Anda di halaman 1dari 12

CRITICAL JOURNAL RIVIEW

OLAHRAGA BERKEBUTUHAN KHUSUS


DOSEN PENGAMPU: YAN INDRA SIREGAR S.Pd,. M.Pd

DISUSUN OLEH :
CHRISTEVEN SILALAHI (6211121020)
FARHAN ALBA ASITH (6211121008)
RIZKI TRI WIBOWO (6211121025)
TUAHTA MARIO EKA PUTRA (6211121042)
URSULLA DUTI ( 6211121014)

PENDIDIKAN KEPELATIHAN OLAHRAGA


FAKULTAS ILMU KEOLAHRAGAAN
UNIVERSITAS NEGERI MEDAN
2022
KATA PENGANTAR

Assalam’mualaikum Warahmatullah Wabarakatuh

Alhamdulillahirabbil’alamin, Puji Syukur kehadirat Allah SWT, atas segala


rahmat dan hidayah-nya. Shalawat berangkaian salam senantiasa tercurahkan kepada
junjungan Nabi Agung Muhammad SAW yang selalu kita nantikan syafa’atnya di
akhirat nanti. Saya mengucapkan syukur kepada Allah SWT atas limpah nikamt dan
karunianya, baik itu berupa kesehatan dan rezekinya, sehingga saya mampu untuk
menyelesaikan pembuatan tugas makalah saya pada mata kuliah OLAHRAGA
BERKEBUTUHAN KHUSUS , yaitu pada tugas Critical Jurnal Review.

Kelompok kami menyadari bahwa dalam makalah ini masih jauh dari
kesempurnaan baik dari bentuk penyusunan maupun materinya. Untuk itu, saya
mengharap kritik serta saran dari pembaca, agar makalah ini nanti nya dapat menjadi
makalah yang lebih baik lagi. Demikian, dan apabila terdapat banyak kesalahan pada
makalh ini saya mohon maaf yang sebesar-besarnya.

Wassalam’mualaikum Warahmatullah Wabarakatuh

5 Oktober 2022

Kelompok 4
HASIL JURNAL RIVIEW
JUDUL JUDUL
PENDIDIKAN FILSAFAT UNTUK ANAK? PENDIDIKAN INKLUSI BAGI ANAK
PENDASARAN, PENERAPAN DAN BERKEBUTUHAN KHUSUS DALAM
REFLEKSI KRITIS UNTUK KONTEKS PERSPEKTIF EPISTEMOLOGI ISLAM
INDONESIA

JURNAL JURNAL
Jurnal Filsafat Program Studi PGMI

Download Download
ttps://jurnal.ugm.ac.id/wisdom/about/ https://www.google.com/search?
submissions#authorGuidelines safe=strict&client=firefox-
https://www.google.com/search? b&ei=qID2W9vND8vEvQT-
q=PENDIDIKAN+KARAKTER+DALAM+KAJI 47bYBQ&q=PENDIDIKAN+INKLUSI+BAGI+
AN+FILSAFAT+NILAI&ie=utf-8&oe=utf- ANAK+BERKEBUTUHAN+KHUSUS+DALA
8&client=firefox-b M+PERSPEKTIF+EPISTEMOLOGI+ISLAM&o
q=PENDIDIKAN+INKLUSI+BAGI+ANAK+BE
RKEBUTUHAN+KHUSUS+DALAM+PERSPE
KTIF+EPISTEMOLOGI+ISLAM&gs_l=psy-
ab.3...51684.78036..78955...5.0..4.382.2077.0j7j1
j2......0....1j2..gws-
wiz.....6..0i71j35i39j0i22i30.4HSJwe2WhMg

Volume dan Halaman Volume dan Halaman


Volume pada jurnal 26, NO 2 Volume 5, Nomor 1

Tahun Tahun
Agustus 2016 Maret 2018

Penulis Penulis
Reza A.A. Wattimena Hasan Baharun, Robiatul Awwaliyah

Reviewer Reviewer
KELOMPOK 4 KELOMPOK 4

Tanggal Tanggal
5 Oktober 2022 5 Oktober 2022

Tujuan Penelitian Tujuan Penelitian


Tulisan ini ingin memperlihatkan pentingnya Penelitian ini merupakan dalam mewujudkan
pendidikan filsafat untuk anak di Indonesia. suatu masyarakat yang adil dan makmur secara
Filsafat disini dilihat sebagai pendidikan nilai materiel dan spiritual berdasarkan pancasila
sekaligus pendidikan hidup yang amat penting merupakan tujuan pembangunan nasional. Salah
bagi perkembangan kepribadian manusia. Oleh satu bagian penting dalam komponen masyarakat
karena itu, pendidikan filsafat harus diberikan Indonesia ialah anak. Karena anak adalah pemilik
sejak usia dini, yakni usia sekolah dasar. Namun, masa kini dan masa depan bangsa sekaligus
pola mengajar filsafat berbeda dengan pola pemilik bangsa, karena di tangan merekalah
mengajar ilmuilmu lainnya. Ia mengajak orang diteruskan sejarah kehidupan manusia Indonesia
berpikir sendiri dan menemukan jawaban sendiri selanjutnya, begitu pentingnya mereka dalam
atas pertanyaan-pertanyaan hidupnya. Namun, rantai kelangsungan tradisi suatu bangsa.Tidak
filsafat untuk anak tidak boleh membebani proses seorangpun menginginkan menjadi anak
belajar anak. Ia juga harus mempertimbangkan berkebutuhan khusus atau cacat. Istilah anak
konteks kultur lokal yang sebelumnya telah ada di berkebutuhan khusus secara eksplisit ditujukan
Indonesia. kepada anak yang dianggap mempunyai
kelainan/penyimpangan dari kondisi rata-rata
anak normal pada umunya, dalam hal fisik, mental
maupun karakteristik perilaku sosialnya.

Subjek Penelitian Subjek Penelitian


Subjek penelitian ini dilakukan Reza A.A. Subjek penelitian ini dilakukan Hasan Baharun,
Wattimena dengan subjek PENDIDIKAN Robiatul Awwaliyah dengan subjek PENDIDIKAN
FILSAFAT UNTUK ANAK? PENDASARAN, INKLUSI BAGI ANAK BERKEBUTUHAN KHUSUS.
PENERAPAN DAN REFLEKSI KRITIS
UNTUK KONTEKS INDONESIA

Assesment Data Assesment Data


PENDASARAN TEORITIS Mengapa filsafat itu Anak Pendidikan Inklusi bagi Anak Berkebutuhan
penting untuk anak-anak? Anak-anak, menurut Khusus dikategorikan berkebutuhan khusus dalam
Maughn Gregory (Stiftung, 2007: 35-36), pada aspek fisik meliputi; kelainan dalam indera
dasarnya, adalah filsuf alamiah. Artinya, mereka penglihatan (tunanetra), kelainan indera
selalu menjadi seorang filsuf yang pendengaran (tuna rungu), kelainan kemampuan
mempertanyakan segala sesuatu, termasuk hal-hal berbicara (tuna wicara) dan kelainan fungsi
yang sudah jelas bagi orang dewasa. Seringkali, anggota tubuh (tuna daksa). Semua anak berhak
anak-anak menanyakan pertanyaan yang mendapatkan pendidikan sebagaimana diatur
mengandung unsur politis, metafisis bahkan etis. dalam UU. No. 23 Tahun 2002 tentang
Jawaban atas pertanyaan tersebut membutuhkan perlindungan anak yang menyatakan bahwa setiap
pemahaman tentang sejarah, politik dan anak berhak untuk hidup, tumbuh, berkembang
metafisika yang cukup dalam. Anak-anak sudah dan berpartisipasi secara wajar sesuai harkat dan
memiliki semacam intuisi filosofis yang sudah martabat kemanusiaan, serta mendapat
ada secara alamiah di dalam dirinya. Berbagai perlindungan dari kekerasan dan diskriminasi.
penelitian, seperti dikutip oleh Gregory, Salah satunya adalah bahwa setiap anak berhak
menyatakan, bahwa pemahaman dan gaya memperoleh pendidikan dan pengajaran dalam
berpikir filsafat yang diberikan sejak usia dini rangka perkembangan pribadinya dan tingkat
dapat meningkatkan kemampuan berbahasa kecerdasannya sesuai dengan minat dan bakatnya.
(linguistik), kemam164 Jurnal Filsafat, Vol. 26, Untuk memahami lebih dalam tentang pendidikan
No. 2, Agustus 2016 puan berhubungan dengan inklusi berikut akan dipaparkan apa yang menjadi
orang lain (sosial), kemampuan untuk berhadapan motif serta sumber munculnya pendidikan inklusif
dengan kegagalan (psikologis), dan kemampuan dengan menggunakan sudut pandang
untuk berpikir terbuka anak (ilmiah), sehingga ia Epistemologi Islam, yang merupakan pemikiran
bisa menerima pelajaran dari luar dengan lebih tentang apa dan bagaimana sumber pendidikan
cepat dan mendalam. Dengan keempat inklusi diperoleh, apakah dari akal pikiran, apakah
kemampuan ini, anak pun bisa mengungkapkan dari pengalaman indrawi, apakah dari
perasaan dan pikirannya kepada orang lain dengan perasaan/ilustrasi, apakah dari Tuhan.
lancar. Di Jerman, program "anak-anak
berfilsafat" (Kinder Philosophieren) sudah
dimulai sejak dekade 1960-an. Metode yang
digunakan sebenarnya cukup sederhana, yakni:
pertama, perumusan pertanyaan yang dibuat
bersama-sama dengan anak; kedua, berdiskusi
bersama anak; ketiga, guna menjawab pertanyaan
ini, melihat beberapa kemungkinan jawaban yang
bersifat terbuka dan, keempat, mencoba menggali
pertanyaan lebih jauh dari jawaban yang telah ada
Metode Penelitian Metode Penelitian
Metode tersebut harus juga memiliki roh. Ada dua Dalam dunia pemikiran Muslim, setidaknya
roh yang ditawarkan di dalam filsafat untuk anak terdapat tiga macam teori pengetahuan yang biasa
ini, yakni roh kesetaraan dan roh keterbukaan. disebut-sebut, antara lain: Pertama, pengetahuan
Artinya, hubungan antara guru dan murid di rasional yang tokoh-tokohnya adalah Al-Farabi,
dalam kelas haruslah merupakan hubungan lbnu Sina, Ibnu Bajjah, Ibnu Tufail, Ibnu Rusyd
kesetaraan. Tidak ada yang lebih tinggi dan tidak dan lain-lain. Kedua, pengetahuan inderawi,
ada yang lebih rendah. Keduanya adalah partner pengetahuan ini hanya terbatas pada klasifikasi
untuk berpikir dan mencari jawaban atas sumber pengetahuan dan belum ada filusuf yang
pertanyaan-pertanyaan yang ada. Yang kedua mengembangkan teori ini. Dan yang ketiga adalah
adalah keterbukaan. Setiap pertanyaan adalah sah. pengetahuan yang diperoleh melalui ilham.32
Setiap jawaban dilihat sebagai kemungkinan. Dari ketiga teori pengetahuan tersebut,
Tidak ada yang mutlak. Semuanya adalah proses pengetahuan rasionallah yang sangat
yang menuju pada hasil yang bisa dipertanyakan mendominasi tradisi filsafat Islam.Sedangkan
lagi kemudian. Roh kesetaraan dan keterbukaan pengetahuan inderawi/empiris kurang mendapat
akan membuat suasana menjadi tenang dan tempat, walaupun al-Qur’an banyak mendorong
menyenangkan. Pikiran pun bisa berkembang di untuk menggunakan indera sebagai sumber
dalam dialog dengan orang lain. Pola ini tidak pengetahuan. Akal dalam pengertian Islam
hanya menyentuh bagian intelektual anak, tetapi bukanlah otak, akan tetapi daya berfikir yang
juga sikap hidupnya yang nantinya juga akan terdapat dalam jiwa yang merupakan daya
mengedepankan kesetaraan dan keterbukaan. Dua manusia. Kemudian akal dipadukan dengan
keutamaan ini amat penting untuk kehidupan. wahyu yang membawa pengetahuan dan luar diri
Dimana peran orang dewasa di dalam proses ini? manusia. 33 Ibnu Sina dengan pendapatnya
Orang dewasa di sini, menurut Gregory, berperan terkenal dengan ajaran berkisar yang pada
sebagai fasilitator sekaligus pengatur lalu lintas “penciptaan”dan “akal yang aktif’. Tuhan adalah
dari pertanyaan dan diskusi. Orang ini harus satu-satunya pengetahuan yang murni dan
mencintai dunia pemikiran. Ia harus sadar, bahwa kebaikan sejati dan ada-Nya merupakan suatu
ia tidak tahu segalanya. Ia melihat dirinya sebagai keharusan. lbnu Sina adalah seorang filsuf Islam
pencari yang bekerja sama dengan anak-anak, yang lahir di Afsyana hidup pada tahun 980-1037
guna menemukan sudut pandang baru atas M seorang filusuf yang sangat cerdas dan pada
pertanyaan-pertanyaan lama. Ia menjadi "contoh" usia 10 tahun sudah dapat menghafal al-Quran
dari bagaimana orang harus berfilsafat itu Reza dan mempelajari kasusastraan. Pada usia 14 tahun
A.A. Wattimena 165 sendiri. Ia memberikan sudah mempelajari logika, matematika dan ilmu
contoh, bagaimana mengajukan pertanyaan yang kedokteran. Ia memegang peranan utama dalam
baik. Ia juga menjadi contoh, bagaimana masa semaraknya Skolastik Arab di Timur
mengajukan jawabanjawaban yang bersifat (Baghdad). 34 Pengetahuan akal budi manusia
terbuka, yang merangsang pertanyaan berikutnya. menurut Ibn Bajjah dibedakan menjadi tiga
Ia mengajarkan, bagaimana merumuskan sudut tingkatan karena perbedaan kecerdasan dan
pandang baru atas masalah-masalah lama. Ia imajinasi manusia, antara lain :
memberikan kritik dan saran, tanpa bersifat (1)Para Nabi yang merupakan tingkat paling
menjatuhkan atau menghina. Ia juga mampu tinggi karena dengan karunia Tuhan tanpa dilatih
menghubungkan berbagai aliran ide yang ada, bisa memperoleh pengetahuan tadi. (2) Para
sehingga diskusi tidak berujung pada sahabat dan orang-orang shaleh, mereka
kebingungan. Ia menantang jawaban-jawaban memperoleh sebagian pengetahuan tentang yang
dangkal yang memberikan kepastian mutlak atas ghaib melalui mimpi. (3) Orang yang mendapat
pertanyaan-pertanyaan yang ada. Ia sendiri juga karunia Tuhan, dengan akal budinya setapak demi
bersikap kritis pada pendapat-pendapatnya sendiri setapak dapat memperoleh pengetahuan tentang
Tuhan, malaikat, Nabi, kitab-kitab suci dan hari
akhir.

Langkah Penelitian Langkah Penelitian


Dalam langkah ini dengan mengunakan penelitian Pengetahuan yang diperoleh melalui usaha
Mereka bisa mengajukan pertanyaan dan manusia telah disebutkan pada ulasan sebelumnya
menemukan sudut pandang berbeda melalui yang meliputi perantara indera, akal, dan intuisi.
diskusi-diskusi yang dilaksanakan. Tentu saja, Sedangkan yang diberikan oleh Allah SWT
program semacam ini tidaklah cukup. Orang tua berupa : (1) Wahyu yang disampaikan kepada
haruslah juga mampu merangsang pikiran anak para Rasul. (2) Ilham yang diterima oleh akal
melalui percakapan-percakapan bermutu setiap manusia. (3) Hidayah yang diterima oleh qalb
harinya. Melalui diskusi-diskusi filsafat yang manusia. 38 Pengetahuan yang diberikan oleh
bermutu, anak juga diajak untuk melampaui Allah seperti hidayah dan sebagainya yang telah
identitas sempitnya, dan mencoba melihat dunia tersebut dapat diraih dengan penyucian hati,
dari sudut pandang orang-orang yang memiliki karena hidayah Allah tidak akan sampai kepada
latar belakang berbeda. Pemahaman antar budaya, manusia jika kesucian hatinya belum tercapai. 39
antar agama dan antar kelas sosial juga bisa Pendidikan Inklusi dalam Perspektif Epitemologi
tercipta melalui program "anakanak berfilsafat" Islam Manusia diciptakan oleh Allah bukan tanpa
ini. Di dalam proses diskusi semacam ini, latar belakang dan tujuan. Tujuan penciptaan
pemahaman agama juga dimurnikan melalui akal manusia ialah sebagai khalifah dibumi. Dalam
sehat dan empati terhadap kelompok lain. Pola ini kedudukan ini, manusia tidak akan mampu
bisa dilihat sebagai upaya untuk melampaui melaksanakan tugas kekhalifahannya tanpa
fundamentalisme dan fanatisme yang menjadi dilatarbelakangi dengan potensi yang
akar dari segala bentuk terorisme. Di balik itu memungkinkan dirinya mengemban tugas
semua, kita bisa melihat, bahwa program ini tersebut. Setiap manusia memiliki potensi. Potensi
adalah bagian dari pendidikan nilai-nilai tersebut merupakan embrio semua kemampuan
(Wertebildung) untuk kehidupan. Dengan manusia yang memerlukan penempaan lebih
mengacu pada Stiftung (2007: 15-19), nilai bukan lanjut untuk bisa berkembang. Untuk
berarti nilai baik buruk seturut dengan agama atau mengaktualisasi potensi tersebut, manusia
tradisi tertentu, melainkan kemampuan untuk memerlukan bantuan orang lain yaitu dengan
secara masuk akal dan bebas menentukan apa proses pendidikan. 40 Kebutuhan manusia yang
yang akan dilakukan pada sebuah keadaan terbagi ke dalam dua kebutuhan pokok, yaitu
tertentu yang bersifat partikular. Dalam konteks kebutuhan primer seperti, kebutuhan jasmani
masyarakat demokratis, seperti Indonesia dan (makan, minum, seks, dan sebagainya). Yang
Jerman, tidak ada satu nilai homogen. Yang ada kedua, kebutuhan sekunder, yaitu kebutuhan
bukanlah "Nilai" dengan N besar, melainkan rohaniah yang dibagi kembali pada enam macam
"nilai-nilai". Kita hidup dalam masyarakat yang yakni : (1) Kebutuhan kasih sayang, (2)
memiliki beragam kultur dengan beragam Kebutuhan akan rasa, (3) Kebutuhan akan rasa
pandangan hidup serta nilainilai di dalamnya. harga diri, (4) Kebutuhan akan rasa bebas, (5)
Keadaan ini memiliki setidaknya dua sisi. Di satu Kebutuhan akan sukses, (6) Kebutuhan akan suatu
sisi, orang menemukan jalan yang damai untuk kekuatan pembimbing atau pengendalian diri.
mencapai kebahagiaan sesuai dengan nilai-nilai Semua manusia membutuhkan proses pendidikan
yang diyakininya. Di sisi lain, orang dengan juga untuk memenuhi kebutuhannya tanpa
mudah terjatuh ke dalam relativisme, dimana terkecuali. Hirarki kebutuhan manusia
tidak ada lagi yang benar dan yang salah. Semua sebagaimana telah disampaikan oleh Abraham
boleh dilakukan, asal sejalan dengan keinginan Maslow tersebut dapat digambarkan sebagai
dan kebutuhan pribadi. berikut ; Secara umum, tugas dari sebuah
pendidikan Islam adalah membimbing dan
mengarahkan pertumbuhan dan perkembangan
peserta didik dari tahap ke tahap kehidupannya
sampai mencapai titik kemampuan optimal.
Dalam hal ini, bersifat umum yang berarti semua
peserta didik berhak mendapatkan bimbingan dan
arahan untuk mencapai titik kemampuan optimal
tanpa memandang status apapun
Hasil Penelitian Hasil Penelitian
1. PENDIDIKAN NILAI 1. ANAK BERKEBUTUHA KHUSUS
Sebagai dari pendidikan nilai, menurut Zeitler, Keterbatasan anak berkebutuhan khusus (ABK)
banyak orang meragukan peran filsafat untuk tidak dapat dijadikan alasan untuk menjadikan
perkembangan pemikiran dan nilai-nilai hidup pendidikan bersifat segregatif dan integritas yang
anak (Stiftung, 2007: 45-52). Filsafat memang inklusif, sehingga pendidikan untuk anak
dikenal sebagai pengetahuan yang abstrak dan berkebutuhan khusus harus dipisahkan dengan
kering, yang kerap kali tidak memiliki hubungan anak-anak normal pada umumnya karena adanya
langsung dengan kehidupan manusia. Sulit pendidikan inklusif yang terintegrasi, peserta
membayangkan, bahwa pemahaman semacam ini didik dapat saling bergaul dan memungkinkan
memiliki peran di dalam pendidikan nilai anak- terjadinya saling belajar tentang perilaku dan
anak. Bahkan, para professor filsafat di berbagai pengalaman masing-masing. Sebagai masyarakat
perguruan tinggi, baik di Jerman maupunAS yang beragama penyelenggaraan pendidikan juga
(mungkin juga di Indonesia?), juga memiliki tidak dapat dipisahkan dengan nilai keagamaan,
pendapat serupa. AS (mungkin juga di terlebih interaksi yang terjadi dalam lingkup
Indonesia?), juga memiliki pendapat serupa pendidikan tidak dapat dipisahkan dari hakikat
manusia sebagai makhluk social, hal ini tertuang
2. UNTUK INDONESIA dalam Al-qur’an SurahAz-Zukhruf ayat.
Guna melihat kemungkinan penerapan program
filsafat untuk anak di Indonesia, kita setidaknya 2. PENDIDIKAN INKLUSIF
harus memahami terlebih dahulu keadaan Pendidikan inklusif merupakan ideologi yang
pendidikan Indonesia sekarang ini. Sejauh lazim kita raih. Sehingga konsekuensi dari
pengamatan saya, dunia pendidikan Indonesia saat pandangan bahwa pendidikan inklusif itu sebagai
ini dijangkiti oleh dua bentuk dogmatisme. Dalam ideologi dan cita-cita, bukan sebagai modal maka
arti ini, dogmatisme adalah pandangan yang akan terjadi keragaman dalam implementasinya,
melihat satu nilai tertentu sebagai nilai mutlak antara daerah yang satu dengan daerah yang lain,
yang tidak dapat dipertanyakan lagi. Siapapun bahkan sekolah yang satu dengan sekolah yang
yang tidak mengikuti nilai ini pantas unutk lain. Dengan demikian, berarti pendidikan inklusif
mendapat hukuman. Bentuk dogmatisme pertama adalah pendidikan yang merangkul semua anak
adalah dogmatisme nilai akademik. Nilai tanpa terkecuali. Pendidikan inklusif berasumsi
akademik menjadi tolok ukur seluruh proses bahwa belajar bersama adalah suatu cara yang
pendidikan. Anak yang mendapat nilai jelek akan lebih baik, yang dapatmemberikan keuntungan
mengalami kesulitan untuk memperoleh bagi setiap orang, bukan hanya anak-anak yang
pendidikan yang lebih tinggi. Ia juga akan dicap diberikan label sebagai individu yang memiliki
sebagai pemalas dan bodoh. Ini akan suatu perbedaan.
mempengaruhi kepercayaan diri sekaligus
kesehatan mentalnya sebagai manusia.

3. BEBERAPA CATATAN
Adalah bahaya dari birokratisasi filsafat. Filsafat,
pada hakekatnya, adalah pemikiran bebas. Ia
mengandalkan spontanitas dan keberanian untuk
mengubah pandangan-pandangan lama yang kita
pegang

Kekuatan Penelitian Kekuatan Penelitian


1. Pada jurnal ini metode penelitian yang 1. Jurnal ini tidak ada saran untuk penelitian
digunakan tidak terlalu rumit. Dimana pada jurnal selanjutnya dan tidak mempunyai prosentasenya.
ini dijelaskan dengan luas dan rinci mengenai 2. kata yang digunakan dalam jurnal ini bersifat
metode dalam penulisan. bahasan baku dan sesuai ddengan kamus bahasa
2. Abstrak jelas, sehingga dengan membaca indonsia.
abstraknya saja pembaca dapat mengetahui hasil
dari penelitian tersebut

Kelemahan Penelitian Kelemahan Penelitian


1. tidak memberitahukan deskripsi secara lengkap 1. penulis tidak teraturtiap paragraph ada yang
yang disertai gambar. tidak dimengerti .
2. aplikasi yang kurang konsisten. 2. aplikasi dalam mengembangkan pada sudut
padang penggunaan dan pada bagian penulis arab.

KESIMPULAN KESIMPULAN
Pendidikan di Indonesia jelas perlu untuk Setiap anak berhak memperoleh pendidikan dan
dikembangkan terusmenerus. Program filsafat pengajaran dalam rangka perkembangan
untuk anak adalah salah satu usaha yang perlu pribadinya dan tingkat kecerdasannya sesuai
dilakukan, guna mewujudkan tujuan tersebut. dengan minat dan bakatnya. Pendidikan inklusif
Program ini amatlah penting, karena filsafat tidak adalah sistem penyelenggaraan pendidikan yang
hanya memberikan pengetahuan baru, tetapi juga memberikan kesempatan kepada semua peserta
mengajak orang untuk berpikir tentang hidupnya didik yang memiliki kelainan dan memiliki
secara lebih mendalam. Pendek kata, filsafat potensi kecerdasan dan/atau bakat istimewa untuk
adalah bagian penting dari pendidikan hidup mengikuti pendidikan atau pembelajaran dalam
(Lebensbildung) setiap orang. Dengan lingkungan pendidikan secara bersama-sama
kemampuan bernalar kritis serta reflektif, filsafat dengan peserta didik pada umumnya.
membentuk cara berpikir, dan mengajarkan orang
untuk membuat keputusan dengan berpijak pada
pertimbangan-pertimbangan yang tepat.

SARAN SARAN
Untuk seluruh kelengkapan dari jurnal ini Seharusnya dalam melakukan
sudah lengkap dan tersusun dengan rapi. critical jurnal, menggunakan dua jurnal
Akan tetapi ada baiknya, jurnal ini atau lebih sebagai sumber referensi agar
dilampirkan bentuk dari hasil laporan secara ilmu dan wawasan yang di dapat lebih
kasarnya dan bentuk studi lapangannya. banyak.

DAFTAR PUSTAKA :
-Reza A.A. Wattimena. Agustus 2016. PENDIDIKAN FILSAFAT UNTUK ANAK? PENDASARAN,
PENERAPAN DAN REFLEKSI KRITIS UNTUK KONTEKS INDONESIA.Volume pada jurnal 26, Nomor
2.

-Hasan Baharun, Robiatul Awwaliyah. Maret 2018.PENDIDIKAN INKLUSI BAGI ANAK


BERKEBUTUHAN KHUSUS DALAM PERSPEKTIF EPISTEMOLOGI ISLAM. Volume 5, Nomor 1

Anda mungkin juga menyukai