2. Kebutuhan Sosial
a. Pendidikan
Kebutuhan pendidikan adalah kebutuhan dasar manusia yang dinilai sangat fundamental
karena pendidikan mempunyai tugas untuk menyiapkan SDM bagi pembangunan bangsa dan
negara sekaligus berfungsi sebagai pemenuan kebutuhan edukasi bagi perkembangan manusia.
Pada dasarnya pendidikan terdiri dari pendidikan formal, non formal dan informal.
-Pendidikan formal
Pendidikan formal ini merupakan pendidikan yang diselenggarakan pada sekolah pada
umumnya. Jalur pendidikan ini mempunyai jenjang pendidikan yang jelas, mulai dari pendidikan
dasar, pendidikan menengah, sampai pendidikan tinggi.
-Pendidikan non formal
Pendidikan non formal merupakan pendidikan yang didapatkan diluar bangku sekolah.
Contoh pendidikan non formal seperti TPA, bimbel, kursus dan lain sebagainya.
-Pendidikan Informal
Pendidikan informal adalah jalur pendidikan keluarga dan lingkungan yang berbentuk
kegiatan belajar secara mandiri, dilakukan secara sadar dan bertanggung jawab.
Diantara berbagai macam pendidikan tersebut terdapat beberapa aturan yang terkait dengan
pemenuhan kebutuhan pendidikan bagi suatu individu atau kelompok dalam masyarakat yaitu
adanya aturan yang berkaitan dengan hak dan kewajiban pendidikan yang termuat dalam Pasal
31 UUD 1945. Adanya ketersediaan sarana dan prasarana yang layak, tenaga pendidik serta
berpartisipasi dalam menyelenggarakan pendidikan ini akan melangsungkan sebuah pendidikan.
Agar terselenggaranya pendidikan tersebut berjalan lancar maka terdapat tata cara dan
kelakuan didalamnya. Adanya aturan program wajib belajar dam kurikulum sebagai seperangkat
rencana dan pengaturan mengenai tujuan, isi, dan bahan pelajaran serta cara yang digunakan
sebagai pedoman penyelenggaraan kegiatan pembelajaran untuk mencapai tujuan pendidikan
tertentu dan evaluasi pendidikan sebagai kegiatan pengendalian, penjaminan, dan penetapan mutu
pendidikan terhadap berbagai komponen pendidikan pada setiap jalur, jenjang, dan jenis
pendidikan sebagai bentuk pertanggungjawaban penyelenggaraan pendidikan. Selain itu aturan
mengenai standar pendidikan sebagai kriteria dan syarat untuk masuk dan menempuh suatu
pendidikan seperti syarat masuk SD, SMP, SMA, hingga Perguruan Tinggi diadakan agar tujuan
dari pendidikan tercapai.
Diluar dari tata kelakuan secara formal, terdapat juga tata kelakuan yang dilakukan
dalamsehari hari misalkan bersikap sopan pada guru, bersikap baik kepada teman, dan pendidikan
moral yang lainnya. Jika pendidikan yang ada ini tidak dijalankan sesuai dengan aturan dan
seenaknya sendiri, maka suatu pendidikan tidak akan bisa berjalan dengan baik. Karena itu lah
pranata atau tata kelakuan untuk mengatur pendidikan.
b. Kesehatan
Kesehatan merupakan sebuah kebutuhan yang sangat mendasar bagi setiap orang.
Kesehatan ini merupakan modal awal bagi individu dalam hidup dan juga bermasyarakat. Sehat
tidak hanya terdapat pada fisik saja melainkan sehat mental yang juga merupakan hal yang cukup
penting. Untuk itu pemerintah membuat program Indonesia sehat sebagai upaya dalam
mewujudkan masyarakat Indonesia yang sehat.
Dalam pelaksanaannya pemerintah meyelenggarakan asuransi yang tentu didalamnya
terdapat peraturan-peraturan dalam mencapai tujuan. Dalam hidup kita pun terdapat suatu tata cara
maupun tata kelakuan utuk tetap dapat menjaga kesehatan tubuh kita dengan sebaik mungkin
dengan cara seperti makan makanan yang bergizi, olahraga dan tidur secara teratur dan yang
lainnya sebagai cara untuk mencapai kesehatan agar dapat bertahan hidup dan juga berkehidupan
di masyarakat.
3. Kebutuhan Agama
Kebutuhan beragama mencakup kebutuhan secara alamiah sebagai pemenuhan kebutuhan
batiniyah dan lahiriyah yang mana manusia mengakui kekuatan dalam kehidupan di luar dirinya.
Agama adalah sebuah kepercayaan kepada Tuhan yang Maha Esa, sistem budaya, serta pandangan
dunia yang menghubungkan manusia dengan tatanan dari kehidupan dengan berbagai ajaran,
larangan, anjuran dan kewajiban yang mengikat bagi umatnya. Dalam memenuhi kebutuhan
beragama maka ditetapkan jaminan kebebasan beragama di Indonesia. Salah satu contoh jaminan
bebas beragama adalah UUD, Pasal 28E ayat 1. “Setiap orang bebas memeluk agama dan
beribadat menurut agamanya, memilih pendidikan dan pengajaran, memilih pekerjaan, memilih
kewarganegaraan, memilih tempat tinggal di wilayah negara dan meninggalkannya, serta berhak
kembali.”
Dalam pelaksanaannya terdapat tata kelakuan dalam beragama berguna untuk
menyelesaikan permasalahan hidup. Agama dapat meningkatkan kesadaran hidup untuk berusaha
menjadi lebih bertaqwa dan beramal baik bagi sesama. Selain itu di dalam beragama terdapat
aturan yang mengajarkan bagaimana membangun hubungan dengan masyarakat yang lebih luas.
Agama mengajarkan suatu pengikutnya untuk saling mencintai, menghargai dan menghormati
sesama merupakan sebuah sikap yang menunjukkan sebuah identitas seorang hamba tersebut
adalah seorang penganut agama yang baik serta ciptaan Tuhan Yang Maha Sempurna. Bentuk
nyata dari hal yang mesti dilakukan untuk menunjukkan bahwa sesorang tersebut adalah hamba
Tuhan yang bertaqwa
4. Kebutuhan Keluarga
Kebutuhan keluarga adalah suatu kebutuhan yang lebih mengarah pada pemenuhan
kebutuhan afeksi atau kasih sayang. Hal tersebut terkait dengan manusia sebagai makhluk
sosial yang hidup bermasyarakat yang saling membutuhkan antara satu dengan lainnya. Dalam
pemenuhan kebutuhan pokok keluarga terdapat beberapa norma yang terdapat didalamnya
mengatur tingkah laku antar individu untuk mencapai ketentraman dan kenyamanan yaitu UUD
no 1 th 1974 tentang perkawinan. Sesuai dengan falsafah Pancasila serta cita-cita untuk pembinaan
hukum nasional, perlu adanya Undang-undang tentang perkawinan yang berlaku bagi semua
warga negara. Selain itu juga terdapat syarat dalam pelaksanaan perkawinan yaitu:
Syarat intern :
1. Perkawinan harus didasarkan atas persetujuan kedua belah pihak (Pasal 6 ayat (1) UU
Perkawinan)
2. Harus mendapat izin dari kedua orang tua, bilamana masing-masing calon belum mencapai
umur 21 tahun (Pasal 2 ayat (2) UU Perkawinan)
3. Bagi pria harus sudah mencapai usia 19 tahun dan wanita 16 tahun , kecuali ada dispensasi yang
diberikan oleh pengadilan atau pejabat lain yang ditunjuk oleh orang tua kedua belah pihak(Pasal
7 ayat (1) UU Perkawinan)
4. Kedua belah pihak dalam keadaan tidak kawin, kecuali bagi mereka yang agamanya
mengizinkan untuk berpoligami (Pasal 3 ayat (2) dan Pasal 4 UU Perkawinan)
Selain itu, Pasal 8 UU Perkawinan melarang perkawinan antara dua orang yang :
1. Berhubungan darah dalam garis keturunan lurus ke bawah atau pun ke atas.
2. Berhubungan darah dalam garis keturunan menyamping yaitu antara saudar, antara seorang
dengan saudara orang tua dan antara seorang dengan saudara neneknya
3. Berhubungan semenda yaitu mertua, anak tiri, menantu, dan Ibu/Bapak tiri
4. Berhubungan sepersusuan
5. Berhubungan saudara dengan istri atau sebagai bibi atau kemenakan dari istri dalam hal seorang
suami istri lebih dari seorang
6. Mempunyai hubungan yang oleh agamanya atau peraturan lain yang berlaku dilarang kawin
Syarat ekstern diantaranya adalah laporan, pengumuman, pencegahan serta pelangsungan.
Pernikahan yang pada dasarnya akan membangun kehidupan berkeluarga pada umumnya
harus diakui oleh negara. Menurut Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1974 tentang Perkawinan,
perkawinan yang sah adalah perkawinan yang dilakukan berdasarkan hukum agama dan dicatatkan
oleh negara. Adapun pernikahan yang masih mempertahankan tradisi misalnya dalam pernikahan
adat jawa, terdapat beberapa tradisi seperti upacara pemasangan Tarub, sungkeman orang tua,
siraman, midodareni, Srah-Srahan, dan lain-lain.
Aturan terkait dengan tempat tinggal, apabila kedua belah pihak yakni suami
ataupun istri belum memiliki tempat tinggal sendiri, biasanya istri mulai menempati
tempat tinggal suami (milik mertua) setelah prosesi “ngunduh mantu”. Namun, hal
tersebut bukaan merupakan hal yang mutlak harus dilakukan dan dikembalikan lagi
pada kesepakatan dari pihak laki-laki maupun perempuan.
Kesimpulan
Pranata sosial dan lembaga sosial dibedakan sebagai wadah dan isi. Kita sebagai
masyarakat hidup di lingkungan sosial yang mau tidak mau harus mengikuti apa saja yang harus
dilakukan termasuk di masyarakat. Oleh karena itu apa saja yang dibutuhkan untuk hidup
bermasyarakat dapat dikatakan kebutuhan pokok dalam bermasyarakat. Kebutuhan-kebutuhan itu
dapat berupa kebutuhan ekonomi, sosial, agama dan kekeluargan. Kaitannya dengan pranata sosial
yaitu sebagai pengatur kebutuhan manusia yang tidak terbatas dengan alat pemenuhan kebutuhan
yang terbatas agar mencapai keteraturan dengan adanya aturan aturan. Dalam kehidupan
bermasyarat yang dibatasi oleh aturan sebenarnya bertujuan untuk mengatur tingkah laku dan
untuk menjamin kenyamanan dalam berkehidupan di masyarakat.
Menurut Koentjaraningrat pranata sosial adalah suatu sistem tata kelakuan dan hubungan
yang berpusat pada aktivitas-aktivitas untuk memenuhi kompleks-kompleks kebutuhan khusus
dalam kehidupan masyaarakat. Menurut Robert Melver dan C.H. Page, mengartikanpranata sosial
adalah lembaga sosial sebagai proedur atau tata cara yang telah diciptakan untukmengatur
hubungan antar manusia yang tergabung dalam suatu kelompok masyarakat.Pranata sosial adalah
lembaga sosial yang merupakan perbuatan, cita-cita, sikap, dan perlengkapan kebudayaan yang
mempunyai sikap kekal serta yang bertujuan untuk memenuhi kebutuhan-kebutuhan masyarakat.
Dari beberapa pengertian pranata sosial yang dikemukakan beberapa tokoh sosiologi dan
antropologi tersebut, maka pranata sosial berkaitan dengan:
Berdasarkan pengertian pranata sosial tersebut, maka pranata sosial merupakan pedoman
bagi warga masyarakat dalam melakukan aktivitasnya sebagai mahluk sosial.Keberadaan pranata
sosial dalam masyarakat berbeda dengan lembaga atau organisasi sosial lainnya. Untuk
membedakannya, maka secara umum terdapat lima ciri pranata sosial, yaitu:
1. Adanya tujuan, dapat digunakan dalam jangka waktu yang relatif lama, tertulis atau tidak
tertulis,
2. Diambil dari nilai-nilai dan adat istiadat yang berlaku di masyarakat,
3. Adanya prasarana pendukung, seperti bangunan dan lambang tertentu.
4. Di dalam pranata sosial akan ditemukan unsur budaya dan unsur struktural, yaitu berupa
norma dan peranan sosial.
5. Pranata sosial dapat dikatakan sebagai suatu adat kebiasaan dalam kehidupan bersama yang
mempunyai saksi yang disistematisasikan dan dibentuk oleh kewibawaan masyarakat.
Menurut Gillin dan Gillin dalam General Features Of Social Institutions, mengemukakan
enam ciri pranata sosial , yaitu:
Crescive institution adalah pranata sosial yang secara tidak sengaja tumbuh dari kebiasaan
masyarakat. Misalnya: tata cara perkawinan, norma-norma, dan berbagai upacara adat.
Enacted institution adalah pranata sosial yang sengaja dibentuk untuk memenuhi
kebutuhan tertentu. Misalnya: lembaga pendidikan, lembaga kesehatan, lembaga
keuangan.
Basic institution adalah pranata sosial yang dianggap penting dalam upya pengawasan
terhadap tata tertib di masyarakat. Misalnya, keluarga, sekolah, dan negara.
Subsidiary institution adalah pranata yang dianggap kurang penting. Misalnya tempat-
tempat hiburan atau rekreasi.
Approved institution adalah bentuk pranata yang diterima secara umum oleh masyaraka.
Misalnya lembaga pendidikan, lembaga peradilan, dan lain-lain.
Unsanctioned institution adalah bentuk pranata sosial yang secara umum ditolak oleh
masyarakat. Misalnya berbagai perilaku penyimpangan, seperti merampok, memeras,
pusat-pusat perjudian, prostitusi, dan lain-lain.
General institution adalah bentuk pranata sosial yang diketahui dan dipahami masyarakat
secara umum. Misalnya keberadaan agama dalam kehidupan.
Restricted institution adalah bentuk pranata sosial yang hanya dipahami oleh anggota
kelompok tertentu. Misalnya pelaksanaan ajaran agama Islam, Kristen, Katolik, Hindu,
Buddha, Kong Hu Cu, atau berbagai aliran kepercayaan lainnya.
5. Berdasarkan fungsinya, pranata sosial dapat dibedakan menjadi 2 juga, yaitu:
Cooperative institution adalah bentuk pranata sosial yang berupa kesatuan pola dan tata
cara tertentu. Misalnya pranata perdagangan dan pranata industri.
Regulative institution adalah bentuk pranata sosial yang bertujuan mengatur atau
mengawasi pelaksanaan nilai-nilai atau norma-norma yang berkembang di masyarakat.
Misalnya pranata hukum, seperti kepolisian, kejaksaan, dan pengadilan. (sumber: LKS IPS
untuk SMP/MTs Kelas VIII Semester II. CV. Teguh Karya).
3.1 Kesimpulan
Pranata sosial merupakan pedoman bagi warga masyarakat dalam melakukan aktivitasnya
sebagai mahluk sosial. Menurut Gillin dan Gillin terdapat 6 (enam) ciri umum pranata sosial yaitu
merupakan pola-pola pemikiran dan pola-pola perilaku, memiliki tingkat kekekalan tertentu,
memiliki satu atau beberapa tujuan, memiliki alat-alat perlengkapan untuk mencapai tujuan,
memiliki ciri khas berupa lambing-lambang atau symbol-simbol, dan memiliki tradisi yang tertulis
maupun tidak tertulis.
- Kelompok 3 : ??? -
1.1 Ruang Lingkup Tumbuh Kembangnya Pranata Sosial
1. Norma Sosial
Agar hubungan antarmanusia di dalam suatu masyarakat terlaksana sebagaimana yang
diharapkan maka diperlukanlah norma. Mula-mula norma dibentuk dengan tidak sengaja oleh
masyarakat. Namun lama-kelamaan dalam perkembangannya mulai dibuat secara sadar. Norma-
norma yang ada di dalam masyarakat mempunyai kekuatan mengikat yang berbeda-beda. Untuk
dapat membedakan kekuatan mengikat norma-norma tersebut, secara sosiologis dikenal adanya
empat pengertian, yaitu :
a. cara (usage), menunjuk pada suatu bentuk perbuatan. Norma ini agak lemah jika dibandingkan
dengan kebiasaan, lebih menonjolkan kepada bentuk hubungan individu dalam masyarakat. Suatu
penyimpangan dalam norma ini tidak akan mengakibatkan hukuman yang berat.
b. kebiasaan (folkways), menunjuk kepada suatu perbuatan yang diulang-ulang dalam bentuk yang
sama. Mempunyai kekuata mengikat yang lebih besar daripada cara.
c. tata kelakuan (mores), mencerminkan sifat-sifat yang hidup dari kelompok manusia yang
dilaksanakan sebagai alat pengawas oleh masyarakat terhadap anggotanya.
d. adat istiadat (custom), suatu tata kelakuan yang kekal dan kuat integrasinya dengan pola-pola
perilaku masyarakat. Bagi anggota yang melanggar maka dapat dikenakan sanksi yang berat.
Dalam rangka pembentukannya sebagai pranata sosial, norma tersebut mengalami beberapa
proses, yaitu :
a. Proses pelembagaan atau institutionalization, yaitu suatu proses yang dilewati oleh suatu norma
kemasyarakatan yang baru untuk menjadi bagian dari suatu lembaga kemasyarakatan sehingga
norma itu bisa dikenal, diakui, dihargai dan kemudian ditaati dalam kehidupan sehari-hari.
2. Lembaga Sosial
Secara sosiologis, istilah lembaga dapat diartikan sebagai suatu format yang terstruktur dan
mapan. Dalam pengertian ini lembaga sebagai suatu jaringan sarana hidup berisi peranan yang
menjalankan fungsi masyarakat secara terus-menerus dan berulang-ulang. Secara umum lembaga
lahir dari cara-cara berbuat (usage) menjadi kebiasaan (folkways), lalu kebiasaan tumbuh menjadi
tata kelakuan (mores) dan apabila tata kelakuan ini bertambah matang, disertai adanya aturan dan
pengenaan sanksi yang relatif berat terhadap pelanggar aturan tersebut, maka telah terbentuk apa
yang disebut sebagai adat istiadat.
Leopold von Wiese dan Howard Becker mengartikan lembaga sebagai suatu jaringan dari
proses-proses hubungan antar manusia dan antar kelompok manusia yang berfungsi untuk
memelihara hubungan-hubungan tersebut, serta pola-polanya sesuai dengan kepentingan-
kepentingan manusia dan kelompoknya. Dengan demikian lembaga dalam pengertian hubungan
sosial dapat diartikan sebagai suatu jaringan proses hubungan antar manusia dalam kehidupan
masyarakat, dimana dalam proses tersebut terdapat suatu pola perilaku yang disepakati bersama
sebagai patokan agar stabilitas kerjasama upaya mencapai tujuannya dapat terpelihara.
Soedjito Sosrodigardjo, memberikan dua macam pengertian lembaga sosial yaitu : Pertama,
lembaga sosial merupakan pelaksana pranata-pranata yang mengatur hubungan antar manusia di
dalam hidup bermasyarakat dan berkisar sekitar kepentingan-kepentingan tertentu. Kedua,
lembaga sosial diartikan sebagai wadah untuk memberikan kekuatan pada pranata-pranata sosial.
3. Organisasi Sosial
Di dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, kata organisasi diartikan sebagai kesatuan atau
susunan yang terdiri dari bagian-bagian (struktur atau orang) dalam perkumpulan dan sebagainya
untuk tujuan tertentu. Organisasi dapat pula diartikan sebagai kelompok kerja sama di antara
orang-orang yang diadakan untuk mencapai tujuan bersama.
3.1 Kesimpulan
Pranata merupakan sistem norma yang menata serangkaian tindakan berpola guna memenuhi
suatu keperluan yang khusus dalam kehidupan masyarakat. Pranata dibentuk, dipertahankan, dan
diubah oleh manusia karena pranata juga mampu mempengaruhi cara berfikir dan bertindak.
Adapun ruang lingkup yang terdapat dalam pranata sosial yaitu norma sosial, lembaga sosial,
dan organisasi sosial. Ketiga ruang lingkup tersebut memiliki fungsi yang berbeda namun
semuanya menunjang keberlangsungan adanya pranata sosial.
W.G. Sumner (Soekanto, 1984), melihat lembaga dari sudut pandang kebudayaan. Pranata sosial
adalah lembaga sosial yang merupakan perbuatan, citacita, sikap, dan perlengkapan kebudayaan
yang mempunyai sikap kekal serta yang bertujuan untuk memenuhi kebutuhan-kebutuhan
masyarakat. Sedangkan Koentjaraningrat (1980), lembaga sosial adalah suatu sistem tata
kelakuan dan hubungan yang berpusat kepada aktivitas untuk memenuhi kompleksitas kebutuhan
khusus dalam kehidupan manusia.
Dari beberapa pengertian pranata sosisal yang dikemukakan beberapa tokoh sosiologi dan
antropologi tersebut, maka lembaga sosial berkaitan dengan:
2. Seperangkat norma yang dapat dibentuk, diubah, dan dipertahankan sesuai dengan kebutuhan
hidup
3. Seperangkat norma yang mengatur hubungan antar warga masyarakat agar dapat berjalan
dengan tertib dan teratur.
4. Fungsi pranata sosial atau lembaga sosial adalah agar ada keteraturan dan integrasi di dalam
masyarakat
Menurut Suhandi (1987), terdapat empat syarat bagi lembaga atau organisasi sosial agar
menjadi pranata sosial, yaitu:
1. Harus memiliki aturan atau norma yang hodup dalam ingatan atau yang tertulis.
2. Aktivitas-aktivitas bersama itu harus memiliki suatus sistem hubungan yang didasarkan
atasnorma-norma tertentu.
Dengan demikian Pranata sosial adalah merupakan norma yang ada di masyarakat yang relatif, di
mana warga masyarakatnya memiliki fungsi masingmasing untuk mendukung pranata sosial
tersebut agar berfungsi bagi keteraturan dan integrasi sosial.
Proses terbentuknya norma itu sendiri berawal dari sejumlah nilai-nilai yang terinternalisasi
dalam perilaku warganya. Proses ini tentunya tidak sekali jadi,melainkan melalui proses yang
panjang dan memakan waktu lama. Norma-norma tersebut kemudian membentuk sistem norma
yang kita kenal sebagai pranata sosial. Proses sejumlah norma menjadi pranata sosial disebut
pelembagaan atau institusionalisasi. Proses ini tentu tidak sekali jadi, melainkan melalui proses
yang panjang dan memakan waktu yang lama. Maka dari itu, pranata sosial sering disebut sebagai
lembaga sosial. Pranata sosial yang terdapat di dalam setiap masyarakat tanpa memperdulikan
apakah masyarakat tersebut mempunyai taraf kebudayaan sederhana atau modern. Karena setiap
masyarakat tentu mempunyai kebutuhan-kebutuhan pokok yang apabila dikelompokkann
terhimpun menjadi lembaga kemasyarakatan.
Keberadaan pranata sosial dalam kehidupan masyarakat, bukanlah merupakan sesuatu yang
bersifat statis. Karena fungsinya untuk memenuhi kebutuhan-kebutuhan manusia yang beraneka
ragam dan selalu berubah-ubah, maka pranata sosial pun dapat mengalami perubahan sesuai
dengan fungsinya tersebut. Perubahan pada pranata sosial dapat terjadi pranata sosial tertentu
sudah tidak memenuhi kebutuhan hidup masyarakat secara keseluruhan, maka pranata social
tersebut harus diubah. Proses perubahannya itu berlangsung dalam interaksi di dalam masyarakat.
Perubahan pranata sosial tidak dapat dilakukan oleh seseorang, sekalipun orang tersebut memiliki
kekuasaan. Karena itu, walaupun pranata sosial bisa berubah tetapi dalam kenyataannya sulit
dilakukan. Hal ini sangat tergantung pada beberapa hal seperti:
1. Proses internalisasi pranata sosial yang dialami sejak lahir sampai meninggal, merupakan proses
waktu yang relatif lama.
2. Adanya kontrol sosial, yang pada dasarnya merupakan suatu mekanisme dalam kehidupan
masyarakat yang dijalankan untuk menjamin agar individu mematuhi norma-norma yang berlaku.
Dalam hal ini antara internalisasi dan kontrol sosial mempunyai kaitan yang sangat erat dimana
keduanya berlangsung dalam suatu proses interaksi sosial. Sedangkan perbedaannya internalisasi
menghasilkan kepatuhan pada individu baik melalui paksaan atau rayuan berbagai pihak dalam
masyarakat.
Norma merupakan pedoman atau patokan bagi perilaku dan tindakan seseorang atau
masyarakat yang bersumber pada nilai. Sedangkan nilai adalah merupakan hal yang dianggap baik
atau buruk atau sebagai penghargaan yang diberikan masyarakat kepada segala sesuatu yang
mempunyai daya guna bagi kehidupan bersama. Dengan kata lain, norma adalah wujud konkrit
dari nilai yang merupakan pedoman, berisi suatu keharusan bagi individu atau masyarakat, dapat
juga norma dikatakan sebagai cara untuk melakukan tindakan dan perilaku yang dibenarkan untuk
mewujudkan nilai-nilai. Untuk melaksanakan nilai, diperlukan norma sebagai pedoman
berperilaku, baik berupa suatu keharusan, anjuran maupun larangan. Dengan kata lain, norma
sosial ialah ukuran sosial yang menentukan apa yang harus dilakukan, apa yang harus dimiliki,
dipercayai, dan dikehendaki oleh seseorang sebagai anggota suatu masyarakat. Norma merupakan
perwujudan dari nilai-nilai yang dianut oleh masyarakat. Bila nilai adalah sesuatu yang baik,
diinginkan dan dicita-citakan oleh masyarakat, maka norma merupakan aturan bertindak atau
berbuat yang dibenarkan untuk mewujudkan cita-cita tersebut.
Norma dianggap positif apabila dianjurkan atau diwajibkan oleh lingkungan sosialnya.
Sedangkan norma dianggap negatif, apabila tindakan atau perilaku seseorang dilarang dalam
lingkungan sosialnya. Karena norma sosial sebagai ukuran untuk berprilaku, maka diperlukan
adanya sanksi bagi individu yang melanggar norma. Seseorang diberikan sanksi dikarenakan
seseorang yang melanggar norma harus diberikan penyadaran bahwa perbuatannya tersebut tidak
sesuai dengan aturan.
Norma sosial kekuatan mengikat yang berbeda-beda. Ada norma yang lemah dan kuat
kekuatan mengikatnya. Berdasarkan kekuatannya tersebut, terdapat empat jenis norma, yaitu:
1. Cara (usage), penyimpangan terhadap cara tidak akan mendapat hukuman yang berat, tetapi
hanya celaan. Contohnya orang yang makna dengan bersuara, cara makan tanpa sendok dan garpu.
3. Tata kelakuan (mores), kebiasaan yang dianggap tidak hanya sebagai perilaku saja, tetapi
diterima sebagai norma-norma pengatur.
4. Adat istiadat (custom), yaitu tata kelakuan yang menyatu dengan pola-pola perilaku
masyarakat dan memiliki kekuatan mengikat yang lebih besar, sehingga apabila dilanggar maka
mendapat sanksi dari masyarakat.
Walaupun kekuatan norma bersifat mengikat dan memaksa akan tetapi pengetahuan dan keadaan
yang baru dapat menyebabkan perkembangan norma sosial. Karena itu, norma sosial bukan
sesuatu ketentuan yang tetap tetapi berubah dari waktu ke waktu.
Dalam masyarakat dikenal tiga norma yang mengatur pola perilaku setiap individu, yaitu:
1. Norma tidak tertulis yang dilakukan (informal) masyarakat dan telah melembaga, lambat
laun akan menjadi peraturan tertulis. walaupun sifatnya tidak baku tetapi tergantung pada
kebutuhan di masyarakat, hal ini dapat juga merupakan gabungan dari folk-sway dan mores,
seperti pembentukan keluarga, cara membesarkan anak. Dari lembaga sosial terkecil sampai
masyarakat, akan mengenal norma perilaku, nilai cita-cita dan sistem hubungan sosial. Karena itu
suatu lembaga akan mencakup:
b. serangkaian tata kelakuan, sikap dan nilai-nilai yang mendukung; dan c. sebentuk tradisi, ritual,
upacara simbolik dan pakaian adat serta perlengkapan yang lain.
2. Norma tertulis (formal), biasanya dalam bentuk peraturan atau hukum yang telah dibakukan
dan berlaku di masyarakat.
a. Norma ini umumnya berhubungan dengan kepentingan dan ketentraman warga masyarakat
banyak, seperti mengganggu gadis yang lewat, bergerombol di gang.
b. Norma ini bertujuan mengatur dan menegakkan kehidupan masyarakat, agar merasa tentram
dan aman dari segala gangguan yang dapat meresahkannya. Norma ini disebut juga peraturan atau
hukum. Seseorang yang melanggar peraturan yang telah ditetapkan dan disetujui masyarakat,
maka orang yang bersangkutan akan dikenakan sanksi.
3. Tindakan atau perbuatan yang dilakukan individu atau sekelompok masyarakat berupa
iseng atau meniru tindakan orang lain. Norma ini akan mengaturnya sepanjang perbuatan
tersebut tidak menyimpang dari norma masyarakat yang berlaku. Contoh: Individu meniru pakaian
atau penampilan anggota kelompok musik tertentu, sebagai idolanya; Potongan rambut gondrong
atau dikucir, dll, yang sifatnya berupa mode atau fashion yang setiap waktu senantiasa mengalami
perubahan.
Terdapat lima norma yang umumnya berlaku dalam kehidupan masyarakat, yaitu:
1. Norma Kesopanan/etika. Adalah norma yang berpangkal pada aturan tingkah laku yang diakui
di masyarakat, seperti cara berpakaian, cara bersikap dan berbicara dalam bergaul. Norma ini
bersifat relatif, berarti terdapat perbedaan yang disesuaikan dengan tempat, lingkungan, dan waktu.
Dengan kata lain, norma ini merupakan suatu aturan yang mengatur agar masyarakat berperilaku
dengan sopan. Jika terjadi pelanggaran pada norma etika, maka tentu saja akan mendapat sanksi
berupa teguran atau hukuman.
2. Norma Kesusilaan. Norma ini mengatur bagaimana seseorang dapat berperilaku secara baik
dengan pertimbangan moral atau didasarkan pada hati nurani atau ahlak manusia. Norma ini
bersifat universal, dimana setiap orang di seluruh dunia mengakui dan menganut norma ini. Akan
tetapi, bentuk dan perwujudannya mungkin berbeda. Contoh: tindakan perkosaan tentu ditolak
oleh masyarakat di manapun.
3. Norma Agama. Didasarkan pada ajaran atau akidah suatu agama. Norma ini menuntut ketaatan
mutlak setiap penganutnya. Dalam agama terdapat perintah dan larangan yang harus dijalankan
para pemeluknya. Apabila seseorang melanggar perintah Tuhannya, maka ia akan mendapat dosa.
Demikian sebaliknya, apabila ia melaksanakan perintah-Nya, maka ia akan mendapatkan pahala
sebagai ganjarannya. Karena agama didasarkan pada suatu keyakinan, maka bagi masyarakat yang
agamis norma ini akan sangat efektif untuk mengatur kehidupan dalam masyarakat.
4. Norma Hukum. Norma ini merupakan jenis norma yang paling jelas dan kuat ikatannya karena
merupakan norma yang baku. Didasarkan pada perintah dan larangan yang mengatur tata tertib
dalam suatu masyarakat dengan ketentuan yang sah dan terdapat penegak hukum sebagai pihak
yang berwenang menjatuhkan sanksi. Contoh: seorang terdakwa yang melakukan pembunuhan
terencana divonis oleh hakim dengan dikenakan hukuman minimal 15 tahun.
5. Norma Kebiasaan. Didasarkan pada hasil perbuatan yang dilakukan berulangulang dalam
bentuk yang sama sehingga menjadi suatu kebiasaan. Contoh: Mudik di hari raya.
1. Diketahui. Gejala awal dari suatu aturan sosial yang telah melembaga adalah apabila norma-
norma tersebut telah diketahui oleh setiap anggota masyarakat, namun taraf pelembagaannya
masih lemah. Contoh: seorang murid tentu akan mengetahui tata tertib di sekolah.
2. Dipahami. Taraf pelembagaan akan meningkat apabila setiap anggota masyarakat memahami
fungsi dari suatu lembaga sosial. Contohnya: setiap anggota masyarakat memahami bahwa sekolah
bukan hanya sebagai lembaga sosial yang memuat peraturan dan tata tertib yang harus ditaati oleh
seluruh siswa. Sebagai perwujudan lembaga pendidikan, sekolah juga harus memberikan
pelayanan yang optimal kepada seluruh masyarakat.
3. Ditaati. Menaati norma dalam bentuk sikap dan prilaku yang selaras aturanaturan sosial
merupakan indikasi bahwa taraf pelembagaan suatu norma berkembang pada taraf yang lebih
tinggi. Norma sosial senantiasa dijadikan sebagai pedoman dalam melaksanakan berbagai aktivitas
kehidupan.
4. Dihargai. Pelembagaan suatu norma dikategorikan mencapai taraf sempurna, apabila norma
sosial telah telah tertanam dalam diri setiap anggota masyarakat. Dengan kata lain, setiap anggota
masyarakat selalu berkeinginan untuk bersikap dan bertindak sesuai dengan norma yang berlaku,
serta berupaya agar norma tersebut senantiasa hidup di dalam masyarakat. Contoh: Pancasila
sebagai falsafah hidup bangsa dan negara bagi rakyat Indonesia.
Pengendalian sosial memiliki arti yang lebih luas yang mencakup pengertian segala proses,
baik yang direncanakan atau tidak, bersifat mendidik, mengajak atau bahkan memaksa warga
masyarakat agar mematuhi kaidah-kaidah dan nilai sosial yang berlaku. Pengendalian sosial dapat
dilakukan oleh individu terhadap individu lainnya, dilakukan oleh individu terhadap suatu
kelompok, dilakukan oleh suatu kelompok terhadap kelompok lainnya. Pengendalian sosial
bertujuan untuk mencapai keserasian antara stabilitas dengan perubahan-perubahan yang terjadi
dalam masyarakat atau untuk mencapai suatu keadaan damai melalui keserasian antara kepastian
dengan keadilan/keseimbangan.
Berdasarkan sifatnya, pengendalian sosial bersifat preventif dan represif, atau bahkan
kedua-duanya. Prevensi merupakan suatu usaha pencegahan terhadap terjadinya gangguan pada
keserasian. Sedangkan represif bertujuan untuk mengembalikan keserasian yang pernah
mengalami gangguan. Usaha-usaha preventif misalnya melalui proses sosialisasi, pendidikan
formal maupun non formal. Sedangkan represif berwujud penjatuhan sanksi terhadap para warga
masyarakat yang melanggar atau menyimpang dari kaidah-kaidah yang berlaku. Suatu proses
kontrol sosial dapat dilaksanakan dengan cara tanpa kekerasan (persuasive) atau dengan paksaan
(coersive). Selain kedua cara tersebut, dikenal pula teknik-teknik compulsion dan pervasion.
Compulsion dilaksanakan dengan menciptakan situasi sedemikian rupa, sehingga seseorang
terpaksa taat atau mengubah sikapnya, yang menghasilkan kepatuhan secara tidak langsung.
Sedangkan pada pervasion norma yang ada di ulang-ulang penyampaiannya dengan harapan
bahwa hal tersebut masuk dalam aspek bawah sadar seseorang. Dengan demikian orang tersebut
akan mengubah sikapnya, sehingga serasi dengan hal-hal yang diulang - ulang penyampaiannya
itu.
Pendidikan, baik di sekolah maupun di luar sekolah, merupakan salah satu alat
pengendalian sosial yang telah melembaga baik pada masyarakat bersahaja maupun yang sudah
kompleks. Hukum di dalam arti luas juga merupakan alat pengendalian sosial yang biasanya
dianggap paling ampuh, karena lazimnya disertai sanksi tegas yang berwujud penderitaan dan
dianggap sebagai sarana formal.
Pranata Sosial (Woolcock, 2013 : 24) dapat mengurangi atau melegitimasi kekerasan yang meluas,
kehancuran, pengucilan, dan kesengsaraan. Pranata sosial juga bertujuan untuk memenuhi
kebutuhan-kebutuhan pokok manusia, pada dasarnya mempunyai beberapa fungsi sebagai berikut:
1. Memberikan pedoman pada anggota masyarakat, bagaimana mereka harus bertingkah laku atau
bersikap di dalam menghadapi masalah-masalah dalam masyarakat, terutama yang menyangkut
kebutuhan-kebutuhan.
Kesimpulan
Norma dan kontrol sosial adalah dua aspek penting dalam proses pertumbuhan pranata sosial. Nilai
sosial bersifat abstrak yang merupakan ukuran baik dan benar dalam masyarakat. Norma sosial
adalah pedoman berperilaku bagi masyarakat yang bersumber dari nilai sosial. Norma sosial
memiliki kekuatan yang berbeda yang terdiri atas: cara, kebiasaan, tata kelakuan, dan adat istiadat.
Norma sosial terdiri atas norma tidak tertulis dan norma tertulis. Tindakan. Keberadaan norma
harus dilembagakan (instituonalized) agar dapat diterapkan dalam kehidupan masyarakat.
Pelembagaan norma sosial merupakan suatu proses yaitu: dikatahui, dipahami, ditaati, dan
dihargai oleh warga masyarakat. Norma sosial yang terdapat pada masyarakat adalah: norma
kesopnaan, norma kesusilaan, norma hukum, norma agaman, dan norma kebiasaan. Tujuan kontrol
sosial adalah untuk tercapainya keserasian dan kedamaian dalam kehidupan masyarakat.
Jadi, berdasarkan definisi dari para ahli di atas dapat disimpulkan bahwa norma adalah
ketentuan yang mengatur tingkah laku manusia dalam kehidupan bermasyarakat.
Proses pelembagaan yaitu suatu proses yang dilewati oleh suatu norma yang baru untuk
menjadi bagian dari salah satu lembaga kemasyarakatan. Yang dimaksud ialah, sampai norma
tersebut dikenal, diakui, dihargai, dan kemudian ditaati dalam kehidupan sehari-hari oleh
masyarakat.
Proses pelembagaan erat hubungannya dengan lembaga sosial, karena pada hakikatnya
suatu lembaga sosial mencakup himpunan norma-norma dari segala tingkatan yang berkisar
pada kebutuhan pokok manusia. Proses pelembagaan yaitu suatu proses yang dilewati oleh
suatu norma kemasyarakatan yang baru unutk menjadi bagian dari salah satu lembaga
kemasyarakatan; dalam arti bahwa norma kemasyarakatan itu dikenal, diakui, ditaati, dan
kemudian dihargai dalam kehidupan sehari-hari. Suatu norma akan terlembaga
(institusionalized) dalam suatu sistem sosial tertentu (menurut H.M. Johnson (Sunarto, 2004))
apabila paling sedikit memenuhi tiga syarat, yaitu :
a. Bagian terbesar dari warga suatu sistem sosial menerima norma-norma tersebut.
b. Norma-norma tersebut telah menjiwai bagian terbesar warga-warga sistem sosial
tersebut.
c. Norma tersebut bersanksi
Proses pelembagaan sebenarnya tidak berhenti demikian saja, akan tetapi dapat
berlangsung lebih jauh lagi hingga suatu norma kemasyarakatan tidak hanya menjadi
institutionalized dalam masyarakat, tetapi menjadi internalized. Maksudnya adalah suatu taraf
perkembangan dimana para anggota masyarakat dengan sendirinya ingin berprilaku sejalan
dengan perilaku yang memang sebenarnya memenuhi kebutuhan masyarakat. Dengan kata lain,
norma-norma tadi telah mendarahdaging (internalized).
3.1 Kesimpulan
Dari materi di atas, dapat disimpulkan bahwa norma merupakan aturan yang
mengikat dan sebagai panduan di dalam masyarakat. Sedangkan lembaga kemasyarakatan
merupakan jaringan dalam proses hubungan antar individu ataupun kelompok di dalam
masyarakat sesuai kepentingannya, pelembagaan suatu norma sosial menjadi lembaga
sosial pada umumnya melalui empat tahapan yaitu diketahui, dipahami, ditaati, dan
dihargai.
- KELOMPOK 6 : ??? -
2.1 Pengertian Norma dan Fungsi Sosial
A. Pengertian Norma Sosial :
Norma Sosial merupakan patokan-patokan perilaku yang berlaku didalam suatu kelompok. Aturan
atau norma membatasi dan mengendalikan tingkah laku mereka agar tetap sesuai dengan norma
sosial. Menurut pendapat (Widjaja,1985: 168), Norma sosial merupakan petunjuk mengenai
tingkah laku yang harus dilakukan dan tidak boleh dilakukan dalam kehidupan sehari-hari,
berdasarkan pada suatu alasan atau motivasi tertentu dengan disertai sanksi.
B. Fungsi Norma Sosial :
1. Sebagai dasar sanksi bagi setiap individu yang melanggar norma yang telah
berlaku.
2. Membantu segala bentuk tingkah laku dari manusia agar mengikuti nilai-nilai dan
norma yang telah telah ditetapkan.
3. Menciptakan keadilan, kenyamanan,, ketentraman, kenyamanan, dan ketertiban
didalam masyarakat.
4. Membantu tercapainya tujuan dalam kehidupan masyarakat.
C. Macam-macam Norma
Dalam kehidupan manusia terdapat bermacam-macam norma, yaitu sebagai berikut :
1. Norma Agama
Norma Agama merupakan aturan-aturan hidup yang berupa perintah-perintah dan larangan-
larangan, yang oleh pemeluknya diyakini bersumber dari Tuhan Yang Maha Esa. Pada umumnya
setiap pemeluk agama menyakini bawa barang siapa yang mematuhi perintah-perintah Tuhan dan
menjauhi larangan-larangan Tuhan akan memperoleh pahala. Sebaliknya barang siapa yang
melanggarnya akan berdosa dan sebagai sanksinya, ia akan memperoleh siksa. Sikap dan
perbuatan yang menunjukkan kepatuhan untuk menjalankan perintah-Nya dan menjauhi larangan-
Nya tersebut disebut taqwa.
2. Norma Kesusilaan
Norma kesusilaan merupakan aturan-aturan hidup tentang tingkah laku yang baik dan buruk, yang
berupa “bisikan-bisikan” atau suara batin yang berasal dari hati nurani manusia. Karena potensi
nilai-nilai kesusilaan itu tersimpan pada hati nurani setiap manusia (yang berbudi), maka hati
nurani manusia dapat disebut sebagai sumber norma kesusilaan. Sebagai contoh, tindak
pemerkosaan dipandang sebagai tindakan yang melanggar kesusilaan, dibelahan dunia manapun
dan pada masa kapanpun juga. Kepatuhan terhadap norma kesusilaan akan menimbulkan rasa
bahagia, sebab yang bersangkutan merasa tidak mengingkari hati nuraninya. Sebaliknya,
pelanggaran terhadap norma kesusilaan pada hakikatnya merupakan pengingkaran terhadap hat
nuraninya sendiri, sehingga sebagaimana dikemukakan dalam sebuah mutiara hikmah,
pengingkaran terhadap hati nurani itu akan menimbulkan penyesalan atau bahkan penderitaan
batin. Inilah bentuk sanksi terhadap pelanggaran norma kesusilaan.
3. Norma Kesopanan
Norma kesopanan adalah aturan hidup bermasyarakat tentang tingkah laku yang baik dan tidak
baik baik, patut dan tidak patut dilakukan, yang berlaku dalam suatu lingkungan masyarakat atau
komunitas tertentu. Norma ini biasanya bersumber dari adat istiadat, budaya, atau nilai-nilai
masyarakat. Dengan demikian norma kesopanan itu bersifat kultural, kontekstual, nasional atau
bahkan lokal. Suatu perbuatan yang dianggap sopan oleh sekelompok masyarakat mungkin saja
dianggap tidak sopan bagi sekelompok masyarakat yang lain. Dengan demikian secara singkat
dapat dikatakan bahwa norma kesopanan itu tergantung pada dimensi ruang dan waktu. Sebagai
contoh, beberapa tahun yang lalu ketika seorang pejabat di Jawa Timur sedang didengar
kesaksiannya di pengadilan dan ketika seorang terdakwa di ibu kota sedang diadili telah ditegur
oleh hakim ketua, karena keduanya dianggap tidak sopan dengan sikap duduknya yang “jegang”
(menyilangkan kaki). Kasus ini menimbulkan tanggapan pro dan kontra dari berbagai kalangan
dan menjadi diskusi yang hangat tentang ukuran kesopanan yang digunakan. Demikian pula halnya
ketika advokat kenamaan di ibu kota berkecak pinggang di depan majelis hakim, yang oleh majelis
hakim perbuatan itu bukan hanya dinilai tidak sopan, tapi lebih dari itu dinilai sebagai contempt of
court (penghinaan terhadap pengadilan), sehingga tentu saja mempunyai implikasi hukum.
4. Norma Hukum
Norma hukum adalah aturan-aturan yang dibuat oleh lembaga negara yang berwenang, yang
mengikat dan bersifat memaksa, demi terwujudnya ketertiban masyarakat. Sifat “memaksa”
dengan sanksinya yang tegas dan nyata inilah yang merupakan kelebihan norma hukum dibanding
dengan ketiga norma yang lain. Negara berkuasa untuk memaksakan aturan-aturan hukum guna
dipatuhi dan terhadap orang-orang yang bertindak melawan hukum diancam hukuman. Ancaman
hukuman itu dapat berupa hukuman bandan atau hukuman benda. Hukuman bandan dapat berupa
hukuman mati, hukuman penjara seumur hidup, atau hukuman penjara sementara. Demi tegaknya
hukum, negara memiliki aparat-aparat penegak hukum, seperti polisi, jaksa, dan hakim. Sanksi
yang tegas dan nyata, dengan berbagai bentuk hukuman seperti yang telah 23 dikemukakan itu,
tidak dimiliki oleh ketiga norma yang lain. Sumber hukum dalam arti materiil dapat berasal dari
falsafah, pandangan hidup, ajaran agama, nilai-nilai kesusilaam,adat istiadat, budaya, sejarah dan
lain-lain. Dengan demikian dapat saja suatu ketentuan norma hukum juga menjadi ketentuan
norma-norma yang lain.
2.2 Pengertian Integrasi Sosial dan Contoh Integrasi dalam Kehidupan
a. Pengertian Integrasi Sosial
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) disebutkan bahwa integrasi adalah
pembauran sesuatu hingga menjadi kesatuan yang utuh dan bulat. Istilah pembauran tetsebut
mengandung arti masuk ke dalam, menyesuaikan, menyatu, atau melebur sehingga menjadi
seperti satu. Dengan demikian, integrasi merujuk pada masuk, menyesuaikan, atau
meleburnya dua atau lebih hal yang berbeda sehingga menjadi seperti satu. Dari uraian
tersebut, kita dapat menyimpulkan bahwa integrasi sosial adalah proses penyesuaian unsur-
unsuryang berbeda dalam masyarakat sehingga menjadigatu kesatuan. Unsur-unsur yang
berbeda tersebut dapat meliputi perbedaan kedudukan sosial, ras etnik.agama bahasa,
kebiasaan, sistem nilai, dan norma.
Dalam integrasi masyarakat terdapat kerja sama dari seluruh anggota masyarakat, mulai
dari tingkat individu, keluarga, lembaga, dan masyarakat sehingga menghasilkan konsensus
(kesepakatan) nilai yang sama-sama dijunjung tinggi. Namun, integrasi sosial tidak cukup
diukur dari kriteria berkumpul atau bersatunya anggota masyarakat dalam arti fisik.
Konsensus juga merupakan pengembangan sikap solidaritas dan perasaan manusiawi.
Pengembangan sikap dan perasaan manusia tersebut merupakan dasar dari keselarasan suatu
kelompok atau masyarakat. Michael Banton mendefinisikan integrasi sebagai suatu pola
hubungan yang mengakui adanya perbedaan ras dalam masyarakat, tetapi tidak memberikan
fungsi penting pada perbedaan ras tersebut. Hak dan kewajiban yang terkait serta ras seseorang
hanya terbatas pada bidang tertentu saja dan tidak ada sangkut pautnya dengan bidang
pekerjaan atau status.
menciptakan
keseimbangan
Norma hidup dan Integrasi
Sosial masyarakat yang Sosial
patuh terhadap
aturan
A. KESIMPULAN
Jadi dapat disimpulkan bahwa Norma sosial merupakan petunjuk mengenai tingkah laku yang
harus dilakukan dan tidak boleh dilakukan dalam kehidupan sehari-hari, berdasarkan pada suatu
alasan atau motivasi tertentu dengan disertai sanksi. Apabila norma tersebut dipatuhi,ditaati,dan
dijalankan maka akan menciptakan suatu keadaan integrasi sosial didalam masyarakat. Integrasi
Sosial merupakan proses penyesuaian unsur-unsuryang berbeda dalam masyarakat sehingga
menjadi satu kesatuan. Unsur-unsur yang berbeda tersebut dapat meliputi perbedaan kedudukan
sosial, ras etnik.agama bahasa, kebiasaan, sistem nilai, dan norma. Sehingga terdapat hubungan
antara norma sosial dengan integrasi sosial itu apabila norma sosial yang ada didalam masyarakat
dipatuhi akan menciptakan suatu integrasi,dan apabila norma tersebut tidak diperhatikan maka
tidak akan tercipta integrasi.
2. Fungsi sosialisasi
Sosialisasi adalah suatu proses di mana seseorang mengalami secara perlahan-lahan
kehidupan bersama orang lain. Di dalam keluarga, anak diajak dan diberitahu bagaimana
harus hidup bersama dengan orang lain, diajak dan diberitahu bagaimana anak harus hadir
dalam kehidupan yang luas di kalangan masyarakat. Dalam keluarga, kita diajari
bagaimana menyapa orang lain dengan sebutan ibu guru, bapak guru, dan lain-lain.
Dari keluargalah kita belajar mengenal ada sopan santun yang harus dipakai di
tengah-tengah kehidupan bersama. Dengan demikian, anak yang lahir dari sebuah keluarga
mengetahui bagaimana berinteraksi dengan orang lain. Dalam interaksi, anak diajak
mempelajari status dan peranan masing-masing anggota. Ayah, ibu, kakak dan adik, dan
mereka mempunyai peranan yang berbeda. Dengan demikian, secara perlahan-lahan anak
ditatapkan pada kehidupan nyata yang ada di masyarakat yang kompleks dengan status dan
peranan.
3. Fungsi afeksi
Setiap insan diciptakan untuk hidup bersama orang lain. Ia tidak akan mampu hidup
sendiri. Manusia senantiasa membutuhkan rasa kasih sayang atau rasa cinta (afeksi). Di
dalam keluargalah untuk pertama kalinya seorang anak mendapatkan rasa dicintai. Ia
merasa memiliki seorang ibu yang sayang kepadanya dengan penuh perhatian memberi apa
yang dimintanya, dengan ketulusan memberikan apa yang terbaik buat anaknya.
5. Fungsi perlindungan
Fungsi ini adalah melindungi seluruh anggota dari berbagai bahaya yang dialami
oleh suatu keluarga. Perlindungan yang diberikan tidak hanya perlindungan fisik saja,
melainkan juga secara psikis. Tidak hanya dari panas dan hujan tetapi dari suasana.
6. Fungsi ekonomi
Keluarga merupakan satu kesatuan yang bekerjasama untuk menghasilkan sesuatu
yang bermanfaat bagi kelangsungan hidup keluarga tersebut. Bagi umumnya keluarga,
ayah merupakan kepala rumah tangga yang bertanggung jawab memenuhi kebutuhan
material, walaupun anggota keluarga lain (ibu dan anak-anak yang sudah dewasa) juga
bekerja.
2.5 . Masalah dalam Pranata Keluarga
1. Masalah broken home
Jika keluarga tidak dapat menjaga keutuhannya, maka keluarga yang bersangkutan
akan mengalami apa yang dinamakan broken home. Yang dimaksud keutuhan keluarga,
yaitu keutuhan struktur dalam keluarga di mana dalam keluarga, di samping adanya
seorang ayah, juga adanya seorang ibu beserta anak-anaknya. Selain itu adanya
keharmonisan dalam keluarga di mana di antara anggota keluarga itu saling bertemu muka
dan berinteraksi satu sama lainnya.
Dalam keluarga yang broken home, di mana sering terjadi percekcokan di antara
orang tua dan saling bermusuhan disertai tindakan-tindakan yang agresif, maka dengan
sendirinya keluarga yang bersangkutan akan mengalami kegagalan dalam menjalankan
fungsi-fungsi keluarga yang sebenarnya.
2. Perceraian
Seperti diketahui bahwa putusnya satu perkawinan disebabkan karena salah satu
meninggal dunia atau perceraian. Perceraian sangat berat akibatnya, misalnya sosialisasi
anak, pembagian harta warisan, pencari nafkah, dan lain-lain.
Dengan akibat-akibat ini meskipun perceraian diperbolehkan maka bukan berarti
bahwa masyarakat menyenangi adanya perceraian. Oleh karena itu kemudian perceraian
ini diatur oleh Undang-Undang Hukum Perdata.
3. Disorganisasi keluarga
Disorganisasi keluarga dapat diartikan sebagai perpecahan dalam keluarga sebagai
suatu unit, oleh karena anggota-anggota keluarga tersebut gagal memenuhi kewajiban-
kewajibannya yang sesuai dengan peranan sosialnya.
Disorganisasi keluarga mungkin terjadi pada masyarakat-masyarakat sederhana,
oleh karena umpamanya seorang suami sebagai kepala keluarga gagal dalam memenuhi
kebutuhan-kebutuhan primer keluarganya atau mungkin karena dia mengambil seorang
isteri lagi. Pada umumnya problema-problema tersebut disebabkan karena kesulitan-
kesulitan untuk menyesuaikan diri dengan tuntutan-tuntutan kebudayaan. Disorganisasi
karena perceraian kurang sekali, sebab pada umumnya perceraian dianggap sebagai suatu
noda yang akibatnya berat sekali, baik bagi keluarga yang bersangkutan maupun bagi
kelompoknya.
3.1 Kesimpulan
Pranata keluarga merupakan sistem norma dan tata cara yang diterima untuk menyesuaikan
beberapa tugas penting. Keluarga berperan membina anggota-anggotanya untuk beradaptasi
dengan lingkungan fisik maupun lingkungan budaya di mana ia berada. Bila semua anggota sudah
mampu untuk beradaptasi dengan lingkungan di mana ia tinggal, maka kehidupan masyarakat akan
tercipta menjadi kehidupan yang tenang, aman dan tenteram.
Oleh karena itu, fungsi pranata keluarga sangat penting artinya bagi kehidupan masyarakat
secara luas. Karena inti keseluruhan penyesuaian diri setiap orang akan sangat ditentukan di
keluarga masing-masing. Fungsi utama pranata adalah agar jangan sampai para anggota
keluarganya bertindak menyimpang dari pranata yang ada di masyarakat luas.
Faktor intern :
1. Besarnya pendapatan.
2. Sifat konsumen.
3. Kebutuhan terhadap barang dan jasa.
4. Keinginan konsumsi.
5. Tingkat peradaban dan kebudayaan seseorang.
Faktor ekstern :
1. Kebiasaan yang berlaku dalam masyarakat.
2. Lingkungan konsumen berada.
3. Kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi.
4. Berkembangnya pola hidup demonstration effect.
5. Masuknya kebudayaan dari luar.
Terkait dengan kegiatan ekonomi yang menghabiskan kegunaan nilai barang dan jasa,
dapat ditangkap bahwa barang yang diperlukan manusia untuk memenuhi kebutuhan hidupnya
pasti mempunyai Kegunaan Barang yaitu:
a. Kegunaan tempat (place utility), yaitu nilai guna suatu barang apabila berada di tempat yang
tepat sesuai keinginan manusia. Misalnya vas bunga yang diletakkan di meja lebih berguna
daripada diletakkan di lantai.
b. Kegunaan elemen (element utility), yaitu nilai guna suatu barang apabila mudah dibagi-bagi.
Misalnya, emas dan perak berguna karena mudah dibagi-bagi sampai jumlah yang terkecil
sehingga warisan berupa emas dan perak akan lebih berguna daripada meja marmer.
c. Kegunaan waktu (time utility), yaitu nilai guna suatu barang pada saat yang tepat (pada waktu
diperlukan). Misalnya, payung akan lebih berguna pada saat hujan.
d. Kegunaan milik (owner utility), yaitu nilai guna suatu barang ketika sudah menjadi milik
sendiri. Misalnya, rumah kayu milik sendiri jauh lebih berguna daripada rumah gedung yang
disewa.
e. Kegunaan bentuk (form utility) , yaitu nilai guna suatu barang apabila bentuknya sesuai dengan
yang diinginkan. Misalnya, akar pohon jati di hutan akan berguna apabila dibentuk menjadi meja
antik.
f. Kegunaan pelayanan (service utility), yaitu nilai guna suatu barang apabila barang tersebut
dapat melayani kebutuhan manusia. Misalnya, kalkulator dapat membantu manusia untuk
menghitung dalam waktu cepat.
Contohnya: Sebuah pabrik tempe memproduksi 10000 tempe setiap harinya untuk memenuhi
kebutuhan tempe di pasar dan kios-kios sayuran. Produsen tahu dalam membutuhkan setidaknya
500 kg lebih kedelai dan beberapa alat operasional lain. Sebagai pelaku produksi, pengusaha tempe
rela melakukan aktivitas ekonomi yaitu menghasilkan barang produksi berupa tempe yang nanti
akan dijual hingga ke konsumen
Diatribusi
Contohnya: Seorang pemborong tempe membeli tempe sebanyak 500 setiap harinya dari pabrik
penghasil tempe. Selanjutnya tempe-tempe tersebut akan dipasarkan di pasar-pasar dan kios
penjual sayuran, atau bisa juga tukang sayur keliling. Aktivitas ini adalah kegiatan ekonomi berupa
distribusi barang yaitu tempe.
Konsumsi
Contohnya: Setiap rumah tangga ada ibu yang mengatur semua kebutuhan yang disesuaikan
dengan jumlah pendapatan tiap harinya. Untuk mencukupi gizi keluarga, ibu membeli tempe
sebagai sumber protein nabati yang baik untuk gizi keluarga. Dengan harganya yang sangat
terjangkau, kebutuhan akan gizi protein dapat tercukupi dengan mengkonsumsi tempe.
Seorang ibu sudah melakukan aktivitas ekonomi yaitu sebagai konsumen yang melakukan
aktivitas pengaturan konsumsi barang dan jasa.
A. Kesimpulan
Pranata ekonomi adalah sistem norma atau kaidah yang mengatur tingkah laku
individu masyarakat guna memenuhi kebutuhan barang dan jasa yang mengkhususkan diri
dalam sektor produksi, distribusi dan konsumsi barang dan jasa. Produksi dalam arti sempit
adalah kegiatan seseorang atau suatu badan usaha untuk menghasilkan barang atau jasa.
Produksi dalam arti luas adalah kegiatan/usaha untuk
menaikkan/meningkatkan/menambah manfaat/kegunaan suatu barang. Tujuan produksi
dapat tercapai dengan melaksanakan motif produksi, yaitu berusaha mendapat keuntungan
sebesar-besarnya dan apabila terpaksa rugi, berusaha rugi yang sekecil-kecilnya. Distribusi
adalah kegiatan yang dilakukan dalam usaha menyalurkan barang dan jasa agar dapat
sampai ke konsumen atau dapat tersedia di daerah dekat konsumen. Dengan adanya
distribusi, daerah produsen yang jauh dari konsumen bisa didekatkan sehingga konsumen
merasa mudah untuk mendapatkan barang dan jasa yang diperlukan dan konsumsi
merupakan suatu tindakan atau kegiatan yang menghabiskan kegunaan, manfaat, atau nilai
suatu barang dan jasa. Dengan kata lain pranata ekonomi adalah seperangkat aturan yang
mengatur tentang kegiatan konsumsi, produksi, dan distribusi barang dan jasa untuk
mewujudkan kesejahteraan dan ketertiban masyarakat.
- Kelompok 9 : PRANATA PENDIDIKAN –
A. PengertiandanRuangLingkupPranataPedidikan
1. PengertianPranataPendidikan
Pranata Pendidikan, terletak pada upaya sosialisasi, sehingga masyarakat memiliki kemampuan
dan ciri-ciri pribadi sebagaimana yang diharapkan oleh masyarakat itu sendiri. Pendidikan adalah
suatu proses yang terjadi karena interaksi berbagai faktor, yang menghasilkan penyadaran diri dan
lingkungan sehingga menampilkan rasa percaya diri dan rasa percaya akan lingkungannya.
Pendidikan nasional adalah pendidikan yang berakar pada kebudayaan bangsa Indonesia dan
berdasarkan pada Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945. Menurut Undang-Undang No. 2
tahun 1989 tentang Sistem Pendidikan Nasional, sistem pendidikan nasional berfungsi untuk
mengembangkan kemampuan serta meningkatkan mutu kehidupan dan martabat manusia
Indonesia dalam rangka upaya mewujudkan tujuan nasional.
Berdasarkan Tap MPR No. II/MPR/1988 bahwa pendidikan itu berdasarkan atas Pancasila
dasar dan falsafah negara. Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan
membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan
kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia
yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu,
cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab.
Pranatapendidikandiadakanolehmasyarakatuntukmemenuhikebutuhanakanpengetahuan,
keterampilan, dansikapmewariskansertamengembangkanbudayakepadagenerasiberikutnya.
Pranatapendidikanhakikatnyasalahsatuwadahsosialisasinilai-nilai yang ideal dalammasyakarat.
Pranatapendidikanmulailahirketikakebudayaansuatumasyarakatmulaikompleks, rumit,
danmemilikiberbagaimacam ide, aktivitas, dankebutuhan,
sehinggakebutuhanakanpengetahuantidakdapatlagidipenuhiatauditanganiolehpranatakeluarga.
Pranatapendidikansangatdibutuhkanuntukmengantisipasiperkembanganteknologiinformasi yang
sangatcepat agar masyarakatdapatmenerimadanmengadaptasinya.
2. RuangLingkupPendidikan
a. Pendidikan dalam keluarga (informal)
Pendidikan informal merupakanpendidikanmelaluisosialisasi primer di lingkungankeluarga.
b. Pendidikan di sekolah (formal)
Pendidikan formal adalahpendidikan yang diselenggarakan di
sekolahmelaluikegiatanbelajarmengajarsecaraberjenjangdanberkesinambungan.
Jenjangpendidikanterdiriataspendidikandasar, pendidikanmenengah, danpendidikantinggi.
c. Pendidikandalammasyarakat (nonformal)
Pendidikannonformaladalahjalur pendidikan di luar pendidikan formal yang
dapatdilaksanakansecaraterstrukturdanberjenjang.
Pendidikannonformalberfungsimengembangkan potensi peserta didik dengan penekanan pada
penguasaan pengetahuan dan keterampilan fungsional serta pengembangan sikap dan kepribadian
profesional.Pendidikan nonformal meliputi pendidikan kecakapan hidup, pendidikan anak usia
dini, pendidikan kepemudaan, pendidikan pemberdayaan perempuan, pendidikan keaksaraan,
pendidikan keterampilan dan pelatihan kerja, pendidikan kesetaraan, serta pendidikan lain yang
ditujukanuntukmengembangkankemampuanpesertadidik.
Satuanpendidikannonformalterdiri atas lembaga kursus, lembaga pelatihan, kelompok belajar,
pusat kegiatan belajar masyarakat, dan majelis taklim, serta satuan pendidikan yang sejenis.
Kursus dan pelatihan diselenggarakan bagi masyarakat yang memerlukan bekal pengetahuan,
keterampilan, kecakapan hidup, dan sikap untuk mengembangkan diri, mengembangkan profesi,
bekerja, usaha mandiri, dan/atau melanjutkan pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi.
B. PoladanStrukturPranataPendidikan
1. Polastrukturpendidikan
Sebagaimana yang diungkapkan oleh John Dewey dalam bukunya yang berjudul Education and
Democracy (1916) bahwa konsep atau pola pendidikan integral berdasarkan pada kemampuan,
kebutuhan dan pengalaman peserta didik. Pendidikan yang berbasis realitas dan pengalaman anak
didik sebenarnya bentuk perlawanan dan kritik pada pola-pola pendidikan tradinational yang
hanya memindahkan ilmu masa lampau kepada tiap generasi baru. Ungkapan ini berarti
pendidikan itu tidak hanya sebagai tempat untuk mengasah ketajaman otak dan sekedar mencetak
orang yang pandai menghafal dan berhitung tetapi pendidikan adalah sebuah wadah menyemai
nilai-nilai dasar atau strategi sinergis menggali ilmu yang dapat membentuk kepribadian dan
generasi penerus yang berkualitas, berbudaya, berdaya dan cerdas untuk menggapai masa depan
yang lebih cerah. Sistem pendidikan seperti ini lah yang sampai kapanpun sangat dibutuhkan oleh
Bangsa Indonesia, terutama daerah-daerah yang terimbas konflik. Realita yang ada kita melihat
sistem atau pola pendidikan yang sekarang berkembang di negara kita bukanlah pola pendidikan
seperti yang kita harapkan.
Disamping itu dikembangkan juga ilmu dan akidah agama bagi peserta didik yang dapat
membentuk rohani yang fanatic dan religius. Seperti yang pernah dicetuskan oleh Bapak
Pendidikan kita Ki Hajar Dewantara, Pendidikan yang humanis menekankan pentingnya
pelestarian eksistensi manusia, dalam arti membantu manusia lebih manusiawi, lebih berbudaya,
sebagai manusia yang utuh berkembang menyangkut daya cipta (kognitif), daya rasa (afektif), dan
daya karsa (konatif).
2. StrukturPranataPendidikan
a. PendidikanDasar
Merupakanpendidikansembilantahunterdiriatas program pendidikanenamtahun di
sekolahdasardan program tigatahun di sekolahlanjutantingkatpertama.
Pendidikandasardiselenggarakanuntukmengembangkansikapdankemampuansertamemberikan
pengetahuandanketerampilandasar yang
diperlukanuntukhidupbermasyarakatansertamempersiapkanuntukmelanjutkanpendidikanmene
ngah.
b. PendidikanMenengah
Disiapkanuntuklulusanpendidikan dasar. Pendidikan menengah terdiri atas pendidikan
umum, pendidikan kejuruan, pendidikan luar biasa, pendidikan kedinasan dan pendidikan
keagamaan.
Pendidikanmenengahdiselenggarakanuntukmelanjutkandanmeluaskanpendidikandasarsertame
nyiapkanpesertadidikmenjadianggotamasyarakat yang
memilikikemampuanmengadakanhubungantimbalbalikdenganlingkungansosial, budaya,
danalamsekitarsertadapatmengembangkankemampuanlebihlanjutdalamduniakerjaataupendidi
kantinggi. Lama
pendidikantigatahununtuksekolahumumdantigaatauempattahununtuksekolahkejuruan.
c. Pendidikantinggi
Merupakan kelanjutan dari pendidikan menengah yang terdiri dari pendidikan akademik
dan profesional. Pendidikan tinggi merupakan kelanjutan pendidikan menengah yang
diselenggarakan untuk menyiapkan peserta didik menjadi anggota masyarakat yang memiliki
kemampuan akademik dan profesional yang dapat menerapkan, mengembangkan dan
menciptakan ilmu pengetahuan, teknologi, dan kesenian. Lama pendidikan tinggi tiga tahun
untuk program diploma atau empat tahun untuk program sarjana.Struktur pendidikan tinggi
Indonesia:
1) PerguruanTinggiadalahsatuanpendidikan yang
menyelenggarakanpendidikantinggidandapatberbentukakademi, politeknik, sekolahtinggi,
institut, atauuniversitas.
2) Akademimenyelenggarakan program pendidikan profesional dalam satu
cabangatausebagiancabangilmupengetahuan, teknologi, ataukeseniantertentu.
3) Politeknikmenyelenggarakan program
pendidikanprofesionaldalamsejumlahbidangpengetahuankhusus.
4) SekolahTinggimenyelenggarakan program
pendidikanakademikdanprofesionaldalamlingkupsatudisiplinilmutertentu.
5) Institutmenyelenggarakan program
pendidikanakademikdanprofesionaldalamsekelompokdisiplinilmupengetahuan, teknologi,
dankesenian yang sejenis.
6) Universitasmenyelenggarakan program
pendidikanakademikdanprofesionaldalamsejumlahdisiplinilmupengetahuan, teknologi,
dankeseniantertentu.
C. FungsiPranataPendidikandalamKehidupanMasyarakat Indonesia
Pranata pendidikan merupakan proses pengubahan sikap dan tata laku seseorang atau kelompok
orang yang bertujuan untuk mendewasakan manusia melalui upaya pengajaran atau pelatihan.
Melaluiorganisasipendidikan,sosialisasidanenkulturasidiselenggarakanolehmasyarakatumum,
denganadanyaorganisasitersebuthidupdan
budayamerekadapatbertahanmeskipunanggotaindividutelahbergantidanberubahkarenakelahiran,
kematianmaupunperpindahan.
Pranatapendidikan yang
berkembangdalamkehidupanmasyarakatmemilikipedomandandisiplinalamgunamempersiapkansi
swamelaluipendidikanpengajaranmaupunteknologiuntukdapatberkompetisidalamhidup. Dalam
mencapai tujuan dan kesejahteraan hidup, pranata pendidikan memiliki peranan penting untuk
membentuk sikap mental yang benar hidup dijaman sekarang dan yang akan datang. Seperti halnya
pranata sosial yaitu menjadi pedoman dalam menjalankan kehidupan masyarakat,pranata
pendidikan juga memiliki fungsi dan tujuan sebagai berikut :
1. Fungsikonservasi
Pendidikansebagaiupayapelestariandanpengawetanterhadapkebudayaansuatumasyarakatdari
generasikegenerasiberikutnya.
2. Fungsievaluatif
Denganpesatnyakemajuan di bidangilmupengetahuandanteknologisekarang,
pendidikantidakhanyamemilikifungsikonservasi,
karenajikamengandalkanfungsikonservasimakapendidikanakanstatis, bahkanbergerakmundur.
3. Fungsikreatif
Pendidikantidakmendidikanakuntukhanyamenerimaapa yang
diwariskandarigenerasisebeblumnya, yang membuatmasayrakattidakmajutetapidalam proses
pendidikanadaupayamemperbaiki, mengembangkanataumenciptakankebudayaanbaru.
4. Sebagaiperantaraperpindahanwarisankebudayaan
Dengan fungsi tersebut kebudayaan lama atau kebudayaan yang baru dan berlaku akan terus
disampaikan melalui suatu pranata pendidikan kepada masyarakat. Oleh sebab itu kebudayaan
yang dimiliki suatu masyarakat akan terus ada dan berkembang.
5. Mempersiapkanindividudenganberbagai peranan sosial
Dalam kehidupan masyarakat terdapat berbagai peranan sosial yang berbeda-beda, hal ini yang
menuntut individu untuk mampu mengambil bagian dalam pelaksanaan kehidupan bermasyarakat
sesuai dengan kemampuan dan keterampilan yang dimiliki.
6. Mengembangkan potensi diri
Pranata pendidikan juga berfungsi untuk mengembangkan potensi-potesi yang ada dalam diri
setiap individu. Potensi tersebut tentu akan berguna bagi individu dalam mencapai tujuan hidup.
A. Kesimpulan
Dengan adanya pendidikan dapat menciptakan generasi penerus bangsa yang ahli di berbagai
bidangnya. Hal ini sangat berhubungan dengan tersedianya berbagai jenjang pendidikan
sertapenjurusan yang ada. Jika hal ini dapat tercipta, maka pendidikan akan dapat melahirkan
banyak generasi muda yang unggul.
Pranatapendidikanmemilikiaturandandisiplinbaku yang
bertujuanmempersiapkananakdidiknyamelaluipengajarandanpendidikanilmupengetahuansehingg
amampuberpotensidalamkehidupan,
mampuberpikirsecarailmiahdanlogistentangsegalasesuatusehinggamampumemilahhal-hal yang
baikdanburuk.
Pranatapendidikanberfungsiuntukmempersiapkanmanusiayaitudenganmeningkatkanpotensi,
kreativitas, dankemampuandiri, membentukkepribadiandanpolapikir yang logisdansistematis,
sertamengembangkansikapcintatanah air. Denganpranatapendidikan,
diharapkanhasilsosialisasiakanmembentuksikap mental yang cocokdengankehidupan di
masasekarangdanmasadepan.
Pranata Agama merupakan suatu petunjuk atau system yang mengatur tentang tata cara umat untuk
beriman dan menunaikan ibadah kepada Tuhan Yang Maha Kuasa. Selain itu, pranata agama juga
mengatur kaidah yang berhubungan dengan pergaulan antar umat manusia dengan lingkungannya.
Menurut Paul B. Horton dan Chester L. Hunt pranata agama merupakan system keyakinan dan
praktik keagamaan yang penting dari masyarakat, yang telah dibakukan dan dirumuskan serta
dianut secara luas dan dipandang sebagai hal yang perlu dan benar.
Pranata agama berisikan aturan-aturan yang berupa perintah-perintah dan larangan-laranngan yang
berasal dari Tuhan untuk mengatur kehidupan manusia agar selamat di dunia dan di kehidupan
yang akan datang. Pranata agama dibentuk untuk mengatur hubungan antara manusia dengan
penciptanya, manusia dengan alam, sehigga kehidupan manusia di dunia menjadi aman dan
tentram.
2.2 Unsur-Unsur Pranata Agama
Menurut Emile Durkheim, agama adalah suatu sistem terpadu yang terdiri atas kepercayaan dan
praktik yang berhubungan dengan hal-hal yang suci. Menurut Paul B. Harton dan Chester L.Hunt,
pranata agama adalah sistem keyakinan dan praktik keagamaan yang penting dari masyarakat,
yang telah dibakukan, dirumuskan dan dianut secara luas dan dipandang sebagai hal yang perlu
dan benar. Dalam pandangan William Kornblum, agama dianggap sebagai salah satu pranata
utama karena agama memiliki fungsi sosial dan meliputi sejumlah organisasi, seperti masjid, gerja,
vihara, dan pura. Agama juga memiliki hal yang berkaitan dengan status dan peran, seperti ulama,
umat, dan sejumlah norma atau nilai, seperti yang tercantum dalam Al-Qur’an, Injil, Weda, dan
kitab-kitab suci agama lainnya. Agama dianggap sebagai pranata kebudayaan karena dalam
memberikan petunjuk bagi kehidupan bermasyarakat, terutama dalam hal seperti moralitas,
ketuhanan dan kejahatan. Unsur-unsur pranata agama meliputi kepercayaan agama, simbol agama,
praktik agama, umat, dan pengalaman agama.
a) Kepercayaan Agama
Setiap agama , memiliki kepercayaan kepada Tuhan
b) Simbol Agama
Setiap agama tentu memiliki berbagai simbol. Misalnya, pada agama islam, memakai
jilbab bagi perepmpuan dan peci bagi lakilaki
c) Praktik Agama
Semua agama memiliki praktik kegamaan. Misalnya, praktik kegamaan bagi umat kristen
diantaranya kebaktian, sedangkan bagi umat islam adalah sholat dan haji.
d) Umat Agama
Umat agama merupakan orang atau kelompok yang menganut agama.
e) Pengalaman Agama
Setiap pemilik agama memiliki pengalaman agama yang berbeda-beda.
1.1 Kesimpulan
Jika dilihat dari sudut pandang sosiologi, agama memiliki arti yang luas. Masyarakat Indonesia
merupakan masyarakat yang menganut berbagai jenis agama. Sehubungan dengan hal tersebut,
maka diperlukan adanya pranata, yaitu norma yang mengatur hubungan antar manusia, antar
manusia dengan alam, dan antar manusia dengan Tuhan sehingga tercipta ketentraman dan
kedamaian. Untuk itu dibentuklah pranata agama. Pranata agama dapat diaplikasikan dalam
kehidupan sosial manusia, yaitu ssebagai dasar aturan kesusilaan dalam masyarakat.
Sedangkan pengertian Politik secara umum ialah sebuah tahapan dimana untuk membentuk atau
membangun posisi-posisi kekuasaan di dalam masyarakat yang berguna sebagai pengambil
keputusan-keputusan yang terkait dengan kondisi masyarakat.
Pengertian Pranata Politik
Pranata politik secara umum adalah upaya atau kegiatan partai politik sebagai organisasi
kemasyarakatan yang memiliki ciri khas tersendiri dan bertujuan untuk mendapatkan kekuasan
denganbekal ilmu kenegaraan atau tata negara. Adapun menurut para ahli :
1) Menurut Neuman (1986) pranata politik ialah upaya suatu organisasi politik untuk mengusai
pemerintahan serta merebut dukungan rakyat atas dasar persaingan suatu golongan terhadap
golongan lain yang memiliki pandangan berbeda.
2) Menurut Aristoteles, pranata politik ialah asosiasi yang paling berdaulat yang mampu
memenuhi kebutuhan sendiri.
3) Menurut Friedrich(1978) pranata politik ialah upaya sekelompok manusia yang terorganisir
secara labil untuk merebut atau mempertahankan penguasaan terhadap pemerintah bagi
pemimpin partainya dengan memberikan kemanfaatan ideal dan material.
Oleh karena itu seringkali politik diidentikkan dengan kekuasaan, padahal kenyataannya tidaklah
deikian. Poitikadalah seni dalam kepemimpinan, atau dapat juga adalah cara untuk menentukan
sebuah kebijakan tertentu. Dalam proses pencapaian tujuan kenegaraan,pemerintah mempunyai
hak untuk memakai kekuasaanya sebagai pelaksana pemerintahan. Dalam mengemban tugas
kenegaraan dan pelaksanaan kepemimpinannya, pemerintah melakukan berbagai suatu kegiatan
yang mempunyai hubungan dengan berbagai aspek kehidupan masyarakat. Oleh sebab itu
dibentuk berbagai lembaga politik yang berhubungan dengan kepemerintahan yakni lembaga
eksekutif, legislatif, dan yudikatif.
Bagaimanapun pranta politik yang digunakan akan selalu menarah kepada pengertianpranat
politik sebagai pranata yang memegang monopoli untuk memakai paksaan fisik dalam wilayah
tertentu yang di dalamnya terdapat istilah pemerintahan, “negara”, “kekuasaan”,”kebijakan” dan
sebagainya.
2.2 Ciri-ciri pranata politik
Secara detail dapat diambil kesimpulan bahwa ciri-ciri atau karakteristik pranata poltik adalah
sebagai berikut :
a) Terdapat komunitas manusia yang secra sosial bersatu (hdup bersama) atas dasar
nilai-nilai yang disepakati bersama
b) Adanya asosiasi politik atau biasa disebut pemerintahan yang aktif
c) Asosiasi tersebut melaksanakan fungsi-fungsi untuk kepentingan umum
d) Asosiasi tersebut diberi kewenangan luas jangkauan kewenangan hanya dalam
teritorial tertentu
3.1 Kesimpulan
Politik adalah suatu alat yang digunakan dalam suatu pemerintahan. Tanpa adanya
politik suatu roda pemerintahan tidak akan pernah bisa dijalankan. Tetapi politik
membutuhkan suatu bentuk untuk mewadahinya, maka dibentuklah pranata politik dengan
fungsinya masing-masing.
Kekuasaan adalah kemampuan seseorang atau sekelompok manusia untuk
mempengaruhi tingkah laku seseorang atau kelompok lain agar tingkah laku itu menjadi sesuai
dengan keinginan dan tujuan dari orang yang mempunyai kekuasaan. Sedangkan otoritas
sendiri adalah istilah yang sering digunakan dalam bidang pemerintahan yang artinya klaim
legitimasi atau pembenaran hak untuk melakukan dan menjalankan kekuasaan.