Anda di halaman 1dari 3

UJIAN AKHIR SEMESTER GENAP TAHUN AKADEMIK 2021/2022

FAKULTAS USHULUDDIN DAN FILSAFAT UNIVERSITAS


ISLAM NEGERI SUNAN AMPEL SURABAYA

Mata Kuliah : Pemikiran Modern Dalam Islam


Dosen : Dr. Anas Amin Alamsyah, M.Ag.
Prodi/Semester/Kelas : IAT / 4 / C1
Hari/Tanggal : Senin, 27 Juni 2022
Jam : 14.20 – 16.00 WIB

1. Jelaskan faham “Rasionalisme Islam” dan “Tradisionalisme Islam” dalam wacana pemikiran
modern dalam Islam!
2. Jelaskan pandangan-pandangan Mustafa Kamal At-Taturk mengenai keadaan umat muslim
dan peradaban Islam di Turki pada masa itu! Jelaskan pula pikiran-pikiran dan gerakan
modernisasi yang dilakukan oleh Mustafa Kamal At-Taturk di Turki!
3. Jelaskan kontribusi Fazlurrahman dalam pengembangan pemikiran modern di dunia Islam!
4. Jelaskan ide-ide Abdurrahman Wahid dan Nurcholish Madjid dalam upaya mereka melakukan
modernisasi di Indonesia!

Petunjuk Teknis :
- Jawablah soal-soal UAS dengan baik dan cermat.
- Sebutkan nama dan NIM anda dalam dokumen jawaban soal UAS.
- Kumpulkan jawaban soal UAS secara individual (dalam format docx atau pdf) di Sails dalam
kolom “Penugasan” pada hari Senin tanggal 27 Juni 2022 (paling lambat pukul 23.59 WIB.)

Nama : Alghaniy Pramudya Rizasawan


NIM : 07010320006
Kelas : C1

Jawab :

1. Rasionalisme Islam, ialah suatu pandangan yang biasanya dianut oleh para tokoh pembaharu Islam,
sebab para pakar dan pengkaji ini meyakini bahwa akal memiliki peranan yang cukup besar untuk
mengungkap/memahami kebenaran dalam ajaran agama-agama Islam yang dapat diaplikasikan pada
perkembangan zaman, sehingga Islam dengan ajarannya tidaklah statis dan stagnan, melainkan dinamis
bisa up to date dan relevan mengikuti perkembangan zaman. Namun masih dipedebatkan mengenai dapat
sejauh mana penggunaan akal, apakah ia berada di bawah wahyu, atau sebaliknya ia berada di atas
wahyu?. Namun yang pasti, penggunaan akal ini janganlah sampai menghasilkan suatu produk buah
pemikiran yang bertentangan dengan Pokok-pokok dasar agama Islam, seperti Al-Qur’an dan Hadis.
Kesimpulannya paham ini lebih menekankan penggunaan rasio (akal) dalam beragama. (Kontekstual)

Tradisionalisme islam, ialah suatu pandangan mengenai menjaga kemurnian Islam dengan
mempertahankan hal-hal yang “tradisional” dalam Islam. Tradisionalisme yang dimaksud disini ialah
mengikuti tradisi / dapat dikatakan sunnah yang bersumber pada Nabi Muhammad SAW, sebagai pembawa
agama Islam dan mempertahankan hasil ijtihad ulama-ulama terdahulu. Tradisionalisme lahir sebab
munculnya keinginan untuk melestarikan ajaran Islam yang berdasarkan Al-Qur'an dan al-Sunnah (yang
dipahami secara tekstual). Maka tradisionalisme islam diyakini oleh para penganutnya sebagai Islam yang
murni. Bila dibandingkan dengan rasionalisme Islam yang cenderung kontekstual dalam menafsirkan
ajaran2 agama Islam, maka pada tradisionalisme islam ini merupakan kebalikannya, yakni lebih cenderung
tekstual dalam penerapannya. (Tekstual)

2. Kebanyakan hasil pemikiran dari Mustafa Kamal At-Taturk ini terinspirasi dari sekularisasi yang terjadi
pada negara-negara di Barat. Sebab realita yang terjadi, hasil dari sekularisasi barat menyebabkan
kemajuan pesat peradaban mereka. Hal inilah yang ingin dicoba oleh Mustafa Kamal At-Tarurk pada Islam,
sebab menurutnya Islam mengalami kemunduran akibat banyaknya campur tangan Islam dalam kehidupan
penganutnya. Ia mencoba memulai gerakannya pada Negaranya yakni Turki. Mustafa ingin memisahkan
Islam dengan Negara dan sebaliknya Sehingga pada masa pemerintahannya beliau
merubah sistem kepemerintahan khalifah menjadi republik serta mengesahkan undang-undang yang terkait
dengan agama seperti mencabut larangan alkohol dan mengurangi undang-undang tentang penceraian dan
warisan. Walaupun demikian, Islam tetap menjadi agama resmi meskipun secara efektif keislaman dihapus
dari kehidupan resmi sehari-hari. Dengan berbagai kebijakannya secara bertahap ia berupaya menggeser
peranan Islam dalam kehidupan sosial, politik dan kemasyarakatan. Dengan harapan peradaban Islam akan
kembali jaya dan membuka pemikiran rasional masyarakat dan interpretasi baru dalam beragama.
Adapun bentuk gerakan dan kebijajan modernisasi yang pernah dilakukan Mustafa Kemal di Turki ialah
dengan membuat 6 sila “prinsip kamalis” yakni:
1. Republikanisme, bahwa negara Turki modern menerapkan sistem demokrasi parlementer yang dipimpin
oleh seorang presiden,
bukan kesultanan ataupun khilafah
2. Nasionalisme, tidak berdasarkan agama dan ras tetapi berdasarkan kewarganegaraan yang sama dan
mengabdi kepada cita-cita nasional
3. Populisme, perlindungan hak asasi manusia dan kesetaraan dihadapan hukum
4. Etatisme, pemerintah berkuasa penuh dalam pengelolaan ekonomi dan berhak intervensi demi
kepentingan rakyat
5 Sekularisme, Menurut Mustafa, sekularisme bukan saja memisahkan masalah bernegara dari pengaruh
agama melainkan juga membatasi peranan agama dalam kehidupan orang Turki sebagai satu bangsa yang
merdeka.
6. Revolusionalisme, menerima transformasi secara permanen
Dari enam sila ini, sekularisme adalah yang paling berpengaruh.

3. Bermula saat Islam mengalami stagnasi / kemandekan, ajaran Islam telah dianggap final, sudah tidak
dapat diganggu gugat sebab padangan bahwa pintu ijtihad telah tertutup. Sehingga kebanyak umat muslim
kala itu melakukan taklid bahkan tak jarang taklid buta. Fazlur Rahman kembali mengingatkan kepada umat
muslim, bahwa pintu ijtihad sampai kapanpun tidak akan pernah tertutup. Islam dengan kandungannya
relevan sampai kapanpun. Perbuatan taklid tersebut tidak dapat dibenarkan sebab zaman terus berubah
ketetapan-ketetapan lama tidaklah relevan bila diaplikasina pada kehidupan masa kini. Munculnya
kebutuhan-kebutuhan baru yang memerlukan adanya kemampuan ijtihad. Agar Islam dikenal sebagai ajaran
yang dinamis bukan statis. Dan pada akhirnya, pendapat dari Fazlur Rahman ini menghentak umat muslim
dari tidurnya, dan mengajak mereka untuk kembali berijtihad bahkan hingga saat ini Fazlur Rahman masih
sebagai rujukan untuk pengembangan pemikiran modern Islam. Yakni teori double movementnya.

4. Islam Kosmopolitan yang digagas oleh Gus Dur ini berkutat seputar ajaran agama Islam yang
dimaknai sebagai ajaran yang universal, nasionalis, toleran terhadap sesama atau dalam kata lain
menghargai perbedaan. Sehingga Islam tidak terkesan dengan agama yang kaku dan ruwet, yang
mengakibatkan kesalahpahaman yang berujung pada Islamophobia. Gus Dur ingin mengajarkan bahwa
beragama Islam ini amat sederhana. Pokok Islam Kosmopolitan ini tidak dapat dipisahkan dari gagasan
Islam universal dan pribumisasi Islam. Dalam pandangan Gus Dur, Islam sebagai ajaran agama yang
universal adalah menebarkan welas asih terhadap sesama manusia dengan toleran dan menghormati
segala perbedaan yang ada, sebab Islam adalah penjunjung tinggi Keadilan dan menolak segala hal yang
merugikan dan jauh dari kata adil. Sebab semua di mata Allah adalah sama tidak memandang dari mana
mereka berasal, apa warna kulit mereka, dari status sosial yang mana dan hal-hal yang membuat
pengelompokan lainnya. Sedangkan pribumisasi Islam mengenai pengaplikasian ajaran Islam pada
kehidupan sehari-hari, agar semakin terasa nyata manfaat bagi pemeluknya.

Islam Inklusif yang digagas oleh Cak Nur ialah islam yang bersifat
terbuka. Maksud dari terbuka" tidak hanya bidang dakwah, tetapi juga bidang ketauhidan (teologi), sosial,
pendidikan, serta tradisi. Hal ini disebabkan karena dalam masyarakat masih ada yang menganggap bahwa
dirinya lah atau kelompok mereka yang paling benar, menurutcak Nur, sebagai seorang Muslim diharapkan
menyadari adanya nilai kebenaran dan kebaikan yang ditawarkan dan diajarkan agama lain. Seorang
Muslim harus yakin bahwa agama yang dipeluknya adalah yang paling benar, namun dalam kehidupan
bersosial jangan menunjukkan sikap yang sombong dan sok-sokan atau sikap mau menang sendiri. Hal ini
terutama dalam konteks pergaulan sesama manusia yang dalam Islam dikenal sebagai "hablum minannas".
Dengan adanya Islam Inklusif, tidak mengartikan bahwa
semua ideologi dan prinsip (ajaran) dari agama lain dapat dimasukkan secara legal ke dalam ajaran Islam.
Islam Inklusif muncul tanpa mengahapus nilai kebenaran atau nilai-nilai yang terkandung dalam agama lain
Islam Inklusif juga menunjukkan bahwa tidak ada penyeragaman dan paksaan terhadap agama lain.
Islam Inklusif juga mengakui adanya toleransi mengenai budaya, adat, dan seni Pandangan Islam Inklusif
juga mengakui adanya pluralitas, mampu meminimalisir adanya konflik antar umat. Dengan adanya Islam
Inklusif cak Nur berharap setidaknya kita mampu berbaur hidup rukun dan damai dengan umat agama lain.
Sehingga perpecahan antar umat beragama mampu dihindari. Konsep dasar yang digunakan cak nur dalam
membangun konsep teologi inklusif adalah:
Pertama yaitu Konsep Ajaran Tauhid, di mana Cak Nur selalu mendakwahkan untuk mencari titik temu dan
persamaan antara Islam, Kristen dan Yahudi, menurutnya, ajaran Islam, Kristen dan Yahudi dengan
berpandangan positif pluralisme agama.
Kedua adalah Sekularisasi. Nurcholish mengatakan bahwa sekularisasi tidaklah bermaksud sebagai
penerapan sekularisme dan mengubah kaum muslim menjadi sekularis. Namun yang dimaksudkan adalah
agar umat Islam menduniawikan hal-hal yang mestinya bersifat duniawi dan melepaskan kecendurangan
meng-ukhrawikan-nya. Nurcholish juga menjelaskan bahwa sekularisasi dimaksudkan untuk lebih
memantapkan tugas manusia di muka bumi sebagai khalifah
Ketiga yaitu Islam universal, Nurcholish Madjid menggunakan dasar titik temu dari agama-agama untuk
memperkuat teorinya tentang teologi Inklusif. Maksud dari Islam universal yaitu Islam bisa bahkan harus
disesuaikan dengan kemodernan. Jika terjadi konflik antara ajaran Islam dan pencapaian modernitas, maka
yang harus dilakukan adalah bukan menolak modernitas, melainkan menafsirkan kembali ajaran tersebut

Anda mungkin juga menyukai