4. Syiah
Para pengikut setia Ali ini membentuk kelompok yang solid pada masa Dinasti Umayyah.
Syiah dengan Sistem Imamahnya yang menjadi pembeda dengan kaum Sunni memiliki
keyakinan utama terhadap Ali dan putra-putranya sebagai Imam sejati. Pada paham ini para
imam keturunannya yang menjadi penghubung utama antara Tuhan dan manusia atau wahyu
Tuhan yang turun dalam wujud manusia. mereka beranggapan seorang imam adalah
pemimpin komunitas Islam satu-satunya yang sah dan ditunjuk oleh Tuhan untuk memegang
kekuasaan tertinggi, memiliki jalur keturunan langsung dari Nabi Muhammad melalui
Fathimah dan Ali. Dalam komunitas Syiah sendiri memiliki beragam sekte kecil yang tak
terhitung jumlahnya.
Perkembangan Arsitektur
Di Damaskus, Katedral Santo Yahya dialihfungsikan menjadi masjid oleh al-Walid I. Begitu
pula di Hims, bangunan serupa biasanya dijadikan sebagai masjid atau gereja. Mihrab yang
menjadi penunjuk arah shalat, ditambahkan meniru arsitektur gereja. Al-Walid dan
gubernurnya, Umar ibn Abd al-Aziz, biasanya dipandang sebagai orang pertama yang
memperkenalkan struktur tersebut, ada pula yang menisbatkan kepada Mu’awiyah. Masjid
pertama yang memiliki Mihrab adalah Masjid Madinah. Struktur tersebut segera menjadi
karakteristik umum di semua masjid, dan seperti halnya altar Kristen dipandang sebagai
lokasi paling sakral.
Pembuatan maqshurah, sebuah ruangan berpagar di dalam masjid sebagai tempat khusus
untuk khalifah. Maqshurah biasanya digunakan oleh para khalifah untuk mengasingkan diri
dan beristirahat atau untuk bermusyawarah. Inovasi sekuler ini dinisbatkan kepada
Mu’awiyah yang tujuan utamanya adalah untuk melindungi khalifah dari usaha pembunuhan
oleh kelompok Khawarij.
Menara masjid juga baru diperkenalkan pada masa Dinasti Umayyah. Suriah merupakan
tempat kelahiran menara masjid. Di sana menara mengambil bentuk menara jam setempat,
atau menara gereja, yang berbentuk segi empat. Tokoh otoritatif secara eksplisit menyatakan
menara di masjid Umayyah di Damaskus pada mulanya adalah merupakan menara jam
(nathur) milik Katedral Santo Yahya. Konsep menara ini pula diterapkan di berbagai masjid
yang tersebar di beberapa daerah seperti di Mesir dan Irak. Al-Walid, khalifah Dinasti
Umayyah yang dianggap telah membangun banyak Menara di Suriah dan Hijaz, dan setelah
beliau jumlah dan jenis Menara masjid semakin banyak. Menara masjid tersebut
dikembangkan mengikuti bentuk Menara tradisional di tiap wilayah kekuasaan Islam.
Lalu ada Kubah Baru yang didirikan pada abad 691 oleh Abd al-Malik berlokasi di
Yerusalem. Arsitektur bangunan tersebut merupakan sebuah perubahan radikal dari bangunan
berpola la,a, yang melibatkan penggunaan mosaik dan motif dekorasi lainnya. Pembangunan
kubah itu dimaksudkan untuk mengungguli atap gereja Sepulchre Suci yang indah. Hasilnya,
sebuah monument arsitektur yang keindahannya tak bisa ditandingi, yang bagi umat Islam
memiliki nilai arkeologis, artistik, serta simbol keimanan.
Dalam bidang arsitektur, selain tempat-tempat ibadah, Dinasti Umayyah hanya meninggalkan
beberapa monumen arsitektur. Bangunan yang paling penting di antaranya adalah istana-
istana padang pasir yang didirikan oleh para putra mahkota keluarga khalifah. Di ibukota
sendiri, pada saat ini tidak ada yang tersisa dari bangunan megah Qashr al-Khadra, istana raja
yang terletak berdampingan dengan masjid besar. Bangunan terkenal Qushayt (istana kecil)
‘Amrah, yang terletak di sebelah timur Yordana, yang dibangun antara 712 dan 715 mungkin
oleh al-Walid I, yang membuat bangunan itu mengagumkan adalah lukisan-lukisan
dindingnya yang sangat indah.