Anda di halaman 1dari 20

Visi, Misi, Tujuan Paramadina

dan Paradigma Cak Nur mengenai Keislaman,


Keindonesiaan, dan Kemodernan
Daftar Isi
Visi-Misi Paramadina
01 Visi-Misi secara umum dan Tujuan Paramadina

Cikal-Bakal Paramadina
02 Berawal dari Klub Kajian Agama (KKA) tumbuh lembaga-lembaga
pendidikan sebuah cita-cita

Pengantar
03 Pemikiran Cak Nur mengenai paradigma Keislaman,
Keindonesiaan dan Kemodernan
Visi-Misi Paramadina
Visi
Menjadi universitas unggulan berbasiskan etika-religius untuk
mewujudkan peradaban yang luhur

Misi
● Menyelenggarakan pendidikan dan pengajaran yang berkualitas serta
terkelola secara profesional;
● Menyelenggarakan penelitian dengan menjaga tradisi masyarakat
ilmiah yang kreatif;
● Menyelenggarakan pengabdian kepada masyarakat yang
memberdayakan kelompok marjinal agar kuat dan mandiri;
● Menciptakan lingkungan kampus sebagai pusat ilmu dan budaya
dengan iklim akademik yang mendukung tercapainya visi universitas;
● Membina generasi manusia baru yang bertakwa dan berakhlak mulia,
menguasai ilmu pengetahuan dan teknologi serta berintegritas.
Tujuan

1. Menghasilkan sarjana yang memiliki kedalaman iman,


kemandirian jiwa, ketajaman nalar, kepekaan nurani,
kecakapan berkarya dan keluasan wawasan;
2. Menghasilkan kajian ilmiah yang memecahkan masalah-
masalah di masyarakat secara kreatif dan inovatif dengan
memanfaatkan sumber daya secara efisien dan efektif;
3. Berperan dalam menghasilkan masyarakat yang relijius,
nasionalis, modern, moderat dan menjunjung tinggi
integritas.
“Selain memiliki visi, misi, dan tujuan secara umum, masing-masing prodi di
Universitas Paramadina juga memiliki visi, misi, dan tujuan dalam pengaplikasian
ilmu yang diajarkan. Hal ini menunjukkan komitmen Paramadina dalam membangun
dan mewujudkan pendidikan yang berintegritas.”
Cikal - Bakal
Universitas Paramadina
Klub Kajian Agama (KKA)

Forum Klub Kajian Agama (KKA) dimulai sejak 28 November 1986 menjadi tempat bertemunya para sarjana Islam
dengan kemampuan teks-teks keislaman klasik, sekaligus mengalami pertemuan dengan budaya modern–yang saat itu
dilekatkan kepada Barat–dengan muslim kota rasional, pengetahuan agama yang tidak mendalam tapi memiliki gairah
belajar Islam yang tinggi.
KKA menyajikan Islam yang modern, inklusif, dan santai. Model pengajian tidak selalu normatif. Namun
kontekstual yang dikaitkan dengan aspek peradaban Islam terkait. Dengan metode semacam ini, maka “tali hubungan
dengan Allah” diterjemahkan menjadi “tali hubungan dengan sesama manusia”.
Perspektif paling penting pengajian ini adalah penekanan bahwa agama tetap bersifat kemanusiaan karena ditujukan
untuk menuntun manusia mencapai kebahagiaan yang memancar dari Ketuhanan. Dengan demikian, agama merupakan
sesuatu yang tidak berjarak dengan manusia. Pola pikir semacam ini nampaknya sesuai dengan masyarakat perkotaan yang
cenderung logis dalam mengambil kesimpulan, namun memiliki semangat tinggi dalam beragama.
Lembaga Pendidikan Yayasan Paramadina

Nurcholish Madjid (Cak Nur) bersama


sejumlah tokoh, mendirikan Yayasan
Paramadina. Sejauh ini, dapat dikatakan
bahwa Cak Nur adalah simbol personal dan
maskot dari lembaga ini. Paramadina
sebagai salah satu pusat kajian keislaman,
menawarkan citra baru Islam inklusif dan
menghadirkan perspektif baru dalam
menelaah problem kemanusiaan
kontemporer.
Klub Kajian Agama (KKA)

Klub Kajian Agama (KKA) yang dilakukan oleh Yayasan Wakaf Paramadina, sebuah yayasan yang
Nurcholish dirikan bersama beberapa koleganya. Tidak kurang dari 200 tulisan dihasilkan dari klub kajian
tersebut. Tulisan tersebut kemudian diterbitkan dalam bentuk buku oleh yayasan yang sama. Melalui penerbitan
tersebut, selain melalui media lain, pemikiran-pemikiran Nurcholish dikenal luas oleh masyarakat Muslim
Indonesia dan mendapat pengakuan dan apresiasi yang kuat.

Nurcholish melihat bahwa makalah-makalah yang ia tulis sendiri, terutama untuk keperluan diskusi Klub
Kajian Agama (KKA) Paramadina, termasuk upaya memahami kembali ajaranajaran Islam dengan pendekatan
topikal atau mauḍū’ī. Masing-masing makalah disusun untuk membahas masalah tertentu.
Pengantar
Pemikiran Cak Nur mengenai paradigma Keislaman, Keindonesiaan dan Kemodernan
Pengantar Keislaman-Keindonesiaan-Kemodernan

“Paham kemajemukan masyarakat


[pluralisme] adalah bagian amat penting
dari tatanan masyarakat maju. Dalam
paham itulah dipertaruhkan, antara lain,
sehatnya demokrasi dan keadilan.
Pluralisme tidak saja mengisyaratkan
adanya sikap bersedia mengakui hak
kelompok lain untuk ada, tetapi juga
mengandung makna kesediaan berlaku
adil kepada kelompok lain itu atas dasar
perdamaian dan saling menghormati...”

-Nurcholish Madjid
Pengantar Keislaman-Keindonesiaan-Kemodernan

Perkembangan pemikiran Islam kontemporer


tidak lepas dari agenda besar bagaimana Islam
bergulat di tengah perkembangan modernisme
(saat ini demokrasi liberal dan globalisasi).
Pergulatan pemikiran Islam tersebut tidak lain
adalah bagaimana Islam membangun citra dirinya
(self image of Islam) di tengah realitas dunia yang
telah berubah dan berkembang (akibat globalisasi).
Pengantar Keislaman-Keindonesiaan-Kemodernan

Cak Nur mengembangkan pemikiran Keislaman dalam enam ciri

Pertama Kedua Ketiga


Melawan teokrasi, Mendukung gagasan Membela hak
yaitu ide-ide yang hendak demokrasi perempuan
mendirikan negara Islam.

Keempat Kelima Keenam


Membela hak-hak Membela kebebasan Membela gagasan
non-muslim berpikir kemajuan
Islam bagi Cak Nur harus tetap menjadi petunjuk (guidence) di tengah pergolakan modernitas dan era
globalisasi. Namun gagasan Islam yang tumbuh di sejumlah dunia Islam, berbeda dengan gagasan
Islam tradisional. Dimana Islam cenderung mengakui bahwa Islam merupakan pancaran atau
pantulan dari doktrin agama, seolah tidak ada khazanah lain yang bisa mempengaruhi pemikiran
Islam.
Pengantar Keislaman-Keindonesiaan-Kemodernan

Keindonesiaan

Dalam hubungan agama dan negara, Cak Nur berpendapat


bahwa agama dan negara tidak dapat dipisahkan, karena
agama merupakan landasan hidup dan menjadi kultur
kehidupan masyarakat dalam bernegara. Namun Cak Nur
menolak tegas konsep negara Islam, terutama dalam
konteks keindonesiaan. Karena menurut beliau Negara
Islam merupakan distorsi hubungan proporsional antara
agama dan negara
Pengantar Keislaman-Keindonesiaan-Kemodernan

Menurut Cak Nur, mewujudkan nilai-nilai Islam yang


universal diperlukan penyelarasan antara nilai Islam
dengan peradaban dan budaya lokal. Oleh sebab itu, Islam
harus dipahami secara kontekstual di Indonesia. Pancasila
merupakan praksis etik nilai-nilai Islam yang tidak
bertentangan dengan Islam itu sendiri. Bahkan menjadi
implementasi dari ajaran-ajaran Islam yang bersifat
substansial, sebagaimana di dalamnya ajaran kemanusiaan
dan keadilan.
Pengantar Keislaman-Keindonesiaan-Kemodernan

Kemodernan
Pemikiran-pemikiran Cak Nur mampu mendobrak tatanan baru pola pemikiran Islam
dengan menghadirkan suasana baru ketika berhadapan dengan teks-teks Islam. Di sisi
lainnya, secara umum ia mampu memadukan gagasan-gagasan yang ada dalam berbagai
tradisi yang berbeda (Greg Barton, 1999: 71).
Pengantar Keislaman-Keindonesiaan-Kemodernan

Corak pemikiran Islam Cak Nur yang lain adalah


masalah kemodernan. Pemikirannya pada wilayah ini
dilatarbelakangi bahwa Islam tidak bertentangan
dengan isu-isu modernitas, tetapi memandang nilai-
nilai yang mendukung modernisasi itu sendiri.

Lebih dari itu, ia juga memperlihatkan bahwa Islam


secara inheren dan aslinya adalah agama yang selalu
modern.
Terima Kasih

Anda mungkin juga menyukai