Anda di halaman 1dari 24

Tugas Teori Komunikasi Interpersonal

Dosen Pengampu : Feronika, S.I.Kom, M.A

Kelompok 1

Ilmu Komuniasi 06

Syabilla Mutia A. 18.96.0755

Andi Aldualdo 18.96.0773

Ikhfan Yusuf K 18.96.0780

Maria Claudia Windi 18.96.0803

Yuda Dwinugroho 18.96.0806

ILMU KOMUNIKASI 06
PROGRAM SARJANA
PROGRAM STUDI ILMU KOMUNIKASI
FAKULTAS EKONOMI DAN SOSIAL
UNIVERSITAS AMIKOM YOGYAKARTA
2018/2019
Kata Pengantar

Puji dan syukur kami haturkan kehadirat Allah SWT yang telah
memberikan rahmat dan hidayah-Nya, sehingga kami dapat menyelesaikan
tugas pembuatan makalah ini. Dalam pembuatan makalah ini, banyak kesulitan
yang kami alami terutama disebabkan oleh kurangnya pengetahuan. Namun
berkat bimbingan dan bantuan dari semua pihak akhirnya makalah ini dapat
terselesaikan tepat pada waktunya.
Oleh karena itu, kami mengucapkan terima kasih kepada semua pihak
yang telah membantu dalam penyusunan makalah ini. Semoga makalah ini
dapat bermanfaat bagi kita semua.
Tak ada gading yang tak retak. Begitu pula dengan makalah yang kami
buat ini yang masih jauh dari kesempurnaan. Oleh karena itu kami
mengharapkan kritik dan saran agar makalah ini menjadi lebih baik serta
berdaya guna dimasa yang akan datang.

16 Maret 2019
Daftar Isi
KATA PENGANTAR ............................................................................................ 2
DAFTAR ISI ........................................................................................................... 3
BAB I PENDAHULUAN ...................................................................................... 4
1.1 Latar Belakang ......................................................................................... 4
1.2 Rumusan Masalah .................................................................................... 5
1.3 Tujuan Masalah ........................................................................................ 5
1.4 Manfaat Mempelajari Teori Komunikasi Interpersonal ........................... 5
BAB II PEMBAHASAN ....................................................................................... 7
2.1 Pengenalan Teori Komunikasi Interpersonal ........................................... 7
2.2 Tujuan Teori Komunikasi Interpersonal ................................................ 14
2.3 Elemen-elemen Komunikasi Interpersonal ............................................ 16
2.4 Ciri-ciri Komunikasi Interpersonal ........................................................ 21
2.5 Sifat-sifat Komunikasi Interpersonal ...................................................... 21
2.6 Contoh Kasus ......................................................................................... 21
BAB III PENUTUP ............................................................................................. 23
3.1 Kesimpulan ............................................................................................. 23
3.2 Saran ....................................................................................................... 23
DAFTAR PUSTAKA .......................................................................................... 24
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Betapa pentingnya komunikasi pada zaman sekarang ini sangatlah tinggi,
apalagi komunikasi interpersonal yang paling banyak dilakukan oleh semua
orang setiap harinya. kegiatan komunikasi interpersonal merupakan kegiatan
sehari-hari yang paling banyak dilakukan oleh manusia sebagai mahluk sosial.
Sejak bangun tidur di pagi hari sampai tidur lagi di larut malam, sebagian besar
dari waktu kita digunakan untuk berkomunikasi dengan manusia yang lain.
Dengan demikian kemampuan berkomunikasi merupakan suatu kemampuan
yang paling dasar. Akan tetapi dalam kehidupan sehari-hari kita sering
mengalami perbedaan pendapat, ketidaknyamanan situasi atau bahkan terjadi
konflik yang terbuka yang disebabkan adanya kesalahfahaman dalam
berkomunikasi. Menghadapi situasi seperti ini, manusia baru akan menyadari
bahwa diperlukan pengetahuan mengenai bagaimana cara berkomunikasi yang
baik dan efektif.yang harus dimiliki seorang manusia.
Efektifitas seorang komunikator dapat dievaluasi dari sudut sejauhmana
tujuan-tujuan tersebut dicapai. Persyaratan untuk keberhasilan komunikasi
adalah mendapat perhatian. Jika pesan disampaikan tetapi penerima
mengabaikannya, maka usaha komunikasi tersebut akan gagal. Keberhasilan
komunikasi juga tergantung pada pemahaman pesandan penerima. Jika
penerima tidak mengerti pesan tersebut,maka tidaklah mungkin akan berhasil
dalam memberikan informasi atau mempengaruhinya. Bahkan jika suatu pesan
tidak dimengerti, penerima mungkin tidak meyakini bahwa informasinya benar,
sekalipun komunikator benar-benar memberikan arti apa yang dikatakan.
Kemampuan berkomunikasi interpersonal yang baik dan efektif sangat
diperlukan oleh manusia agar dia dapat menjalani semua aktivitasnya dengan
lancar. Terutama ketika seseorang melakukan aktivitas dalam situasi yang
formal, misal dalam lingkungan kerja. Lebih penting lagi ketika aktivitas kerja
seseorang adalah berhadapan langsung dengan orang lain dimana sebagian
besar kegiatannya merupakan kegiatan komunikasi interpersonal.
Agar komunikasi dapat berjalan lancar, maka dibutuhkan keahlian dalam
berkomunikasi( communication skill). Dan tidaklah semua orang memiliki
communication skill. Banyak orang yang berkomunikasi hanya mengandalkan
gaya yang dipakai sehari-hari. Mereka menganggap cara komunikasi yang
mereka pakai sudah benar. Padahal kalau dicermati masih banyak kesalahan
dalam berkomunikasi.
Kelebihan mempelajari teori komunikasi interpersonal, feedback antara
komunikator dan komunikan akan diterima secara cepat dan dapat melihat pula
reaksi yang menjadi komunikasi non-verbal dari komunikasi itu sendiri, bisa
mengurangi noise dalam komunikasi karena terjadi secara langsung, emosi atau
perasaan antara komunikator dan komunikan lebih terlibat dan mengurangi
kebohongan karena mimik wajah akan terlihat langsung oleh lawan bicaranya.
Kekurangan mempelajari teori komunikasi interpersonal, setiap orang
mempunyai kesibukan masing-masing sehingga untuk melakukan komunikasi
tatap muka diperlukan waktu yang tepat agar keduanya dapat bertemu dan
melakukan komunikasi interpersonal tatap muka, perlu menggunakan media
jika berbeda tempat.

1.2 Rumusan Masalah


Apa yang dimaksud dengan teori komunikasi interpersonal dan contoh
kasusnya?
1.3 Tujuan Masalah
Untuk mengetahui yang dimaksud dengan teori komnkasi interpersonal
dan mengetahui contoh kasusnya.
1.4 Manfaat Mempelajari Komunikasi Interpersonal
Mempelajari teori komunikasi interpersonal dapat memberika manfaat,
diantaranya adalah sebagai berikut :
 Kita memahami pengertian komunikai interpersonal.
 Kita memhamai aspek penting dalam komunikasi interpersonal.
 Kita memahami berbagai teori komunikasi interpersonal menurut
para ahli.
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Pengenalan Teori Komunikasi Interpersonal


Para peneliti atau ahli telah menelurkan beberapa pengertian komunikasi
interpersonal atau komunikasi interpersonal. Secara umum, yang dimaksud
dengan komunikasi interpersonal atau komunikasi interpersonal adalah
komunikasi yang mempelajari berbagai aspek yang terkait dengan penciptaan
makna yang terjadi antara dua orang serta bagaimana makna itu memiliki
pengaruh terhadap orang lain agar dapat mengubah pengetahuan, sikap, dan
perilakunya.
Komunikasi interpersonal atau komunikasi interpersonal adalah sebuah
proses interaksi antara dua orang yang dilakukan secara tatap muka atau face to
face atau melalui media.
Berikut adalah beberapa teori komunikasi interpersonal yang
diungkapkan oleh para ahli :
2.1.1. Symbolic Interactionism (Teori Interaksi Simbolik)
Digagas oleh George Herbert Meadpada tahun 1934 melalui
bukunya yang berjudul Mind, Self, and Society. Teori interaksi simbolik
berusaha untuk menggambarkan bagaimana manusia menggunakan
bahasa untuk membentuk makna, bagaimana manusia menciptakan serta
menampilkan dirinya sendiri, dan bagaimana manusia menggunakan
simbol-simbol untuk mencipatakan masyarakat dengan cara bekerja
sama dengan orang lain. Teori ini kemudian dikembangkan
oleh Herbert Blumer dengan merumuskan 3 (tiga) buah premis yaitu :
 Perilaku manusia dipengaruhi oleh makna yang mereka miliki
tentang orang lain dan berbagai kejadian.
 Interaksi sangat penting bagi pengembangan dan penyampaian
pesan.
 Makna yang dimiliki seseorang tentang berbagai kejadian atau yang
lainnya dapat berubah seiring dengan berjalannya waktu.
2.1.2. Fundamental Interpersonal Orientation atau FIRO Relationship
Teori Fundamental Interpersonal Relationship
Orientation atau FIRO merupakan sebuah teori yang dikenalkan
oleh William Schutzpada tahun 1958. Teori ini menekankan pada 3
(tiga) macam kebutuhan manusia yaitu kebutuhan inklusi, kebutuhan
untuk memegang kontrol, dan kebutuhan afeksi yaitu:
 Inklusi merujuk pada kebutuhan manusia untuk diketahui serta
dikenal dalam sebuah interaksi antar manusia sebagai partisipan.
 Kontrol merujuk pada keinginan manusia untuk membuat sebuah
perbedaan dalam lingkungan sosialnya.
 Afeksi merujuk pada kebutuhan dasar manusia yaitu merasakan
kehangatan hubungan interpersonal atau perasaan ingin dicintai.

Menurut Schutz, teori Fundamental Interpersonal Relationship


Orientation atau FIRO merupakan teori yang humanis karena teori ini
memiliki kredibilitas intitusi, masuk akal, dan merupakan komunikasi
praktis yang kita sering alami sehari-hari.

2.1.3. Action Assembly Theory (Teori Produksi Pesan)


Teori action assembly digagas oleh John Green pada tahun 1984.
Teori action assembly berusaha untuk menjelaskan asal muasal
pemikiran yang dimiliki oleh manusia dan proses atau cara manusia
mengartikan pemikiran-pemikiran itu ke dalam bentuk komunikasi
verbal maupun komunikasi nonverbal.
2.1.4. Attribution Theory (Teori Atribusi)
Fritz Haider adalah seorang ahli yang pertama kali
mempublikasikan attribution theory. Teori atribusi ini menyajikan
sebuah kerangka kerja untuk memahami bagaimana individu
menafsirkan perilaku dirinya sendiri dan perilaku orang lain. Setiap
orang termotivasi untuk memahami perilaku dan menjelaskan pola
perilaku. Orang mengembangkan penjelasan personal tentang motif-
motif orang lain beserta maknanya yang pada gilirannya mempengaruhi
tindakan orang terhadap orang lain.
2.1.5. Constructivism Theory (Teori Konstruktivisme)
Constructivism yang digagas oleh Jesse Delia dkk pada tahun 1980
adalah sebuah teori ilmiah yang berupaya untuk menjelaskan mengapa
beberapa orang lebih sukses dalam mencapai tujuan komunikasi
interpersonal dibandingkan dengan orang lain. Teori ini juga
memprediksi orang yang lebih kompleks secara kognitif akan lebih
sukses karena kemampuannya dalam menggunakan logika rancangan
retoris dalam menyampaikan pesannya.
2.1.6. Expectancy Violation Theory (Teori Pelanggaran Harapan)
Expectancy violation theory adalah teori yang dikenalkan
oleh Judee Burgoon dkk pada tahun 1970an. Teori ini berpendapat
bahwa penafsiran sebuah pesan tidaklah sesederhana seperti apa yang
dikatakan atau bagaimana hal itu dikatakan. Ketika apa yang kita
harapkan tidak terjadi dalam sebuah interaksi maka kita akan
memberikan perhatian lebih terhadap berbagai kejadian atau peristiwa.
Hal buruk terjadi manakala seseorang melakukan pelanggaran terhadap
aturan verbal dan nonverbal.
2.1.7. Social Exchange Theory (Teori Pertukaran Sosial)
Social exchange theory adalah teori yang digagas oleh John
Thibaut dan Harold Kelley. Di dalam teori yang satu ini didasarkan
pada pertukaran rewards dan cost untuk menghitung nilai-nilai keluaran
yang berasar dari berbagai situasi yang berbeda bagi individu. Orang
akan berupaya untuk mengurangi akibat yang harus dibayar serta
memaksimalkan rewards dan kemudian menjadikannya dasar dalam
membangun sebuah hubungan dengan orang lain.
2.1.8. Social Penetration Theory (Teori Penetrasi Sosial)
Social penetration theory atau teori penetrasi sosial adalah sebuah
teori yang digagas oleh Irving Alman dan Dalmas Taylor. Teori ini
membuat prediksi tentang pengembangan hubungan yang didasari pada
berbagai tingkatan pengungkapan atau penyingkapan diri (self-
disclosure). Teori penetrasi sosial menyatakan bahwa dalam sebuah
hubungan yang dibangun, komunikasi bergerak dari tingkatan hubungan
yang tidak memiliki kedekatan ke tingkatan hubungan yang memiliki
kedekatan yang lebih dalam dan lebih pribadi. Semakin banyak waktu
yang kita habiskan dengan orang lain, maka kita akan semakin terbuka
kepada orang lain.
2.1.9. Coordinated Management of Meaning (Teori Manajemen
Koordinasi Makna)
Coordinated management of meaning dikenalkan pertama kali
oleh Barnett Pearce dan Vernon Cronen di akhir tahun 1970an.
Mereka berpendapat bahwa komunikasi merupakan pusat untuk menjadi
manusia dan karenanya manusia menciptakan realitas percakapannya
sendiri. Menciptakan makna dalam interaksi dicapai dengan
menerapkan beberapa aturan berdasarkan isi komunikasi, tindakan yang
dilakukan, situasi, hubungan antar komunikator, latar belakang masing-
masing individu dan pola-pola budaya. Tujuan komunikasi tidak
semata-mata untuk mencapai kesepakatan melainkan mencapai
tingkatan koordinasi yang dapat dilakukan oleh komunikator.
2.1.10. Communication Accomodation Theory (Teori Akomodasi
Komunikasi)
Communication accomodation theory dikembangkan oleh Howard
Giles dkk pada kisaran tahun 1960an hingga 1970an. Teori ini
menjelaskan ketika berkomunikasi, orang mencari hal-hal untuk
mengurangi atau menambah perbedaan antara dirinya dan orang lain.
Mereka melakukannya dengan cara berkomunikasi seperti orang lain
atau membuat komunikasinya lebih memiliki perbedaan dibandingkan
dengan yang lain.
2.1.11. The Relationship Development Models (Teori Hubungan
Pengembangan)
The relationship development models disajikan oleh Mark
Knapp pada tahun 1980an. Model ini menjelaskan tahapan yang
mengidentifikasi dan mengembangkan pemahaman tentang pengalaman
komunikasi interpersonal atau komunikasi interpersonal dalam kerangka
perubahan dalam tingkatan kedekatan. Model ini berguna untuk
diterapkan dalam semua situasi dimana komunikasi interpersonal atau
komunikasi interpersonal terjadi. Model ini juga relevan bagi hubungan
romatis seperti hubungan platonik atau hubungan gender yang sama.
2.1.12. Speech Act Theory (Teori Tindakan)
Speech act theory dikenalkan pertama kali oleh John Austin pada
tahun 1960an dan kemudian dikembangkan oleh John Searlepada tahun
1970an. Teori ini mengupas bagaimana orang mencapai segala
sesuatunya dengan menggunakan kata-kata dan menjelaskan bagaimana
orang menggunakan bahasa sebagai tindakan.
2.1.13. Uncertainty Reduction Theory (Teori Reduksi Ketidakpastian)
Uncertainty reduction theory dirumuskan oleh Charles
Berger dan Richard Calabrese. Teori ini mengasumsikan bahwa orang
ingin interaksi yang stabil dan dapat diprediksi yang dapat
membantunya mengurangi ketidakpastian tentang orang lain dan
berbagai kejadian atau peristiwa lainnya. Teori ini memberikan
pendangan bagaimana ketidakpastian dapat memberikan motivasi
perilaku komunikasi khususnya pencarian jenis-jenis informasi, timbal
balik, kedekatan verbal, dan lain-lain.
2.1.14. Politeness Theory (Teori Etika)
Politeness theory dikenalkan kepada publik oleh Penelope
Brown dan Stephen Levinson pada tahun 1980. Teori ini berpendapat
bahwa orang akan menggunakan pesan-pesan yang berbeda tergantung
pada persepsinya terhadap situasi dan pendengar. Teori ini
menitikberatkan pada bagaimana orang membentuk pesan-pesan yang
ditujukan pada satu atau dua aspek wajah serta faktor-faktor lain yang
mempengaruhi produksi pesan.
2.1.15. Relational Dialectics Theory (Teori penghubung Dialek)
Relational dialectics theory disajikan oleh Leslie Baxter dkk. Teori
ini menyajikan perubahan hubungan sebagai hasil navigasi individu dan
negosiasi secara internal. Teori relational dialectics berpendapat bahwa
dalam suatu hubungan terdapat 3 (tiga) dialektik atau rangsangan
keinginan yaitu integration-separation, stabilitychange, dan expression-
privacy.
2.1.16. Social Cognitive Theory (Teori Sosial Kognitif)
Teori kognitif sosial berakar dari teori belajar sosial yang
dikenalkan pertama kali oleh N.E Miller dan J. Dollard pada 1941. Teori
belajar sosial kemudian dikembangkan lebih lanjut oleh A. Bandura
dan R.H Walters dengan menambah prinsip-prinsip pengamatan
pembelajaran dan penguatan. Bandura kemudian menyuguhkan sebuah
konsep self-efficacy pada tahun 1977. Teori kognisi sosial juga relevan
dengan komunikasi kesehatan. Karena teori kognisi sosial menekankan
pada aspek kognitif, emosi, serta perilaku untuk memahami perubahan
perilaku. Selain itu, berbagai konsep dalam teori kognisi sosial
menyuguhkan penelitian perilaku yang baru dalam pendidikan
kesehatan.
2.1.17. Theory of Planned Behavior/Reasoned Action (Teori Ketentuan
Sikap)
Theory of planned behavior/reasoned action yang digagas oleh I.
Ajzen dan M. Fishbein menyatakan bahwa perilaku seseorang
ditentukan oleh perhatiannya terhadap penampilan perilaku yang pada
gilirannya fungsi sikap yang dimilikinya berdampak pada perilaku serta
kaidah subyektivitas yang dimiliki. Teori ini merupakan pengembangan
dari teori reasoned action dan merupakan teori yang memprediksi
perilaku terbatas karena perilaku dapat dibatasi dan direncanakan. Selain
digunakan dalam penelitian komunikasi interpersonal, teori ini juga
termasuk dalam teori komunikasi pemasaran serta teori komunikasi
persuasif.
2.1.18. ACT Theory
ACT theory adalah sebuah teori umum kognisi yang dikembangkan
oleh John Anderson yang menekankan pada proses memori. Teori ini
berpendapat bahwa semua pengetahuan diawali dengan informasi yang
dinyatakan. Pengetahuan procedural dipelajari dengan membuat
inferensi dari berbagai pengetahuan faktual yang telah ada sebelumnya.
Teori ACT didukung oleh 3 (tiga) jenis pembelajaran yang mendasar
yaitu generalisasi, diskriminasi, serta demokrasi.
2.1.19. Cognitive Dissonance Theory (Teori Disonansi Kognitif)
Cognitive dissonance theory digagas oleh Leon Festinger. Teori
yang diadaptasi dari psikologi sosial ini memiliki dua konsep utama
yaitu kognitif (pikiran) dan disonansi (konflik). Yang dimaksud dengan
disonansi kognitif adalah konflik psikologis yang terjadi ketika individu
berhadapan dengan dua kepercayaan atau lebih yang tidak sesuai secara
bersamaan. Untuk mengatasinya, ia menerapkan strategi mengurangi
disonansi hingga tercapai keseimbangan. Teori ini juga digunakan
dalam konteks komunikasi massa dan termasuk dalam teori efek media
massa.
2.1.20. Elaboration Likelihood Model (Teori Elaborasi)
Elaboration likelihood model dikenalkan oleh Richard E.
Petty dan J. Cacioppo yang didasarkan pada sebuah gagasan bahwa
sikap sangat penting karena sikap membimbing berbagai keputusan dan
perilaku lainnya. Sikap dapat dihasilkan dari sejumlah hal dan persuasi
adalah sumber utamanya. Dalam model ini terdapat dua rute pengaruh
persuasif, yaitu sentral dan peripheral. Selain digunakan dalam
komunikasi interpersonal, model ini juga digunakan dalam
bidang public relations, serta komunikasi pemasaran.
2.2 Tujuan Teori Komunikasi Interpersonal
Komunikasi interpersonal mungkin mempunyai beberapa tujuan. Di sini
akan dipaparkan 6 tujuan, antara lain ( Muhammad, 2004, p. 165-168 )
2.2.1. Menemukan Diri Sendiri
Salah satu tujuan komunikasi interpersonal adalah menemukan
personal atau pribadi. Bila kita terlibat dalam pertemuan interpersonal
dengan orang lain kita belajar banyak sekali tentang diri kita maupun
orang lain.Komunikasi interpersonal memberikan kesempatan kepada
kita untuk berbicara tentang apa yang kita sukai, atau mengenai diri kita.
Adalah sangat menarik dan mengasyikkan bila berdiskusi mengenai
perasaan, pikiran, dan tingkah laku kita sendiri. Dengan membicarakan
diri kita dengan orang lain, kita memberikan sumber balikan yang luar
biasa pada perasaan, pikiran, dan tingkah laku kita.
2.2.2. Menemukan Dunia Luar
Hanya komunikasi interpersonal menjadikan kita dapat memahami
lebih banyak tentang diri kita dan orang lain yang berkomunikasi
dengan kita. Banyak informasi yang kita ketahui datang dari komunikasi
interpersonal, meskipun banyak jumlah informasi yang datang kepada
kita dari media massa hal itu seringkali didiskusikan dan akhirnya
dipelajari atau didalami melalui interaksi interpersonal.
2.2.3. Membentuk Dan Menjaga Hubungan Yang Penuh Arti
Salah satu keinginan orang yang paling besar adalah membentuk
dan memelihara hubungan dengan orang lain. Banyak dari waktu kita
pergunakan dalam komunikasi interpersonal diabadikan untuk
membentuk dan menjaga hubungan sosial dengan orang lain.
2.2.4. Berubah Sikap Dan Tingkah Laku
Banyak waktu kita pergunakan untuk mengubah sikap dan tingkah
laku orang lain dengan pertemuan interpersonal. Kita boleh
menginginkan mereka memilih cara tertentu, misalnya mencoba diet
yang baru, membeli barang tertentu, melihat film, menulis membaca
buku, memasuki bidang tertentu dan percaya bahwa sesuatu itu benar
atau salah. Kita banyak menggunakan waktu waktu terlibat dalam posisi
interpersonal.
2.2.5. Untuk Bermain Dan Kesenangan
Bermain mencakup semua aktivitas yang mempunyai tujuan utama
adalah mencari kesenangan. Berbicara dengan teman mengenai aktivitas
kita pada waktu akhir pecan, berdiskusi mengenai olahraga,
menceritakan cerita dan cerita lucu pada umumnya hal itu adalah
merupakan pembicaraan yang untuk menghabiskan waktu. Dengan
melakukan komunikasi interpersonal semacam itu dapat memberikan
keseimbangan yang penting dalam pikiran yang memerlukan rileks dari
semua keseriusan di lingkungan kita.
2.2.6. Untuk Membantu
Ahli-ahli kejiwaan, ahli psikologi klinis dan terapi menggunakkan
komunikasi interpersonal dalam kegiatan profesional mereka untuk
mengarahkan kliennya. Kita semua juga berfungsi membantu orang lain
dalam interaksi interpersonal kita sehari-hari. Kita berkonsultasi dengan
seorang teman yang putus cinta, berkonsultasi dengan mahasiswa
tentang mata kuliah yang sebaiknya diambil dan lain sebagainya.
2.2.7. Efektivitas Komunikasi Interpersonal
Efektivitas Komunikasi Interpersonal dimulai dengan lima kualitas
umum yang dipertimbangkan yaitu keterbukaan (openness), empati
(empathy), sikap mendukung (supportiveness), sikap positif
(positiveness), dan kesetaraan (equality).( Devito, 1997, p.259-264 ).
2.3 Elemen-elemen Komunikasi Interpersonal
Berikut ini adalah beberapa elemen komunikasi interpersonal yang harus
ada agar tercipta komunikasi yang efektif, antara lain:
2.3.1. Pesan
Element yang pertama setiap komunikasi adalah pesan yang akan
disampaikan kepada orang lain. Begitu juga didalam melaksanakan
komunikasi interpersonal, maka elemen terpenting adalah pesan. Pesan
merupakan sebuah kata atau kalimat yang bertujuan untuk memberikan
informasi kepada orang lain baik dengan cara verbal maupun non verbal.
Ketika seseorang sudah memiliki pesan yang dijadikan sebagai
informasi, maka orang tersebut hanya membutuhkan elemen kedua,
yakni komunikator untuk dapat memulai komunikasi interpersonal.
2.3.2. Komunikator
Elemen komunikasi interpersonal yang kedua adalah komunikator
ataupun orang atau pihak yang akan memberikan pesan kepada orang
atau pihak lain. Dengan katalain, komunikator bertindak sebagai
pembuka komunikasi. Komunikator juga ada didalam komunikasi
interpersonal, karena jika tidak ada komunikator maka komunikasi
interpersonal tidak akan berjalan meskipun sudah memiliki pesan. Begitu
juga ketika komunikator dan pesan sudah ada, tapi elemen ketiga yaitu
komunikan tidak ada, maka komunikasi tidak akan dapat berjalan.
2.3.3. Komunikan
Elemen yang ketiga adalah komunikan yang merupakan kebalikan
dari komunikator. Jika komunikator adalah pemberi pesan, maka
komunikan adalah orang atau pihak yang bertindak sebagai penerima
pesan yang disampaikan oleh komunikator. Komunikan juga harus ada
didalam setiap komunikasi interpersonal, karena jika tidak ada
komunikan maka tidak ada yang akan mendengarkan pesan yang
disampaikan oleh komunikator.
2.3.4. Saluran komunikasi
Komunikasi interpersonal juga harus memiliki elemen berupa
saluran komunikasi atau alat yang digunakan ketika melakukan
komunikasi. Secara umum, saluran komunikasi interpersonal terbagi
kedalam beberapa jenis saluran yang dipengaruhi oleh kondisi ataupun
waktu komunikasi. Beberapa jenis saluran komunikasi tersebut adalah :
 Komunikasi langsung tatap muka.
 Komunikasi saluran media selular seperti telepon atau
handphone.
 Komunikasi saluran media jaringan internet komputer, laptop
2.3.5. Umpan balik
Umpan balik merupakan elemen yang kelima didalam komunikasi
interpersonal. Umpan balik sering juga disebut sebagai respon
komunikan atas pesan atau informasi yang diberikan oleh komunikator.
Ketika komunikasi interpersonal yang berjalan mampu memberikan
umpan balik atau respon yang baik, maka dapat dipastikan bahwa
komunikasi tersebut akan berjalan dengan baik dan efektif. Alasannya
adalah karena pada komunikasi tersebut sudah dapat dikatakan memiliki
kegiatan tanya-jawab yang baik pada sebuah komunikasi.
2.3.6. Kemampuan
Untuk menciptakan komunikasi interpersonal yang berkualitas,
efektif dan menghasilkan makna atau manfaat serta tujuan yang
menguntungkan bagi kedua pihak, tentunya harus memiliki elemen yang
keenam ini, yakni kemampuan. Ketika komunikator memiliki
kemampuan yang baik dalam menyampaikan pesan, maka seorang
komunikan tidak akan bersusah payah untuk mencerna dan memahami
informasi tersebut. Begitu juga ketika komunikan memiliki kemampuan
yang baik, maka komunikan akan mampu memberikan tanggapan atau
jawaban atas pertanyaan atau informasi yang diberikan oleh
komunikator.
2.3.7. Etika
Didalam setiap melakukan komunikasi, tentunya harus memiliki
etika yang baik, begitu juga dengan komunikasi interpersonal. Ketika
komunikasi interpersonal memiliki Etika Komunikasi yang baik seperti
menggunakan kata-kata sopan, berbicara dengan nada yang pas, tidak
terlalu bersemangat, menghargai pendapat orang lain, mau
mendengarkan orang lain pada saat Ia berbicara, serta etika komunikasi
lainnya, maka komunikasi tersebut akan berjalan dengan baik dan benar.
Selain itu, etika sangatlah penting untuk membangun Cara
Berkomunikasi dengan Baik dan akan memberikan kita pandangan
tentang tata Cara Mengatasi Gap Komunikasi. Oleh sebab itu, kami
membuat etika menjadi elemen komunikasi interpersonal yang ketujuh.
2.3.8. Hambatan
Elemen komunikasi interpersonal yang berikutnya
adalah Hambatan-hambatan Komunikasi, karena tujuan dilakukannya
komunikasi interpersonal adalah untuk mencari kesepakatan bersama,
maka tentunya terdapat masalah ataupun hambatan sehingga perlu
dikomunikasikan. Biasanya hambatan komunikasi yang sering terdapat
pada komunikasi interpersonal antara lain adalah hambatan semantik,
hambatan fisiologis, hambatan intelektual, hambatan lingkungan,
hambatan persepsi serta hambatan lainnya. Ketika komunikasi
interpersonal berhasil untuk mengatasi elemen ini, maka sudah
tercipta Proses Komunikasi Efektif.
2.3.9. Konteks
Elemen komunikasi interpersonal yang berikutnya adalah konteks
komunikasi. Konteks komunikasi merupakan sebuah uraian kata atau
kalimat yang berguna untuk mendukung sebuah informasi atau pesan
yang akan disampaikan. Konteks komunikasi bisa berupa lingkungan,
budaya, masalah atau hambatan, situasi atau kondisi yang terdapat
disekitar lokasi berlangsungnya komunikasi. Dengan kata lain, sebuah
informasi harus memiliki konteks yang tepat untuk memudahkan lawan
komunikasi untuk mencerna dan memahami informasi tersebut.
2.3.10. Taktik
Elemen yang berikutnya adalah taktik, strategi ataupun rencana
yang telah dipersiapkan untuk melakukan komunikasi interpersonal.
Taktik berfungsi dan berguna untuk melakukan bujuk rayu, memaksa
ataupun menyuruh orang lain untuk mengikuti keinginan kita dengan
cara-cara yang masuk akal. Dengan adanya elemen ini didalam setiap
komunikasi interpersonal, maka seorang komunikator akan mampu
untuk membujuk atau merayu komunikan agar mengikuti keinginan dari
komunikator.
2.3.11. Feedforward message
Feedforward message merupakan elemen komunikasi interpersonal
yang kesebelas, dan memiliki arti yang sama dengan kata tambahan
sebelum menyampaikan informasi. Ketika komunikasi interpersonal
yang dilakukan memiliki Feedforward message atau kata tambahan,
maka komunikasi tersebut akan terkesan saling menghargai dan saling
memberi perhatian terhadap satu sama lainnya. Feedforward message
atau kata tambahan ini dapat diaplikasikan pada awal dimulainya
komunikasi dan pada akhir komunikasi.
2.3.12. Sikap
Elemen komunikasi interpersonal yang berikutnya adalah sikap
ketika melakukan komunikasi. Ketika sikap seorang komunikan atau
komunikator tidak baik tentunya komunikasi tidak akan berlangsung
dengan efektik, tetapi ketika komunikan dalam mendengarkan informasi
dan komunikator ketika memberikan informasi memiliki sikap yang
baik, maka komunikasi akan berjalan dengan efektif dan menghasilkan
tujuan dan kesepakatan yang saling menguntungkan. Beberapa sikap
komunikan atau sikap komunikator yang harus ada didalam setiap
komunikasi adalah terbuka, memiliki rasa empati, mendukung, memiliki
sikap positif, dan merasa seluruh orang setara.
2.3.13. Persepsi
Persepsi merupakan sebuah proses untuk memberikan pandangan
terhadap informasi yang diberikan oleh orang lain untuk mencari makna
informasi tersebut, dengan melihat beberapa unsur lain yang dapat
mempengaruhi pandangan. Dengan kata lain, persepsi merupakan cara
seseorang untukmenyusun, menafsirkan, mengenali, menginventarisir
informasi yang diberikan orang lain kepada dirinya untuk dapat
memberikan tanggapan, gambaran ataupun sanggahan atas informasi
tersebut. Dengan elemen ini, komunikasi interpersonal akan dapat
mencapai sebuah tujuan atau kesepakatan bersama dengan lebih cepat
dan lebih baik.
2.3.14. Situasi
Situasi memiliki peran yang sangat penting untuk menciptakan
sebuah komunikasi interpersonal yang baik dan berkualitas. Ketika
situasi disaat akan melakukan komunikasi tidak begitu baik karena
beberapa hal seperti pihak yang akan berkomunikasi sedang emosi,
terkendala cuaca, terkendala kondisi keamanan, dan situasi lain yang
tidak memungkinkan untuk melanjutkan komunikasi, maka komunikasi
interpersonal tidak akan efektif dan tidak akan menghasilkan apapun.
2.3.15. Tujuan
Elemen komunikasi interpersonal yang berikutnya adalah tujuan
diadakannya komunikasi tersebut. Ketika tidak memiliki tujuan, maka
tidak perlu untuk melakukan komunikasi. Tujuan sangatlah diperlukan
didalam setiap komunikasi, karena sekecil apapun tujuan yang ada pada
saat melakukan komunikasi, itu akan sangat berpengaruh terhadap
efektivitas komunikasi dan tidak akan membuat komunikasi menjadi
terpencar dan akan tetap terfokus untuk mencari solusi dan jawaban atas
tujuan tersebut.
2.4 Ciri-ciri Teori Komunikasi Interpersonal
a. Komunikasi interpersonal biasanya terjadi secara spontan dan sambil
lalu.
b. Komunikasi interpersonal tidak mempunyai tujuan terlebih dahulu
c. Komunikasi interpersonal terjadi secara kebetulan di antara peserta yang
tidak mempunyai identitas yang jelas.
d. Komunikasi interpersonal mempunyai akibat yang disengaja maupun
yang tidak disengaja.
e. Komuniasi interpersonal seringkali berlangsung berbalas balasan.
f. Komunikasi interpersonal menghendaki paling sedikit melibatkan
hubungan dua orang dengan suasana yang bebas, bervariasi, ada nya
keterpengaruhan.
g. Komunikasi interpersonal menggunakan lambang-lambang bermakna.
2.5 Sifat-sifat Komunikasi Interpersonal
a. Komunikasi interpersonal melibatkan di dalamnya perilaku verbal (kata
) dan non verbal (gerak tubuh).
b. Komunikasi interpersonal melibatkan perilaku yang spontan.
c. Komunikasi interpersonal sebagai suatu proses yang berkembang,
berawal dari perkenalan sekilas berlanjut ke persahabatan.
d. Komunikasi interpersonal harus menghasilkan umpan balik, mempunyai
interaksi dan koherensi (adanya benang merah yang terjalin antara
pesan-pesan verbal dan non verbal).
e. Komunikasi interpersonal merupakan persuasi (mempengaruhi) antar
manusia.
2.6 Contoh Kasus
2.6.1. Contoh Kasus Teori Tindakan
Febri dengan windi sedang berjalan di malioboro pada malam
minggu. Saat mereka berjalan di malioboro, Febri yang selama ini
memendam rasa kepada Windi tak kuasa menahannya, sehingga pada
akhirnya Febri memberanikan dirinya untuk menyatakan cintanya
kepada Windi. Saat menyatakan cintanya, Febri menggunakan bahasa
sumatera yang tidak dimengerti Windi. Dengan kebingungan windi
menanyakan lagi apa maksud dari kata-kata Febri, dan Febri merespon
dengan tindakan yaitu jari Febri membentuk simbol hati dan menunjuk
kearah Windi. Dan Windi dengan tersedu-sedu merespon tindakan Febri
dengan membentuk simbol hati juga yang sama kepada Febri. Dan Febri
memberanikan diri untuk memeluk Windi dan melanjutkan
perjalanannya.
2.6.2. Contoh Kasus Teori Manajemen Koordinasi Makna
Devi adalah gadis penyuka budaya musik Korea, atau lebih dikenal
dengan sebutan K-Pop. Devi menyukai K-Pop sejak SMP. Tetapi sejak
SMP, Devi hanya menyalurkan hobinya sendiri tanpa adanya orang lain
yang memiliki kesukaan seragam. Sejak awal masuk SMA, Devi mulai
menemukan banyak teman yang menyukai budaya K-Pop. Dari situlah
Devi dan teman penyuka K-Pop serasa memiliki dunia sendiri. Setiap
kali mereka berkumpul, hal utama dari pembicaraannya adalah K-Pop.
Mereka sering lupa waktu untuk membahas hal-hal yang berbau Korea.
2.6.3. Contoh Kasus Teori Penetrasi Sosial
Dinda dan Yuda awalnya tidak mengenal satu sama lain. Dinda
sudah lama melajang. Sedangkan Yuda baru saja putus dengan
kekasihnya, Yuda merasa sedih dan kesepian melajang seorang diri dan
membutuhkan wanita sebagai pengganti kekasihnya, lalu Erna sebagai
temannya Yuda dan Dinda mengenali mereka satu sama lain, tidak
beberapa lama mereka bertemu untuk saling mengenal satu sama lain.
Mereka bertemu dan mengobrol secara umum untuk pertama kalinya,
lalu mereka bertemu kembali karena merasa nyaman dan memiliki
kecocokan. Setelah berkali-kali bertemu Dinda, Yuda membicarakan
masalah hubungan mereka yang berawal dari komunikasi superficial
(tidak berbobot) menjadi komunikasi yang lebih intim.
BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Komunikasi interpersonal adalah komunikasi yang dilakukan oleh dua
orang dan menggunakan teknik jarak intim di dalam prakteknya. Di dalam
komunikasi interpersonal ini, terdapat 20 teori yang diugkap oleh para ahli.
Komunikasi interpersonal memiliki beberapa komponen yaitu Sumber /
komunikator, encoding, pesan, saluran, komunikan, decoding, respon,
gangguan, dan konteks komunikasi.
Tujuan komunikasi interpersonal adalah menemukan diri sendiri,
menemukan dunia luar, membangun dan memelihara hubungan yang harmonis,
mempengaruhi sikap dan tngkah laku, mencari kesenangan atau sekedar
menghabiskan waktu, dan memberikan bantuan (konseling).

3.2 Saran
Saran yang bisa kami sampaikan disini adalah, banyak dari teori
komunikasi ini yang sudah tidak dipakai karena mungkin sudah lama dan tidak
masuk ke gaya komunikasi interpersonal. Tetapi masih ada juga beberapa teori
yang masih digunakan sampai saat ini. Dan saat berkomunikasi cobalah untuk
memakai lebih dari 1 teori atau mencampurkan 2 teori yang bisa masuk dalam
suatu komunikasi agar jalannya komunikasi tidak membosankan atau berhenti
ditengah-tengah komunikasi tersebut. Dan bisa juga kedepannya teori yang
sudah tidak dipakai tersebut diubah oleh seseorang untuk memperbarui teori
tersebut.
Daftar Pustaka
Kurniawati, Rd. Nia Kania. (2014). Komunikasi Antarpribadi Konsep dan Teori
Dasar. Yogyakarta: GRAHA ILMU.
Budyatna, M. (2015). Teori-Teori Mengenai Komunikasi Antar-Pribadi.
Jakarta: PRENADAMEDIA GROUP.
Wood, Julia T. (2010). Komunikasi Interpersonal Interaksi Keseharian. Jakarta:
Salemba Humanika.
Ambar. 20 Teori Komunikasi Interpersonal Menurut Para Ahli.
https://pakarkomunikasi.com/teori-komunikasi-interpersonal. Di Akses tanggal
16 Maret 2019.

Anda mungkin juga menyukai