Anda di halaman 1dari 12

KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas segala rahmatNYA sehingga
makalah ini dapat tersusun hingga selesai . Tidak lupa saya juga mengucapkan
banyak terimakasih atas bantuan dari pihak yang telah berkontribusi dengan
memberikan sumbangan baik materi maupun pikirannya.
Dan harapan saya semoga makalah ini dapat menambah pengetahuan dan
pengalaman bagi para pembaca, Untuk ke depannya dapat memperbaiki bentuk
maupun menambah isi makalah agar menjadi lebih baik lagi.
Karena keterbatasan pengetahuan maupun pengalaman saya, saya yakin masih
banyak kekurangan dalam makalah ini, Oleh karena itu saya sangat
mengharapkan saran dan kritik yang membangun dari pembaca demi
kesempurnaan makalah ini.
PENDAHULUAN

a. Latar belakang

Pada abad ke-17 agama Islam telah masuk ke tanah mandar, saat itu

pemerintahan di Wilayah Tanah Mandar masih berbentuk kerajaan.

Diantaranya ada 2 kerajaan besar di Tanah Mandar pada masa itu yaitu

kerajaan Binuang dan Kerajaan Balanipa. Awal penyebaran agama Islam di

mulai dari daerah Kerajaan Binuang, yang disebarkan oleh seorang musafir

bangsa arab yang berlabuh di kawasan Kerajaan Binuang

Dalam penyebaran agama Islam di Tanah Mandar saat itu tidak mendapatkan

kesulitan berat, karena kebudayaan yang ada pada saat itu sudah berbau Islam.

Sehingga agama Islam yang disebarkan diterima dengan baik oleh masyarakat

terutama dari pihak kerajaan yang berkuasa pada saat itu. Berikut ini adalah

pembahasan yang lebih lengkap mengenai proses awal masuknya islam di

tanah Mamuju.

b. Rumusan masalah

1. Beberapa pendapat tentang awal masuknya islam di tanah Mandar.

2. Bagaimana perkembangan islam di wilayah Mamuju.

3. Peninggalan sejarah islam yang terdapat di wilayah Mamuju.


PEMBAHASAN

1. Pendapat tentang awal masuknya islam di tanah Mandar

Pendapat Abdullah ( Tokoh adat Balanipa )

Mengatakan bahwa asal mula penyebaran agama Islam datang dari Arab

dan tiba di Wilayah Tanah Mandar Daerah Tomangalle, pada abad ke-17

(Tomangalle itu nama pada abad 17 dan sekarang diberi nama

tammangalle ). Yang dibawah oleh seorang musafir yang bernama

Kamaruddin Rahim.

Setelah beliau berada di Tamangalle, beliau menyebarkan agama Islam.

Saat beliau melakukan shalat 5 ( lima ) waktu diatas batu yang berbentuk

kasur, Beliau dilihat oleh warga sekitar dan melaporkan kejadian tersebut

kepada raja Balanipa, kemudian beliau dijemput dan dibawa ke Kerajaan

Balanipa. Arayang pada saat itu adalah Daetta Tummuanae (Raja ke-IV

Kerajaan Balanipa). Ketika berada di wilayah Kerajaan Balanipa Beliau

memutuskan untuk memilih tempat yang pedalaman agar lebih mudah untuk

menyebarkan agama islam. Wilayah pada saat itu disebut Pallis, Raja
dipallis pada saat itu Kannasunan. Dan pertama masuk islam pada saat itu

adalah raja Pallis ( kannasunan ).

Pendapat Pundi (Tokoh Masyarakat Daerah Lambanan)

Mengatakan bahwa agama Islam mulanya dibawa oleh seorang berbangsa

Arab dan tiba diwilayah mandar pada abad ke 17, Beliau bernama Kapar.

Beliau menyebarkan agama islam di tanah mandar bersama dengan To

Salama di daerah Goa (Yusuf). Perayaan hari besar Islam di Balanipa tidak

akan terlaksana apabila Yusuf tidak ada. Hal ini dikarenakan saat itu Yusuf

bertindak sebagai khatib di Balanipa dan Beliaulah yang mengajarkan

tentang tata cara sebagai khatib.

Namun setelah beliau kembali ke Goa, Beliau digantikan oleh muridnya

yaitu Sopu Gus Diris yang dikuatkan dengan diberikannya sebuah SK

sebagai bukti pelimpahan wewenang sebagai khatib tanggal 5 Januari 1952

di Madjene.

Kapar (To Salama di Binuang) menyebarkan agama islam di Balanipa

pada masa kepemimpinan Raja ke-IV, Tomatindo di Burio yang merupakan


keturunan dari Torilaling (raja pertama). Islam berkembang luas di daerah

Balanipa dikarenakan oleh adanya dukungan penuh dari raja yang berkuasa.

Penyebaran agama Islam pada masa itu terjadi secara berangsur-angsur

dikarenakan sebuah kepercayaan baru yang datang pada suatu wilayah

tentunya tidak akan langsung dapat diterima begitu saja. Sebelum Islam

masuk, masyarakat Mandar menganut kepercayaan animisme yang banyak

di pengaruhi oleh agama Budha dan Hindu dalam melakukan praktek-

praktek penyembahan kepada Tuhan Yang Maha Esa. Dan dalam

penyelesaian perselisihan atau sengketa di Tanah Mandar, kerajaan Balanipa

memiliki 2 (dua) lembaga hukum yaitu:

1. Lembaga 1(Balanipa)

Dimana bala bararti sebuah kandang dan nipa adalah sejenis

tumbuh-tumbuhan yang dijadikan bahan dalam pembuatan kandang

tempat pertaruangan duel tikam menikam tersebut (berkelahi dalam

kandang sampai salah satunya tewas, dan tewas dinyatakan bersalah

sedangkan yang hidup dinyatakan benar).

2. Lembaga II (merendam tangan di air mendidih)


Yaitu mereka yang bersengketa merendam tangan di air mendidih

(siapa yang lebih dahulu mengangkat tangannya maka ia lah yang

bersalah).

Secara psikologis, 2 (dua) lembaga peradilan tersebut adalah untuk

mempermudah penetapan hukum. Namun setelah Islam masuk dan diterima

baik oleh masyarakat, khususnya pihak Kerajaan. Hukum yang dijalankan

pada masa itu berangsur-angsur berubah dengan aturan-aturan yang ada di

ajaran Islam.

Pendapat Arifin (Penjaga Makam Syaeh Bil Maruf)

Menyatakan bahwa Islam masuk ke Tanah Mandar pada Abad ke-17

dibawa oleh Rahim Kamaruddin (Syaek Bil Maruf), yang berasal dari Arab,

Beliau tiba di Kerajaan Binuang dengan satu tujuan menyebarkan Islam di

Tanah Mandar.

Ketika Beliau melaksanakan shalat, ada penduduk yang melihat, dan

langsung melaporkan kejadian tersebut kepada Raja. Rajapun menemui

Syeik Bil Maruf untuk menanyakan siapa, dari mana, dan tujuan beliau

datang ke Binuang. Kemudian Syeik Bil Maruf menjelaskan maksud dan


tujuannya yaitu menyebarkan Agama Islam. Awalnya Raja tidak percaya

dan meminta bukti-bukti.

Beberapa bukti yang beliau perlihatkan diantaranya :

1. Berjalan di atas air

2. Memegang bara api

3. Shalat di atas daun pisang

4. Berjalan di atas pohon kelapa

Setelah melihat bukti-bukti tersebut, Raja percaya dan memeluk agama

Islam, kemudian diikuti oleh para pejabat dan seluruh masyarakat.

Dari tiga pendapat diatas dapat ditarik sebuah kesimpulan, bahwa

pembawa agama islam di Tanah Mandar memiliki nama yang berbeda

beda dari tiap wilayah. Namun setelah dilakukan penelitian dapat

disimpulkan bahwa pembawa agama Islam yang pertama kali ditujukan

hanya pada satu orang yaitu tosalama di Binuang.


2. Perkembangan islam di tanah Mandar khususnya di wilayah Mamuju.

penyebaran Islam di Mamuju, Sendana, Pamboang dan Tappalang mula

pertama diperkenalkan oleh Sayyid Zakaria dan Kapuang Jawa alias Raden

Mas Suryo Adilogo yang tidak lain adalah murid dari Sunan Bonang yang

datang dari Kalimantan menyebarkan siar Islam, lalu lanjut ke pulau

Sulawesi dan meratap pertama kali di Mamuju.

Dari waktu ke waktu, penyebaran Islam di Mandar berkembang pesat

dan cepat. Fenomena ini cukup mengherankan, sebab tidak butuh waktu

lama untuk menjadikan Islam sebagai bagian tak terpisahkan dari budaya

Mandar. Awalnya, penyebar Islam hanya menitikberatkan perhatian dalam

hal pemberlakuan syariat, menekankan tata cara peribadatan dan perayaan

ritual Islam yang benar, seperti penyunatan, perkawinan, dan penguburan.

Dalam hal larangan mengkonsumsi daging babi dan berzina sangat dilarang,

tetapi larangan lain seperti minum tuak dan opium, meminjamkan uang riba,

berjudi, dan mempersembahkan sajian ke tempat keramat dan memuja benda

pusaka agaknya tidak terlalu ditegakkan.

Tidak begitu berbeda dengan masyarakat mandar lainnya, daerah

Mamuju juga masih menganut agama islam yang dominan sebab wilayah

mamuju sempat dijadikat tempat persinggahan dan peristirahatan para


pemuka agama yang sekaligus menyebarkan islam di wilayah tersebut.

Dapat dikatakan bahwa hampir semua penduduk asli dari mamuju beragama

Islam. Perkembangannya pun masih berada pada puncak yang mendominasi

hingga saat ini.

3. Peninggalan sejarah islam yang terdapat di wilayah Mamuju

a. Mesjid tertua di Mamuju

b. Kuburan Tonileo Raja Mamuju,

c. kuburan Lasalaga.

d. . Kuburan Prasejarah Terletak di Kecamatan Kalumpang

e. Kuburan Raja Langga Terletak di Kecamatan Karossa

f. Kuburan Puatta Karama Terletak di Kecamatan Mamuju

g. Kuburan Tua Pasabu Terletak di Kecamatan Tappalang


KESIMPULAN

Dari hasil makalah saya simpulkan bahwa proses awal penyebaran agama

islam di wilayah Mamuju adalah dari para pemuka agama atau penyiar

agama islam yang hanya kebetulan berlabuh di pelabuhan wilayah Mamuju

sehingga ia menyempatkan untuk membagi ajaran islam dalam proses

tersebut. Islam di wilayah tersebut juga dapat berkembang dengan pesat

dikarenakan adanya kesatuan dalam suku Mandar. Hingga saat ini islam

masih mendominasi wilayah tersebut.


DAFTAR PUSTAKA

http://kampung-mandar.web.id/sejarah/sejarah-islam-di-tanah-

mandar.html

https://mamujuethnic.wordpress.com/sejarah/sejarah-masuknya-islam-

ketanah-mandar/

https://twitter.com/KotaMamuju
MAKALAH
Proses Awal Masuknya Agama Islam di Wilayah Mamuju

STIP DDI POLEWALI MANDAR

DISUSUN OLEH:
SYAHRIL GUNAWAN
SEMESTER 2

TAHUN AKADEMIK 2016 - 2017

Anda mungkin juga menyukai