Anda di halaman 1dari 10

ANALISA KERANGKA DASAR PERCAKAPAN

MAKALAH

Disusun dan Diajukan Guna Memenuhi Tugas


Mata Kuliah: Psikologi Komunikasi
Dosen Pembimbing : Rahmat Aminudin, M.Pd.

Oleh :
Bagus Mukhibin

Laelatul Kharimah

PROGRAM STUDI KOMUNIKASI PENYIARAN ISLAM


JURUSAN DAKWAH
SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM AN NAWAWI
PURWOREJO
2022
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Percakapan merupakan salah satu kegiatan bahasa yang melibatkan
partisipan. Dalam percakapan, proses komunikasi terjadi apabila ada
dua partisipan, yaitu pembicara dan pendengar. Dengan demikian,
dapat diketahui bahwa di dalam percakapan terjadi pertukaran
informasi antara pembicara dan pendengar. Percakapan bukan hanya
sekedar pertukaran informasi. Oleh sebab itu, jika seseorang
mengambil bagian di dalam percakapan, maka mereka masuk ke dalam
proses percakapan tersebut.
Dalam suatu percakapan, agar informasi bisa diterima, biasanya
pembicara menyampaikan informasi itu secara langsung dengan
menggunakan bahasa yang tepat. Selain untuk menyampaikan
informasi, percakapan kadang-kadang dilakukan untuk menyindir,
memuji, mengkritik, bahkan memancing emosi lawan tutur. Namun,
tanpa disadari penyampaian informasi dengan tujuan seperti itu
menjadikan informasi tersebut menarik.
Dalam sebuah percakapan, terdapat kerangka dasar percakapan
yang nantinya akan mendasari pemahaman pada makna tersirat suatu
hal yang sangat diperlukan. Oleh karena itu, pada makalah kali akan
kami bahas mengenai kerangka dasar percakapan guna terciptanya
percakapan yang efektif.

B. Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan Analisa percakapan?
2. Apa saja komponen dasar dalam percakapan?
3. Teori apasajakah yang digunakan dalam Analisa kerangka
percakapan?

1
BAB II
PEMBAHASAN
A. Analisa Percakapan

Analisis percakapan merupakan sebuah metode dalam


memahami bentuk dan makna wacana, diperlukan sebuah
pendekatan yang tepat dalam menganalisisnya. Selain itu,
ketepatan dalam menganalisis harus juga disesuaikan dengan
jenis dan karakteristik wacana tersebut. Analisis percakapan
berasal dari etnometodologi, hal ini sangat penting untuk
mendiskusikan secara ringkas tentang perspektif psikologi
sebelum mendiskusikan analisis percakapan. Istilah
“etnometodologi” menurut Garfinkel diambil dari istilah yang
dipakai dalam analisis lintas budaya (“doing dan knowing”) di
bidang lintas budaya. Kemudian, menurut Garfinkel bahwa
“metodologi” dalam etnometodologi mempunyai arti mengatur
pertimbangan yang sesuai dengan konsep tertentu dengan bukti
yang kuat, penjelasan yang masuk akal, dan sebagainya

Analisis percakapan pada awalnya sebagai salah satu


pendekatan dalam menganalisis wacana yang dikembangkan
sosiolog Harold Garfinkel. Pendekatan yang dilakukannya
dikenal metode etnometodologi yang dipengaruhi oleh
fenomenologi dari Alfred Schutz dan diterapkan khusus pada
percakapan dengan ditokohi oleh Harvey Sacks, Emanuel
Schegloff, dan Gail Jefferson. Menurut Circaurel (1972)
percakapan berupa sumber dari berbagai makna aturan sosial,
misalnya percakapan yang menghasilkan beberapa kekhasan
yang mendasari makna dari peran sosial masyarakat tertentu.

2
Percakapan juga memperlihatkan aturannya sendiri dan
memanifestasikan makna strukturnya sendiri.1

B. Komponen Dasar dalam Percakapan


Komponen dasar percakapan sebagai peristiwa
mengandung 16 komponen yang membentuk percakapan itu
secara utuh. Oleh Hymes komponen-komponen itu
dikelompokkan menjadi akronim SPEAKING (Situation–
Situasi, Participants–Pelaku, Ends– Maksud, Act Secuence–
Urutan Struktur Tindak Tutur, Key–Kunci, Instrumentalities–
Instrumentalitas, Norms–Norma, Genres–Genre/Jenis Teks).
Dibawah ini akan kami paparkan komponen dasar percakapan
seperti halnya diatas sebagai berikut:
a. Situasi
Situasi meliputi komponen ke satu dan kedua yakni
latar dan adegan. Peristiwa tutur tertentu berlangsung pada
latar tempat dan latar waktu tertentu dengan melibatkan
para pelaku tindak tutur dalam adegan (suasana tutur secara
psikologis) yang memungkinkan terjadinya pergeseran dari
tindak tutur yang satu ke tindak tutur yang lain, dari
suasana formal ke suasana informal, dan sebagainya.
b. Pelaku
Pelaku meliputi komponen ke 3 sampai ke 6 yakni
penutur (speaker) atau pembaca (reader), penyapa/
komunikator (addressor), pendengar (hearer) atau
penerima, orang yang disapa atau komunikan.
c. Tujuan
Tujuan meliputi komponen ke 7 dan ke 8 yaitu
komponen hasil (outcomes) dan sasaran (goals)

1
Deborah Schiffrin, Approaches to Discourse (USA: Blackwell Publishing, 1994), h.
232.

3
Baik disadari maupun tidak oleh para pelakunya,
dalam percakapan terdapat hasil akhir dan sasaran yang
(akan) dicapai. Dengan demikian, apabila sebuah
percakapan selesai, maka dari titik terminasi percakapan itu
dapat disimpulkan sesuatu yang telah dicapai oleh masing-
masing pelaku. Sesuatu yang dicapai itu bergantung pada
derajat “negosiasi” yang dilakukan oleh kedua belah pihak.
d. Urutan Struktur Tindak Tutur
Bagian ini meliputi komponen yang ke 9 yakni
bentuk pesan (message form) dan yang ke 10 berupa isi
pesan (message content). Komponen-komponen ini tidak
lain adalah topik pembicaraan yang disampaikan dengan
bentuk dan tata urutan tertentu. Ini berkaitan dengan tata
organisasi teks yang mewadahi isi yang disampaikan
e. Kunci
Kunci, yang sekaligus merupakan komponen ke 11,
dimaksudkan sebagai cara tindak tutur dilakukan, apakah
dengan santai, serius, sewajarnya, ironis, ataukah dengan
cara yang lain. Kunci juga meliputi unsur-unsur non-verbal
seperti gerakan tubuh, kedipan mata, atau cara bersikap.
f. Instrumentalis
Dalam instrumentalis terdapat komponen yang ke
12 yakni Media dan yang ke 13 berupa tuturan. Yang
dimaksud dengan media adalah apakah teks yang dianalisis
merupakan teks yang bersifat lisan/ tulis, dialogis (seperti
dalam telepon atau tatap muka), telegrafik, atau yang lain.
Adapun yang dimaksud dengan bentuk tuturan adalah
ragam atau register yang digunakan untuk membangun teks
tersebut.
g. Norma

4
Norma meliputi komponen ke 14 norma interaksi
(norms of interaction) dan komponen ke 15 norma
interpretasi (norms of interpretation). Dalam percakapan,
terdapat semacam aturan yang menuntun arah pembicaraan,
misalnya kapan para pelaku mendapat giliran berbicara,
kapan seorang pelaku menyela atau melakukan interupsi,
dan sampai batas-batas bagaimana seorang pelaku boleh
melanggar aturan tersebut.
Di pihak lain, apabila para pelaku berasal dari latar
belakang budaya yang berbeda, mereka hendaknya dapat
memahami norma-norma yang dibawa oleh masing-masing
pihak, termasuk gerakan-gerakan non-verbal yang muncul.
Apabila terjadi kekeliruan dalam menginterpretasikan
norma-norma tersebut, dimungkinkan akan terjadi
kesalahpahaman.
Pada konteks analisis percakapan, kesalahpahaman
demikian itu akan dipecahkan secara bersama-sama oleh
kedua belah pihak dengan mengadakan penyesuaian-
penyesuaian linguistik (lingustic adjustments) atau koreksi
dalam bentuk perbaikan tuturan (repairs).
h. Genre
Genre sebagai komponen terakhir adalah jenis teks
atau bentuk teks dengan berbagai ragamnya. Secara umum,
bentuk teks yang telah dikenal antara lain adalah pidato,
ceramah, kotbah, drama, puisi, novel, percakapan dalam
telpon, dan sebagainya. Dimungkinkan pada sebuah bentuk
teks terdapat (sub)bentuk teks yang lain, misalnya pada
sebuah surat terdapat puisi.2
C. Teori yang digunakan dalam Analisa Kerangka Percakapan

2
Tri wiratno, “ ANALISIS PERCAKAPAN TERHADAP DRAMA KAPAI-KAPAI
KARYA ARIFIN C. NOER”, Surakarta, Vol.22, No.1, (2010), 120-123.

5
Terdapat beberapa teori dalam Analisa kerangka
percakapan yakni sebagai berikut:
a. Teori Sosiolinguistik
Sosiolinguistik bersasal dari kata “sosio” dan “
linguistic”. Sosio sama dengan kata sosial yaitu
berhubungan dengan masyarakat. Linguistik adalah
ilmu yang mempelajari dan membicarakan bahasa
khususnya unsur- unsur bahasa dan antara unsur- unsur
itu.Jadi, sosiolinguistik adalah kajian yang menyusun
teoriteori tentang hubungan masyarakat dengan bahasa.
Berdasarkan pengertian sebelumnya, sosiolinguistik
juga mempelajari dan membahas aspek –aspek
kemasyarakatan bahasa khususnya perbedaan-
perbedaan yang terdapat dalam bahasa yang berkaitan
dengan faktor- faktor kemasyarakatan.
b. Teori Filsafat Bahasa
Teori Filsafat Bahasa adalah Teori yang didalamnya
berupa pembahasan ilmu gabungan antara linguistik dan
filsafat yang mempelajari kodrat dan kedudukan bahasa
sebagai kegiatan manusia serta dasar-dasar konseptual
dan teoretis linguistik. Filsafat Bahasa juga dapat
diartikan usaha para filsuf memahami keilmuan yang
bersifat konseptual melalui pemahaman terhadap
bahasa.3
c. Teori Pragmatik
Ilmu bahasa pragmatik adalah ilmu yang
mempelajari makna dari sebuah komunikasi seperti apa
yang ingin disampaikan oleh penutur (penulis) dan
diterjemahkan oleh petutur (pembaca). Asal-usul kata

3
https://www.kompasiana.com/rd_writes/605d1e0ad541df18077aa602/pengenalan-
filsafat-bahasa, diakses pada tanggal 6 Oktober 2022, pukul 11:46 WIB.

6
pragmatik berasal dari kata Yunani, yaitu kata pragma
yang berarti kegiatan, urusan, tindakan.
Ilmu pragmatik meneliti tentang bentuk interpretasi
petutur dalam satu konteks percakapan yang dilakukan
oleh petutur. Diperlukan berbagai pertimbangan untuk
menentukan makna dari sebuah tindak komunikasi .
Adapun unsur yang menjadi pertimbangannya yaitu
petutur, penutur, dimana, kapan, dan dalam keadaan apa
tindak komunikasi itu terjadi.

7
BAB III
PENUTUP
Kesimpulan
Analisis percakapan merupakan sebuah metode dalam memahami
bentuk dan makna wacana, diperlukan sebuah pendekatan yang tepat
dalam menganalisisnya. Selain itu, ketepatan dalam menganalisis
harus juga disesuaikan dengan jenis dan karakteristik wacana tersebut.
Analisis percakapan berasal dari etnometodologi, hal ini sangat
penting untuk mendiskusikan secara ringkas tentang perspektif
psikologi
Komponen dasar percakapan sebagai peristiwa mengandung 16
komponen yang membentuk percakapan itu secara utuh. Oleh Hymes
komponen-komponen itu dikelompokkan menjadi akronim
SPEAKING (Situation– Situasi, Participants–Pelaku, Ends– Maksud,
Act Secuence–Urutan Struktur Tindak Tutur, Key–Kunci,
Instrumentalities–Instrumentalitas, Norms–Norma,
Genres–Genre/Jenis Teks).
Telah disampaikan bahwa analisis pecakapan sebagai salah satu
bentuk analisis wacana memanfaatkan berbagai teori tidak saja dari
pragmatik, tetapi juga dari sosiologi, sepertihalnya teori
sosiolinguistik, teori filsafat, teori pragmatic, dls.

8
DAFTAR PUSTAKA

https://www.kompasiana.com/rd_writes/605d1e0ad541df18077aa602/

pengenalan-filsafat-bahasa, diakses pada tanggal 6 Oktober 2022. pukul

11:46 WIB.

Schiffrin, Deborah. 1994. Approaches to Discourse. USA: Blackwell

Publishing.

Wiratno, Tri. 2010. “ ANALISIS PERCAKAPAN TERHADAP DRAMA

KAPAI-KAPAI KARYA ARIFIN C. NOER”. Surakarta.

Anda mungkin juga menyukai