitu saja, tidak saja
10
karena aktifitasnya yang membutuhkan nilai estetis, tetapi juga mengingat entitasnya yang
memang juga akan membangun nilai-nilai estetis dalam diri subjek didik.

BAB V TEORI-TEORI PENGEMBANGAN SUMBER DAYA MANUSIA


A. Pengembangan Sumber Daya Manusia dalam Pendidikan
Secara umum, berbagai pemikiran filosofis tentang eksistensi manusia dalam kaitannya
dengan pengembangan kemanusiaannya di dunia ini dapat digambarkan kepada tiga kelompok
pemikiran, yaitu nativisme, empirisme, dan konvergensi.

Pendidikan adalah usaha sadar bersama yang dilakukan secara sistematis dan terarah
menuju terwujudnya generasi-generasi yang di cita-citakan.

B. Teori Pengembangan Sumber Daya Manusia dalam Konteks Islam


Dalam mencari dan mengembangkan ilmu pengetahuan ini diperlukan daya nalar dan
kecermatan daya pandang yang baik. Daya nalar akan baik apabila selalu berhadapan dengan
problem yang mesti dihadapi. Oleh karena itu memupuk kepekaan subjek didik terhadp dunia
realita dan mampu membuat rumusan masalah-masalah yang ia hadapi merupakan sesuatu
kemestian dalam mengembangkan sumber daya manusiadalam konteks ini.

C. Teori Pengembangan Sumber Daya Manusia dalam Aliran-aliran Filsafat


1.Idealisme
Idealisme adalah suatu aliran filsafat yang paling tua yang umumnya disandarkan dengan
filsuf besar Plato. Aliran memiliki suatu keyakinan, bahwa realitas ini terditi dari substansi
sebagaimana ide-ide atau spirit.

Aliran ini menekankan realitas moral dan spiritual sebagai sumber untuk menerangkan
alam. Aliran ini memandang nilai adalah suatau yang absolut dan universal.

Idealisme meyakini, bahwa manusia lahir kedunia dengan membawa ide yang disebutnya
dengan innate idea (ide bawaan). Disini ide merupakan suatu ultimate. Ajaran tersebut
menjadikan aliran ini sampai pada suatu pemahaman bahwa manusia lahir dengan membawa
nila-nalai kebaikan yang dengannya manusia mesti memeliharanya agar apa yang telah
dibawanya menjadi nyata dalam realitas.

2. Rasionalisme
Rasionalisme adalah suatu aliran filsafat yang muncul pada zaman modern dengan
menekannkan bahwa dunia luar adalah sesuatu yang riil. Rasionalisme menekankan bahwa
kesempurnaan manusia tergantung pada kualitas rasionya dalam mencerna realitas yang ada
disekitarnya. 11
Berdasarkan pemikirannya ini, aliran ini berpendapat bahwa tujuan pendidikan adalah
semacam pertumbuhan dan perkembangan subjek didik secara penuh berdasarkan bekal ilmu
pengetahuan dan keterampilan yang luas yang berguna bagi kehidupannya, sehingga iapun lebih
mudah dapat menyesuaikan diri dengan masyarakat dan lingkungannya.

Pada hakikatnya kelahiran realism sebagai suatu aliran dalam filsafat sebagai sintesis
antara filsafat idealism Immanuel Kant di satu sisi dan empirisme John Locke disisi lainnya.
Menurut aliran realism, sesuatu dikatakan benar jika memang riil dan secara substantif ada.
Aliran ini meyakini, bahwa adanya hubungan interaksi pikiran manusia dan alam semesta tidak
akan memengaruhi sifat dasar dunia.

4. Eksistensialisme
Kaum eksistensialis membedakan antara eksistensi dan esensi. Eksistensi berate keadaan
aktual yang terjadi dalam ruang dan waktu, eksistensi menunjuk sesuatu yang ada disini, dan
sekarang , eksistensi berate kehidupan yang penuh, tangkas, sadar, tanggung jawab dan
berkembangan.

5. Eksperimentalisme
Seperti halnya eksistemsialisme, kelompok eksperimentalisme juga memandang manusia
sebagai makhluk yang dinamis, aktif, dan kreatif. Manusia –manusia eksperimentalis adalah
manusia-manusia yang optimis bahwa ia dapat membentuk kualitas dirinya melalui pembiasaan
berpikir kraatif berdasarkan pengalaman-pengalaman. Eksperimentalisme memandang bahwa
belajar mestilah dimaknai dengan memberikan latihan kecerdasan dalam menghadapi berbagai
tantangan persoalan hidup, sehingga subjek didik dapat terbiasa aktif mengolah berbagai data
dan informasi untuk memecahkan problem hidupnya.

6. Dialog Antar-Aliran
Secara keseluruhan, tampak bahwa orientasi aliran-aliran dalam pengembangan sumber
daya manusia pada dua kelompok pengembangan, dalam konteks idealism-rasionalisme di satu
sisi dan realisme-empirisme disisi lainnya. Yang pertama menjadikan rasionalitas sebagai tujuan
dan orientasi pengembangan, sedangkan yang lain menjadikan rasionalitas sebagai instrument
pengembangan. Konsekuensinya jika yang pertama mengabaikan pengalaman riil manusia, maka
yang kedua mereduksi kebenaran semata-mata yang teramati,terukur dirasakan manfaatnya
secara riil.

BAB VI ALIRAN-ALIRAN DALAM FILSAFAT PENDIDIKAN

A. Pengantar
12
Pendidikan sejak awal sejarah lahirnya selalu diarahkan pada upaya-upaya menjadikan
manusia-manusia subjek didiknya memiliki perbaikan perbaikan dan perubahan-perubahan yang
mengarah pada realisasi idealitas manusia.

Persoalan kualitas manusia bukanlah merupakan entitas yang berdiri sendiri. Ada banyak
varian yang bergelayut diatasnya, baik dari subjek, maupun dari varian lain yang berada diluar
dirinya. Yang paling dekat dengan hal ini tentulah institusi pendidikan; informal, nonformal, dan
formal yang juga mempunyai varian tersendiri pula.

B. Progresivisme

1. Progresivisme dalam Pengertian Sejarah


Progresivisme secara bahasa dapat diartikan sebagai aliran yang menginginkan
kemajuan-kemajuan secara cepat. Dalam konteks filsafat pendidikan, progresivisme merupakan
suatu aliran yang menekankan bahwa pendidikan bukanlah sekedar upaya pemberian
sekumpulan pengetauan kepada subjek didik, tetapi hendaklah berisi beragam aktivitas yang
mengarah pada pelatihan kemampuan berpikir secara menyeluruh, sehingga mereka dapat
berpikir secara sistematis melalui cara-cara ilmiah seperti penyediaan ragam data empiris dan
informasi teoritis, memberikan analisis, pertimbangan dan pembuatan kesimpulan menuju
pemilihan alternative yang paling memungkinkan untuk pemecahan masalah yang tengah
dihadapi.

2. Landasan Filosofis Progresivisme


Progresivisme beranggapan bahwa kemajuan-kemajuan yang telah dicapai manusia tidak
lain adalah karena kemampuan manusia dalam mengembangkan berbai ilmu pengetahuan
berdasarkan tata logis dan sistematisasi berpikir ilmiah. Oleh karena itu, tugas pendidikan adalah
melatih kemampuan-kemampuan subjek didiknya dalam memecahkan berbagai masalah
kehidupan yang mengarah pada pengembangan ilmu pengetahuan yang berguna bagi
kehidupannya dalam masyarakat.

3. Pandangan Progresivisme tentang Pendidikan


Asas pokok aliran ini adalah bahwa karena manusia selalu tetap survive terhadap semua
tantangan kehidupannya yang secara praktis akan senantiasa mengalami kemajuan. Oleh krena
itu aliran ini selalu memandang bahwa pendidikan tidak lain adalah proses perkembangan,
sehingga seorang pendidik mesti selalu siap untuk senantiasa memodiifkasi berbagi metode dan
strategi dalam pengupayaan ilmu-ilmu pengetahuan terbaru dan berbagai perubahan-perubahan
yang menjadi kecenderungan dalam suatu masyarakat.

C.Perenialisme 13
Perenialisme mengatakan bahwa tradisi dipandang sebagai prinsip-prinsip yang abadi
yang terus mengalir sepanjang sejarah manusia, karena ia adalah anugerah Tuhan pada semua
manusia dan memang merupakan hakikat insaniah manusia.

2. Landasan Filosofis Perenialisme


Aliran ini memandang bahwa hakikat manusia sebagai makhluk rasional yang akan selalu
sama bagi setiap manusia di manapun dan sampai kapanpun dalam pengembangan historitasnya.
Menurut psikologi Plato, manusia pada hakikatnya memiliki tiga potensi dasar yaitu nafsu,
kemauan dan pikiran. Ketiga potensi ini merupakan asas bagi bangunan watak manusia.

3. Pandangan Perenialisme tentang Pendidikan


Perenialisme dalam konteks pendidikan dibangun atas dasar suatu keyakinan
ontologisnya, bahwa batang tubuh pengetahuan yang berlangsung dalam ruang dan waktu ini
mestilah terbentuk melalui dasar-dasar pendidikan yang diterima manusia dalam kesejarahannya.
Robert M. Hutchins, salah seorang tokoh perennial menyimpulkan bahwa tugas pokok
pendidikan adalah pengajaran.

D. Esensialisme

1. Esensialisme dalam pengertian Sejarah


Filsafat esensialisme adalah suatu aliran filsafat yang lebih merupakan perpaduan ide
filsafat idealism-objektif di satu sisi dan realism-objektif disisi lainnya. Dalam konteks
pendidikan, aliran ini memiliki ciri utamanya yang menekankan, bahwa pendidikan mesti
dibangun diatas nilai-nilai yang kukuh, tetap dan stabil.

2.Landasan Filosofis Esensialisme


Aliran ini berpendapat bahwa sumber segala pengetahuan manusia terletak pada
keteraturan lingkungan hidupnya. Dalam bidang aksiologi, nilai bagi aliran ini, seperti
kebenaran, berakar dalam dan berasal dari sumber objektif. Watak sumber merupakan perpaduan
pandangan idealisme dan realism.

3. Pandangan Esensialisme tentang Pendidikan


Kelompok esensialisme memandang bahwa, pandidikan yang didasari pada nilai-nilai
yang fleksibel dapat menjadikan pendidikan ambivalen dan tidak memiliki arah dan orientasi
yang jelas. Esensialisme memberikan penekanan upaya pendidikan dalam hal pengujian ulang
materi-materi kurikulum, memberikan pembedaan-pembedaan esensial dan non-esensial dalam
berbagai program sekolah dan memberikan kembali pengukuhan autoritas pendidik dalam suatu
kelas di sekolah. 14
E. Rekonstruksionisme dalam Pengertian dan Sejarah

1. Rekonstruksionisme dalam Pengertian dan Sejarah


Dalam konteks filsafat pendidikan, rekonstuksionisme adalah sebuah aliran yang
berupaya merombak tata susunan lama dan membangun tata susunan hidup kebudayaan yang
bercorak modern. Aliran ini sering pula disebut dengan aliran rekonstruksi sosial. Aliran ini pada
prinsipnya sependapat dengan aliran perenialisme dalam mengungkap krisis kebudayaan
modern.

2. Landasan Filosofis Rekonstruksionisme


Aliran rekonstruksionisme memandang bahwa realitas itu bersifat universal, realitas itu
dimana saja dan sama di setiap tempat. Pada prinsipnya aliran ini memandang alam metafisika
dalam bentuk dualisme dimana alam nyata ini mengandung dua hakikat, jasmani dan rohani.
Kedua macam hakikat itu memiliki ciri yang bebas dan berdiri sendiri, azali dan abadi, hubungan
antara keduanya menciptakan suatu kehidupan dalam alam.

3. Pandangan Rekonstruksionisme tentang Pendidikan


Aliran ini yakin bahwa pendidikan tidak lain adalah tanggung jawab sosial. Hal ini
mengingat eksistensi pendidikan dalam keseluruhan realitasnya diarahkan untuk pengembangan
dan atau perubahan masyarakat.

Para rekonstruksionis menginginkan, bahwa pendidikan dapat memunculkan kesadaran


para subjek didik untuk senantiasa memperlihatkan persoalan sosial, ekonomi dan politik dan
menjelaskan kepada mereka bahwa memecahkan kesemua problem itu hanya melalui
keterampilan memecahkan problem.

F. Dialog Antar-Aliran
Berbagai pemikiran yang ditampilkan oleh masing-masing aliran filsafat diatas bergulir
diatas bangunan epistemologi masing-masing. Proses pendidikan dalam konteks progresivisme
adalah memberikan pengalaman empiris kepada subjek-subjek didik agar ia memiliki
kemampuan ilmiah dakam memecahkan berbagai problem kehidupan agar ia siap menghadapi
berbagai perubahan dalam suatu kehidupan di masyarakatnya.

Rekonstruksionisme percaya bahwa pendidikan sebagai suatu lembaga masyarakat


tentulah diarahkan pada upaya rekayasa sosial, sehinga segala aktivitasnya pun senantiasa
merupakan solusi bagi berbagai problematika kehidupan dalam masyarakat.

15
BAB VII PENDIDIKAN DAN POLITIK NEGARA

A.Posisi Lembaga Pendidikan dalam Sistem Politik Negara


Dunia pendidikan merupakan institusi sosial yang memiliki hubungan langsung dalam
kehidupan masyarakat, namun tidak dapat disangkal bahwa dalam pelaksanaanya, ada dominasi
politik yang kuat, terutama dalam sistem pendidikan yang di selenggarakan oleh penguasa atau
kelompok tertentu (pendidikan negeri).

Paling tidak ketertundukan institusi pendidikan pada sistem politik meliputi beberapa hal,
yakni:

1. Sebagai agen utama untuk sosialisasi politik bagi generasi muda dalam pengembangan
politik suatu negara.
2. Sebagai agen yang menentukan bagi ketersediaan pelaku politik.
3. Sebagai pemasok utama bagi penumbuhkembangan integrasi politik dan kesadaran
politik.
4. Sebagai agen bagi pengembangan ideologi politik kelompok yang berkuasa dan atau
pemilik wewenang.
5. Sebagai agen aktivitas aktualisasi misi dan visi suatu golongan atau lebih yang berada
pada level dominasi.

Dikatakan sebagai agen sosialisasi politik karena institusi pendidikan di sini merupakan suatu
proses yang maa seseorang menginternalisasikan norma dan nilai-nilai dari suatu sistem politik
tertentu. Proses internalisasi ini berlanjut dalam tatanan nilai dan perilaku politik, baik di tengah-
tengah keluarga maupun dalam pergaulan. Oleh Karena itu pendidikan masa depan adalah
pendidikan sekolah yang memiliki sikap proaktif terhadap lembaga-lembaga yang sangat konsen
dengan nilai-nilai politis perlu dibangun suatu kerja sama yang baik dan permanen.

B. Dialektika Sistem Politik dan Ideologi Pendidikan Suatu Bangsa


Pengaruh sistem politik dalam pendidikan sebagaimana telah diungkapkan diatas, sangat
potensial dalam membangun corak dan model pengembangan sistem. Tipe sistem politik
merupakan hal yang penting dalam menentukan hakikat proses sekolah. Perbedaan –perbedaan
dalam pendidikan umpamanya, antara rezim kapitalis dan sosialis, negeri-negeri yang sedang
berkembang dan terbelakang dalam masyarakat pedesaan atau perkotaan, pada dasarnya
merupakan pengaruh dari sistem politik yang ada dalam negeri mereka.

Apapun yang dilakukan oleh dunia pendidikan selalu merujuk pada tatanan yang
dibangun oleh dunia politik melalui putusan-putusan politik yang terjelma dalam rumusan
undang-undang pendidikan. Rumusan ini banyak variannya sangat tergantung pada sistem
berpikir dan tata kerja orang-orang yang bergabung didalam memikirkan dunia pendidikan
kedepan. 16
Buku Pembanding Filsafat Pendidikan Karangan Muhammad Anwar
(Terbit pada bulan September 2018)
BAB I PENGERTIAN KEDUDUKAN FILSAFAT DALAM ILMU
PENGETAHUAN DAN KEHIDUPAN MANUSIA

A. Pengertian Filsafat
Filsafat dari segi bahasa, pada hakikatnya adalah menggunakan rasio (berpikir). Tetapi
tidak semua proses berpikir disebut filsafat. Manusia yang berpikir dapat diketahui dalam
kehidupan sehari-hari. Jika pemikiran manusia dapat dipelajari, maka ada empat golongan
pemikiran, yaitu:

1. Pemikiran Pseudo-ilmiah.
2. Pemikiran awam.
3. Pemikiran ilmiah.
4. Pemikiran Filosofis.

Harold H.Titus dalam bukunya Living Issues in philosophy mengemukakan hal-hal sebagai
berikut:

1. Filsafat ialah suatu sikap tentang hidup dan alam semesta.


2. Filsafat adalah suatu metode pemikiran reflektif dan penyelidikan aqliah.
3. Kesistematisan selaras dan searah dengan tujuan (masa mendatang).

B. Kedudukan Filsafat dalam Ilmu Pengetahuan dan Kehidupan Manusia


1. Kedudukan Filsafat dalam Ilmu Pengetahuan
Dalam ilmu pengetahuan, filsafat mempunyai kedudukan sentral, da nasal atau pokok.
Karena, filsafat pada awalnya merupakan satu-satunya usaha manusia dibidang kerohanian untuk
mencapai kebenaran pengetahuan.
Adapun yang melepaskan diri dari filsafat ialah ilmu pasti, kemudian disusul oleh ilmi-
ilmu pengetahuan lainnya. Akan tetapi, meskipun lambat laun banyak ilmu pengetahuan yang
melepaskan diri, tidak berate ilmu pengetahuan itu sama sekali tidak membutuhkan bantuan
filsafat.

2. Kedudukan Filsafat dalam Kehidupan Manusia


Kedudukan filsafat dalam kehidupan manusia adalah sebagai berikut:
1. Memberkan pengertian dan kesadaran kepada manusia akan arti pengetahuan tentang
kenyataan yang diberikan oleh filsafat.
17
2. Memberikan pedoman hidup kepada manusia. Pedoman itu mengenai sesuatu yang
terdapat disekitar manusia sendiri, seperti kedudukan dalam kedudukannya dengan yang
lain.

BAB II PENGERTIAN FILSAFAT DAN FILSAFAT PENDIDIKAN SERTA


PERANANNYA
A.Pengertian Pendidikan
Makna pendidikan adalah usaha manusia untuk menumbuhkan dan mengembangkan
potensi-potensi pembawaan, baik jasmani maupun rohani sesuai dengan nilai-nilai yang ada
dalam masyarakat dan kebudayaan. Deengan kata lain, pendidikan dapat diartikan sebagai hasil
peradaban bangsa yang dikembangkan atas dasar pandangan hidup bangsa itu sendiri (nilai dan
norma masyarakat), yang berfungsi sebagai filsafat pendidikannya.

B. Seluk-Beluk Filsafat Pendidikan


Pada mulanya filsafat pendidikan adalah pendekatan terhadap masalah pendidikan yang
biassa dilakukan di negara Anglo Saxon. Di Amerika Serikat misalnya, filsafat pendidikan
dimulai dengan pengkajian terhadap beberapa aliran filsafat tertentu seperti pragmatism,
idealism, realism, dan eksistensialisme, yang diakhiri dengan implikasinya ke dalam aspek-aspek
pendidikan. Misalnya, tentang tujuan pendidikan, tujuan kurikulum, metode mengajar, organisasi
pendidikan, dan lain-lain. Di Belanda tidak di kenal filsafat pendidikan, tetapi yang ada hanya
pedadogik, theoretische pedadogic, dan opvoedkunde.
Filsafat pendidikan yang lahir dari ilmu pendidikan sebagai ilmu pengetahuan praktis
yang mengandung maksud, bahwa tugas pendidikan sebagai aspek kebudayaan mempunyai
tugas untuk menyalurkan nilai-nilai hidup.

C. Pengertian Filsafat Pendidikan


1. Filsafat Pendidikan Bermakna sebagai Filsafat Tradisional
Filsafat pendidikan dalam arti ini dan dalam bentuknya yang murni, telah berkembang
dan menghasilkan berbagai alternative jawaban terhadap berbagai pertanyaan filosofis. Filsafat
pendidikan yang menggunakan filsafat tradisional dalam bentuknya yang murni, bahwa dialog
filsafat dengan topik-topik yang disampaikan terikat oleh metode pendektan tradisional
sebagaimana yang telah dijelaskan.

2. Filsafat Pendidikan dengan Menggunakan Pendekatan yang Bersifat Kritis


Dalam pendekatan ini, pemikiran logis kritis mendapatkan tempat utama. Cara analisis
dalam pendekatan filsafat yang bersifat kritis yaitu, 1) analisis bahasa (linguistik) dan 2) analisis
konsep.
Analisis bahasa adalah usaha untuk mengadakan interpretasi yang menyangkut pendapat,
atau pendapat-pendapat mengenai makna yang dimilikinya. Sedangkan analisis konsep adalah
suatu analisis mengenai istilah-istilah (kata-kata) yang mewakili gagasan atau konsep.

18
Dalam analisis konsep, jawabannya berbentuk defenisi-defenisi, dan defenisi terantung pula
kepada tokoh-tokoh atau lembaga yang mengeluarkan atau menciptakannya.
D. Peranan Filsafat Pendidikan
Pendidikan adalah sebagai pelaksanaan dari ide-id filsafat. Pandangan Kilpatnck dapat
dipahami, bahwa peranan dan fungsi filsafat adalah menyelidiki perbandingan pengaruh dan:
 Filsafat-filsafat yang bersaing didalam proses kehidupan
 Kemungkinan proses-proses pendidikan dan pembinaan watak keduanya, mengusahakan
untuk menemukan pengelolaan pendidikan yang dikehendaki untuk membina watak yang
paling konstruktif bagi golongan muda dan tua.
Adapun perbandingan pengaruh dan beberapa ide filsafat dalam pendidikan dapat diketahui
melalui sejarah pendidikan, antara lain tersimpul dalam pandangan-pandangan berikut:

1. Aliran Empiris
Menurut teori empiris, pendidik dapat berbuat sekehendak hati dalam pembentukan
pribadi anak didik untuk menjadi apa saja yang sesuai diinginkannya.

2. Nativisme dan Naturalisme


a. Nativisme
Pendidik menurut aliran ini tidak mempunyai kekuatan sama sekali. Pandangan dan
aliran ini disebut pesimistis, karena menerima kepribadian sebagimana adanya dengan tidak
mempercayai adanya nilai-nilai pendidikan untuk mengubah kepribadian.

b. Naturalisme
Aliran ini disebut juga aliran negativisme, karena berpandangan bahwa pendidik hanya
wajib membiarkan pertumbuhan anak didik saja dengan sendirinya, dan selanjutnya diserahkan
kepada alam.

3. Teori Konvergensi

 Pendidikan itu serba mungkin diberikan kepada anak didik


 Pendidikan itu diartikan sebagai pertolongan yang diberikan kepada anak untuk
mengembangkan pembawaan yang baik dan mencegah pembawaan yang buruk
 Hasil pendidikan tergantung kepada pembawaan dan lingkungan
Peranan dan fungsi pendidikan bagi para pendidik seperti yang dikemukakan secara singkat
tapi rinci oleh Brubacher tersimpu sebagai berikut:
Fungsi Spekulatif
Fungi Normatif
Fungsi Kritik
Fungsi Teori bagi praktik
19
BAB III MASALAH POKOK FILSAFAT DAN PENDIDIKAN
A. Objek dan Sudut Pandang Filsafat
1. Objek materi filsafat terdiri atas tiga persoalan pokok yaitu:
a. Masalah Tuhan, yang sama sekali diluar atau diatas jangkauan ilmu pengetahuan
biasa.
b. Masalah alam yang belum atau tidak dapat dijawab oleh ilmu pengetahuan biasa.
c. Masalah manusia yang juga belum atau tidak dapat dijawab oleh ilmu
pengetahuan biasa.
2. Objek formal filsafat, yaitu mencari keterangan sedalam-dalamnya, sampai keakar
persoalan, sampai kepada sebab-sebab terakhir tentang objek materi filsafat, sepanjang
kemungkinan yang ada pada akal budi manusia.

B. Sikap Manusia Terhadap Filsafat


Untuk memudahkan peninjauan filsafat pendidikan, terlebih dahulu akan diketaui
bagaimana pandangan, pendirian, dan atau sikap orang-orang terhadap filsafat. Pengertian
mereka dapat diartikan sebagai berikut:
1) Pandangan yang berpendapat bahwa apabila mendengar kata filsafat maka terbayanglah
dihadapan mereka tentang sesuatu yang sulit
2) Pandangan yang bersifat skeptic, yakni orang yang berpendapat bahwa filsafat adalah
suatu perbuatan yang tidak ada gunanya
3) Pandangan yang bersifat negative karena mengambil manfaat secara negtif, dengan tidak
mengatakan bahwa berfilsafat berarti bermaain apai atau berbahaya
4) Golongan yang memandang dan positif, yakni filsafat adalah suatau lapangan studi,
tempat melatih akal untuk berpikir.

C. Masalah Esensial Filsafat dan Pendidikan


Dalam tinjauan dari segi sistematik ini filsafat berhadapan dengan tiga problem utama,
yaitu sebagai berikut:
1. Realitas
2. Pengetahuan
3. Nilai

BAB IV PROSES HIDUP SEBAGAI DASAR FILSAFAT PENDIDIKAN


A. Pendahuluan
Filsaat pendidikan mempelajari proses kehidupan dan alternative proses pendidikan
dalam pembentukan watak, dimana kedua proses itu pada hakikatnya adalah satu.

20
B. Proses Pendidikan Bersama Perkembangan Proses Kehidupan
Bidang filsafat pendidikan adalah juga masalah hidup dan kehidupan manusia. Dengan
mengambil pengertian secara luas, berarti masalah pendidikan mempunyai ruang lingkup
manusia atau sepnjang pengalaman yang dialami seseorang sejak ia dilahirkan hingga berpisah
dengan dunia kehidupan atau mati.

C. Proses Hidup Manusia dan Filsafat Pendidikan


Sudah merupakan suatu kenyataan dalam proses kehidupan manusia, bahwa mereka
harus melaksanakan dan ditunaikan dengan baik dan sempurna, sejak zaman kehidupan mereka
yang sederhana, di hutan rimba dan di gua batu, atau di tempat lainnya, sampai kehidupan umat
abad ini.

BAB V TUJUAN HIDUP DAN TUJUAN PENDIDIKAN


A. Manusia dan Tujuan Hidupnya
Manusia adalah salah satu jenis makhluk hidup yang menjadi anggota populasi
dipermukaan bumi ini. Ia adalah suatu himpunan yang memiliki ciri khas yang tidak dimiliki
oleh sekian juta makhluk hidup lainnya.

1. Tujuan Hidup Manusia Mengalami Proses Perkembangan


Kedidupan manusia memerlukan perjuangan yang keras untuk memertahankan hidup,
dalam suasana serba sulit, serba ketakutan, sengsara dan tidak merasakan kebahagiaan.
Sehingga, tujuan hidup mereka tidak begitu jelas, atau hamper tidak ada sama sekali. Namun
mungkin, pendidikan dalam arti sempit sudah berlangsung bagi manusia pada saat itu, yakni
mengajarkan bagaimana menghadapi hidup, berjuang untuk menghadapi serangan binatang buas,
dan lain sebagainya.

2. Tujuan Hidup Bangsa Indonesia


a. Mewujudkan suatu masyarakat yang adil dan makmur yang merata material dan spiritual
berdasarkan pancasila
b. Didalam wadah Negara Kesatuan Republik Indonesia yang merdeka, berdaulat, bersatu,
dan berkedaulatan rakyat.
c. Dalam suasana perikehidupan bangsa yang aman, tenteram, tertib, dan dinamis
d. Dalam lingkungan pergaulan dunia yang merdeka, bersahabat, tertib, dan damai.

3. Tujuan Hidup Manusia Menurut Pandangan Islam


Tujuan hidup sebagai muslim adalah menyembah, dan berbakti kepada Allah. Artinya,
mengabdikan diri kepada-Nya harus sesuai dengan kehendak-Nya. Semua aktivitas dalam
kehidupan manusia seharusnya sesuai dengan petunjuk dan aturan-Nya, baik dalam kehidupan
individu, keluarga, masyarakat, maupun dalam kehidupan bernegara, baik sebagai masyarakat
awam maupun sebagai pejabat penguasa, sebagai orang yang tak punya maupun sebagai orang
jutawan, baik dalam mencari maupun menafkahkan harta.
21
B. Tujuan Pendidikan
Tujuan pendidikan selalu terpaut pada zamannya, dengan kata lain rumusan tujuan
pendidikan yang dapat dibaca unsur filsafat dan kebudayaan suatau bangsa yang dominan.

1. Fungsi Tujuan Pendidikan


Tujuan pendidikan sebenarnya sudah terlingkup didalam pengertian pendidikan sebagai
usaha secara sadar, yang berarti usaha tersebut mengalami permulaan dan akhirnya.

2. Cara Menentukan Tujuan Pendidikan


A Historical analysis of social institutions approach
A sociological analysis of current life approach
Normative philosophy approach

3. Kriteria Kualifikasi Tujuan Pendidikan


Yang dimaksud dengan kriteria klasifikasi disini tidak lebih dari kriteria untuk memenuhi
syarat kelengkapan suatu tujuan pendidikan. Tujuan dalam pendidikan menunjukkan hasil dari
proses alamiah yang membawa kepada kesadaran, menjadikannya faktor penentuan observasi
dan memilih cara untuk bertindak.

4. Sadaran Tujuan dan Tujuan Tertinggi dalam Pendidikan


Secara umum, tujuan pendidikan sebagai dunia cita dirumuskan secara singkat dan padat,
seperti membawa anak kea rah tingkat kedewasaan, kematangan, integritas pribadi
(kesempurnaan), dan terbentuknya kepribadian muslim. Tujuan pendidikan tersebut sarat dengan
nilai-nilai ilmiah, nilai sosial, nilai moral, dan nilai agama..

BAB VI FUNGSI PENDIDIKAN DALAM KEHIDUPAN MANUSIA


SEBAGAI MAKHLUK BIOLOGIS
A. Fungsi Pendidikan dalam Hidup dan Kehidupan Manusia
Peranan pendidikan dalam hidup dan kehidupan manusia, terlebih dalam zaman modern
sekarang, yang dikenal dengan abad cyhmetica, pendidikan diakui sebagai satu kekuatan
(education as power) yang menentukan prestasi dan produktivitas dibidang yang lain.

B. Peranan Lembaga Pendidikan


Sekolah adalah lembaga pendidikan yang penting setelah keluarga, yang berfungsi
membantu keluarga untuk mendidik anak-anak. Anak –anak mendapatkan pendidikan dilembaga
ini, yaitu yang tidak didapatkan dalam keluarga. Atau, karena kedua orang tuanya tidak
mempunyai kesempatan untuk memberikan pendidikan dan pengajaran kepada anak-anaknya.
Salah satu tugas pendidikan anak-anak oleh orang tua, diserahkan kepada guru sebagai pendidik
professional untuk memberikan ilmu pengetahuan, keterampilan, jiwa beragama kepada anak,
dan sebagainya.
22
C. Pendidikan adalah Suatu Keharusan Bagi Manusia Sebagai Makhluk
Biologis
Didik dan mendidik adalah hal yang unik bagi manusia yang tidak dapat disangkal lagi.
Manusia mempunyai kelebihan dari binatang. Binatang yang mendidik anak-anaknya hanya
secara instingtif. Kepandaian mendidik yang ada pada binatang, tidak ada pada tiap-tiap jenis
binatang. Kepandaian tersebut bukan karena dipelajari dari binatang, melainkan kepandaian yang
sudah ada pada taiap-tiap jenis binatang (anjing dan kucing) yang sifatnya tetap (tidak berubah
atau hampir tidak berubah).

BAB VII DEMOKRASI PENDIDIKAN


A. Pendahuluan
Setiap orang atau pendidik boleh merumuskan sendiri apa arti demokrasi pendidikan
baginya. Maksudnya , agar mereka memahami makna yang sebenarnya dari demokrasi
pendidikan itu sehingga tidak tergambar makna lain dari istilah tersebut, sepeti yang disebut
sebagai live service saja.

B. Pengertian Demokrasi Pendidikan


Demokrasi pendidikan dalam pengertian luas patut selalu dianalisis sehingga
memberikan manfaat dalam praktik kehidupan dan pendidikan yang mengandung tiga hal:
1. Rasa hormat terhadap harkat sesame manusia
2. Setiap manusia memiliki perubahan kea rah pemikiran yang sehat
3. Rela berbakti untuk kepentingan dan kesejahteraan bersama

C. Prinsip-Prinsip Demokrasi Dalam Pendidikan


Dalam pelaksanaan pendidikan selalu terkait dengan masalah-masalah dibawah ini:
1. Hak asasi setiap warga negara untuk memperoleh pendidikan
2. Kesempatan yang sama bagi warga negara untuk memperoleh pendidikan
3. Hak dan kesempatan atas dasar kemampuan mereka.

D. Prinsip-Prinsip Demokrasi Dalam Pandangan Islam


Dalam mewujudkan kesejahteraan lahir dan batin untuk kepentingan hidup manusia yang
kekal di kehidupan manusia yang kekal di akhirat nanti, umat islam harus memperhatikan
pendidikan. Mulai dari baca tlus hingga ketingkat pendidikan yang tinggi, sesuai dengan
kebutuhan manusia dalam mengikuti kemajuan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi.

E. Demokrasi Pendidikan Di Indonesia


Sebenarnya, bangsa Indonesia telah menganut dan mengembangkan asas demokrasi
dalam pendidikan sejak diproklamasikannya kemerdekaan hingga masa pembangunan dan era
reformasi sekarang ini. 23
Hal itu dapat dilihat pada apa yang terdapat dalam hal-hal sebagai berikut:
1. Undang-Undang Dasar 1945 pasal 31
2. Undang-Undang Republik Indonesia nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan
Nasional
3. Prinsip penyelenggaraan Pendidikan Pasal 4
4. Garis-Garis Besar Haluan Negara (GBHN) di sektor Pendidikan

BAB VIII ALIRAN-ALIRAN FILSAFAT PENDIDIKAN


A. Pendahuluan
Dunia berada dalam perlindungan filsafat, karena filsafat mengabdi pada dunia, demi
kesejahteraan umat manusia. Ajaran filsafat menjadi filsafat bangsa tertentu dan menjadi
keyakinan nasional, tidak terhitung jumlahnya, seperti nasionalisme, sosialisme,liberalism, dan
komunisme.

B. Aliran Progresivisme
Aliran progresivisme ini merupakan salah satu aliran filsafat pendidikan yang
berkembang pesat pada permulaan abad ke XX dan sangat berpengaruh dalam pembaruan
pendidikan.

1.Ciri-Ciri utama Aliran Proresivisme


Aliran ini mempunyai konsep yang mempercayai manusia sebagai subjek yang memiliki
kemampuan dalam menghadapi dunia dan lingkungan hidupny, mempunyai kemampuan untuk
mengatasi dan memecahkan masalah yang akan mengancam manusia itu sendiri.

2. Progresivisme dan Perkembangannya


Aliran progresivisme sebagai aliran pemikiran, baru berkembang dengan pesat pada
permulaan abad ke XX, namun garis linear dapat ditarik ke belakangnya hingga pada zaman
yunani kuno.

3. Progresivisme dan Pendidikan Modern


Istilah progresivisme dalam uraian ini akan dikaitkan dengan pendidikan, terutama
pendidikan modern abad ke XX.

C. Aliran Esensialisme
Esensialisme merupakan perpaduan antara ide-ide filsafat idealism dan realism.

D. Aliran Perennialisme
Perennial ialah berpegang pada nilai-nilai atau norma-norma yang bersifat abadi.
24
E. Aliran Rekonstruksionalisme
Rekonstruksionalisme bercita-cita untuk mewujudkan dunia dimana kedaulatan nasional
berada dalam pengayoman atau subordinat serta kedaulatan dan otoritas nasional.

25
BAB III
PEMBAHASAN
3.1 Perbandingan Antara Kedua Buku
Kedua buku ini membahas tentang filsafat pendidikan. Kedua buku memiliki judul yang
sama dengan “Filsafat Pendidikan” merupakan buku yang cocok untuk pegangan mahasiswa
dalam mengambil matakuliah filsafat pendidikan, namun memiliki pengarang yang berbeda.
Pada buku ‘filsafat pendidikan’ karangan Prof. Dr. Muhmidayeli, M.Ag membahas tentang ilmu
dasar filsafat dimulai dari pengertian, kemudian filsafat filsafat pendidikan dan mazhab mazhab
filsafat pendidikan serta orientasi psikologis yang mempengaruhi filsafat pendidkan.
Sedangkan karangan Muhammad Anwar menjelaskan tentang filsafat pendidikan mulai
dengan pengertian filsfat pendidikan dan membahas aliran-aliran yang mendukung filsafat
pendidikan, membahas tentang filsafat pendidikan pancasila yang berupa dasar dari negara
indonesia. Selain itu buku ini juga membahas tentang hakekat pendidikan dari berbagai filsuf-
filsuf.
Dari pembahasan sub bab yang disajikan dapat diketahui bahwa buku pembanding
memiliki kelengkapan materi yang lebih dari buku utama. Hal ini dapat kita lihat pada bagian
buku pembanding memiliki 5 Bab yang berisi Materi penuh Filsafat dengan tambahan Filsafat
pendidikan bagi bangsa Indonesia sedangkan pada buku utama tidak ada. Dari segi penulisan
buku sudah benar dan baik dan mudah dipahami pembaca.

3.2 Keunggulan
Pada kedua buku yang berjudul “ Filsafat Pendidikan” merupakan buku yang cocok
digunakan sebagai buku pembimbing atau buku pegangan mahasiswa matakuliah filsafat
pendidikan. Hal ini dikarenakan isi atau materi yang terkandung didalamnya tersusun secara
sistematis yang memudahkan mahasiswa untuk memahami secara berkala materi yang dibahas
pada setiap babnya. Namnun untuk bahasan yang lebih lengkap terdapat pada buku pembanding,
tetapi khusus Bab II mengenai filsafat buku utama lebih jelas dalam memaparkan materijnya.
Bahasa yang digunakan dalam penulisan kedua buku ini masih digolongkan bahasa yang
dapat dipahami mahasiswa yang baru belajar ilmu filsafat. Pada bagian awal setiap Bab pada
buku pembanding terdapat indikator yang membantu mahasiswa mencapai kompetensi ajarnya.

3.3 Kelemahan
Pada dasarnya kedua buku ini hampir tidak memiliki kekurangan, namun pada beberapa
bagian materi yang terdapat didalam bab menggunakan bahasa yang tinggi yang sulit untuk
dimengerti mahasiswa mengingat mahasiswa merupakan permulaan pada awal pembelajaran
filsafat. Selain itu tidak dicantumkan rangkuman pada akhir bab pada kedua buku merupakan
salah satu kelamahan yang ada, karna rangkuman sangat membantu mahasiswa dalam meringkas
ulang apa isi dari materi yang ada. Kedua buku tidak melampirkan gambar yang menjadi salah
satu penarik perhatian pembaca.

26
BAB IV
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
Filsafat adalah ilmu dari segala ilmu, ilmu yang mencari suatu kebenaran dengan cara
berpikir dan karena adanya suatu keragu raguaan. Maka dari itu dibutuhkan suatu buku sebagai
pegangan bagi mahasiswa untuk lebih memahami secra mendalam tentang mata kuliah filsafat
pendidikan. Dan untuk mendalami apa yang ada pada materi tersebut diberikan tugas Critical
Book Report sebagai salah satu cara dalam membantu mahasiswa dalam memhami isi buku
tersebut.
Dari kedua buku yang sudah dikritik dapat disimpulkan:
1. Walaupun memiliki judul buku yang samaakan tetapi kedua buku memiliki perbedaan
dalam pembahasan materinya serta bagian bagian tambahan ( pada buku pembanding
terdapat tujuan filsafat pendidikan bagi bangsa.
2. Buku Pembanding lebih lengkap pembahasannya dibandingkan dengan buku utama,
namun dilain Bab buku utama memiliki pembahasan yang lebih lengkap dibanding
dengan buku pembanding ( Bab yang membahasa pengantar Filsafat dan filsafat
pendidikan )
3. Kelemahan dari kedua buku adalah tidak dilengkapi dengan gambar pendukung.

4.2 Saran
Berdasarkan hasil Critical Book Report yang sudah di review, periview menyarankan
agar filsafat pendidikan dipelajari dan dipahami semua lapisan baik guru, orang tua maupun
masyarakat sehingga meningkatkan prestasi anak dalam berbagai hal kehidupan. Selain itu, juga
disarankan agar adanya perkembangan tindak lanjut mengenai isi buku sehingga nantinya
dilengkapi dengan gambar agar peserta didik yang membacanya lebih tertarik.
Buku Filsafat Pendidikan ini merupakan buku yang cocok dan tepat sebagai buku
pegangan mahasiswa yang menjalani mata kuliah filsafat pendidkan, karena kedua buku ini
memiliki bahasa yang dapat dimengerti mahasiswa yang baru belajar filsafat dan penyusunan
materi yang sistematis. Namun tidak menutup kemungkinan agar mahasiswa menggunakan
beberpara referensi buku lain sebagai pegangan dalam berfilsafat.

27
DAFTAR PUSTAKA
Muhmidayeli, Filsafat Pendidikan, Refika Aditama, Bandung 2013
Anwar Muhammad, Filsafat Pendidikan, Jakarta 2018

28

Anda mungkin juga menyukai