Anda di halaman 1dari 9

FORMAT INTERAKSI KOMUNIKASI DALAM PEMBELAJARAN

A. KOMUNIKASI INTRAPERSONAL
Persepsi/Perception

Persepsi adalah pengindaran terhadap suatu kesan yang timbul dalam lingkungannya.
Pengetahuan dan pengalaman akan memperkaya kognitif orang tersebut, akan memperbanyak
perbendaharaan informasi, dan kosakata yang pada akhirnya akan memperkuat persepsinya. Semakin
sering melibatkan diri dengan komunikasi baik sebagai komunikator maupun komunikan akan
memperkuat daya persepsi seseorang.

Ideasi/Ideation
Tahap ini ditandai dengan proses mengkonsepsi apa-apa saja yang telah dipersepsinya.
Seseorang akan melakukan seleksi terhadap semua informasi, pengetahuan dan pengalaman yang
telah diperoleh selama ini lalu mengadakan penataan mana yang relevan dan mana yang tidak. Proses
ideasi ini akan menjadi dasar untuk melakukan proses atau tahap berikutnya yaitu transmisi.

Transmisi/Transmission
Transmisi adalah hasil konsepsi karya penalaran sehingga apa yang keluar dari mulut
seseorang saat berkomunikasi yaitu sesuatu pernyataan yang mantap, meyakinkan, sistematis, dan
logis.

Memori memegang peranan penting dalam komunikasi intrapersonal dan akan memberikan
pengaruh kepada persepsi dan berpikir/daya nalar. Memori adalah sistem yang sangat berstruktur
yang menyebabkan organisme sanggup merekam fakta tentang dunia dan menggunakan
pengetahuannya untuk membimbing perilakunya. Secara singkat, memori melewati tiga proses, yaitu
perekaman, penyimpanan, dan pemanggilan. Terkait dengan memori, dalam buku ini akan dibahas
tiga teori yang menjelaskan keberadaan memori yaitu:

Teori pertama, disebut teori aus (disuse theory) yang menyatakan bahwa memori akan hilang
atau memudar karena waktu. Oleh sebab itu, memori harus dilatih terus-menerus. Namun ada
penelitian yang mengungkapkan bahwa “the more memorizing one does, the poorer one’s ability to
memorize” yang artinya makin sering mengingat, makin jelek kemampuan mengingat. Teori ini juga
tidak relevan dengan fakta bahwa manusia bisa saja ingat kejadian puluhan tahun yang lalu namun
bisa lupa kejadian minggu kemarin.

Teori kedua, terkait memori disebut teori interferensi (interferency theory) yang berpendapat
bahwa memori seperti meja lilin atau kanvas. Apa yang kita ingat pertama kali akan terhapus atau
berkurang karena keberadaan apa yang kita ingat berikutnya.

Teori ketiga, teori pengolahan informasi (information processing theory) yang menyatakan
bahwa informasi mula-mula disimpan pada sensory storage (gudang indriawi), lalu masuk ke short
term memory/STM atau memori jangka pendek, lalu dilupakan atau dikoding untuk masuk ke dalam
longterm memory/ LTM atau memori jangka panjang.

penalaran adalah proses jalannya pikiran dari suatu data atau fakta menuju suatu
konklusi/simpulan. Contoh sederhana, jika di dalam kelas teras panas maka ada anak yang membuka
jendela atau menghidupkan kipas angin. Demikian sebaliknya, jika udara di dalam kelas terasa cukup
sejuk maka kipas dimatikan. Contoh lainnya, jika ada sampah di depan tempat duduknya maka orang
tersebut akan mengambil dan membuangnya ke tong sampah karena menyebabkan ruang menjadi
terlihat kotor. Mari kita perhatikan di sekitar kita, siapa saja yang daya nalarnya rendah?
B. KOMUNIKASI INTERPERSONAL
Kebutuhan Manusia dan Komunikasi
Setiap manusia membutuhkan hubungan dengan orang lain. Seorang psikolog yaitu William
Schutz menjelaskan bahwa hubungan interpersonal yang berkelanjutan tergantung dari seberapa baik
hal tersebut berkaitan dengan tiga kebutuhan dasar manusia yaitu:

a) Afeksi: keinginan untuk memberi dan mendapatkan kasih sayang.


b) Inklusif: keinginan untuk menjadi bagian dari kelompok sosial tertentu
c) Kontrol: kebutuhan untuk memengaruhi orang atau peristiwa dalam kehidupan

Memaknai Komunikasi Interpersonal

Komunikasi interpersonal dapat didefinisikan sebagai proses pertukaran informasi di antara


seseorang dengan paling kurang satu orang lainnya atau biasanya di antara dua orang yang dapat
diketahui balikannya

Untuk membangun persepsi yang sama tentang komunikasi interpersonal ini, penulis
mengutip pendapat Martin Buber (1970) dalam Wood (2010: 22-23) yang membedakan interaksi
sosial ke dalam tiga tingkatan yaitu: I-it, I-you, dan I- thou.

a) Komunikasi I-it. Dalam tingkatan komunikasi ini, interaksi antara kita dan orang lain sangat tidak
personal. Orang lain hanya diposisikan sebagai benda atau objek saja dan kita tidak mengakui
keberadaan orang lain secara personal melainkan hanya bersifat kebendaan. Kasus ini juga bisa
terjadi di dalam kelas, di mana guru atau dosen memperlakukan mahasiswa dalam konteks
interaksi I-it ini yaitu memperlakukan mereka seperti benda bukan manusia.
b) Komunikasi It-you. Jenis komunikasi ini paling banyak digunakan oleh manusia dalam kehidupan
sehari-hari. Kita memperlakukan manusia lebih dari sekadar objek namun kita juga tidak
sepenuhnya menganggap mereka sebagai manusia yang unik. Komunikasi ini umumnya terjadi di
dalam kelas antara guru dan anak didiknya dan di lingkungan kerja.
c) Komunikasi It-thou. Jenis komunikasi ini paling jarang terjadi di dalam interaksi sosial. Dalam
tingkatan ini manusia saling menguatkan dan menghargai keunikan masingmasing, melihat orang
lain dengan segala keutuhan dan kepribadiannya serta terbuka sepenuhnya pada orang lain dan
percaya bahwa orang lain juga menerima kita apa adanya dengan segala kelebihan dan
kekurangannya. Dengan jenis komunikasi seperti inilah kita bisa menjadi manusia

Prinsip-prinsip dalam komunikasi Interpersonal


Menurut pendapat Wood (2012: 30-34), ada delapan prinsip-prinsip dalam komunikasi
interpersonal.

a) Kita Tidak Mungkin Hidup Tanpa Berkomunikasi


Setiap manusia memiliki kebutuhan yang harus dipenuhi dan untuk memenuhi kebutuhan
manusia yang beragam tersebut manusia perlu berkomunikasi. Hidup dalam suatu kelompok
sosial tentu membutuhkan kontak dan interaksi dengan lain dan alat yang digunakan adalah
komunikasi baik dengan kode-kode verbal maupun nonverbal. Dengan berkomunikasi manusia
bisa bertahan hidup, mengembangkan pikiran dan penalaran, mengembangkan kepribadian,
menjalin hubungan dan mengembangkan kebudayaan. Tanpa komunikasi sulit tercipta hal-hal
tersebut.
b) Komunikasi Interpersonal adalah Hal yang Tidak Dapat
Diubah Seorang siswa pernah mendongkol kepada gurunya karena disuruh berdiri ke depan
kelas karena tidak membuat tugas rumah. Karena tidak mau disuruh berdiri, maka guru
mengusirnya ke luar kelas. Siswa tersebut keluar kelas sambil mengomel dan membanting pintu.
Beberapa waktu kemudian, siswa tersebut menyadari kesalahannya dan mencoba meminta maaf
kepada gurunya. Siswa itu bisa saja mendapat maaf dari gurunya namun itu tidak akan
menghapus komunikasi yang pernah terjadi antara guru dan siswa tersebut. Prinsip ini
memberikan pelajaran kepada kita untuk menjaga sikap dan ucapan kepada orang lain
Berbicaralah yang baik-baik, jika tidak bisa lebih baik diam.

c) Komunikasi Interpersonal Melibatkan Masalah Etika Etika fokus kepada prinsip moral dan aturan
terkait perilaku yang menaruh perhatian pada masalah benar dan salah. Oleh karena komunikasi
interpersonal tidak bisa ditarik kembali, maka ia selalu akan menimbulkan dampak terhadap
orang lain. Pernahkah Anda difitnah atau diserang oleh seseorang melalui media sosial seperti FB
yang membuat Anda sangat marah?, lalu apa yang akan Anda lakukan?, akan membalasnya
segera dengan kata-kata yang lebih tajam?. Richard Johanessen (1996) telah meneliti kaitan
antara komunikasi dan etika di mana komunikasi interpersonal berpengaruh terhadap komunikator
dan komunikan dan pertimbangan etika selalu digunakan dalam interaksi kita. Kita disarankan
untuk tidak membalas kejahatan dengan kejahatan dan kita diminta untuk bersikap lebih tenang
dalam menghadapi situasi apa pun. Prinsip moral akan membantu kita dalam berkomunikasi dan
menghindarkan kita dari potensi masalah dengan orang lain.

d) Manusia Menciptakan Makna dalam Komunikasi Interpersonal Pemaknaan terhadap komunikasi


diciptakan dari bagaimana cara kita berkomunikasi dan situasi yang meliputinya. Seorang guru
bisa saja marah besar ketika ada siswa yang meribut ketika guru tersebut menjelaskan pelajaran
namun di saat yang lain, guru tersebut tidak marah dan hanya memberikan nasihat. Marah
tidaknya guru tersebut sangat dipengaruhi oleh waktu dan situasi saat itu. Pesan dari prinsip
keempat ini adalah kita harus jeli melihat keadaan dan bijak dalam bertindak dan berucap.

e) Metakognisi Memengaruhi Pemaknaan Metakomunikasi artinya berkomunikasi tentang


komunikasi. Ketika guru meyampaikan “materi ini sangat penting”, pernyataan guru tersebut
menandakan bahwa siswa harus memberikan perhatian serius pada materi yang akan dibahas
guru.
f) Komunikasi Interpersonal Menciptakan Hubungan yang Berkelanjutan Komunikasi interpersonal
adalah cara utama untuk membangun dan memperbaiki sebuah hubungan. Komunikasi
interpersonal juga menjadi sarana utama untuk membangun masa depan dalam interaksi dan
hubungan interpersonal.

g) Komunikasi Tidak Dapat Menyelesaikan Semua Hal Manusia berkomunikasi untuk memenuhi
kebutuhan dan menjalin hubungan. Namun komunikasi tidak bisa berdiri sendiri untuk
menyelesaikan masalah kelaparan dan sebagainya.

h) Efektivitas Komunikasi Interpersonal adalah Sesuatu yang Dapat Dipelajari Kemampuan


berkomunikasi dapat dipelajari dan dikembangkan sepanjang waktu.

C. KOMUNIKASI KELOMPOK KECIL


Salah satu naluri alamiah manusia adalah berhubungan dengan manusia lain, membentuk
hubungan dan mengelompok. Suatu kelompok baik besar maupun kecil, adalah kumpulan beberapa
orang yang memiliki dasar dan filosofi serta tujuan yang sama serta memiliki aturan-aturan bersama
yang dipatuhi oleh semua anggota kelompok.
Terdapat dua konsep penting dalam teori Vygotsky, yaitu zone of proximal dvelopment/ZPD
dan scaffholding.

1. Konsep zone of proximal development/ZPD menjelaskan bahwa seorang anak dapat melakukan
dan memahami lebih banyak hal jika mereka mendapat bantuan dan berinteraksi dengan orang
lain, termasuk teman sebayanya (Vygotsky). ZPD adalah celah antara actual development dan
potential development. ZPD adalah menitikberatkan pada interaksi sosial yang akan dapat
memudahkan perkembangan anak. Ketika siswa mengerjakan pekerjaanya di sekolah sendiri,
perkembangan mereka kemungkinan akan berjalan lambat. Untuk memaksimalkan
perkembangan, siswa seharusnya bekerja dengan teman yang lebih terampil yang dapat
memimpin secara sistematis dalam memecahkan masalah yang lebih kompleks. Pendapat
Vygotsky ini didasari oleh tiga ide utama.
2. Intelektual berkembang pada saat individu menghadapi ide-ide baru dan sulit mengaitkan ide-ide
tersebut dengan apa yang mereka telah ketahui.
3. Interaksi dengan orang lain memperkaya perkembangan intelektual.
4. Peran utama guru adalah bertindak sebagai seorang pembantu dan mediator pembelajaran siswa.
5. Konsep berikutnya yang dikemukakan oleh Vygotsky dalam teori belajarnya dan memiliki kaitan
erat dengan ZPD adalah “scaffolding“. Scaffolding merupakan suatu istilah pada proses yang
digunakan orang dewasa untuk menuntun anak-anak melalui zone of proximal development-nya.
Scaffolding adalah memberikan kepada seorang anak sejumlah besar bantuan selama tahap-tahap
awal pembelajaran dan kemudian mengurangi bantuan tersebut dan memberikan kesempatan
kepada anak tersebut mengambil alih tanggung jawab yang semakin besar segera setelah ia
mampu mengerjakan sendiri.

KESANTUNAN BERKOMUNIKASI DALAM PEMBELAJARAN

A. PENGERTIAN KESANTUNAN BERKOMUNIKASI


Istilah sopan dan santun sudah sangat familier di telinga semua orang. Kita bisa saja menilai
seseorang sebagai pribadi yang sopan atau tidak sopan, atau sebagai orang yang santun atau tidak
santun.
Dalam kosakata bahasa Indonesia, kata sopan dan santun adalah frasa yaitu sopan santun
yang diartikan sebagai “budi pekerti yang baik, tata krama, peradaban, dan kesusilaan (kbbi. web.id).
Jika kita cari arti kata sopan dan santun secara terpisah, maka artinya:

1. Kata sopan, berarti; 1) hormat dan takzim (akan, kpd); tertib menurut adat yg baik: dengan—ia
mempersilakan tamunya duduk; kpd orang tua kita wajib berlaku, 2) beradab (tt tingkah laku,
tutur kata, pakaian dsb); tahu adat; baik budi bahasanya: ia berlaku amat—kepada kedua orang
tuany; 3) baik kelakuannya (tidak lacur, tidak cabul): sekarang ini kita sukar untuk membedakan
perempuan yang—dan yang lacur.

2. Kata santun berarti halus dan baik (budi bahasanya, tingkah lakunya); sabar dan tenang.

Karena berkomunikasi tersebut berkaitan dengan norma-norma sosial dan sistem budaya yang
berlaku pada suatu masyarakat, maka etika berbahasa/ kesantunan berkomunikasi akan mengatur
dalam hal:

a) Apa yang harus dikatakan kepada seorang lawan tutur pada waktu dan keadaan tertentu
berkenaan dengan status sosial dan budaya dalam masyarakat;
b) Ragam bahasa yang paling wajar digunakan dalam waktu dan budaya tertentu
c) Kapan dan bagaimana kita menggunakan giliran berbicara kita dan menyela atau
menginterupsi pembicaraan orang lain; serta
d) Kapan kita harus diam, mendengar tuturan orang lain, dan yang terakhir adalah
e) Bagaimana kualitas suara kita, apakah sudah bagus atau belum atau bagaimana kita saat
berbicara apakah sudah mempermudah pemahaman pendengar atau malah sebaliknya?

B. KOMUNIKASI EFEKTIF
Kata efektif termasuk kata dalam bahasa Indonesia yang penggunaannya sangat luas dan
lintas bidang ilmu/kajian. Menurut KBBI, kata efektif diartikan sebagai: 1) ada efeknya (akibatnya,
pengaruhnya, kesannya); 2) manjur atau mujarab (tentang obat); 3) dapat membawa hasil; berhasil
guna (tentang usaha, tindakan); mangkus; dan 4) mulai berlaku (tentang undang-undang, peraturan)
(kbbi.web.id). Secara sederhana, efektif dapat diartikan dengan tepat sasaran dan berdaya guna.

maka komunikasi efektif adalah komunikasi yang tepat sasaran. Artinya, pesan yang
disampaikan oleh komunikator sampai kepada komunikan dan komunikan memberikan respons sesuai
dengan harapan komunikator. Dalam komunikasi efektif, di samping dampak atau respons yang
diharapkan juga harus dampak atau respons yang menyenangkan atau “pleasing effect.”

C. KOMUNIKASI EKSPRESIF
Kata ekspresif dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia diartikan sebagai “tepat atau mampu
memberikan (mengungkapkan) gambaran, maksud, gagasan dan perasaan” (kbbi.web.id). Dari arti
kata tersebut bisa dijelaskan bahwa komunikasi ekspresif artinya komunikasi yang dilingkupi oleh
ekspresi yang sesuai antara isi pesan dan ekspresi pengirim pesan.

Seorang komunikator yang ekspresif dapat ditandai dengan pilihan kata yang sesuai, ekspresi
muka yang relevan dengan isi dan maksud pesan serta adanya dukungan kode-kode nonverbal sebagai
penguat kode verbal. Komunikasi ekspresif ini harus disesuaikan dengan jenis pembicaraan yang
dilakukan sehingga ekspresi yang muncul mampu memperkuat pesan. Secara umum, ada enam jenis
atau karakter pembicaraan dalam komunikasi, yaitu:
1. Informatif. Jenis ini adalah pembicaraan atau penyampaian yang bersifat menyampaikan
sesuatu pesan atau informasi. Ekspresi yang diperlukan hanya ekspresi kata dan makna pada saat
menyampaikan. Contoh, penyampaian informasi tentang masuknya jam pelajaran atau informasi
telah berakhirnya jam pelajaran. Informasi ini dikatakan ekspresif jika disampaikan dengan
kalimat yang efektif dan efisien, nada dan intonasi yang sesuai, artikulasi yang jelas serta
aksentuasi yang disesuaikan dengan maksud pesan/informasi.

2. Persuasif. Jenis pembicaraan atau penyampaian ini melibatkan emosi, pikiran, dan perasaan
baik pada diri komunikator maupun pada diri komunikan. Komunikasi persuasif ini dikatakan
sukses jika komunikator mampu memengaruhi komunikan untuk bertindak atau melakukan
sesuatu sesuai maksud dan tujuan komunikator. Contoh, komunikasi antara seorang guru yang
menasihati anak yang sering terlambat datang ke sekolah lalu anak tersebut menerima nasihat
tersebut serta melaksanakannya. Pendekatan-pendekatan personal yang didasari oleh kemampuan
memahami karakter spesifik komunikan sangat mendukung sukses atau tidak nya komunikasi
persuasif ini

3. Instruktif. Jenis komunikasi atau penyampaian instruktif mengacu kepada komunikasi yang
bersifat perintah seperti perintah untuk memulai gotong royong di sekolah, perintah untuk
berkumpul di halaman sekolah, dan sebagainya. Jenis penyampaian instruktif ini banyak dipakai
dan digunakan oleh orang-orang di bagian militer atau semi militer. Namun praktik-praktik
penyampaian instruktif juga sering diterapkan di sekolah. Keberhasilan penyampaian instruktif di
sekolah sebaiknya dipadukan dengan jenis penyampaian persuasif sehingga tidak terkesan
pemaksaan atau kasar.

4. Kontradiktif. Penyampaian kontradiktif adalah penyampaian atau komunikasi yang


mempertentangkan dua hal atau dua kondisi. Jenis penyampaian ini akan banyak digunakan pada
saat rapat, seminar, atau diskusi-diskusi. Penyampaian kontradiktif ini juga harus dilakukan
dengan cara-cara yang baik dan beretika. Jika kita ingin melakukan komunikasi yang bersifat
kontradiktif, maka upayakanlah untuk tidak menyerang secara brutal pendapat seseorang. Contoh,
“pendapat saudara keliru sekali!” atau “Anda sepertinya harus banyak belajar dan membaca
referensi”.

5. Demonstratif. Penyampaian ini erat hubungannya dengan peragaan, simulasi, penyampaian


petunjuk penggunaan suatu alat, dan sebagainya. Contoh, seorang guru memperagakan cara
menggunakan kompas bidik kepada siswa.

6. Edukatif. Komunikasi edukatif mengacu kepada komunikasi yang bertujuan untuk mendidik
dan mengembangkan potensi peserta didik oleh seorang pendidik.

D. KOMUNIKASI RESPEKTIF
Kata respek berasal dari kata “respect” dari bahasa Inggris yang dalam KBBI diartikan
sebagai “rasa hormat, kehormatan”. Dengan demikian, respek artinya rasa hormat dan respektif berarti
bersifat hormat. Dalam konteks berkomunikasi, komunikasi respektif artinya komunikasi yang
berlangsung dalam suasana saling menghormati antara komunikator dengan komunikan
Ada tiga kaidah yang perlu diperhatikan dalam berkomunikasi agar tercipta sikap saling
menghormati antara komunikator dan komunikan.

1. Kaidah formalitas (formality), artinya dalam berkomunikasi jangan terkesan memaksakan


kehendak atau pesan kepada orang lain. Kaidah formalitas ini juga berarti bahwa komunikator
tidak boleh bersikap angkuh dan sombong serta merendahkan komunikan.
2. Kaidah ketidaktegasan (hesitancy), artinya seorang komunikator harus mampu menciptakan
suasana di mana komunikan memiliki ruang dan kesempatan untuk memilih mana yang baik
untuk dirinya.
3. Kaidah kesamaan atau kesekawanan (equality or camaraderie), artinya seorang komunikator harus
bisa bertindak seolah-olah komunikator dan komunikan berada dalam kondisi yang sama.
Kemampuan komunikator untuk melebur dengan komunikan menjadi kunci kaidah ini. Kaidah ini
juga berarti bahwa komunikator juga memberikan penghargaan terhadap kondisi-kondisi spesifik
komunikan seperti budaya dan adat istiadat mereka dan sebagainya.

E. IMPLEMENTASI DALAM PEMBELAJARAN


Implementasi dalam Pembelajaran pada Pendidikan Dasar dan Menengah (DIKDASMEN)

komunikasi yang dilakukan manusia selain berfungsi sosial, ekspresif, ritual juga berfungsi
instrumental. Mulyana (2009: 33) menjelaskan bahwa komunikasi instrumental mempunyai beberapa
tujuan umum, seperti menginformasikan mengajar, mendorong, mengubah sikap dan keyakinan,
menggerakkan tindakan dan juga menghibur. Semua tujuan tersebut bersifat persuasi dan dapat diraih
melalui pengelolaan kesan (impression management) dan keahlian komunikasi (expert in
communication). Dalam konteks pembelajaran, komunikasi yang dilaksanakan berfungsi sebagai
komunikasi instrumental yaitu komunikasi dengan tujuan-tujuan tertentu. Tujuan-tujuan tersebut
tentunya mengacu kepada tujuan-tujuan pembelajaran.

Berdasarkan Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia Nomor 22


Tahun 2016 tentang Standar Proses Pendidikan Dasar dan Menengah dijelaskan bahwa prinsip
pembelajaran yang harus dipedomani terutama oleh pendidik dalam merancang pembelajaran ada 14
buah, yaitu:

a) Dari peserta didik diberitahu menuju peserta didik mencari tahu.


b) Dari guru sebagai satu-satunya sumber belajar menjadi bel- 150 KOMUNIKASI PENDIDIKAN
ajar berbasis aneka sumber belajar.
c) Dari pendekatan tekstual menuju proses sebagai penguatan penggunaan pendekatan ilmiah.
d) Dari pembelajaran berbasis konten menuju pembelajaran berbasis kompetensi.
e) Dari pembelajaran parsial menuju pembelajaran terpadu.
f) Dari pembelajaran yang menekankan jawaban tunggal menuju pembelajaran dengan jawaban
yang kebenarannya multidimensi.
g) Dari pembelajaran verbalisme menuju keterampilan aplikatif.
h) Peningkatan dan keseimbangan antara keterampilan fisikal (hard skills) dan keterampilan mental
(soft skills).
i) Pembelajaran yang mengutamakan pembudayaan dan pemberdayaan peserta didik sebagai
pembelajar sepanjang hayat.
j) Pembelajaran yang menerapkan nilai-nilai dengan memberi keteladan (ing ngarso sung tulodo),
membangun kemauan (ing madyo mangun karso) dan mengembangkan kreativitas peserta didik
dalam pembelajaran (tut wuri handayani).
k) Pembelajaran yang berlangsung di rumah, di sekolah, dan di masyarakat.
l) Pembelajaran yang menerapkan prinsip bahwa siapa saja adalah guru, siapa saja adalah peserta
didik, dan di mana saja adalah kelas.
m) Pemanfaatan teknologi informasi dan komunikasi untuk meningkatkan efisiensi dan efektivitas
pembelajaran.
n) Pengakuan atas perbedaan individual dan latar belakang budaya peserta didik.

Implementasi pada Pembelajaran di Perguruan Tinggi

Adapun perguruan tinggi adalah satuan pendidikan yang menyelenggarakan pendidikan tinggi
(Pasal 1 ayat 6). Jika pada pendidikan dasar dan menengah, pendidik dan peserta didik disebut guru
dan siswa, maka pada pendidikan tinggi, sebutan untuk pendidik adalah dosen dan sebutan untuk
peserta didik adalah mahasiswa dan keduanya menyandang gelar sebagai civitas academica (Pasal 1
ayat 13, 14, dan 15). Pada Pasal 13 dijelaskan bahwa mahasiswa secara aktif mengembangkan
potensinya dengan melakukan pembelajaran, pencarian kebenaran ilmiah, dan/atau penguasaan,
pengembangan, dan pengamalan suatu cabang ilmu pengetahuan dan/atau teknologi untuk menjadi
ilmuwan, intelektual, praktisi, dan/atau profesional yang berbudaya. Pada Pasal 14 dinayatakan bahwa
mahasiswa memiliki kebebasan akademik dengan mengutamakan penalaran dan akhlak mulia serta
bertanggung jawab sesuai dengan budaya akademik.

Di perguruan tinggi seharusnya mahasiswa mampu mengembangkan logika dan bahasa


dengan lebih baik. Karena di perguruan tinggi mahasiswa memiliki akses dan kesempatan yang lebih
luas dibanding dengan di sekolah. Setelah dosen menjelaskan pokok-pokok materi perkuliahan maka
selanjutnya adalah tugas mahasiswa untuk mencari, mengembangkan, mendiskusikan dan
mengamalkan teori-teori atau konsep-konsep yang telah dipelajari tersebut

Dalam konteks pembelajaran di kampus, salah satu kelemahan mahasiswa adalah dalam hal
berkomunikasi. Padahal, kemampuan berkomunikasi adalah atribut soft skills yang utama yang harus
dimiliki oleh mahasiswa. Malah, Patrick S. O’Brien dalam bukunya Making College Count
menjelaskan ada tujuh area soft skills dalam perkuliahan yang harus dikembangkan yang disebut
dengan istilah winning characteristic, yang terdiri dari:

a) Communication skills
b) Organizational skills
c) Leadership
d) Logic
e) Effort
f) Group skills
g) Ethic

Salah satu contoh penerapan keterampilan berkomunikasi dalam konteks perkuliahan adalah pada saat
mahasiswa mendapatkan kesempatan untuk mempresentasikan makalah tugas kuliah yang diberikan
dosen. kemampuan berpikir dan menganalisis yang cermat serta dalam prosesnya menuntut
mahasiswa untuk berdialog dan berinteraksi secara efektif dengan sesama anggota kelompok.

Anda mungkin juga menyukai