Anda di halaman 1dari 12

CRITICAL JURNAL REVIEW

Disusun Oleh:

PENDIDIKAN GURU PENDIDIKAN ANAK USIA DINI

FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS NEGERI MEDAN

2021

KATA PENGANTAR

KATA PENGANTAR

Puji syukur kami ucapakan kepada Tuhan Yang Maha Esa, karna atas berkat dan
rahmatnya kami dapat menyelesaikan tugas makalah mata kuliah sosial emosional AUD yang
berjudul “Critical Jurnal Review”. Kami berterima kasih kepada ibu dosen yang bersangkutan
yang sudah memberikan bimbingannya. Kami sadar bahwa tugas ini memiliki banyak
kekurangan oleh karena itu kami minta maaf jika ada kesalahan dalam penulisan kami juga
mengharapkan kritik dan saran dalam tugas ini agar di lain waktu bisa membuat tugas dengan
lebih baik lagi. Akhir kata saya ucapkan terima kasih semoga apa yang kami kerjakan bisa
bermanfaat bagi orang lain.
Medan, September 2021

REVIEW JURNAL

Berikut ini identitas jurnal yang di review perilaku sosial emosional anak usia dini

 Jurnal Pertama

Judul Jurnal Perilaku Sosial Emosional Anak Usia Dini


Nama Jurnal Jurnal Golden Age, Universitas Hamzanwadi
Volume dan Halaman Vol 04 No 1
Tahun Jurnal 2020
Diterbitkan
ISSN 2549-7376
Penulis Jurnal Ajeng Rahayu Tresna Dewi, Mira Maysarokh, Eva Gustiana
Link https://www.google.com/url?
sa=t&rct=j&q=&esrc=s&source=web&cd=&cad=rja&uact=8&ved=
2ahUKEwiRlKuZgvnyAhU86XMBHU6nDXEQFnoECCEQAQ&ur
l=https%3A%2F%2Fe-journal.hamzanwadi.ac.id%2Findex.php
%2Fjga%2Farticle%2Fdownload
%2F2233%2F1296&usg=AOvVaw3CNzVMTBQ7VLo0fsne4PST
Reviewer Rawaty Sirait
Tanggal di Review 12 September 2021
 Jurnal Kedua

Judul Jurnal Kemampuan Sosial Emosionak Anak Usia dini di Nusa Tenggara
Barat
Nama Jurnal Jurnal Pendidikan Anak Usia Dini
Volume dan Halaman Vol 03 No 2
Tahun Jurnal 2019
Diterbitkan
ISSN 2549-8959
Penulis Jurnal Sri Tatminingsih
Link https://www.google.com/url?
sa=t&rct=j&q=&esrc=s&source=web&cd=&ved=2ahUKEwjM2IWj
h_nyAhXkmuYKHQ5BCRAQFnoECAsQAQ&url=https%3A%2F
%2Fobsesi.or.id%2Findex.php%2Fobsesi%2Farticle%2Fdownload
%2F170%2Fpdf&usg=AOvVaw3MYL0_GQYJy-Uv0Bnu9dFC
Reviewer Rawaty Sirait
Tanggal di Review 12 September 2021

Perilaku Sosial Emosional Anak Usia Dini

Abstrak Anak usia dini merupakan individu yang unik


dan mengalami perkembangan yang pesat
pada setiap aspek perkembangan yang akan
membawanya pada perubahan dalam aspek-
aspek perkembangan. Perkembangan sosial
emosional anak merupakan dua aspek yang
berbeda tetapi tidak dapat dipisahkan satu
sama lain. Dengan kata lain, membahas
perkembangan emosi harus bersinggungan
dengan perkembangan sosial anak. Demikian
pula sebaliknya, membahas perkembangan
sosial anak harus melibatkan perkembangan
emosional anak. Perkembangan awal anak
diperangaruhi oleh beberapa konteks sosial
dan budaya yang termasuk keluarga,
pengaturan pendidikan, masyarakat, dan
masyarakat yang lebih luas. Perkembangan
mencerminkan pengaruh dari sejumlah
sistem lingkungan dan keluarga termasuk
dalam sistem lingkungan mikrosistem yaitu
lingkungan tempat individu hidup.
Latar Belakang Pendidikan anak usia dini bertugas
memberikan upaya untuk membimbing,
menstimulasi, mengasah, dan pemberian
kegiatan yang akan menghasilkan anak
dengan kemampuan dan keterampilannya.
Suyadi (2012:17) menyatakan bahwa
pendidikan anak usia dini adalah pendidikan
yang diselengggarakan dengan tujuan untuk
memfasilitasi pertumbuhan dan
perkembangan anak secara menyeluruh pada
pengembangan seluruh aspek kepribadian.
Aspek perkembangan anak salah satunya
yaitu perkembangan sosial emosional yang
mencakup perilaku anak dalam
lingkungannya. Perkembangan sosial
emosional anak merupakan dua aspek yang
berbeda tetapi tidak dapat dipisahkan satu
sama lain. Dengan kata lain, membahas
perkembangan emosi harus bersinggungan
dengan perkembangan sosial anak. Demikian
pula sebaliknya, membahas perkembangan
sosial anak harus melibatkan perkembangan
emosional anak. Perilaku sosial sangat erat
hubungannya dengan perilaku emosionalnya
walaupun memiliki pola yang berbeda.
Perkembangan sosial merupakan
pencapaian kematangan dalam hubungan
sosial. kemampuan sosial anak dapat
diperoleh dari berbagai kesempatan dan
pengalaman bergaul dengan orang-orang
dilingkungannya. Kebutuhan berinteraksi
dengan orang lain telah dirasakan sejak usia
enam bulan, ketika anak sudah mampu
mengenal lingkungannya. Hurlock
(1978:250) mengatakan bahwa
perkembangan sosial adalah kemampuan
seseorang dalam bersikap atau berperilaku
dalam berinteraksi dengan unsur sosialisasi di
masyarakat yang sesuai dengan tuntunan
sosial.
Anak prasekolah cenderung
mengekspresikan emosinya dengan bebas
dan terbuka, sehingga emosi dapat
mempengaruhi kepribadian dan penyesuaian
diri anak dengan lingkungan sosialnya.
Goleman (2002:48) menyatakan bahwa orang
yang secara emosionalnya cakap maka orang
tersebut dapat menangani perasaannya
sendiri dan mampu membaca dan memahami
perasaan orang lain. Orang yang memiliki
kecerdasan emosional yang tinggi adalah
mereka yang mampu mengendalikan diri,
memelihara dan memacu motivasi untuk
terus berupaya dan tidak mudah menyerah,
mampu mengendalikan dan mengatasi stres,
mampu menerima kenyataan. Senada dengan
Mayer & Salovey dalam penelitian (Ensari,
2017: 212) yang menyatakan bahwa individu
yang memiliki kecerdasan emosi yang tinggi
memiliki hubungan sosial yang lebih baik,
dapat memecahkan masalah emosional lebih
cepat dan lebih mudah, kuat dalam
kecerdasan verbal, sosial, dan kurang terlibat
masalah perilaku
Tujuan Penelitian Tujuan penelitian ini adalah untuk meliputi
keluarga, teman sebaya, sekolah, dan
lingkungan sekitar yang di dalam
mikrosistem inilah terjadi interaksi yang
paling langsung dengan agen-agen sosial
misalnya dengan orangtua, guru, dan teman
sebaya.
Hasil Pembahasan Masa usia dini merupakan masa yang penting
yang perlu mendapat penanganan sedini
mungkin. Salkind (2010:4) menyatakan
bahwa perkembangan adalah serangkaian
perubahan yang bergerak maju dalam pola
yang terukur sebagai hasil interaksi antara
faktor biologis dan lingkungan. Anak adalah
individu yang unik dan mengalami
perkembangan yang pesat pada setiap aspek
perkembangan yang akan membawanya pada
perubahan dalam aspek-aspek
perkembangan. Santrock (2011:6)
menyatakan bahwa perkembangan adalah
pola perubahan yang dimulai sejak masa
pembuahan dan yang terus berlangsung
selama masa hidup manusia. Perkembangan
merupakan suatu perubahan yang
berlangsung seumur hidup dengan
bertambahnya struktur dan fungsi tubuh yang
lebih kompleks. Perkembangan menunjuk
pada suatu proses kearah yang lebih
sempurna dan tidak dapat diulang kembali.
Perkembangan menunjuk pada perubahan
yang bersifat tetap dan tidak dapat diputar
kembali. Perkembangan juga merupakan pola
gerakan atau perubahan secara dinamis
bersifat progresif.
Periode-periode Perkembangan Periode
perkembangan selalu merujuk pada suatu
kerangka waktu dalam kehidupan seseorang
yang ditandai oleh ciri-ciri tertentu. Proses
biologis, kognitif dan sosio emosional yang
saling mempengaruhi satu sama lain
menghasilkan periode-periode dalam masa
hidup manusia.
Perkembangan Sosial Emosional Hurlock
(1978:250) mengatakan bahwa
perkembangan sosial adalah kemampuan
seseorang dalam bersikap atau berperilaku
dalam berinteraksi dengan unsur sosialisasi di
masyarakat yang sesuai dengan tuntunan
sosial. Perkembangan sosial merupakan
pencapaian kematangan dalam hubungan
sosial.
Perkembangan Emosi Anak Usia Dini L,
Crow & A, Crow (Djaali, 2007:37)
mengatakan bahwa emosi adalah pengalaman
yang afektif yang disertai oleh penyesuaian
batin secara menyeluruh, di mana keadaan
mental dan fisiologi sedang dalam kondisi
yang meluap-luap, juga dapat diperlihatkan
dengan tingkah laku yang jelas. Anak
prasekolah cenderung mengekspresikan
emosinya dengan bebas dan terbuka,
sehingga emosi dapat mempengaruhi
kepribadian dan penyesuaian diri anak
dengan lingkungan sosialnya.
Perilaku Sosial Emosional Anak Usia Dini
Morrison (2012:254) menyatakan bahwa
pada usia 5 sampai 6 tahun anak berada
dalam tahap prakarsa versus rasa bersalah
dalam teori psikososial menurut Erikson.
Tahap ini berlangsung selama masa
prasekolah ketika anak-anak memasuki dunia
sosial yang luas, mereka dihadapkan pada
tantangan baru yang menuntut merek untuk
mengembangkan perilaku yang aktif. Anak-
anak diharapkan mampu bertanggung jawab
terhadap perilaku, tubuh, hewan, dan lain
sebagainya.
Jenis-jenis Perilaku Sosial Anak Usia Dini
Melalui pergaulan atau hubungan sosial baik
dengan orangtua, anggota keluarga, orang
dewasa lainnya maupun teman bermainnya,
anak mulai mengembangkan bentuk-bentuk
tingkah laku sosial. Jenis-jenis perilaku sosial
emosional dikemukakan oleh Hurlock (1980:
116) bahwa perilaku sosial pada awal masa
kanak-kanak yang tampak pada anak usia 2
sampai 6 tahun yaitu meniru, persaingan,
kerjasama, simpati, empati, dukungan sosial,
membagi, negativisme, agresif, perilaku
berkuasa, memikirkan diri sendiri, dan
merusak. Sejalan dengan pemikiran Syamsu
(2007: 124) mengatakan bahwa bentuk-
bentuk tingkah laku sosial anak usia dini
yaitu: pembangkangan, agresi, berselisih atau
bertengkar, menggoda, persaingan,
kerjasama, tingkah laku berkuasa,
mementingkan diri sendiri, dan simpati.
Jenis-jenis Perilaku Emosi Anak Usia Dini
Hurlock (1978:215) berpendapat bahwa
perilaku emosional anak meliputi sembilan
aspek yaitu rasa takut, malu, khawatir,
cemas, marah, cemburu, duka cita, rasa ingin
tahu, dan gembira. Interaksi sosial yang baik
dengan lingkungan anak dapat mengatur
emosinya dengan menunjukan beberapa
emosi positif. Tetapi jika lingkungannya
tidak memberi kenyamanan kepada anak,
maka anak akan menunjukan perilaku atau
emosi marah, sedih, takut, kaget, dan
sebagainya. Perilaku emosi mempengaruhi
perilaku sosial anak, jika emosinya terganggu
maka perilaku sosial akan muncul. Interaksi
sosial yang baik dengan orang lain akan
berdampak baik terhadap perilaku emosinya.
Anak yang memiliki emosi yang baik dan
stabil akan memiliki perilaku sosial yang
kompeten. Peran orangtua sangat diperlukan
dalam perkembangan anak terutama dalam
perilaku sosial dan emosi, sehingga anak
dapat berinteraksi dengan teman, memiliki
kemandirian, kepercayaa dirian yang baik,
menunjukan emosi yang wajar, dan
bertanggung dalam perilakunya.
Metode Penelitian Metode yang akan dibawakan ialah metode
pendekatan yang dapat digunakan dalam
penanaman sosial emosional pada anak usia
dini di antaranya: indoktrinasi, klarifikasi
nilai, teladan atau contoh, dan pembiasaan
dalam perilaku sosial.
Kelebihan Jurnal
Kelemahan Jurnal
Kesimpulan
Mengembangkan Sosial Emosional Anak Usia Dini Melalui Bermain

Abstrak Masa usia TK merupakan masa bagi


seseorang untuk belajar bersosialisasi dan
mengelola emosinya. Penelitian ini bertujuan
untuk menjabarkan kemampuan sosial
emosional anak usia TK di Nusa Tenggara
Barat. Penelitian dilakukan dengan metode
survey dengan alat pengumpulan data berupa
instrument asesmen kemampuan sosial
emosional yang terdiri dari 37 item indikator.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa rerata
kemampuan sosial-emosional anak usia TK
kelompok B di NTB berada pada tingkat
mampu dengan sedikit bantuan artinya rata-
rata anak sudah memiliki potensi untuk
berkembang dengan baik namun dalam
beberapa hal masih perlu bimbingan dan
contoh dari gurunya.
Latar Belakang Anak pada masa usia dini termasuk usia
Taman Kanak-kanak (TK) adalah masa yang
unik dan strategis. Pada masa ini mereka
mulai belajar mengelola emosi dan belajar
beradaptasi dengan lingkungan di luar rumah
(keluarga). Mereka mulai mengenali diri
mereka sendiri dan juga mulai belajar
memahami berbagai aturan dalam lingkup
sosial masyarakat dimana mereka hidup.
Pada masa ini anak mulai mencoba
beradaptasi dan dan melakukan berbagai hal
yang berkaitan dengan lingkungan di
sekitarnya meski tetap berusaha untuk
menunjukkan jati diri mereka sendiri. Dalam
Peraturan Pemerintah Nomor 27 Tahun 1990
tentang Pendidikan Prasekolah Bab I Pasal 1
Ayat (2) dinyatakan bahwa “Taman Kanak-
kanak adalah salah satu bentuk pendidikan
prasekolah yang menyediakan program
pendidikan dini bagi anak usia empat tahun
sampai memasuki pendidikan dasar
(Indonesia, 1990).
Pendidikan TK memiliki peran yang sangat
penting untuk pengembangan kepribadian
anak, serta untuk mempersiapkan mereka
untuk memasuki jenjang pendidikan
selanjutnya. Di TK anak-anak diberikan
rangsangan pendidikan untuk membantu
mengembangkan seluruh potensinya. Tugas
utama TK adalah untuk mempersiapkan anak
dengan memperkenalkan berbagai
pengetahuan, sikap, perilaku, dengan cara
yang menyenangkan melalui kegiatan
bermain. TK seyogyanya merupakan tempat
bermain yang indah, nyaman, dan gembira
bagi anak untuk bersosialisasi dengan teman
sebayanya (Fitria, 2013.
TK termasuk lembaga Pendidikan Anak Usia
Dini (PAUD) Formal, seperti yang terdapat
dalam Peraturan Menteri Pendidikan
Nasional No 146 tahun 2014 Pasal 2 ayat 3
yang berbunyi: Layanan PAUD untuk usia 4
(empat) sampai dengan 6 (enam) tahun terdiri
atas Taman Kanakkanak (TK) /Raudhatul
Athfal (RA)/ Bustanul Athfal (BA), dan yang
sederajat. Dalam Permendiknas ini juga
dinyatakan bahwa: PAUD adalah suatu upaya
pembinaan untuk anak-anak sejak dilahirkan
hingga berusia 6 (enam) tahun. Upaya
pembinaan ini dilakukan melalui pemberian
rangsangan pendidikan untuk membantu atau
menstimulasi proses pertumbuhan dan
perkembangan baik jasmani dan rohani
sehingga anak memiliki kesiapan dalam
mengikuti jenjang pendidikan selanjutnya.
Selain itu TK juga merupakan wahana bagi
anak-anak untuk mendapatkan stimulasi yang
tepat guna menemukan dan memperkuat
potensinya sejak dini termasuk dalam
kemampuan bersosialisasi dan
kemampuannya dalam mengendalikan
emosinya. (Papalia, 2008) menyatakan
bahwa perkembangan seorang anak dilihat
dari keseluruhan aspek perkembangan, yang
salah satunya adalah sosial emosional.
Menurutnya: perubahan dan stabilitas dalam
emosi, kepribadian dan hubungan sosial akan
membentuk kemampuan sosial emosional
atau disebut sebagai psikososial. Pernyataan
tersebut menjelaskan bahwa kemampuan
sosial-emosional terdiri dari dua hal, yaitu
emosi dan sosial. Keduanya merupakan
kemampuan yang saling berkaitan dan saling
mempengaruhi.
Meskipun kemampuan sosial dan emosi
merupakan dua kemampuan yang terpisah
namun keduanya merupakan kemampuan
yang saling berkaitan dan saling
mempengaruhi. Hal ini disampaikan oleh
Laura E Berk yang menyatakan bahwa emosi
anak-anak adalah sinyal seperti tersenyum,
menangis, penuh perhatian, diyakini sangat
kuat mempengaruhi orang lain. Demikian
pula sebaliknya, dimana reaksi emosional
anak-anak juga dipengaruhi oleh perilaku
orang lain (Berk, 2006:396).
Kemampuan sosial dan emosional
merupakan kemampuan yang saling
berkaitan dan saling mempengaruhi. Emosi
anak-anak adalah sinyal yang diyakini sangat
kuat mempengaruhi orang lain. Demikian
pula sebaliknya, dimana reaksi emosional
anak-anak juga dipengaruhi oleh perilaku
orang lain. Kemampuan sosialemosional
yang baik merupakan suatu kemampuan yang
perlu dimiliki anak sejak anak masih kecil
karena perilaku ini akan sangat
mempengaruhi dan menentukan kemampuan
anak di kemudian hari.
Tujuan Penelitian Tujuan penelitian ini yaitu untuk
menstimulasi seluruh potensi anak dan
mempersiapkan anak ke jenjang pendidikan
selanjutnya serta menjadi wahana bagi anak
untuk belajar bersosialisasi.
Hasil dan Pembahasan Kemampuan Sosial-emosional anak
Kemampuan sosial-emosional anakanak TK
B di Nusa Tenggara Barat ini diukur
menggunakan instrument asesmen
kemampuan sosial-emosional yang terdiri
dari 37 item indicator. Indikator ini
merupakan penjabaran dari 17 dimensi
kemampuan sosial-emosional menurut
( Dodge and Colker, 2001). Instrumen
kemampuan sosial-emosional ini telah diuji
validitas dan reliabilitasnya. Hasil uji
validitas menunjukkan bahwa terdapat
korelasi positif sebesar 0,96014 antara skor
butir dengan skor total, hal ini menunjukkan
tingginya konsistensi antara hasil ukur
keseluruhan instrumen dengan hasil ukur
butir instrumen tinggi atau dapat dikatakan
bahwa butir instrumen konvergen dengan
butir-butir lain dalam mengukur suatu konsep
atau konstruk yang hendak diukur sebesar
0,96014.
Artinya adalah semakin tinggi skornya maka
anak semakin baik memiliki kemampuan
sosial-emosionalnya. Hasil penelitian ini
memperkuat pendapat Peter Moss yang
menyatakan bahwa pada usia prasekolah,
kemampuan sosial-emosional anak-anak pada
umumnya seperti kurva normal, dimana
sebagian besar anak memiliki kemampuan
rata-rata atau dominan dan hanya sebagian
kecil yang rendah atau tinggi (Moss, 2019).
Hasil penelitian juga menunjukkan bahwa
ada 12% anak yang belum berkembang
dengan baik. Setelah dianalisis lebih dalam
lagi melalui wawancara dengan guru,
diperoleh penjelasan bahwa anakanak yang
memiliki skor rendah ini adalah anak-anak
yang baru mulai masuk TK pada usia 5 tahun
lebih dan langsung masuk ke TK B tanpa
melalui TK A terlebih dahulu. Selain itu dari
39 anak tersebut 14 diantaranya adalah anak-
anak yang sangat pendiam, jarang berbicara
dan masih ditunggui oleh pengantarnya
selama bermain dan belajar di TK. Menurut
guru, mereka memang belum mengenal
lingkungan sekolah. Sembilan anak lainnya
merupakan anak yang tinggal dengan
kakek/neneknya karena kedua orang tuanya
bekerja di luar daerah NTB baik di luar
negeri ataupun di wilayah lain di Indonesia.
Kesembilan anak ini diasuh dan dirawat oleh
kakek/neneknya sejak masih bayi bahkan ada
3 anak yang sudah ditinggal oleh orang
tuanya sejak dilahirkan.
Kemampuan yang tidak muncul itu
diantaranya adalah aspek/dimensi:
menunjukkan kepercayaan pada orang
dewasa; dapat memisahkan diri dari orang
tua; menunjukkan minat dan berpartisipasi
dalam kegiatan kelas dengan rincian
indikator, yaitu: 1) memperagakan cara
meminta bantuan pada orang dewasa, 2)
mengikuti saran guru ketika menemui
masalah, 3) tidak ditunggui orang tua saat di
sekolah, 4) berpartisipasi dalam setiap
kegiatan di sekolah dan 5) berani mencoba
kegiatan baru tanpa diperintah. Hasil
penelitian ini hampir sama dengan penelitian
yang dilakukan oleh Margaret Sims dan Karl
Brettig yang menyatakan bahwa cara hidup
orang tua atau keluarga terdekat anak sangat
mempengaruhi perilaku anak, termasuk
sosial-emosional. Misalnya Ibu yang
pemabuk akan menyebabkan anak-anak
menjadi tidak percaya diri, penakut dan
cenderung curiga pada lingkungannya
(M.Sim, & K.Brettig, 2018). Meskipun
demikian, kemampuan ini masih bisa
diperbaiki mengingat usia anak yang masih
sangat muda. Upaya memperbaiki ini harus
dilakukan melalui kolaborasi dengan
berbagai pihak, yaitu pemerintah, keluarga,
sekolah daan masyarakat. Misalnya dengan
menyusun kebijakan untuk peningkatan
kesehatan mental atau regulasi stimulasi
perkembangan sosial-emosional,
pengembangan kurikulum, penyediaan sarana
dan prasarana dan memberi kesempatan pada
anak untuk mendapatkan pengalaman sosial
agar anak dapat mengelola emosinya secara
mandiri (Shulamit N. Ritblatt, et.al., 2017)
Metode Penelitian Penelitian ini menggunakan metode survey
dengan paradigma kuantitatif deskriprif. Data
dikumpulkan dengan teknik observasi dan
wawancara menggunakan instrument
asesmen kemampuan sosialemosional anak
yang telah dikembangkan oleh peneliti.
Survaey dilakukan dengan mengamati setiap
anak untuk mendapatkan gambaran perilaku
yang terdapat dalam insdikator kemampuan
sosialemosionalnya. Penelitian dilaksanakan
pada Bulan Juli – September 2018. Populasi
adalah anak-anak TK B di seluruh TK
Pembina di NTB. Mengingat luasnya wilayah
penelitian dan banyaknya jumlah TK Negeri
(TK Pembina), yaitu minimal satu TK dalam
satu kecamatan maka jumlah TK Pembina
yang dijadikan sampel adalah sebanyak 10
TK yang masing-masing mewakili satu
kabupaten/Kota. Sampel dipilih dengan
teknik cluster random sampling, yaitu dari
Setiap Kabupaten, hanya diambil satu TK
Pembina. Sampel adalah anak-anak TK B di
10 TK Pembina di NTB. Setiap TK diwakili
oleh maksimal 2 kelas Kelompok B dengan
jumlah peserta didik 20 anak/kelas sehingga
jumlah responden tiap TK sebanyak 40 anak.
Kelebihan Jurnal
Kelemahan Jurnal
Kesimpulan

Anda mungkin juga menyukai