Anda di halaman 1dari 9

Rekayasa Ide

PENGEMBANGAN KURIKULUM

Dosen Mata Kuliah


Dr. Nurhayati Simatupang, M.Kes

BRIAN DEVANI SIMANGUNSONG


8186117002

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN OLAHRAGA


PROGRAM PASCASARJANA
UNIVERSITAS NEGERI MEDAN
2019
KATA PENGANTAR

Salam sejahtera bagi kita semua ...

Puji dan syukur saya panjatkan kehadirat Tuhan yang Maha Esa, atas berkat,
rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan tugas Rekayasa Ide ini. Adapun
tujuan penulisan tugas ini adalah untuk memenuhi syarat dalam mata kuliah Pengembangan
Kurikulum. Begitu banyak kesulitan yang saya hadapi sebagai seorang Mahasiswa
Pascasarjana, Namun melalui orang yang mau berbelas kasih memberikan bantuan saran,
motivasi, dan pengalaman, kesulitan itu dapat diatasi dengan baik. Dalam kesempatan ini juga
dengan segala kerendahan hati, saya mengucapakan banyak terimakasih kepada Ibu Dr.
Nurhayati Simatupang, M.Kes yang telah mengampu dan membimbing saya dalam mata
kuliah ini.
Akhir kata penulis mengharapkan semoga tugas ini bermanfaat bagi saya agar semakin
memperkaya wawasan ilmu pengetahuan.

Medan, April 2019

Penulis

Brian Devani S
BAB 1
PENDAHULUAN

A. Pendahuluan

Kurikulum 2013 (K-13) adalah salah satu kurikulum yang berlaku di Indonesia.
Kurikulum ini merupakan kurikulum tetap diterapkan oleh pemerintah untuk menggantikan
Kurikulum-2006 (yang sering disebut sebagai Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan) yang telah
berlaku selama kurang lebih 6 tahun. Kurikulum 2013 masuk dalam masa percobaanya pada
tahun 2013 dengan menjadikan beberapa sekolah menjadi sekolah rintisan. Pada tahun
2013/2014, tepatnya sekitar pertengahan tahun 2013, Kurikulum 2013 diimpelementasikan
secara terbatas pada sekolah perintis, yakni pada kelas I dan IV untuk tingkat Sekolah Dasar,
kelas VII untuk SMP, dan kelas X untuk jenjang SMA/SMK, sedangkan pada tahun 2014,
Kurikulum 2013 sudah diterapkan di Kelas I, II, IV, dan V sedangkan untuk SMP Kelas VII dan
VIII dan SMA Kelas X dan XI. Jumlah sekolah yang menjadi sekolah perintis adalah sebanyak
6.326 sekolah tersebar di seluruh provinsi di Indonesia.
Kurikulum 2013 memiliki empat aspek penilaian, yaitu aspek pengetahuan, aspek
keterampilan, aspek sikap, dan perilaku. Di dalam Kurikulum 2013, terutama di dalam materi
pembelajaran terdapat materi yang dirampingkan dan materi yang ditambahkan. Materi yang
dirampingkan terlihat ada di materi Bahasa Indonesia, IPS, PPKn, dsb., sedangkan materi yang
ditambahkan adalah materi Matematika. Materi pelajaran tersebut (terutama Matematika dan
Ilmu Pengetahuan Alam) disesuaikan dengan materi pembelajaran standar Internasional
(seperti PISA dan TIMSS) sehingga pemerintah berharap dapat menyeimbangkan pendidikan di
dalam negeri dengan pendidikan di luar negeri. Berdasarkan Peraturan Menteri Pendidikan dan
Kebudayaan, Anies Baswedan, nomor 60 tahun 2014 tanggal 11 Desember 2014, pelaksanaan
Kurikulum 2013 dihentikan dan sekolah-sekolah untuk sementara kembali menggunakan
Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan, kecuali bagi satuan pendidikan dasar dan menengah yang
sudah melaksanakannya selama 3 (tiga) semester, satuan pendidikan usia dini, dan satuan
pendidikan khusus. Penghentian tersebut bersifat sementara, paling lama sampai tahun pelajaran
2019/2020. Kurikulum 2013 atau Pendidikan Berbasis Karakter adalah kurikulum baru yang
dicetuskan oleh Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan RI untuk menggantikan Kurikulum
Tingkat Satuan Pendidikan. Kurikulum 2013 merupakan sebuah kurikulum yang mengutamakan
pemahaman, skill, dan pendidikan berkarakter, siswa dituntut untuk paham atas materi, aktif
dalam berdiskusi dan presentasi serta memiliki sopan santun disiplin yang tinggi. Kurikulum ini
menggantikan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan yang diterapkan sejak 2006 lalu. Dalam
Kurikulum 2013 mata pelajaran wajib diikuti oleh seluruh peserta didik di satu satuan
pendidikan pada setiap satuan atau jenjang pendidikan.Mata pelajaran pilihan yang diikuti oleh
peserta didik dipilih sesuai dengan pilihan mereka.Kedua kelompok mata pelajaran tersebut
(wajib dan pilihan) terutama dikembangkan dalam struktur kurikulum pendidikan menengah
(SMA dan SMK) sementara itu mengingat usia dan perkembangan psikologis peserta didik usia
7 – 15 tahun maka mata pelajaran pilihan belum diberikan untuk peserta didik SD dan SMP.
BAB II
GAGASAN

Kurikulum Pendidikan Jasmani


Kurikulum dalam pengertiannya dapat dilihat dari pengertian secara luas dan sempit
tergantung sudut pandang yang menggunakan.Secara luas Jewet A.E, (1994), mengartikan
kurikulum sebagai keseluruhan pengalaman siswa yang ditemui di lingkungan persekolahan, dari
mulai yang berlangsung formal di kelas hingga kegiatan ekstra di lapangan sekolah.Sedangkan
secara sempitnya, kurikulum diartikan sebagai suatu rangkaian yang terencana dari pengalaman-
pengalaman pengajaran formal yang disajikan guru di dalam kelas.D. Macdonald (2003)
mendefinisikan kurikulum sebagai suatu lingkungan budaya yang dipilih secara bertujuan.
Artinya, kurikulum adalah sebuah studi tentang “ apa yang harus ada dalam dunia belajar dan
bagaimana caranya membuat dunia itu”.
Krisis pendidikan jasmani yang terjadi hingga saat ini tidak bisa dilepaskan dari
pemahaman terhadap peran pendidikan jasmani sebagai salah satu komponen penting dalam
kurikulum.Misi pokok pendidikan jasmani seringkali belum dapat dipahami oleh banyak orang,
sekalipun itu pendidik.Salah satu fakta yang tidak bisa dipungkiri adalah bahwa pendidikan
jasmani sering dianggap sebagai bidang studi pelengkap dan dalam posisi yang kurang
menguntungkan.Pertama, pendidikan jasmani adalah program yang relatif mahal untuk
dilaksanakan karena memerlukan banyak perlengkapan. Kedua, banyak orang menilai bahwa
pendidikan jasmani kurang penting dibandingkan pelajaran lain seperti matematika, bahasa dan
sebagainya.
Kita semua menyadari bahwa perkembangan dan pertumbuhan anak baik secara fisik
maupun intelektual akan berlangsung normal apabila diciptakan suatu kondisi yang
memungkinkan aspek-aspek tersebut tumbuh dan berkembang secara wajar. Pendidikan jasmani
merupakan bagian integral dari pendidikan secara keseluruhan.Pendidikan jasmani adalah
wahana untuk menumbuhkembangkan anak secara wajar dan efektif.Oleh karena itu, sudah
selayaknya bila pendidikan jasmani diberikan perhatian yang proposional dan dilaksanakan
secara efisien, efektif serta sesuai dengan kondisi fisik dan psikis anak.
Kurikulum pendidikan jasmani yang seimbang mencirikan bahwa muatan pendidikan
jasmani tidak ditekankan hanya pada penguasaan keterampilan motorik, tetapi juga
pengembangan nilai-nilai kepribadian peserta didik.Kurikulum yang seimbang adalah bersifat
tidak menekankan pada satu model tertentu.Seperti diketahui terdapat beberapa model
pendekatan dalam kurikulum pendidikan jasmani.Pendekatan-pendekatan tersebut adalah; (1)
Pendekatan Eklektif, yaitu menekankan pada penyediaan kesempatan kepada siswa seluas-
luasnya untuk berpartisipasi aktif dalam setiap aktifitas sesuai dengan minat dan kebutuhannya.
(2) Pendekatan “Pendidikan Gerak”, yaitu pada pemahaman dan pengembangan konsep gerak
serta bagaimana gerak tersebut dilakukan. (3) Pendekatan “Pendidikan Olahraga”, yaitu konteks
pendidikan semata-mata hanya digunakan sebagai media sosialisasi nilai-nilai pendidikan. (4)
Pendekatan “Pendidikan Rekreasi”, yaitu pada unsur kesenangan dan kegembiraan siswa. (5)
Pendekatan “Pendidikan Kesegaran Jasmani”, yaitu lebih didasarkan pada upaya pengembangan
budaya hidup sehat kepada para siswa melalui kegiatan jasmani.
Kurikulum pendidikan di Indonesia masih cenderung menekankan pada kemampuan
intelektual (verbal skill, logical, analytical) dan belum memberikan perhatian yang proporsional
pada nonverbal skill, gerak dan emosi.Jadi kurikulum diharapkan tidak hanya memprioritaskan
salah satu aspek, yaitu harus seimbang antara otak kanan dan otak kiri.Kurikulum juga harus
mendorong terjadinya proses pembelajaran yang memberikan peluang bagi peserta didik belajar
untuk tahu (learning to know), belajar untuk bekerja (learning to do), belajar untuk mandiri
(learning to be), dan belajar untuk bersama (learning to live together).

Pengembangan Kurikulum Pendidikan Jasmani


Rencana pengembangan kurikulum pendidikan jasmani sebagaimana layaknya kurikulum
di bidang lain biasanya didasarkan pada hasil akhir yang hendak dicapai (desired outcomes) oleh
peserta didik. Jadi sebelum merancang suatu kurikulum, langkah pertama adalah
mengidentifikasi hasil keluaran (exit outcomes) yang diharapkan dari peserta didik setelah
mengikuti program.Hasil keluaran tersebut merupakan tingkat pencapaian prestasi sesuai dengan
standar kompetensi yang dikehendaki.Setelah itu baru disusun hasil antara (intermediate
outcomes) yang harus dicapai siswa setiap tingkat dan setiap unit pelajaran.
Standar kompetensi untuk pendidikan jasmani pada tingkat nasional perlu dikembangkan
dan disepakati sebelum merancang kurikulum.Standar nasional tersebut dapat digunakan sebagai
kita merancang kurikulum.Standar nasional tersebut dapat digunakan sebagai acuan untuk
menentukan tingkat prestasi yang diharapkan setelah peserta didik selesai mengikuti program
pendidikan jasmani yang di berlakukan di Amerika Serikat (AAPHERD, 1999).
Ada 7 standar nasional dalam merancang kurikulum pendidikan jasmani; (1)
Demonstrates competency in many movement forms and proficiency in a few movement forms.
(2) Applied movement concept and principles to the learning and development of motor skill. (3)
Achieves and maintains a health enhancing level of physical fitness. (4) Exhibits a physical
active lifestyle. (5) Demonstrate responsible personal and social behavior in physical activity
settings. (6) Demonstrate understanding and respect for differences among people in physical
activity settings. dan(7) Understands that physical activity provides opportunities for enjoyment,
challenge, self-expression, and social interaction.
Standar seperti di atas membantu menentukan hasil keluaran dna kurikulum sesuai
dengan perkembangan anak. Disamping itu beberapa prinsip dasar juga perlu diperhatikan dalam
merancang kurikulum pendidikan jasmani, yaitu: (1) Perhatian selalu dipusatkan pada hasil
keluaran setiap tingkat kelas, (2) Rencanakan berbagai peluang bagi peserta didik untuk
menguasai kempotensi termasuk pengetahuan dan keterampilan yang dipersyaratkan sebelum
maju ke tingkat yang lebih tinggi, (3) Rencanakan bagaiamana setiap peserta didik memperoleh
dukungan sesuai dengan kebutuhannya sehingga termotivasi untuk mencapai tujuan program,
dan (4) Buat rancangan secara mundur dari hasil keluaran - hasil program – hasil mata pelajaran
– hasil unit sampai dengan hasil pembelajaran.
Selain hal-hal yang telah disampaikan di atas, ada beberapa catatan yang perlu mendapat
perhatian. (1) Tujuan bersifat oriented dengan pengabdian pada tujuan-tujuan non-fisik, (2) Pola
pengembangan materi yang bersifat kecabangan, (3) Guru perlu diberikan keleluasaan untuk
mengembangkan pola pengajarannya, dan (4) Alokasi waktu pendidikan atau bentuk kegiatan
olahraga di sekolah perlu ditingkatkan. Disini saya mengusulkan untuk menambahkan jam
pelajaran pendidikan jasmani dari yang selama ini 2 atau 3 jam saja perminggu menjadi 4 jam
dua kali perminggu.
Faktor penting yang hendaknya juga menjadi fokus perhatian adalah model pembelajaran
yang selama ini diterapkan oleh guru pendidikan jasmani di sekolah tergolong monoton dan itu
menjadikan siswa bosan sehingga tidak tertarik untuk matapelajaran pendidikan jasmani.Terkait
dengan masalah ini, perlu ditekankan kembali tentang pendekatan modifikasi olahraga guna
untuk mengganti model pengajaran tradisional yang selama ini diterapkan dan tujuan utamanya
yaitu untuk menarik minat siswa untuk aktif bergerak. Pendekatan ini telah berhasil diterapkan
dibeberapa negara seperti Amerika dan Australia (Siedentop, 1994; Tinning, Kirk dan Evans,
1993; Australia Sport Commision, 1994; Barrie G., Liz T., Flaviu H., 2012; Ingegerd R.
Ericsson, 2014; Anmol, 2015). Guru harus mampu memanfaatkan lingkungan yang ada secara
optimal sehingga dapat menumbuhkan situasi dan kondisi dimana anak terangsang untuk senang
belajar.

Aspek-aspek dalam kurikulum 2013


Pengetahuan
Pengetahuan dalam kurikulum 2013 sama seperti kurikulum-kurikulum sebelumnya, yaitu
penekanan pada tingkat pemahaman siswa dalam pelajaran. Nilai dari aspek pengetahuan bisa
didapat dari Ulangan Harian, Ujian Tengah/Akhir Semester, dan Ujian Kenaikan Kelas. Pada
kurikulum 2013, Pengetahuan bukan aspek utama seperti pada kurikulum-kurikulum
sebelumnya.

Keterampilan
Keterampilan merupakan aspek baru dalam kurikulum di Indonesia. Keterampilan merupakan
penekanan pada skill atau kemampuan. misalnya adalah kemampuan untuk mengemukakan
pendapat, berdiksusi/bermusyawarah, membuat laporan, serta berpresentasi. Aspek Keterampilan
merupakan salah satu aspek penting karena hanya dengan pengetahuan, siswa tidak dapat
menyalurkan pengetahuan tersebut sehingga hanya menjadi teori semata.

Sikap
Aspek sikap merupakan aspek tersulit untuk dinilai. Sikap meliputi sopan santun, adab dalam
belajar, absensi, sosial, dan agama. Kesulitan penilaian dalam aspek ini karena guru tidak setiap
saat mengawasi siswa-siswinya. Sehingga penilaian tidak begitu efektif.
BAB III
KESIMPULAN

Rekayasa Ide tentang pengembangan kurikulum yang tepat dapat meningkatkan dalam
hal positif pada peserta didik.Banyak peneliti telah mengembangkan kurikulum pendidikan
jasmani di dalam teknologi juga mengalami peningkatan aktivitas fisik dari peserta didiknya.
Upaya untuk memajukan pendidikan jasmani harus tetap didorong melalui penciptaan situasi dan
kondisi yang menunjang.Pendidikan jasmani harus ditempatkan secara proporsional dalam
struktur kurikulum, sehingga didapatkan keseimbangan yang tercermin pada alokasi waktu,
peningkatan kualitas guru dan meningkatkan kebugaran peserta didik. Keseimbangan kurikulum
perlu dibarengi dengan keefektifan pelaksanaanya di lapangan melalui model pembelajaran yang
memungkinkan siswa bereksplorasi, mendapatkan pengalaman gerak guna untuk meningkatkan
kebugaran mereka.

Anda mungkin juga menyukai