Anda di halaman 1dari 61

MATERI UAS PRANATA SOSIAL

-Kelompok 1 : KEBUTUHAN POKOK MASYARAKAT-


2.1 Definisi Pranata Sosial
Pranata sosial adalah sistem tata kelakuan yang berpusat pada aktivitas kebutuhan pokok
pada kehidupan manusia dalam kehidupan bermasyarakat. Masyarakat memerlukan adanya
keteraturan dalam kehidupannya. Oleh karena itu peraturan selalu dibutuhkan disana. Kita lebih
sering mengenal tata kelakuan ini dengan norma. Selain norma bisa juga nilai. Nilai merupakan
sesuatu yang dianggap baik oleh masyarakat. Dengan adanya nilai-nilai yang dianggap baik di
masyarakat dan menjadi suatu kebiasaan maka akan menjadi norma sebagai patokan dalam bertata
kelakuan di masyarakat.

2.2 Kebutuhan Pokok Masyarakat


Kebutuhan merupakan segala sesuatu yang di butuhkan oleh manusia untuk
mempertahankan hidup dan memperoleh kesejahteraan dan kenyamanan. Kebutuhan pokok dalam
kehidupan bermasyarakat ini merupakan kebutuhan yang mendasar di butuhkan manusia sebagai
modal untuk memenuhi kehidupan bermasyarakat. Kebutuhan tersebut mencakup kebutuhan
pokok ekonomi,sosial, agama dan kekeluargaan.
1. Kebutuhan Ekonomi
Kebutuhan ekonomi merupkan kebutuhan manusia yang berhubungan dengan aktivitas
perekonomian untuk pemenuhan kebutuhan manusia yang tidak terbatas. Kebutuhan ekonomi
pada manusia berupa sandang, papan dan pangan.
a. Sandang
Sandang atau pakaian merupakan kebutuhan pokok dalam kehidupan kita sehari-hari. Kita
membutuhkan pakaian karena pakaian itu sendiri mempunyai cukup banyak manfaat. Selain
banyak manfaat, orang sekarang ini menggunakan pakaian sebagai gaya hidup. Pengaruh
kebudayaan sangatlah mempengaruhi perubahan cara berpakaian di negara kita. Sebagai warga
negara Indonesia kita sepatutnya bangga karena kita memiliki budaya ketimuran yang terkenal
dengan kesopanannya.
Dengan penilaian kesopanan itulah indonesia memiliki cara sendiri untuk menentukan
pakaian yang dianggap sopan. Secara tidak sadar kita diajarkan oleh orang tua kita untuk
berpakaian sopan sejak kecil. Sopan yang dimaksud seperti halnya mengenakan pakaian yang
tertutup, menyesuaikan dengan suasana dan acara serta yang lain sebagainya. Dengan adanya
aturan-aturan ini akan membentuk kepribadian diri kita yang tercermin melalui pakaian yang kita
pakai.
Adanya peraturan ini membuat adanya keselarasan di masyarakat yang dengan sendirinya
sudah mengerti pakaian apa yang akan dipakai sesuai dengan apa yang akan dilakukan. Jika tidak
ada aturan mengenai cara berpakaian maka tidak terbayangkan akan seperti apa jadinya. Walaupun
tidak seluruh lingkup menggunakan jenis peraturan tertulis seperti di sekolah yang mengharuskan
menggunakan seragam, namun cara berpakaian ini menjadi nilai jika tepat dalam
menggunakannya. Dalam kehidupan bermasyarakan pakaian ini menjadi suatu kebutuhan pokok
untuk setiap individu,
b. Papan
Papan merupakan tempat tinggal untuk hidup. Dengan tempat tinggal ini akan menentukan
dimana kita tinggal. dengan tempat tinggal ini menjadikan sebuah identitas diri dimana kita dapat
menemukan individu berdasarkan tempat tinggalnya. Dengan tempat tinggal ini lah juga dapat
mejadi sebuah patokan pada tingkat kekayaan seseorang. Sebenarnya banyak sekali kegunaan
tempat tinggal, namun dalam kehidupan bermasyarakat tempat tinggal ini berguna untuk
melangsungkan kegiatan sosial. Misalnya saat kita tinggal di lingkungan sekitar kita yang disana
terdapat acara-acara rutin seperti arisan, pengajian bergilir, rapat dengan tetangga, bahkan hanya
sekedar saling bertamu atau berkumpul menjadi alasan agar seseorang memiliki tempat tinggal.
Setelah adanya tempat tinggal, tentunya terdapat kepemilikan yang sah seperti surat tanah
dan bangunan. Surat tanah dan bangunan ini merupakan suatu aturan bagi orang yang memiliki
tempat tinggal sendiri. Dengan adanya peraturan ini maka sang pemilik tempat tinggal akan
senantiasa membayar pajak karena hal tersebut menjadi kewajibannya. Jika tidak ada peraturan
yang mengatur tentang pendirian lahan dan kepemilikan tanah ini maka pemukiman warga akan
timbul dimana mana sehingga keadaan tata kota tidak teratur. Apalagi mengingat sekarang iini
pertumbuhan penduduk terus meningkat yang tentunya penggunaan lahan akan semakin
meningkat pula. Fungsi dari peraturan itu juga sebagai tanda kepemilikan agar tidak tertukar. Hal
ini membuktikan betapa pentingnya tempat tinggal dalam kehidupan bermasyarakat dimana tidak
bisa terlepas dari kehidupan di lingkungannya masing-masing.
c. Pangan
Pangan meupakan kebutuhan pokok yang paling pokok dalam kehidupan. Dengan makan
kita dapat mempertahankan diri untuk tetap hidup. Setiap manusia pasti membutuhkan makanan.
Sedangkan ketersediaan bahan pangan ini terbatas. Tidak hanya terbatas namun juga makanan
perlu kita teliti apakah bermanfaat untuk tubuh atau justru membahayakan untuk tubuh kita. Dalam
kehidupan kita sekarang ini sudah banyak sekali produsen yang memproduksi bahan pangan baik
mentah, setengah jadi ataupun jadi.
Ketika kita memilah makanan yang akan kita konsumsi, biasanya kita melihat kapan
makanan tersebut kadaluarsa, apa saja bahan-bahan dasarnya yang digunakan untuk membuat,
bagaimana cara membuat, ada logo halal untuk para konsumen muslim dan lain sebagainya.
Pengemasan yang disertai keterangan itu merupakan hasil dari adanya peraturan dari pemerintah
mengenai perizinan usaha yang sudsh diuji terlebih dahulu produk yang akan dipasarkan. Dengan
adanya aturan semacam itu akan menjadikan kita semakin yakin bahwa makanan yang akan kita
konsumsi layak dan aman untuk kita konsumsi.

2. Kebutuhan Sosial
a. Pendidikan
Kebutuhan pendidikan adalah kebutuhan dasar manusia yang dinilai sangat fundamental
karena pendidikan mempunyai tugas untuk menyiapkan SDM bagi pembangunan bangsa dan
negara sekaligus berfungsi sebagai pemenuan kebutuhan edukasi bagi perkembangan manusia.
Pada dasarnya pendidikan terdiri dari pendidikan formal, non formal dan informal.

-Pendidikan formal
Pendidikan formal ini merupakan pendidikan yang diselenggarakan pada sekolah pada
umumnya. Jalur pendidikan ini mempunyai jenjang pendidikan yang jelas, mulai dari pendidikan
dasar, pendidikan menengah, sampai pendidikan tinggi.
-Pendidikan non formal
Pendidikan non formal merupakan pendidikan yang didapatkan diluar bangku sekolah.
Contoh pendidikan non formal seperti TPA, bimbel, kursus dan lain sebagainya.
-Pendidikan Informal
Pendidikan informal adalah jalur pendidikan keluarga dan lingkungan yang berbentuk
kegiatan belajar secara mandiri, dilakukan secara sadar dan bertanggung jawab.
Diantara berbagai macam pendidikan tersebut terdapat beberapa aturan yang terkait dengan
pemenuhan kebutuhan pendidikan bagi suatu individu atau kelompok dalam masyarakat yaitu
adanya aturan yang berkaitan dengan hak dan kewajiban pendidikan yang termuat dalam Pasal
31 UUD 1945. Adanya ketersediaan sarana dan prasarana yang layak, tenaga pendidik serta
berpartisipasi dalam menyelenggarakan pendidikan ini akan melangsungkan sebuah pendidikan.
Agar terselenggaranya pendidikan tersebut berjalan lancar maka terdapat tata cara dan
kelakuan didalamnya. Adanya aturan program wajib belajar dam kurikulum sebagai seperangkat
rencana dan pengaturan mengenai tujuan, isi, dan bahan pelajaran serta cara yang digunakan
sebagai pedoman penyelenggaraan kegiatan pembelajaran untuk mencapai tujuan pendidikan
tertentu dan evaluasi pendidikan sebagai kegiatan pengendalian, penjaminan, dan penetapan mutu
pendidikan terhadap berbagai komponen pendidikan pada setiap jalur, jenjang, dan jenis
pendidikan sebagai bentuk pertanggungjawaban penyelenggaraan pendidikan. Selain itu aturan
mengenai standar pendidikan sebagai kriteria dan syarat untuk masuk dan menempuh suatu
pendidikan seperti syarat masuk SD, SMP, SMA, hingga Perguruan Tinggi diadakan agar tujuan
dari pendidikan tercapai.
Diluar dari tata kelakuan secara formal, terdapat juga tata kelakuan yang dilakukan
dalamsehari hari misalkan bersikap sopan pada guru, bersikap baik kepada teman, dan pendidikan
moral yang lainnya. Jika pendidikan yang ada ini tidak dijalankan sesuai dengan aturan dan
seenaknya sendiri, maka suatu pendidikan tidak akan bisa berjalan dengan baik. Karena itu lah
pranata atau tata kelakuan untuk mengatur pendidikan.
b. Kesehatan
Kesehatan merupakan sebuah kebutuhan yang sangat mendasar bagi setiap orang.
Kesehatan ini merupakan modal awal bagi individu dalam hidup dan juga bermasyarakat. Sehat
tidak hanya terdapat pada fisik saja melainkan sehat mental yang juga merupakan hal yang cukup
penting. Untuk itu pemerintah membuat program Indonesia sehat sebagai upaya dalam
mewujudkan masyarakat Indonesia yang sehat.
Dalam pelaksanaannya pemerintah meyelenggarakan asuransi yang tentu didalamnya
terdapat peraturan-peraturan dalam mencapai tujuan. Dalam hidup kita pun terdapat suatu tata cara
maupun tata kelakuan utuk tetap dapat menjaga kesehatan tubuh kita dengan sebaik mungkin
dengan cara seperti makan makanan yang bergizi, olahraga dan tidur secara teratur dan yang
lainnya sebagai cara untuk mencapai kesehatan agar dapat bertahan hidup dan juga berkehidupan
di masyarakat.
3. Kebutuhan Agama
Kebutuhan beragama mencakup kebutuhan secara alamiah sebagai pemenuhan kebutuhan
batiniyah dan lahiriyah yang mana manusia mengakui kekuatan dalam kehidupan di luar dirinya.
Agama adalah sebuah kepercayaan kepada Tuhan yang Maha Esa, sistem budaya, serta pandangan
dunia yang menghubungkan manusia dengan tatanan dari kehidupan dengan berbagai ajaran,
larangan, anjuran dan kewajiban yang mengikat bagi umatnya. Dalam memenuhi kebutuhan
beragama maka ditetapkan jaminan kebebasan beragama di Indonesia. Salah satu contoh jaminan
bebas beragama adalah UUD, Pasal 28E ayat 1. “Setiap orang bebas memeluk agama dan
beribadat menurut agamanya, memilih pendidikan dan pengajaran, memilih pekerjaan, memilih
kewarganegaraan, memilih tempat tinggal di wilayah negara dan meninggalkannya, serta berhak
kembali.”
Dalam pelaksanaannya terdapat tata kelakuan dalam beragama berguna untuk
menyelesaikan permasalahan hidup. Agama dapat meningkatkan kesadaran hidup untuk berusaha
menjadi lebih bertaqwa dan beramal baik bagi sesama. Selain itu di dalam beragama terdapat
aturan yang mengajarkan bagaimana membangun hubungan dengan masyarakat yang lebih luas.
Agama mengajarkan suatu pengikutnya untuk saling mencintai, menghargai dan menghormati
sesama merupakan sebuah sikap yang menunjukkan sebuah identitas seorang hamba tersebut
adalah seorang penganut agama yang baik serta ciptaan Tuhan Yang Maha Sempurna. Bentuk
nyata dari hal yang mesti dilakukan untuk menunjukkan bahwa sesorang tersebut adalah hamba
Tuhan yang bertaqwa

4. Kebutuhan Keluarga
Kebutuhan keluarga adalah suatu kebutuhan yang lebih mengarah pada pemenuhan
kebutuhan afeksi atau kasih sayang. Hal tersebut terkait dengan manusia sebagai makhluk
sosial yang hidup bermasyarakat yang saling membutuhkan antara satu dengan lainnya. Dalam
pemenuhan kebutuhan pokok keluarga terdapat beberapa norma yang terdapat didalamnya
mengatur tingkah laku antar individu untuk mencapai ketentraman dan kenyamanan yaitu UUD
no 1 th 1974 tentang perkawinan. Sesuai dengan falsafah Pancasila serta cita-cita untuk pembinaan
hukum nasional, perlu adanya Undang-undang tentang perkawinan yang berlaku bagi semua
warga negara. Selain itu juga terdapat syarat dalam pelaksanaan perkawinan yaitu:
Syarat intern :
1. Perkawinan harus didasarkan atas persetujuan kedua belah pihak (Pasal 6 ayat (1) UU
Perkawinan)
2. Harus mendapat izin dari kedua orang tua, bilamana masing-masing calon belum mencapai
umur 21 tahun (Pasal 2 ayat (2) UU Perkawinan)

3. Bagi pria harus sudah mencapai usia 19 tahun dan wanita 16 tahun , kecuali ada dispensasi yang
diberikan oleh pengadilan atau pejabat lain yang ditunjuk oleh orang tua kedua belah pihak(Pasal
7 ayat (1) UU Perkawinan)

4. Kedua belah pihak dalam keadaan tidak kawin, kecuali bagi mereka yang agamanya
mengizinkan untuk berpoligami (Pasal 3 ayat (2) dan Pasal 4 UU Perkawinan)
Selain itu, Pasal 8 UU Perkawinan melarang perkawinan antara dua orang yang :
1. Berhubungan darah dalam garis keturunan lurus ke bawah atau pun ke atas.
2. Berhubungan darah dalam garis keturunan menyamping yaitu antara saudar, antara seorang
dengan saudara orang tua dan antara seorang dengan saudara neneknya
3. Berhubungan semenda yaitu mertua, anak tiri, menantu, dan Ibu/Bapak tiri
4. Berhubungan sepersusuan
5. Berhubungan saudara dengan istri atau sebagai bibi atau kemenakan dari istri dalam hal seorang
suami istri lebih dari seorang
6. Mempunyai hubungan yang oleh agamanya atau peraturan lain yang berlaku dilarang kawin
Syarat ekstern diantaranya adalah laporan, pengumuman, pencegahan serta pelangsungan.
Pernikahan yang pada dasarnya akan membangun kehidupan berkeluarga pada umumnya
harus diakui oleh negara. Menurut Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1974 tentang Perkawinan,
perkawinan yang sah adalah perkawinan yang dilakukan berdasarkan hukum agama dan dicatatkan
oleh negara. Adapun pernikahan yang masih mempertahankan tradisi misalnya dalam pernikahan
adat jawa, terdapat beberapa tradisi seperti upacara pemasangan Tarub, sungkeman orang tua,
siraman, midodareni, Srah-Srahan, dan lain-lain.
Aturan terkait dengan tempat tinggal, apabila kedua belah pihak yakni suami
ataupun istri belum memiliki tempat tinggal sendiri, biasanya istri mulai menempati
tempat tinggal suami (milik mertua) setelah prosesi “ngunduh mantu”. Namun, hal
tersebut bukaan merupakan hal yang mutlak harus dilakukan dan dikembalikan lagi
pada kesepakatan dari pihak laki-laki maupun perempuan.

2.3 Keterkaitan Antara Kebutuhan Pokok Masyarakat dan Pranata Sosoial


Keterkaitan antara kebutuhan pokok kehidupan dengan pranata sosial yaitu sebenarnya
kebutuhan hidup setiap orang di masyarakat ttidak terbatas. Sedangkan alat pemenuh kebutuhan
hidup terbatas sehingga pranata sosial berguna sebagai pengatur untuk mencapai keseimbangan
dalam kehidupan. Dengan adanya keseimbangan dan keteraturan dalam kehidupan ini akan
membuat kenyamanan di dalam masyarakat.

Kesimpulan
Pranata sosial dan lembaga sosial dibedakan sebagai wadah dan isi. Kita sebagai
masyarakat hidup di lingkungan sosial yang mau tidak mau harus mengikuti apa saja yang harus
dilakukan termasuk di masyarakat. Oleh karena itu apa saja yang dibutuhkan untuk hidup
bermasyarakat dapat dikatakan kebutuhan pokok dalam bermasyarakat. Kebutuhan-kebutuhan itu
dapat berupa kebutuhan ekonomi, sosial, agama dan kekeluargan. Kaitannya dengan pranata sosial
yaitu sebagai pengatur kebutuhan manusia yang tidak terbatas dengan alat pemenuhan kebutuhan
yang terbatas agar mencapai keteraturan dengan adanya aturan aturan. Dalam kehidupan
bermasyarat yang dibatasi oleh aturan sebenarnya bertujuan untuk mengatur tingkah laku dan
untuk menjamin kenyamanan dalam berkehidupan di masyarakat.

- Kelompok 2 : CIRI-CIRI DAN TIPE PRANATA SOSIAL -


2.1 Definisi Pranata Sosial

Menurut Koentjaraningrat pranata sosial adalah suatu sistem tata kelakuan dan hubungan
yang berpusat pada aktivitas-aktivitas untuk memenuhi kompleks-kompleks kebutuhan khusus
dalam kehidupan masyaarakat. Menurut Robert Melver dan C.H. Page, mengartikanpranata sosial
adalah lembaga sosial sebagai proedur atau tata cara yang telah diciptakan untukmengatur
hubungan antar manusia yang tergabung dalam suatu kelompok masyarakat.Pranata sosial adalah
lembaga sosial yang merupakan perbuatan, cita-cita, sikap, dan perlengkapan kebudayaan yang
mempunyai sikap kekal serta yang bertujuan untuk memenuhi kebutuhan-kebutuhan masyarakat.

Dari beberapa pengertian pranata sosial yang dikemukakan beberapa tokoh sosiologi dan
antropologi tersebut, maka pranata sosial berkaitan dengan:

1. Seperangkat norma yang saling berkaitan, bergantung, dan saling mempengaruhi;


2. Seperangkat norma yang dapat dibentuk, diubah, dan dipertahankan sesuai dengan
kebutuhan hidup;
3. Seperangkat norma yang mengatur hubungan antar warga masyarakat agar dapat berjalan
dengan tertib dan teratur.
4. Fungsi pranata sosial atau lembaga sosial adalah agar ada keteraturan dan integrasi di
dalam masyarakat

2.2 Ciri-ciri Pranata Sosial

Berdasarkan pengertian pranata sosial tersebut, maka pranata sosial merupakan pedoman
bagi warga masyarakat dalam melakukan aktivitasnya sebagai mahluk sosial.Keberadaan pranata
sosial dalam masyarakat berbeda dengan lembaga atau organisasi sosial lainnya. Untuk
membedakannya, maka secara umum terdapat lima ciri pranata sosial, yaitu:

1. Adanya tujuan, dapat digunakan dalam jangka waktu yang relatif lama, tertulis atau tidak
tertulis,
2. Diambil dari nilai-nilai dan adat istiadat yang berlaku di masyarakat,
3. Adanya prasarana pendukung, seperti bangunan dan lambang tertentu.
4. Di dalam pranata sosial akan ditemukan unsur budaya dan unsur struktural, yaitu berupa
norma dan peranan sosial.
5. Pranata sosial dapat dikatakan sebagai suatu adat kebiasaan dalam kehidupan bersama yang
mempunyai saksi yang disistematisasikan dan dibentuk oleh kewibawaan masyarakat.

Menurut Gillin dan Gillin dalam General Features Of Social Institutions, mengemukakan
enam ciri pranata sosial , yaitu:

1. Suatu lembaga kemasyarakatan adalah organisasi pola-pola pemikiran dan pola-pola


perilaku yang terwujud melalui aktivitas-aktivitas kemasyarakatan dan hasil-hasilnya.
Lembaga kemasyarakatan terdiri dari adat istiadat, tata kelakuan, kebiasaan serta unsur-
unsur kebudayaan lainnya yang secara langsung maupun tidak langsung tergabung dalam
satu unit yang fungsional.
2. Suatu tingkat kekekalan tertentu merupakan ciri dari semua lembaga kemasyarakatan.
Sistem-sistem kepercayaan dan aneka macam tindakan, baru akan menjadi bagian lembaga
kemasyarakatan setelah melewati waktu yang relatif lama. Misalnya, suatu sistem
pendidikan tertentu baru akan dapat diterapkan seluruhnya setelah mengalami suatu masa
percobaan. Lembaga-lembaga kemasyarakatan biasanya juga berumur lama, karena pada
umumnya orang menganggapnya sebagai himpunan norma-norma yang berkisar pada
kebutuhan pokok masyarakat yang sudah sewajarnya harus dipelihara.
3. Lembaga kemasyarakatan mempunyai satu atau beberapa tujuan tertentu. Mungkin tujuan-
tujuan tersebut tidak sesuai atau sejalan dengan fungsi lembaga yang bersangkutan, apabila
dipandang dari sudut kebudayaan secara keseluruhan. Perbedaan antara tujuan dan fungsi
sangat penting oleh karena tujuan suatu lembaga adalah tujuan pula bagi golongan
masyarakat tertentu dan golongan masyarakat bersangkutan pasti akan berpegang teguh
padanya. Sebaliknya, fungsi sosial lembaga tersebut, yaitu peranan lembaga tadi dalam
sistem sosial dan kebudayaan masyarakat, mungkin tidak diketahui atau disadari golongan
masyarakat tersebut. Mungkin fungsi tersebut baru disadari setelah diwujudkan dan
kemudian ternyata berbeda dengan tujuannya. Umpamanya lembaga perbudakan ternyata
bertujuan untuk mendapatkan tenaga buruh semurah-murahnya, tetapi di dalam
pelaksanaan ternyata sangat mahal.
4. Lembaga kemasyarakatan mempunyai alat-alat perlengkapan yang dipergunakan untuk
mencapai tujuan lembaga bersangkutan seperti bangunan, peralatan, mesin dan lain
sebagainya. Bentuk serta penggunaan alat-alat tersebut biasanya berlainan antara satu
masyarakat dengan masyarakat lain. Misalnya, gergaji Jepang dibuat sedemikian rupa
sehingga alat tersebut akan memotong apabila ditarik. Sebaliknya gergaji Indonesia baru
memotong apabila didorong.
5. Lambang-lambang biasanya juga merupakan ciri khas dari lembaga kemasyarakatan.
Lambang-lambang tersebut secara simbolis menggambarkan tujuan dan fungsi lembaga
yang bersangkutan. Sebagai contoh, kesatuan-kesatuan angkatan bersenjata masing-
masing mempunyai panji-panji. Perguruan-perguruan tinggi masing-masing mempunyai
lambang-lambangnya dan lain-lain. Kadang-kadang lambang-lambang tersebut berbentuk
tulisan-tulisan atau slogan-slogan.
6. Suatu lembaga kemasyarakatan mempunyai tradisi tertulis ataupun tidak tertulis yang
merumuskan tujuannya, tata tertib yang berlaku, dan lain-lain. Tradisi tersebut merupakan
dasar bagi lembaga itu di dalam pekerjaannya memenuhi kebutuhan-kebutuhan pokok
masyarakat, di mana lembaga kemasyarakatan tersebut menjadi bagiannya.

2.3 Tipe-tipe Pranata Sosial

1. Berdasarkan perkembangannya, pranata sosial dapat dibedakan menjadi:

 Crescive institution adalah pranata sosial yang secara tidak sengaja tumbuh dari kebiasaan
masyarakat. Misalnya: tata cara perkawinan, norma-norma, dan berbagai upacara adat.
 Enacted institution adalah pranata sosial yang sengaja dibentuk untuk memenuhi
kebutuhan tertentu. Misalnya: lembaga pendidikan, lembaga kesehatan, lembaga
keuangan.

2. Berdasarkan sistem nilai/kepentingan yang diterima masyarakat :

 Basic institution adalah pranata sosial yang dianggap penting dalam upya pengawasan
terhadap tata tertib di masyarakat. Misalnya, keluarga, sekolah, dan negara.
 Subsidiary institution adalah pranata yang dianggap kurang penting. Misalnya tempat-
tempat hiburan atau rekreasi.

3. Berdasarkan penerimaan masyarakat, pranata dibedakan menjadi:

 Approved institution adalah bentuk pranata yang diterima secara umum oleh masyaraka.
Misalnya lembaga pendidikan, lembaga peradilan, dan lain-lain.
 Unsanctioned institution adalah bentuk pranata sosial yang secara umum ditolak oleh
masyarakat. Misalnya berbagai perilaku penyimpangan, seperti merampok, memeras,
pusat-pusat perjudian, prostitusi, dan lain-lain.

4. Berdasarkan faktor penyebarannya.

 General institution adalah bentuk pranata sosial yang diketahui dan dipahami masyarakat
secara umum. Misalnya keberadaan agama dalam kehidupan.
 Restricted institution adalah bentuk pranata sosial yang hanya dipahami oleh anggota
kelompok tertentu. Misalnya pelaksanaan ajaran agama Islam, Kristen, Katolik, Hindu,
Buddha, Kong Hu Cu, atau berbagai aliran kepercayaan lainnya.
5. Berdasarkan fungsinya, pranata sosial dapat dibedakan menjadi 2 juga, yaitu:

 Cooperative institution adalah bentuk pranata sosial yang berupa kesatuan pola dan tata
cara tertentu. Misalnya pranata perdagangan dan pranata industri.
 Regulative institution adalah bentuk pranata sosial yang bertujuan mengatur atau
mengawasi pelaksanaan nilai-nilai atau norma-norma yang berkembang di masyarakat.
Misalnya pranata hukum, seperti kepolisian, kejaksaan, dan pengadilan. (sumber: LKS IPS
untuk SMP/MTs Kelas VIII Semester II. CV. Teguh Karya).

3.1 Kesimpulan

Pranata sosial merupakan pedoman bagi warga masyarakat dalam melakukan aktivitasnya
sebagai mahluk sosial. Menurut Gillin dan Gillin terdapat 6 (enam) ciri umum pranata sosial yaitu
merupakan pola-pola pemikiran dan pola-pola perilaku, memiliki tingkat kekekalan tertentu,
memiliki satu atau beberapa tujuan, memiliki alat-alat perlengkapan untuk mencapai tujuan,
memiliki ciri khas berupa lambing-lambang atau symbol-simbol, dan memiliki tradisi yang tertulis
maupun tidak tertulis.

- Kelompok 3 : ??? -
1.1 Ruang Lingkup Tumbuh Kembangnya Pranata Sosial

1. Norma Sosial
Agar hubungan antarmanusia di dalam suatu masyarakat terlaksana sebagaimana yang
diharapkan maka diperlukanlah norma. Mula-mula norma dibentuk dengan tidak sengaja oleh
masyarakat. Namun lama-kelamaan dalam perkembangannya mulai dibuat secara sadar. Norma-
norma yang ada di dalam masyarakat mempunyai kekuatan mengikat yang berbeda-beda. Untuk
dapat membedakan kekuatan mengikat norma-norma tersebut, secara sosiologis dikenal adanya
empat pengertian, yaitu :

a. cara (usage), menunjuk pada suatu bentuk perbuatan. Norma ini agak lemah jika dibandingkan
dengan kebiasaan, lebih menonjolkan kepada bentuk hubungan individu dalam masyarakat. Suatu
penyimpangan dalam norma ini tidak akan mengakibatkan hukuman yang berat.

b. kebiasaan (folkways), menunjuk kepada suatu perbuatan yang diulang-ulang dalam bentuk yang
sama. Mempunyai kekuata mengikat yang lebih besar daripada cara.
c. tata kelakuan (mores), mencerminkan sifat-sifat yang hidup dari kelompok manusia yang
dilaksanakan sebagai alat pengawas oleh masyarakat terhadap anggotanya.

d. adat istiadat (custom), suatu tata kelakuan yang kekal dan kuat integrasinya dengan pola-pola
perilaku masyarakat. Bagi anggota yang melanggar maka dapat dikenakan sanksi yang berat.

Dalam rangka pembentukannya sebagai pranata sosial, norma tersebut mengalami beberapa
proses, yaitu :

a. Proses pelembagaan atau institutionalization, yaitu suatu proses yang dilewati oleh suatu norma
kemasyarakatan yang baru untuk menjadi bagian dari suatu lembaga kemasyarakatan sehingga
norma itu bisa dikenal, diakui, dihargai dan kemudian ditaati dalam kehidupan sehari-hari.

b. Norma-norma yang terinternalisasi atau internalized, artinya bahwa proses norma-norma


kemasyarakatan tidak hanya berhenti sampai institutionalization saja akan tetapi mungkin norma
tersebut mendarah daging dalam jiwa anggota masyarakat

2. Lembaga Sosial
Secara sosiologis, istilah lembaga dapat diartikan sebagai suatu format yang terstruktur dan
mapan. Dalam pengertian ini lembaga sebagai suatu jaringan sarana hidup berisi peranan yang
menjalankan fungsi masyarakat secara terus-menerus dan berulang-ulang. Secara umum lembaga
lahir dari cara-cara berbuat (usage) menjadi kebiasaan (folkways), lalu kebiasaan tumbuh menjadi
tata kelakuan (mores) dan apabila tata kelakuan ini bertambah matang, disertai adanya aturan dan
pengenaan sanksi yang relatif berat terhadap pelanggar aturan tersebut, maka telah terbentuk apa
yang disebut sebagai adat istiadat.

Leopold von Wiese dan Howard Becker mengartikan lembaga sebagai suatu jaringan dari
proses-proses hubungan antar manusia dan antar kelompok manusia yang berfungsi untuk
memelihara hubungan-hubungan tersebut, serta pola-polanya sesuai dengan kepentingan-
kepentingan manusia dan kelompoknya. Dengan demikian lembaga dalam pengertian hubungan
sosial dapat diartikan sebagai suatu jaringan proses hubungan antar manusia dalam kehidupan
masyarakat, dimana dalam proses tersebut terdapat suatu pola perilaku yang disepakati bersama
sebagai patokan agar stabilitas kerjasama upaya mencapai tujuannya dapat terpelihara.
Soedjito Sosrodigardjo, memberikan dua macam pengertian lembaga sosial yaitu : Pertama,
lembaga sosial merupakan pelaksana pranata-pranata yang mengatur hubungan antar manusia di
dalam hidup bermasyarakat dan berkisar sekitar kepentingan-kepentingan tertentu. Kedua,
lembaga sosial diartikan sebagai wadah untuk memberikan kekuatan pada pranata-pranata sosial.

3. Organisasi Sosial
Di dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, kata organisasi diartikan sebagai kesatuan atau
susunan yang terdiri dari bagian-bagian (struktur atau orang) dalam perkumpulan dan sebagainya
untuk tujuan tertentu. Organisasi dapat pula diartikan sebagai kelompok kerja sama di antara
orang-orang yang diadakan untuk mencapai tujuan bersama.

Organisasi sosial mencakup pranata-pranata yang menentukan kedudukan seseorang di dalam


masyarakat dengan tujuan tidak lain adalah untuk mewujudkan ketertiban dalam kehdupan. Tanpa
pranata-pranata sosial yang menyediakan mekanisme untuk mengatur perilaku, maka integrasi
antar perorangan untuk membentuk organisasi tidak akan terjadi.

3.1 Kesimpulan

Pranata merupakan sistem norma yang menata serangkaian tindakan berpola guna memenuhi
suatu keperluan yang khusus dalam kehidupan masyarakat. Pranata dibentuk, dipertahankan, dan
diubah oleh manusia karena pranata juga mampu mempengaruhi cara berfikir dan bertindak.

Adapun ruang lingkup yang terdapat dalam pranata sosial yaitu norma sosial, lembaga sosial,
dan organisasi sosial. Ketiga ruang lingkup tersebut memiliki fungsi yang berbeda namun
semuanya menunjang keberlangsungan adanya pranata sosial.

- Kelompok 4 : PROSES PERTUMBUHAN PRANATA SOSIAL -


7. Pengertian Pranata Sosial

W.G. Sumner (Soekanto, 1984), melihat lembaga dari sudut pandang kebudayaan. Pranata sosial
adalah lembaga sosial yang merupakan perbuatan, citacita, sikap, dan perlengkapan kebudayaan
yang mempunyai sikap kekal serta yang bertujuan untuk memenuhi kebutuhan-kebutuhan
masyarakat. Sedangkan Koentjaraningrat (1980), lembaga sosial adalah suatu sistem tata
kelakuan dan hubungan yang berpusat kepada aktivitas untuk memenuhi kompleksitas kebutuhan
khusus dalam kehidupan manusia.

Dari beberapa pengertian pranata sosisal yang dikemukakan beberapa tokoh sosiologi dan
antropologi tersebut, maka lembaga sosial berkaitan dengan:

1. Seperangkat norma yang saling berkaitan, bergantung, dan saling mempengaruhi

2. Seperangkat norma yang dapat dibentuk, diubah, dan dipertahankan sesuai dengan kebutuhan
hidup

3. Seperangkat norma yang mengatur hubungan antar warga masyarakat agar dapat berjalan
dengan tertib dan teratur.

4. Fungsi pranata sosial atau lembaga sosial adalah agar ada keteraturan dan integrasi di dalam
masyarakat

Menurut Suhandi (1987), terdapat empat syarat bagi lembaga atau organisasi sosial agar
menjadi pranata sosial, yaitu:

1. Harus memiliki aturan atau norma yang hodup dalam ingatan atau yang tertulis.

2. Aktivitas-aktivitas bersama itu harus memiliki suatus sistem hubungan yang didasarkan
atasnorma-norma tertentu.

3. Aktivitas-aktivitas bersama itu harus memiliki tujuan untuk memenuhi kebutuhankebutuhan


tertentu yang disadari dan dipahami oleh kelompok masyarakat bersangkutan.

4. Harus memiliki peralatan dan perlengkapan.

Dengan demikian Pranata sosial adalah merupakan norma yang ada di masyarakat yang relatif, di
mana warga masyarakatnya memiliki fungsi masingmasing untuk mendukung pranata sosial
tersebut agar berfungsi bagi keteraturan dan integrasi sosial.

8. Proses Pertumbuhan Pranata Sosial

Proses terbentuknya norma itu sendiri berawal dari sejumlah nilai-nilai yang terinternalisasi
dalam perilaku warganya. Proses ini tentunya tidak sekali jadi,melainkan melalui proses yang
panjang dan memakan waktu lama. Norma-norma tersebut kemudian membentuk sistem norma
yang kita kenal sebagai pranata sosial. Proses sejumlah norma menjadi pranata sosial disebut
pelembagaan atau institusionalisasi. Proses ini tentu tidak sekali jadi, melainkan melalui proses
yang panjang dan memakan waktu yang lama. Maka dari itu, pranata sosial sering disebut sebagai
lembaga sosial. Pranata sosial yang terdapat di dalam setiap masyarakat tanpa memperdulikan
apakah masyarakat tersebut mempunyai taraf kebudayaan sederhana atau modern. Karena setiap
masyarakat tentu mempunyai kebutuhan-kebutuhan pokok yang apabila dikelompokkann
terhimpun menjadi lembaga kemasyarakatan.

Keberadaan pranata sosial dalam kehidupan masyarakat, bukanlah merupakan sesuatu yang
bersifat statis. Karena fungsinya untuk memenuhi kebutuhan-kebutuhan manusia yang beraneka
ragam dan selalu berubah-ubah, maka pranata sosial pun dapat mengalami perubahan sesuai
dengan fungsinya tersebut. Perubahan pada pranata sosial dapat terjadi pranata sosial tertentu
sudah tidak memenuhi kebutuhan hidup masyarakat secara keseluruhan, maka pranata social
tersebut harus diubah. Proses perubahannya itu berlangsung dalam interaksi di dalam masyarakat.
Perubahan pranata sosial tidak dapat dilakukan oleh seseorang, sekalipun orang tersebut memiliki
kekuasaan. Karena itu, walaupun pranata sosial bisa berubah tetapi dalam kenyataannya sulit
dilakukan. Hal ini sangat tergantung pada beberapa hal seperti:

1. Proses internalisasi pranata sosial yang dialami sejak lahir sampai meninggal, merupakan proses
waktu yang relatif lama.

2. Adanya kontrol sosial, yang pada dasarnya merupakan suatu mekanisme dalam kehidupan
masyarakat yang dijalankan untuk menjamin agar individu mematuhi norma-norma yang berlaku.

Dalam hal ini antara internalisasi dan kontrol sosial mempunyai kaitan yang sangat erat dimana
keduanya berlangsung dalam suatu proses interaksi sosial. Sedangkan perbedaannya internalisasi
menghasilkan kepatuhan pada individu baik melalui paksaan atau rayuan berbagai pihak dalam
masyarakat.

9. Aspek atau Komponen pendukung Proses pertumbuhan Pranata Sosial


 Norma Sosial

Norma merupakan pedoman atau patokan bagi perilaku dan tindakan seseorang atau
masyarakat yang bersumber pada nilai. Sedangkan nilai adalah merupakan hal yang dianggap baik
atau buruk atau sebagai penghargaan yang diberikan masyarakat kepada segala sesuatu yang
mempunyai daya guna bagi kehidupan bersama. Dengan kata lain, norma adalah wujud konkrit
dari nilai yang merupakan pedoman, berisi suatu keharusan bagi individu atau masyarakat, dapat
juga norma dikatakan sebagai cara untuk melakukan tindakan dan perilaku yang dibenarkan untuk
mewujudkan nilai-nilai. Untuk melaksanakan nilai, diperlukan norma sebagai pedoman
berperilaku, baik berupa suatu keharusan, anjuran maupun larangan. Dengan kata lain, norma
sosial ialah ukuran sosial yang menentukan apa yang harus dilakukan, apa yang harus dimiliki,
dipercayai, dan dikehendaki oleh seseorang sebagai anggota suatu masyarakat. Norma merupakan
perwujudan dari nilai-nilai yang dianut oleh masyarakat. Bila nilai adalah sesuatu yang baik,
diinginkan dan dicita-citakan oleh masyarakat, maka norma merupakan aturan bertindak atau
berbuat yang dibenarkan untuk mewujudkan cita-cita tersebut.

Norma dianggap positif apabila dianjurkan atau diwajibkan oleh lingkungan sosialnya.
Sedangkan norma dianggap negatif, apabila tindakan atau perilaku seseorang dilarang dalam
lingkungan sosialnya. Karena norma sosial sebagai ukuran untuk berprilaku, maka diperlukan
adanya sanksi bagi individu yang melanggar norma. Seseorang diberikan sanksi dikarenakan
seseorang yang melanggar norma harus diberikan penyadaran bahwa perbuatannya tersebut tidak
sesuai dengan aturan.

Norma merupakan patokan berperilaku agar terjadi keteraturan di masyarakat. Norma


muncul dan tumbuh dari proses kemasyarakatan, sebagai hasil dari proses bermasyarakat. Pada
mulanya, norma-norma yang terdapat dalam masyarakat terbentuk secara tidak sengaja. Namun,
lama-kelamaan norma tersebut dibuat secara sadar. Unsur pokok norma sosial adalah tekanan
sosial terhadap setiap anggota masyarakat untuk menjalankan norma. Apabila di masyarakat
terdapat suatu aturan, tetapi tidak dikuatkan oleh desakan sosial, maka aturan tersebut tidak dapat
dikatakan sebagai norma sosial. Karena itu aturan dapat dikatakan sebagai norma sosial apabila
mendapat sifat kemasyarakatannya yang dijadikan patokan dalam tindakan atau perilaku.
Masyarakat memiliki dua arti norma, yaitu: norma budaya sebagai aturan terhadap perilaku
individu atau kelompok yang diharapkan oleh masyarakat; dan norma statis suatu ukuran perilaku
yang sebenarnya berlaku di masyarakat, baik yang disetujui atau tidak.

Norma sosial kekuatan mengikat yang berbeda-beda. Ada norma yang lemah dan kuat
kekuatan mengikatnya. Berdasarkan kekuatannya tersebut, terdapat empat jenis norma, yaitu:
1. Cara (usage), penyimpangan terhadap cara tidak akan mendapat hukuman yang berat, tetapi
hanya celaan. Contohnya orang yang makna dengan bersuara, cara makan tanpa sendok dan garpu.

2. Kebiasaan (folkways), perbuatan yang diulang-ulang sehingga menjadi kebiasaan. Kebiasaan


mempunyai kekuatan mengikat yang lebih besar dibandingkan dengan cara. Bila tidak dilakukan
dapat dianggap menyimpang dari kebiasaan umum dalam masyarakat. Contohnya, memberi
hormat kepada orang lain yang lebih tua, mendahulukan kaum wanita waktu antri. .

3. Tata kelakuan (mores), kebiasaan yang dianggap tidak hanya sebagai perilaku saja, tetapi
diterima sebagai norma-norma pengatur.

4. Adat istiadat (custom), yaitu tata kelakuan yang menyatu dengan pola-pola perilaku
masyarakat dan memiliki kekuatan mengikat yang lebih besar, sehingga apabila dilanggar maka
mendapat sanksi dari masyarakat.

Walaupun kekuatan norma bersifat mengikat dan memaksa akan tetapi pengetahuan dan keadaan
yang baru dapat menyebabkan perkembangan norma sosial. Karena itu, norma sosial bukan
sesuatu ketentuan yang tetap tetapi berubah dari waktu ke waktu.

Dalam masyarakat dikenal tiga norma yang mengatur pola perilaku setiap individu, yaitu:

1. Norma tidak tertulis yang dilakukan (informal) masyarakat dan telah melembaga, lambat
laun akan menjadi peraturan tertulis. walaupun sifatnya tidak baku tetapi tergantung pada
kebutuhan di masyarakat, hal ini dapat juga merupakan gabungan dari folk-sway dan mores,
seperti pembentukan keluarga, cara membesarkan anak. Dari lembaga sosial terkecil sampai
masyarakat, akan mengenal norma perilaku, nilai cita-cita dan sistem hubungan sosial. Karena itu
suatu lembaga akan mencakup:

a. seperangkat pola perilaku yang telah distandarisasi dengan baik

b. serangkaian tata kelakuan, sikap dan nilai-nilai yang mendukung; dan c. sebentuk tradisi, ritual,
upacara simbolik dan pakaian adat serta perlengkapan yang lain.

2. Norma tertulis (formal), biasanya dalam bentuk peraturan atau hukum yang telah dibakukan
dan berlaku di masyarakat.
a. Norma ini umumnya berhubungan dengan kepentingan dan ketentraman warga masyarakat
banyak, seperti mengganggu gadis yang lewat, bergerombol di gang.

b. Norma ini bertujuan mengatur dan menegakkan kehidupan masyarakat, agar merasa tentram
dan aman dari segala gangguan yang dapat meresahkannya. Norma ini disebut juga peraturan atau
hukum. Seseorang yang melanggar peraturan yang telah ditetapkan dan disetujui masyarakat,
maka orang yang bersangkutan akan dikenakan sanksi.

3. Tindakan atau perbuatan yang dilakukan individu atau sekelompok masyarakat berupa
iseng atau meniru tindakan orang lain. Norma ini akan mengaturnya sepanjang perbuatan
tersebut tidak menyimpang dari norma masyarakat yang berlaku. Contoh: Individu meniru pakaian
atau penampilan anggota kelompok musik tertentu, sebagai idolanya; Potongan rambut gondrong
atau dikucir, dll, yang sifatnya berupa mode atau fashion yang setiap waktu senantiasa mengalami
perubahan.

Terdapat lima norma yang umumnya berlaku dalam kehidupan masyarakat, yaitu:

1. Norma Kesopanan/etika. Adalah norma yang berpangkal pada aturan tingkah laku yang diakui
di masyarakat, seperti cara berpakaian, cara bersikap dan berbicara dalam bergaul. Norma ini
bersifat relatif, berarti terdapat perbedaan yang disesuaikan dengan tempat, lingkungan, dan waktu.
Dengan kata lain, norma ini merupakan suatu aturan yang mengatur agar masyarakat berperilaku
dengan sopan. Jika terjadi pelanggaran pada norma etika, maka tentu saja akan mendapat sanksi
berupa teguran atau hukuman.

2. Norma Kesusilaan. Norma ini mengatur bagaimana seseorang dapat berperilaku secara baik
dengan pertimbangan moral atau didasarkan pada hati nurani atau ahlak manusia. Norma ini
bersifat universal, dimana setiap orang di seluruh dunia mengakui dan menganut norma ini. Akan
tetapi, bentuk dan perwujudannya mungkin berbeda. Contoh: tindakan perkosaan tentu ditolak
oleh masyarakat di manapun.

3. Norma Agama. Didasarkan pada ajaran atau akidah suatu agama. Norma ini menuntut ketaatan
mutlak setiap penganutnya. Dalam agama terdapat perintah dan larangan yang harus dijalankan
para pemeluknya. Apabila seseorang melanggar perintah Tuhannya, maka ia akan mendapat dosa.
Demikian sebaliknya, apabila ia melaksanakan perintah-Nya, maka ia akan mendapatkan pahala
sebagai ganjarannya. Karena agama didasarkan pada suatu keyakinan, maka bagi masyarakat yang
agamis norma ini akan sangat efektif untuk mengatur kehidupan dalam masyarakat.

4. Norma Hukum. Norma ini merupakan jenis norma yang paling jelas dan kuat ikatannya karena
merupakan norma yang baku. Didasarkan pada perintah dan larangan yang mengatur tata tertib
dalam suatu masyarakat dengan ketentuan yang sah dan terdapat penegak hukum sebagai pihak
yang berwenang menjatuhkan sanksi. Contoh: seorang terdakwa yang melakukan pembunuhan
terencana divonis oleh hakim dengan dikenakan hukuman minimal 15 tahun.

5. Norma Kebiasaan. Didasarkan pada hasil perbuatan yang dilakukan berulangulang dalam
bentuk yang sama sehingga menjadi suatu kebiasaan. Contoh: Mudik di hari raya.

Pada dasarnya, setiap anggota masyarakat mengetahui, mengerti, menghargai, dan


menginginkan keberadaan norma yang mengatur pola perilaku dalam masyarakat demi terciptanya
kehidupan yang tertib dan aman. Namun, dalam pelaksanaannya selalu ada penyimpangan. Karena
itu, norma harus selalu disosialisasikan, sehingga tumbuh kesadaran bersama dari seluruh anggota
masyarakat untuk menaati norma tersebut. Sehingga norma-norma tersebut harus melembaga
(institutionalized) yang terbagi menjadi beberapa kriteria yaitu :

1. Diketahui. Gejala awal dari suatu aturan sosial yang telah melembaga adalah apabila norma-
norma tersebut telah diketahui oleh setiap anggota masyarakat, namun taraf pelembagaannya
masih lemah. Contoh: seorang murid tentu akan mengetahui tata tertib di sekolah.

2. Dipahami. Taraf pelembagaan akan meningkat apabila setiap anggota masyarakat memahami
fungsi dari suatu lembaga sosial. Contohnya: setiap anggota masyarakat memahami bahwa sekolah
bukan hanya sebagai lembaga sosial yang memuat peraturan dan tata tertib yang harus ditaati oleh
seluruh siswa. Sebagai perwujudan lembaga pendidikan, sekolah juga harus memberikan
pelayanan yang optimal kepada seluruh masyarakat.

3. Ditaati. Menaati norma dalam bentuk sikap dan prilaku yang selaras aturanaturan sosial
merupakan indikasi bahwa taraf pelembagaan suatu norma berkembang pada taraf yang lebih
tinggi. Norma sosial senantiasa dijadikan sebagai pedoman dalam melaksanakan berbagai aktivitas
kehidupan.
4. Dihargai. Pelembagaan suatu norma dikategorikan mencapai taraf sempurna, apabila norma
sosial telah telah tertanam dalam diri setiap anggota masyarakat. Dengan kata lain, setiap anggota
masyarakat selalu berkeinginan untuk bersikap dan bertindak sesuai dengan norma yang berlaku,
serta berupaya agar norma tersebut senantiasa hidup di dalam masyarakat. Contoh: Pancasila
sebagai falsafah hidup bangsa dan negara bagi rakyat Indonesia.

Proses pelembagaan (institutionalized) sebenarnya tidak berhenti demikian saja, akan


tetapi dapat berlangsung menjadi internalized.dalam masyarakat. Maksudnya adalah suatu taraf
perkembangan dimana para anggota masyarakat dengan sendirinya ingin berperilaku sejalan
dengan perilaku yang memang sebenarnya memenuhi kebutuhan masyarakat. Dengan kata lain,
norma-sorma sosial telah terinternalisasi dalam setaip anggota masyarakat.

 Sistem Pengendalian Sosial (Social control)

Pengendalian sosial memiliki arti yang lebih luas yang mencakup pengertian segala proses,
baik yang direncanakan atau tidak, bersifat mendidik, mengajak atau bahkan memaksa warga
masyarakat agar mematuhi kaidah-kaidah dan nilai sosial yang berlaku. Pengendalian sosial dapat
dilakukan oleh individu terhadap individu lainnya, dilakukan oleh individu terhadap suatu
kelompok, dilakukan oleh suatu kelompok terhadap kelompok lainnya. Pengendalian sosial
bertujuan untuk mencapai keserasian antara stabilitas dengan perubahan-perubahan yang terjadi
dalam masyarakat atau untuk mencapai suatu keadaan damai melalui keserasian antara kepastian
dengan keadilan/keseimbangan.

Berdasarkan sifatnya, pengendalian sosial bersifat preventif dan represif, atau bahkan
kedua-duanya. Prevensi merupakan suatu usaha pencegahan terhadap terjadinya gangguan pada
keserasian. Sedangkan represif bertujuan untuk mengembalikan keserasian yang pernah
mengalami gangguan. Usaha-usaha preventif misalnya melalui proses sosialisasi, pendidikan
formal maupun non formal. Sedangkan represif berwujud penjatuhan sanksi terhadap para warga
masyarakat yang melanggar atau menyimpang dari kaidah-kaidah yang berlaku. Suatu proses
kontrol sosial dapat dilaksanakan dengan cara tanpa kekerasan (persuasive) atau dengan paksaan
(coersive). Selain kedua cara tersebut, dikenal pula teknik-teknik compulsion dan pervasion.
Compulsion dilaksanakan dengan menciptakan situasi sedemikian rupa, sehingga seseorang
terpaksa taat atau mengubah sikapnya, yang menghasilkan kepatuhan secara tidak langsung.
Sedangkan pada pervasion norma yang ada di ulang-ulang penyampaiannya dengan harapan
bahwa hal tersebut masuk dalam aspek bawah sadar seseorang. Dengan demikian orang tersebut
akan mengubah sikapnya, sehingga serasi dengan hal-hal yang diulang - ulang penyampaiannya
itu.

Pendidikan, baik di sekolah maupun di luar sekolah, merupakan salah satu alat
pengendalian sosial yang telah melembaga baik pada masyarakat bersahaja maupun yang sudah
kompleks. Hukum di dalam arti luas juga merupakan alat pengendalian sosial yang biasanya
dianggap paling ampuh, karena lazimnya disertai sanksi tegas yang berwujud penderitaan dan
dianggap sebagai sarana formal.

10. Fungsi atau Pengaruh Pranata Sosial dalam kehidupan masyarakat

Pranata Sosial (Woolcock, 2013 : 24) dapat mengurangi atau melegitimasi kekerasan yang meluas,
kehancuran, pengucilan, dan kesengsaraan. Pranata sosial juga bertujuan untuk memenuhi
kebutuhan-kebutuhan pokok manusia, pada dasarnya mempunyai beberapa fungsi sebagai berikut:

1. Memberikan pedoman pada anggota masyarakat, bagaimana mereka harus bertingkah laku atau
bersikap di dalam menghadapi masalah-masalah dalam masyarakat, terutama yang menyangkut
kebutuhan-kebutuhan.

2. Menjaga keutuhan masyarakat

3. Memberikan pegangan kepada masyarakat untuk mengadakan sistem pengendalian social


(social control). Artinya, sistem pengawasan masyarakat terhadap tingkah laku anggota-
anggotanya.

Fungsi-fungsinya di atas menyatakan bahwa betapa pentingnya keberadaan pranata sosial


bagi masyarakat dan kebudayaannya. Dengan demikian, apabila Anda hendak mempelajari
kebudayaan dan masyarakat tertentu, maka harus pula diperhatikan secara teliti Lembaga -
lembaga kemasyarakatan di masyarakat yang bersangkutan.

Kesimpulan

Norma dan kontrol sosial adalah dua aspek penting dalam proses pertumbuhan pranata sosial. Nilai
sosial bersifat abstrak yang merupakan ukuran baik dan benar dalam masyarakat. Norma sosial
adalah pedoman berperilaku bagi masyarakat yang bersumber dari nilai sosial. Norma sosial
memiliki kekuatan yang berbeda yang terdiri atas: cara, kebiasaan, tata kelakuan, dan adat istiadat.
Norma sosial terdiri atas norma tidak tertulis dan norma tertulis. Tindakan. Keberadaan norma
harus dilembagakan (instituonalized) agar dapat diterapkan dalam kehidupan masyarakat.
Pelembagaan norma sosial merupakan suatu proses yaitu: dikatahui, dipahami, ditaati, dan
dihargai oleh warga masyarakat. Norma sosial yang terdapat pada masyarakat adalah: norma
kesopnaan, norma kesusilaan, norma hukum, norma agaman, dan norma kebiasaan. Tujuan kontrol
sosial adalah untuk tercapainya keserasian dan kedamaian dalam kehidupan masyarakat.

- Kelompok 5 : PROSES PERTUMBUHAN PRANATA SOSIAL-

2.1 Definisi Norma Sosial


Kata norma berasal dari bahasa Belanda norm, yang berarti pokok kaidah, patokan, atau
pedoman. Menurut KBBI (Kamus Besar Bahasa Indonesia), norma adalah aturan atau
ketentuan yang mengikat warga kelompok dalam masyarakat, dipakai sebagai panduan,
tatanan, dan pengendali tingkah laku yang sesuai dan diterima.

Pengertian menurut para ahli :

a. Robert M.Z Lawang


Norma adalah acuan tingkah laku dalam suatu kelompok tertentu.
b. Soerjono Soekanto
Norma adalah seperangkat aturan agar hubungan di dalam suatu masyarakat terlaksana
sebagaimana yang diharapkan.
c. Bellebaum
Norma adalah alat untuk mengatur orang bertingkah laku dalam suatu komunitas
berdasarkan keyakinan dan sikap-sikap terntentu.

Jadi, berdasarkan definisi dari para ahli di atas dapat disimpulkan bahwa norma adalah
ketentuan yang mengatur tingkah laku manusia dalam kehidupan bermasyarakat.

2.2 Proses pelembagaan


Lembaga kemasyarakatan (social institution) adalah suatu jaringan proses-proses
hubungan antar manusia dan antar kelompok manusia yang berfungsi untuk memelihara
hubungan-hubungan tersebut serta pola-polanya, sesuai dengan kepentingan-kepentingan
manusia dan kelompoknya.
Lembaga kemasyarakatan yang bertujuan untuk memenuhi kebutuhan pokok manusia itu
pada dasarnya mempunyai beberapa fungsi, yaitu :
a. Memberikan pedoman pada anggota masyarakat tentang bagaimana seharusnyamereka
bertingkah-laku atau bersikap di dalam menghadapi masalah-masalah dalam
masyarakatnya, terutama yang menyangkut berbagai kebutuhan.
b. Menjaga keutuhan masyarakat
c. Memberikan pegangan kepada masyarakat untuk mengadakan sistem
pengendaliansosial (social control); artinya sistem pengawasan masyarakat terhadap
tingkah-laku anggota-anggotanya.

Proses pelembagaan yaitu suatu proses yang dilewati oleh suatu norma yang baru untuk
menjadi bagian dari salah satu lembaga kemasyarakatan. Yang dimaksud ialah, sampai norma
tersebut dikenal, diakui, dihargai, dan kemudian ditaati dalam kehidupan sehari-hari oleh
masyarakat.

2.3 Proses Pelembagaan Norma Sosial di Masyarakat


Norma-norma sosial setelah mengalami suatu proses, pada akhirnya akan menjadi bagian
tertentu dari lembaga kemasyarakatan. Proses tersebut dinamakan proses pelembagaan, yaitu
suatu

Proses pelembagaan erat hubungannya dengan lembaga sosial, karena pada hakikatnya
suatu lembaga sosial mencakup himpunan norma-norma dari segala tingkatan yang berkisar
pada kebutuhan pokok manusia. Proses pelembagaan yaitu suatu proses yang dilewati oleh
suatu norma kemasyarakatan yang baru unutk menjadi bagian dari salah satu lembaga
kemasyarakatan; dalam arti bahwa norma kemasyarakatan itu dikenal, diakui, ditaati, dan
kemudian dihargai dalam kehidupan sehari-hari. Suatu norma akan terlembaga
(institusionalized) dalam suatu sistem sosial tertentu (menurut H.M. Johnson (Sunarto, 2004))
apabila paling sedikit memenuhi tiga syarat, yaitu :

a. Bagian terbesar dari warga suatu sistem sosial menerima norma-norma tersebut.
b. Norma-norma tersebut telah menjiwai bagian terbesar warga-warga sistem sosial
tersebut.
c. Norma tersebut bersanksi

Dalam proses pelembagaan norma-norma sebagai suatu peraturan berperilaku, terkadang


ada unsur pemaksaan, namun bukan pemaksaan yang bersifat hukum formal melainkan bersifat
sosial, yaitu pemaksaan yang datang dari tekanan masyarakat terhadap anggota-anggotanya.
Pola pemaksaan masyarakat ini berlaku atas dasar pertimbangan-pertimbangan tentang
aktivitas yang menyangkut kepentingan bersama, termasuk upaya peningkatan gotong royong,
atau kegiatan-kegiatan yang menyangkut kebutuhan-kebutuhan pokok masyarakat.
Proses pelembagaan dalam kehidupan masyarakat bersifat kontinuitas dan tidak hanya
berhenti berlaku sebagai pedoman bertindak dan tak bebas kontrol, melainkan sampai pada titik
keberlakuan yang benar-benar sebagai bagian kepentingan pribadi yang tak perlu tekanan
masyarakat. Kondisi lembaga sosial ini, berproses tidak hanya sekedar melembaga dalam
kehidupan bermasyarakat, akan tetapi para anggota masyarakat sadar dengan sendirinya dan
menghendaki untuk berperilaku sesuai dengan kepentingan masyarakat (institutionalized),
karena dengan demikian kepentingan dan kepuasan pribadi sekaligus terpenuhi. Jadi, norma-
norma dalam lembaga sosial yang bersangkutan telah menjadi suatu kepentingan yang merasuk
sebagai suatu kepribadian, jati diri, atau telah mendarah daging (internalized) dalam prinsip
hidupnya.
Proses pelembagaan suatu norma sosial menjadi lembaga sosial pada umumnya melalui
empat tahapan yaitu:
a. Diketahui
Norma-norma tertentu sudah mulai melembaga apabila diketahui, namun taraf
pelembagaannya masih rendah. Norma sosial diketahui oleh sebagian besar anggota
masyarakat setempat, artinya mereka telah tahu bahwa norma sosial tersebut
merupakan pedoman untuk bersikap dan bertingkah laku bagi manusia.
Misalnya, apaabila seorang pasien sudah mengetahui mengenai norma-norma yang
merupakan patokan perilaku di dalam hubungannya dengan seorang dokter, maka
norma tersebut sudah mulai melembaga pada taraf rendah.
b. Dipahami
Norma sosial telah dipahami oleh sebagian besar anggota masyarakat, artinya
masyarakat telah paham bahwa setiap sikap dan tingkah lakunya senantiasa diatur oleh
norma sosial yang ada. Pada tahap ini, manusia sadar sepenuhnya bahwa norma itu
adalah peraturan yang mengatur perilakunya dalam hubungannya dengan masyarakat.
Manusia semakin menyadari bahwa setiap perilaku senantiasa terikat pada norma dan
jika norma itu dilanggar, maka seseorang akan mendapatkan sanksi sosial. Kesadaran
itu kemudian berkembang menjadi suatu kepatuhan.
Misalnya, seorang pasien mengetahui bahwa di dalam hubungannya dengan seorang
dokter, dia mempunyai hak untuk dirawat sebenar-benarnya, sedangkan dokter juga
mempunyai hak utnuk mendapatkan suatu imbalan. Kalau pasien maupun dokter
mengerti aturan tersebut berarti norma tersebut telah meningkat ke arah
pelembagaannya. Dengan sendirinya, disamping mengetahui maka seharusnya
manusia juga memahami mengapa ada norma-norma tertentu yang mengatur
kehidupan bersamanya dengan orang lain. Artinya, di dalam berperilaku, manusia
terikat oleh batas-batas tertentu yang tidak boleh dilanggar. Jika dilanggar, maka orang
yang bersangkutan akan dihukum.
c. Ditaati
Apabila manusia memahami norma-norma yang mengatur kehidupan bersamanya,
maka akan timbul kecenderungan untuk menaati norma-norma tersebut. pentaatan
tersebut merupakan perkembangan selanjutnya dari proses pelembagaan norma-norma
yang bersangkutan. Pentaatan tersebut merupakan perkembangan selanjutnya dari
proses pelembagaan norma-norma yang bersangkutan. Misalnya, jika seorang pasien
harus dioperasi maka dokter harus mendapat persetujuan pasien terlebih dahulu atau
keluarga terdekatnya. Norma tersebut ditaati setelah dipahami bahwa tujuan pokok
adanya persetujuan adalah meniadakan kesalahan dokter yang harus “melakukan
kekerasan” dan “menganiaya” pasien di dalam operasi pembedahan tersebut. Apabila
norma tersebut tidak ditaati, maka dokter dapat dipersalahkan melakukan peristiwa
pidana kekerasan dan penganiayaan. Namun, apabila norma tersebut diketahui,
dipahami, dan ditaati maka tidak mustahil bahwa norma tersebut kemudian dihargai.
d. Dihargai
Apabila norma tersebut diketahui, dipahami, dan ditaati maka tidak mustahil bahwa
norma tersebut kemudian dihargai sebagai sesuatu yang tidak bisa dipisahkan dari
kehidupannya. Pengargaan tersebut merupakan kelanjutan proses pelembagaan pada
taraf yang lebih tinggi lagi. penghargaan terhadap keberlakuan suatu norma sosial itu
menunjukkan bahwa norma sosial itu betul-betul telah menjadi lembaga sosial.

Proses pelembagaan sebenarnya tidak berhenti demikian saja, akan tetapi dapat
berlangsung lebih jauh lagi hingga suatu norma kemasyarakatan tidak hanya menjadi
institutionalized dalam masyarakat, tetapi menjadi internalized. Maksudnya adalah suatu taraf
perkembangan dimana para anggota masyarakat dengan sendirinya ingin berprilaku sejalan
dengan perilaku yang memang sebenarnya memenuhi kebutuhan masyarakat. Dengan kata lain,
norma-norma tadi telah mendarahdaging (internalized).

3.1 Kesimpulan
Dari materi di atas, dapat disimpulkan bahwa norma merupakan aturan yang
mengikat dan sebagai panduan di dalam masyarakat. Sedangkan lembaga kemasyarakatan
merupakan jaringan dalam proses hubungan antar individu ataupun kelompok di dalam
masyarakat sesuai kepentingannya, pelembagaan suatu norma sosial menjadi lembaga
sosial pada umumnya melalui empat tahapan yaitu diketahui, dipahami, ditaati, dan
dihargai.

- KELOMPOK 6 : ??? -
2.1 Pengertian Norma dan Fungsi Sosial
A. Pengertian Norma Sosial :
Norma Sosial merupakan patokan-patokan perilaku yang berlaku didalam suatu kelompok. Aturan
atau norma membatasi dan mengendalikan tingkah laku mereka agar tetap sesuai dengan norma
sosial. Menurut pendapat (Widjaja,1985: 168), Norma sosial merupakan petunjuk mengenai
tingkah laku yang harus dilakukan dan tidak boleh dilakukan dalam kehidupan sehari-hari,
berdasarkan pada suatu alasan atau motivasi tertentu dengan disertai sanksi.
B. Fungsi Norma Sosial :
1. Sebagai dasar sanksi bagi setiap individu yang melanggar norma yang telah
berlaku.
2. Membantu segala bentuk tingkah laku dari manusia agar mengikuti nilai-nilai dan
norma yang telah telah ditetapkan.
3. Menciptakan keadilan, kenyamanan,, ketentraman, kenyamanan, dan ketertiban
didalam masyarakat.
4. Membantu tercapainya tujuan dalam kehidupan masyarakat.
C. Macam-macam Norma
Dalam kehidupan manusia terdapat bermacam-macam norma, yaitu sebagai berikut :
1. Norma Agama
Norma Agama merupakan aturan-aturan hidup yang berupa perintah-perintah dan larangan-
larangan, yang oleh pemeluknya diyakini bersumber dari Tuhan Yang Maha Esa. Pada umumnya
setiap pemeluk agama menyakini bawa barang siapa yang mematuhi perintah-perintah Tuhan dan
menjauhi larangan-larangan Tuhan akan memperoleh pahala. Sebaliknya barang siapa yang
melanggarnya akan berdosa dan sebagai sanksinya, ia akan memperoleh siksa. Sikap dan
perbuatan yang menunjukkan kepatuhan untuk menjalankan perintah-Nya dan menjauhi larangan-
Nya tersebut disebut taqwa.
2. Norma Kesusilaan
Norma kesusilaan merupakan aturan-aturan hidup tentang tingkah laku yang baik dan buruk, yang
berupa “bisikan-bisikan” atau suara batin yang berasal dari hati nurani manusia. Karena potensi
nilai-nilai kesusilaan itu tersimpan pada hati nurani setiap manusia (yang berbudi), maka hati
nurani manusia dapat disebut sebagai sumber norma kesusilaan. Sebagai contoh, tindak
pemerkosaan dipandang sebagai tindakan yang melanggar kesusilaan, dibelahan dunia manapun
dan pada masa kapanpun juga. Kepatuhan terhadap norma kesusilaan akan menimbulkan rasa
bahagia, sebab yang bersangkutan merasa tidak mengingkari hati nuraninya. Sebaliknya,
pelanggaran terhadap norma kesusilaan pada hakikatnya merupakan pengingkaran terhadap hat
nuraninya sendiri, sehingga sebagaimana dikemukakan dalam sebuah mutiara hikmah,
pengingkaran terhadap hati nurani itu akan menimbulkan penyesalan atau bahkan penderitaan
batin. Inilah bentuk sanksi terhadap pelanggaran norma kesusilaan.
3. Norma Kesopanan
Norma kesopanan adalah aturan hidup bermasyarakat tentang tingkah laku yang baik dan tidak
baik baik, patut dan tidak patut dilakukan, yang berlaku dalam suatu lingkungan masyarakat atau
komunitas tertentu. Norma ini biasanya bersumber dari adat istiadat, budaya, atau nilai-nilai
masyarakat. Dengan demikian norma kesopanan itu bersifat kultural, kontekstual, nasional atau
bahkan lokal. Suatu perbuatan yang dianggap sopan oleh sekelompok masyarakat mungkin saja
dianggap tidak sopan bagi sekelompok masyarakat yang lain. Dengan demikian secara singkat
dapat dikatakan bahwa norma kesopanan itu tergantung pada dimensi ruang dan waktu. Sebagai
contoh, beberapa tahun yang lalu ketika seorang pejabat di Jawa Timur sedang didengar
kesaksiannya di pengadilan dan ketika seorang terdakwa di ibu kota sedang diadili telah ditegur
oleh hakim ketua, karena keduanya dianggap tidak sopan dengan sikap duduknya yang “jegang”
(menyilangkan kaki). Kasus ini menimbulkan tanggapan pro dan kontra dari berbagai kalangan
dan menjadi diskusi yang hangat tentang ukuran kesopanan yang digunakan. Demikian pula halnya
ketika advokat kenamaan di ibu kota berkecak pinggang di depan majelis hakim, yang oleh majelis
hakim perbuatan itu bukan hanya dinilai tidak sopan, tapi lebih dari itu dinilai sebagai contempt of
court (penghinaan terhadap pengadilan), sehingga tentu saja mempunyai implikasi hukum.
4. Norma Hukum
Norma hukum adalah aturan-aturan yang dibuat oleh lembaga negara yang berwenang, yang
mengikat dan bersifat memaksa, demi terwujudnya ketertiban masyarakat. Sifat “memaksa”
dengan sanksinya yang tegas dan nyata inilah yang merupakan kelebihan norma hukum dibanding
dengan ketiga norma yang lain. Negara berkuasa untuk memaksakan aturan-aturan hukum guna
dipatuhi dan terhadap orang-orang yang bertindak melawan hukum diancam hukuman. Ancaman
hukuman itu dapat berupa hukuman bandan atau hukuman benda. Hukuman bandan dapat berupa
hukuman mati, hukuman penjara seumur hidup, atau hukuman penjara sementara. Demi tegaknya
hukum, negara memiliki aparat-aparat penegak hukum, seperti polisi, jaksa, dan hakim. Sanksi
yang tegas dan nyata, dengan berbagai bentuk hukuman seperti yang telah 23 dikemukakan itu,
tidak dimiliki oleh ketiga norma yang lain. Sumber hukum dalam arti materiil dapat berasal dari
falsafah, pandangan hidup, ajaran agama, nilai-nilai kesusilaam,adat istiadat, budaya, sejarah dan
lain-lain. Dengan demikian dapat saja suatu ketentuan norma hukum juga menjadi ketentuan
norma-norma yang lain.
2.2 Pengertian Integrasi Sosial dan Contoh Integrasi dalam Kehidupan
a. Pengertian Integrasi Sosial
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) disebutkan bahwa integrasi adalah
pembauran sesuatu hingga menjadi kesatuan yang utuh dan bulat. Istilah pembauran tetsebut
mengandung arti masuk ke dalam, menyesuaikan, menyatu, atau melebur sehingga menjadi
seperti satu. Dengan demikian, integrasi merujuk pada masuk, menyesuaikan, atau
meleburnya dua atau lebih hal yang berbeda sehingga menjadi seperti satu. Dari uraian
tersebut, kita dapat menyimpulkan bahwa integrasi sosial adalah proses penyesuaian unsur-
unsuryang berbeda dalam masyarakat sehingga menjadigatu kesatuan. Unsur-unsur yang
berbeda tersebut dapat meliputi perbedaan kedudukan sosial, ras etnik.agama bahasa,
kebiasaan, sistem nilai, dan norma.
Dalam integrasi masyarakat terdapat kerja sama dari seluruh anggota masyarakat, mulai
dari tingkat individu, keluarga, lembaga, dan masyarakat sehingga menghasilkan konsensus
(kesepakatan) nilai yang sama-sama dijunjung tinggi. Namun, integrasi sosial tidak cukup
diukur dari kriteria berkumpul atau bersatunya anggota masyarakat dalam arti fisik.
Konsensus juga merupakan pengembangan sikap solidaritas dan perasaan manusiawi.
Pengembangan sikap dan perasaan manusia tersebut merupakan dasar dari keselarasan suatu
kelompok atau masyarakat. Michael Banton mendefinisikan integrasi sebagai suatu pola
hubungan yang mengakui adanya perbedaan ras dalam masyarakat, tetapi tidak memberikan
fungsi penting pada perbedaan ras tersebut. Hak dan kewajiban yang terkait serta ras seseorang
hanya terbatas pada bidang tertentu saja dan tidak ada sangkut pautnya dengan bidang
pekerjaan atau status.

b. Syarat-syarat Integrasi Sosial


Integrasi sosial akan terbentuk apabila sebagian besar anggota masyarakat tersebut sepakat
mengenai struktur kemasyarakatan yang dibangun termasuk nilai-nilai, norma-norma, dan
pranata-pranata sosial. Menurut William F. Ogburn dan Mayer Nimkoff, syarat terwujudnya
integrasi sosial adalah sebagai berikut :
1. Anggota-anggota masyarakat merasa berhasil saling mengisi kebutuhankebutuhan di antara
mereka. Hal itu berarti kebutuhan fisik dan sosial mereka dapat terpenuhi oleh sistem sosial.
Terpenuhinya kebutuhan-kebutuhan tersebut menyebabkan setiap anggota masyarakat saling
menjaga keterikatan antara satu dengan yang lainnya.
2. Masyarakat berhasil menciptakan kesepakatan (konsensus) bersama mengenai norma dan nilai-
nilai sosial yang dilestarikan dan dijadikan pedoman dalam hal-hal yang dilarang menurut
kebudayaan.
3. Norma-norma dan nilai sosial itü berlaku cukup lama, tidak mudah berubah, dan dijalankan
secara konsisten deh seluruh anggota masyarakat.

c. Faktor-faktor Cepat Lambatnya Integrasi Sosial


Suatu integrasi sosial dapat berlangsung cepat atau lambat, tergantung pada faktor-faktor
berikut :
1. Homogenitas kelompok
Dalam kelompok atau masyarakat yang tingkat kemajemukannya rendah, integrasi sosial
akan mudah dicapai. Sebaliknya, dalam kelompok atau masyarakat majemuk, integrasi sosial
akan sulit dicapai dan memakan waktu yang sangat lama. Dengan demikian, dapat kita
katakan bahwa semakin homogen suatu kelompok atau masyarakat, semakin mudah pula
proses integrasi antara anggota di dalam kelompok atau masyarakat tersebut. Contoh
kelompok atau masyarakat yang homogen adalah kelompok atau masyarakat dengan satu suku
bangsa.
2. Beşar kecilnya kelompok
Umumnya, dalam kelompok yang kedi, tingkat kemajemukan anggotanya relatif rendah
sehingga integrasi sosialnya lebih mudah tercapai. Hal itü dapat disebabkan, dalam kelompok
kecil, hubungan sosial antaranggotanya terjadi secara intensif, sehingga komunikasi dan
tukar-menukar budaya akan semakin cepat. Dengan demikian, penyesuaian atas perbedaan-
perbedaan dapat lebih cepat dilakukan. Sebaliknya, dalam kelompok beşar tingkat
kemajemukannya relatif tinggi, sehingga integrasi sosial akan lebih sulit dicapai.
3. Mobilitas geografis
Anggota kelompok yang baru datang tentu harus menyesuaikan diri dengan identitas
masyarakat yang ditujunya (masyarakat asal/penduduk asli). Namun, semakin sering anggota
masyarakat datang dan pergi, semakin sulit pula terjadi proses integrasi sosial. Sementara ituı
dalam masyarakat yang mobilitasnya rendah, seperti daerah atau suku terisolasi, integrasi
sosial dapat cepat terjadi dengan cepat.
4. Efektivitas komunikasi
Efektivitas komunikasi yang baik dalam masyarakat juga akan mempercepat integrasi
sosial. Semakin efektif komunikasi berlangsung, semakin cepat pula integrasi anggota-
anggota masyarakat tercapai. Sebaliknya, semakin tidak efektif komunikasi yang berlangsung
antaranggota masyarakatı semakin lambat dan sulit pula integrasi sosialnya terwujud.

d. Bentuk-Bentuk Integrasi Sosial


Integrasi sosial dapat terjadi dalam tiga bentuk berikut.
1. Integrasi Normatif
Integrasi normatif dapat diartikan sebagai bentuk integrasi yang terjadi akibat adanya norma-
norma yang berlaku di masyarakat. Dalam hal ini, norma merupakan hal yang mampu
mempersatukan masyarakat. Misalnya, bangsa Indonesia dipersatukan deh prinsip Bhinneka
Tunggal İka. Bhinneka Tunggal İka menjadi sebuah norma yang berfungsi mengintegrasikan
perbedaan yang ada dalam masyarakat.
2. Integrasi Fungsional
Integrasi fungsional terbentuk karena ada fungsi-fungsi tertentu dalam masyarakat. Sebuah
integrasi dapat terbentuk dengan mengedepankan fungsi dari masing-masing pihak yang ada
dalam sebuah masyarakat. Misalnya, Indonesia yang terdiri dari bermacam-macam suku
mengintegrasikan dirinya dengan melihat fungsi dari masing-masing suku yang ada, seperti
suku Bugis yang suka melaut difungsikan sebagai penyedia hasil-hasil laut, suku Minang yang
pandai berdagang difungsikan sebagai penjual hasil-hasil laut tersebut. Dengan demikian, akan
tercipta sebuah integrasi dalam masyarakat.
3. Integrasi Koersif
Integrasi terakhir ini terbentuk berdasarkan kekuasaan yang dimiliki penguasa. Dalam hal ini
penguasa menerapkan cara-cara koersif (kekerasan). Contoh integrasi koersif adalah perusuh
yang berhenti mengacau karena polisi menembakkan gas air mata.

e. Proses Integrasi Sosial


Proses integrasi dapat dilihat melalui proses-proses berikut.
1. Akulturasi
Akulturasi adalah proses sosial yang terjadi bila kelompok sosial dengan kebudayaan
tertentu dihadapkan pada kebudayaan asing yañg berbeda. Proses sosial itu akan berlangsung
hingga unsur kebudayaan asing itu diterima masyarakat dan diolah ke dalam kebudayaan
sendiri. Namun, umumnya akulturasi berlangsung tanpa menghilangnya kepribadian
kebudayaan itu sendiri. Dengan demikian, dapat kita katakan bahwa akulturasi merupakan
proses perubahan yang ditandai dengan terjadinya penyatuan dua kebudayaan yang berbeda.
Penyatuan tersebut menyebabkan kebudayaan yang satu hampir menyerupai kebudayaan yang
lain. Namun, masing-masing kebudayaan masih mempertahankan ciri khasnya.
Proses akulturasi sudah ada sejak dahulu dalam sejarah kebudayaan manusia. Hal itu
disebabkan oleh manusia selalu melakukan migrasi atau gerak perpindahan di muka burni.
Migrasi itu menyebabkan pertemuan-pertemuan antara kelompok-kelompok manusia dengan
kebudayaan yang berbeda-beda. Akibatnya, setiap individu dalam kelompok-kelompok itu
akan dihadapkan dengan unsur-unsur kebudayaan yang asing baginya. Pertama kali, unsur-
unsur baru yang datang tidak langsung diterima atau diadaptasi begitu saja, tetapi melalui
proses pembelajaran terlebih dahulu. Jika mendatangkan manfaat lebih besar, kebudayaan
asing tersebut akan diterimanya. Sebaliknya, jika tidak, akan ditolak. Penerimaan tersebut
mungkin saja terjadi setelah melalui perubahan-perubahan tertentu (modifikasi) yang sesuai
dengan struktur masyarakat yang ada.
2. Asimilasi
Asimilasi merupakan suatu proses sosial yang ditandai dengan adanya usaha-usaha untuk
mengurangi perbedaan-perbedaan yang ada di antara individu atau kelompok dalam
masyarakat. Dalam proses ini, setiap individu dalam masyarakat berusaha untuk
mempertinggi kesatuan tindakan, sikap, dan proses-proses mental dengan memperhatikan
kepentingan dan tujuan bersama. Saat itu, setiap anggota kelompok dan masyarakat tidak lagi
membedakan dirinya dengan anggota yang lainnya. Batas-batas di antara mereka akan hilang
dan lebur menjadi satu kesatuan. Asimilasi ditandai dengan pengembangan sikap-sikap yang
sama, walau terkadang bersifat emosional, dengan tujuan mencapai kesatuan (integrasi).
3. Akomodasi
Akomodasi merupakan suatu proses usaha manusia untuk meredakan pertentangan dan
mencapai kestabilan. Akomodasi di dalam masyarakat diharapkan dapat menyelesaikan
pertentangan atau konflik tanpa menghancurkan pihak lawan. Akomodasi akan meredakan
konflik dan menjadikan interaksi yang bersifat lebih damai.
Akomodasi dalam masyarakat multikultural seperti Indonesia diharapkan dapat membentuk
sebuah masyarakat yang damai tanpa hadirnya perpecahan. Adanya akomodasi membuat
berbagai kelompok sosial dapat menyesuaikan diri dengan kelompok sosial lain sehingga
diharapkan terbentuk integrasi sosial.

f. Faktor-Faktor Pendorong Integrasi Sosial


Integrasi sosial sebagai sebuah proses sosial dapat dicapai karena adanya berbagai faktor
internal dan eksternal yang mendorong proses tersebut. Dalam proses asimilasi, integrasi sosial
dapat dicapai karena adanya faktor-faktor berikut :
1. Toleransi terhadap kelompok-kelompok manusia dengan kebudayaan yang berbeda. Toleransi
yang mendorong terjadinya komunikasi yang efektif antara kebudayaan yang berbeda tersebut
akan mendorong terciptanya integrasi di arıtara mereka.
2. Kesempatan yang seimbang dalam ekonomi bagi berbagai golongan masyarakat dengan latar
belakang kebudayaan yang berbeda. Hal itü dapat mempercepat proses integrasi sosial. Dalam
sistem ekonomi yang demikian, setiap individü mendapat kesempatan yang sama untuk
mencapai kedudukan tertentu atas dasar kemampuan dan jasa-jasanya.
3. Sikap saling menghargai orang lain dengan kebudayaannya. Jika tiap pihak mengakui
kelemahan dan kelebihan kebudayaan masing-masing, tiap anggota masyarakat pendukung
suatu kebudayaan akan mudah bersatu.
4. Sikap terbuka dari golongan yang berkuasa dalam masyarakat. Hal itü dapat diwujudkan jika
penguasa memberikan kesempatan yang sama kepada golongan minoritas untuk memperoleh
hak-hak yang sama dengan golongan mayoritas.
5. Persamaan dalam unsur-unsur kebudayaan. Pengetahuan tentang persamaan-persamaan unsur
kebudayaan yang berlainan akan mendekatkan tiap anggota masyarakat. Hal itü akan
menghilangkan prasangka-prasangka yang semula mungkin ada di antara pendukung
kebudayaan-kebudayaan tersebut.
6. Perkawinan campuran (amalgamation). Perkawinan campur antara dua pendukung kebudayaan
yang berbeda dapat mendorong terciptanya integrasi sosial. Dalam sistem sosial masyarakat
Indonesia yang berpandangan bahwa perkawinan merupakan penyatuan dua keluarga, integrasi
sosial sangat mungkin terjadi.
7. Adanya musuh bersama dari luan Adanya musuh bersama dari luar cenderung memperkuat
kesatuan masyarakat atau kelompok yang mengalami ancaman musuh tersebut. Dalam keadaan
demikian, berbagai kelompok yang berbeda dalam masyarakat tersebut akan melepaskan atribut
perbedaannya dan bersama-sama menghadapi musuh mereka.
2.3 Hubungan Norma Dalam Mengatur Kehidupan Bermasyarakat untuk Menciptakan
Integrasi Sosial
Norma sosial merupakan suatu bentuk aturan yang bertujuan untuk menberi tuntunan
bagaiamana individu seharusnya bertindak atau berperilaku. Norma sosial memang tidak dapat
dipisahkan dari kehidupan sehari-hari,karena pada dasarnya proses terbentuknya norma sosial
merupakan suatu hasil dari proses interaksi antar individu. Norma sosial merupakan suatu bentuk
kerja sama masyarakat untuk menciptakan suatu konsensus umum yang berfungsi sebagai patokan
atau acuan masyarakat untuk menjalani kehidupan.
Dengan kata lain bahwa integrasi merupakan sebuah ikatan sosial yang didasarkan pada nilai
dan aturan yang disepakati bersama dan dijunjung tinggi. Adanya norma sosial berfungsi pula
sebagai bentuk antisipasi terhadap sikap individu dalam berperilaku, baik terhadap dirinya
sendiri,orang lain, maupun lingkungan sekitarnya. Bayangkan saja ketika disuatu daerah tidak
terdapat nilai dan norma sosial yang berlaku, maka secara otomati daerah tersebut akan mengalami
berbagai kekacuan yang berakibat pada munculnya berbagai penyimpangan serta keseimbangan
hidup tidak akan tercapai. Sebagai contohnya ketika Yogyakarta belum mampu melembagakan
norma yang berkaitan dengan sopan santun terhadap orang yang lebih tua, akibatnya kaum muda
tidak akan merasa hormat dan segan dalam bersikap maupun berkomunikasi dengan orang yang
lebih tua. Sehingga dapat dipaparkan bahwa peran norma secara umum adalah sebagai pengatur
pola kehidupan masyarakat agar pola perilaku yang ditunjukkan seimbang,tidak merugikan, serta
tidak menimbulkan ketidakadilan.
Dengan adanya norma, tata kelakuan masyarakat terpacu pada nilai umum yang telah
disepakati,sehingga mampu meminimalisir berbagai bentuk sikap dan perilaku yang berkaitan
dengan penyimpangan. Dengan terciptanya masyarakat yang patuh terhadap norma sosial yang
berlaku maka akan menghaislkan suatu masyarakat yang memiliki rasa solidaritas dan cinta
terhadap wilayah,budaya,maupun normanya dengan segenap hati. Dengan demikian norma sosial
dapat membawa masyarakat kepada suatu integrasi sosial dalam kehidupan bermasyarakat.

menciptakan
keseimbangan
Norma hidup dan Integrasi
Sosial masyarakat yang Sosial
patuh terhadap
aturan

A. KESIMPULAN

Jadi dapat disimpulkan bahwa Norma sosial merupakan petunjuk mengenai tingkah laku yang
harus dilakukan dan tidak boleh dilakukan dalam kehidupan sehari-hari, berdasarkan pada suatu
alasan atau motivasi tertentu dengan disertai sanksi. Apabila norma tersebut dipatuhi,ditaati,dan
dijalankan maka akan menciptakan suatu keadaan integrasi sosial didalam masyarakat. Integrasi
Sosial merupakan proses penyesuaian unsur-unsuryang berbeda dalam masyarakat sehingga
menjadi satu kesatuan. Unsur-unsur yang berbeda tersebut dapat meliputi perbedaan kedudukan
sosial, ras etnik.agama bahasa, kebiasaan, sistem nilai, dan norma. Sehingga terdapat hubungan
antara norma sosial dengan integrasi sosial itu apabila norma sosial yang ada didalam masyarakat
dipatuhi akan menciptakan suatu integrasi,dan apabila norma tersebut tidak diperhatikan maka
tidak akan tercipta integrasi.

- Kelompok 7 : STRUKTUR DAN POLA-POLA PRANATA


KELUARGA-

2.1 Pengertian Pranata Keluarga


Pranata keluarga merupakan sistem norma dan tata cara yang diterima untuk
menyelesaikan beberapa tugas penting. Keluarga berperan membina anggota-anggotanya
untuk beradaptasi dengan lingkungan fisik maupun lingkungan budaya di mana ia berada. Bila
semua anggota sudah mampu beradaptasi dengan lingkungan di mana ia tinggal maka
kehidupan masyarakat akan tercipta menjadi kehidupan yang tenang, aman dan tenteram.
Keluarga adalah lembaga sosial dasar darimana semua lembaga atau pranata sosialnya
berkembang. Di masyarakat manapun di dunia, keluarga merupakan kebutuhan manusia yang
universal dan menjadi pusat terpenting dari kegiatan dalam kehidupan individu. Keluarga
dapat digolongkan ke dalam kelompok penting, selain karena para anggotanya saling
mengadakan kontak langsung juga karena adanya keintiman dari para anggotanya.
Menurut Hotton dan Hunt (1987), istilah keluarga umumnya digunakan untuk
menunjuk beberapa pengertian sebagai berikut:
1. Suatu kelompok yang memiliki nenek moyang yang sama
2. Suatu kelompok kekerabatan yang disatukan oleh darah dan perkawinan
3. Pasangan perkawinan dengan atau tanpa anak
4. Pasangan yang nikah dan mempunyai anak
5. Satu orang atau entah duda atau janda – dengan beberapa anak
2.2 Pola Pranata Sosial Keluarga
Seperti lembaga sosial lain, pranata keluarga adalah suatu sistem norma dan tata cara
yang memiliki struktur dan pola yang diterima untuk menyelesaikan sejumlah tugas penting.
Beberapa pola pranata sosial dasar yang berhubungan dengan keluarga adalah sebagai berikut:
1. Pranata Kencan (Dating)
Kencan merupakan perjanjian sosial yang secara kebetulan dilakukan oleh dua
orang individu yang berlainan jenis seksnya untuk mendapatkan kesenangan. Pada
umumnya kencan ini mengawali suatu perkawinan dalam keluarga. Jadi fungsi kencan
yang sebenarnya adalah supaya kedua belah pihak saling kenal-mengenal, selain itu juga
memberi kesimpulan pada kedua belah pihak untuk menyelidiki kepribadian dari mereka
masing-masing sebelum mereka berdua mengikatkan diri pada suatu perkawinan. Sistem
ini diikuti oleh semua keluarga di dunia.

2. Pranata pemenangan (courtship)


Kencan merupakan langkah pertama dalam rangkaian untuk menetapkan peranan
utama keluarga. Apabila kencan sudah mantap, maka dapat dilanjutkan dengan
peminangan. Jadi, pemenangan merupakan kelanjutan dari kencan dan diartikan sebagai
pergaulan yang tertutup dari dua individu yang bertujuan untuk kawin.
Selama taraf peminangan, mereka dapat memperbandingkan dengan teliti
mengenai cita-citanya. Jadi fungsi peminangan adalah menguji kesejajaran pasangan
dalam segala hal seperti yang telah disebutkan di atas, dan ujian ini diharapkan tidak
mengancam perkawinan yang akan datang.

3. Pranata Pertunangan (mate – selection)


Antara peminangan dan perkawinan dikenal adanya lembaga pertunangan.
Lembaga pertunangan dapat diartikan sebagai perkenalan secara formal antara dua orang
individu yang berniat akan kawin dan diumumkan secara resmi. Jadi, perhitungan
merupakan kelanjutan daripada peminangan sebelum terjadi perkawinan.

4. Pranatan Perkawinan (Marriage)


Pranata terakhir yang berhubungan dengan keluarga inti, yaitu perkawinan. Artinya
sesungguhnya dari perkawinan adalah penerimaan status baru, dengan sederetan hak dan
kewajiban yang baru, serta pengakuan akan status baru oleh orang lain. Perkawinan
merupakan persatuan dari dua atau lebih individu yang berlainan jenis seks dengan
persetujuan masyarakat. Seperti dikatakan Horton dan Hunt, perkawinan adalah pola sosial
yang disetujui dengan cara mana dua orang atau lebih membentuk keluarga. (Horton dan
Hunt, 1987: 270). Dan dalam perkawinan mempunyai fungsi-fungsi.

2.3 Struktur Pranata Keluarga


Keluarga adalah kumpulan dua orang atau lebih yang hidup bersama dengan keterkaitan
aturan dan emosional serta individu mempunyai peran masing-masing yang merupakan bagian
dari keluarga.
Struktur keluarga adalah pola dari kedudukan dan peran di dalamnya dari anggota keluarga
tersebut. Struktur dan fungsi merupakan hal yang berhubungan erat dan terus-menerus
berinteraksi satu sama lain. struktur didasarkan pada organisasi yaitu perilaku anggota keluarga
dan pola hubungan dalam keluarga.

a. Elemen struktur keluarga menurut Friedman


1) Struktur peran keluarga
Menggambarkan peran masing-masing anggota keluarga baik didalam keluarganya sendiri
maupun peran dilingkungan masyarakat. Contoh : ayah dalam pranata keluarga berperan
sebagai pencari nafkah.
2) Nilai atau norma keluarga
Menggambarkan nilai dan norma yang dipelajari dan diyakini dalam keluarga. Contoh:anak
wajib menghormati orang tuanya, orang tua mengajarkan kepada anak tentang agama dan
norma sosial lainnya.
3) Pola komunikasi keluarga
Menggambarkan bagaimana cara pola komunikasi diantara orang tua, orang tua dan anak,
diantara anggota keluarga ataupun dalam keluarga.
4) Struktur kekuatan keluarga
Menggamgarkan kemampuan anggota keluarga untuk mengendalikan atau mempengaruhi
orang lain dalam perubahan perilaku ke arah positif.

b. Ciri-ciri struktur keluarga


1) Terorganisasi
Keluarga adalah cerminan organisasi, dimana masing-masing anggota keluarga memiliki
peran dan pungsi masing-masing sehingga tujuan keluarga dapat tercapai. Organisasi yang
baik ditandai dengan adanya hubungan yang kuat antara anggota sebagai bentuk saling
ketergantungan dalam mencapai tujuan.
2) Keterbatasan
Dalam mencapai tujuan, setiap anggota keluarga memiliki peran dan tanggung jawabnya
masing-masing sehingga dalam berinteraksi setiap anggota tidak semena-mena, tetapi
mempunyai keterbatasan yang dilandasi oleh tanggung jawab masing-masing anggota
keluarga.
3) Perbedaan
Adanya peran yang beragam dalam keluarga menunjukan masing-masing anggota keluarga
mempunyai peran dan fungsi yang berbeda dan khas seperti halnya peran ayah sebagai
pencari nafkah utama, peran ibu yang merawat anak-anak.

c. Dominasi struktur keluarga


1) Dominasi jalur hubungan darah
a) Patrilineal
Keluarga yang dihubungkan atau disusun melalui jalur garis ayah. Suku-suku di Indonesia
rata-rata menggunakan struktur keluarga patrilineal.
b) Matrilineal
Keluarga yang dihubungkan atau disusun melalui jalur garis ibu. Suku padang salah satu
suku yang yang mengunakan struktur keluarga matrilineal.

2) Dominasi keberadaan tempat tinggal


a) Patrilokal
Keberadaan tempat tinggal satu keluarga yang tinggal dengan keluarga sedarah dari pihak
suami.
b) Matrilokal
Keberadaan tempat tinggal satu keluarga yang tinggal dengan keluarga sedarah dari pihak
istri.

3) Dominasi pengambilan keputusan


a) Patriakal
Dominasi pengambilan keputusan ada pada pihak suami.
b) Matriakal
Dominasi pengambilan keputusan ada pada pihak istri. (Setiawati & Dermawan, 2008)

2.4. Fungsi Pranata Keluarga


1. Fungsi reproduksi
Salah satu tujuan sepasang suami – isteri untuk membangun sebuah keluarga ialah
untuk memperoleh keturunan. Mereka ingin agar insan lain yang melanjutkan generasinya.
Ada yang cemas apabila dalam perkawinan ternyata mereka tidak mendapatkan anak. Ada
yang kecewa apabila anak mereka cacat. Ada yang bangga karena mereka mempunyai anak
seperti yang mereka harapkan. Meskipun ada pengecualian di sana-sini, bagaimanapun
anak tetap merupakan buah cinta kasih berdua. Anak adalah dambaan pasangan yang baru
saja menapaki jenjang pernikahan.

2. Fungsi sosialisasi
Sosialisasi adalah suatu proses di mana seseorang mengalami secara perlahan-lahan
kehidupan bersama orang lain. Di dalam keluarga, anak diajak dan diberitahu bagaimana
harus hidup bersama dengan orang lain, diajak dan diberitahu bagaimana anak harus hadir
dalam kehidupan yang luas di kalangan masyarakat. Dalam keluarga, kita diajari
bagaimana menyapa orang lain dengan sebutan ibu guru, bapak guru, dan lain-lain.
Dari keluargalah kita belajar mengenal ada sopan santun yang harus dipakai di
tengah-tengah kehidupan bersama. Dengan demikian, anak yang lahir dari sebuah keluarga
mengetahui bagaimana berinteraksi dengan orang lain. Dalam interaksi, anak diajak
mempelajari status dan peranan masing-masing anggota. Ayah, ibu, kakak dan adik, dan
mereka mempunyai peranan yang berbeda. Dengan demikian, secara perlahan-lahan anak
ditatapkan pada kehidupan nyata yang ada di masyarakat yang kompleks dengan status dan
peranan.

3. Fungsi afeksi
Setiap insan diciptakan untuk hidup bersama orang lain. Ia tidak akan mampu hidup
sendiri. Manusia senantiasa membutuhkan rasa kasih sayang atau rasa cinta (afeksi). Di
dalam keluargalah untuk pertama kalinya seorang anak mendapatkan rasa dicintai. Ia
merasa memiliki seorang ibu yang sayang kepadanya dengan penuh perhatian memberi apa
yang dimintanya, dengan ketulusan memberikan apa yang terbaik buat anaknya.

4. Fungsi penentu kedudukan atau status


Setiap orang memiliki status atau kedudukannya sendiri di dalam masyarakat. Bagi
orang yang berpendapat bahwa status itu bisa didapatkan karena keturunan (ascribed
status) kedudukan itu diwariskan secara turun temurun. Seorang anak yang lahir dari
kalangan bangsawan dengan sendirinya ia akan mempunyai status bangsawan. Tetapi tidak
mengurangi kemungkinan bahkan dalam kehidupan kolonial sekalipun adanya status yang
diperolehnya menurut kemampuan dan prestasi pribadi. Status seperti ini tidak dapat
diwariskan.

5. Fungsi perlindungan
Fungsi ini adalah melindungi seluruh anggota dari berbagai bahaya yang dialami
oleh suatu keluarga. Perlindungan yang diberikan tidak hanya perlindungan fisik saja,
melainkan juga secara psikis. Tidak hanya dari panas dan hujan tetapi dari suasana.

6. Fungsi ekonomi
Keluarga merupakan satu kesatuan yang bekerjasama untuk menghasilkan sesuatu
yang bermanfaat bagi kelangsungan hidup keluarga tersebut. Bagi umumnya keluarga,
ayah merupakan kepala rumah tangga yang bertanggung jawab memenuhi kebutuhan
material, walaupun anggota keluarga lain (ibu dan anak-anak yang sudah dewasa) juga
bekerja.
2.5 . Masalah dalam Pranata Keluarga
1. Masalah broken home
Jika keluarga tidak dapat menjaga keutuhannya, maka keluarga yang bersangkutan
akan mengalami apa yang dinamakan broken home. Yang dimaksud keutuhan keluarga,
yaitu keutuhan struktur dalam keluarga di mana dalam keluarga, di samping adanya
seorang ayah, juga adanya seorang ibu beserta anak-anaknya. Selain itu adanya
keharmonisan dalam keluarga di mana di antara anggota keluarga itu saling bertemu muka
dan berinteraksi satu sama lainnya.
Dalam keluarga yang broken home, di mana sering terjadi percekcokan di antara
orang tua dan saling bermusuhan disertai tindakan-tindakan yang agresif, maka dengan
sendirinya keluarga yang bersangkutan akan mengalami kegagalan dalam menjalankan
fungsi-fungsi keluarga yang sebenarnya.

2. Perceraian
Seperti diketahui bahwa putusnya satu perkawinan disebabkan karena salah satu
meninggal dunia atau perceraian. Perceraian sangat berat akibatnya, misalnya sosialisasi
anak, pembagian harta warisan, pencari nafkah, dan lain-lain.
Dengan akibat-akibat ini meskipun perceraian diperbolehkan maka bukan berarti
bahwa masyarakat menyenangi adanya perceraian. Oleh karena itu kemudian perceraian
ini diatur oleh Undang-Undang Hukum Perdata.

3. Disorganisasi keluarga
Disorganisasi keluarga dapat diartikan sebagai perpecahan dalam keluarga sebagai
suatu unit, oleh karena anggota-anggota keluarga tersebut gagal memenuhi kewajiban-
kewajibannya yang sesuai dengan peranan sosialnya.
Disorganisasi keluarga mungkin terjadi pada masyarakat-masyarakat sederhana,
oleh karena umpamanya seorang suami sebagai kepala keluarga gagal dalam memenuhi
kebutuhan-kebutuhan primer keluarganya atau mungkin karena dia mengambil seorang
isteri lagi. Pada umumnya problema-problema tersebut disebabkan karena kesulitan-
kesulitan untuk menyesuaikan diri dengan tuntutan-tuntutan kebudayaan. Disorganisasi
karena perceraian kurang sekali, sebab pada umumnya perceraian dianggap sebagai suatu
noda yang akibatnya berat sekali, baik bagi keluarga yang bersangkutan maupun bagi
kelompoknya.

3.1 Kesimpulan

Pranata keluarga merupakan sistem norma dan tata cara yang diterima untuk menyesuaikan
beberapa tugas penting. Keluarga berperan membina anggota-anggotanya untuk beradaptasi
dengan lingkungan fisik maupun lingkungan budaya di mana ia berada. Bila semua anggota sudah
mampu untuk beradaptasi dengan lingkungan di mana ia tinggal, maka kehidupan masyarakat akan
tercipta menjadi kehidupan yang tenang, aman dan tenteram.
Oleh karena itu, fungsi pranata keluarga sangat penting artinya bagi kehidupan masyarakat
secara luas. Karena inti keseluruhan penyesuaian diri setiap orang akan sangat ditentukan di
keluarga masing-masing. Fungsi utama pranata adalah agar jangan sampai para anggota
keluarganya bertindak menyimpang dari pranata yang ada di masyarakat luas.

- Kelompok 8 : PRANATA EKONOMI –


Pengertian Pranata Ekonomi
Pranata ekonomi adalah sistem norma atau kaidah yang mengatur tingkah laku individu
masyarakat guna memenuhi kebutuhan barang dan jasa. Pengertian lain dari pranata ekonomi
adalah lembaga yang mengkhususkan diri dalam sektor produksi, distribusi dan konsumsi barang
dan jasa. Pengertian ini merangkap sebagai fungsi manifest pranata ekonomi.

Unsur-unsur Pranata Ekonomi


Pranata ekonomi adalah seperangkat aturan yang mengatur tentang kegiatan konsumsi,
produksi, dan distribusi barang dan jasa sehingga terwujud kesejahteraan dan ketertiban
masyarakat. Pranata ekonomi memiliki 3 unsur utama, yaitu :
1. Produksi
Produksi dalam arti sempit adalah kegiatan seseorang atau suatu badan usaha untuk
menghasilkan barang atau jasa. Sebagai contoh, petani menghasilkan palawija dan padi, nelayan
menangkap ikan di laut, dan bank memberikan jasa kredit. Produksi dalam arti luas adalah
kegiatan/usaha untuk menaikkan/meningkatkan/menambah manfaat/kegunaan suatu barang.
Misalnya, kegiatan mengolah ketela pohon menjadi tepung tapioka hingga menjadi krupuk dan
mengolah kapas menjadi benang hingga menjadi kain.
Pada masyarakat primitif, tujuan produksi hanyalah untuk memenuhi kebutuhan sendiri dan
kebutuhan keluarga karena saat itu masyarakat belum mengenal pertukaran barang. Sejalan dengan
kemajuan peradaban yang mencetak masyarakat menjadi modern, tujuan produksi pun mengalami
perkembangan, yaitu :
1. untuk memenuhi kebutuhan pasar/masyarakat dan memuaskan konsumen.
2. berusaha menghasilkan barang yang berkualitas tinggi.
3. untuk meningkatkan kemakmuran rakyat.
4. mendapatkan keuntungan, dan
5. untuk memuaskan pemilik modal.
Tujuan produksi dapat tercapai dengan melaksanakan motif produksi, yaitu berusaha
mendapat keuntungan sebesar-besarnya dan apabila terpaksa rugi, berusaha rugi yang sekecil-
kecilnya. Selanjutnya, untuk menjalankan kegiatan produksi, kita memerlukan faktor-faktor
produksi. Faktor produksi adalah segala sesuatu yang berguna untuk menjalankan atau
melancarkan kegiatan/proses produksi barang dan jasa. Adapun faktor-faktor produksi terdiri dari:
1. Faktor Produksi Asli
Faktor produksi asli adalah faktor produksi pokok yang harus ada agar dapat menghasilkan
barang dan jasa. Faktor produksi ini terdiri dari dua hal, yaitu:
2. Faktor Produksi Alam
Faktor produksi alam adalah segala sesuatu yang disediakan atau diberikan oleh alam yang
bermanfaat dalam menjalankan proses produksi. Sebagai contoh, tanah yang subur untuk pertanian
dan perkebunan, air terjun untuk pembangkit tenaga listrik, dan tanah sebagai lokasi kegiatan
produksi
3. Faktor Produksi Tenaga Kerja
Faktor produksi tenaga kerja adalah semua kegiatan yang bertujuan untuk kepentingan
produksi. Tenaga kerja ini dibedakan menjadi:
a. Tenaga kerja terdidik (skilled labour), yaitu tenaga kerja yang memerlukan pendidikan
tertentu untuk memiliki pengetahuan atau keahlian tertentu. Misalnya dokter, guru,
manajer, dan sebagainya.
b. Tenaga kerja terlatih (trained labour), yaitu tenaga kerja yang memerlukan latihan untuk
memiliki keterampilan sesuai dengan bidang pekerjaannya. Misalnya sopir dan juru ketik.
c. tenaga kerja yang tidak terdidik dan terlatih (unskilled labour), yaitu tenaga kerja yang
tidak memerlukan pendidikan atau pelatihan tertentu untuk menekuni pekerjaannya.
Misalnya pencuci piring, pesuruh, dan sebagainya.
Agar dapat memberikan keuntungan besar, tenaga kerja yang dipilih harus memiliki produktivitas
tinggi.
1. Faktor Produksi Turunan
Faktor produksi turunan adalah faktor produksi yang terbentuk dari hasil kerja sama faktor
produksi asli/alam dan tenaga kerja. Misalnya, petani menanam tembakau sehingga hasilnya dapat
dijual untuk mendapatkan uang sebagai modal penanaman kembali atau untuk menyekolahkan
anaknya ke perguruan tinggi sehingga terbentuk tenaga ahli. Faktor produksi turunan terdiri dari:
2. Faktor Produksi Modal
Faktor produksi modal adalah semua hasil kerja yang dapat digunakan uneuk menghasilkan
barang/jasa dalam proses produksi lebih lanjut. Modal dapat berupa uang tunai yang ditabung di
bank (tabungan atau deposito), barang yang dapat digunakan untuk proses produksi (mesin,
gedung, tanah, alat transportasi), keahlian yang dapat digunakan untuk melancarkan proses
produksi, dan goodwill (harapan ke depan) untuk mendapatkan kepercayaan dari masyarakat.
3. Faktor Produksi Keahlian Pengusaha / Skill
Faktor produksi keahlian pengusaha/skill adalah kemampuan atau keahlian seorang pengusaha
untuk mengorganisasi dan mengelola kegiatan badan usaha. Pada era modern, seorang pengusaha
harus memilii kemampuan di bidang permodalan, ilmu pengetahuan, teknologi, serta
pengembangan inovasi agar mampu bersaing dalam pasar global. Orang yang memiliki
kemampuan semacam ini disebut wiraswasta atau enterpreneur.
2. Distribusi
Distribusi adalah kegiatan yang dilakukan dalam usaha menyalurkan barang dan jasa agar
dapat sampai ke konsumen atau dapat tersedia di daerah dekat konsumen. Dengan adanya
distribusi, daerah produsen yang jauh dari konsumen bisa didekatkan sehingga konsumen merasa
mudah untuk mendapatkan barang dan jasa yang diperlukan. Ada beberapa hal yang harus
diperhatikan dalam proses distribusi, yaitu :
1. Keadaan dan sifat penduduk di wilayah tersebut.
2. Kebutuhan masyarakat sebagai konsumen barang dan jasa yang didistribusikan.
3. Daya beli konsumen sesuai dengan harga barang dan jasa yang didistribusikan.
3. Konsumsi
Konsumsi dalam pranata ekonomi bukanlah suatu barang (makanan, minuman, dan
sebagainya) yang habis dalam pemakaian, baik secara langsung atau secara berangsur-angsur.
Dalam ekonomi, konsumsi merupakan suatu tindakan atau kegiatan yang menghabiskan kegunaan,
manfaat, atau nilai suatu barang dan jasa. Misalnya, penjual sate membeli daging untuk membuat
sate dan penumpang kereta api membeli tiket
Tujuan konsumsi :
Untuk memenuhi kebutuhan terhadap barang dan jasa.
Untuk meningkatkan kemakmuran, sesuai dengan tingkat kemajuan kebudayaan, ilmu
pengetahua dan teknologi, serta untuk memenuhi tuntutan dunia modern. Untuk mendorong laju
perkembangan perekonomian baik investasi, produksi, kesempatan kerja maupun peningkatan
pendapatan masyarakat.

Faktor intern :
1. Besarnya pendapatan.
2. Sifat konsumen.
3. Kebutuhan terhadap barang dan jasa.
4. Keinginan konsumsi.
5. Tingkat peradaban dan kebudayaan seseorang.
Faktor ekstern :
1. Kebiasaan yang berlaku dalam masyarakat.
2. Lingkungan konsumen berada.
3. Kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi.
4. Berkembangnya pola hidup demonstration effect.
5. Masuknya kebudayaan dari luar.
Terkait dengan kegiatan ekonomi yang menghabiskan kegunaan nilai barang dan jasa,
dapat ditangkap bahwa barang yang diperlukan manusia untuk memenuhi kebutuhan hidupnya
pasti mempunyai Kegunaan Barang yaitu:
a. Kegunaan tempat (place utility), yaitu nilai guna suatu barang apabila berada di tempat yang
tepat sesuai keinginan manusia. Misalnya vas bunga yang diletakkan di meja lebih berguna
daripada diletakkan di lantai.
b. Kegunaan elemen (element utility), yaitu nilai guna suatu barang apabila mudah dibagi-bagi.
Misalnya, emas dan perak berguna karena mudah dibagi-bagi sampai jumlah yang terkecil
sehingga warisan berupa emas dan perak akan lebih berguna daripada meja marmer.
c. Kegunaan waktu (time utility), yaitu nilai guna suatu barang pada saat yang tepat (pada waktu
diperlukan). Misalnya, payung akan lebih berguna pada saat hujan.
d. Kegunaan milik (owner utility), yaitu nilai guna suatu barang ketika sudah menjadi milik
sendiri. Misalnya, rumah kayu milik sendiri jauh lebih berguna daripada rumah gedung yang
disewa.
e. Kegunaan bentuk (form utility) , yaitu nilai guna suatu barang apabila bentuknya sesuai dengan
yang diinginkan. Misalnya, akar pohon jati di hutan akan berguna apabila dibentuk menjadi meja
antik.
f. Kegunaan pelayanan (service utility), yaitu nilai guna suatu barang apabila barang tersebut
dapat melayani kebutuhan manusia. Misalnya, kalkulator dapat membantu manusia untuk
menghitung dalam waktu cepat.

Fungsi Pranata Ekonomi


Fungsi manifest pranata ekonomi sama dengan yang dijelaskan diatas yaitu lembaga yang
mengkhususkan diri disektor produksi, distribusi dan konsumsi barang-barang dan jasa.

Sedangkan fungsi latentnya adalah:


a. Pola pemukiman menyebar menjadi memusatdisekitar industry
b. Merusak lingkungan hidup atau pencemaran.
c. Habisnya lahan produktif.
d. Perubahan gaya hidup masyarakat industri.
e. Mengubah pola penggunaan waktu anggota masyarakat.

Adapun fungsi pranata ekonomi secara umum yaitu:


a. Mengatur produksii barang dan jasa.
b. Mengatur distribusi barang dan jasa.
c. Mengatur konsumsi barang dan jasa.

Sosiologi dan Ekonomi


Pencarian rezeki merupakan suatu fungsi penting dalam kehidupan manusia, yang tak terpisah dari
kehidupan sosial seluruhnya.

Begitu pula, lembaga-lembaga yang mengatur aktivitas dilapangan perekonomian merupakan


suatu unsur penting dalam kehidupan sosial yang tak terpisah, dari lembaga-lembaga lain. Proses
produksi dan distribusi barang dan jasa menjadi begitu penting dan berbelit-belit, sehingga lahir
suatu ilmu tersendiri yang khusus mempelajari kompleks tersebut dalam seluk-beluknya yaitu
ekonomi.
Produksi

Contohnya: Sebuah pabrik tempe memproduksi 10000 tempe setiap harinya untuk memenuhi
kebutuhan tempe di pasar dan kios-kios sayuran. Produsen tahu dalam membutuhkan setidaknya
500 kg lebih kedelai dan beberapa alat operasional lain. Sebagai pelaku produksi, pengusaha tempe
rela melakukan aktivitas ekonomi yaitu menghasilkan barang produksi berupa tempe yang nanti
akan dijual hingga ke konsumen
Diatribusi

Contohnya: Seorang pemborong tempe membeli tempe sebanyak 500 setiap harinya dari pabrik
penghasil tempe. Selanjutnya tempe-tempe tersebut akan dipasarkan di pasar-pasar dan kios
penjual sayuran, atau bisa juga tukang sayur keliling. Aktivitas ini adalah kegiatan ekonomi berupa
distribusi barang yaitu tempe.
Konsumsi

Contohnya: Setiap rumah tangga ada ibu yang mengatur semua kebutuhan yang disesuaikan
dengan jumlah pendapatan tiap harinya. Untuk mencukupi gizi keluarga, ibu membeli tempe
sebagai sumber protein nabati yang baik untuk gizi keluarga. Dengan harganya yang sangat
terjangkau, kebutuhan akan gizi protein dapat tercukupi dengan mengkonsumsi tempe.

Seorang ibu sudah melakukan aktivitas ekonomi yaitu sebagai konsumen yang melakukan
aktivitas pengaturan konsumsi barang dan jasa.

A. Kesimpulan
Pranata ekonomi adalah sistem norma atau kaidah yang mengatur tingkah laku
individu masyarakat guna memenuhi kebutuhan barang dan jasa yang mengkhususkan diri
dalam sektor produksi, distribusi dan konsumsi barang dan jasa. Produksi dalam arti sempit
adalah kegiatan seseorang atau suatu badan usaha untuk menghasilkan barang atau jasa.
Produksi dalam arti luas adalah kegiatan/usaha untuk
menaikkan/meningkatkan/menambah manfaat/kegunaan suatu barang. Tujuan produksi
dapat tercapai dengan melaksanakan motif produksi, yaitu berusaha mendapat keuntungan
sebesar-besarnya dan apabila terpaksa rugi, berusaha rugi yang sekecil-kecilnya. Distribusi
adalah kegiatan yang dilakukan dalam usaha menyalurkan barang dan jasa agar dapat
sampai ke konsumen atau dapat tersedia di daerah dekat konsumen. Dengan adanya
distribusi, daerah produsen yang jauh dari konsumen bisa didekatkan sehingga konsumen
merasa mudah untuk mendapatkan barang dan jasa yang diperlukan dan konsumsi
merupakan suatu tindakan atau kegiatan yang menghabiskan kegunaan, manfaat, atau nilai
suatu barang dan jasa. Dengan kata lain pranata ekonomi adalah seperangkat aturan yang
mengatur tentang kegiatan konsumsi, produksi, dan distribusi barang dan jasa untuk
mewujudkan kesejahteraan dan ketertiban masyarakat.
- Kelompok 9 : PRANATA PENDIDIKAN –
A. PengertiandanRuangLingkupPranataPedidikan
1. PengertianPranataPendidikan

Pranata Pendidikan, terletak pada upaya sosialisasi, sehingga masyarakat memiliki kemampuan
dan ciri-ciri pribadi sebagaimana yang diharapkan oleh masyarakat itu sendiri. Pendidikan adalah
suatu proses yang terjadi karena interaksi berbagai faktor, yang menghasilkan penyadaran diri dan
lingkungan sehingga menampilkan rasa percaya diri dan rasa percaya akan lingkungannya.
Pendidikan nasional adalah pendidikan yang berakar pada kebudayaan bangsa Indonesia dan
berdasarkan pada Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945. Menurut Undang-Undang No. 2
tahun 1989 tentang Sistem Pendidikan Nasional, sistem pendidikan nasional berfungsi untuk
mengembangkan kemampuan serta meningkatkan mutu kehidupan dan martabat manusia
Indonesia dalam rangka upaya mewujudkan tujuan nasional.

Berdasarkan Tap MPR No. II/MPR/1988 bahwa pendidikan itu berdasarkan atas Pancasila
dasar dan falsafah negara. Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan
membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan
kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia
yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu,
cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab.

Pranatapendidikandiadakanolehmasyarakatuntukmemenuhikebutuhanakanpengetahuan,
keterampilan, dansikapmewariskansertamengembangkanbudayakepadagenerasiberikutnya.
Pranatapendidikanhakikatnyasalahsatuwadahsosialisasinilai-nilai yang ideal dalammasyakarat.
Pranatapendidikanmulailahirketikakebudayaansuatumasyarakatmulaikompleks, rumit,
danmemilikiberbagaimacam ide, aktivitas, dankebutuhan,
sehinggakebutuhanakanpengetahuantidakdapatlagidipenuhiatauditanganiolehpranatakeluarga.
Pranatapendidikansangatdibutuhkanuntukmengantisipasiperkembanganteknologiinformasi yang
sangatcepat agar masyarakatdapatmenerimadanmengadaptasinya.

2. RuangLingkupPendidikan
a. Pendidikan dalam keluarga (informal)
Pendidikan informal merupakanpendidikanmelaluisosialisasi primer di lingkungankeluarga.
b. Pendidikan di sekolah (formal)
Pendidikan formal adalahpendidikan yang diselenggarakan di
sekolahmelaluikegiatanbelajarmengajarsecaraberjenjangdanberkesinambungan.
Jenjangpendidikanterdiriataspendidikandasar, pendidikanmenengah, danpendidikantinggi.
c. Pendidikandalammasyarakat (nonformal)
Pendidikannonformaladalahjalur pendidikan di luar pendidikan formal yang
dapatdilaksanakansecaraterstrukturdanberjenjang.
Pendidikannonformalberfungsimengembangkan potensi peserta didik dengan penekanan pada
penguasaan pengetahuan dan keterampilan fungsional serta pengembangan sikap dan kepribadian
profesional.Pendidikan nonformal meliputi pendidikan kecakapan hidup, pendidikan anak usia
dini, pendidikan kepemudaan, pendidikan pemberdayaan perempuan, pendidikan keaksaraan,
pendidikan keterampilan dan pelatihan kerja, pendidikan kesetaraan, serta pendidikan lain yang
ditujukanuntukmengembangkankemampuanpesertadidik.
Satuanpendidikannonformalterdiri atas lembaga kursus, lembaga pelatihan, kelompok belajar,
pusat kegiatan belajar masyarakat, dan majelis taklim, serta satuan pendidikan yang sejenis.
Kursus dan pelatihan diselenggarakan bagi masyarakat yang memerlukan bekal pengetahuan,
keterampilan, kecakapan hidup, dan sikap untuk mengembangkan diri, mengembangkan profesi,
bekerja, usaha mandiri, dan/atau melanjutkan pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi.
B. PoladanStrukturPranataPendidikan
1. Polastrukturpendidikan

Sebagaimana yang diungkapkan oleh John Dewey dalam bukunya yang berjudul Education and
Democracy (1916) bahwa konsep atau pola pendidikan integral berdasarkan pada kemampuan,
kebutuhan dan pengalaman peserta didik. Pendidikan yang berbasis realitas dan pengalaman anak
didik sebenarnya bentuk perlawanan dan kritik pada pola-pola pendidikan tradinational yang
hanya memindahkan ilmu masa lampau kepada tiap generasi baru. Ungkapan ini berarti
pendidikan itu tidak hanya sebagai tempat untuk mengasah ketajaman otak dan sekedar mencetak
orang yang pandai menghafal dan berhitung tetapi pendidikan adalah sebuah wadah menyemai
nilai-nilai dasar atau strategi sinergis menggali ilmu yang dapat membentuk kepribadian dan
generasi penerus yang berkualitas, berbudaya, berdaya dan cerdas untuk menggapai masa depan
yang lebih cerah. Sistem pendidikan seperti ini lah yang sampai kapanpun sangat dibutuhkan oleh
Bangsa Indonesia, terutama daerah-daerah yang terimbas konflik. Realita yang ada kita melihat
sistem atau pola pendidikan yang sekarang berkembang di negara kita bukanlah pola pendidikan
seperti yang kita harapkan.

Tugas pemerintah pertama, pemerataan infrastruktur dan suprastruktur pendidikan. Di banyak


daerah sarana dan prasarana pendidikan amat memprihatinkan, kurang pengawasan dan dukungan.
Tenaga pengajar yang tidak memadai di pedalaman, banyak prasarana gedung sekolah tak layak
pakai atau telah mengalami kerusakan tetapi belum tersentuh bantuan dan penggemblengan mental
pengabdian pendidik,memperhatikan kesejahteraan pendidik serta memenuhi hak-hak nya
merupakan pekerjaan besar yang harus diprioritaskan dan dituntaskan pemerintah. Ironis sekali
bila pemerintah tiba-tiba menetapkan standar kelulusan secara nasional, sementara pembangunan
dan pemajuan pendidikan masih amat parsial dan mengecewakan. Tidak ada salahnya juga jika
pemerintah memberikan tugas dan wewenang kepada pendidik untuk memberikan penilaian
mereka terhadap peserta didik nya karena mereka yang secara langsung berinterasi,
berkomunikasi, mengetahui kemampuan serta kebutuhan peserta didik, meskipun pemerintah
mempunyai tanggung jawab atas mutu pendidikan nasional. Kedua, menggali pola penerapan
pendidikan yang berkualitas dan tepat sasaran. Jika pola ini ditemukan dan nyatanya tidak
mengundang kontroversial maka akan memungkinkan pihak sekolah untuk bereksplorasi, baik
dalam program maupun kurikulum yang benar-benar kontekstual, yaitu berdasarkan pada
kebutuhan anak didik dan menyatu dengan budaya dan karakter setempat. Jiwa seorang pendidik
pun dapat selalu bersemayam di sanubari apabilamereka dibekali ketrampilan serta wawasan yang
lebih mendalam dan tersistematis diselubungi dengan kepercayaan yang dapat membuat pendidik
merasa dihargai. Jadi standar penilaian terletak pada tingkat penambahan pengetahuan serta
pengembangan kepribadian, seperti menghargai orang lain, menghormati perbedaan, kedisiplinan,
serta bertanggung jawab terhadap diri sendiri dan orang lain.

Disamping itu dikembangkan juga ilmu dan akidah agama bagi peserta didik yang dapat
membentuk rohani yang fanatic dan religius. Seperti yang pernah dicetuskan oleh Bapak
Pendidikan kita Ki Hajar Dewantara, Pendidikan yang humanis menekankan pentingnya
pelestarian eksistensi manusia, dalam arti membantu manusia lebih manusiawi, lebih berbudaya,
sebagai manusia yang utuh berkembang menyangkut daya cipta (kognitif), daya rasa (afektif), dan
daya karsa (konatif).
2. StrukturPranataPendidikan
a. PendidikanDasar
Merupakanpendidikansembilantahunterdiriatas program pendidikanenamtahun di
sekolahdasardan program tigatahun di sekolahlanjutantingkatpertama.
Pendidikandasardiselenggarakanuntukmengembangkansikapdankemampuansertamemberikan
pengetahuandanketerampilandasar yang
diperlukanuntukhidupbermasyarakatansertamempersiapkanuntukmelanjutkanpendidikanmene
ngah.
b. PendidikanMenengah
Disiapkanuntuklulusanpendidikan dasar. Pendidikan menengah terdiri atas pendidikan
umum, pendidikan kejuruan, pendidikan luar biasa, pendidikan kedinasan dan pendidikan
keagamaan.
Pendidikanmenengahdiselenggarakanuntukmelanjutkandanmeluaskanpendidikandasarsertame
nyiapkanpesertadidikmenjadianggotamasyarakat yang
memilikikemampuanmengadakanhubungantimbalbalikdenganlingkungansosial, budaya,
danalamsekitarsertadapatmengembangkankemampuanlebihlanjutdalamduniakerjaataupendidi
kantinggi. Lama
pendidikantigatahununtuksekolahumumdantigaatauempattahununtuksekolahkejuruan.
c. Pendidikantinggi

Merupakan kelanjutan dari pendidikan menengah yang terdiri dari pendidikan akademik
dan profesional. Pendidikan tinggi merupakan kelanjutan pendidikan menengah yang
diselenggarakan untuk menyiapkan peserta didik menjadi anggota masyarakat yang memiliki
kemampuan akademik dan profesional yang dapat menerapkan, mengembangkan dan
menciptakan ilmu pengetahuan, teknologi, dan kesenian. Lama pendidikan tinggi tiga tahun
untuk program diploma atau empat tahun untuk program sarjana.Struktur pendidikan tinggi
Indonesia:

1) PerguruanTinggiadalahsatuanpendidikan yang
menyelenggarakanpendidikantinggidandapatberbentukakademi, politeknik, sekolahtinggi,
institut, atauuniversitas.
2) Akademimenyelenggarakan program pendidikan profesional dalam satu
cabangatausebagiancabangilmupengetahuan, teknologi, ataukeseniantertentu.
3) Politeknikmenyelenggarakan program
pendidikanprofesionaldalamsejumlahbidangpengetahuankhusus.
4) SekolahTinggimenyelenggarakan program
pendidikanakademikdanprofesionaldalamlingkupsatudisiplinilmutertentu.
5) Institutmenyelenggarakan program
pendidikanakademikdanprofesionaldalamsekelompokdisiplinilmupengetahuan, teknologi,
dankesenian yang sejenis.
6) Universitasmenyelenggarakan program
pendidikanakademikdanprofesionaldalamsejumlahdisiplinilmupengetahuan, teknologi,
dankeseniantertentu.
C. FungsiPranataPendidikandalamKehidupanMasyarakat Indonesia
Pranata pendidikan merupakan proses pengubahan sikap dan tata laku seseorang atau kelompok
orang yang bertujuan untuk mendewasakan manusia melalui upaya pengajaran atau pelatihan.
Melaluiorganisasipendidikan,sosialisasidanenkulturasidiselenggarakanolehmasyarakatumum,
denganadanyaorganisasitersebuthidupdan
budayamerekadapatbertahanmeskipunanggotaindividutelahbergantidanberubahkarenakelahiran,
kematianmaupunperpindahan.
Pranatapendidikan yang
berkembangdalamkehidupanmasyarakatmemilikipedomandandisiplinalamgunamempersiapkansi
swamelaluipendidikanpengajaranmaupunteknologiuntukdapatberkompetisidalamhidup. Dalam
mencapai tujuan dan kesejahteraan hidup, pranata pendidikan memiliki peranan penting untuk
membentuk sikap mental yang benar hidup dijaman sekarang dan yang akan datang. Seperti halnya
pranata sosial yaitu menjadi pedoman dalam menjalankan kehidupan masyarakat,pranata
pendidikan juga memiliki fungsi dan tujuan sebagai berikut :
1. Fungsikonservasi
Pendidikansebagaiupayapelestariandanpengawetanterhadapkebudayaansuatumasyarakatdari
generasikegenerasiberikutnya.
2. Fungsievaluatif
Denganpesatnyakemajuan di bidangilmupengetahuandanteknologisekarang,
pendidikantidakhanyamemilikifungsikonservasi,
karenajikamengandalkanfungsikonservasimakapendidikanakanstatis, bahkanbergerakmundur.
3. Fungsikreatif
Pendidikantidakmendidikanakuntukhanyamenerimaapa yang
diwariskandarigenerasisebeblumnya, yang membuatmasayrakattidakmajutetapidalam proses
pendidikanadaupayamemperbaiki, mengembangkanataumenciptakankebudayaanbaru.
4. Sebagaiperantaraperpindahanwarisankebudayaan
Dengan fungsi tersebut kebudayaan lama atau kebudayaan yang baru dan berlaku akan terus
disampaikan melalui suatu pranata pendidikan kepada masyarakat. Oleh sebab itu kebudayaan
yang dimiliki suatu masyarakat akan terus ada dan berkembang.
5. Mempersiapkanindividudenganberbagai peranan sosial

Dalam kehidupan masyarakat terdapat berbagai peranan sosial yang berbeda-beda, hal ini yang
menuntut individu untuk mampu mengambil bagian dalam pelaksanaan kehidupan bermasyarakat
sesuai dengan kemampuan dan keterampilan yang dimiliki.
6. Mengembangkan potensi diri
Pranata pendidikan juga berfungsi untuk mengembangkan potensi-potesi yang ada dalam diri
setiap individu. Potensi tersebut tentu akan berguna bagi individu dalam mencapai tujuan hidup.
A. Kesimpulan

Dengan adanya pendidikan dapat menciptakan generasi penerus bangsa yang ahli di berbagai
bidangnya. Hal ini sangat berhubungan dengan tersedianya berbagai jenjang pendidikan
sertapenjurusan yang ada. Jika hal ini dapat tercipta, maka pendidikan akan dapat melahirkan
banyak generasi muda yang unggul.

Pranatapendidikanmemilikiaturandandisiplinbaku yang
bertujuanmempersiapkananakdidiknyamelaluipengajarandanpendidikanilmupengetahuansehingg
amampuberpotensidalamkehidupan,
mampuberpikirsecarailmiahdanlogistentangsegalasesuatusehinggamampumemilahhal-hal yang
baikdanburuk.
Pranatapendidikanberfungsiuntukmempersiapkanmanusiayaitudenganmeningkatkanpotensi,
kreativitas, dankemampuandiri, membentukkepribadiandanpolapikir yang logisdansistematis,
sertamengembangkansikapcintatanah air. Denganpranatapendidikan,
diharapkanhasilsosialisasiakanmembentuksikap mental yang cocokdengankehidupan di
masasekarangdanmasadepan.

- Kelompok 10 : STRUKTUR DAN POLA PRANATA AGAMA –


2.1 Pengertian Pranata Agama
Agama merupakan sebuah pranata yang memiliki andil penting dalam menuntun serta
mengatur jalan hidup manusia. Agama merupakan sebuah kepercayaan kepada Tuhan Yang Maha
Esa, sistem budaya, serta pandangan dunia yang menghubungkan manusia dengan tatanan
kehidupan dengan berbagai ajaran, larangan, dan anjuran serta kewajiban yang mengikat bagi
umatnya. Karenanya agama lebih sering memakai istilah religi atau religiositas. Pranata agama
juga dapat dikatakan pranata religi (religious institution). Religi adalah kepaduan sebuah system
antara keyakinan dan praktik yang erat kaitannya dengan hal-hal yang bersifat suci. Religiusitas
mempunyai dua unsure ajaran yang hakiki, yakni sesuatu yang berada di dunia ini (imanaen) dan
sesuatu yang berada diluar jangkauan pengindraan manusia (transedental).

Pranata Agama merupakan suatu petunjuk atau system yang mengatur tentang tata cara umat untuk
beriman dan menunaikan ibadah kepada Tuhan Yang Maha Kuasa. Selain itu, pranata agama juga
mengatur kaidah yang berhubungan dengan pergaulan antar umat manusia dengan lingkungannya.
Menurut Paul B. Horton dan Chester L. Hunt pranata agama merupakan system keyakinan dan
praktik keagamaan yang penting dari masyarakat, yang telah dibakukan dan dirumuskan serta
dianut secara luas dan dipandang sebagai hal yang perlu dan benar.

Pranata agama berisikan aturan-aturan yang berupa perintah-perintah dan larangan-laranngan yang
berasal dari Tuhan untuk mengatur kehidupan manusia agar selamat di dunia dan di kehidupan
yang akan datang. Pranata agama dibentuk untuk mengatur hubungan antara manusia dengan
penciptanya, manusia dengan alam, sehigga kehidupan manusia di dunia menjadi aman dan
tentram.
2.2 Unsur-Unsur Pranata Agama
Menurut Emile Durkheim, agama adalah suatu sistem terpadu yang terdiri atas kepercayaan dan
praktik yang berhubungan dengan hal-hal yang suci. Menurut Paul B. Harton dan Chester L.Hunt,
pranata agama adalah sistem keyakinan dan praktik keagamaan yang penting dari masyarakat,
yang telah dibakukan, dirumuskan dan dianut secara luas dan dipandang sebagai hal yang perlu
dan benar. Dalam pandangan William Kornblum, agama dianggap sebagai salah satu pranata
utama karena agama memiliki fungsi sosial dan meliputi sejumlah organisasi, seperti masjid, gerja,
vihara, dan pura. Agama juga memiliki hal yang berkaitan dengan status dan peran, seperti ulama,
umat, dan sejumlah norma atau nilai, seperti yang tercantum dalam Al-Qur’an, Injil, Weda, dan
kitab-kitab suci agama lainnya. Agama dianggap sebagai pranata kebudayaan karena dalam
memberikan petunjuk bagi kehidupan bermasyarakat, terutama dalam hal seperti moralitas,
ketuhanan dan kejahatan. Unsur-unsur pranata agama meliputi kepercayaan agama, simbol agama,
praktik agama, umat, dan pengalaman agama.
a) Kepercayaan Agama
Setiap agama , memiliki kepercayaan kepada Tuhan
b) Simbol Agama
Setiap agama tentu memiliki berbagai simbol. Misalnya, pada agama islam, memakai
jilbab bagi perepmpuan dan peci bagi lakilaki
c) Praktik Agama
Semua agama memiliki praktik kegamaan. Misalnya, praktik kegamaan bagi umat kristen
diantaranya kebaktian, sedangkan bagi umat islam adalah sholat dan haji.
d) Umat Agama
Umat agama merupakan orang atau kelompok yang menganut agama.
e) Pengalaman Agama
Setiap pemilik agama memiliki pengalaman agama yang berbeda-beda.

2.3 Fungsi dan Peran Pranata Agama


Klasifikasi atas dua unsur tersebut terbentuk dalam ritual dan peribadatan serta ajaran tentang
keberadaan Rabb (Tuhan). Hal tersebut termasuk kedalam unsur transedental serta dalam
kehidupan bermasyarakat (unsure imanen). Berikut adalah beberapa fungsi pranata agama.
1. Membantu mencari identitas moral
Moral merupakan sebuah kondisi mental yang dirasakan, diketahui,dan dihayati oleh anusia
teradap tingkah laku yang positif menurut nilai serta norma yang berlaku. Moral adalah sebuah
tuntunan bagi manusia dalam berskap dan bertingkah laku sesuai dengan patokan hidup bersama.
Fungsi pranata agama adalah sebagai wadah atau sarana menegakkan sebuah aturan norma
demikelangsungan dentitas moral masyarakat dan umat pemeluk agama. Pencarian manusia
terhadap nilai moral saat ini senantiasa berkurang, hal ini dikarenakan di dalam agama telah
mencakup berbagai aspek tentang moralitas. Masyarakat secara mandiri telah mengelola serta
mengadopsi dengan baik ajaran dan norma yang ada dalam agama. Ajaran dan norma agama
tersebut sangat berguna bagi seseorang yang seringkali bertindak amoral seperti melakukan
tidakan kriminalitas dsb.
2. Menjelaskan arah dan tujuan hidup manusia
Setiap manusia yang menganut kepercayaan beragama, pada dirinya terdapat sebuah keinginan
untuk mendapatkan keselamatan serta kebahagiaan dalam hidupnya baik di dunia maupun di
akhirat. Untuk mennggapai keinginan tersebut seseorang tidaklah mampu mendapatkannya
dengan usahanya sendiri. Agama mengajarkan bahwa seorang hamba senantiasa bertaqwa kepada
Tuhan, serta memberikan pahala bagi manusia yang senantiasa beramal baik dan selalu berbuat
kebaikan. Selain itu manusia juga dituntut untuk menjauhi segala larangan yang telah ditetapkan
Tuhan melalui agama. Dalam hidup ini tentu banyak sekali masalah yang dilalui. Masaah-masalah
tersebut harusnya dapat kita jadikan sebagai sarana untuk mendekatkan diri kepada sang pencipta.
Dalam hal ini agama berperan untuk memberikan solusi atas permasalahan hidup manusia. Agama
mampu meningkatkan kesadaran hidup untuk berusaha menjadi lebih bertaqwa dan beramal baik
bagi sesama. Agama mampu menjadi sarana penyelesaian segala permasalahan manuisa di dunia.
3. Meningkatkan kualitas kehidupan sosial dan mempererat kohesi sosial
Perwujudan dari unsur-unsur imanen yang menjadi bagian tak terpisahkan dari agama diantaranya
yakni sebagaimana agama mengajarkan tentang kehidupan bermasyarakat. Dalam beragama
terdapat aturan-aturan yang mengajarkan tentang bagaimana membangun hubungan dengan
masyarakat yang lebih luas. Agama mengajarkan pengikutnya untuk saling mencintai,
menghargai, menghormati orang lain yang merupakan sebuah sikap yang menunjukkan identitas
seorang hamba tersebut merupakan seorang penganut agama yang baik. Bentuk nyata dari hal
yang mesti dilakukan untuk menunjukkan bahwa seorang merupakan hamba Tuhan yang bertaqwa
ialah dengan sikap sebagai berikut :
a. Bersikap ramah, sopan santun, dan segala kerendahan hati dalam bergaul.
b. Berusaha menjadi seoranng warga masyarakat yang dapat member manfaat yang
besar bagi masyarakat sekitar.
c. Menunjukkan sikap gotong-royong, saling menghormati, tolong-menolong dll.
Beberapa contoh diatas merupakan sebagian kecil yang dapat dilakukan dalam rangka menjadi
seorang manusia yang bertaqwa serta bermanfaat bagi masyarakat. Hal-hal tersebut diharapkan
mampu meningkatkan dan menjaga solidaritas sosial.

Menurut Harton dan Hunt, agama memiliki dua fungsi, yaitu :


a) Fungsi Manifes
Agama sebagai pedoman hidup bagi manusia dalam hubungannya dengan Tuhan maupun
dengan sesama.
b) Fungsi Laten
Menurut Emile Durkheim, agama memiliki fungsi laten dalam mendorong meningkatkan
integrasi dalam masyarakat.

Pranata agama memiliki peran atau fungsi pokok, antara lain :


a) Membentuk individu yang berakhlak dan bermoral baik.
b) Pedoman bagi manusia untuk berhubungan dengan Tuhan, sesama manusia dan
lingkungannya.
c) Menciptakan kerukunan antaranggota masyarakat yang berbeda keyakinan.
d) Memunculkan sikap toleransi antarumat beragama.
Memberi pedoman perilaku individu dalam masyarakat

1.1 Kesimpulan
Jika dilihat dari sudut pandang sosiologi, agama memiliki arti yang luas. Masyarakat Indonesia
merupakan masyarakat yang menganut berbagai jenis agama. Sehubungan dengan hal tersebut,
maka diperlukan adanya pranata, yaitu norma yang mengatur hubungan antar manusia, antar
manusia dengan alam, dan antar manusia dengan Tuhan sehingga tercipta ketentraman dan
kedamaian. Untuk itu dibentuklah pranata agama. Pranata agama dapat diaplikasikan dalam
kehidupan sosial manusia, yaitu ssebagai dasar aturan kesusilaan dalam masyarakat.

- Kelompok 11 : PRANATA POLITIK –


2.1 Pengertian Pranata
Menurut KBBI Pranata adalah sistem tingkah laku yang bersifat resmi serta adat istiadat dan
norma yang mengatur tingkah laku itu, dan seluruh perlengkapannya guna memenuhi berbagai
kompleks kebutuhan manusia dalam masyarakat;institusi.
Pranata atau institusi adalah norma atau aturan mengenai suatu aktivitas masyarakat yang
khusus. Norma atau aturan dalam pranata berbentuk tertulis (undang-undang dasar), undang-
undang yang berlaku, sanksi sesuai hukum resmi yang berlaku)dan tidak tertulis( hukum adat,
kebiasaan yang berlaku, sanksinya ialah sanksi sosial/moral (misalnya dikucilkan). Pranata
bersifat mengikat dan relatif lama serta memiliki ciri-ciri tertentu yaitu simbol, nilai, aturan
main, tujuan, kelengkapan, dan umur.
Pengertian Politik
Secara etimologis politik berasal dari bahasa Yunani “Polis” yang artinya samadengan kota(City)
atau negara kota (City State) dari polis timbul istilah lain polite artinya warga negara, politicos
artinya kewarganearaan, politike techen artinya kemahiran berpolitik, dan selanjutnya orang-
orang romawi mengambil istilah tersebut serta menamakan pengetahuan tentang negara itu
sebagai kemahiran tentang masalah-masalah kenegaraan. Dengan demikian, jelaslah bahwa
politik yang bersangkut paut dengan soal-soal negara dan pemerintah.
Pendapat para ahli :
1) Menurut Ramlan Surbakti (1999:1) politik ialah interaksi antara pemerintah dan
masyarakat dalam rangka proses pembuatan dan pelaksanaan keputuan yang mengikat
tentang kebaikan bersama masyarakat yang tinggal dalam suatu wilayah tertentu.
2) Menurut F. Isjwara, (1995:42) Politik ialah salah satu perjuangan untuk memperoleh
kekuasaan atau sebagai teknik menjalankan kekusaan-kekuasaan .
3) Menurut Kartini Kartono (1996:64) Politik ialah aktivitas perilaku atau proses yang
menggunakan kekuasaan untuk menegakkan peraturan-peraturan dan keputusan-
keputusan yang berlaku ditengah masyarakat.

Sedangkan pengertian Politik secara umum ialah sebuah tahapan dimana untuk membentuk atau
membangun posisi-posisi kekuasaan di dalam masyarakat yang berguna sebagai pengambil
keputusan-keputusan yang terkait dengan kondisi masyarakat.
Pengertian Pranata Politik
Pranata politik secara umum adalah upaya atau kegiatan partai politik sebagai organisasi
kemasyarakatan yang memiliki ciri khas tersendiri dan bertujuan untuk mendapatkan kekuasan
denganbekal ilmu kenegaraan atau tata negara. Adapun menurut para ahli :
1) Menurut Neuman (1986) pranata politik ialah upaya suatu organisasi politik untuk mengusai
pemerintahan serta merebut dukungan rakyat atas dasar persaingan suatu golongan terhadap
golongan lain yang memiliki pandangan berbeda.
2) Menurut Aristoteles, pranata politik ialah asosiasi yang paling berdaulat yang mampu
memenuhi kebutuhan sendiri.
3) Menurut Friedrich(1978) pranata politik ialah upaya sekelompok manusia yang terorganisir
secara labil untuk merebut atau mempertahankan penguasaan terhadap pemerintah bagi
pemimpin partainya dengan memberikan kemanfaatan ideal dan material.
Oleh karena itu seringkali politik diidentikkan dengan kekuasaan, padahal kenyataannya tidaklah
deikian. Poitikadalah seni dalam kepemimpinan, atau dapat juga adalah cara untuk menentukan
sebuah kebijakan tertentu. Dalam proses pencapaian tujuan kenegaraan,pemerintah mempunyai
hak untuk memakai kekuasaanya sebagai pelaksana pemerintahan. Dalam mengemban tugas
kenegaraan dan pelaksanaan kepemimpinannya, pemerintah melakukan berbagai suatu kegiatan
yang mempunyai hubungan dengan berbagai aspek kehidupan masyarakat. Oleh sebab itu
dibentuk berbagai lembaga politik yang berhubungan dengan kepemerintahan yakni lembaga
eksekutif, legislatif, dan yudikatif.
Bagaimanapun pranta politik yang digunakan akan selalu menarah kepada pengertianpranat
politik sebagai pranata yang memegang monopoli untuk memakai paksaan fisik dalam wilayah
tertentu yang di dalamnya terdapat istilah pemerintahan, “negara”, “kekuasaan”,”kebijakan” dan
sebagainya.
2.2 Ciri-ciri pranata politik
Secara detail dapat diambil kesimpulan bahwa ciri-ciri atau karakteristik pranata poltik adalah
sebagai berikut :
a) Terdapat komunitas manusia yang secra sosial bersatu (hdup bersama) atas dasar
nilai-nilai yang disepakati bersama
b) Adanya asosiasi politik atau biasa disebut pemerintahan yang aktif
c) Asosiasi tersebut melaksanakan fungsi-fungsi untuk kepentingan umum
d) Asosiasi tersebut diberi kewenangan luas jangkauan kewenangan hanya dalam
teritorial tertentu

2.3 Fungsi pranata politik


a. Fungsi Pranata Politik menurut James W.V.Zanden :
1) Fungsi pemaksaan norma (enforcement norms).
2) Fungsi merencanakan dan mengarahkan (planning& direction)
3) Pranata politik menyusun rencana dan mengarahkan keg2 anggota masyarakat demi
tercapainya tujuan masyarakat
4) Fungsi menengahi pertentangan kepentingan (arbitration of conflicting)
5) Fungsi melindungi masyarakat dari serangan musuh dari luar (external security)
b. Fungsi pranata politik secara umum :
1) Melembagakan Norma Melalui Undang-Undang
Proses dari pembuatan undang-undang Negara memperlihatkan peranan lembaga
politik yang mengesahkan peraturan/norma melalui undang-undang. Norma yang telah
dibentuk dan disahkan ini diharapkan akan memberikan manfaat bagi masyarakat.
2) Melaksanakan Undang-undang yang Telah Disetujui
Pemerintah diharapkan mampu untuk melaksanakan amanat dari undang-undang
yang telah disepakati oleh lembaga eksekutif dan lembaga legislatif. Oleh karena itu,
pemerintah mempunyai tanggung jawab untuk melaksanakan undang-undang tersebut
dengan cara mensosialisasikan undang-undang kepada masyarakat. Dengan adanya
sosioalisasi ini, pemerintah dapat mengajak masyarakat untuk mematuhi suatu undang-
undang yang telah disepakati dan memberikan sanksi kepada masyarakat yang
melanggar undang-undang dengan hukuman yang sudah diatur oleh undang-undang.
3) Menyelesaikan Konflik
Dalam kehidupan bermasyarakat, pasti akan terjadi konflik. Dalam hal ini pranata
politik yang ada berfungsi untuk menyelesaikan konflik yang ada di dalam masyarakat.
Selain itu, norma hukum yang ada juga berfungsi sebagai pengatur kehidupan
masyarakat agar selalu rukun dan mengurangi adanya konflik.
4) Menyelenggarakan Pelayanan Umum
Untuk mecapai visi misi bangsa dan negara Indonesia yaitu mencapai masyarakat
yang adil dan makmur maka banyak sekali hal yang harus dijalani. Salah satunya
melakukan sebuah pembangunan diseluruh lapisan masyarakat, misalnya dengan
meningkatkan layanan umum seperti perumahan, pendidikan, kesehatan, angkutan
umum, jalan raya, rekreasi dan lain lain.
5) Melindungi Warga Negara
Pemerintah mempunyai kewajiban untuk melindungi warga negaranya oleh
serangan yang berasal dari dalam dan dari luar. Oleh sebab itu dalam perwujudanya
maka didirikanlah sebuah sistem ketahanan dan keamanan rakyat semesta atau lebih
sering disebut dengan HANKAMRATA. Dengan adanya sistem ini, diharapkan bangsa
Indonesia bisa terhidar dari serangan luar yang mengancam negara.
2.4 Pelembagaan Pranata Politik
a. Suprastruktur politik, yaitu lembaga kenegaraan yang terdiri dari lembaga legislatif (MPR-
DPR), lembaga eksekutif (Presiden-pemerintahan) dan lembaga yudikatif (MA-MK)
1) Lembaga Legislatif
Lembaga Legislatif adalah lembaga yang memiliki tugas dan wewenang untuk
merumuskan dan membuat peraturan, kebijakan, dan undang-undang. Lembaga
Legislatif antara lain adalah :
a) Dewan Perwakilan Rakyat (DPR)
Tugas DPR antara lain :
(1) Membahas RUU yang diusulkan oleh Presiden ataupun DPD;
(2) Menetapkan UU bersama dengan Presiden;
(3) Menyetujui atau tidak menyetujui peraturan pemerintah pengganti UU (yang
diajukan Presiden) untuk ditetapkan menjadi UU;
(4) Menyusun Program Legislasi Nasional (Prolegnas);
(5) Menyusun dan membahas Rancangan Undang-Undang (RUU);
(6) Menerima RUU yang diajukan oleh DPD (terkait otonomi daerah; hubungan
pusat dan daerah; pembentukan, pemekaran dan penggabungan daerah;
pengelolaan SDA dan SDE lainnya; serta perimbangan keuangan pusat dan
daerah).
b) Dewan Perwakilan Daerah (DPD)
Tugas dari DPD antara lain :
(1) Mengajukan rancangan UU yang berhubungan dengan otonomi daerah dan
mengawasi pelaksanaannya;
(2) Memeriksa hasil keuangan negara melalui BPK;
(3) Memberikan pertimbangan kepada presiden mengenai RUU APBN.
c) Majelis Permusyawaratan Rakyat (MPR)
Tugas MPR antara lain :
(1) Mengubah dan menetapkan undang-undang dasar;
(2) Melantik presiden dan wakil presiden berdasarkan hasil pemilihan umum,
dalam sidang paripurna MPR;
(3) Memutuskan usul DPR berdasarkan putusan Mahkamah Konstitusi untuk
memberhentikan presiden dan atau wakil presiden dalam masa jabatannya
setelah presiden dan atau wakil presiden diberi kesempatan untuk
menyampaikan penjelasan di dalam sidang paripurna MPR,
(4) Melantik wakil presiden menjadi presiden apabila presiden mangkat, berhenti,
diberhentikan, atau tidak dapat melaksanakan kewajibannya dalam masa
jabatannya;
(5) Memilih wakil presiden dari dua .calon yang diajukan presiden apabila terjadi
kekosongan jabatan wakil presiden dalam masa jabatannya selambat-lambatnya
dalam waktu enam puluh hari;
(6) Memilih presiden dan wakil presiden apabila keduanya berhenti secara
bersamaan.
2) Lembaga Eksekutif
Lembaga Eksekutif adalah lembaga yang memiliki tugas untuk melaksanakan
kebijakan, peraturan, dan undang-undang yang telah dibuat oleh lembaga legislatif.
Dalam lembaga eksekutif ini, terdapat presiden, wakil presiden, dan para mentri yang
menjalankan suatu pemerintahan. Selain itu, beberapa tugas dan wewenang Lembaga
Eksekutif antara lain :
a) Melakukan kerjasama dan membuat perjanjian dengan negara lain atas persetujuan
perwakilan rakyat;
b) Mengangkat duta dan konsul untuk negara;
c) Menerima dan menjamu duta besar dari negara lain yang datang ke Indonesia;
d) Memberikan tanda jasa, gelar, dan tanda kehormatan lainnya ke[ada warga negara
Indonesia atau warga asing yang memiliki jasa untuk Indonesia.
3) Lembaga Yudikatif
Lembaga Yudikatif adalah lembaga negara yang memiliki tugas untuk melakukan
pengawasan, pengawalan, dan memantau proses pelaksanaan UUD dan hukum.
Lembaga Yudikatif di Indonesia antara lain adalah :
d) Mahkamah Agung (MA)
MA merupakan lembaga Yudikatif yang mempunyai wewenang kehakiman.
Tugas MA antara lain adalah :
(1) Mengadili dan menguji peraturan perundang-undangan;
(2) Memberikan pertimbangan kepada Presiden tentang pemberian grasi dan juga
rehabilitasi;
(3) Mengajukan tiga hakim konstitusi.
e) Mahkamah Konstitusi (MK)
MK adalah lembaga yang memiliki wewenang sebagai pengadilan tingkat
pertama dan terakhir. Tugas MK diantaranya :
(1) Mengadili pada tingkat pertama sampai akhir putusan yang bersifat final untuk
menguji UU;
(2) Memutuskan persengketaan yang terjadi;
(3) Memutuskan pembubaran sebuah partai politik;
(4) Memutuskan perselisihan dan persengketaan yang berhubungan dengan hasil
pemilu;
(5) Memberikan keputusan mengenai pendapat DPR tentang dugaan pelanggaran
oleh Presiden dan wakilnya sesuai dengan UU.
f) Komisi Yudisial (KY)
KY merupakan Lembaga Yudikatif yang mempunyai wewenang dan tugas
dalam mengusulkan pengangkatan Hakim Agung. Selain itu, KY juga memiliki
tugas menjada penegakan kehormatan perilaku dan martabat seorang hakim. Tugas
KY antara lain :
(1) Mengusulkan pengangkatan Hakim Agung;
(2) Menjaga dan menegakkan kehormatan, keluhuran, martabat, dan perilaku
hakim.
b. Infrastruktur politik yakni lembaga-lembaga yang ada di dalam masyarakat. Mencakup
pranata-pranata politik yang ada dalam masyarakat, seperti partai politik, organisasi
kemasyarakatan, media massa, kelompok kepentingan (interest group), dan kelompok
penekan (pressure group).
2.5 Pranata Politik di Indonesia
a. Pancasila
Pancasila merupakan dasar Negara Indonesia yang digunakan untuk mengatur
seluruh tatanan kehidupan bangsa dan negara. Hal ini berarti bahwa segala sesuatu yang
berhubungan dengan pelaksanaan suatu sistem ketatanegaraan didasarkan atas
pancasila. Selain itu, pancasila juga menjadi sumber dari segala sumber hukum (sumber
tertib hukum) di Indonesia.
Berikut adalah beberapa fungsi dari pancasila :
1) Pancasila sebagai pedoman hidup
2) Pancasila sebagai jiwa bangsa
3) Pancasila sebagai kepribadian bangsa
4) Pancasila sebagai sumber hukum
5) Pancasila sebagai cita-cita bangsa
6) Pancasila sebagai pandangan hidup
b. UUD 1945
UUD 1945 adalah konstitusi NKRI dengan tujuan negara yang termuat dalam
pembukaan UUD 1945 yang berbunyi “melindungi segenap bangsa dan seluruh
tumpah darah Indonesia, dan untuk memajukan kesejahteraan umum, mencerdaskan
kehidupan bangsa, dan ikut melaksanakan ketertiban dunia yang berdasarkan
perdamaian abadi dan keadilan sosial”. Sebagai konstitusi negara, UUD 1945 berada
pada posisi tertinggi dalam tata urutan perundang-undangan. Hal ini berarti bahwa
semua hukum yang berlaku di Indonesia haruslah sesuai dan berintisari dari UUD 1945.
c. Ketetapan MPR/TAP MPR
Ketetapan MPR atau TAP MPR merupakan salah satu dari wujud perundang-
undangan yang sah dan legitimasinya berlaku di Indonesia. Dalam hierarki peraturan
perundang-undangan, TAP MPR memiliki kedudukan yang lebih tinggi dibanding
dengan UU, Perpu, Perpres, dan Perda.
d. Peraturan Pemerintah (PP)
Peraturan pemerintah adalah suatu peraturan yang dibuat oleh pemerintah dengan
tujuan untuk melaksanakan peraturan yang berada diatasnya (undang-undang).
Peraturan pemerintah ini memiliki ciri-ciri dalam pembuatannya antara lain :
1) PP tidak bisa dibentuk apabila tidak ada undang-undang yang merupakan induknya
2) PP tidak bisa mencantumkan sanksi pidana jika UU yang merupakan induknya
tidak mencantumkan sanksi pidana
3) PP tidak bisa mengurangi atau memperluas dari ketentuan undang-undang
induknya
e. Keputusan Presiden
Berdasarkan Pasal 7 ayat (1), Pasal 100 Undang-undang Nomor 12 Tahun 2011
tentang Pembentukan Peraturan Perundang-undangan, keputusan presiden (keppres)
yang sifatnya mengatur harus dimaknai sebagai peraturan. Hal ini berarti bahwa
keputusan presiden ang sifatnya mengatur disamakan dengan peraturan presiden
(perpres), dimana peraturan presiden sendiri masuk ke dalam hierarki peraturan
perundang-undangan.
f. Keputusan Menteri
Jimly Asshiddiqie dalam buku Perihal Undang-undang, antara lain mengatakan
bahwa saat ini di Indonesia terdapat Peraturan Menteri yang berlaku sebagai peraturan
perundang-undangan yang mengikat, dan masih disebut sebagai Surat Keputusan.
Terhadap keputusan menteri yang bersifat mengatur (regels), kita harus merujuk
kepada ketentuan dalam Pasal 100 UU No. 12 Tahun 2011 tentang Pembentukan
Peraturan Perundang-undangan yang berbunyi :
“Semua keputusan Presiden, Keputusan Menteri, Keputusan Gubernur, Keputusan
Bupati/Walikota, atau keputusan pejabat lainnya sebagaimana dimaksud dalam Pasal
97 yang sifatnya mengatur, yang sudah ada sebelum undang-undang ini berlaku, harus
dimaknai sebagai peraturan, sepanjang tidak bertentangan dengan undang-undang
ini”.
Jadi, menurut UU No. 12 Tahun 2011 ini, keputusan-keputusan yang bersifat
mengatur dan sudah ada sebelum berlakunya undang-undang tersebut harus dimaknai
sebagai peraturan.
g. Peraturan Daerah/PERDA
Peraturan Daerah adalah peraturan yang dibentuk oleh DPRD dengan persetujuan
bersama Kepala Daerah. Materi dalam PERDA adalah materi yang bersangkutan dalam
rangka penyelenggaraan otonomi daerah, tugas pembantuan, dan menampung kondisi
khusus daerah serta penjabaran lebih lanjut Peraturan Perundang-undangan yang lebih
tinggi. Peraturan Daerah terdiri dari :

1) Peraturan Daerah Provinsi


2) Peraturan Daerah Kabupaten/Kota

3.1 Kesimpulan

Politik adalah suatu alat yang digunakan dalam suatu pemerintahan. Tanpa adanya
politik suatu roda pemerintahan tidak akan pernah bisa dijalankan. Tetapi politik
membutuhkan suatu bentuk untuk mewadahinya, maka dibentuklah pranata politik dengan
fungsinya masing-masing.
Kekuasaan adalah kemampuan seseorang atau sekelompok manusia untuk
mempengaruhi tingkah laku seseorang atau kelompok lain agar tingkah laku itu menjadi sesuai
dengan keinginan dan tujuan dari orang yang mempunyai kekuasaan. Sedangkan otoritas
sendiri adalah istilah yang sering digunakan dalam bidang pemerintahan yang artinya klaim
legitimasi atau pembenaran hak untuk melakukan dan menjalankan kekuasaan.

Anda mungkin juga menyukai