Anda di halaman 1dari 4

KELOMPOK 5:

Eunike Inka Safira / 180906502

Stevain Darshan Kislew M. J. / 180906503

Vallenscia Patriq S. / 180906699

Sintia Stevani / 180906710

TEORI KULTIVASI

Teori Kultivasi di kemukakan oleh George Gerbner bersama rekan-rekannya di


Amenberg School of Communication di Pennsylvania pada tahun 1969 dalam sebuah artikel
yang berjudul “the television of violence” yang berisikan bagaimana media massa khususnya
televisi menampilkan adegan-adegan kekerasan di dalamnya. Teori ini muncul dalam situasi
pada saat terjadi perdebatan antara kelompok ilmuwan komunikasi yang meyakini bahwa
efek sangat kuat dari media massa. Pada awalnya Gerbner melakukan penelitian tentang
“Indikator Budaya” untuk mempelajari pengaruh menonton televisi. Gerbner ingin
mengetahui dunia nyata seperti apa yang dibayangkan, dipersepsikan oleh penonton televisi
itu. Teori kultivasi dalam bentuknya yang paling mendasar, percaya bahwa televisi
bertanggung jawab dalam membentuk, atau mendoktrin konsepsi pemirsanya mengenai
realitas sosial yang ada disekelilingnya. Pengaruh-pengaruh dari televisi yang berlangsung
secara simultan, terus-menerus, secara tersamar telah membentuk persepsi individu/audiens
dalam memahami realitas sosial. Lebih jauh lagi hal tersebut akan mempengaruhi budaya
kita secara keseluruhan.
Teori Kultivasi muncul untuk meyakinkan orang bahwa efek media massa lebih
bersifat kumulatif dan lebih berdampak pada tataran sosial budaya ketimbang individual.
Khalayak menganggap bahwa dunia nyata adalah seperti apa yang ditampilkan oleh televisi
(khususnya bagi heavy viewer). Apa yang ditayangkan televisi dianggap sebagai sebuah
representasi atas kenyataan dan khalayak akan menyesuaikan diri mereka dengan apa yang
mereka lihat di televisi.
Teori Kultivasi adalah teori yang mengatakan bahwa menonton televisi secara
berangsur-angsur mengarahkan pada adopsi keyakinan mengenai sifat dasar dari dunia sosial
yang mengikuti pandangan akan realitas yang memiliki stereotip, terdistorsi dan sangat
selektif sebagaimana yang digambarkan dengan cara yang sistematis difiksi dan berita televisi
(McQuail 2011: 257)

Dalam penelitian lanjutan yang dilakukan oleh Gerbner diketahui bahwa penonton
televisi dalam kategori berat (heavy viewers) mengembangkan keyakinan yang berlebihan
mengenai dunia sebagai tempat yang berbahaya dan menakutkan. Sedangkan kekerasan
yang mereka saksikan di televisi menambah ketakutan sosial yang membangkitkan
pandangan bahwa lingkungan mereka tidak aman dan tidak ada orang yang dapat dipercaya.
“apa yang mereka lihat di televisi” yang cenderung banyak menyajikan acara kekerasan
adalah “apa yang mereka yakini terjadi juga dalam kehidupan sehari-hari”.

Asumsi Dasar

Dalam riset proyek indikator budaya (cultural indicator research project) terdapat lima
asumsi dasar teori kultivasi yang dikemukakan oleh Gerbner yaitu:
1. Secara Esensial dan Fundamental
Televisi berbeda dengan media yang lain, asumsi ini menunjukkan bahwa spesifikasi
keunikan dari televisi yaitu kelebihan televisi menjadikannya istimewa seperti televisi
tidak memerlukan sederetan huruf-huruf seperti halnya media cetak lainnya, televisi
bersifat audio dan visual yang dapat dilihat gambar dan suaranya, Televisi tidak
memerlukan Mobilitas atau memutar tayangan yang disenangi dan karena
aksesibilitas dan avaibilitasnya untuk setiap orang membuat Televisi menjadi pusat
kebudayaan masyarakat kita.
2. Media televisi menjadi the central cultural masyarakat Amerika karena menjadi
sumber sajian hiburan dan informasi.
3. Televisi membentuk cara kita berfikir dan berhubungan.
Asumsi ini masih berkaitan dengan pengaruh tayangan televisi, pada dasarnya televisi
tidak membujuk kita untuk benar-benar meyakini apa yang kita lihat di televisi,
berdasarkan asumsi ini, Teori Kultivasi mensuplay alternatif berfikir tentang tayangan
kekerasan di televisi.
4. Televisi Hanya Memberi Sedikit Dampak.
Televisi memiliki efek yang relatif kecil akan tetapi karena sifatnya yang simultan maka
ia memiliki efek yang memanjang, memiliki efek yang gradual, tidak secara langsung
mempengaruhi akan tetapi berjalan secara kumulatif dan cukup signifikan.Televisi
tidak harus mempunyai dampak tunggal saja akan tetapi mempengaruhi penontonnya
melalui dampak kecil yang tetap konstan.
5. Fungsi utama televisi adalah untuk medium sosialisasi dan enkulturasi melalui isi
tayangannya (berita, drama, iklan) sehingga pemahaman akan televisi bisa menjadi
sebuah pandangan ritual/berbagi pengalaman daripada hanya sebagai medium
transmisi.

Menurut teori kultivasi ini, televisi menjadi media atau alat utama dimana para
pemirsa televisi itu belajar tentang masyarakat dan kultur lingkungannya. Dengan kata lain,
persepsi apa yang terbangun di benak anda tentang masyarakat dan budaya sangat
ditentukan oleh televisi. Ini artinya, melalui kontak anda dengan televisi, anda belajar tentang
dunia, orang- orangnya, nilai-nilainya serta adat kebiasaannya

Konsep Inti :

 Heavy viewer: cenderung mengandalkan televisi sebagai sumber informasi mereka.


 Light viewer: cenderung menggunakan jenis media dan sumber informasi yang lebih
bervariasi (baik komunikasi bermedia maupun sumber personal)
 "Mean World Syndrome": fenomena dimana konten media massa yang berhubungan
dengan kekerasan membuat penonton percaya bahwa dunia ini lebih berbahaya dari
yang sesungguhnya. Mean World Syndrome merupakan kesimpulan utama dalam
teori ini.
 Efek ”Double dose” (resonance): terjadi ketika kehidupan sehari-hari penonton sama
dengan yang ditayangkan televisi. Contoh: berita perempuan sbg korban kekerasan di
kota besar akan menyebabkan heavy viewers yang juga perempuan merasa ketakutan
karena dirinya perempuan dan karena kejadian di televisi itu juga terjadi di kota besar
seperti tempatnya tinggal.
 Mainstreaming: terjadi pada pecandu berat televisi (menonton lebih dari 4 jam
perhari) yang mana simbol‐simbol televisi telah memonopoli dan mendominasi
sumber informasi dan gagasan tentang dunia. Orang menginternalisasi realitas sosial
dominannya lebih kepadaaspek kultural, karena ini lebih dekat dengan
kesehariannya.

Proses dan Produk dalam Teori Kultivasi

Teori kultivasi menekankan pada sistem makro pengaruh televisi terhadap


masyarakat secara keseluruhan. Karenanya untuk menggambarkan pandangan mereka
tentang televisi sebagai sebuah media yang berpengaruh secara budaya, para peneliti
kultivasi bersandar pada 4 (empat) tahapan proses, yaitu analisis sistem pesan, membentuk
berbagai pertanyaan tentang realitas sosial pemirsa, survei khalayak, dan membandingkan
realitas sosial dari pemirsa kelas ringan dengan pemirsa kelas berat.

1. Analisis sistem pesan


2. Menyusun pertanyaan-pertanyaan tentang realitas sosial pemirsa
3. Melakukan survei khalayak
4. Perbedaan kultivasi

Kelebihan dan Kekurangan Teori Kultivasi

a. Kelebihan teori kultivasi


 Mengkombinasikan teori-teori makro dan mikro.
 Menyediakan penjelasan yang rinci tentang peran unik televisi.
 Menerapkan studi empiris untuk asumsi humanistik yang dimiliki secara luas.
 Mendefinisikan kembali efek sebagai sesuatu yang lebih dari sekedar perubahan
perilaku yang dapat diamati.
 Menerapkan beragam isu-isu secara lebih luas.
 Menyediakan dasar-dasar bagi perubahan sosial.
b. Kekurangan teori kultivasi
 Secara metodologi bermasalah.
 Mengasumsikan homogenitas isi pesan televisi.
 Menekankan pada pemirsa kelas berat televisi.
 Sangat sulit diterapkan pada media selain televisi.

Anda mungkin juga menyukai