Anda di halaman 1dari 74

PERANAN LOGIKA DALAM DAKWAH (Upaya Merekonstruksi Pola dan Metodologi Dakwah Islam Menuju Dakwah yang Rasional)

Oleh : Moh Hanifudin Mahfuds I. Pendahuluan Pada dekade terakhir ini ditengah-tengah modernisme yang melaju begitu cepat, pergeseran paradigma berpikir masyarakat pun terus bergerak progresif, masyarakat berevolusi dari pola berpikir yang berdasarkan dogma, mitos dan takhayul beralih menjadi semakin masyarakat yang rasional dan fungsional. Hal ini dapat dilihat dari keteraturan spesikasi pekerjaan dalam struktur social dan orientasi hidup yang lebih materialistis. Kondisi demikian menggugah penulis untuk merekonstruksi metodologi dakwah Islam dari dakwah yang dogmatis menuju dakwah yang rasionalis. akwah dogmatis hanya akan membawa umat pada fanatisme yang berlebihan tanpa memahami argumen teologis yang valid, sehingga berimplikasi kepada terbukanya konflik social keagamaan yang akan merusak tatanan demokrasi dan cita-cita masyarakat madani dalam masyarakat. akwah rasionalis yang penulis maksudkan adalah upaya menyiarkan Islam dengan perangkat keilmuan yang empirik untuk menghadirkan Islam secara objektif kehadapan masyarakat. Pola dakwah ini diharapkan akan membangun kesadaran, kecerdasan dan keadaban masyarakat. !elalui tulisan singkat ini, penulis ingin mengemukakan beberapa pokok pikiran penulis dalam upaya merekonstruksi pola dan metodologi dakwah Islam yang dogamatis menuju rasionalis. Harapan penulis, semoga sumbangsih yang kecil ini bermanfaat, khususnya bagi penulis dan umat manusia yang memiliki fitrah ber-"uhan pada umumnya. II. Pembahasan #ejak diturunkannya wahyu yang pertama kepada $abi !uhammad #%& dan diikuti dengan risalah kenabian yang lainnya, kewajiban untuk menyebarkan kebenaran yang berasal dari %llah #&" menjadi tugas yang harus disebarkan kepada seluruh umat manusia. 'isalah kenabian !uhammad tidak saja disebarkan untuk masyarakat %rab, tetapi juga bagi masyarakat umat manusia pada umumnya. Karena seruan-seruan kepada kebenaran yang diamanatkan %llah ditujukan untuk manusia secara universal. Inilah titik tolak dakwah Islam. Hal diatas memperjelas Islam sebagai sebuah agama missionary atau agama dakwah. Kewajiban berdakwah bukanlah tugas !uhammad saja, namun juga merupakan tugas yang secara turun-temurun diwarisi kepada setiap generasi muslim. !ulai dari sahabat, tabi(in, tabi(ittabi(in dan ulama serta umat Islam hingga periode terakhir ini. "ak heran

jika kemudian dalam kurun terakhir ini hampir separuh penduduk bumi memeluk agama Islam. itengah kesemarakkan dakwah Islam ke seluruh penjuru dunia ini, ada hal yang membuat miris kita. )aitu masih adanya metode pola praktik dakwah Islam yang menghadirkan Islam secara dogmatis, disandarkan kepada mitos, takhayul dan mengindentikkan Islam kepada hal yang beraroma mistik atau bahkan kuburan. Hal ini terlihat di layar kaca hampir setiap hari. "ayangan mistik dibungkus dengan petuah ustad*, sinetron islami dengan metafor siksaan, kuburan dan diselimuti dengan nasehat dari sang kiyai. Penulis secara tegas tidak sepakat dengan pola dakwah yang seperti tergambar diatas. !enurut penulis dakwah seperti itu tidak menghadirkan Islam secara komprehensif dan proporsional. Islam memiliki dimensi yang luas tidak sebatas pada mistik dan siksaan. +anyak sisi-sisi Islam yang tertutupi oleh tayangan itu. %kibatnya masyarakat tidak mengenal Islam secara kaffah. akwah yang terformat dalam tayangan mistik dan ,kuburan, tidak mengangkat citra Islam tetapi justru mendistorsi ajaran adiluhung Islam yang terfragmen dalam al--ur(an dan Hadits. .ntuk membagun masyarakat yang cerdas dalam beragama, maka perlu ada metode yang cerdas pula dalam menghadirkan Islam ketengah mereka. !etode dakwah karena itu harus dirubah dengan mengarus utamakan dimensi rasionalitas Islam. .paya inilah yang mempertegas fungsi logika dalam dakwah. an penulis kira masyarakat yang semakin modern ini pun mendambakan pendekatan (approach) yang menjunjung tinggi peran dan fungsi akal dalam pemahaman keagamaan. "erasa ironis sekali tentunya jika kemoderanan yang terus menggurita ini tidak diiringi dengan kemoderenan dalam beragama. Kemodernan disini penulis identikkan dengan rasionalitas. Kemampuan manusia memanfaatkan hasil olah teknologi mutakhir dalam kehidupan keagamaan seperti/ televisi, internet, dan telepon seluler, jika tidak diimbangi dengan kemampuan olah pikir dalam menganalisa persoalan keagamaan tentu akan timpang. 0akta di atas tadi adalah buktinya. 1ogika sebagai aturan hukum berpikir yang rasional dan logis, penulis kira sudah saatnya dimanfaatkan sebagai sarana dakwah. !elalui hukum-hukum berpikir kita dapat menganalisa perintah-perintah %llah, membangun preposisi yang valid dan silogisme yang kuat. !etode logika akan membuka cakrawala berpikir masyarakat menuju berIslam yang rasional. %pa yang dapat kita lakukan dengan menggunakan logika dalam dakwah2 "entu saja banyak, penulis mengidentifikasi beberapa hal, antara lain/ Pertama, !embangun sinergi antara Islam dengan penemuan teknologi modern. Islam secara gamblang menyuruh umat manusia untuk mengelaborasi tanda-tanda kekuasaan %llah yang tersebar di jagat raya ini. engan pendasaran ini maka penemuan teknologi modern adalah penegasan akan kemahakuasaan %llah. Hal ini memacu umat khususnya umat Islam untuk mengembangkan dan mengejar ketertinggalan kita dengan dunia barat

dalam meningkatkan derajat kemanusiaan dalam bidang teknologi. Konsekwensi logis yang diemban para da(i adalah menyebarkan doktrin pemuliaan Islam terhadap ilmu pengetahuan dan teknologi. akwah mereka diorientasikan untuk membangun masyarakat yang menguasai teknologi. Kedua, !embangun landasan moral etis dalam pengembangan kehidupan kemanusiaan modern. Islam memberikan sandaran dalam penghormatan terhadap nilai-nilai kemanusiaan. 'elasi antara Islam dan Hak %sasi !anusia 3H%!4 terfragmen dengan jelas dalam ajaran Islam. Ini terbukti dalam sejarah empirik umat Islam seperti etika dalam berperang yang memberkan penghormatan terhadap anak-anak, perempuan, orang tua, dan lingkungan. Para juru dakwah dalam hal ini bertugas dalam mengeksplor landasan teologis dalam Hak %sasi !anusia. Ini dapat dilakukan dengan rasionalisasi dogma Islam. Ketiga, !erasionalisasikan urgensi spiritualitas ditengah-tengah kisaran modernitas. Kehidupan beragama (spirituil) yang oleh banyak filosof barat dianggap sebagai candu, perilaku orang gila, dan menjadikan manusia tidak independen, kini sudah tak layak lagi didengungkan. unia spiritual yang abstrak ternyata dapat dipahami secara rasional. !elalui kajian ilmiah terbukti bahwa diri kita terdiri dari dua dimensi yaitu material dan spiritual. Ini memperkuat argumen keselarasan spiritualitas dengan modernitas. %nalisis logis seperti inilah yang mestinya dilakukan oleh da(i dalam menebarkan fragmentasi ajaran Islam. #ehingga masyarakat dapat menerima dengan kesadaran rasional yang nyata bukan kesadaran palsu. Keempat, 1ogika sebagai ilmu mempertegas bahwa dakwah Islam adalah sebuah proses kritis dari rationalitas intellection berdasarkan sifatnya yang tidak dogmatis dan tidak berdasarkan sakralitas tertentu. alam pengertian ini maka da(i berinteraksi dengan beragam tafsir atas Islam, kemudian mendakwahkan kepada masyarakat. Proses yang tidak dogmatis ini mensyaratkan da(i untuk mengajak masyarakat menyelami kedalaman pemikirannya terhadap agama. %gama menjadi objek yang dikaji secara empiris dan logis. "erlepas dari keyakinan akan kesempurnaan keagamaan kita terhadap Islam. Kita mesti mengakui sisi-sisi lemah Islam secara historis sembari menyelaraskan diri dengan ajaran yang terkonstruk dengan sempurna. engan cara ini sang da(i akan mudah diterima masyarakat lintas keyakinan karena logis. +eberapa pemikiran diatas menurut hemat penulis akan merubah paradigma dakwah Islam. 'ekonstruksi ini jika dijalankan dengan konsisten, pada saatnya nanti akan mengubah paradigma masyarakat sehingga memandang agama secara proporsional dan rasional. +eragama secara rasional berarti mengkritisi doktrin keagamaan dengan cermat, mempelajari dengan komprehensif, dan mengamalkan dengan penuh pertimbangan yang rasional. engan demikian peranan logika dalam berdakwah adalah sangat penting. an pada tulisan ini secara khusus penulis menkonstuksikan logika sebagai dasar pemahaman dakwah keagamaan. asar ini mengandaikan fungsinya yang menyeluruh pada seluruh aspek agama. Karena dakwah yang penulis maksud adalah dakwah yang rasional dan

menghadirkan Islam secara komprehensif tidak pada salah satu sisinya saja. Inilah kiranya yang mengasah kebijaksanaan kita dalam memandang dakwah Islamiyah. III. Penutu emikianlah pemikiran penulis mengenai relasi logika dengan dakwah Islam. #ebagai manusia, penulis merasa malu jika menganggap tulisan ini sempurna, karena kesempurnaan hanya milik %llah #&". $amun usaha penulis setidaknya menbawa manfaat, terkhusus bagi penulis pribadi dan umat manusia secara umum.

Posted at 56768 pm by H%$I0-!%9H0. : !ake a comment Permalink ;un <, =55> %'"IK?1

Masyarakat Madani: Dialog Islam dan Modernitas di Indonesia Saefur Rochmat*)

Abstrak: Masyarakat madani yang sedang dikembangkan sekarang ini mempunyai sejarah tersendiri. Di sini akan diselidiki konsep tersebut sebagai suatu bentuk dialog Islam dengan modernisasi. Selanjutnya dilihat juga posisi masyarakat dan negara dalam Islam. Masyarakat madani kadang dipahami sebagai masyarakat sipil, karena diterjemahkan dari konsep civil society yang lahir di Barat pada abad ke-18 dengan tokohnya John Locke atau Montesquieu. Sebelumnya, pada zaman Yunani Kuno sudah dikenal societies civilis, namun dengan pengertian yang identik dengan negara. Civil society dimaksudkan mencegah lahirnya pemerintahan otoriter melalui kontrol dari masyarakat. Berdasarkan projecting back theory (melihat sejarah awal Islam sebagai patokan), umat Islam menerjemahkan civil society dengan masyarakat madani, yaitu suatu masyarakat yang diciptakan Nabi Muhammad SAW di Madinah. Karena ciri-ciri kehidupan yang ideal pada masa Nabi Muhammad SAW dianggap sebagai protomasyarakat modern. Hal tersebut merupakan bentuk dialog Islam dengan modernitas sesuai dengan hukum dialektika. Dialog tersebut bersifat aktif karena Barat mengembangkan konsep civil society tersebut berdasarkan sejarah awal Islam Kata kunci: masyarakat madani, negara, Nabi, Indonesia, projecting back theory.
1. Pendahuluan

Masyarakat madani sebagai terjemahan dari civil society diperkenalkan pertama kali oleh Anwar Ibrahim (ketika itu Menteri Keuangan dan Timbalan Perdana Menteri Malaysia) dalam ceramah Simposium Nasional dalam rangka Forum Ilmiah pada Festival Istiqlal, 26 September 1995 (Hamim, 2000: 115). Istilah itu diterjemahkan dari bahasa Arab mujtama madani, yang diperkenalkan oleh Prof. Naquib Attas, seorang ahli sejarah dan peradaban Islam dari Malaysia, pendiri ISTAC (Ismail, 2000:180-181). Kata madani berarti civil atau civilized (beradab). Madani berarti juga peradaban, sebagaimana kata Arab lainnya seperti hadlari, tsaqafi atau tamaddun. Konsep madani bagi orang Arab memang mengacu pada hal-hal yang ideal dalam kehidupan. Munculnya konsep masyarakat madani menunjukkan intelektual muslim Melayu mampu menginterpretasikan ajaran Islam dalam kehidupan modern, persisnya mengawinkan ajaran Islam dengan konsep civil society yang lahir di Barat pada abad ke-18. Konsep masyarakat madani digunakan sebagai alternatif untuk mewujudkan good government, menggantikan bangunan Orde Baru yang menyebabkan bangsa Indonesia terpuruk dalam krisis multidimensional yang tak berkesudahan. Perumusan konsep masyarakat madani menggunakan projecting back theory, yang berangkat dari sebuah hadits yang mengatakan Khayr al-Qurun qarni thumma al-ladhi yalunahu thumma al-ladhi yalunahu, yaitu dalam menetapkan ukuran baik atau buruknya perilaku harus dengan merujuk pada kejadian yang terdapat dalam khazanah sejarah masa awal Islam dan bila tidak ditemukan maka dicari pada sumber normatif alQuran dan Hadits (Hamim, 2000: 115-127). Civil society yang lahir di Barat diislamkan menjadi masyarakat madani, yaitu suatu masyarakat kota Madinah bentukan Nabi Muhammad SAW. Mereka mengambil contoh dari data historis Islam yang secara kualitatif dapat dibandingkan dengan masyarakat ideal dalam konsep civil society. Mereka melakukan penyetaraan itu untuk menunjukkan bahwa di satu sisi, Islam mempunyai kemampuan untuk diinterpretasi ulang sesuai dengan perkembangan zaman, dan di sisi lain, masyarakat kota Madinah merupakan proto-type masyarakat ideal produk Islam yang bisa dipersandingkan dengan konsep civil society. Rasanya tidaklah berlebihan kalau kita menerjemahkan civil society dengan masyarakat madani, karena kehidupan masyarakat Madinah di bawah Nabi Muhammad SAW dan Khulafaur Rasyidin sangat menjunjung tinggi prinsip-prinsip dalam civil society yang lahir di Barat. Dengan demikian, konsep masyarakat madani merupakan bentuk dialog Islam dengan modernitas (Barat). Reinterpretasi Islam terhadap perkembangan zaman bukan sesuatu yang tabu melainkan suatu keharusan dari hukum dialektika thesis-antithesis-synthesis dalam rangka menuju ke arah yang lebih baik. Dialog dialektik Islam dan Barat bersifat aktif, karena sebelumnya Barat telah melakukan studi perbandingan dengan peradaban Islam ketika mau merumuskan civil society. Pada waktu itu, Barat sedang dalam cengkeraman pemerintahan otoriter, dan menilai sistem pemerintahan Nabi Muhammad SAW adalah sangat baik. Pengaruh Islam dalam civil society sudah dijelaskan C.G. Weeramantry dan M. Hidayatullah dalam bukunya Islamic

Jurisprudence: An International Perspective, terbitan Macmillan Press (1988). Menurutnya, pemikiran John Locke dan Rousseau tentang teori kedaulatan ( sovereignty) mendapatkan pengaruh dari pemikiran Islam. Locke ketika menjadi mahasiswa Oxford sangat frustasi dengan disiplinnya, dan lebih tertarik mengikuti ceramah dan kuliah Edward Pococke, profesor studi tentang Arab. Kemudian perhatian pemikiran Locke mengenai problem-problem tentang pemerintahan, kekuasaan, dan kebebasan individu. Rousseau dalam Social Contract-nya juga tidak lepas dari pengaruh Islam. Bahkan dia secara jelas menyebut: Mohamet had very sound opinions, taking care to give unity to his political system, and for as long as the form of his government endured under the caliphs who succeeded him, the government was undivided and, to that extent, good . Sementara Montesquieu bermula dari bukunya Persian Lettters, yang kemudian diteruskan dalam buku berikutnya The Spirit of the Laws, tidak lepas dari pengaruh Islam. Tentang Montesquieu ditulis indeed there are many specific references to the Quran and to the Islamic law in the writing of Montesquieu (Azizi, 2000: 94). 2. Masyarakat Madani dan Negara Konsep masyarakat madani tidak langsung terbentuk dalam format seperti yang dikenal sekarang ini. Bahkan konsep ini pun masih akan berkembang terus akibat dari proses pengaktualisasian yang dinamis dari konsep tersebut di lapangan. Konsep masyarakat madani memiliki rentang waktu pembentukan yang sangat panjang sebagai hasil dari akumulasi pemikiran yang akhirnya membentuk profile konsep normatif seperti yang dikenal sekarang ini (Hamim, 2000: 112-113). Kadang, masyarakat madani dipahami sebagai masyarakat sipil, terjemahan civil society yang lahir di Barat pada abad ke-18. Hal tersebut diperkuat oleh latar belakang dimunculkannya civil society di Indonesia, sebagai kaunter terhadap dominasi ABRI (nama waktu itu untuk tentara dan polisi di Indonesia) yang menerapkan doktrin dwi fungsi, dimana ABRI memerankan tugas-tugas sipil sebagai penyelenggara lembagalembaga eksekutif, legislatif, dan yudikatif. Hampir semua kepala pemerintahan dari pusat sampai daerah dipegang oleh ABRI. Kebencian terhadap ABRI semakin dalam ketika mereka terkooptasi oleh rezim Soeharto untuk membungkam rakyat yang kritis terhadap gaya pemerintahan yang feodal dan otoriter. Orang juga tahu kalau ABRI berada di belakang semua aksi teror dan penculikan terhadap para aktivis demokrasi (Hamim, 2000: 113). Para intelektual Muslim menjadikan Amerika Serikat sebagai model dari bentukan civil society. Di Amerika kekuasaan negara sangat terbatas dan tidak bisa mengintervensi hak-hak individu (biasa disebut dengan small stateness), namun sangat kuat dalam bidang pelaksanaan hukum (Azizi, 2000: 87). Sedangkan di Indonesia, yang terjadi adalah sebalinya. Akibatnya, di Indonesia sering terjadi pergantian pemerintahan, karena penegakkan hukum masih lemah dan MPR/DPR mempunyai kekuasaan yang besar.

Kita boleh menjadikan Amerika sebagai model dan bukan mengekor karena perbedaan situasi dan kondisi dari kedua negara tersebut. Kita mungkin dapat belajar dari pelaksanaan hukum di sana, dan mengkoreksi posisi negara yang lemah vis--vis masyarakat. Islam mengembangkan prinsip keseimbangan dalam segala aspek kehidupan. Dalam bidang hukum pun demikian, karena negara tidak boleh tunduk kepada keinginan masyarakat yang menyimpang dari akal sehat seperti menuruti suara mayoritas yang menghendaki diperbolehkannya minuman keras. Tidak benar jika ingin mewujudkan masyarakat madani harus memperlemah posisi eksekutif seperti yang terjadi di Amerika. Selain bertentangan dengan prinsip keseimbangan juga mengingkari sejarah masyarakat madani ciptaan Nabi Muhammad SAW yang berbentuk negara. Kesan salah tersebut terjadi karena lahirnya civil society bersamaan dengan konsep negara modern, yang bertujuan: Pertama, untuk menghindari lahirnya negara absolut yang muncul sejak abad ke-16 di Eropa. Kedua, untuk mengontrol kekuasaan negara. Atas dasar itu, perumus civil society menyusun kerangka dasar sebagai berikut (Gamble, 1988: 47-48):
the state as an association between the members of a society rather than as the personal domain of a monarch, and furthermore as an association that is unique among all the associations in civil society because of the role it plays. Thingking of the state as an association between all members of a society means ascribing to it supreme authority to make and enforce laws the general rules that regulate social arrangements and social relationships. If the state is accorded such a role, and if it is to be a genuine association between all members of the community, it follows that its claim to supreme authority cannot be based upon the hereditary title of a royal line, but must originate in the way in which rulers are related to the ruled.

Dengan penjelasan di atas, Gamble (1988: 54) menyimpulkan bahwa teori negara modern mencakup dua tema sentral yaitu sovereignty; dan political economy, the problem of the relationship of state power to civil society . Sedangkan, konsep civil society lebih berkait dengan tema kedua itu, yaitu:
how government should ralate to the private, individualist world of civil society organised around commodity production, individual exchange, and money; what policies and puposes it should pursue and how the general interest should be defined. Two principal lines of thought emerged. In the first, the state came to be regarded as necessarily subordinate to civil society; in the second, it was seen as a sphere which included but also transcended civil society and countered its harmful effects. These different conceptions were later to form one of the major dividing lines in modern liberalism.

Hegel dan Rousseau (Gamble, 1988: 56) memandang negara modern lebih dari sekedar penjamin bagi berkembangnya civil society, karena negara modern didirikan atas dasar persamaan semua warga negara, maka negara tidak hanya sebagai alat untuk mencapai tujuan akhir tertentu bersama, seperti penjamin aturan pasar agar setiap individu dapat mengejar keperluannya; melainkan merupakan puncak dari sistem sosial, dimana nilai tertinggi bukan pada individu melainkan pada kehidupan bersama

Adam Seligman (Azizi, 2000: 88-89) mengemukakan dua penggunaan istilah civil society dari sudut konsep sosiologi, yaitu dalam tingkatan kelembagaan (organisasi) sebagai tipe sosiologi politik dan membuat civil society sebagai suatu fenomena dalam dunia nilai dan kepercayaan. Dalam pengertian yang pertama, civil society dijadikan sebagai perwujudan suatu tipe keteraturan kelembagaan dan dijadikan jargon untuk memperkuat ide demokrasi yang mempunyai delapan karakteristik, yaitu:
(1) the freedom to form and join organizations, (2) freedom of expression, (3) the right to vote, (4) eligibility for public office, (5) the right of political leaders to compate for support and votes, (6) alteernative sources of information (what we would call a free press, (7) free and fair elections, and (8) institutions for making government policies depend on votes and other expressions of preference.

Dari delapan karakteristik demokrasi yang merupakan tugas negara modern, maka kita tahu bahwa negara mempunyai tugas untuk mengembangkan masyarakat madani. Penggunaan istilah yang kedua berkaitan dengan tinjauan filsafat yang menekankan pada nilai dan kepercayaan, sebagai pengaruh moralitas Kristen dalam peradaban modern. Moral diyakini sangat penting untuk mengatur kehidupan berbangsa dan bernegara, walaupun aspek moral itu tidak ditransendenkan kepada Tuhan, dengan alasan seperti yang diyakini Montesquieu dan Tocqueville the people can be trusted to rule themselves (Azizi, 2000: 90). Mereka mengabaikan peran Tuhan yang dipandang sudah tidak cocok lagi untuk dunia modern. Mereka yakin agama hanya berperan sebagai masa transisi antara dunia mitos dan dunia modern.
3. Masyarakat Madani di Indonesia

Masyarakat madani sukar tumbuh dan berkembang pada rezim Orde Baru karena adanya sentralisasi kekuasaan melalui korporatisme dan birokratisasi di hampir seluruh aspek kehidupan, terutama terbentuknya organisasi-organisasi kemasyarakatan dan profesi dalam wadah tunggal, seperti MUI, KNPI, PWI, SPSI, HKTI, dan sebagainya. Organisasi-organisasi tersebut tidak memiliki kemandirian dalam pemilihan pemimpin maupun penyusunan program-programnya, sehingga mereka tidak memiliki kekuatan kontrol terhadap jalannya roda pemerintahan. Kebijakan ini juga berlaku terhadap masyarakat politik ( political societies), sehingga partai-partai politik pun tidak berdaya melakukan kontrol terhadap pemerintah dan tawarmenawar dengannya dalam menyampaikan aspirasi rakyat. Hanya beberapa organisasi keagamaan yang memiliki basis sosial besar yang agak memiliki kemandirian dan kekuatan dalam mempresentasikan diri sebagai unsur dari masyarakat madani, seperti Nahdlatul Ulama (NU) yang dimotori oleh KH Abdurrahman Wahid dan Muhammadiyah dengan motor Prof. Dr. Amien Rais. Pemerintah sulit untuk melakukan intervensi dalam pemilihan pimpinan organisasi keagamaan tersebut karena mereka memiliki otoritas dalam pemahaman ajaran Islam. Pengaruh politik tokoh dan organisasi keagamaan ini bahkan lebih besar daripada partai-partai politik yang ada.

Era Reformasi yang melindas rezim Soeharto (1966-1998) dan menampilkan Wakil Presiden Habibie sebagai presiden dalam masa transisi telah mempopulerkan konsep masyarakat madani karena presiden beserta kabinetnya selalu melontarkan diskursus tentang konsep itu pada berbagai kesempatan. Bahkan, Habibie mengeluarkan Keppres No 198 Tahun 1998 tanggal 27 Februari 1999 untuk membentuk suatu lembaga dengan tugas untuk merumuskan dan mensosialisasikan konsep masyarakat madani itu. Konsep masyarakat madani dikembangkan untuk menggantikan paradigma lama yang menekankan pada stabilitas dan keamanan yang terbukti sudah tidak cocok lagi. Soeharto terpaksa harus turun tahta pada tanggal 21 Mei 1998 oleh tekanan dari gerakan Reformasi yang sudah bosan dengan pemerintahan militer Soeharto yang otoriter. Gerakan Reformasi didukung oleh negara-negara Barat yang menggulirkan konsep civil society dengan tema pokok Hak Asasi Manusia (HAM). Presiden Habibie mendapat dukungan dari ICMI (Ikatan Cendekiawan Muslim Indonesia), suatu bentuk pressure group dari kalangan Islam, dimana ia duduk sebagai Ketua Umumnya. Terbentuknya ICMI merupakan suatu keberhasilan umat Islam dalam mendekati kekuasaan karena sebelumnya pemerintah sangat phobi terhadap Islam politik. Hal itu terjadi karena ada perantara Habibie yang sangat dekat dengan Soeharto. Dengan demikian, pengembangan konsep masyarakat madani merupakan salah satu cara dari kelompok ICMI untuk merebut pengaruh dalam Pemilu 1997. Kemudian konsep masyarakat madani mendapat dukungan luas dari para politisi, akademisi, agamawan, dan media massa karena mereka semua merasa berkepentingan untuk menyelamatkan gerakan Reformasi yang hendak menegakkan prinsip-prinsip demokrasi, supremasi hukum, dan HAM. Pengamat politik dari UGM, Dr Mohtar Mas'oed ( Republika, 3 Maret 1999) yakin bahwa pengembangan masyarakat madani memang bisa membantu menciptakan atau melestarikan demokrasi, namun bagi masyarakat yang belum berpengalaman dalam berdemokrasi, pengembangan masyarakat madani justru bisa menjadi hambatan terhadap demokrasi karena mereka menganggap demokrasi adalah distribusi kekuasaan politik dengan tujuan pemerataan pembagian kekuasaan, bukan pada aturan main. Untuk menghindari hal itu, diperlukan pengembangan lembaga-lembaga demokrasi, terutama pelembagaan politik, di samping birokrasi yang efektif, yang menjamin keberlanjutan proses pemerintahan yang terbuka dan partisipatoris. Keteganggan di Indonesia tidak hanya dalam wacana politik saja, tetapi diperparah dengan gejala desintegrasi bangsa terutama kasus Timor Timur, Gerakan Aceh Merdeka, dan Gerakan Papua merdeka. Hal itu lebih didorong oleh dosa rezim Orde Baru yang telah mengabaikan ciri-ciri masyarakat madani seperti pelanggaran HAM, tidak tegaknya hukum, dan pemerintahan yang sentralistis/absolut. Sedangkan, kerusuhan sosial yang sering membawa persoalan SARA menunjukkan bahwa masih banyak masyarakat yang buta hukum dan politik (sebagai prasyarat masyarakat madani), di samping penegakkan hukum yang masih belum memuaskan.

Munculnya wacana civil society di Indonesia banyak disuarakan oleh kalangan tradisionalis (termasuk Nahdlatul Ulama), bukan oleh kalangan modernis (Rumadi, 1999). Hal ini bisa dipahami karena pada masa tersebut, NU adalah komunitas yang tidak sepenuhnya terakomodasi dalam negara, bahkan dipinggirkan dalam peran kenegaraan. Di kalangan NU dikembangkan wacana civil society yang dipahami sebagai masyarakat non-negara dan selalu tampil berhadapan dengan negara. Kalangan muda NU begitu keranjingan dengan wacana civil society, lihat mereka mendirikan LKIS yang arti sebenarnya adalah Lembaga Kajian Kiri Islam, namun disamarkan keluar sebagai Lembaga Kajian Islam. Kebangkitan wacana civil society dalam NU diawali dengan momentum kembali ke khittah 1926 pada tahun 1984 yang mengantarkan Gus Dur sebagai Ketua Umum NU. Gus Dur memperkenalkan pendekatan budaya dalam berhubungan dengan negara sehingga ia dikenal sebagai kelompok Islam budaya, yang dibedakan dengan kelompok Islam Politik. Dari kandungan NU lahir prinsip dualitas Islam-negara, sebagai dasar NU menerima asas tunggal Pancasila. Alasan penerimaan NU terhadap Pancasila berkaitan dengan konsep masyarakat madani, yang menekankan paham pluralisme, yaitu: (1) aspek vertikal, yaitu sifat pluralitas umat (QS al-Hujurat 13) dan adanya satu universal kemanusiaan, sesuai dengan Perennial Philosophy (Filsafat Hari Akhir) atau Religion of the Heart yang didasarkan pada prinsip kesatuan (tawhid); (2) aspek horisontal, yaitu kemaslahatan umat dalam memutuskan perkara baik politik maupun agama; dan (3) fakta historis bahwa KH A. Wahid Hasyim sebagai salah seorang perumus Pancasila, di samping adanya fatwa Mukhtamar NU 1935 di Palembang (Ismail, 1999: 17). Dalam pandangan Gus Dur, Islam sebagai agama universal tidak mengatur bentuk negara yang terkait oleh konteks ruang dan waktu sehingga Nabi Muhammad SAW sendiri tidak menamakan dirinya sebagai kepala negara Islam dan Nabi tidak melontarkan ide suksesi yang tentunya sebagai prasyarat bagi kelangsungan negara (Wahid, 2000: 16). Walaupun Nabi telah melakukan revolusi dalam masyarakat Arab, tetapi ia sangat menghormati tradisi dan memperbaharuinya secara bertahap sesuai dengan psikologi manusia karena tujuannya bukanlah menciptakan orde baru (a new legal order) tapi untuk mendidik manusia dalam mencapai keselamatan melalui terwujudnya kebebasan, keadilan, dan kesejahteraan (Schacht, 1979: 541). Pandangan pluralisnya didasarkan pada sejarah kehidupan Nabi sendiri yang terbuka terhadap peradaban lain, di samping tentunya sifat universalisme Islam. Dalam Islam ada lima jaminan dasar, seperti yang tersebar dalam literatur hukum agama ( al-kutub alfiqhiyyah), sebagaimana dikatakan Wahid (1999: 1) sebagai berikut: (1) keselamatan fisik warga masyarakat dari tindakan badani di luar ketentuan hukum, (2) keselamatan keyakinan agama masing-masing, tanpa adanya paksaan untuk berpindah agama, (3) keselamatan keluarga dan keturunan, (4) keselamatan harta benda dan milik pribadi di luar prosedur hukum, dan (5) keselamatan profesi. Nabi Muhammad SAW telah menampilkan peradaban Islam yang kosmopolitan dengan konsep umat yang menghilangkan batas etnis, pluralitas budaya, dan heteroginitas

politik. Peradaban Islam yang ideal tercapai bila tercapai keseimbangan antara kecenderungan normatif kaum Muslimin dan kebebasan berpikir semua warga masyarakat (termasuk mereka yang non-Muslim) (Wahid, 1999: 4). Keseimbangan itu terganggu dengan dilakukannya ortodoksi (formalisme) terhadap ajaran Islam. Ortodoksi yang tadinya untuk mensistematiskan dan mempermudah pengajaran agama, akhirnya menjadi pemasung terhadap kebebasan berpikir karena setiap ada pemikiran kreatif langsung dituduh sebagai bidah. Gus Dur memerankan diri sebagai penentang terhadap ortodoksi Islam atau dikatakannya main mutlak-mutlakan yang dapat membunuh keberagaman. Sebagai komitmennya dia berusaha membangun kebersamaan dalam kehidupan umat beragama, yang tidak hanya didasarkan pada toleransi model kerukunan (ko-eksistensi) dalam Trilogi Kerukunan Umat Beragama-nya mantan Menteri Agama H. Alamsyah Ratu Prawiranegara (1978-1983), tetapi didasarkan pada aspek saling mengerti (Hidayat dan Gaus, 1998: xiv). Oleh karena itu, Gus Dur sangat mendukung dialong antaragama/antarimam, bahkan ia ikut memprakarsai berdirinya suatu lembaga yang bernama Interfidie, yaitu suatu lembaga yang dibentuk dengan tujuan untuk memupuk saling pengertian antaragama. Gus Dur, seperti kelompok Tradisionalis lainnya, tidak memandang orang berdasarkan agama tapi lebih pada pribadi, visi, kesederhanaan, dan ketulusannya untuk pengabdian pada sesama. Terpilihnya Gus Dur sebagai presiden sebenarnya menyiratkan sebuah problem tentang prospek masyarakat madani di kalangan NU karena NU yang dulu menjadi komunitas non-negara dan selalu menjadi kekuatan penyeimbang, kini telah menjadi negara itu sendiri. Hal tersebut memerlukan identikasi tentang peran apa yang akan dilakukan dan bagaimana NU memposisikan diri dalam konstelasi politik nasional. Seperti yang telah dijelaskan pada bagian awal bahwa timbulnya civil society pada abad ke-18 dimaksudkan untuk mencegah lahirnya negara otoriter, maka NU harus memerankan fungsi komplemen terhadap tugas negara, yaitu membantu tugas negara ataupun melakukan sesuatu yang tidak dapat dilakukan oleh negara, misalnya pengembangan pesantren (Rumadi, 1999: 3). Sementara, Gus Dur harus mendukung terciptanya negara yang demokratis supaya memungkinkan berkembangnya masyarakat madani, dimana negara hanya berperan sebagai polisi yang menjaga lalu lintas kehidupan beragama dengan rambu-rambu Pancasila (Wahid, 1991: 164). 4. Simpulan Ekses dari gerakan Reformasi yang berhasil menggulingkan rezim Soeharto pada tanggal 21 Mei 1998 masih terus belum teratasi, seperti kerusuhan berbau SARA. Hal itu terjadi karena baik pemerintah maupun masyarakat masih belum berpengalaman dalam berdemokrasi, sehingga pengembangan masyarakat madani bisa menjadi hambatan bagi demokrasi, karena demokrasi dianggap sebagai distribusi kekuasaan politik dengan tujuan pemerataan pembagian kekuasaan, bukan pada aturan main. Dilihat dari sejarahnya civil society yang lahir di Eropa pada abad ke-18 dengan tokohnya John Locke atau Montesquieu bertujuan untuk menghindari pemerintahan yang absolut.

Dan Indonesia telah meniru model Amerika, dimana negara mempunyai posisi yang lemah vis--vis masyarakat. Hal itu bertentangan dengan prinsip keseimbangan dalam Islam dan sejarah masyarakat Madinah bentukan Nabi Muhammad SAW. Realitas juga menunjukkan kalau negara yang demokratis tidak dapat dilakukan sendiri oleh masyarkat madani, tetapi harus ada keinginan politik juga dari pemerintah karena banyak karakteristik dari demokrasi yang memang menjadi kewajiban negara modern. Dengan demikian, diharapkan pemerintah dan MPR/DPR saling menjaga keseimbangan untuk menegakkan hukum yang sehat dan demokrasi. Masyarakat juga harus mengontrol kinerja pemerintah dan para wakilnya, agar tidak bertentangan dengan kehendak masyarakat madani. Baik menjadi anggota masyarakat madani maupun perangkat negara hendaknya dapat mewujudkan demokrasi.
Daftar Pustaka

Azizi, A Qodri Abdillah. 2000. Masyarakat madani Antara Cita dan Fakta: Kajian Historis-Normatif. Dalam Ismail SM dan Abdullah Mukti, Pendidikan Islam, Demokratisasi dan Masyarakat Madani. Yogyakarta: Pustaka Pelajar. Departemen Agama. 1992. Al-Quran dan Terjemahannya. Semarang: PT Tanjung Mas Inti. Habibie, B.J. 1999. Keppres No. 198 Tahun 1998 Tanggal 27 Februari 1999. Jakarta. Hamim, Thoha. 2000. Islam dan Civil society (Masyarakat madani): Tinjauan tentang Prinsip Human Rights, Pluralism dan Religious Tolerance. Dalam Ismail SM dan Abdullah Mukti, Pendidikan Islam, Demokratisasi dan Masyarakat Madani. Yogyakarta: Pustaka Pelajar. Gamble, Andrew. 1988. An Introduction to Modern Social and Political Thought . Hongkong: Macmillan Education Ltd. Hidayat, Komaruddin dan Ahmad Gaus AF. 1998. Pasing Over: Melintas Batas Agama. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama. Hal. xiv. Ismail SM. 2000. Signifikansi Peran Pesantren dalam Pengembangan Masyarakat madani. Dalam Ismail SM dan Abdullah Mukti, Pendidikan Islam, Demokratisasi dan Masyarakat Madani. Yogyakarta: Pustaka Pelajar. Ismail, Faisal. 1999. NU, Gusdurism, dan Politik Kyai. Yogyakarta: Tiara Wacana. Mohtar Masoed. (1999). Republika 3 Maret 1999. Rumadi. 1999. Civil Society dan NU Pasca-Gus Dur. Kompas Online. 5 November 1999.

Schacht, Joseph and C.E. Bosworth (eds.). 1979. The Legacy of Islam. London: Oxford University Press. Wahid, Abdurrahman. 1991. Pancasila sebagai Ideologi dalam Kaitannya dengan Kehidupan Beragama dan Kepercayaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa. Dalam Oetojo Oesman dan Alfian (eds.). Pancasila sebagai Ideologi. Jakarta: BP 7 Pusat. Wahid, Abdurrahman. 1999. Universalisme Islam dan Kosmopolitanisme Peradaban Islam. <http:/artikel.isnet.org/Islam/Paramadina/Konteks/Universalisme.html> 11/9/99. Hal. 1. Wahid, Abdurrahman. 2000. Tuhan Tidak Perlu Dibela. Yogyakarta: LkiS. Weeramantry, C.G. dan M. Hidayatullah. 1988. Islamic Jurisprudence: An International Perspective. London: The Mcmillan Press.

@4 Dosen Jurusan Sejarah FIS Universitas Negeri Yogyakarta

Posted at 5A76= pm by H%$I0-!%9H0. : !ake a comment Permalink ;un 8, =55> %'"IK?1

IAIN ! "IN # $ M"R%AD


Bleh 7 !unfaid*in Imamah@ &udul : Ada Pemu'tadan di IAIN Penulis : Ha'tono Ahmad &ai( Pene'bit : Pusta)a Al*Kautsa'+ &a)a'ta ,eta)an : -+ Ma'et .//0 %ebal : ..1 halaman ,+erpikir terkutuk untuk terlibat dalam pertanyaan-pertanyaan yang tidak pernah selesai, %hmad &ahib, 9atatan Harian, Pergolakan Pemikiran Islam.

%da apa dengan I%I$ 3 .I$ 4 2 %da apa dengan Hartono %hmad ;ai* yang menggunakan gambar gedung rektorat kampus .I$ ;akarta sebagai cover buku sampah ini 2. +enarkah I%I$ 3 .I$ 4 adalah kampus murtad, telah terjadi pemurtadan secara sistematis dan terencana. Kampus sesat yang menyesatkan anak muda Islam yang belajar dan at! taffa"uh fil!#in, menggali agama dan kehidupan. %pakah benar Hartono %hmad ;ai* ingin menghancurkan dan meruntuhkan .I$ 3 .niversitas Islam $egeri 4 ;akarta sebagai institusi yang absah 2. %pakah beliau paling berhak menjadi ,juru selamat, manusia dan menjadi hakim yang memutuskan, memberikan label murtad bagi individu dan lembaga seperti I%I$. #ungguh suci #an mulia seseorang yang bernama Hartono %hmad ;ai* layaknya $abi !uhammad #%& atau Isa Putra !aryam. %taukah sebaliknya, seperti e 0uhrer %dolf Hitler, menjadi raja bengis dari segala raja umat manusia. 3 1ihat7 0ilm %dolf Hitler, "he 'ise of ?vil 4 Ada Pemu'tadan di IAIN, sebuah buku provokatif, vulgar bagi umat Islam dan norak gitu lho, meminjam ucapan %bdul !oCsith Dha*ali, salah satu pembicara bedah buku $asional, Ada Pemu'tadan di IAIN di Kampus .I$ ;akarta. 1abel kafir, *indiC, murtad adalah senjata pamungkas untuk menghukumi umat Islam khususnya kaum muda yang berpikir kritis, $ertengkar #engan Islam , nyeleneh meminjam ucapan kelompok Islam 0undamentalis, anti-kemapanan, mencari titik kebenaran %he "ltimate Realti2 yang tak terbatas oleh ruang dan waktu layaknya %lm. %hmad &ahib lewat 9atatan Hariannya, Pe'3ola)an Pemi)i'an Islam. %ertengkaran #engan Islam yang selalu mengandaikan keseimbangan antara membaca, merenung dan mengamati. engan demikianlah manusia akan mampu membentuk pendapat sendiri dan tidak sekedar mengikuti pendapat orang atau memilih salah satu di antara pendapat yang berbeda 3&ahib7E<8E,=854. #ebuah pertengkaran dengan Islam adalah kesediaan membuka diri terhadap masa kini dan masa lalu yang merupakan akar memahami masa depan umat Islam di Indonesia. !enyadari bahwa keberadaan umat Islam selalu berada dalam lingkungan sosial tertentu dan juga melibatkan sifat kemanusiaan, maka pemahaman umat Islam terhadap Islam hanyalah sebatas penafsiran. %rtinya kita tidak berhak mengklaim bahwa pemahaman kita sesuai dengan apa yang dimaksudkan oleh "uhan. !aka sangat tidak mungkin menyeragamkan pemahaman masing-masing individu. Kenyataan seperti ini juga disadari sepenuhnya oleh para pemikir Islam kontemporer seperti %rkoun, $asr Hamid %bu :aid, Hasan Hanafi, %bdul Karim #oroush, dan lain-lain. %kibat langsung dari pemahaman seperti ini adalah musykil beranggapan bahwa mesti ada satu pemahaman yang paling ,benar, dibanding pemahaman yang lain, kafir, *indiC dan murtad. #ehingga beranggapan bahwa ada pemahaman yang paling benar adalah tindak sewenang-wenang dan ketaksediaan membuka diri terhadap warisan Islam masa laluFFmeskipun rapuhFF dan kenyataan Islam masa kini yang mengikat umat Islam. #alah satu proses pertengkaran dengan Islam adalah tulisan koordinator ;I1 3 ;aringan Islam 1iberal 4 .lil %bshar %bdalla yang berjudul, Men2e3a')an Kembali Pemahaman Islam+ $ovember =55= di Harian Kompas. #ejarah mencatat, #abtu,EG %pril =55>, di kampus .I$ #yarif Hidayatullah ;akarta, di gelar peristiwa yang panas dan mencekam , bedah buku nasional, Ada Pemu'tadan di IAIN. %cara yang semula di selenggarakan menjadi ajang ,pertanggungjawaban, penulis

yakni Hartono %hmad ;ai* kepada publik .I$ ;akarta secara keseluruhan. !assa membludak luar biasa, gedung "heater 1t.IH .shuluddin yang tadinya di gunakan untuk bedah buku tidak mungkin di gunakan, akhirnya dipindah ke !asjid %l-;ami(ah #tudent 9enter .I$ ;akarta. #ungguh luar biasa dalam sejarah diskusi, bedah buku ataupun seminar yang pernah terjadi di .I$ ;akarta yaitu ebat Publik tentang 4LA ! 4i5ih Lintas A3ama # !assa yang membludak, menjadikan !asjid #uci itu terasa mem$ara #an mem$akar & Informasi yang berkembang kepada publik sebelum acara bedah buku $asional, Ada Pemu'tadan di IAIN ini berlangsung adalah acara ebat "erbuka antara kelompok Islam 1iberal melawan Islam 0undamental. +enarkah ada sabotase dan informasi sepihak dalam acara ini yang mngundang publik secara massif I. )ang pasti, buku Ada Pemu'tadan di IAIN Hartono %hmad ;ai* itu mengundang kepada publik untuk $ertengkar #engan sesama . #logan dan ;argon, atas nama ayat- ayat %l--ur(an dan Hadist adalah segalanya, inilah ciri-ciri kelompok &ahabi di manapun berada. i bawah bendera %l--ur(an dan Hadist, manusia tak berkutik. !asjid %l-;ami(ah menjadi saksi mata, teriakan Allahu A)ba' dan tepuk tangan yang menggema, memekakkan telinga dan jiwa seperti akan terjadi perang. "eriakan %llahu %kbar, seakan menjadi pisau yang akan menggorok setiap leher yang berbeda, membangkitkan emosi massa dan memanaskan suasana rumah %llah. "eriakan Allahu A)ba' di gunakan untuk tidak menghargai perbedaan pendapat dalam berdebat, ungkap Koordinator ;I1,3 ;aringan Islam 1iberal4 .lil %bshar %bdalla. #edangkan tepuk tangan adalah cara yang di gunakan iblis laknatulah, tepuk tangan tidak di perbolehkan di dalam !asjid teriak !uhammad %t-"amimi, alumni "imur "engah, salah satu pembicara bedah buku, Ada Pemu'tadan di IAIN. +erbagai penyataan panas dari sang ikon ;aringan Islam 1iberal Indonesia, .lil %bshar %bdalla dan %bdul !oCsith Dha*ali tentang tidak ada hukum "uhan, masalah kawin bedah agama serta lainnya di sambut sebagaian massa yang pro-Hartono %hmad ;ai* dan %t-"amimi dengan ucapan 'sta"firullah dan su$hanallah& %jang diskusi yang takkan pernah selesai dan berakhir sepanjang sejarah umat Islam dari dulu sampai sekarang. +ertarung dan berkelahi dengan sesama atas nama "uhan, murtad. alam buku, Ada Pemu'tadan di IAIN, Hartono %hmad ;ai* mengatakan ,$ah(a gejala sesat menyesatkan le(at jalur sistematis yaitu perguruan tinggi 'gama Islam Se! In#onesia su#ah ter#engar lama #i masyarakat& )anya saja selama ini $elum a#a tulisan yag sistematis mengemukakan $ukti!$ukti kongkrit& *aka #alam hal itu menegakkan kalimatullah hiyal +ulya, kami mem$eranikan #iri untuk menyampaikan gejala!gejala yang kami lihat secara lahiriyah maupun maupun kami $aca& -emu#ian kami kemukan kepa#a masyarakat #alam $uku yang $erju#ul, '#a %emurta#an #i I'IN & +ahkan banyak pertimbangan dalam menulis buku itu, ungkap Hartono sebagaimana dalam kata pengantar buku, Ali'an dan Paham 6esat di Indonesia. )akni rasa risih dan ewuh pakewuh yang mendominasi untuk penyebutan nama, individu atau lembaga absah seperti I%I$ 3.I$4, #"%I$ dan lainnya dalam ber-amar ma.ruf nahi munkar. !ohon maaf bila hal ini terjadi, begitu penulis berkata. Pertanyaan kita, apakah semudah itu individu dan lembaga yang sudah #i cemarkan #an #ihancurkan nama baiknya dengan label dan sebutan kafir, *indiC dan murtad dalam buku yang ti#ak ilmiah #an non! aka#emis itu, misalnya cendekiawan !uslim, $urcholish !adjid, Prof. '.-uraish

#hihab, '. :ainun Kamal, 'ektor .I$ ;akarta Prof. '. %*yumardi %*ra, Prof. '. %min %bdullah, %bdul !unir !ulkhan, :uhairi !israwi dan masih banyak lagi. %pakah beliau-beliau akan memaafkan kecero$ohan #an ke$o#ohan penulis yang mungkin paling merasa suci #an $enar itu 2. 1ayaknya kesucian E= Imam ma(sum di kalangan #yi(ah. %taukah beliau semua akan menuntut penulis di meja hijau, waktu dan sejarah yang akan menjawabnya. +uku setebal ==6 halaman tersebut terdiri dari EG bab dan berbagai ampiran tentang, ada pemurtadan di I%I$, tentang hermeneutika, infitrasi kristen, sejarah singkat I%I$, daftar pustaka serta lampiran buku-buku karya Hartono %hmad ;ai*. alam buku ini j dipaparkan, usulan pembubaran epartemen %gama, pengertian murtad, pembaharuan $urcholish !adjid kearah paganisme, tentang pendidikan Islam yang di selewengkan dan sosok-sosok nyeleneh yang ada di .I$ dan I%I$. +uku ini adalah hasil ,pungutan, dari berita dan data, ungkap .lil %bshar %bdalla, yang kebenarannya masih di perhitungkan. an salah satu buku ratusan buku,vulgar dan beracun, di nrgeri ini yang kehadirannya selain menambah koleksi dan dokementasi jargon-jargon kafir, murtad terhadap individu mapun lembaga. ;uga sebagaai buku yang bisa , membunuh kretifitas kaum muda( untuk berpikir demi sebuah cita-cita #okrates yakni keterbukaan. #ungguh buku yang terlalu sederhana tanpa perangkat ilmiah dan akademis, tanpa memperhitungkan dampak negatif bagi masyarakat Indonesia yang berpikir, bukan selalu ,berd*ikir,. !enurut hemat saya, materi dan isi buku Ada Pemu'tadan di IAIN adalah lagu!lagu lama , hanya sekedar kumpulan berita, data dan informasi yang cenderung salah seperti tentang .lil %bshar %bdalla. +uku yang tidak ada nilai akademisnya dan tidak ilmiah bagi sebagain besar kaum intelektual negeri ini. %pakah layak buku itu kita gunakan sebagai rujukan dan marja untuk memberikan dan memutuskan umat Islam dalam kategori kafir, *indiC ataupun murtad 2. )ang pasti, dari namanya saja, Hartono %hmad ;ai*, ;ai* artinya boleh-boleh aja, mengikutinya boleh ya, boleh tidak, tidak mutlaC ungkap Koordinator ;I1, .lil %bshar %bdalla. 1agu-lagu lama itu adalah masalah kontroversi ajakan d*ikir dengan lafal An7in3 hu A)ba' dan pernyataan selamat be'3abun3 di a'ea bebas "uhan oleh mahasiswa senior ushuluddin dan filsafat I%I$ #unan Dunung jati +andung kepada para mahasiswa baru dalam acara ta(aruf #eptember =556 dan kasus 0..I-0orum .lama .mat Islam 3 +uku, Ada Pemu'tadan di IAIN hlm..08 dan hlm. 9: 4. Pernyataan %bdul !unir !ulkhan, &akil 'ektor I%I$ 3 .I$ 4 ;ogjakarta J Petinggi !uhammadiyah 7 Surga /uhan itu nanti #imungkinkan ter#iri #ari $anyak kamar yang $isa #imasuki #engan $eragam jalan atau agama. 3 %jaran dan jalan Kematian #yekh #iti ;enar, hlm. .0 dan+uku Ada Pemu'tadan di IAIN hlm ;<*;8 4. !asalah buku %lm. Harun $asution berjudul, Islam di andan3 da'i be'ba3ai As e)n2a+ diperuntukkan para mahasiswa I%I$ ada pernyataan7 gama monotheisme a#alah Islam, Yahu#i, -risten ( %rotestan #an -atolik ) hlm.--0. !asalah pernikahan bedah agama, muslimah dan lelaki kristen di Hotel Kristal Pondok Indah ;akarta, %had =8 $ovember =556 3 hl.8A 4. "entang pernyataan Kautsar %*hari $oer, pengggema ajaran Ibnu %rabi dan pluralisme agama dalam pidato ebat 0iCih 1intas %gama 3 01%4 di .I$ ;akarta, E> ;anuari =556 3 hlm.8>-8G4. "entang Prof. '. $urcholish !adjid, pendiri )ayasan Parmadina !ulya, alumni +arat 3 9hicago,

.#5% 4 yang menikahkan anaknya $adia dan lelaki )ahudi di %merika, A5 #eptember =55E 3hlm.AG4. Kemudian masalah dosen-dosen I%I$J.I$ yang tergabung dalam tim penulis Paramadina ;akarta, menulis +uku 0iCih 1intas %gama, =55A yang sangat merusak aCidah Islam dari tauhid diarahkan kepada kemusyrikan dengan istilah pluralisme agama, memutarbalikkan hukum Islam. "im Penulis Paramadina itu adalah $urcholish !adjid, Kautsar %*hari $oer, Komaruddin Hidayat, !asdar 0. !as(udi, :ainun Kamal, :uhairi !israwi, +udhy !unawar 'ahman, %hmad Daus %0, !un(im #irry. an masih banyak tentang pernyataan individu seperti Intelektual !uda Islam, .lil %bshar %bdalla, Komaruddin Hidayat, '.!usdah !ulia, masalah %lumni .I$ ;akarta Panji Dumilang pemimpin Pesantren %*-:aytun dan lainnya. +enarkah yang dikatakan penulis, bahwa produk I%I$ tak sesuai dengan kebutuhan Islam dan umat, alias murtad 2. %pakah benar karena faktor kebanyakan sajian materi alumni I%I$ tidak sesuai standar Ilmu Islam, %l--ur(an, %s-#unnah dan manhaj #alafus shalih2. ;ustru di I%I$ di sajikan pemikiran-pemikiran dan sejarah budaya sebagai mata kuliah dasar, pengajarannya liar, yaitu di bebaskan berkomentar semua pikiran masingmasing. %pakah benar menurut penulis, bahwa ini bukan semata-mata kesalahan alumni I%I$, namun adalah kesalahan sistem pengajaran, kurikulum dan para dosennya. Karena sistem itu tampaknya di adopsi oleh alm. Harun $asution dan !ukti %li 3 Petinggi I%I$ dan epartemen %gama masa lalu 4 dari orientalis +arat, sedang para dosen pengajarnya pun sebagaian banyak asuhan orientalis di .niversitas +arat. "ambahan lagi, ketika kesalahan sistem itu di domplengi kepentingan-kepentingan yang arahnya justru menyamakan semua agama alias pluralisme agama, tidak membedakan Islam yang beraCidah "auhid dengan yang lain berkeyakinan kekufuran, di situlah letak pemurtadannya, ungkap penulis dalam makalah bedah buku. !enurut saya, buku itu adalah sebuah buku penghakiman #an kumpulan jargon terhadap individu dan lembaga absah. an seharusnya penulis tidak menyederhanakan masalah murtad, kafir, *indiC, label pamungkas yang sangat sensitif terhadap nyawa umat Islam 2. !ungkin penulis harus lebih banyak belajar etika dan moral dalam dunia tulismenulis, dan lebih banyak belajar lagi membaca kitab-kitab fiCih salafus shalih serta proses sistematika untuk mem$unuh nya(a yang mulia 0uraish Syiha$ dan orangorang murtad lainnya dalam buku itu, yang mana Khalifah .mar sendiri tidak pernah menyebutnya. +enarkah I%I$ 3.I$4 K !urtad 2. )ang pasti penulis harus bertanggung jawab di depan !ahkamah "uhan kelak. ;ika penulis, merasa paling benar dan suci sendiri, karena selalu isti"omah, berpegang dan berlindung di bawah bendera ayat-ayat %l--ur(an dan Hadist, kita berdo(a semoga %he "ltimate Realit2, memasukan beliau ke dalam taman surga Fir#aus tetapi sendirian tanpa seorang teman apalagi ditemani sang bidadari , putri dan artis yang cantik. 1ebih baik masuk lahar neraka jahanam tanpa pertengkaran, clash of civili1ation, konflik kelas proletar dan borjuis, tanpa penghujatan antar sesama. !asuk bersama-sama di sana bersama keluarga, kekasih hati, sahabat, teman, saudara, sesama dan tentunya sang bidadari, putri, dayang, ditemani artis cantik seperti %ngelina ;olie di bawah bendera Keadilan Ilahi dan keluarga #ang $abi )ang #uci.

Maha Benar Karl Marx Atas Segala Sabda-Nya.


Quo Vadis Seksualitas Fiksi Perempuan Imam Cahyono Pengamat sastra dan editor buku Fenomena mutakhir pergumulan sastra kita yang diwarnai dengan tema seks tak habis-habisnya men!adi bahan perbin"angan. #arian Republika selama beberapa bulan terakhir membedah $enomena itu. #al yang sama !uga ter!adi di berbagai $orum diskusi dan dialog seperti %iskusi Sastra %ewan Kesenian &akarta Seks dalam Sastra Kita Kini di 'aman (smail Mar)uki *'(M+ ,- .ktober ,//0 yang diramaikan oleh tiga pembi"ara Sirikit Syah dari Surabaya Apsanti %!okosu!atno dari &akarta dan Faruk #t dari 1ogyakarta. 2airah penulis sastra perempuan adalah $akta yang tak bisa ditolak. %isatu sisi hal ini dapat dimaknai sebagai upaya per!uangan sastra perempuan yang selama ini terpinggirkan. Sebagai sastra pemberontakan perempuan ingin un!uk gigi bahwa mereka !uga merupakan bagian sah yang tak bisa diremehkan dalam kha)anah sastra dan kebudayaan. Masyarakat *ba"a3 pasar+ pun ternyata sangat antusias dan responsi$ terhadap $enomena ini terlebih ketika tema seksualitas mendominasi. 1ang pasti $enomena ini telah men!adi tren se!ak diprakarsai oleh Ayu 4tami dengan Saman. Ayu 4tamilah the creative minority -- memin!am istilah Arnold 'oynbee -yang kemudian diikuti oleh sederet penulis-penulis perempuan lainnya yang !uga mengeksplorasi tema senada seperti %!enar Maesa Ayu %ewi %ee 5estari #erlinatiens dan masih banyak lagi. Seks yang selama ini dianggap tabu untuk diperbin"angkan didekonstruksi dibongkar. Spirit perlawanan untuk menggugat mainstream kemapanan nampaknya terus membara dan berkobar. Pada sisi lain gairah penulis perempuan !uga tak lepas dari permasalahan. Apa yang disampaikan oleh sebagian besar penulis perempuan hanya berkutat pada masalah itu-itu sa!a terutama pada seputar wilayah seksualitas keperempuanan. Persoalan seks kelamin gay men!adi $okus perhatian utama. #asilnya alih-alih ingin men!adikan sastra sebagai wahana pembebasan tapi yang ter!adi malah sebaliknya men!adikan sastra perempuan sangatlah monoton !umud elitis dan eksklusi$. Alih-alih upaya pembebasan yang diharapkan tapi malah membenamkan mereka dalam kubangan wilayahnya sendiri yang itu-itu sa!a seputar wilayah keperempuanan. Seolah-olah tak ada tema lain yang layak dan lebih berharga untuk terus digali dan dikembangkan. Setelah Saman karya-karya lain yang bermun"ulan bak "endawan di musim hu!an tak lebih dari epigon --memin!am istilah #el6y 'iana 7osa-- yang tak !elas arah dan mutunya. Selain itu mun"ul pula sema"am kekhawatiran akan upaya per!uangan dan pembebasan yang dilakukan oleh penulis perempuan melalui tema seks ini. %engan tema seputar seksualitas akankah upaya pembebasan itu akan ter"apai8 Ataukah pembebasan ini akan kembali ter!erumus dan terpuruk dalam pen!ara lagi seperti Escape from Freedom-nya 9ri"h Fromm8

'ak bisa dibantah awalnya Saman memang luar biasa mendobrak kha)anah sastra kita. 'api lama-kelamaan dengan men!amurnya tema yang senada ternyata pemba"a pun mengalami kebosanan bahkan telah menimbulkan ke!enuhan. Barangkali hukum 2ossen berlaku di sini setiap kali men"apai tingkat kepuasan yang tinggi dengan mengkonsumsi barang yang sama terus-menerus maka tingkat kepuasan itu akan berkurang. Ada titik !enuh. Seksualitas $iksi perempuan !elas tidak memiliki peluang untuk hadir sebagai karya sastra besar *magnum opus+ yang tak lekang dimakan )aman. 'ren ini hanyalah sastra populer yang menggebrak !agat sastra kita meski tak lama alias hanya sesaat. 5ebih rin"i ge!olak sastra perempuan ini dapat disimak pada Jurnal Perempuan yang diterbitkan 1ayasan &urnal Perempuan 9disi Perempuan dan Seni Sastra edisi 0/ ,//0. Sederet penulis dan pengamat perempuan yang kondang menulis di !urnal itu seperti :ok Sawitri 2adis Ari6ia Kris Budiman Melani Budianta Medy 5oekito dan 9ndriani %S. Namun isinya kurang lebih sama mengupas seks dalam upaya pembebasan perempuan dari belenggu sistem patriarkhal dan kemapanan. Ada ke!enuhan yang melanda setelah memba"a !urnal itu lantaran apa yang dikupas oleh para penulis kurang lebih sama masalah seks dan keperempuanan *ba"a3 kelamin+. 'ulisan Medy 5oekito *Seksualitas Fiksi Perempuan 7epublika -;<=<,//0+ dan 9ndriani %S *Sastra, Seks dan Jebakan Kapitalisme 7epublika -,<-/<,//0+ setidaknya memberikan sinyal dan warning yang mempertanyakan arah dan masa depan seksualitas $iksi perempuan. Membludaknya karya-karya yang berkisar di wilayah pusaran seks tak lepas dari mekanisme dan antusias pasar. Maraknya seksualitas $iksi perempuan yang mendominasi pasar memang "ukup merisaukan seolah-olah karya sastra para penulis perempuan hanya mahir di wilayah seks sa!a. Namun tidak berarti kita harus pesimis dengan kiprah para penulis perempuan karena tidak semua penulis perempuan menekuni !agat seks. Sebutlah #el6y 'iana 7osa dan Nukila Amal. 'idak semua penulis perempuan membin"angkan masalah seksualitas dalam karyanya. #el6y 'iana 7osa adalah sosok yang perlu dike"ualikan dalam hal pilihan tema. (a lebih dekat dengan tema pergulatan keberagamaan anak-anak kampus dan rema!a. Sisi per!uangan yang diusung #el6y lebih akrab disebut syiar (slami karya sastra su$istik dengan religiositas (slami. >arna yang disa!ikan #el6y memang menampilkan nuansa yang agak berbeda. 'api semangat kesetaraan gender tetap mewarnai karyanya. Pendiri Forum 5ingkar Pena *F5P+ ini tak menabukan perempuan berlaga di medan perang seperti lewat karyanya Aisyah Sharakisya. Karya #el6y yang dikemas dalam nuansa (slam tak meletakkan perempuan dalam posisi subordinat lelaki. #el6y adalah ?kanon? tersendiri dalam !a!aran penulis generasinya. (a tidak sa!a eksis dengan pilihan tema yang berbeda tetapi spirit per!uangannya di dunia sastra tak berhenti di balik me!a tulis dan layar komputer. #el6y bersama rekan-rekannya ter!un dalam sebuah gerakan yang mendorong semangat menulis bagi ribuan

rema!a. Forum 5ingkar Pena wadah yang digunakan untuk menyalurkan semangatnya itu saat ini bertebaran di berbagai pro6insi dengan 0./// anggota. #el6y dengan genre sastra (slami memiliki peluang men!adi genre sastra yang besar. Forum lingkar pena yang didukung dengan penerbitan dan se!umlah penulis muda yang terus memban!ir mengalir bagai air bah seperti ban!ir yang setiap tahunnya se"ara rutin mengha!ar ibukota &akarta. %engan basis yang "ukup kuat segmen yang !elas eksistensi genre sastra (slami memiliki peluang untuk terus berkembang dan mesti dipertimbangkan dalam !agad kesusastraan kita. 'entu dengan "atatan kualitas sastranya !uga harus terus ditingkatkan. Berbeda dengan #el6y Nukila Amal dengan no6elnya Cala Ibi merupakan terobosan baru yang mutlak harus di"atat dalam kha)anah sastra kita. No6el Cala Ibi karya Nukila Amal menyeruak dan menggetarkan sastra (ndonesia. Cala Ibi telah menyumbangkan warna baru dalam !agad sastra kita dan memiliki peluang besar untuk hadir sebagai karya sastra besar yang abadi dan uni6ersal. Sebuah koreogra$i kata yang tangkas indah bernas dengan kalimat-kalimat yang men!elma men!adi rangkaian a$orisma. Cala Ibi mengeksplorasi hakikat nama peristiwa dan "erita maya dan nyata diri dan ilusi tapi !uga memperkarakan kodrat kata dan bahasa itu sendiri. 9$eknya adalah ritme gerak yang mengalir tangkas dan memabukkan ketakla)iman-ketakla)iman transgresi$ yang segar sedap dan menghanyutkan. No6el ini adalah salah satu pun"ak sastra (ndonesia mutakhir. &ika seksualitas $iksi perempuan nampaknya akan menghadapi kegagapan ditengah perkembangan )aman maka genre $iksi (slami dan genre mistisme linguistik -memin!am istilah Bambang Sugiharto-Nukila Amal yang akan meneruskan derap langkah penulis perempuan. &adi masih ada se"er"ah harapan dari para penulis perempuan untuk tetap eksis dan terus berkiprah demi melahirkan karya sastra besar yang tak akan lapuk ditelan )aman.

Kebangkitan 0ilm $asional


Bleh &I"I% )%$.%$"I ,K?!?$%$D%$ arisan, merupakan tanda kemenangan bagi perfilman Indonesia,, demikian ujar #utradara %risan $ia inata, saat menerima penghargaan Piala 9itra =556 untuk kategori 0ilm +ioskop "erbaik. "ak salah, jika $ia inata mendedikasikan kemenangan filmnya, untuk perfilman Indonesia. !unculnya film dari negeri sendiri selama kurang lebih empat tahun belakangan, mengindikasikan atmosfer yang menggembirakan. Kehadiran 0estival 0ilm Indonesia 300I4 yang sempat vakum dua belas tahun, dianggap sebagai tanda kebangkitan kembali era perfilman nasional. 00I diharapkan menjadi ajang tahunan, yang dapat mendorong perkembangan dan kemajuan dunia sineas kita. #etelah film Petualangan #herina hadir di layar lebar tahun =555, beberapa film diproduksi oleh sineas muda kita. 0ilm %da %pa engan 9inta2 3%% 924 yang booming, menjadi pionir film

Indonesia bertema remaja dalam kurun waktu dua tahun terakhir ini. +ahkan sinetron pun banyak yang mengikuti jejak %% 92 Kemudian ada pula ;elangkung yang bertema horor. !asyarakat yang sepertinya haus menonton film dari negeri sendiri, tampak antusias menyambut film-film lokal yang baru. +uktinya mereka rela mengantri panjang bahkan berdesak-desakan untuk membeli tiket nontonnya. !elihat sambutan masyarakat yang sangat baik, membuat para sineas lokal, terutama yang mudamuda, berani membuat film. alam selisih waktu yang tidak terlalu lama, kita bisa melihat promosi film lokal yang akan ditayangkan di bioskop. !enyaksikan industri film lokal kembali bergairah tentu satu hal yang positif. #ayangnya, kebiasaan atau lebih tepatnya budaya latah, menghinggapi para produser film kita. !ungkin mereka ,kaget, setelah tertidur lama, sehingga ketika sebuah film bertema remaja booming di pasaran, pro#uction house 3PH4 lain pun mengikuti tema serupa. 1alu saat film bertema horor atau bercerita tentang mahasiswa, produser lain membuat film yang setipe. %pakah ini pertanda kemajuan atau justru kemunduran perfilman Indonesia2 Para kreator yang selalu melihat kemauan pasar untuk membuat film, bukankah menjadi terbelenggu kreativitas dan idealismenya2 "ema yang seragam dari film baru tidak hanya membelenggu para seniman film, tapi juga menyempitkan cara pandang penontonnya. 0ilm sebagai media hiburan tentunya mempunyai pengaruh kuat terhadap au#ience!nya. +ila masyarakat disuguhi hal serupa, mereka secara tidak sadar dibuat menjadi tidak sadar akan keanekaragaman di negerinya sendiri. Ini jelas membodohi masyarakat kita. Kini, ketika dunia film Indonesia kembali menemukan spiritnya, hendaknya dimanfaatkan oleh para insan film kita. "unjukkanlah keanekaragaman sebagai salah satu kekayaan budaya kita. Indonesia bukan hanya ;akarta, tampilkanlah setting di luar ;akarta. 'emaja tidak hanya ada di kota, ceritakanlah kehidupan remaja yang tinggal di desa atau di kampung. +ukan cuma cinta yang yang menjadi persoalan hidup, banyak hal manusiawi lainnya yang pantas diangkat menjadi tema sebuah film. +ukan cuma orang yang cantik dan tampan yang menarik untuk diceritakan, orang jelek pun punya keistimewaan yang layak diungkapkan lewat film. Indonesia kaya akan budaya, kaya dengan keanekaragaman. Kita bisa tunjukkan itu pada masyarakat sendiri maupun dunia internasional lewat bahasa film. Karena itu, kebangkitan film Indonesia sebaiknya menjadi tanda kebangkitan kreativitas anak bangsa. +ukan hanya kuantitas yang dipertimbangkan, tapi juga soal kualitas. +anyak realitas pada masyarakat Indonesia yang heterogen, yang bisa ditonjolkan melalui seni layar lebar. 9urahkanlah beragam kreativitas, inovasi, dan idealisme dalam media komunikasi yang sangat ampuh ini. ;angan biarkan pasar mendikte kreativitas para sineas kita, agar mereka mampu menyajikan tontonan bermutu dan menghibur. .ntuk itu, perlu dukungan pemerintah dan

apresiasi dari masyarakat.@@@ %enulis, mahasis(a Jurnalistik Fikom Unpa#&


Mimbar

'erampil Berkomunikasi
.leh 7a"hmi :hairi 1ustitia K.M4N(KAS( sebuah istilah yang kerap kali kita dengar bahkan se"ara sadar atau tidak sadar la)im digunakan baik 6erbal maupun non6erbal. (stilah yang begitu familiar ini ternyata kurang mendapat perhatian bagi sebagian orang. Mereka dengan lugasnya mengatakan komunikasi namun bila ditanya apa arti dari komunikasi itu sendiri mereka sama sekali tidak paham. Memang tidak men!adi keharusan bagi orang awam untuk mengetahui de$inisi tentang komunikasi se"ara terperin"i. 'etapi bagi orang yang bergerak di bidang komunikasi de$inisi komunikasi sangatlah penting bahkan men!adi keharusan untuk mengetahui sekaligus mempela!arinya. Se"ara sederhana komunikasi diartikan sebagai suatu proses pernyataan pesan oleh komunikator kepada komunikan. %ari pengertian itu terdapat istilah yang sering didengar oleh orang komunikasi yakni !e can not communicate " Kita tidak akan dapat hidup tanpa adanya komunikasi sehingga komunikasi dapat dikatakan kondisio sine #uanon " %i mana keadaan tersebut mutlak tidak dapat diubah oleh siapa pun. (lmu komunikasi sangat menarik bila ditelaah lebih !auh. %engan ilmu komunikasi yang kita kuasai paling tidak kita dapat berkomunikasi !auh lebih baik dari sebelumnya. Pada sisi lain kita dapat dengan mudah memba"a karakter seseorang hanya dengan melihat "ara dan gaya bi"ara orang itu. 'entunya proses tersebut mengggunakan alat indera yang kita miliki sensasi. :ukup menarik memang apalagi bila melihat "akupan metode komunikasi. 'erdiri atas !urnalistik public relations, mana!emen Komunikasi dan masih banyak lagi. Bidang !urnalistik "ukup luas "akupannya mulai dari !urnalistik "etak elektronika radio sampai tele6isi. Bila dibandingkan dengan bidang yang lain !urnalistik merupakan bidang yang paling menantang khususnya bagi orang yang berpro$esi sebagai !urnalis. Peristiwa ben"ana tsunami di A"eh yang memakan banyak korban misalnya tentunya memerlukan sosok seorang !urnalis untuk meliput ke!adian yang berse!arah itu. %i samping itu masih segar dalam ingatan kita tentang penyanderaan yang dialami penyiar dan kamerawan Metro '@ Meutya #a$id dan Budiyanto oleh sekelompok orang yang mengaku sebagai pe!uang Mu!ahidin (rak. Selama tu!uh hari mereka disandera tanpa alasan yang !elas. %ari ke!adian itu tidak dapat dimungkiri pro$esi men!adi seorang !urnalis harus kuat mental karena erat kaitannya dengan bahaya. 'etapi di situlah sisi menarik dari seorang !urnalis. Selain mendapatkan berita mereka pun mendapatkan pengalaman hidup yang tidak semua orang dapat mengalaminya. 'idak hanya itu !urnalis yang sedang meliput

salah satu konser besar di &akarta katakanlah ?&a6a &a))? mereka dengan susah payah mendapatkan berita. Namun di sisi lain ada kepuasan setelah berita tersebut sampai kepada khalayak. Selain !urnalistik seorang P7. atau dapat dikatakan public relations officer yang menggeluti bidang public relations pun "ukup menarik karena perlu kegigihan untuk membangun "itra yang baik agar timbul kesan dan saling pengertian antara kedua belah pihak. Kegiatan melobi dengan menun!ukkan kebi!aksanaan dan prosedur dari indi6idu atau organisasi atas dasar kepentingan publik pun tidak mudah. Namun diperlukan kesabaran tentunya. Begitu pula dengan bidang-bidang komunikasi lainnya. Baik !urnalistik public relations, maupun bidang yang lain pada dasarnya menga"u pada ilmu komunikasi karena masing-masing memerlukan komunikasi yang e$ekti$. Agar in$ormasi yang disampaikan e$ekti$ diperlukan keahlian $skill% dalam berkomunikasi. Karena itu kita harus dapat mengolahnya men!adi sesuatu yang dapat dimengerti oleh orang lain. Bila kita sudah memahami tentang makna ilmu komunikasi se"ara rin"i komunikasi yang e$ekti$ pun ter"ipta. %ari komunikasi itu seseorang akan merasakan adanya rasa kepuasan akan keberhasilannya. %ari keberhasilannya kita dapat mengambil "ontoh pen"eramah kondang Aa 2ym. Melalui komunikasinya yang sangat baik beliau mampu menguasai dan memengaruhi orang banyak dengan pidato-pidato yang sangat khas. Mendengarkan beliau berpidato terlihat orang-orang sangat antusias dan tertarik. Bermula dengan guyonannya yang dapat menarik simpati orang banyak tidak tanggung-tanggung golongan terpela!ar pun mampu beliau kuasai. %ilan!utkan pesan yang berupa isi dari pidato yang hendak beliau sampaikan yang akhirnya kepuasanlah yang beliau rasakan tatkala in$ormasi yang hendak beliau sampaikan telah sampai kepada khalayak. Karena itu ilmu komuniksi sangatlah menarik karena melalui keterampilan berkomunikasi dengan baik dan benar seseorang akan sukses. Anda ingin sukses8 Mulailah mengasah keterampilan komunikasi Anda se!ak dini.AAA Penulis, mahasis!i S&' Fikom (npad, tin)kat I" Korupsi Cendekiawan dan Akademisi
Oleh :

Amich Alhumami Peneliti di Research Institute for Culture and Development, Jakarta. Kleptokrasi berasal dari bahasa Latin (kleptein dan cracy , !an" berarti mencuri (to steal) atau men"ambil paksa sesuatu !an" bukan men#adi hak (to rob). $e"ara kleptokrasi adalah sebuah ne"ara !an" dalam praktik pen!elen""araan pemerintahan ditandai oleh keserakahan, ketamakan, dan korupsi !an" mera#alela (a government characterized by rampant greed and corruption).

$e"ara kleptokrasi bisa di#umpai di belahan dunia mana pun, !an" la%im dipimpin oleh militer diktator atau sipil otoriter. &ekadar men!ebut beberapa contoh' Iran di %aman &hah Re%a Pahlevi, (aire pada masa )obutu &ese &eko, Rumania pada era $icolae Ceausescu, Chile pada %aman *u"usto Pinoche, +ilipina pada masa dua kepresidenan +erdinand )arcos dan Joseph ,strada, dan Indonesia pada era &oeharto !an" berlan#ut sampai sekaran". Kleptokrasi dan korupsi Dalam ne"ara kleptokrasi, para pen"uasa dan kroni-kronin!a disebut kleptokrat. )ereka men""unakan mekanisme resmi di dalam administrasi pemerintahan ne"ara atau memanfaatkan kekuasaan untuk melakukan tindakan ile"al, antara lain, memanipulasi dan men""elapkan pa#ak, melakukan pencucian uan", men"elola bisnis "elap, men#adi pelindun" atau pelaku da"an" dalam black market, men#adi cukon" pembalakan liar, atau men#adi bandar peredaran narkoba. Pendek kata, ne"ara kleptokrasi adalah ne"ara !an" dikendalikan oleh aparatur-aparatur korup, !an" bersekon"kol den"an pen"usaha hitam untuk men"uras keka!aan ne"ara demi kepentin"an pribadi. Istilah kleptokrasi men#adi populer setelah di"unakan oleh &tanislav *ndreski dalam Kleptocracy or Corruption as a System of Government (./01 , !an" meru#uk pada a ruler or top official whose primary goal is personal enrichment and who possesses the power to gain private fortunes while holding public office . 2erdasar rumusan ini kita paham, kleptocratic government meru#uk pada suatu pemerintahan !an" sarat den"an praktik korupsi dan pen""unaan kekuasaan !an" bertu#uan mencari untun" secara tidak halal (the use of government for illegal rent seeking). *da empat aktor kunci dalam ne"ara kleptokrasi' (a pe#abat ne"ara3 (b aparatus birokrasi3 (c an""ota parlemen3 dan (d sektor s4asta5pelaku bisnis. Relasi kuasa di antara keempat aktor tersebut men""unakan pola patron-client relationships den"an komitmen tun""al' memberi keuntun"an mutualistik. &an" patron men!ediakan akses economic resources dan memberi proteksi politik, sementara san" client memberi konsesi ekonomi dalam aneka bentuk demi keuntun"an personal. $e"ara kleptokrasi membuka peluan" ba"i siapa sa#a !an" meman"ku #abatan publik untuk men!alah-"unakan kekuasaan demi mencapai keuntun"an pribadi. Relasi kuasa !an" didasarkan pada patronase politik ini dapat merusak administrasi pemerintahan, men!ebabkan rendahn!a mutu pela!anan publik, men#adi sumber inefisiensi, dan melahirkan ekonomi bia!a tin""i. 6i"a aktor utama pelakun!a' pe#abat ne"ara, aparatus birokrasi, dan an""ota parlemen (selaku patron !an" meme"an" otoritas publik dan men"ontrol kekuasaan politik serin"kali bertindak seba"ai pemain dominan dalam memfasilitasi sektor s4asta5pelaku bisnis (selaku client , a"ar mereka bisa memenan"i tender-tender pro!ek bernilai tin""i den"an imbalan akan memba"i keuntun"an ekonomi di antara mereka sendiri. $e"ara kleptokrasi adalah ne"ara persema!aman para koruptor. )ereka melakukan praktik korupsi secara teror"anisasi dan ber#en#an", atau la%im disebut organized corruption in hierarchies. Rumusan rin"kasn!a adalah' s high ranking officials cover up lower-level corruption in e!change for bribes" corruption at high levels of a government administration feeds on lower-level corruption" while at the same time shielding it" and each level is encouraged by the other (Rose-*ckerman, Corruption and 7overnment, ./// . Praktik korupsi teror"anisasi dan ber#en#an" ini men""unakan dua pola' buttom-up dan top-down. 8an" pertama, aparatur birokrasi pada level ba4ah men"umpulkan upeti5suap dan memba"in!a den"an pe#abat di atasn!a den"an kompensasi mendapat promosi #abatan atau perlindun"an politik. 8an" kedua, korupsi dilakukan oleh pe#abat pada level atas dan memba"in!a den"an anak buah !an" lo!al den"an maksud a"ar mereka menutupi praktik tercela itu. Kedua pola ini membentuk struktur piramida ber#en#an", !an" masin"-masin" lapisann!a berkepentin"an untuk salin" men#a"a, melindun"i, dan men"uatkan. Cendekiawan pemuja kemewahan Dalam perspektif demikian, tak heran bila kasus du"aan korupsi di Komisi Pemilihan 9mum

(KP9 melibatkan pe#abat pada level tertin""i ketua54akil ketua, para an""ota, dan elemen birokrasi di sekretariat #enderal pada level palin" rendah. Publik pun me!akini keterlibatan an""ota parlemen den"an cara memberi katebelece atau men#adi political broker ba"i perusahaan tertentu dalam proses tender pen"adaan lo"istik pemilu :baran" dan #asa;. 2an!ak pihak mendu"a, dana dalam #umlah san"at besar men"alir pula ke an""ota parlemen seba"ai bia!a political entertainment (baca' suap . )eskipun praktik korupsi di KP9 dilakukan secara kolektif, teror"anisasi, dan membentuk struktur piramida ber#en#an" !an" bertu#uan untuk salin" men#a"a dan melindun"i, namun se#atin!a struktur piramida korupsi itu san"at rapuh bila aparat pene"ak hukum mampu menembus salah satu sa#a dari lapisan piramida tersebut. 2enar, ketika Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK berhasil menan"kap )ul!ana < Kusumah pada saat berusaha men!uap auditor 2PK, runtuhn!a struktur piramida korupsi di KP9 han!a menun""u 4aktu sa#a. =al !an" membuat publik san"at prihatin adalah keterlibatan cendekia4an dan akademisi dalam praktik tak terpu#i ini. 2a"i siapa sa#a !an" masih memerca!ai kaum cendekia4an seba"ai simbol kekuatan dan pen#a"a moral ban"sa, mun"kin tidak ada peristi4a !an" palin" men"usik nurani selain du"aan praktik korupsi di KP9 !an" melibatkan tokoh cerdik-pandai kesohor itu. Kasus ini men#adi bukti empiris betapa san"at sulit membuat idealisasi sosok cendekia4an seperti dilukiskan di dalam buku-buku klasik karan"an Julien 2enda (./>? , ,d4ard &hills (./@@ , Karl )annheim (./01 , *ntonio 7ramci (./?. , dan ban!ak la"i !an" lain. Dalam idealisasi itu, cendekia4an dipandan" seba"ai makhluk suci !an" #auh dari peran"ai buruk dan perilaku tercela. Cendekia4an adalah resi !an" selalu berkhotbah tentan" pentin"n!a men#alani kehidupan berdasarkan prinsip-prinsip moral dan nilai-nilai luhur' ke#u#uran, keba#ikan, kebersihan, dan asketisme3 men"utamakan pen"abdian !an" tulus dan ker#a-ker#a kemanusiaan3 men!eru pada kebaikan dan kemaslahatan3 dan menolak laku hidup !an" bertentan"an den"an etika dan keadaban. Pandan"an ideal itu selalu menempatkan sosok cendekia4an seba"ai pe#uan" kebenaran, pene"ak keadilan, dan sumber inspirasi dalam men"elola kekuasaan dan men#alankan pemerintahan demi kese#ahteraan rak!at. Lalu men"apa kaum cendekia4an dan akademisi sampai larut dalam praktik tercela iniA &emua itu lantaran mereka telah terperan"kap oleh "a!a hidup konsumerisme, hedonisme, dan materialisme. Kita men"amati "e#ala umum di mas!arakat !an" cenderun" menon#olkan sisi "emerlap dalam kehidupan sehari-hari. Kini ban!ak oran" memu#a keme4ahan sehin""a mereka terdoron" untuk berkompetisi dan men"un""uli satu sama lain. )en!edihkan, mereka demikian bernafsu men"umpulkan uan" bukan sekadar untuk mencukupi kebutuhan hidup secara la!ak, tetapi berupa!a salin" men"alahkan dan memamerkan keme4ahan. 9ntuk memenuhi hasrat hedonistik dan nafsu menumpuk materi itu, mereka sama sekali tak peduli bila harus melakukann!a den"an cara tidak terpu#i. *sketisme, kesederhanaan, dan ketulusan !an" selama ini men#adi atribut kaum cendekia4an dan akademisi kini mulai ter"erus oleh kecenderun"an sikap dan perilaku memu#a materi dan keme4ahan. (aman telah berubah, asketisme kaum cendekia4an han!a ada di masa peradaban *thena dan &parta. Kini para cendekia4an mun"kin merasa lelah men#alani hidup sederhana, tidak kuat la"i berlarian men"e#ar bis kota di ten"ah terik matahari, berdesak-desakan di dalam an"kutan umum !an" panas, pen"ap, dan berpeluh. )ereka ter"oda oleh ima#inasi kehidupan metropolitan nan me4ah dan memandan" "en"si sosial seba"ai hal !an" palin" utama. *khirn!a, mereka tunduk pada kekuatan materi !an" men"undan" pesona. $amun mereka lupa, materi, keme4ahan, dan "en"si sosial tak sama den"an martabat mulia, apala"i bila semua itu diperoleh melalui korupsi.

Mimbar

Budaya Membagi (lmu Pengetahuan


.leh BAK( AK#MA% B954M lama ini dalam mailin)&list ('B ter!adi diskusi hangat. 7amai dibi"arakan banyaknya !umlah !eb pa)e dengan domain institusi pendidikan. #asil pen"arian dengan 2oogle menun!ukkan !eb pa)e dengan domain A"ac"id ber!umlah CD,.///. Masih sangat tertinggal !auh dibanding domain A.harvard"edu yang ber!umlah ,.=D/.///. Padahal domain *"ac"id adalah domain resmi yang dimiliki suatu institusi pendidikan (ndonesia. Berarti termasuk di dalamnya ('B 4( (PB dan P'S. Sedang A. harvard"edu hanya salah satu institusi pendidikan yang ada di Amerika. Angka itu memang tidak bisa men!an!ikan keakuratan dan ketepatan. Angka itu !uga didapat berdasarkan !umlah yang mun"ul dengan mengetikkan kata kun"i pada mesin pen"ari 2oogle pada waktu tertentu. Bahkan angka yang keluar bisa !adi berbeda !ika menggunakan mesin pen"ari lain. Belum lagi memperhitungkan $aktor waktu pen"arian dilakukan. 'ulisan ini tidak akan membahas 6aliditas angka itu sebagai data untuk dianalisis. Namun dari angka itu kiranya dapat diamati budaya membagi ilmu pengetahuan di (ndonesia melalui medium internet. Sir (saa" Newton pernah beru!ar If I have seen further, it is by standin) on the shoulders of )iants" Civitas academica institusi pendidikan adalah para raksasa. Saat berdiri di pundak para akademis institusi pendidikan akan didapatkan pandangan yang lebih luas lebih !auh sekaligus menyeluruh. 5alu benarkah ketika masyarakat (ndonesia berdiri di atas pundak para akademisinya lalu mendapatkan pandangan yang lebih luas lebih !auh !uga menyeluruh8 'eknologi internet memungkinkan seseorang mengakses in$ormasi dengan bebas tanpa dibatasi waktu dan tempat. Melalui medium internet in$ormasi dinyatakan dalam bentuk bit-bit. Proses penyebaran in$ormasi men!adi begitu mudah. 5alu mengapa para raksasa (ndonesia --sebutan Newton bagi para akademisi-- tidak banyak yang menggunakan medium internet untuk ikut menyebarkan pengetahuan8 Sisi teknis Meski data dari AP&(( menun!ukkan pengguna internet selalu naik namun se"ara persentase !umlah pengguna tidak men"apai -/E dari total penduduk. Bahkan yang berlangganan hanya berkisar di -.///.///. (ni menun!ukkan internet di (ndonesia masih merupakan barang mahal. Mahalnya internet membuat akses internet hanya dimiliki segelintir orang. (ni di!adikan alasan bagi orang yang merasa tidak tepat turut membagikan ilmu pengetahuan melalui internet. Meski alasan ini tidak bisa dibenarkan sepenuhnya. (nternet hanyalah medium. 'entu setiap medium memiliki keunggulan dan kekurangan.

Sementara alasan teknis tidak menguasai pemrograman !eb, sama sekali tidak bisa dibenarkan. 'eknologi sudah datang dengan berbagai kemudahan. Alasan ini hanya patut diu"apkan bagi orang yang menutup diri mau bela!ar. Sisi budaya Faktor budaya menempati porsi lebih besar penyebab sulitnya membagi ilmu pengetahuan di (ndonesia. Masyarakat telah mengalami lompatan budaya. Sebelum budaya ba"a-tulis mengakar kuat rumah telah diserbu kehadiran tele6isi. 'ele6isi yang menggoda membuat buku men!adi sosok yang asing dalam benak mayoritas masyarakat kita. Budaya 6erbal yang lebih dominan membuat masyarakat sulit untuk menulis. #ingga !angan heran masyarakat lebih suka mengingat-ingat daripada menulis dengan sistematis. Biar bagaimanapun memba"a dan menulis $ondasi dasar yang harus dikuasai baik. Proses penyebaran dan penya!ian in$ormasi lebih mudah dilakukan dalam bentuk tulisan dibanding 6erbal. Mun"ulnya ketakutan berlebihan !ika ilmu pengetahuan disebarkan begitu sa!a. Ketakutan ini lebih didasari pada rasa dengki !ika melihat orang lain dapat berbuat lebih baik. (roni melihat ini ter!adi. Bagaimana dengan Amerika8 MI+ $,assachusetts Institute of +echnolo)y% menyediakan bahan kuliah yang dia!arkan dalam situs http-..oc!"mit"edu" M(' tidak merasa takut ilmu-nya akan ter"uri dan tidak akan ada lagi yang berkuliah di M(' karena bahan kuliah sudah tersedia bebas di internet. Menggunakan internet masih sering terbentur $aktor teknis kesulitan aksesibilitas internet. (nternet menawarkan kemudahan untuk penyebaran in$ormasi apalagi untuk negara kepulauan seperti (ndonesia. 1ang tak kalah penting $aktor budaya3 membiasakan mensintesa ilmu pengetahuan sendiri dan kemudian turut membaginya. Masyarakat selalu berharap banyak dari institusi pendidikan. Karena itu harus benarbenar mampu men!adi raksasa yang menyediakan pundaknya sebagai pi!akan rakyat ke"il untuk bisa melihat dengan perspekti$ lebih tinggi. Stand on the shoulder of )iants"AAA Penulis, mahasis!a Elektro I+

Ibn Warraq
Oleh Luthfi Assyaukanie
!"#$" ##%

Kehadiran (bn >arraF bukan hanya meresahkan kalangan Muslim ?konser6ati$ ? tapi !uga para intelektual dan kalangan Muslim liberal yang selama ini memiliki pandangan kritis terhadap *beberapa doktrin+ (slam. (bn >arraF dianggap telah merusak proyek pembaruan keagamaan yang dilakukan oleh para intelektual Muslim. Apa yang dilakukannya lebih sebagai agenda destruksi ketimbang re$ormasi. Se!ak beberapa tahun belakangan studi keislaman dihebohkan oleh hadirnya seorang penulis yang menamakan diri (bn >arraF. (ni adalah nama samaran sang

penulis yang mengaku berasal dari (ndia melewati masa ke"ilnya sebagai Muslim dan kemudian bela!ar (slam di sebuah uni6ersitas ternama di (nggris. Seperti ditulis dalam otobiogra$inya /hy I am not a ,uslim0 *-==C+ (bn >arraF mengaku telah keluar dari (slam dan memilih !alan agnostis !ika bukan ateis. Keke"ewaannya terhadap (slam diekspresikan lewat tulisan-tulisannya yang mengandung semangat keben"ian terhadap agama ini. Kehadiran (bn >arraF bukan hanya meresahkan kalangan Muslim ?konser6ati$ ? tapi !uga para intelektual dan kalangan Muslim liberal yang selama ini memiliki pandangan kritis terhadap *beberapa doktrin+ (slam. (bn >arraF dianggap telah merusak proyek pembaruan keagamaan yang dilakukan oleh para intelektual Muslim. Apa yang dilakukannya lebih sebagai agenda destruksi ketimbang re$ormasi. Abdullah Saeed seorang sar!ana Muslim asal Australia menganggap (bn >arraF memiliki pandangan yang keliru *distorted+ tentang (slam. #al inilah yang agaknya membuatnya begitu antipati terhadap agama ini. Sikapnya yang begitu memben"i (slam bahkan tak men"erminkan dirinya sebagai murid Montgomery >att orientalis yang selalu berusaha bersikap simpatik terhadap (slam. (bn >arraF sangat produkti$ menulis buku yang sebagian besar merupakan kumpulan tulisan dari beberapa karya orientalis abad ke--= dan ke-,/. Kendati ada beberapa tulisan orientalis yang simpatik terhadap (slam (bn >arraF lebih memilih tulisan-tulisan mereka yang antagonis dan antipati terhadap agama ini. %alam karyanya tentang Nabi Muhammad *+he 1uest for the 2istorical ,uhammad ,///+ (bn >arraF misalnya mengumpulkan tulisan-tulisan para orientalis yang dikenal sebagai ?pen"emar dan pembunuh karakter? Muhammad seperti #enri 5ammens :.#. Be"ker &oseph S"ha"ht dan 5awren"e (. :onrad. Pesan yang ingin disampaikan (bn >arraF sangat !elas yakni bahwa Nabi Muhammad adalah seorang nabi palsu penipu tukang kawin dan seorang pemimpin yang haus darah. %alam karyanya yang lain tentang Al-GurHan *+he 3ri)ins of the Koran- Classic Essays on Islam4s 2oly 5ook -==IJ dan /hat the Koran Really Says- 6an)ua)e, +e7t, and Commentary, ,//,+ (bn >arraF !uga mengumpulkan tulisan-tulisan orientalis ternama seperti 'heodor Noldeke 5eone :aetani Alphonse Mingana Arthur &e$$ery %a6id Margoliouth and Andrew 7ippin. Sayangnya dia menyeleksi tulisan-tulisan mereka semaunya sehingga kerap menghilangkan konteks keseluruhan tulisantulisan aslinya. 'u!uan dia lagi-lagi untuk menun!ukkan sikapnya yang antipati terhadap Al-GurHan. Mengutip 2ibbon dan :arlyle (bn >arraF meyakini bahwa AlGurHan adalah ?incoherent rhapsody of fable ? dan ?insupportable stupidity.? Karya terbarunya 6eavin) Islam *,//0+ !uga merupakan kumpulan artikel dan laporan wawan"ara dia dengan beberapa orang *yang sayangnya semuanya anonim+ dari Pakistan dan Bangladesh yang mengklaim telah keluar dari (slam alias murtad. 'u!uan (bn >arraF sangatlah !elas yakni ia ingin memperlihatkan kepada pemba"anya bahwa banyak orang (slam yang tidak tahan memeluk agama ini dan menyatakan diri keluar *murtad+. Pokoknya baginya men!adi bukan (slam itu lebih baik daripada harus tetap memeluk (slam. &ukan 'eformis Memba"a dan mengikuti karya-karya (bn >arraF saya semakin yakin bahwa apa yang sedang dia lakukan sangat berbeda dari apa yang telah dan sedang dilakukan oleh para pembaru Muslim selama ini yang berusaha melakukan kritik-kritik terhadap

*beberapa doktrin+ (slam tapi dengan tu!uan memperbaiki agama ini. Para pembaru Muslim seperti Muhammad Abduh Fa)lur 7ahman Mohammad Arkoun dan Nur"holish Mad!id !elas tidak akan mengan!urkan kaum Muslim untuk memben"i (slam apalagi menga!ak mereka keluar dari agamanya. Kekeliruan (bn >arraF adalah bahwa ia tidak melihat sedikitpun sisi baik dari (slam dan bahkan berusaha mengabaikan bahwa agama ini pernah punya peran positi$ bagi peradaban manusia. %ia !uga tampaknya tidak mengerti bahwa nama ?!arra#? merupakan salah satu simbol masa ke!ayaan peradaban (slam. %i masa silam ?!arra#? berarti pedagang atau distributor buku yang bertugas menyalin karya-karya para ulama. Buku merupakan ikon peradaban (slam yang sangat penting. Salah seorang !arra# ternama adalah (bn Nadiem seorang Muslim yang taat dan pengarang kitab terkenal 8l&Fihrist. (bn >arraF tampaknya !uga tak menyadari bahwa semangat ?kritisisme? dalam (slam seperti yang tampak pada para ?pemikir bebas? Muslim seperti (bn 7awindi Abu Bakar al-7a)i Al-MaHarri dan (bn Sina bukanlah para penulis yang seenaknya men"a"i-maki (slam apalagi menyatakan diri telah keluar dari (slam. Kritik-kritik mereka adalah kritik membangun sebagai bagian dari tradisi intelektualisme (slam. Karenanya tak heran !ika mereka sendiri kemudian men!adi bagian dari mosaik yang memperindah peradaban (slam. Beberapa peresensi bukunya seperti Fred M. %onner menilai (bn >arraF ?tak !u!ur.? Saya kira (bn >arraF bukan "uma tak !u!ur tapi kerap tampak nai$. Misalnya dia sangat berapi-api menga!ak seluruh kaum Muslim keluar dari (slam tapi sayangnya tak memberikan alternati$ apa-apa setelah itu. Buku terbarunya 6eavin) Islam merupakan ikrarnya yang sangat gamblang yang tak lagi membuat para pemba"anya ragu-ragu bahwa dia memang memben"i (slam dan berusaha menghan"urkan "itra agama ini dengan segenap kemampuannya. Bagi saya !elas ada perbedaan besar antara orang yang ingin mere$ormasi sebuah tradisi dengan orang yang ingin menghan"urkan sama sekali tradisi itu *kendati kedua-duanya kerap memiliki kemiripan dalam hal kekritisan+. 7e$ormasi agama hanya mungkin dilakukan oleh orang yang benar-benar tumbuh dan hidup dalam tradisi agama bukan orang yang men!auh dan berusaha keluar dari tradisi itu apalagi dilakukan dengan "ara-"ara yang destrukti$. Luthfi Assyaukanie( Kontributor &aringan (slam 5iberal *&(5+

)i*a Orientasi &era*ama


Oleh +amam Fai,in
! "#-" ##%

%alam bentangan se!arah agama paling tidak terdapat tiga konsep tentang orientasi agama. Ketiga konsep tersebut --yaitu reli)ion as end *agama sebagai tu!uan akhir+ reli)ion as mean *agama sebagai alat+ dan reli)ion as #uest *agama sebagai pen"arian+-- pernah diperkenalkan Allport dan 7oss *-=KD+ ketika menganalisis ke"enderungan pemeluk agama dalam menempatkan agama dalam kehidupannya. Setiap orientasi agama tersebut diasumsikan memberi dampak yang nyata terhadap pemeluk seorang agama dalam men!alankan praktik kehidupannya sehari-hari.

Mende$inisikan apa itu agama sampai saat ini masih terasa sulit. %e$inisi-de$inisi tentang agama yang pernah diperkenalkan para teolog se!ak dulu masih sa!a terasa kurang pas. Alasannya semua de$inisi tersebut belum bisa merengkuh dan menyentuh semua aspek agama se"ara komprehensi$. Makanya mun"ul ketidakpuasan terhadap de$enisi agama yang tersedia. Akibat ketidakpuasan tersebut mun"ullah pendapat yang mengatakan bahwa agama tidak perlu dide$inisikan. Sebab semakin agama dide$inisikan semakin ia terkungkung dalam batasan-batasan bahasa de$inisi tersebut. Padahal agama sendiri melingkupi masalah-masalah yang begitu kompleks dan lebih kompleks dari batasan-batasan bahasa tersebut. Persis seperti kata seorang 'eoso$ dari (ndia &. Krisnamurti dalam bukunya +he Fli)ht of +he 8n)el *-=D-+3 It is not enou)h to merely understand at verbal level.? Selain itu para pemeluk agama !uga kadangkala tidak mau repot-repot ter!ebak dalam permainan de$inisi tentang apa itu agama. Mereka "enderung lebih memilih men!alankan agama se"ara praktis dan aplikati$ sa!a tanpa mempersoalkan apa itu agama se"ara lebih re$lekti$. %alam men!alankan agama se"ara praktis dan aplikati$ inilah setiap pemeluk agama sadar atau tidak sadar akan memosisikan agama sebagai tu!uan atau orientasi $reli)ion orientation% tertentu di dalam kehidupannya. 'entu setiap pemeluk agama mempunyai orientasi agama yang berbeda-beda. %i$erensiasi orientasi agama setidaknya dibentuk oleh pola pikir dalam memahami agama dan !uga lingkungan --politik sosial budaya ekonomi dan agama-- tempat seorang pemeluk agama mengaktualisasi diri. %alam bentangan se!arah agama paling tidak terdapat tiga konsep tentang orientasi agama. Ketiga konsep tersebut --yaitu reli)ion as end *agama sebagai tu!uan akhir+ reli)ion as mean *agama sebagai alat+ dan reli)ion as #uest *agama sebagai pen"arian+-- pernah diperkenalkan Allport dan 7oss *-=KD+ ketika menganalisis ke"enderungan pemeluk agama dalam menempatkan agama dalam kehidupannya. Setiap orientasi agama tersebut diasumsikan memberi dampak yang nyata terhadap pemeluk seorang agama dalam men!alankan praktik kehidupannya sehari-hari. Pertama, agama sebagai tu!uan akhir. 'atkala kemudi orientasi agama dibelokkan ke arah the end maka agama akan masuk perangkap $inalitas yang paripurna sehingga ia kebal $imune% dari kritik. Apa yang dikatakan agama akan men!adi ?sihir? dan doktrin kebenaran yang mutlak. Pemeluk agama yang berpegang pada orientasi ini akan "enderung kurang memiliki pemahaman kritis terhadap agama terutama pada aspek pembedaan bagian mana wilayah agama murni dan bagian mana wilayah ta$sir atas agama. Mereka kerap kali bersikap taken for )ranted terhadap agama. Pada akhirnya agama kian ter!angkit 6irus stagnasi spiritual dan "enderung menguatkan eksklusi6isme dan $anatisme para pemeluknya. Mereka "enderung menutup mata dari setiap perubahan realitas dan menutup telinga dari kritik yang ditu!ukan padanya. Kedua, tatkala tingkat kritisisme terhadap agama lenyap sama sekali dan $anatisme semakin mengakar kuat dalam keyakinan si pemeluk agama maka agama dengan mudah akan dimanipulasi oleh kepentingan politik dan kekuasaan. %i sinilah reli)ion as mean *agama sebagai alat+ mulai ter"ium aromanya. %alam situasi begini agama di!adikan budak bagi kepentingan $interest% yang sama sekali tidak terkait dengan nilai-nilai uni6ersal agama itu sendiri.

Kasus $atwa tentang haramnya memilih presiden perempuan dari se!umlah ulama di &awa 'imur *5angitan+ awal &uni lalu masih hangat dalam ingatan kita. Ke"urigaan kalau para kiai yang mengeluarkan $atwa tersebut sedang memperlakukan agama sebagai alat pen"apai tu!uan-tu!uan tertentu bermun"ulan. Sebab $atwa itu memang bertentangan dengan nilai-nilai uni6ersal agama3 (slam tidak melarang pemimpin perempuan. Masih banyak kasus-kasus lainnya yang dapat di!adikan "ontoh ?agama sebagai alat?. %ari "ongoh-"ontoh di atas men!adi !elas bahwa pada hakikatnya para pemeluk agama yang berorientasi reli)ion as end dan reli)ion as mean hanya mempermalukan agama dan meman$aatkan agama sebagai !usti$ikasi perilaku mereka sa!a yang belum tentu sesuai dengan nilai-nilai uni6ersal agama. Maka tanpa tedeng aling-aling dapatlah dikatakan bahwa perilaku seperti itu sama artinya dengan tindak ?mematisurikan agama?. 4ntuk itu diperlukan orientasi lain dari agama berbeda dari dua orientasi sebelumnya. Keti)a, religion as Fuest. (ndi6idu dengan orientasi Lpen"arianH tidak akan menganggap agama sebagai sesuatu yang sudah $inal dan paripurna. .rientasi agama seperti ini membentuk pemeluk agama men!adi pribad-pribadi yang antikesempurnaan tapi tetap mempunyai 6isi ke depan untuk menge!ar kesempurnaan se"ara terus menerus melalui pelbagai "ara. Agama pada gilirannya diposisikan sebagai proses pen"arian kreati$ untuk menemukan tu!uan yang mulia sesuai dengan nilai-nilai agama itu sendiri. Agaknya proses pen"arian yang terus-menerus ini sesuai dengan tuntunan AlFurHan *0+3--; yang menyebut orang-orang seperti itu selalu bergegas menu!u keba!ikan !ayus0 ri90n fil khair0t. Ayat ini !elas menginstruksikan kita sebagai umat beragama untuk se"ara kreati$ dan se"ara terus-menerus berusaha menemukan al&khair0t keba!ikankeba!ikan atau tu!uan-tu!uan mulia yang sesuai dengan nilai-nilai agama. 9$ek positi$ yang timbul ketika indi6idu-indi6idu umat beragama memilih keagamaan yang berorientasi pen"arian paling tidak adalah tumbuhnya kritisisme atau sensiti6itas terhadap agama. Sikap kritis terhadap agama bukanlah sikap ter"ela dan perlu dipandang sebagai hal negati$ dan mengingkari hakikat agama. %engan bersikap kritis diharapkan pemeluk agama !ustru akan menemukan hakikat terdalam dari pesan-pesan agama itu sendiri. Mereka dituntun untuk menemukan agama sebagai sebuah proses memeluk agama dengan akar keberagamaan yang kuat dalam menghu!am di dalam !iwa dan kesadarannya. Pemeluk agama akan bela!ar untuk berpikir mena$sir dan menimbang mana yang merupakan semangat agama dan mana yang merupakan reduksi atas agama. %engan !alan seperti itu stagnasi dan ke!umudan spiritual akan terpelanting !auh-!auh agama. .rientasi kegamaan ini yang disulut di sini adalah dinamika dan ge!olak keberagamaan yang selalu hidup dan progresi$. Keterbukaan terhadap kemungkinan-kemungkinan lain baik di dalam maupun di luar agama semakin lebar. Ke"urigaan-ke"urigaan terhadap yang lain *other+ segera terbendung dengan sendirinya. #idup beragama diharapkan dapat saling menghormati satu sama lain. 'ampaknya ketiga orientasi agama tersebut dimiliki oleh semua penganut agama di (ndonesia. Makanya diperlukan usaha-usaha kreati$ untuk membuka mata dan menyegarkan 6isi keagamaan kita agar dapat memosisikan agama di dalam kehidupan politik sosial budaya dan ekonomi se"ara lebih "erdas dan "ermat.

%inamika kehidupan terus berubah. Agama akan dihadapkan pada berbagai isu yang terus baharu seperti modernisme pluralisme multikultiralisme globalisasi $ragmentasi benturan peradaban dan sebagainya. Agama tidak bisa melakukan apaapa ke"uali !ika ia dioperasikan oleh pemeluknya dengan baik. %emi merespons tantangan-tantangan )aman tersebut pemeluk agama perlu kiranya memosisikan dan memerankan agama bukan sebagai the end apalagi sebagai means melainkan sebagai #uest atau proses pen"arian krati$. +amam Fai,in. Pemerhati ,asalah Sosial&Kea)amaan: alumnus Pon" Pes" 8s& Salafiyah, Ka;en&,ar)oyoso&Pati, Ja!a +en)ah

Panduan Menjadi Jurnalis Andal

&udul =u)u: &u'nalisti): %eo'i dan P'a)ti)


Oleh: Hermin Susanty

D*RI pen"alaman men#adi 4arta4an, mulai reporter, redaktur, sampai den"an pemimpin redaksi, ban!ak hal !an" men!adarkan bah4a profesi bidan" #urnalistik ban!ak seluk-belukn!a. &ementara itu, pen"etahuan #urnalistik terus berkemban" men!esuaikan diri den"an perkemban"an %aman dan teknolo"i. 6anpa kesadaran ban!akn!a seluk-beluk itu dan tanpa men"ikuti perkemban"an, 4arta4an sulit memahami besarn!a hasil ker#a #urnalistik !an" berdampak pada perubahan nan baik ba"i kehidupan mas!arakat. Profesi 4arta4an menuntut tan""un" #a4ab !an" memerlukan kesadaran tin""i dari pribadin!a. Dalam dunia #urnalistik disebut persepsi diri 4arta4an. Kesadaran tin""i ini han!a dapat dicapai bila 4arta4an cakap, terampil, dan pen"etahuan #urnalistikn!a memadai dalam men#alani profesin!a, baik !an" diperoleh dari pelatihan, pendidikan khusus, maupun hasil bacaann!a. 9ntuk tu#uan terakhir inilah buku ber#udul #urnalistik$ %eori dan &raktik disusun. Den"an pertimban"an perlun!a pras!arat profesionalisme 4arta4an, buku kar!a =ikmat Kusumanin"rat dan Purnama Kusumanin"rat tersebut ditulis secara rinci. Den"an tebal BCB halaman, buku itu terdiri atas .B bab. Pada 2ab > soal Pers dan Jurnalistik, dibahas falsafah maupun fun"si pers. &elain men"uraikan teori sistem pers, ada beberapa pras!arat a"ar berita la!ak muat dan menarik ba"i khala!ak. =al ini diuraikan dalam 2ab B men"enai 2erita dan )as!arakat, terutama !an" berkaitan den"an nilai berita, pen"ertian, serta hubun"an berita den"an ada dan tiadan!a kebebasan pers. &eberapa #auh berita sensasional memperoleh tempat di media massa #u"a ba"ian dari pembahasan bab ini. Proses men"himpun berita merupakan tahap !an" kerap dirasakan palin" sulit, terutama ba"i 4arta4an pemula. )en"enai hal ini, 2ab C tentan" Proses )en"himpun 2erita membahasn!a melalui contoh praktik sehari-hari !an" ter#adi di dapur redaksi. Di sini, diuraikan ba"aimana setiap mata rantai proses 4arta4an itu beker#a. )ulai dari penu"asan dari redaktur sampai den"an persiapan, termasuk ba"aimana tiap tahap memberikan kontribusi pada proses ker#a a"ar dihasilkan berita bernilai tin""i. Praktik penekanan pada kebebasan pers oleh kelompok bisnis men#adi ba"ian dari pembahasan 2ab @ !an" dilen"kapi rambu etika #urnalistik. 2ab 0 membahas hal !an" berkaitan den"an profesionalisme dalam dunia 4arta4an. Jadi, diuraikan se#auh mana pentin"n!a sikap profesionalisme 4arta4an. 2erbeda den"an 2ab ?, !an" menuntut keterampilan menulis dan kecakapan memilih kata. =al itu pentin" karena modal dasar ba"i 4arta4an. 6idak han!a itu. 6eknik dan #enis 4a4ancara #u"a perlu dikuasai. Dalam 2ab 1, metode ini di#elaskan secara "amblan". 8an" berbeda, ketika kita in"in membuat berita olahra"a,

!an" dihadirkan di 2ab /. Dalam bab selan#utn!a, dibahas soal reportase interpretatif maupun investi"atif, #urnalisme pemban"unan

Posted at DC'B@ pm b! =*$I+-)*C=+9D( )ake a comment Permalink *R6IK,L ,tika Protestan )uslim Puritan

'uhammadiyah sebagai (eformasi )slam 'odel &rotestan


Sukidi L,2I= pendek dan berserakan. Itulah komentar akademikus 2arat atas catatan )aE <eber (.10C-./>D tentan" Islam. &tudi <eber tentan" a"ama-a"ama dunia, mulai dari 8ahudi kuno, Kristen, =indu, sampai 2uddha #auh lebih sempurna dan sistematis. <eber keburu menin""al dunia. Padahal, menurut 6alcott Parsons, (./0C , ia merencanakan studi perbandin"an antara Islam, Kristen periode a4al, dan Katolik abad perten"ahan. I69 sebabn!a, riset akademis tema ini masih relatif lan"ka. 2r!an & 6urner adalah sar#ana 2arat pertama !an" studi sistematis. Dalam kar!an!a, <eber and Islam, (./?C'> , 6urner berar"umen bah4a ba"i <eber Fini adalah sifat alami institusi politik )uslim !an" patrimonial, !an" men"halan"i munculn!a prakondisi kapitalisme, !akni hukum rasional, pasar ker#a bebas, kota !an" otonom, Gekonomi uan"G, dan kelas bor#uis.F &emua prakondisi kapitalisme rasionalmodern di 2arat ini, faktan!a, tidaklah muncul di mas!arakat Islam 6imur 6en"ah. 6ahun ./1?, <olf"an" &chluchter di 9niversitas =eidelber", Jerman men!untin" buku )aE <ebers &icht des Islams. Interpretation und Kritik. 2uku ini hasil konferensi tahun ./1C tentan" sosiolo"i Islam <eber, !an" kini tersedia dalam edisi In""ris, )aE <eber H Islam, (./// . &chluchter merekonstruksi catatan <eber tentan" Islam !an" berserakan melalui empat model perbandin"an' model etika a"ama-pen"uasaan dunia seba"ai penaklukan dan pen!esuaian dunia3 model dominasi politik-feudalisme prebendel dunia 6imur3 model kota-anarki urban dunia 6imur3 model hukum-hakim teokratik dan patrimonial3 dan keterkaitan antara tatanan-tatanan itu den"an kekuasan-sentralisme. &e#umlah sar#ana keislaman--mulai Lapidus, Levt%ion, ,aton, =ard!, Peters, )etcalf, Robinson, Crone, Cook, dan &$ ,isenstadt-- diundan" mempresentasikan tafsiran dan kritik mereka terhadap <eber dan Islam. $amun, tak satu pun di antara mereka !an" fokus pada dua hal berikut, !an" sekali"us men#adi fokus tulisan ini' Pertama, catatan <eber tentan" Islam dibandin"kan lan"sun" den"an Calvinisme. Kedua, tulisan ini men"u#i se#auh mana muncul )uslim Puritan )uhammadi!ah mirip den"an Protestan asketis, terutama Calvinis. Calvinisme dan slam dalam Pemikiran !e"er Catatan <eber tentan" Islam akan dibandin"kan den"an Calvinisme melalui empat keran"ka pemikiran' doktrin predestinasi, pencarian keselamatan, asketisisme dunia-sini, dan konsep rasionalisasi.

#oktrin Predestinasi Dalam 6he Protestant ,thic and the &pirit of Capitalism (selan#utn!a disin"kat 6he Protestant ,thic , <eber melihat doktrin predestinasi seba"ai ar"umen utama dalam men#elaskan keterkaitan antara suatu bentuk etika a"ama dan spirit kapiralisme di 2arat. Calvinisme dan Islam men#adi perumpamaan predestinasi !an" berla4anan. Dalam 6he Protestant ,thic (>DD@'@0 , <eber menekankan betapa pentin" predestinasi dalam ke!akinan Calvinis. Ide utaman!a terletak pada' ba"aimana para Calvinis !akin bah4a mereka termasuk di antara oran"-oran" terpilihA Dalam teolo"i Calvinis, terdapat predestinasi "anda !an" membuat para Calvinis tidak tahu secara pasti apakah mereka termasuk oran" terpilih atau terkutukA Karena 6uhan Calvinis adalah be"itu transenden, maka mereka men"hadapi masalah serius tentan" ketidakpastian kea"amaan. &ituasi ini memaksa para Calvinis mencari certitudo salutis, !an" didefinisikan <eber (./?1'../1-// seba"ai suatu indikasi bah4a mereka termasuk oran" terpilih !an" selamat ke sur"a. Karena itu, sukses di dunia bisnis dan pen"umpulan harta keka!aan demi pemuliaan 6uhan di!akini seba"ai FtandaF atau FkonfirmasiF bah4a mereka termasuk di antara oran"-oran" terpilih, atau dalam istilah <eber Fsuatu tanda keberkahan 6uhanF. Islam, menurut <eber, berla4anan den"an Calvinisme. 6idak ada predestinasi "anda dalam Islam. )alahan, menurut <eber (>DD@'.1@ , Islam memiliki ke!akinan pada predeterminasi, bukan predestinasi, dan berlaku pada nasib seoran" )uslim di dunia ini, bukan di akhirat kelak. Jika doktrin predestinasi di!akini Calvinis untuk memotivasi etos ker#a keras, hal demikian tidak ter#adi pada )uslim. )alahan, lan#ut <eber, doktrin predestinasi tidak memainkan peran dalam Islam. *kibatn!a, )uslim bersikap kuran" positif terhadap aktivitas di dunia-sini dan pada akhirn!a ter#atuh pada sikap fatalistik. Pencarian Keselamatan *da se#umlah a"ama !an" dikate"orikan <eber seba"ai a"ama keselamatan, mulai dari 8ahudi, Kristen, Islam, =indu, dan seterusn!a. *"ama-a"ama ini pun!a cara pandan" !an" berbeda terhadap dunia. $amun, semuan!a dipakai seba"ai #alan pembebas dari penderitaan dan seba"ai respons terhadap kete"an"an !an" terus berlan"sun" antara dunia dan a"ama (<eber, ./?1'@>? . Ketertarikan <eber lebih terletak pada se#auh mana usaha manusia mencari keselamatan itu berdampak lan"sun" terhadap suatu perilaku hidup tertentu di dunia ini. Dalam ,conom! and &ociet! (./?1 <eber berpendapat Fperhatian kita pada dasarn!a adalah pada usaha pencarian keselamatan, apa pun bentukn!a, se#auh hal itu menciptakan konsekuensi tertentu pada perilaku praktis di duniaF. Pencarian individu pada keselamatan inilah, menurutn!a, !an" men#adi karakteristik utama Calvinis. 2a"i para Calvinis, perilaku asketis dan ker#a etos ker#a keras dipandan" seba"ai sebuah tanda keselamatan di dunia kelak. Islam, menurut <eber, berla4anan den"an Calvinisme. 9saha pencarian keselamatan benar-benar asin" dalam Islam. )alahan, menurut <eber (./0@'>0B , FIslam sesun""uhn!a tidak pernah men#adi a"ama keselamatan3 etika konsep keselamatan benar-benar tak dikenal dalam Islam. Islam tidak

pernah men#adikan akumulasi harta keka!aan seba"ai tanda keselamatan. *bsenn!a upa!a pencarian keselamatan di kalan"an )uslim ini berpen"aruh terhadap metode dan perilaku hidup !an" sistematis di dunia ini.F Asketisisme #unia$Sini *sketisisme, menurut <eber (>DD@'.CD , terba"i dua' asketisisme dunia-sini (inner4eltliche *skese dan asketisisme dunia-sana (ausser4eltliche *skese . *sketisisme dunia-sini men#adi karakteristik Calvinis, !an" memakai metode asketik untuk men"ubah dunia. &ementara asketisisme dunia-sana men#adi karakteristik utama kehidupan monastik dan meditasi 8o"a India, !an" samasama memakai cara asketik, tapi tidak untuk men"ubah dunia. Parsons mener#emahkan inner4eltliche *skese seba"ai asketisisme !an" dipraktikkan dalam dunia ini, seba"ai la4an terhadap ausser4eltliche *skese, !an" menarik diri dari kehidupan dunia. Den"an asketisisme dunia-sini, Calvinis berperan pentin" dalam asal-mula munculn!a kapitalisme modern se#ak akhir abad ke-.0 dan sesudahn!a. Kata <eber, terdapat Fafinitas elektifF antara asketisisme dan sikap disiplin-diri. Karena itu, sikap asketisisme dunia-sini secara kuat memotivasi Calvinis untuk beker#a keras, mencari uan", menabun" apa !an" diperoleh dan men"investasikan la"i nilai keuntun"ann!a untuk keuntun"an !an" lebih besar. Islam, la"i-la"i, berla4anan den"an Calvinisme. 6idak terdapat asketisisme dunia-sini dalam Islam. Pada periode )ekah, menurut <eber (./?1'0>C , FIslam berkemban" ke orientasi untuk memisahkan diri dari dunia. $amun, Islam se"era men#adi a"ama penakluk dan a"ama pe#uan" nasional *rab pada periode )adinah. Karena itu, Islam mendukun" etika pra#urit dan pe#uan" di dunia-sini di ba4ah pan#i #ihId melalui pemba"ian klasik antara G4ila!ah IslamG (dIr al-IslIm dan G4ila!ah !an" diperan"iG (dIr al-=arb .F &eba"aimana sekte-sekte dalam Protestan, <eber men"akui munculn!a sektesekte asketis dalam se#arah Islam. $amun, mereka tidak dapat dikate"orikan seba"ai )uslim asketis !an" memakai cara-cara asketik untuk men"ubah dunia. )alah, kelompok pra#urit dan pe#uan" )uslim berhasil menarik Islam ke arah apa !an" disebut <eber Fasketisisme militerF, bukann!a ke arah sistematisasi perilaku hidup asketis pada kelas menen"ah )uslim.F 2erbeda den"an Protestan asketis, terutama Calvinis, sekte-sekte asketik dalam Islam tidaklah men"hasilkan sistem perilaku hidup !an" sistematis dan terkontrol. %asionalisasi <eber memakai konsep rasionalisasi dalam bera"am makna dan cakupan. Di sini rasionalisasi dipakai untuk meru#uk dua tipe' rasionalisasi doktrin dan perilaku hidup. Dua tipe ini dipakai <eber untuk men#elaskan Protestan asketis, terutama Calvinis. Pertama, para Calvinis merasionalisasikan doktrinn!a untuk men"atasi problem makna mendasar' akankah mereka diselamatkan ke sur"aA 6uhan Calvinis menetapkan predestinasi "anda pada setiap oran"' seba"ai !an" terpilih atau terkutukA Para Calvinis mulai me!akinkan diri bah4a mereka termasuk di antara oran"-oran" terpilih !an" terselamatkan ke sur"a.

Rasionalisasi doktrin Calvinisme dapat dilihat pada upa!a men"hilan"kan unsur ma"is dari dunia modern. Calvinis menun#ukkan sikap anti-ma"is den"an memilih kalkulasi rasional dalam hidup. )enurut <eber (./@1'.B/ , Fpada prinsipn!a, seseoran" dapat men"uasai se"ala sesuatu melalui kalkulasi rasionalF. Inilah !an" oleh <eber disebut ,nt%auberun" der <elt' !akni dema"ifikasi atau demistifikasi dunia. =ilan"n!a elemen ma"is !an" berpuncak pada doktrin dan perilaku Calvinis ditandai, secara teoretis, den"an tidak adan!a sistem Imamat, berkuran"n!a sakramen secara drastis, dan hilan"n!a sistem perantara !an" memediasi hubun"an Calvinis dan 6uhan. Kedua, Calvinis merasionalisasikan perilaku hidup melalui disiplin-diri, kalkulasi rasional, individualisme, dan dipraktikkan secara sistematik. Dalam Protestant ,thic (>DD@'?. , <eber berpendapat, F6uhan Calvinis menuntut pen"anutn!a bukan semata-mata den"an ker#a baik, tapi ker#a baik !an" dikombinasikan den"an suatu sistem terpadu.F Pada ba"ian a4al 6he Protestant ,thic, <eber memilih F$asihat kepada &auda"ar )udaF !an" disampaikan salah satu 2apak *merika, 2en#amin +ranklin, seba"ai fondasi kea"amaan untuk perilaku hidup rasional. FIn"at,F demikian nasihat +ranklin, F4aktu adalah uan"3 kredit adalah uan"3 dan ke#u#uran bermanfaat dalam bisnis.F Inti pesan +ranklin adalah men"hasilkan uan"-melalui etos ker#a keras dalam bisnis, menabun" hasil, dan men"investasikann!a demi keuntun"an !an" lebih besar-dimaknai seba"ai pan""ilan hidup (2eruf3 bukan dalam pen"ertian Luther !an" tradisionalistik . +ranklin men!andarkan ru#ukan teolo"is' FPernahkah en"kau melihat oran" !an" cakap dalam bisnisn!aA Dia akan berdiri di hadapan ra#a-ra#an!aF (Prov EEii. >/ . Inilah !an" memberi inspirasi kepada <eber (>DD@'./ untuk berkesimpulan bah4a Fkeba#ikan dan kecakapanF dalam mencari dan menabun" uan" seba"ai pan""ilan hidup adalah benar-benar bentuk *lpa dan Jme"a dari etika +ranklin.F Dan +ranklin di#adikan <eber seba"ai personifikasi ideal etika Protestan itu sendiri. Calvinis !akin bah4a motivasi moral-kea"amaan untuk beker#a keras dan men"hasilkan uan" adalah benar-benar diberkati 6uhan. &ebalikn!a, hidup den"an sikap hura-hura dinilai berdosa. Karena itu, Calvinis bukanlah tipe oran" !an" boros dan suka berpesta-pora. Dan perilaku hidup rasional dalam ker#a profesional dan keseharian, pada "ilirann!a, men"hasilkan kelebihan produksi atas konsumsi. Inilah asal-mula munculn!a spirit kapitalisme rasional modern di 2arat, !an" berakar kuat pada Protestan asketis, terutama Calvinis. )ereka ini, misaln!a, memandan" akumulasi harta keka!aan seba"ai suatu tanda diberkati 6uhan. Islam, kata <eber, berla4anan den"an Calvinisme. Rasionalisasi doktrin dan perilaku hidup benar-benar asin" dalam Islam. Perlu diin"at, <eber memakai doktrin predestinasi seba"ai konsep kunci untuk men#elaskan rasionalisasi doktrin dan perilaku hidup. Di Calvinisme, ke!akinan pada predestinasi berhasil memban"kitkan etika ker#a dan perilaku hidup !an" le"al-rasional. $amun, hal demikian tidak ter#adi di Islam. Doktrin Islam tentan" predestinasi, menurut <eber (./?1'@?B , Fserin" men"hasilkan kelalaian penuh terhadap diri (seoran" )uslim demi memenuhi ke4a#iban #ihad untuk penaklukan duniaF. =al ini akibat dominann!a peran pe#uan" )uslim dalam pen!ebaran Islam di 6imur 6en"ah. Kelompok ini telah men""eser Islam ke arah etika militeristik untuk penaklukan dunia. )ereka tidak memberlakukan perilaku hidup asketis dan rasional. Ke!akinan Islam atas predestinasi tidaklah men"hasilkan rasionalisasi doktrin dan perilaku hidup. )alahan, kata <eber, doktrin predestinasi men"arahkan umat

Islam ke arah perilaku hidup !an" nonrasional dan fatalistik. FIslam,F lan#ut <eber (./?1'@?@ , F#ustru dialihkan sepenuhn!a dari perilaku hidup !an" rasional den"an munculn!a pemu#aan terhadap oran"-oran" suci, dan akhirn!a, ma"isF. Muhammadiyah se"a&ai %e'ormasi slam Model Protestan )irip Reformasi Protestan di ,ropa, )uhammadi!ah dinilai sar#ana dalam dan luar ne"eri seba"ai model "erakan reformasi kea"amaan dalam konteks Islam Indonesia. Didirikan tahun ./.> oleh *hmad Dahlan di 8o"!akarta, kini )uhammadi!ah hampir berusia satu abad. &eba"ai sebuah kado pemikiran kader muda )uhammadi!ah untuk )uktamar ke-C@ di )alan", perkenankan sa!a memba4a arah baru studi )uhammadi!ah dalam caha!a Reformasi Protestan, terutama pada Calvinis. *r"umen utaman!a adalah prinsip-prinsip dasar "erakan reformasi Islam )uhammadi!ah, pada tin"kat tertentu, mirip den"an Reformasi Protestan Calvinis. Karena itu, )uhammadi!ah pantas disebut seba"ai Reformasi Islam model Protestan, den"an ar"umen berikut. Pertama-tama, baik Calvinis maupun )uslim puritan )uhammadi!ah sama-sama men"a#arkan skripturalisme' bersandarkan semata-mata pada kitab suci (2ibel dan *lKuran . Inilah doktrin sola scriptura. FKembali pada Kitab &uciF sama-sama dipakai dalam "erakan reformasi Protestan dan )uhammadi!ah. Calvinis sepenuhn!a men!andarkan diri pada pembacaan Per#an#ian Lama dan Per#an#ian 2aru, sementara )uslim puritan )uhammadi!ah kembali dan bersandar pada sumber asli Islam, !akni *lKuran dan &unnah $abi )uhammad. 2ibel dan *lKuran diletakkan seba"ai sumber utama otoritas dan le"itimasi. Kedua, seba"ai konsekuensi atas slo"an FKembali pada Kitab &uciF, baik Calvinis maupun )uslim Puritan berdiri di hadapan 6uhan. FPara Calvinis,F kata <eber (>DD@'01 , Fin"in selamat melalui pembenaran han!a den"an ImanF. Inilah doktrin sola fide. 6idak ada la"i perantara antara 6uhan dan Calvinis. *bsenn!a perantara kea"amaan ini dapat disimak pada' minimalisasi unsur sakramen, deli"itimasi radikal atas sistem Imamat, dan penolakan terhadap "ere#a !an" hierarkis dan korup. )uslim puritan )uhammadi!ah berba"i prinsip dasar den"an Calvinis. 6idak ada sistem perantara kea"amaan !an" memediasi hubun"an )uslim den"an *llah. )uslim puritan berdiri dan bertan""un" #a4ab lan"sun" kehadirat *llah. &eperti apa !an" dilakukan Calvinis, beriman kepada *llah #u"a disertai etos ker#a keras di dunia ini. Karena )uslim puritan muncul di lin"kun"an Ja4a !an" sinkretik, maka karakter reformasi-puritann!a dapat dilihat pada usaha purifikasi Islam dari unsur ma"is dan aspek sinkretik lainn!a. Keti"a, baik Calvinis maupun )uslim puritan men"ikuti apa !an" diteoritisasikan <eber seba"ai Fdisenchantment of the 4orldF. )enurut <eber, proses ini dimulai dalam tradisi 8ahudi Kuno !an" se#alan den"an pemikiran dan "erakan ilmiah 8unani. Proses ini berpuncak pada teolo"i dan praktik Calvinis den"an menolak semua piranti ma"is dalam pencarian keselamatan. Keban"kitan )uslim puritan )uhammadi!ah pada dasarn!a seba"ai respons lan"sun" terhadap takha!ul, bidGah, dan khurafat. &emua elemen ma"is ini adalah nonrasional, dan, men"ikuti tesis <eber, harus dibersihkan dari praktik Islam puritan dan konsepsi keduniaan. Jadi, )uslim puritan ber#uan" pada dua hal' eksklusi unsur-unsur ma"is dari Islam dan demistifikasi konsepsi keduniaan den"an mendasarkan diri pada kalkulasi rasional dan perilaku hidup asketis di dunia modern. Keempat, seba"ai konsekuensi atas konsep Fdisenchantment of the 4orldF,

)uslim puritan mirip Calvinis dalam hal rasionalisasi. )uslim puritan merasionalisasikan doktrin keislaman melalui purifikasi iman dari unsur mistik dan Islam-Ja4a-=indu. &ikap tak kritis dalam memeluk Islam, taKlLd, dipandan" seba"ai sumber konservatisme dan sta"nasi dalam Islam. Dan taklid harus di"anti den"an tradisi pemikiran rasional dan independen (i#tihId . &pirit rasional ini di!akini seba"ai sumber kema#uan umat Islam dalam memasuki dunia modern. &eba"ai or"anisasi modernis-reformis, rasionalisasi or"anisasi )uhammadi!ah dapat disimak "erakan !an" teror"anisasi secara sistematik dan melalui birokrasi modern. &emua ini, tentun!a, se#alan den"an kebutuhan efisiensi dan administrasi dunia modern. &ementara Calvinisme, menurut Kemper +ullerton (./>1 , telah menun#ukkan pencapaian secara lebih #enius untuk or"anisasi sosial dibandin"kan Lutheran, maka )uhammadi!ah mun"kin seba"ai or"anisasi sosial Islam terka!a di dunia saat ini. )irip Calvinisme, rasionalisasi perilaku hidup dapat disimak pada upa!a reinterpretasi doktrin keislaman a"ar se#alan den"an aspirasi dunia modern !an" bernafaskan pada rasionalitas dan kema#uan. Islam dan kema#uan direkonsiliasikan. Kelima, baik Calvinis maupun )uslim puritan men"adopsi apa !an" oleh <eber disebut Finner4orld! asceticismF. Protestan asketis, terutama Calvinis, memakai metode asketis untuk men"ubah dunia. &pirit kapiralisme muncul dari proses !an" disebut Fafinitas elektifF antara asketisisme dan disiplin diri di kalan"an Calvinis. )uslim puritan pun men"anut asketisisme dunia-sini melalui tasa4uf modern tanpa melarikan diri dari kehidupan dunia4i. (tika Protestan di Kalan&an Muslim Puritan Dalam 6he Protestant ,thic, terbit pertama kalin!a tahun ./DC-./D@, <eber meletakkan Protestan asketis seba"ai Fsuatu kontribusi terhadap pemahaman atas masalah-masalah umum di mana ide men#adi kekuatan efektif dalam se#arahF. $ama Karl )arE tentu ada dalam pikiran <eber. Dan <eber tampak sen"a#a in"in meletakkan Fkekuatan ideF seba"ai 4acana tandin"an atas doktrin materialisme se#arah )arE, !an" melihat ekonomi seba"ai faktor determinan dalam perubahan se#arah. <eber hadir den"an tesis baru' ba"aimana ide dan ke!akinan di antara protestan asketis (Calvinis, Pietis, )ethodis, dan sekte 2aptis men#adi kekuatan-kekuatan efektif dalam menumbuhkan spirit kapitalisme rasional modern di 2arat. Den"an alasan demikian, <eber (>DD@'B lalu menun#uk fakta empiris' mereka !an" men#adi industri4an, pen"usaha, ahli keuan"an, dan tena"a ker#a !an" cakap di bidan" industri lainn!a, tern!ata #umlahn!a #auh lebih besar Protestan ketimban" Katolik. 8an" terakhir ini malah serin" diasosiasikan den"an peker#a kasar dan ba4ahan. 6in""in!a pertumbuhan aktivitas kapitalisme #u"a la%im ter#adi di antara "ere#a protestan dan Calvinis Perancis, 2elanda, dan puritan In""ris. +akta-fakta ini men"inspirasi <eber menarik kesimpulan adan!a Fafinitas elektifF antara Protestan asketis, terutama Calvinis, dan spirit kapitalisme. Jika demikian, tesis <eber dapat dipakai seba"ai model' adakah Fafinitas elektifF antara etika5ke!akinan Islam dan perilaku ekonomi di kalan"an )uslim puritanA F8aF #a4ab Clifford 7eert%, antropolo" *merika terkemuka di 9niversitas Princeton. &eperti haln!a Robert $ 2ellah !an" datan" ke Jepan" untuk studi

a"ama 6oku"a4a, 7eert% pun terba!an"-ba!an"i tesis <eber untuk studi a"ama Ja4a. Ia datan" ke )o#okuto a4al ./@D-an den"an kesimpulan' Fpertumbuhan ekonomi dan pembaharuan Islam ber#alan secara beririn"anF. &uatu kesimpulan !an" mirip antara pertumbuhan kapitalisme den"an Reformasi Protestan di kalan"an Calvinis. Dalam Peddlers and Princes, (./0B , 7eert% studi perbandin"an dua kota' )o#okuto di Ja4a 6imur dan 6abanan di 2ali. Ia la"i-la"i diba!an"i tesis <eber. FDalam keran"ka teori )aE <eber tentan" peran Protestanisme dalam menstimulasi pertumbuhan komunitas bisnis di 2arat,F demikian laporan 7eert% (./0B'C/ , Fbah4asan!a para pemimpin komunitas bisnis di )o#okuto adalah seba"ian besar )uslim reformisF. Ia meman" menemukan seba"ian besar pemimpin usaha bisnis tekstil, tembakau, serta se#umlah toko dan perusahaan #ustru didominasi )uslim reformis-puritan. F6u#uh dari pertokoan modern !an" berdiri kokoh di )o#okuto,F lan#ut 7eert%, Fenam di antaran!a di#alankan oleh )uslim reformis-puritan.F Ia lalu berkesimpulan FReformisme Islam, dalam bentukn!a )uslim puritan, adalah doktrin ma#oritas para sauda"arF (7eert%, ./0B'.@D . 6ulisan ini meman" men"ikuti tesis 7eert%, namun beda dalam studi kasus. )o#okuto ba"i 7eert% dan 8o"!akarta ba"i sa!a. Den"an telah meletakkan keran"ka pemikiran )uhammadi!ah seba"ai reformasi Islam model Protestan, maka tulisan ini diakhiri den"an adan!a beberapa elemen mendasar ,tika Protestan !an" berakar kuat dalam )uslim puritan )uhammadi!ah. Pertama, *hmad Dahlan (.101-./>B , pendiri )uhammadi!ah, dikenal seba"ai )uslim reformis-puritan !an" asketis sekali"us seoran" sauda"ar. Dahlan lahir di ten"ah keluar"a bera"ama dan sikap hidup asketis me4arnai hidupn!a. Ia berpendidikan di sekolah Islam, ra#in salat lima 4aktu, berpuasa &enin dan Kamis, dan naik ha#i ke )ekkah. &elama di )ekkah tahun .1/D dan ./DB, minat keilmuan Dahlan, antara lain, pada tulisan-tulisan )uslim reformis )esir )uhammad G*bduh (.1C/-./D@ , seperti RisalIt al-6a4hLd, al-IslIm 4a al$asranL!ah, 6afsLr Ju%M N*mma, dan 6afsLr al-)anIr (&olichin, ./0B'0 . 2aran"kali terinspirasi *bduh, ia pulan" ke tanah air dan mendirikan )uhammadi!ah pada .1 $ovember ./.> untuk men"emban misi pembaharuan Islam, seperti pentin"n!a kembali kepada *lKuran dan &unnah, purifikasi Islam, penalaran rasional, penolakan takha!ul, bidah dan khurafat, serta kontekstualisasi a#aran Islam !an" selaras den"an tuntutan dunia modern. Keper"ian Dahlan untuk ha#i ke )ekkah tern!ata san"at menentukan tahap pentin" dalam hidupn!a. )emin#am tesis 7eert% (./0B'@0 , bah4asan!a mas!arakat Ja4a !an" telah menunaikan ibadah ha#i lebih memiliki modal dan #i4a ber4irausaha ketimban" rekan-rekan mereka di pedesaan. &esudah ha#i, Dahlan men#alani hidup seba"ai sebuah pan""ilan' seba"ai khatib di Kraton 8o"!akarta den"an "a#i ? "ulden per bulan sekali"us seba"ai sauda"ar batik. Ini memperkuat asumsi bah4a nilai simbolis ha#i men#adi kekuatan pen""erak Dahlan menumbuhkan keba#ikan dan etos ker#a keras dalam aktivitas bisnis. *sketisisme dan disiplin-diri dipadukan secara sistematis. ,tika ker#a ini telah terefleksikan dalam perilaku hidup Dahlan, !an" Fra#in, #u#ur, suka membantuF dan Fluar biasa cerdas dan tekunn!aF (Peacock, ./?1'BC . $ilai keba#ikan ker#a keras dan ke#u#uran dalam bisnis telah men"antarkan Dahlan dalam kemiripan den"an etika Calvinis. 2ahkan, pada tahun ./.B, Rinkes, pe#abat 2elanda !an" bertu"as di Indonesia 4aktu itu, den"an men"e#utkan menilai Dahlan seba"ai Fprototipe 4ar"a Indonesia !an" memiliki etika Calvinis' tekun, militan, dan cerdasF. Di usia sen#an!a, &iti <alidah, istrin!a, menasihati

Dahlan beristirahat. Ia #a4ab' Fsa!a harus beker#a keras seba"ai upa!a meletakkan batu pertama dalam "erakan mulia ini. Jika sa!a terlambat atau berhenti, akibat sakit, maka tak seoran" pun !an" akan memban"un fondasi ini. &a!a sudah merasa bah4a 4aktuku sudah hampir le4at, karenan!a, #ika sa!a beker#a secepat mun"kin, apa !an" tersisa dapat disempurnakan oleh !an" lainF (Peacock, ./?1'B1-/ . Kedua, Fafinitas elektifF <eber antara Protestanisme asketis den"an spirit kapitalisme memiliki kemiripan antara )uslim puritan )uhammadi!ah dan keterlibatan ekonomi secara aktif pada usaha pabrik 2atik di 8o"!akarta. 8o"!akarta perlu din"at karena kota kelahiran )uhammadi!ah dan Dahlan, !an" meniti karir seba"ai khatib asketis dan sauda"ar batik. =a4kins (./0.'.>-@> men""elar survei terhadap perusahaan batik tahun ./0D den"an kesimpulan !an" men"e#utkan' semua perusahaan batik di 8o"!akarta ma!oritas dimiliki dan di#alankan oleh )uslim puritan )uhammadi!ah. 6erakhir, )uslim reformis-puritan dapat di"ambarkan, memin#am tesis <.+. <ertheim (./0/'>.> , seba"ai Fsauda"ar urban pada tahun-tahun a4al abad sekaran"F. )ereka ini serin" pula disebut )uslim bor#uis. &eperti Calvinis, etika ker#a dan sikap )uslim asketis men"indikasikan model etika kaum bor#uis !an" individualis dan rasional. F&eoran" )uhammadi!ah,F kata <ertheim, Fdidoron" ke arah hidup sederhana dan etos ker#a !an" saleh-asketis, den"an harta keka!aan !an" diperolehn!a sendiri.F )ereka men#adi )uslim puritan !an" asketis den"an men"abdikan dirin!a secara ra#in dan #u#ur pada aktivitas bisnis dan sosialkea"amaan sekali"us. &9KIDI 'ahasiswa %eologi di *akultas %eologi" +niversitas ,arvard" Cambridge" merika Serikat- &endiri &usat Studi gama dan &eradaban .&S &/ 'uhammadiyah

&rotestanisme )slam dan (eformasi &rotestan


6an""apan untuk &ukidi
(obert 0 ,efner &*L*= satu karakteristik utama buda!a Islam di Indonesia modern terletak pada kemampuann!a melahirkan sar#ana dan aktivis )uslim !an" pun!a kapabilitas intelektual tin""i dalam menan""api tantan"an politik, ekonomi, dan buda!a di dunia modern. ,ntah itu Kiai =a#i *chmad Dahlan (./.D-an , Kiai =as!im *s!Mari (./>D-an , entah $urcholish )ad#id, =arun $asution, dan *bdurrahman <ahid (.//D-an , para pemimpin )uslim Indonesia telah menun#ukkan kemampuan luar biasa melihat tradisi Islam secara mendalam dan men"ontekstualkan 4a4asan4a4asan keislaman !an" relevan dalam men#a4ab tantan"an dunia modern. ),)*$7 se#umlah pen"amat menilai bah4a kemampuan men"ontekstualkan pesan Islam di dunia modern adalah suatu fenomena !an" ter#adi dalam se#arah )uslim di berba"ai belahan dunia Islam. Para )uslim revivalis dan reformis benar-benar telah muncul di ban!ak ne"ara. )eskipun demikian, ada semacam kekhasan tersendiri untuk model Indonesia. Ini bukan sa#a fakta bah4a Indonesia telah memunculkan para pemikir )uslim, tetapi #u"a ide-ide dan "a"asan

pemikiran !an" mereka kemban"kan mendapat perhatian han"at di dalam se"men mas!arakat Indonesia !an" luas. =asiln!a, seba"ian ide dan "a"asan pemikiran intelektual mereka diikuti oleh publik luas, bahkan dipakai seba"ai peranti untuk menin"katkan dinamika intelektual mas!arakat )uslim Indonesia. Kita han!a perlu membandin"kan penerimaan publik atas ide-ide pembaharuan keislaman seoran" fi"ur seperti )uhammad *bduh di )esir den"an *chmad Dahlan di Indonesia untuk men!adari adan!a kekhasan tersendiri model pembaharuan keislaman di Indonesia. Den"an se"enap pertimban"an, *bduh adalah satu dari sekian pembaharu )uslim terbesar di dunia modern. )eskipun ditun#uk seba"ai mufti besar di )esir, *bduh sepan#an" hidupn!a men"hadapi oposisi tak kenal henti atas ide-iden!a dari institusi kea"amaan, tak terkecuali institusi pendidikan *l-*%har itu sendiri. 2eberapa pembaharuan pendidikann!a pada akhirn!a meman" dimasukkan ke dalam kurikulum *l-*%har, tetapi tidak demikian haln!a den"an ide-ide besarn!a dalam pembaharuan keislaman. &ama pentin"n!a, meskipun *bduh berharap mempersiapkan #alan ba"i kepemimpinan baru dan or"anisasi kemas!arakatan ba"i )uslim )esir, oposisi dari para pemimpin kea"amaan di ne"eri tersebut me!akinkan bah4a ia tidak akan pernah bisa melakukann!a. =in""a sekaran" pun bahkan tak ada !an" mampu (di )esir men!amai pencapaian luar biasa )uhammadi!ah !an" di"a"as *chmad Dahlan. Jr"anisasi massa )uslim terbesar di )esir, Ikh4an al)uslimun, !an" dipelopori =asan al-2anna pada mulan!a meman" men"ikuti sedikit di antara ide-ide *bduh ini. $amun, se#ak dasa4arsa ./BD-an, Ikh4an telah berpalin" dari cita-cita ideal *bduh tentan" pembaharuan keislaman dan sebalikn!a #ustru men"ambil komitmen merebut kekuasaan di )esir. &ebalikn!a di Indonesia, *chmad Dahlan relatif berhasil men"emban"kan or"anisasi pembaharuan keislaman !an" berspiritkan, memin#am un"kapan terkenal *mien Rais, Fpolitik tin"kat tin""iF di bidan" pemikiran, pendidikan, dan kese#ahteraan sosial. =asiln!a, or"anisasi keislaman !an" skala dan visi besarn!a tak ada bandin"ann!a di 6imur 6en"ah. Perbedaan seperti ini tidak han!a terbatas di )esir dan Indonesia. )eskipun ideiden!a masih termasuk kate"ori reformisme &unni !an" utama, pembaharu )uslim asal Pakistan, +a%lur Rahman, dipaksa menin""alkan Pakistan dan men"habiskan sisa hidupn!a men"a#ar dan menulis di 9niversitas Chica"o, *merika &erikat. &ekaran" ini ide-ide pembaharuan keislaman Rahman didiskusikan lebih luas dan bebas di Indonesia ketimban" di ne"erin!a sendiri. Persis den"an kasus Rahman, ide-ide pembaharuan keislaman reformis besar asal &uriah, )uhammad &hahrour, #u"a lebih bebas didiskusikan di Indonesia. $amun, di ne"erin!a sendiri pembaharuan &hahrour men"hadapi tentan"an !an" be"itu sen"it dari se"elintir kaum militan hin""a pemikir !an" berbahasa halus ini dipaksa men#auhi ke"iatan-ke"iatan publik dan harus ditemani pen"a4al saban beper"ian ke luar. )as!arakat )uslim di Indonesia modern tentu sa#a tak luput dari kontroversi, bahkan kekerasan. $amun, ketika melihat lanskap penuh abad OO, oran" dike#utkan den"an fakta bah4a sekalipun disibukkan den"an kontroversi dan kekerasan, mas!arakat )uslim Indonesia secara konsisten kembali berada di #alan lurus moderasi, pluralisme, dan debat berspirit kebebasan. )eskipun or"anisasi-or"anisasi keislaman seperti )uhammadi!ah dan $ahdlatul 9lama di"oda oleh ra!uan politik kekuasaan, faktan!a mereka secara konsisten kembali pada "aris moderat, pluralisme, dan nasionalisme kea"amaan.

D*L*) era keterbukaan mas!arakat )uslim di Indonesia !an" ditandai den"an suburn!a ide-ide pembaharuan dan rekontekstualisasi 4acana keislaman itulah esai &ukidi (Lembaran 2entara, Kompas, >5B5>DD@ !an" cemerlan" tentan" seruan pada pentin"n!a "a"asan Protestanisme Islam memban"kitkan butir-butir san"at pentin" untuk refleksi pembaharuan kea"amaan ke depan. 2eberapa butir pentin" sebaikn!a ditekankan se#ak a4al. Pertama, mutu esai &ukidi sendiri !an" ba"us dan fakta bah4a esai tersebut telah meran"san" diskursus keislaman !an" han"at dalam komunitas )uslim den"an sendirin!a men"ilustrasikan keterbukaan !an" terus-menerus berlan"sun" di kalan"an )uslim Indonesia. Kedua, dan sedikit a"ak men!adarkan, seba"ian alasan men"apa esai &ukidi men"undan" debat adalah bah4a ada kekha4atiran !an" terus berkemban" di lin"karan intelektual )uslim bah4a se#ak akhir re%im Jrde 2aru mas!arakat )uslim telah kehilan"an beberapa elemen keadaban dan ener"i intelektualn!a seba"ai akibat dari percekcokan publik dan tindakan intimidasi beberapa individu !an" berpikiran radikal. 2erdasarkan percakapan den"an ka4an-ka4an di Indonesia, sa!a perca!a bah4a persepsi inilah !an" men!ebabkan para intelektual muda berpikir men"enai apakah Indonesia #u"a membutuhkan hal-hal !an" didiskusikan oleh &ukidi den"an san"at baik dalam esain!a' sebuah reformasi Protestan Islam !an" mampu meran"san" kehidupan intelektual dan or"anisasi sosial mas!arakat )uslim secara keseluruhan. Catatan &ukidi berhasil den"an cemerlan" men""arisba4ahi tuntutan "a"asan Protestanisme Islam !an" diserukan Jamal al-Din al-*f"hani, *li &hariati, dan =ashem *"ha#ari. Keti"a pemikir )uslim ini tentu sa#a oran"-oran" Iran. Keti"an!a, seperti ditun#ukkan &ukidi, men!erukan pentin"n!a Protestanisme Islam seba"ai usaha mene"uhkan komitmen mas!arakat )uslim terhadap kema#uan, rasionalitas kea"amaan, dan di atas semua itu adalah suatu ke!akinan bah4a setiap )uslim men#adi FImam ba"i dirin!a sendiriF. Ide-ide pembaharuan seperti itu telah muncul dan muncul kembali di dunia Islam modern. Den"an makna demikian, Protestanisme Islam benar-benar memiliki beberapa karakteristik ter#adin!a suatu Fpen"embaraan "a"asanF. 2a"aimanapun #u"a san"at bermanfaat untuk diin"at, sesun""uhn!a ide Protestanisme Islam telah men#adi sub!ek diskusi !an" lebih han"at di Iran de4asa ini ketimban" di dunia )uslim &unni. )en"apa hal ini ter#adiA )un"kin pertan!aan ini akan sedikit terbantu den"an cara menambahkan travellin" theor! ,dr4ard &aid den"an beberapa isu dari se#arah sosial Islam di Iran. Pada abad OPIII dan OIO Islam &hiMah Iran men"alami transformasi doktrin dan or"anisasi !an" tak ada bandin"ann!a den"an !an" ter#adi di dunia &unni. &ecara lebih khusus, setelah konflik antara ma%hab *khbari dan 9shuli, sebuah konsensus baru lahir di antara para intelektual a"ama !an" berpusat pada ke4a#iban semua mukmin untuk menaati doktrin tentan" mar#aM. )enurut konsep ini, setiap )uslim saleh di4a#ibkan tunduk kepada seoran" mu#tahid !an" berfun"si seba"ai mar#aM taklidn!a, ru#ukan kea"amaann!a. 2eberapa dekade setelah doktrin mar#aM disebarluaskan, otoritas kea"amaan di Iran &hiMah men"alami evolusi lebih #auh. Perubahan itu berpusat pada ide bah4a tidak han!a setiap oran" a4am !an" harus memiliki sebuah mar#aM, tetapi #u"a harus ada sebuah mar#aM tun""al tempat para intelektual )uslim bersandar. 8an" palin" terhormat adalah seseoran" !an" disebut seba"ai *!atullah, secara literal berarti

Mtanda 6uhanM. Dalam konteks ini &hiMah abad OIO men"emban"kan beberapa karakteristik !an" hierarkis dan sentralistik !an" secara umum lebih dekat diasosiasikan den"an Kristen di 2arat ketimban" Islam. $amun, tak dapat disan"kal pula bah4a struktur hierarkis &hiMah Iran tak sekental dan sehierarkis 7ere#a Katolik Roma. &eoran" intelektual men#adi seoran" *!atullah bukan karena dipilih atau dian"kat oleh ulama, melainkan melalui sebuah proses intelektual informal dan pendapat publik. $amun, dalam >DD tahun terakhir, Islam &hiMah telah men"emban"kan tin"kat hierarki intelektual dan sentralisasi !an" #auh lebih kompleks ketimban" tipikal Islam &unni. +akta inilah, ketimban" faktor lain, !an" membantu men#elaskan men"apa di saat-saat krisis sosial-politik beberapa oran" di Iran men#adi tidak sabar den"an status Kuo &hiMah dan seperti *f"hani, &hariati, dan *"ha#ari, mereka mulai men"impikan &hiMah !an" mirip den"an Reformasi Protestan. 6ak ada satu ne"ara pun di kalan"an Islam &unni !an" men"ambil #alan seba"aimana ditempuh kaum &hiMah Iran den"an mandat hierarki mar#aM dan kepatuhan buta. Kecenderun"an utama dalam otoritas kea"amaan abad OIO dan OO di dunia &unni tern!ata bukanlah hierarki mandat kea"amaan, tetapi lebih per#uan"an kelompok-kelompok )uslim tentan" hubun"an !an" sebaikn!a dimiliki antara ulama dan umat dalam kaitann!a den"an ne"ara. 6entu sa#a ada se#arah pan#an" atas perdebatan-perdebatan seperti itu di Islam &unni. &elama apa !an" dikenal seba"ai FinkuisisiF atau mihna di masa kekuasaan Khalifah *basi!ah al-)aMmun (1.B-1BB dan diteruskan pada Khalifah al-<athiK (1C>-1C? , para pe#abat kekhalifahan mencoba memaksa kehendakn!a kepada para ulama. Konflik terutama terpusat pada masalah keterciptaan *lKuran. $amun, !an" men!edot pusat perhatian dalam konflik mihna adalah pertan!aan tentan" siapa !an" memiliki otoritas terakhir untuk membicarakan masalah-masalah keislaman' ulama atau khalifah (pen"uasa . Ke"a"alan khalifah memenan"i misi per#uan"ann!a menandai suatu kemenan"an definitif ba"i ulama dan menobatkan ulama seba"ai peme"an" otoritas prinsipiil dalam masalah teolo"i Islam dan hukum. Ke"a"alan mihna #u"a menisca!akan bah4a tradisi sentral di Islam &unni tetap men#adi sebuah pola FmultipusatF otoritas kea"amaan, tidak terpusat pada satu otoritas kea"amaan. 8an" sa!a maksudkan den"an hal ini adalah komunitas intelektual dan oran" beriman secara lebih luas, ketimban" han!a seoran" pendeta, khalifah, atau seoran" *!atullah !an" bertan""un" #a4ab dalam masalah-masalah kea"amaan. Di a4al Kekhalifahan 9tsmani, beberapa ne"ara )uslim modern telah berusaha menolak pendahulu &unni ini dan men"hubun"kan komunitas ulama lebih dekat kepada "erbon" kekuasaan. 2eberapa Islamis sekaran" #u"a berpendapat adan!a kemiripan etatisasi otoritas kea"amaan. )eskipun ada upa!a-upa!a demikian, titik sentral otoritas kea"amaan di Islam &unni masih bersifat multipusat dan komunitarian, tidak tersentralisasi, otoritarian, ataupun hierarkis. Inilah perbedaan mendasar antara &unni dan &hiMah !an" membantu men#elaskan men"apa ide Protestanisme Islam men#adi sedemikian populer di &hiMah Iran dan kuran" ber"ema di dunia &unni. Kristen prareformasi dior"anisasikan di atas struktur Imam "ere#a !an" hierarkis dan terkontrol secara terpusat, !an" status dan otoritas keimamann!a telah ditentukan bukan berdasarkan konsensus intelektual dan komunitas !an" bersifat informal, melainkan melalui struktur formal institusi dan komando. Karena otoritas kea"amaan di Kristen Roma diatur melalui cara !an" korporatis seperti ini, maka

Luther dan para pendukun"n!a merasa terpan""il memisahkan diri secara keseluruhan dari 7ere#a Katolik Roma dan mendirikan 7ere#a tersendiri !an" sepenuhn!a terpisah. Islam &unni kuran" rentan terhadap perpecahan sektarian seperti ini karena, ketimban" hierarkis eklesiastikal, Islam &unni memiliki sebuah pola pusat !an" bera"am dari otoritas kea"amaan. *R6IK,L &ukidi men"an"kat satu isu terpentin" lain men"enai relevansi ide Protestanisme untuk perkemban"an Islam kontemporer. &ukidi den"an benar menun#ukkan bah4a *f"hani, &hariati, dan *"ha#ari menekankan bah4a Reformasi Protestan san"at pentin" ba"i modernisasi ,ropa. *f"hani melihat konservatisme ulama seba"ai pen!ebab utama #atuhn!a peradaban Islam setelah masa keemasan $abi )uhammad dan masa kekhalifahan empat (khulafaurras!idin . Di#i4ai oleh ke!akinan demikian, cukup mudah ba"i *f"hani men!impulkan bah4a Islam akan meraih manfaat positif #ika Ia #u"a men"alami reformasi seba"ai alternatif pembaharuan atas konservatisme ulama. *"ha#ari telah memberikan kritik selan"kah lebih ma#u den"an mene"askan bah4a ulama tidak harus diperlakukan seba"ai komunitas !an" sakral dan setiap )uslim seharusn!a men#adi imam ba"i dirin!a sendiri. Pandan"an *f"hani tentan" Reformasi Protestan, seperti diun"kapkan &ukidi, dipen"aruhi oleh se#ara4an Perancis, +rancois 7ui%ot (.?1?-.1?C , !an" #u"a berasal dari keluar"a Protestan. Jika kita menilai relevansi Reformasi Protestan terhadap )uslim modern ba"aimanapun #u"a kita perlu bertan!a apakah pern!ataan-pern!ataan 7ui%ot men"enai reformasi pada ken!ataann!a akurat secara historis. *pakah Reformasi men#adi batu loncatan pentin" ba"i pembaharuan intelektual dan politik ,ropaA Jika #a4aban atas pertan!aan itu adalah !a, maka 7ui%ot dan *f"hani benar dan Protestanisme baran"kali benarbenar mena4arkan pela#aran !an" berhar"a ba"i )uslim )odern. $amun sebalikn!a, #ika #a4abann!a adalah tidak, relevansi Protestanisme baran"kali lebih terbatas. 6erhadap pertan!aan tentan" sumban"an Reformasi Protestan terhadap peradaban ,ropa, para se#ara4an 2arat telah menuliskan catatan !an" lebih teliti ketimban" !an" dilakukan 7ui%ot, bahkan sekalipun dibandin"kan den"an !an" dilakukan sosiolo" besar Jerman, )aE <eber. Reformasi Protestan bukan sekadar pencapaian intelektual !an" mendoron" para pen"anut a"ama untuk lebih bertan""un" #a4ab terhadap iman mereka masin"-masin". Reformasi Protestan #u"a merupakan peristi4a politik !an" kompleks, !an" memicu krisis politik dan kultural !an" besar. Pendukun" tulen toleransi dalam usia mudan!a, seperti terekam dalam Jn &ecular *uthorit! (.@>B , )artin Luther men#adi kuran" toleran pada tahun-tahun belakan"an. Pecahn!a the Peasants <ar di Jerman tahun .@>C dan menin"katn!a popularitas Protestanisme radikal men"inspirasi Luther men"ambil kesimpulan bah4a otoritas ne"ara memiliki ke4a#iban bertindak atau men"hukum secara te"as para pen"hu#at dan pemberontak a"ama. ,ropa sendiri men!aksikan pecahn!a kekerasan massal !an" dahs!at dan pembersihan etnik-kea"amaan beberapa dekade setelah Reformasi. Disetu#ui di 4ila!ah Jerman pada tahun .@@@, Per#an#ian *u"sbur" berupa!a men"akhiri peran" Katolik-Protestan den"an me4a#ibkan setiap oran" dalam setiap teritori men"ikuti a"ama dari ra#a !an" berkuasa di daerahn!a. &ambil men"akomodasi pluralisme a"ama !an" sedan" tumbuh di ,ropa, per#an#ian itu #u"a memperkuat hubun"an antara 7ere#a dan ne"ara, dan mempertebal komitmen para pe#abat ne"ara untuk mene"akkan ortodoksi kea"amaan. Di kedua belah pihak, baik Katolik maupun Protestan ,ropa, ribuan pemikir !an"

(dian""ap men!impan" dikutuk seba"ai Foran"-oran" bidahF dan dieksekusi. &eabad setelah Reformasi #u"a ditandai den"an seran"an !an" men"erikan kapada oran" 8ahudi, #u"a para pemikir !an" men!impan" dan oran"-oran" eksentrik dari berba"ai a"ama !an" secara umum dikenal seba"ai Fpara pen!ihirF. &eran"an terhadap oran"-oran" !an" secara sosial dikate"orikan eksentrik ini berlan"sun" dari tahun .@0D hin""a tahun .00D dan men"akibatkan korban #i4a !an" lebih parah dari kampan!e antibidah. Perkiraan !an" konservatif memperkirakan korban #i4a BD.DDD oran" di ,ropa 2arat. $amun, perkiraan lain men!atakan #umlahn!a ti"a hin""a empat kali lebih besar dari an"ka tersebut. Dari akibat kekerasan Reformasi inilah beberapa pen"uasa di Republik 2elanda, Prusia, In""ris, dan <ales men!impulkan bah4a di tan"an kepentin"an politik mereka terletak kekuasaan meminimalkan ran"san"an Reformasi menu#u purifikasi a"ama dan untuk men"i%inkan para pen"anut berba"ai sekte kea"amaan dalam 4ila!ah kekuasaan mereka. *r"umen-ar"umen untuk hal demikian serin" kali bersifat pra"matis. Di Prusia, misaln!a, ra#a !an" berkuasa mempromosikan multikonfesionalisme (multiekspresi kebera"amaan seba"ai metode untuk memikat da!a tarik oran"-oran" ka!a dan industri. Di 2elanda dan In""ris toleransi terhadap a"ama minoritas dite"akkan den"an adan!a kesadaran !an" semakin tumbuh bah4a upa!a-upa!a ne"ara mene"akkan konformitas a"ama telah men"akibatkan korban #i4a !an" dahs!at. 2erkat tumbuhn!a toleransi pasca-Reformasi dan hilan"n!a pro"ram purifikasi a"ama !an" dipaksakan oleh ne"ara, maka hal itu memun"kinkan ilmu pen"etahuan ,ropa ma#u den"an pesat, bisnis berkemban", dan oran" dari berba"ai latar a"ama dan etnis hidup berdampin"an secara damai. Karena itu, ada se#umlah dasar untuk lebih berhati-hati men"ambil secara literal seruan Protestanisme Islam *f"hani, &hariati, dan *"ha#ari. &udah pasti, seseoran" dapat memahami da!a tarik "a"asan Protestanisme Islam, seba"aimana ter#adi di Iran modern, tempat tradisi mar#aG dipakai untuk membun"kam para sar#ana kritis dan pendukun" pembaharuan kea"amaan. Dalam mas!arakat &unni, a#akan reformasi model Protestan baran"kali kuran" terkait den"an hierarki otoritas kea"amaan per se, tetapi lebih karena rasa frustasi pada konservatisme ulama tertentu dalam Islam. &ebab itu, cukup dapat dipahami bah4a beberapa intelektual )uslim dan ulama men!erukan Reformasi Protestan dalam Islam karena mereka merasakan kolaborasi !an" terlampau dekat antara ulama dan pen"uasa #ustru mendiskreditkan a"ama Islam itu sendiri. Kendatipun permasalahan terakhir ini baran"kali cukup serius di se#umlah ne"ara, dalam pen"ertian literal, Reformasi Protestan tampakn!a tidak akan men!elesaikan masalah itu. Reformasi Protestan meman" berhasil membersihkan Kristen 2arat dari beberapa inovasi (bidah abad perten"ahan, dan mendoron" individu beriman untuk bertan""un" #a4ab atas imann!a masin"masin". $amun, seman"at melakukan purifikasi skripturalis #u"a menin"katkan tekanan akan adan!a konformitas kea"amaan dan men"hilan"kan "elomban" persekusi dan pembersihan etnik-kea"amaan. 6entu ini bukanlah Protestanisme !an" terekam dalam pemikiran *f"hani, &hariati, dan *"ha#ari. $amun, se#arah !an" lebih luas tentan" Reformasi Protestan men"in"atkan kita bah4a pembaharuan a"ama !an" dilakukan den"an niat mulia pun dapat memudarkan seman"at irreli"ius ketika otoritas kea"amaan bercampur baur atau di ba4ah kekuasaan ne"ara. 2a"i pen"ikut Islam &unni, upa!a pertahanan terbaik mela4an ancaman ini baran"kali kuran" terletak pada pembaharuan iman seperti pada Reformasi Protestan, melainkan lebih pada pendalaman iman tentan" pluralisme dan pemikiran !an" men#adi ciri utama kaum Islam &unni se#ak dahulu

kala, tetapi #ustru telah dirusak oleh mereka !an" men"in"kari 4arisan besar tradisi Islam &unni. Robert < =efner &rofesor ntropologi gama di +niversitas 1oston" merika Serikat- &enulis 1uku Civil )slam" .&rinceton" 2333/- dan 4ditor %amu pada 5ew Cambridge ,istory of )slam" 6olume 6) Selamat #atan&) Pro'esor A*ami+ Adnin Armas Kandidat Doktor di I&6*C-II9) Kuala Lumpur Pada BD )aret >DD@ ada sebuah peristi4a pentin" dalam se#arah pemikiran Islam di Indonesia karena kedatan"an seoran" ulama dan cendekia4an kaliber internasional, Prof Dr )uhammad )ustafa *%ami, "uru besar &tudi Islam di 9niversitas Ra#a &aud, Ri!adh. Ia datan" untuk meluncurkan bukun!a %he ,istory of the 7ur8anic %e!t from (evelation to Compilation$ Comparative Study with the 9ld and 5ew %estaments, pada > *pril, di &ena!an Jakarta. 2uku ini telah diter#emahkan oleh ti"a oran" doktor dari 9niversitas Islam Internasional !aitu Dr &ohirin &olihin, Dr 9"i &uharto, Dr *nis )alik 6hoha, dan Lili 8uliadi, )*. Di dalam bukun!a !an" terbaru ini, Prof *%ami membandin"kan se#arah *lKuran den"an Per#an#ian Lama dan Per#an#ian 2aru. Di dalam ka#iann!a !an" mendalam tentan" se#arah *lKuran, Prof *%ami men#a4ab den"an san"at me!akinkan pendapat-pendapat para orientalis. &edikit berbeda den"an para ulama dari 6imur 6en"ah !an" lain, Prof *%ami dalam kar!a tersebut men""unakan bukan sa#a referensi dalam bahasa *rab dan In""ris, tetapi #u"a bahasa Prancis dan Jerman. Prof *%ami men"ka#i se#arah Per#an#ian Lama dan Per#an#ian 2aru den"an men""unakan pendapat-pendapat dari kalan"an sar#ana 8ahudi dan Kristen. =asil ka#iann!a menun#ukkan se#arah Per#an#ian Lama dan 2aru men"andun" se#umlah masalah !an" san"at mendasar dan mustahil untuk diselesaikan. Ketika para orientalis men"ka#i *lKuran, mereka sudah men"asumsikan sebelumn!a, se#arah *lKuran sama sa#a den"an se#arah GGkitab suciGG mereka. Disebabkan kitab suci mereka bermasalah, maka *lKuran #u"a dian"""ap bermasalah. ,enten& pertahanan Kar!a Prof *%ami !an" bernilai ilmiah tin""i ini san"at bermanfaat untuk di#adikan benten" pertahanan dalam men"hadapi tantan"an pemikiran para orientalis !an" bertubi-tubi men"kritik *lKuran. Den"an men""unakan alat biblical criticism se#ak abad ke-./, para orientalis telah membuat berba"ai teori baru men"enai se#arah *lKuran, seperti !an" diformulasikan 6heodor $oldeke (.1B0-./BD , +riedrich &ch4all! (././ , ,d4ard &ell (.1B/-./B> , 7otthelf 2er"straesser (.110-./BB , Leone Caentani (.10/-./B@ , Jtto Pret%l (.1/B-./C. , =art4i" =irschfeld (.1@C./BC , Joseph =orovit% (.1?C-./B. , Richard 2ell (.1?0-./@B , *lphonse )in"ana (.11.-./B? , *rthur Jeffer! (.1/B-./@/ , Re"is 2lachere (./DD-./?B , John <ansbrou"h (./>1->DD> , dan !an" masih hidup seperti *ndre4 Rippin, =arald )ot%ki dan masih ban!ak la"i lainn!a. )elalui kar!an!a, *%ami men#a4ab berba"ai permasalahan dan terperinci seputar se#arah *lKuran. Ia melacak se#arah *lKuran den"an menun#ukkan berba"ai fakta !an" san"at me!akinkan. Ia #u"a membantah berba"ai pendapat

para orientalis terkemuka dalam studi *lKuran. Ia menun#ukkan kelemahan pendapat *rthur Jeffer! !an" men!atakan *lKuran tidak memuat *l-+atihah, *l$ass dan *l-G*laK karena surah-surah tersebut tidak ada dalam mushaf *bdullah ibn )asGud. Ia #u"a menun#ukkan kelemahan pendapat *rthur Jeffer! karena berpendapat mushaf 9ba!! ibn KaGb men"andun" dua surah ekstra, dari !an" selama ini diketahui kaum )uslimin. Ia #u"a menun#ukkan ketidak#u#uran *lphonse )in""ana, !an" pernah men#adi "uru besar di 9niversitas 2irmin"ham, In""ris, ketika men"edit varian bacaan. Dan, ia menun#ukkan berba"ai kesalahan pemikiran !an" dilakukan oleh berba"ai orientalis lain seperti 7ustav +lu"el, 6heodor $oldeke dan 7erd R Puin. Pembahasan men"enai se#arah *lKuran muncul men#adi isu dikalan"an para orientalis setelah para teolo" Kristen dan 8ahudi menemukan se#umlah masalah !an" san"at mendasar men"enai se#arah Per#an#ian Lama dan 2aru. Disebabkan berba"ai masalah !an" meliputi se#arah Per#an#ian Lama dan 2aru, maka ban!ak di kalan"an para teolo" Kristen dan 8ahudi sudah tidak memperca!ai la"i #ika Kedua Per#an#ian tersebut berasal dari 6uhan. 6erlalu ban!ak campur tan"an manusia !an" telah merusak teks asli. Jleh sebab itu, *rthur Jeffer! berpendapat a"ama !an" memiliki kitab suci akan memiliki masalah dalam se#arah teks (te!tual history). &ebabn!a, tidak ada satupun auto"rafi dari naskah asli dulu !an" masih ada. Den"an men""unakan metode-metode penelitian kritis modern (biblical criticism), Jeffer! in"in men"edit *lKuran secara kritis (a critical editon of the 7ur8an). Ia men"analisis se#arah teks *lKuran dari %aman Rasulullah &*< sampai tercetakn!a teks :iraah. Ia men!impulkan sebenarn!a terdapat berba"ai mushaf tandin"an (rival codices) terhadap mushaf 9thmani. Pada tahun ./??, John <ansbrou"h (>DD> menerapkan literary;source criticism dan form criticism ke dalam studi *lKuran. <ansbrou"h berpendapat kanonisasi teks *lKuran terbentuk pada akhir abad ke-> =i#rah. Jleh sebab itu, semua hadits !an" men!atakan tentan" himpunan *lKuran harus dian""ap seba"ai informasi !an" tidak dapat diperca!a secara historis. &emua informasi tersebut adalah fiktif !an" pun!a maksud-maksud tertentu. &emua informasi tersebut mun"kin dibuat oleh para fu:aha8 untuk men#elaskan doktrin-doktrin s!ariah !an" tidak ditemukan di dalam teks, atau men"ikut model peri4a!atan teks orisinal Pantekosta dan kanonisasi Kitab &uci Ibrani. &emua informasi tersebut men"asumsikan sebelumn!a 4u#udn!a standar (canon) dan karena itu, tidak bisa lebih dahulu dari abad ke-B =i#riah. )enurut <ansbrou"h, untuk men!impulkan teks !an" diterima dan selama ini di!akini oleh kaum )uslimin sebenarn!a adalah fiksi !an" belakan"an !an" direka!asa oleh kaum )uslimin. 6eks *lKuran baru men#adi baku setelah tahun 1DD ). Pemikiran para Jrientalis #u"a mempen"aruhi beberapa pemikir )uslim kontemporer seperti )ohammed *rkoun dan $asr =amid *bu (a!d. )elacak se#arah *lKuran, )ohammed *rkoun san"at men!a!an"kan #ika sar#ana )uslim tidak mau men"ikuti #e#ak kaum 8ahudi-Kristen. )enurutn!a, sar#ana )uslim menolak men""unakan metode ilmiah (biblical criticism) karena alasan politis dan psikolo"is. Politis karena mekanisme demokratis masih belum berlaku. Psikolo"is karena pandan"an muktazilah men"enai kemakhlukan *lKuran di dalam 4aktu

"a"al. *kibat menolak biblical criticism, maka dalam pandan"an *rkoun, studi *lKuran san"at ketin""alan dibandin" den"an studi 2ibel. Ia berpendapat metodolo"i John <ansbrou"h meman" sesuai den"an apa !an" selama ini meman" in"in ia kemban"kan. Dalam pandan"an *rkoun, mushaf G9thman tidak lain han!alah hasil sosial dan buda!a mas!arakat !an" di#adikan GGtak terpikirkanGG disebabkan semata-mata kekuatan dan pemaksaan pen"uasa resmi. 9ntuk men"ubah GGtak terpikirkanGG (unthinkable) men#adi terpikirkan (thinkable), *rkoun men"usulkan supa!a membuda!akan pemikiran liberal (free thinking). &eirama den"an )ohammed *rkoun, $asr =amid berpendapat teks *lKuran terbentuk dalam realitas dan buda!a, selama lebih dari >D tahun. Jleh sebab itu, *lKuran adalah Gproduk buda!aG (munta< tha:afi). Ia #u"a men#adi produsen buda!a (munti< li al-tha:afah) karena men#adi teks !an" he"emonik dan men#adi ru#ukan ba"i teks !an" lain. Disebabkan realitas dan buda!a tidak bisa dipisahkan dari bahasa manusia, maka $asr =amid #u"a men"an""ap *lKuran seba"ai teks bahasa (nas lughawi). Realitas, buda!a, dan bahasa, merupakan fenomena historis dan mempun!ai konteks spesifikasin!a sendiri. Jleh sebab itu, *lKuran adalah teks historis (a historical te!t). =istorisitas teks, realitas, dan buda!a sekali"us bahasa, menun#ukkan bah4a *lKuran adalah teks manusia4i (nas insani). Den"an berpendapat seperti itu, $asr =amid mene"askan bah4a teks-teks a"ama adalah teks-teks bahasa !an" bentukn!a sama den"an teks-teks !an" lain di dalam buda!a. &ekalipun asal muasaln!a dari 6uhan, namun $asr =amid, seba"aimana &chleiermacher, berpendapat studi *lKuran tidak memerlukan metode !an" khusus. Jika metode khusus dibutuhkan, maka han!a seba"ian manusia !an" memiliki kemampuan sa#a !an" bisa memahamin!a. )anusia biasa akan tertutup untuk memahami teks-teks a"ama. $asr =amid men!alahkan penafsiran !an" telah dilakukan oleh ma!oritas mufasir !an" selalu menafsirkan *lKuran den"an muatan metafisis Islam. Dalam pandan"an $asr =amid, metodolo"i seperti itu tidak akan melahirkan sikap ilmiah. Den"an men!amakan status *lKuran den"an teks-teks !an" lain, maka $asr =amid mene"askan siapa sa#a bisa men"ka#i *Kuran. Den"an munculn!a berba"ai macam pemikiran GGbaruGG men"enai *lKuran, dan kini dikemban"kan oleh seba"ian kalan"an )uslim di Indonesia, maka kehadiran Prof *%ami meman" san"at pentin" dan tepat momentum. )eman" naman!a belum sepopuler Dr 8usuf Qaradha4i, meskipun se#umlah bukun!a #u"a sudah diter#emahkan ke dalam bahasa Indonesia. $amun, ka#ian *%ami dalam bidan" al-Quran dan hadith san"at strate"is dan mendalam. (

O'ientalis dan 6tudi Al5u'an


!pini 2leh 3 4e#aksi 56 'pr 7889 ! 73:7 pm

'#nin 'rmas -an#i#at Doktor #i IS/';, *alaysia !unLim % #irry dan Pradana +oy telah menanggapi tulisan saya di 'epublika 35E-56=55>4 yang berjudul #elamat atang, Profesor %*amiI. Ketika mengkritik Prof %*ami, !unLim menulis bahwa bagi mereka yang sempat membaca karya-karya +arat tentang studi %lCuran, walaupun tidak mendalam, tentu akan merasa aneh jika tidak menyebut 'ichard +ell, !ontgomery &att, "oshihiko I*utsu, %lford &elch, aniel !adigan, atau Kenneth 9ragg yang banyak menulis karya-karya simpatik tentang %lCuran. Pernyataan !unLim tersebut telah membelokkan masalah yang sebenarnya. =u)an a)a' Prof %*ami dalam karyanya memfokuskan kajiannya kepada perbandingan historisitas %lCuran, Perjanjian 1ama dan Perjanjian +aru. alam studi historisitas %lCuran, %*ami telah membahas pendapat orientalis terkemuka dunia dalam sejarah %lCuran seperti $oldeke, !ingana, dan ;effery. #edangkan orientalis yang disebutkan oleh !unLim bukanlah orientalis terkemuka dalam studi sejarah %lCuran. ;udul buku 'ichard +ell dan !ontgomery &att 3Introduction to the -uran, E<M54 saja sudah menunjukkan bahwa karya +ell dan &att adalah karya pengenalan kepada %lCuran. +ell dan &att hanya mengulangi pendapat para orientalis sebelumnya. Pendapat +ell yang menganggap !ushaf %bu +akr '% adalah mushaf pribadi, misalnya, merupakan pengulangan dari pendapat para orientalis sebelumnya seperti $oldeke, 9aentani, #chwally, !ingana, ;effery dan lain-lain. !unLim juga tidak tepat ketika memasukkan nama "oshihiko I*utsu, %lford &elch, aniel !adigan, dan Kenneth 9ragg dalam kritikannya kepada %*ami. #ebabnya, kesemua orientalis tersebut bukanlah sarjana apalagi pakar dalam studi sejarah %lCuran. Padahal, karya %*ami adalah membahas sejarah %lCuran. #elain itu, !unLim dengan mengutip pendapat %rkoun, menyayangkan kaum !uslim karena mentashbihkan !ushaf .tsmani. alam pandangannya, para sahabat terkemuka mengeluh dengan terwujudnya standartisasi !ushaf .tsmani. Kesimpulan !unLim terhadap !ushaf .smani menunjukkan ketidaktahuannya tentang berbagai fakta dan pendapat para sahabat yang telah menerima !ushaf .tsmani dengan sepenuh hati. !usLab ibn #aLd menyatakan bahwa tidak seorangpun dari !uhajirin, %nsar, dan orangorang yang berilmu mengingkari perbuatan .tsman '%. %li bin %bi "alib menyatakan, LL#eandainya aku yang berkuasa, niscaya aku akan berbuat mengenai mushaf sebagaimana yang .tsman buat.LL "habit ibn imarah al-Hanafi menyatakan bahwa ia mendengar dari Dhanim ibn -is al-!a*ni yang menyatakan, LL#eandainya .tsman belum menulis !ushaf, maka manusia akan mulai membaca puisi.LL #elanjutnya, %bu !ajla* mengatakan, LL#eandainya .tsman tidak menulis %lCuran, maka manusia kan terbiasa membaca puisi.LL 31ihat karya ibn %bi aud #ulaiman al-#ijistani, Kitab al-!asahif dan juga karya %bu L.bayd, 0adail %lCurLan4. +ahkan %bu .bayd 3==6 H4, sejak kurang lebih E.=55 tahun yang lalu, telah menghimpun pernyataan beberapa sahabat mengenai !ushaf .tsmani dan menyimpulkan bahwa hukumnya kafir bagi siapa yang mengingkari !ushaf .tsmani. ;adi, para sahabat menyepakati tindakan .tsman untuk menghimpun %lCuran. Kesepakatan tersebut juga tercermin di dalam salah satu syarat sahnya sebuah Ciraah, yaitu harus sesuai dengan ortografi !ushaf .tsmani. #yarat ini merupakan ijma ulama.

Ke'a3uan ada =ibel "anggapan kepada artikel #elamat atang, Prof %*amiI juga dikemukakan oleh Pradana +oy. alam pandangannya, dialog antarkitab perlu dilakukan secara akademis. #ebenarnya, pernyataan Pradana menunjukkan ketidaktahuannya akan sejumlah permasalah mendasar dari Perjanjian 1ama dan Perjanjian +aru. Perjanjian 1ama, misalnya, juga merupakan kitab yang sangat tua dan mungkin paling banyak dikaji manusia, tetapi tetap masih merupakan misteri hingga kini. 'ichard ?lliot 0riedman, dalam bukunya, &ho &rote the +ible, menulis bahwa hingga kini siapa yang sebenarnya menulis kitab ini masih merupakan misteri. 3It is a strange fact that we have never known with certainty who produced the book that has played a central role in our civili*ation4. Ia mencontohkan, "he +ook of "orah, atau "he 0ive +ook of !oses, diduga ditulis oleh !oses. +ook of 1amentation ditulis $abi ;eremiah. #eparuh !a*mur ditulis King avid. "etapi, kata 0riedman, tidak seorang pun tahu, bagaimana penyandaran itu memang benar. "he 0ive +ook of !oses, kata 0riedman, merupakan teka-teki paling tua di dunia. "idak ada satu ayat pun dalam "orah yang menyebutkan, bahwa !oses adalah penulisnya. #ementara di dalamnya dalam teks-nya dijumpai banyak kontradiksi. "eks Perjanjian +aru dalam bahasa )unani Kuno yang pertama kali mendapat sambutan di pasaran adalah edisi naskah yang diterbitkan pada tahun E>EG oleh esiderius ?rasmus 3E>AG4. "ahun E>E<, terbit edisi kedua "eks +ible dalam bahasa )unani Kuno. "eks ini digunakan oleh !artin 1uther dan &illiam "yndale untuk menerjemahkan +ible dalam +ahasa ;erman 3E>==4 dan Inggris 3E>=>4. "ahun-tahun berikutnya banyak terbit +ible bahasa )unani Kuno yang berbasis pada teks versi +y*antine. %ntara tahun E>EG sampai EGAA terbit sekitar EG5 versi +ible dalam bahasa )unani Kuno. alam edisi )unani Kuno ini dikenal istilah "eNtus 'eceptus yang dipopulerkan oleh +onaventura dan %braham ?l*evier. $amun, edisi ini pun tidak jauh berbeda dengan EG5 versi lainnya. 31ihat, +ruce !. !et*ger, % "eNtual 9ommentary on the Dreek $ew "estament, hlm NNii-NNiv4. ;adi, meskipun sekarang talah ada kanonisasi, tetapi menurut !et*ger, adalah mungkin untuk menghadirkan edisi lain dari "he $ew "estament. #elain itu, para sarjana +ibel terkemuka seperti Karl 1achmann 3E8>E4, 1obegott 0riedrich 9onstantin von "ischendorf 3E8M64, #amuel PrideauN "regelles 3E8M>4, Henry %lford 3E8ME4, +rooke 0oss &estcott 3E<5E4, +ernhard &eiss 3E<E84, Hermann 0reiherr von #oden 3E<E64 telah meninggalkan "eNtus 'eceptus edisi ?rasmus. !enurut ;ohann #alomo #emler 3EM<E4, bagian-bagian dari Perjanjian +aru bukanlah wahyu. Bleh sebab itu, menurut #emler, isi Perjanjian +aru tidak dapat diterima sebagai otoritatif O1ihat &erner Deorg Kummel, "he $ew "estament7 "he History of the Investigation of Its Problem 3E<M=4P. ;adi, kalangan sarjana +ibel sendiri sudah menyimpulkan bahwa +ibel memuat sejumlah permasalahan mendasar yang tidak mungkin untuk diselesaikan. +ibel bukanlah sebuah kitab suci yang dipahami masyarakat Kristen awam. #tudi kritis +ibel 3+iblical criticism4 telah berkembang dengan begitu mapan. Kajian historis terhadap +ibel yang telah dilakukan oleh para sarjana +ibel telah menunjukkan bahwa teks resmiJteks standart +ibel sama sekali tidak bisa diterima. ;adi, dialog mengenai sejarah +ibel perlu diselesaikan terlebih dahulu oleh kalangan sarjana +ibel, sebelum melakukan dialog antarkitab. #ebabnya, banyak sarjana Kristen yang sudah pun menolak otentisitas +ibel. ;ika sarjana +ible sendiri menunjukkan begitu seriusnya problema yang dihadapi teks +ible, maka sekarang sarjana dari kalangan !uslim yang mencoba-coba menyeret problema itu untuk diaplikasikan dalam studi %lCuran.

Pen3a'uh o'ientalis

#elain itu, baik !unLim atau Pradana menyebutkan beberapa orientalis seperti &att, !adigan, Kenneth 9ragg bersikap simpatik kepada %lCuran. Padahal, &att dan 9ragg tetap menyatakan bahwa $abi Isa %# mati di tiang salib, suatu kepercayaan yang secara diametral bertentangan dengan penjelasan %lCuran. #edangkan !adigan berpendapat para sahabat melakukan bidLah karena telah menghimpun %lCuran ke dalam sebuah kitab. 1ebih jauh lagi, dalam pandangan !adigan, %lCuran yang dihimpun dalam sebuah kitab merupakan sumber dari faham fundamentalisme agama. #ebenarnya, adalah hal yang normal dan bisa dipahami, bahwa para orientalis akan selalu mengkritik %lCuran. #epanjang sejarah, sejak 1eo III 3M6E4 sehingga abad ke-=E ini, kajian orientalis terhadap %lCuran selalu diwarnai dengan paradigma )ahudi-Kristen. !ereka menggunakan metodologi +ibel untuk diterapkan kepada %lCuran. !ereka tidak akan menerima kebenaran %lCuran. ;ika mereka menerima kebenaran %lCuran, konsekwensinya mereka akan masuk Islam dan meninggalkan agama mereka yang dengan sangat jelas disalahkan oleh %lCuran. Pendapat-pendapat yang menolak otentisitas !ushaf .tsmani telah dilakukan oleh para ulama sepanjang masa. %bu L.bayd, misalnya, pada abad ke-= H pernah menyatakan, LL.saha .tsman mengkodifikasi %lCuran akan tetap dan sentiasa dijunjung tinggi, karena hal itu merupakan sumbangannya yang paling besar. !emang dikalangan orang-orang yang menyeleweng ada yang mencelanya, namun kecacatan merekalah yang tersingkap, dan kelemahan merekalah yang terbongkar.LL 31ihat al--urthubi, al-;aamiL li %hkam al-uran, E7 864. #elain itu, %bu +akr al-%nbari, pada abad ke-A H telah menulis buku berjudul al-'add Lala !an Khaalafa !ushaf .tsmaniy 3#anggahan "erhadap Brang yang !enyangkal !ushaf .tsmani4. 3al--urthubi, E7>4. +egitu juga dengan al--urthubi, pada abak ke-M H, seorang ahli tafsir berwibawa dan masyhur, dalam mukadimah kitab tafsirnya menyediakan satu bab khusus tentang hujah dalam menyanggah orang yang mencela %lCuran dan menyangkal !ushaf .tsmani dengan OdakwaanP adanya penambahan dan pengurangan. 3al--urthubi, E785-8G4. +egitu juga dengan Prof %*ami, pada abad ke-=E ini. #arjana !uslim mestinya memiliki pendekatan tersendiri terhadap kajian %lCuran. ;ika kita bersikap kritis maka kita harus terlebih dulu memiliki cara-pandang seorang !uslim, bukan cara pandang yang netral atau cara pandang yang cenderung dipengaruhi orientalis atau Islamolog +arat. #ebab ilmu itu sendiri tidak netral. #elama ini kajian para orientalis lebih bersifat empiris yang positivistik yang diwarnai oleh pandangan hidup +arat sekulerliberal. Ini menunjukkan krisis epistemologis yang serius. &allahu aLlam. 3'io14 Orientalisme dan #ialo& Antarkita"
Oleh :

Pradana ,oy -./ Dosen 9)) )alan" dan )ahasis4a 6he *ustralian $ational 9niversit! (*$9 Dalam tulisann!a di harian ini (D.5DC5>DD@ !an" ber#udul Selamat =atang" &rofesor zami>, *dnin *rmas telah men"informasikan kepada kita tentan" lahirn!a seoran" akademisi )uslim !an" memiliki kemampuan mumpuni di bidan" ka#ian *lKuran. Di sampin" memperkenalkan profil ilmu4an dari Ri!adh ini penulis #u"a berusaha menarik simpati mas!arakat Indonesia terhadap tokoh ini, dan pada saat !an" sama mendele"itimasi kar!a-kar!a serupa !an" pernah

dihasilkan, utaman!a oleh orientalis. )enarikn!a la"i, apa !an" diun"kapkan oleh *dnin dalam tulisan itu adalah bah4a Professor *%ami melakukan perbandin"an den"an Per#an#ian Lama dan Per#an#ian 2aru untuk membuktikan otentisitas *lKuran. )enarik, men"in"at salah satu poin pentin" dalam dialo" antara"ama, khususn!a antara Islam dan Kristen, adalah pandan"an dan persepsi terhadap kitab suci masin"-masin" a"ama. 2aik umat Islam maupun Kristiani memiliki pandan"an !an" spesifik berkaitan den"an kitab suci a"ama lain. Hu"un&an slam$Kristen 9mat Islam, misaln!a, secara umum menerima bah4a In#il adalah ba"ian dari kitab suci umat bera"ama !an" harus di!akini

Posted at DC'>1 pm b! =*$I+-)*C=+9D( )ake a comment Permalink )a! >1, >DD@ opini Jpini

&abtu, >1 )ei >DD@

&piritualitas Perkotaan

*nto D4iastoro *2*D ke->. menandai fenomena menarik dalam kehidupan mas!arakat kota di Indonesia, !aitu munculn!a minat lebih tin""i dari biasan!a terhadap #alan spiritual (the spiritual path . &ampai dikatakan, abad ini merupakan abad spiritual. 6ampakn!a #alan spiritual telah men#adi pilihan ketika manusia modern membutuhkan #a4aban-#a4aban esensial atas eksistensi dirin!a dalam hidup di ten"ah dinamika perkotaan. ),$7*P* kecenderun"an ini ter#adi bisa ditelusuri secara historis dan psikolo"is pada buda!a Indonesia secara umum. $amun, pada dasarn!a, fenomena !an" belakan"an ini marak berakar pada "e#olak mas!arakat perkotaan di Indonesia seba"ai akibat krisis berkepan#an"an !an" menimpa ne"eri ini. Ju"a dekadensi moralitas !an" memen"aruhi "a!a hidup oran" kota. &PIRI69*LI6*& adalah bidan" pen"ha!atan batiniah kepada 6uhan melalui lakulaku tertentu !an" sebenarn!a terdapat pada setiap a"ama. $amun, tidak semua pen"anut a"ama menekunin!a. 2ahkan beberapa a"ama memperlakukan aktivitas pemberda!aan spiritual seba"ai praktik !an" tertutup, kha4atir dicap FklenikF.

Lokus spiritualitas adalah diri manusia. 2ila 4ila!ah psikolo"i men"ka#i #i4a seba"ai ps!che (dalam terminolo"i spiritual lebih dikenal seba"ai e"o , spiritualitas men!entuh #i4a seba"ai spirit. 2uda!a 2arat men!ebutn!a inner self (diri pribadi , sesuatu !an" FdiisikanF 6uhan pada saat manusia diciptakan. )eski di!akini bah4a a"ama berasal dari 6uhan, namun spiritualitas adalah area manusia. &piritualitas adalah sikap !an" me!akini adan!a kehadiran dan campur tan"an 6uhan dalam diri manusia, meski tidak mesti demikian. &erin" men#adi pertan!aan, men"apa pemberda!aan spiritualitas !an" serin" dicap klenik dapat mudah dilakukan pada masa perkemban"an Islam di Indonesia. &imuh dalam &ufisme Ja4a' 6ransformasi 6asa4uf Islam ke )istik Ja4a (>DD> , men#elaskan bah4a kemun"kinan itu dapat ter#adi karena Islam !an" masuk ke Indonesia bukanlah Islam a%ali, !an" berasal lan"sun" dari #a%irah *rab, melainkan diba4a oleh peda"an" Persia dan 7u#arat. Dan Persia, khususn!a, adalah sentra perkemban"an tradisi tasa4uf. 6asa4uf sendiri terba"i men#adi dua' 6asa4uf Islam !an" mementin"kan sikap hidup !an" tekun beribadah serta men"acu kepada *l Quran dan =adis dan 6asa4uf )urni atau )istikisme !an" menekankan pada pen"etahuan hakikat 6uhan. 2erakhirn!a era tasa4uf Islam pada tahun ?>1 ) memperkuat du"aan bah4a aliran tasa4uf !an" masuk pada a4al perkemban"an Islam di Indonesia bersifat mistikisme. )en"acu pada pen"ertian FmiskismeF seba"ai suatu a#aran atau keperca!aan bah4a pen"etahuan akan hakikat dan tentan" 6uhan dapat diperoleh melalui meditasi atau pen!adaran spiritual tanpa melibatkan panca indera dan akal pikir, dapat dimen"erti men"apa Islam di Indonesia mampu berkompromi den"an buda!a =indu-2uddha, dan se"era berkonsekuensi pada per"erakan mistikisme Ja4a atau Ke#a4en. )istikisme subur di mas!arakat pedesaan karena pada masa kolonial =india 2elanda aliran-aliran ini menampilkan fi"ur simbolis Imam )ahdi !an" berhasil men!okon" seman"at rak!at menentan" pen#a#ahan. Karena itu, mistikisme lantas dian""ap aliran keperca!aan mar"inal, !an" tidak mampu men!okon" aspirasi mas!arakat perkotaan !an" umumn!a terpela#ar serta lebih rasional. 2aru pada tahun ./>D-an hin""a ./BD-an aliran mistikisme mendapat tempat di hati mas!arakat pribumi !an" tertekan seba"ai akibat depresi besar !an" ten"ah melanda dunia pada saat itu. =al ini merupakan konsekuensi lo"is dari suatu mas!arakat !an" men"alami "an""uan ke#i4aan akibat krisis ekonomi. &ementara itu, a"ama dirasakan tidak mampu memban"kitkan kesadaran spiritual mas!arakat, !an" terutama disebabkan oleh penentan"an kaum )uslim a%ali !an" men"edepankan ketaatan lahiriah dan rasional den"an nilai-nilai Fpahala-dosaF dan Fsur"a-nerakaF. 2ersamaan den"an itu, bermunculan fi"urfi"ur !an" men"aku mendapat 4ah!u dari 6uhan untuk membersihkan dosa-dosa umat men"hadapi kiamat-isu !an" meluas men!usul kondisi dunia !an" kacaubalau diterpa depresi besar. 6,RD*P*6 dua landasan analisis di balik munculn!a tren spiritualitas perkotaan belakan"an ini. Pertama, dari sudut pandan" psikolo"i sosial, kebutuhan akan #alan spiritual merupakan konsekuensi penderitaan psikis mas!arakat !an" tertekan oleh krisis ekonomi. Kedua, dari sudut pandan" anti-reli"ious intellectualism !an" men"an""ap tren belakan"an ini seba"ai upa!a popularisasi

aliran mistikisme !an" esoterik. Landasan kedua kuran" dapat diterima men"in"at se#umlah #alan spiritual !an" dimasuki mas!arakat kota de4asa ini telah eksis di Indonesia se#ak lama, meski masih bersifat mar"inal. FPopularisasiF rasan!a kuran" tepat, melainkan lebih merupakan Fpen"adopsianF dampak positif amalan se#umlah konsepsi spiritualitas !an" diterima seba"ai solusi ba"i derita psikis mas!arakat kota. Dalam kaitan kondisi psikolo"is akibat krisis berkepan#an"an, landasan pertama dapat diterima seba"ai latar belakan" marakn!a tren kebutuhan akan Jalan &piritual di ten"ah dinamika perkotaan. Di sampin" itu, #u"a kemerosotan nilainilai moral !an" demikian mudah merembes ke "a!a hidup mas!arakat kota. &piritualitas selama ini termar"inalisasi. Dan meman" konsepsi pen"ha!atan kepada kekuasaan 6uhan dapat diterima den"an mudah oleh alam ba4ah sadar mas!arakat pedesaan karena hidup mereka !an" Fapa adan!aF. )ereka beker#a untuk memenuhi keperluan hidup. 2erbeda den"an kecenderun"an mas!arakat perkotaan !an" men#adikan a"ama sekadar ke4a#iban, ba"i mas!arakat desa a"ama adalah kebutuhan, !an" secara praktis-setelah melalui proses pemberda!aan sisi spiritualitasn!a-dapat memberi mereka #a4aban-#a4aban esensial untuk melakoni hidup. 2a"i mas!arakat kota, situasi kehidupan materialisme membuat materi men#adi solusi kebaha"iaan sehin""a pen"ha!atan a"ama terkesampin"kan. Ketika intelektualisme dan materialisme kian men"akar dalam se"ala se"i kehidupan kota, mas!arakat mulai "aman", terutama se#ak pukulan krisis ekonomi berdampak pada merosotn!a nilai materi seba"ai solusi kebaha"iaan. Intelektualisme pun, pada tin"kat tertentu, berbenturan den"an dindin" kokoh !an" men"halan"i #alan manusia menu#u 6uhan. =akikatn!a, manusia adalah makhluk spiritual !an" hidup di alam materi. 2ukan sebalikn!aR )en"apa pemberda!aan spiritualitas dapat den"an mudah dicerap mas!arakat kota !an" "aman"A &e#auh !an" dapat diketahui, #alan spiritual #aran" menerapkan ketaatan !an" dipaksakan atau doktrin do"matis. &ifat esoterisme #alan spiritual #u"a mempun!ai peran pentin" dalam memudahkan oran" menerima amalan-amalann!a. Dalam hal ini, hubun"an den"an 6uhan bersifat pribadi, !an" men!ebabkan proses pen!embuhan ke#i4aan si pelaku berlan"sun" relatif mudah karena ia cenderun" mematuhi tuntunan diri pribadin!a. &eba"ai contoh praktis, simak pendekatan-pendekatan !an" diterapkan beberapa Jalan &piritual di ba4ah ini (!an" dipilih karena pen"aruhn!a !an" mendunia . 6asa4uf, merupakan interpretasi transformatif dari Islam. 2a"aimanapun, ban!ak dari para eksponenn!a men!okon" doktrin-doktrin !an" dapat dipandan" kaum )uslimin seba"ai sesuatu !an" asin" ba"i a"ama mereka. Ka4asan perkemban"ann!a terpusat di 6imur 6en"ah dan *sia. 6erdapat ribuan tarekat &ufi di seluruh dunia, baik !an" eksklusif Islam maupun lintas a"ama. *spekaspek tertentu dari tasa4uf belakan"an ini mulai merebut perhatian dan popularitas di antara para pencari spiritual, terutama karena upa!a-upa!a !an" dilakukan eksponen terkemukan!a di %aman modern ini, !aitu Idries &hah (menin""al tahun .//0 . Pen!erahan diri secara lan"sun" kepada 6uhan merupakan tema sentral amalan

batiniahn!a. *pa !an" disin""un" oleh para penulis &ufi adalah suatu keadaan !an" direpresentasi oleh FkemabukanF, FpembebasanF, Fpen!erapan diri ke dalam &an" KuasaF (imanensi dan seba"ain!a, !an" timbul seba"ai hasil dari kepasrahan sepenuhn!a, dan tidak didukun" oleh upa!a !an" bersan"kutan. 7a"asann!a adalah bila kita men!erahkan semua hasrat, harapan, ketakutan dan an"an- an"an tanpa terkecuali, maka !an" tersisa adalah rasa diri !an" hakiki. Pen"ka#ian tasa4uf kini ban!ak dilakukan di dalam pen"a#ian-pen"a#ian eksklusif pen"usaha dan selebriti di kota-kota besar. 2elakan"an malah me4abah diskusidiskusi 4acana Ftasa4uf modernF atau Ftasa4uf saintifikF di Jakarta, 2andun", 8o"!akarta, dan &uraba!a. &usila 2udhi Dharma (&ubud , merupakan suatu perkumpulan spiritual !an" didirikan oleh )uhammad &ubuh &umohadi4id#o#o. 8an" men"a"umkan dari sebuah aliran !an" berasal dari Indonesia, !an" tidak pun!a reputasi internasional di bidan" spiritualitas, pada tahun ./@? &ubud menarik perhatian dan men!ebar ke seluruh dunia, dan menarik minat para pen"ikut spiritual lainn!a, termasuk para pen"anut dari semua a"ama utama. =in""a kini, or"anisasi internasionaln!a beran""otakan hampir tu#uh puluh ne"ara. Di Indonesia sendiri &ubud berkemban" baik di perkotaan maupun pedesaan dan an""otan!a mencakup kalan"an intelektual, birokrat, dan pebisnis. &ubud me4akili suatu paradi"ma baru di mana kekuasaan di balik kehidupan manusia dapat diakses lan"sun" oleh semua oran" tanpa s!arat amalan khusus serta meniadakan keter"antun"an murid kepada "uru. )eski berasal dari suatu pen"alaman spiritual, &ubud bukan a"ama ataupun aliran keperca!aan, sehin""a kean""otaann!a terbuka ba"i semua pemeluk a"ama, ban"sa maupun buda!a. 6idak ada teori, a#aran atau pela#aran, maupun tata cara ritual pen!embahan. Di &ubud unsur !an" konstan dan aktif adalah latihan berserah dirin!a !an" dikenal seba"ai latihan ke#i4aan, suatu bentuk pelatihan pada isi dari diri. Latihan ke#i4aan merupakan suatu keadaan pen!erahan diri secara ikhlas di mana di dalamn!a akan terasa suatu ener"i. ,ner"i ini memotivasi seoran" peserta sesuai den"an kondisin!a pada 4aktu itu. Pen!erahan diri di &ubud dilakukan lan"sun" kepada kekuasaan 6uhan tanpa upa!a atau perantaraan apa pun. )en"adakan upa!a atau perantaraan #ustru bertentan"an dalam konteks ini. *liran eklektis (electic movements -disebut demikian karena aliran-aliran esoteris tersebut men!empal dari tradisi kea"amaan !an" sudah mapan dan mencampuradukkan "a"asan-"a"asan dari a"ama atau keperca!aan !an" lain. Per"erakan biasan!a dipelopori pendeta, imam atau pemimpin pada institusi kea"amaan !an" disempalin!a. +aktor pen!ebabn!a, pada umumn!a adalah terabaikann!a pemberda!aan spiritualitas dalam praktik-praktik ibadahn!a serta ketidakpuasan terhadap doktrin-doktrin do"matis !an" men#un#un" rasionalisme. (en dan &cientolo"! adalah contoh dari per"erakan ini. 2eberapa ashram 8o"a #u"a berimplementasi men#adi aliran pemberda!aan spiritualitas den"an men"adaptasi filsafat etika =indu. Keban!akan aliran eklektis memakai pendekatan teosofi (paduan teolo"i dan filsafat serta meditasi transendental dalam memba4a pen"ikutn!a ke #alan spiritual. Di *merika &erikat dan ,ropa ban!ak pen"ikut aliran eklektis berasal dari kalan"an selebriti, intelektual, dan pe#abat pemerintahan. )*&* depan keberlan"sun"an spiritualitas perkotaan susah ditebak. &emuan!a

ter"antun" pada kondisi mental spiritual mas!arakat dan perkemban"an sosial, ekonomi, dan politik. &ampai beberapa 4aktu lalu, pendidikan a"ama lebih ditekankan pada pen"emban"an nalar sehin""a manusia sibuk berintelektualisasi dan berasionalisasi, tapi kuran" men"emban"kan spiritualitas. Padahal dalam diri manusia terdapat potensi dan kecenderun"an !an" berorientasi pada ob!ek pemikiran dan kontemplasi pada realitas di luar 4ila!ah materi, !an" biasa disebut realitas spiritual. Dalam otak manusia terdapat apa !an" disebut Danah (ohar (&piritual Intelli"ence' 6he 9ltimate Intelli"ence, >DDD seba"ai 7od spot. &eirin" ken!ataan ini, bisa dikatakan bah4a kebutuhan akan spiritualitas ba"i mas!arakat perkotaan akan semakin si"nifikan. &piritualitas mas!arakat kota de4asa ini di mana nilai-nilai, tu#uan hidup, dan kesadaran bah4a diri mereka adalah ba"ian kecil dari sesuatu !an" #auh lebih besar seba"ai ciptaan 6uhan, telah men#adi dasar dari pen"emban"an kepribadian !an" san"at menentukan kebaha"iaan hidup lahir dan batin mereka di ten"ah dinamika perkotaan. *nto D4iastoro *lumnus Jurusan &e#arah +&9I, *ktivis &ebuah Jalan &piritual, 6in""al di &uraba!a

Jpini

&abtu, >1 )ei >DD@

6eolo"i Kekuasaan dalam Konteks Indonesia

*bd *Mla K=*L,D *bou ,l +adl pernah menulis artikel ber#udul Islam and the 6heolo"! of Po4er dalam )iddle ,ast Report tahun >DD. lalu. Dalam tulisann!a ia men!atakan, kekuasaan dan simbol-simbol !an" berkaitan den"an hal itu merupakan perhatian utama dan n!aris satu-satun!a dari "erakan puritanisme fundamentalistik. &*8* tertarik untuk memin#am #udul tersebut dan men"ontekstualisasikann!a den"an Indonesia karena teolo"i kekuasaan tampakn!a #u"a men#adi anutan seba"ian umat Islam Indonesia meski den"an pemaknaan !an" a"ak lain dan karakteristik !an" berbeda dari !an" dicandra oleh intelektual )uslim dari 9CL* itu. *bou ,l +adl men#elaskan, "erakan puritanisme merupakan "erakan !an" bera4al dari sikap bernuansa apolo"etik den"an ciri intellectual self-sufficienc! !an" cenderun" aro"an. )ereka beran""apan, Islam mencakup dan #u"a telah membicarakan se"ala-"alan!a. Isu- isu kontemporer, semuan!a telah ada dalam Islam #auh sebelum 2arat men"an"katn!a. $amun, ketika berhadapan den"an

realitas, di mana he"emoni 2arat be"itu kuat dan institusi modernitas be"itu dominan, mereka ter#ebak ke dalam perasaan kalah, frustrasi dan alienasi. 9ntuk mela4an itu, mereka-masih kata ,l +adl-men"emban"kan teolo"i kekuasaan !an" bercirikan pen"an"katan simbol-simbol dan "erakan kekuatan !an" tanpa kompromi dan bahkan aro"an, bukan sa#a terhadap 2arat dan non)uslim, tapi #u"a terhadap )uslim !an" berbeda aliran. )ereka #u"a cenderun" menolak tradisi dan 4arisan Islam sehin""a aspek kese#arahan Islam !an" ka!a nuansa men#adi terabaikan. )ereka in"in men"emban"kan Islam lan"sun" dari Flan"itF. Perspektif tun""al !an" mereka miliki men"antarkan mereka kepada keber"antun"an terhadap kekuasaan semata. Kekuasaan atau bahkan kekuatan bersen#ata lalu men#adi acuan dalam "erakan-"erakan mereka. D*L*) konteks Indonesia, teolo"i kekuasaan, selain memunculkan diri dalam "erakan-"erakan fundamentalisme !an" #umlahn!a tidak seberapa, #u"a berkemban" dalam bentuk ke!akinan atau an""apan bah4a Islam adalah kekuasaan, atau dalam bentuk sikap !an" lebih lunak, Islam harus dikemban"kan melalui kekuasaan. Paradi"ma ini menisca!akan, se"ala persoalan !an" dihadapi umat Islam, dan ban"sa secara keseluruhan perlu diselesaikan melalui kekuasaan, terutama !an" pun!a le"itimasi, seperti ne"ara den"an se"ala #e#arin"ann!a. Pandan"an semacam itu membuat tokoh-tokoh umat Islam dari berba"ai tin"katann!a salin" berebutan untuk memasuki 4ila!ah kekuasaan. 2ukan sekadar di le"islatif, tapi #u"a 4ila!ah eksekutif. +enomena itu men"uat se#ak masukn!a Indonesia dalam era reformasi dan terus berlan"sun" hin""a saat ini. &eba"ai contoh kecil, di beberapa daerah, terutama di Ja4a 6imur, beberapa kiai masuk ke dalam bursa pencalonan dalam pilkada. 6entu tidak ada !an" salah dalam hal itu selama mereka adalah oran" !an" tepat di tempat !an" tepat dan selama hal itu tidak berdampak pada menciutn!a keberadaan Islam seba"ai rahmatan lil alamien3 seba"ai pi#akan moral dalam men"emban"kan kehidupan !an" ber4atak humanis dalam berba"ai aspekn!a. $amun, dalam realitasn!a mereka in"in masuk #arin"an kekuasaan sekadar bermodalkan karisma tanpa diimban"i visi dan misi !an" #elas. Parahn!a la"i, mereka terhe"emoni teolo"i kekuasaan sehin""a beran""apan han!a melalui kekuasaan semacam itu mereka dapat Fber#uan"F membumikan atau men!ebarkan Islam. Itu pun dalam pen"ertiann!a !an" berbeda-beda, mulai dari !an" substansial dalam bentuk pen"emban"an nilai-nilai Islam, seperti keadilan dan kese#ahteraan hin""a dalam maknan!a !an" eksklusif berupa pene"akan Islam formal dan simboln!a dari atas. 6erlepas Islam model apa !an" in"in dikemban"kan, teolo"i kekuasaan cenderun" menafikan si"nifikansi pen"emban"an Islam dari ba4ah. 6eolo"i semacam itu cenderun" men!ikapi mas!arakat seba"ai ob!ek !an" direka!asa dari atas, bukan seba"ai sub!ek !an" memiliki hak seutuhn!a untuk men"emban"kan diri dan kehidupan mereka sesuai den"an aspirasi, kepentin"an, dan kebutuhan mereka, serta situasi konkret !an" dihadapi mereka. Jika *bou ,l +adl men!atakan, teolo"i kekuasaan kuran" men"har"ai tradisi dan 4arisan Islam, maka dalam konteks Indonesia, teolo"i kekuasaan !an" dianut beberapa tokoh a"ama dan elite Islam Politik men#adikan mereka kuran" peka dalam melihat dan men!ikapi tradisi dan 4arisan ban"sa. )ereka kuran" memiliki

apresiasi !an" memadai atas tradisi ban"sa den"an se"ala pluralitas !an" melekat di dalamn!a. *tau mereka memaknai tradisi berdasarkan ideolo"i dan ukuran-ukuran !an" mereka buat sendiri tanpa ban!ak melibatkan mas!arakat atau kelompok lain !an" berbeda den"an mereka. *kibatn!a, kekon!olan serin" ter#adi seirin" den"an berkemban"n!a teolo"i kekuasaan. )isaln!a, praktikpraktik ke#ahatan tetap marak dan terkadan" berlindun" di balik simbol-simbol a"ama #ustru daerah di mana teolo"i kekuasaan itu marak dan dicoba diimplementasikan. &elain itu, mereka para pen"anut teolo"i kekuasaan kuran" men"har"ai tradisi keulamaan !an" selama ini melekat pada mas!arakat Indonesia. 9lama dalam tradisi Indonesia, bahkan di dunia )uslim secara umum, se#atin!a bukan seba"ai pen"uasa, tapi lebih merupakan pen!ampai a#aran Islam !an" secara keseluruhann!a n!aris bersifat moral. Den"an demikian, ulama dituntut untuk selalu bersikap kritis terhadap kekuasaan dan mampu men"arahkan kekuasaan kepada nilai-nilai moralitas !an" dapat memba4a kepada tercipta dan kukuhn!a keadilan, kese#ahteraan, dan kedamaian ba"i seluruh mas!arakat. 9ntuk itu, mereka seharusn!a tidak masuk dan men#adi ba"ian dari kekuasaan sehin""a kearifan dan ob!ektivitas pandan"an mereka tidak membias. &,J*R*= umat Islam, termasuk di Indonesia, membuktikan, teolo"i kekuasaan tidak pernah men!elesaikan persoalan !an" dihadapi umat. Kendati tampak be"itu FmemesonakanF, ia tak lebih dari upa!a memperalat a"ama untuk kepentin"an sekelompok kecil umat atau eliten!a semata. *ro"ansi !an" melekat dalam teolo"i itu memandulkan nilai-nilai universal Islam !an" luhur !an" men#adikan oran" dan kelompok di luar mereka sendiri seba"ai outsider !an" tidak pernah disikapi secara arif dan adil. Demikian pula teolo"i kekuasaan han!a akan men!ulut ambisi para elite dan tokoh a"ama untuk tetap berada dalam kekuasaan meski ken!ataan membuktikan bah4a mereka "a"al dalam men"emban kekuasaan mereka untuk diabdikan kepada mas!arakat dan ban"sa. Den"an demikian, persoalan ur"en !an" perlu didiskusikan adalah men"emban"kan Islam Indonesia ke depan !an" diharapkan bermakna konkret ba"i ne"ara dan ban"sa, termasuk di dalamn!a umat Islam sendiri. $ilai-nilai moral !an" dikandun" Islam lebih mendesak untuk diimplementasikan ketimban" di#adikan seba"ai kekuasaan, !an" han!a men"undan" perebutan, konflik, dan pertentan"an bukan han!a antara )uslim dan non-)uslim, tapi antarumat )uslim sendiri. *ntara satu aliran den"an aliran !an" lain, bahkan antara faksi !an" satu den"an faksi !an" lain dalam kelompok !an" sama. +akta !an" ada di sekelilin" kita memperlihatkan den"an #elas ken!ataan itu. Irak !an" terus ber"olak, PK2 !an" sibuk men"upa!akan islah, han!a secuil dari se#umlah tra"edi akibat men"uatn!a teolo"i kekuasaan !an" men"he"emoni umat, tepatn!a para elite mereka. *bd *Mla &taf Pen"a#ar pada +akultas *dan dan Pascasar#ana 9I$ &unan *mpel &uraba!a

Posted at D>'DC pm b! =*$I+-)*C=+9D( )ake a comment Permalink *R6IK,L 6,R2*R9 Per#alanan Pan#an" Dunia Pers

Judul 2uku' Jleh' R= &ire"ar, &= ),$9LI& buku tentan" peristi4a @> tahun lalu dan perkemban"ann!a dari 4aktu ke 4aktu meman" bukan perkara mudah. &emakin tidak mudah la"i karena catatan autentik soal ke#adian itu san"at lan"ka. Kalaupun ada, telah men#adi dokumen pribadi, !an" pemeliharaan serta pen!impanann!a kuran" ter#a"a den"an baik. Ke#adian tersebut ialah pembentukan De4an Kehormatan Persatuan <arta4an Indonesia (DK P<I pada >C &eptember ./@>. 2erdirin!a Persatuan <arta4an Indonesia (P<I pada / +ebruari ./C0 di &urakarta tidak dibaren"i den"an pembentukan DK P<I. 2arulah enam tahun kemudian, DK P<I dibentuk berdasarkan amanat Kon"res PI P<I, .-B Juni ./@>, di &alati"a, Ja4a 6en"ah. $amun, autentifikasi ran"kaian peristi4a se#arah pembentukan P<I dan DK P<I tetap sulit dilakukan karena naskah aslin!a tidak ditemukan. Karena itu, pen!usunan buku &eten"ah *bad Per"ulatan ,tika Pers ini didasarkan pada bahan-bahan tertulis !an" dihimpun. &eperti dari buku-buku tentan" se#arah pers nasional, terutama karan"an = &oeba"io I$, !an" dapat dikatakan seba"ai referensi baku men"enai perkemban"an pers Indonesia secara umum dari 4aktu ke 4aktu. 2uku !an" ditulis R= &ire"ar tersebut meman" menarik sekali. &eba"ai tokoh pers !an" lama berkutat dalam ke"iatan DK P<I, ia meman" san"at tepat seba"ai penulis !an" kompilator ba"i buku ini karena pen"alaman soal perkemban"an hukum dan etika pers sudah dikuasain!a. Pembentukan dan perkemban"an tentan" kode etik dipaparkan pada 2ab I. Di dalamn!a, di#elaskan secara luas dan "amblan" men"enai pembentukan DK P<I dan dinamika Kode ,tik Jurnalistik (K,J . =al !an" menarik dalam buku itu men!an"kut per"ulatan etika dan dalam 2ab II, diulas secara rinci maupun ta#am. &alah satun!a, berhubun"an pelaksanaan hak tolak. Khusus soal hak tolak ini, Pasal .B K,J P<I mene"askan, GG<arta4an Indonesia harus men!ebut sumber berita, kecuali atas permintaan !an" bersan"kutan untuk tidak disebut nama dan identitasn!a, sepan#an" men!an"kut fakta dan data, bukan opini. *pabila nama dan identitas sumber berita disebutkan, se"ala tan""un" #a4ab ada pada 4arta4an !an" bersan"kutan.GG Dalam se#arah pers nasional, persoalan hak tolak pernah memperoleh perhatian luas di mas!arakat, selain muncul perbedaan pendapat antara pemerintah dan or"anisasi 4arta4an, dalam hal ini P<I. Karena itu, masalah itu masih perlu ditindaklan#uti lebih khusus. 2ahkan, san"at relevan dan aktual dikaitkan den"an

perkemban"an kebebasan pers saat ini. 2ab III lebih ban!ak men!oroti kesan maupun pesan para an""ota DK P<I dari 4aktu ke 4aktu. )emori tersebut dibuat den"an baik oleh kalan"an an""ota DK P<I !an" telah almarhum melalui tulisan serta artikel !an" diambil dari berba"ai buku dan media cetak. *da pula !an" berdasarkan hasil 4a4ancara dan tulisan sendiri dari para an""ota !an" masih hidup, termasuk aktif dalam masa bakti kepen"urusan >DDB->DD1 hasil Kon"res OOI P<I di Palan"kara!a, Kalimantan 6en"ah, Jktober >DDB. Lebih #auh la"i, &ire"ar men"hadirkan per#alanan DK P<I dari 4aktu ke 4aktu. Diceritakan per#alanan terbentukn!a DK P<I pada >C &eptember ./@> sampai sekaran". 6ermasuk, pen"alaman beberapa nama !an" pernah duduk di DK P<I. 2eberapa nama itu di antaran!a = *"us &alim seba"ai ketua, = )ohammad $atsir (4akil ketua , serta Roeslan *bdul"ani, Prof Dr &oepomo, dan D#a4oto selaku an""ota. Dalam 2ab P lebih ban!ak dibahas kasus !an" pernah dialami beberapa media den"an berba"ai pihak atau instansi. )isaln!a, kasus ma#alah 7atra versus 6omm! &oeharto, De4i &oekarno versus Indonesia <hatGs Jn, 6empo versus 6omm! <inata, Jamsostek versus )edia Indonesia, dan lain-lain. 2uku setebal @.> halaman ini diharapkan dapat memperka!a pen"etahuan pembaca soal kode etik dan se#arah per#uan"an maupun per"ulatan tokoh pers nasional dalam mene"akkan landasan profesi moral dari 4aktu ke 4aktu. =ermin &usant! SSS G&eten"ah *bad Per"ulatan ,tika PersG, R= &ire"ar, &=, De4an Kehormatan P<I >DD@ . *"enda Politis Cultural &tudies

Judul 2uku' Jleh' Chris 2arker

Judul ' Cultural &tudies, 6eori dan Praktik Penulis ' Chris 2arker Penerbit ' 2entan", +ebruari >DD@ Pener#emah dan ' 6im K9$CI, Cultural &tudies Center Pen!untin" 6ebal 2uku ' Eii T @01

D,$7*$ adan!a pemahaman bah4a kebuda!aan adalah proses !an" dialami manusia dalam ruan" 4aktu tertentu, maka tidak relevan la"i pemahaman bah4a kebuda!aan adalah puncak-puncak dari kebuda!aan daerah dan harus dipelihara seba"ai suatu identitas ban"sa. Jika pemahaman !an" pertama menekankan pada se#auh mana upa!a manusia ber"ulat den"an persoalan !an" dihadapin!a sehin""a kebuda!aan adalah ba"ian dari dirin!a !an" palin" intim, maka

pemahaman !an" kedua menekankan pada suatu nilai !an" sekalipun berada di luar manusia tapi harus diha!ati seba"ai ba"ian dirin!a. Den"an pemahaman model !an" pertama, kebuda!aan berubah men#adi kata ker#a karena ia selalu terbuka pada fenomena-fenomena baru sebab ia selalu men"aitkann!a den"an perkara sosial-ekonomi-politik. Kebuda!aan bukan hasil kar!a manusia melainkan proses relasi !an" rumit antara manusia den"an sistem !an" melin"kun"in!a. *dalah &tuart =all den"an Centre for Contemporar! Cultural &tudies di In""ris pada ./0D-an !an" merintis model pemahaman kebuda!aan demikian. 2a"in!a kebuda!aan adalah medan n!ata praktik-praktik, representasi-representasi, bahasa dam kebiasaan-kebiasaan suatu mas!arakat berpi#ak. Ia #u"a memahami buda!a seba"ai suatu bentuk-bentuk kontradiktif akal sehat !an" sudah men"akar pada dan ikut membentuk kehidupan sehari-hari (hal. .D . Den"an kata lain, kebuda!aan adalah persoalan ba"aimana manusia secara lan"sun" berhubun"an den"an kehidupann!a dan ba"aimana ia menafsirkann!a sehin""a terbentuk apa !an" disebut den"an Fcara hidupF. $amun berbeda den"an pandan"an sebelumn!a !an" menempatkan cara hidup seba"ai sesuatu !an" terberi ("ranted maka dalam pemahaman =all kebuda!aan adalah hasil dari konstruksi !an" selalu relatif sebab harus terkait den"an proses !an" ter#adi dalam ruan" dan 4aktu tertentu. *da dua hal !an" men#adi dasar pikiran culture studies sehin""a bukan han!a mendapat le"itimasi secara pemikiran tetapi #u"a mampu men"akomodasi perkemban"an %aman. Pertama, adan!a pemahaman bah4a realitas bukanlah suatu hal !an" berada di luar manusia !an" den"an kemampuan akal budin!a manusia dapat menemukann!a. Realitas adalah suatu konstruksi manusia ketika ia berusaha mendeskripsikan apa itu realitas. Konsep-konsep masa pencerahan adalah usaha tanpa lelah dalam usaha mendeskripsikan perkara realitas ini dan menafikan bah4a semakin konsep itu din!atakan sempurna berkenaan den"an apa itu realitas, pada saat !an" bersamaan realitas itu semakin kabur. &ebab konsep itu berbeda den"an realitas. Konsep adalah uraian abstrak !an" tertuan" melalui bahasa dan bahasa memiliki lo"ikan!a sendiri. Den"an kata lain, apa !an" diden"un"kan oleh pemikiran dari era pencerahan adalah ima#inasi !an" terasionalisasi dan tidak ada persin""un"ann!a den"an realitas. Celah antara konsep dan realitas ini men#adi asumsi dasar culture studies untuk memasuki 4ila!ah-4ila!ah !an" selama ini diabaikan dalam memahami persoalan kebuda!aan. Culture studies menentan" pembedaan tin""i5rendah, estetis5tidak estetis, a"un"5sehari-hari, berkaitan den"an kebuda!aan. Kebuda!aan adalah konstruksi dari pelba"ai per"esekan sosial-ekonomi-politik. Karena itu culture studies san"at berhutan" pada pelba"ai teori !an" men#elaskan relasi manusia den"an lin"kun"ann!a !an" membentuk kedirian semacam pascastruktural, semiotik, dan psikoanalisa. 2erkat asumsi !an" mendasari dan berba"ai teori inilah culture studies mendapat le"itimasi dari se"i perspektif. Kedua, den"an runtuhn!a komunisme seba"ai tanda kemenan"an kapitalisme bukan sa#a men#adikan kapitalisme satu-satun!a sistem ekonomi dunia de4asa ini, tetapi #u"a kapitalisme telah men"ubah hal-hal !an" mendasar berkaitan den"an cara hidup mas!arakat dunia. &e#ak kapitalisme a4al mentransformasi dirin!a di titik konsumsi seusai titik produksi, maka kapitalisme men"ubah 4u#udn!a !an" kaku den"an 4u#ud !an" lembut. Kapitalisme bukan pen"hisapan

buruh tetapi ba"aimana konsumen dapat menikmati hasil-hasil industri seba"ai cara untuk membentuk identitas diri. Jeans, misalkan, bukan diasosiasikan den"an para buruh pabrik !an" membuatn!a tetapi #eans diasosiasikan den"an pemakain!a seolah telah men#adi oran" !an" palin" sadar tentan" ba"aimana hidup sesuai %aman. Cara-cara semacam ini ditekankan secara intens le4at baliho-baliho di sepan#an" #alan ra!a, slot iklan televisi, atau satu-dua halaman penuh ma#alah. Den"an cara meruntuhkan pemahaman !an" berdasar pada metafisika dan perubahan cara hidup oleh kapitalisme lan#ut itulah culture studies men"an"kat persoalan-persoalan !an" selama ini terpin""irkan semisal media, kota, kebiasaan anak muda, identitas, etnis seba"ai sub#ek ka#iann!a. Den"an men"an"kat persoalan-persoalan !an" terpin""irkan ini Culture studies berupa!a men"a"endakan kemun"kinan perla4anan dari setiap upa!a he"emoni di luar #alur pertentan"an kelas seba"aimana dikonsepkan )arE, !an" terbukti baik secara teoritis maupun praktis tidak sesuai den"an %aman !an" ten"ah berkemban". =e"emoni ini tidak selalu identik den"an ne"ara, sebab he"emoni bisa bersumber pada kapitalisme atau pen"etahuan !an" beroperasi secara diskursif untuk menentukan dan men"arahkan perilaku mas!arakat. =e"emoni model 7ramsci dikritik Laclau dan )ouffe karena 7ramsci terlalu menekankan kelas seba"ai a"en perubahan. Komunitas terpin""irkan !an" merupakan anta"onis kebuda!aan dalam pertarun"an situasi sosial mutakhir tidak terikat satu sama lain, terpisah, dan ekonomi bukan satu-satun!a pen"ikat di antara komunitas-komunitas terpin""irkan ini. &ebab medann!a kini tidak la"i pada ker#a melainkan telah ber"eser mendekati ruan" konsumsi, kese#ahteraan sosial, dan habitat. Pada akhirn!a ba"aimana menelan#an"i he"emoni ini 2ennet menekankan pada +oucault daripada 7ramci. Den"an memakai +oucault maka he"emoni kebuda!aan tidak pada persoalan makna dan representasi tetapi secara lan"sun" kepada he"emoni kebuda!aan le4at berba"ai kekhasan lemba"a, teknolo"i, dan aparatus kebuda!aan. Perubahan tidak la"i memerlukan model pemahaman hermeneutis !an" berusaha menelusuri suatu pemahaman secara tekstual, melainkan lan"sun" men"arahkan pada praktik-praktik terbentukn!a kebuda!aan !an" melibatkan pelba"ai institusi pendukun"n!a. &atu hal !an" terlupa dari culture studies di Indonesia adalah a"enda perubahan. Culture studies lebih ban!ak diterima karena relatifitasn!a dalam memandan" berba"ai persoalan !an", ironisn!a, berkenaan den"an penindasan dan kemiskinan. Persoalan kemiskinan dan penindasan dian""ap adalah urusan "olon"an kiri dan culture studies seolah lepas tan"an sehin""a semakin #auh dari akarn!a. Di Indonesia Culture studies men#adi demikian bor#uisRSSS Penulis peminat kebuda!aan, tin""al di Jakarta. Panduan )en#adi Jurnalis *ndal

Judul 2uku' Jurnalistik' 6eori dan Praktik Jleh' =ermin &usant! D*RI pen"alaman men#adi 4arta4an, mulai reporter, redaktur, sampai den"an

pemimpin redaksi, ban!ak hal !an" men!adarkan bah4a profesi bidan" #urnalistik ban!ak seluk-belukn!a. &ementara itu, pen"etahuan #urnalistik terus berkemban" men!esuaikan diri den"an perkemban"an %aman dan teknolo"i. 6anpa kesadaran ban!akn!a seluk-beluk itu dan tanpa men"ikuti perkemban"an, 4arta4an sulit memahami besarn!a hasil ker#a #urnalistik !an" berdampak pada perubahan nan baik ba"i kehidupan mas!arakat. Profesi 4arta4an menuntut tan""un" #a4ab !an" memerlukan kesadaran tin""i dari pribadin!a. Dalam dunia #urnalistik disebut persepsi diri 4arta4an. Kesadaran tin""i ini han!a dapat dicapai bila 4arta4an cakap, terampil, dan pen"etahuan #urnalistikn!a memadai dalam men#alani profesin!a, baik !an" diperoleh dari pelatihan, pendidikan khusus, maupun hasil bacaann!a. 9ntuk tu#uan terakhir inilah buku ber#udul Jurnalistik' 6eori dan Praktik disusun. Den"an pertimban"an perlun!a pras!arat profesionalisme 4arta4an, buku kar!a =ikmat Kusumanin"rat dan Purnama Kusumanin"rat tersebut ditulis secara rinci. Den"an tebal BCB halaman, buku itu terdiri atas .B bab. Pada 2ab > soal Pers dan Jurnalistik, dibahas falsafah maupun fun"si pers. &elain men"uraikan teori sistem pers, ada beberapa pras!arat a"ar berita la!ak muat dan menarik ba"i khala!ak. =al ini diuraikan dalam 2ab B men"enai 2erita dan )as!arakat, terutama !an" berkaitan den"an nilai berita, pen"ertian, serta hubun"an berita den"an ada dan tiadan!a kebebasan pers. &eberapa #auh berita sensasional memperoleh tempat di media massa #u"a ba"ian dari pembahasan bab ini. Proses men"himpun berita merupakan tahap !an" kerap dirasakan palin" sulit, terutama ba"i 4arta4an pemula. )en"enai hal ini, 2ab C tentan" Proses )en"himpun 2erita membahasn!a melalui contoh praktik sehari-hari !an" ter#adi di dapur redaksi. Di sini, diuraikan ba"aimana setiap mata rantai proses 4arta4an itu beker#a. )ulai dari penu"asan dari redaktur sampai den"an persiapan, termasuk ba"aimana tiap tahap memberikan kontribusi pada proses ker#a a"ar dihasilkan berita bernilai tin""i. Praktik penekanan pada kebebasan pers oleh kelompok bisnis men#adi ba"ian dari pembahasan 2ab @ !an" dilen"kapi rambu etika #urnalistik. 2ab 0 membahas hal !an" berkaitan den"an profesionalisme dalam dunia 4arta4an. Jadi, diuraikan se#auh mana pentin"n!a sikap profesionalisme 4arta4an. 2erbeda den"an 2ab ?, !an" menuntut keterampilan menulis dan kecakapan memilih kata. =al itu pentin" karena modal dasar ba"i 4arta4an. 6idak han!a itu. 6eknik dan #enis 4a4ancara #u"a perlu dikuasai. Dalam 2ab 1, metode ini di#elaskan secara "amblan". 8an" berbeda, ketika kita in"in membuat berita olahra"a, !an" dihadirkan di 2ab /. Dalam bab selan#utn!a, dibahas soal reportase interpretatif maupun investi"atif, #urnalisme pemban"unan, dan teknolo"i di ruan" redaksi. )aka, buku ini pentin" dan perlu dibaca mahasis4a !an" mempela#ari ilmu komunikasi, terutama komunikasi massa dan #urnalistik.

Posted at D.'C@ pm b! =*$I+-)*C=+9D( )ake a comment Permalink )a! >@, >DD@ artikel 0osip Pemurtadan tu Oleh A"d Mo1sith 0ha*ali 2342543225 =ari &abtu, .0 *pril >DDC, sa!a bersama 9lil *bshar-*bdalla men"hadiri acara bedah buku UV*da Permutadan di I*I$UW kar!a =artono *hmad Jai%, seoran" alumnus I*I$ &unan Kali#a"a 8o"!akarta. Diskusi buku sedian!a hendak dilan"sun"kan di "edun" teater +akultas 9shuluddin 9I$ &!arif =ida!atullah. 6api karena para pen"un#un" ber#e#al, maka secara mendadak acara dipindahkan ke mes#id den"an harapan dapat menampun" para peserta !an" men!entuh an"ka satu ribuan itu. =ari &abtu, .0 *pril >DDC, sa!a bersama 9lil *bshar-*bdalla men"hadiri acara bedah buku UV*da Permutadan di I*I$UW kar!a =artono *hmad Jai%, seoran" alumnus I*I$ &unan Kali#a"a 8o"!akarta. Diskusi buku sedian!a hendak dilan"sun"kan di "edun" teater +akultas 9shuluddin 9I$ &!arif =ida!atullah. 6api karena para pen"un#un" ber#e#al, maka secara mendadak acara dipindahkan ke mes#id den"an harapan dapat menampun" para peserta !an" men!entuh an"ka satu ribuan itu. =artono *hmad Jai% pun seba"ai penulis buku turut dihadirkan den"an didampin"i seoran" 4ahabi fanatik, *hmad 6amimi. Diskusi dimulai secara berurutan oleh presentasi =artono, sa!a sendiri, 9lil *bshar, dan terakhir 6amimi. Kecuali 6amimi !an" ban!ak men"amini kar!a =artono itu, maka sa!a bersama )as 9lil memberikan kritik terhadap buku tersebut. *da beberapa hal !an" sa!a sampaikan. Pertama, "a!a bertutur =artono dalam buku itu sun""uh tidak memikat. Dia men""unakan vokabuler !an" vul"ar, provokatif, bahkan cenderun" kasar di dalam men"omentari se#umlah tokoh !an" tidak sehaluan den"an dirin!a. )isaln!a, penempelan kata UV#ompoUW untuk Ibu &inta $uri!ah *bdurrahman <ahid. Padahal, tanpa men""unakan kata itu sebenarn!a pesan !an" hendak dia sampaikan tak akan defisit. 2ahkan, =artono tidak se"an-se"an men"uliti se#umlah intelektual )uslim hin""a pada ruan"-ruan"n!a !an" pribadi dan fisikal3 sesuatu !an" mestin!a tidak dilakukan oleh oran" !an" beradab. 0hat a pity. Kedua, ia menuduh bah4a di I*I$ telah ter#adi pemurtadan secara sistematis melalui kurikulum !an" disiapkann!a. Padahal, !an" sebenarn!a berlan"sun" bukanlah pemurtadan, melainkan se#enis pluralisasi penafsiran terhadap kitab suci. I*I$ han!a men"hidan"kan bera"am tafsir hasil racikan para ulama, baik !an" klasik maupun !an" kontemporer, !an" pro"resif dan konservatif. I*I$ tidak han!a men"a#arkan teolo"i *s!UXari, tapi #u"a )uYta%ilah. 2ukan han!a mad%hab &!afiUXie, tapi #u"a mad%hab-mad%hab lain hin""a merambah ke mad%hab JaUXfar al-&hadiK !an" &!iUXah. Para tena"a pen"a#arn!a pun amat bera"am. Di 9I$ (dulu I*I$ Jakarta misaln!a, ada (*lm Pak =arun $asution, )una4ir &!ad%ali (alm , (ainun Kamal, Kautsar *%hari, dll !an" me4akili sa!ap pro"resif. *da Ibu =u%aemah, $abilah Lubis !an" lebih me4akili kelompok konservatif. Dan

keban!akann!a adalah kelompok moderat, seperti Quraish &hihab, &aid *Kiel )una4ar, )as!kuri *bdillah, *%!umardi *%ra, dan lain-lain. $amun, apa hendak dikata, oran" setin"kat Pak Quraish pun oleh =artono dimasukkan seba"ai intelektual !an" n!eleneh. =artono mendaftar tidak kuran" dari >0 intelektual )uslim di Indonesia !an" ter"olon" n!eleneh itu. Keti"a, buku itu ban!ak bertentan"an den"an prinsip-prinsip dasar Islam atau apa !an" dikenal den"an istilah maKashid al-s!ariUXah berupa pluralisme, keadilan, kemaslahatan, kesetaraan, dan hak asasi manusia. $ilai-nilai Islam !an" terpatri demikian #elas dalam Islam itu seakan tidak men#adi perhatian =artono ketika menulis. Jleh karena itu, maka 4a#ar sa#a sekiran!a konten buku itu ban!ak berseberan"an secara sharahah den"an *lKuran, kitab referensi palin" pokok dalam Islam. )isaln!a, #ika *lKuran seba"aimana dalam al-)aYidah a!at @ memperbolehkan umat Islam menikahi kalan"an ahl al-kitab, maka =artono datan" den"an #uma4a untuk men"haramkann!a. Keempat, buku itu menun#ukkan bah4a penulisn!a kuran" melakukan pen"embaraan terhadap se#umlah kitab-kitab fikih kar!a para ulama terdahulu. Ia han!a men"ambil beberapa kutipan dari satu-dua ulama. Dan han!a kepada kutipan-kutipan itu, =artono ber#an"kar sepenuhn!a dan den"an sembrono pasase kecil itu dipakain!a untuk memvonis pikiran-pikiran keislaman lain !an" berbeda. )aka, karuan sa#a #ika ia--dan para pendukun"n!a !an" sen"a#a dihadirkan dalam acara bedah buku--cukup terka"et (mun"kin marah ketika se#umlah teks liberal-tidak mainsrteam dari kitab kunin" semacam IUXanah al6halibin kar!a &!atha al-Dim!athi, Ih!aY UZ9lum al-Din-n!a *bu =amid al-7ha%ali, dibacakan. Disini sa!a han!a hendak men!atakan bah4a tafsir itu tidak tun""al dan monolitik. *pa !an" ditulis =artono tentan" pemurtadan di I*I$ itu, pada hemat sa!a, tak lebih dari sebuah koleksi "osip atau rumor belaka ketimban" sebuah buku dalam pen"ertiann!a !an" hakiki. UV2ukuUW itu ditulis sonder perhatian !an" memadai perihal pentin"n!a validitas dan akurasi data. &emo"a di masa-masa !an" akan datan" )as =artono bisa men"hadirkan buku-buku buah tan"ann!a den"an disksi !an" relatif ter#a"a dan terpilih, lebih bermutu, santun, dan beradab, serta-#an"an lupaUOlebih memikat dan mencerahkan. :*bd )oKsith 7ha%ali; 6 Kembali ke atas Referensi' http'55islamlib.com5id5indeE.phpApa"e[articleHid[1D/

Posted at DB'B1 pm b! =*$I+-)*C=+9D( )ake a comment Permalink KJLJ)

Menim"an& Partai 7Alternati'8 Muhammadiyah


Oleh

mam Cahyono

9:4934322; 7a"asan membentuk partai alternatif di kalan"an internal )uhammadi!ah terus men"han"at. &idan" 6an4ir )uhammadi!ah di )ataram, $62, >-@ Desember lalu, merekomendasikan a"ar ide tersebut diusun" )uktamar )uhammadi!ah keC@ di )alan" tahun depan. 7a"asan ini muncul se#ak &idan" 6an4ir Pemuda )uhammadi!ah di 2an#arbaru, Kalimantan &elatan beberapa 4aktu lalu.

7a"asan membentuk partai alternatif di kalan"an internal )uhammadi!ah terus men"han"at. &idan" 6an4ir )uhammadi!ah di )ataram, $62, >-@ Desember lalu, merekomendasikan a"ar ide tersebut diusun" )uktamar )uhammadi!ah keC@ di )alan" tahun depan. 7a"asan ini muncul se#ak &idan" 6an4ir Pemuda )uhammadi!ah di 2an#arbaru, Kalimantan &elatan beberapa 4aktu lalu. )enurut pern!ataan *bdul )uMti, Ketua 9mum Pemuda )uhammadi!ah, ada se#umlah alasan !an" melatarbelakan"i ide tersebut. &ertama" tidak ter#adin!a hubun"an mutualisme-positif antara )uhammadi!ah dan Partai *manat $asional (P*$ . Kedua, kein"inan *mien Rais untuk mundur dari pucuk pimpinan P*$ membuat len!apn!a kader )uhammadi!ah di P*$. Ketiga, P*$ dinilai tak san""up la"i men"emban amanat seba"ai saluran politik 4ar"a )uhammadi!ah. Jika ditelisik lebih mendalam, "a"asan ini tidak bisa dilepaskan dari konteks politik Indonesia makro, terutama pasca pemilu >DDC. 7a"asan ini bisa dikatakan seba"ai antiklimaks, 4u#ud kekece4aan 4ar"a )uhammadi!ah atas hasil pemilu lalu. Dalam formasi Kabinet Indonesia 2ersatu, suara 4ar"a )uhammadi!ah kuran" terakomodir. Keberadaan =atta Ra#asa seba"ai )enteri Perhubun"an dan 2amban" &udib!o seba"ai )enteri Pendidikan $asional, tidak dian""ap representasi 4ar"a )uhammadi!ah. Ken!ataan pahit #u"a harus diterima 4ar"a )uhammadi!ah dari hasil pemilu le"islatif. ,ksistensi P*$ dinilai tak mampu la"i menampun" dan men"akomodasi kepentin"an politik 4ar"a )uhammadi!ah. 2ahkan muncul opini, P*$ sudah dikuasai kader-kader non-)uhammadi!ah !an" tidak memiliki akar di )uhammadi!ah. Kader )uhammadi!ah !an" ada di P*$ sudah serin" terpin""irkan. P*$ dian""ap tidak memiliki ikatan emosional la"i den"an )uhammadi!ah, terlebih tak lama la"i akan ditin""alkan *mien Rais. SSS SS =arus diakui, memisahkan )uhammadi!ah, ormas Islam terbesar kedua di ne"eri ini, dari pusaran politik praktis sun""uh mustahil. &ecara historis, pada masa Jrde Lama, embrio politik )uhammadi!ah sudah terlihat tatkala turut ber"abun" den"an )as!umi. Di masa pemerintahan &oeharto, )uhammadi!ah aktif di Parmusi. 6atkala ter#adi fusi partai politik, aspirasin!a disalurkan ke 7olkar, PPP dan PDI. Dan ketika Jrde 2aru runtuh, aspirasin!a disalurkan ke P*$. Kendati P*$ bukan partai )uhammadi!ah, se#arah mencatat 4ar"a )uhammadi!ah seba"ai basis konstituen P*$ terbesar. 7a"asan untuk mendirikan partai baru #u"a menandakan proses demokratisasi telah ber#alan di lin"kun"an )uhammadi!ah. Di ne"ara demokratis, pembentukan

partai adalah 4a#ar dan sah-sah sa#a. &eba"ai saluran politik, aspirasi 4ar"a )uhammadi!ah !an" bera"am tentu perlu diakomodir dan dipandan" seba"ai aset berhar"a. Pertan!aann!a adalah' seberapa besar keuntun"an dan keru"ian mendirikan partai baruA Dari sisi profit, bisa #adi 4ar"a )uhammadi!ah !an" tidak la"i terakomodir dalam P*$ mendapat ruan" aktualisasi politik !an" lebih kondusif. Kader-kader )uhammadi!ah !an" potensial di bidan" politik, bisa ikut me4arnai pentas politik dan memberi kontribusi pada #a"ad politik Indonesia. &ebab, sulit men"abaikan peran dan kekuatan )uhammadi!ah seba"ai determinan perubahan politik di ne"eri ini. 6api, keru"iann!a #u"a pentin" untuk dipertimban"kan. 9ntuk mendirikan partai baru, dibutuhkan sumber da!a manusia dan finansial !an" tidak sedikit. Lebih dari itu, mind-set )uhammadi!ah selama ini adalah seba"ai "erakan sosial pembaharuan !an" lebih menitikberatkan persoalan sosial ketimban" politik. Politik ba"i )uhammadi!ah ban!ak men"habiskan ener"i, lebih mudarat ketimban" maslahat. Pemilu >DDC seharusn!a men#adi pendidikan politik berhar"a. Ketika itu, )uhammadi!ah men#adi sponsor politik dan all out mendukun" *mien Rais. &emua ener"i dari pusat sampai ke rantin" tersedot untuk men"urusi politik. 6ak han!a sumber da!a manusia !an" terkuras, tapi #u"a finansial. )akan!a, alih-alih akan menambah ener"i untuk men!alurkan aspirasi politik 4ar"a )uhammadi!ah, ide ini bisa#adi #ustru men#adi beban !an" menindih dan memberatkan lan"kah )uhammadi!ah. 6anpa mendirikan partai, sebenarn!a aspirasi politik 4ar"a )uhammadi!ah pun sudah tertampun" dan tersalurkan cukup baik. &elama ini, tidak sedikit kader dan 4ar"a )uhammadi!ah !an" men!ebar dan men!alurkan aspirasi ke partai-partai lain. )akan!a, )uhammadi!ah perlu kembali men"ukuhkan diri seba"ai "erakan sosial. SSS &e#ak di"ulirkan K= *hmad Dahlan, mind-set )uhammadi!ah #elas seba"ai "erakan sosial. 7erakan ta<did dan kembali ke *lKurMan dan =adis !an" dipeloporin!a, dikukuhkan den"an pembacaan kritis dan teo-praksis atas surat al)IY\n demi merespons realitas dan problema sosial !an" be"itu kompleks. )uhammadi!ah kemudian di#adikan seba"ai institusi !an" men!entuh dan men"ikis akar problem sosial. Jika mau konsisten pada "erakan pembaharuan sosial, )uhammadi!ah tidak perlu men"ambil #alur politik la"i. Jika )uhammadi!ah terlalu bernafsu memilih "aris politik, besar kemun"kinan aktivitas dan ke"iatan sosialn!a bakal terben"kalai. &elain itu, politik #u"a berpeluan" men!uburkan konflik dan tarikmenarik kepentin"an demi capaian-capaian #an"ka pendek. Perlu diin"at, mobilitas dan perubahan sosial !an" dilakukan )uhammadi!ah selama ini selalu le4at #alur pendidikan. &eba"ai "erakan sosial, sumban"an terbesar )uhammadi!ah pada mas!arakat dan ban"sa tak lain berkat kesetiaan pada #alur pendidikan, bukan kekuasaan. Le4at pendidikan, se#ak 6K sampai per"uruan tin""i, )uhammadi!ah telah membantu dan mendukun" upa!a

pencerahan mas!arakat tanpa pandan" bulu. Pendirian rumah sakit dan panti asuhan adalah sumban"an konkret lainn!a. Jadi, tanpa masuk ke #alur politik praktis, )uhammadi!ah tetap dapat memerankan posisi strate"is seba"ai ormas !an" konsisten sekali"us "erakan sosial alternatif. &emua itu bisa bertahan kalau upa!a reorientasi, melihat kembali peran )uhammadi!ah selama ini dalam perubahan sosial selalu dilakukan. Peran strate"is !an" dapat diambil )uhammadi!ah adalah turut serta men""arap masalah-masalah !an" timbul akibat pen"abaian dan diskriminasi kebi#akan publik. )asalah !an" timbul akibat ekses ne"atif sebuah policy tidak sedikit. Itu semua adalah medan "arapan )uhammadi!ah, selain soal pendidikan, kemiskinan, dan kesehatan. )uhammadi!ah !an" berada di luar #alur politik, n!atan!a tetap me4arnai kebi#akan politik pemerintah. Karenan!a, )uhammadi!ah harus melakukan redefinisi diri dan membaca ulan" konsep mustadMafin baru. =emat sa!a, di sinilah )uhammadi!ah dapat berperan strate"is dan memberi sumban"sih konkret, ketimban" men"urus soal politik !an" selalu menar"etkan kepentin"an sesaat. mam Cahyono) ktivis #aringan )ntelektual 'uda 'uhammadiyah" staf penga<ar *akultas =akwah dan Komunikasi +)5 Syarif ,idayatullah" #akarta? 6 Kembali ke atas Referensi' http'55islamlib.com5id5indeE.phpApa"e[articleHid[?B@ tan""apan artikel Partai *lternatif3 ,kspresi =aus Kekuasaan, )oh =anifuddin )ahfuds, .B5.>5>DDC D0'.>

Posted at DB'>. pm b! =*$I+-)*C=+9D( )ake a comment Permalink *R6IK,L Kolom

Optimisme #emokrasi ala slam ndonesia


Oleh Saidiman 3<42:43225 Jtokrat liberal adalah istilah !an" terlalu pesimis ba"i dunia Islam, khususn!a Indonesia, untuk merebut posisi dalam arus "elomban" demokratisasi dunia. &oeharto telah tumban", dan tidak ada alasan untuk kembali ke era kekuasaan &oeharto han!a untuk mematan"kan diri menu#u sistem demokrasi !an" sesun""uhn!a. Istilah UVdemokrat Islamis,UW !an" dimunculkan oleh &aiful )u#ani, san"at me4akili konsep demokrasi ala Islam, se#auh istilah itu bukan untuk men!atakan pesimisme demokrasi di dunia Islam. Inilah demokrasi ala Islam,

lebih khusus Indonesia, di mana pemilu ber#alan damai di ten"ah sikap intoleran umat Islam itu sendiri. Gelombang =emokratisasi Ketiga (%he %hird 0ave$ =emocratization in %he @ate %wentieth Century), salah satu kar!a monumental &amuel P. =untin"ton, membuat peta tentan" "elomban" demokratisasi di seluruh dunia sampai men#elan" akhir abad ke->D. Peta itu memuat ti"a "elomban" besar demoktarisasi dan dua "elomban" balik demokratisasi. Indonesia dipetakan larut dalam "elomban" demokratisasi kedua bersama ne"ara-ne"ara dunia keti"a !an" baru merdeka dari pen#a#ahan kolonial. 6api itu tidak bertahan lama, sebab kemudian =untin"ton memasukkan Indonesia seba"ai salah satu ne"ara !an" tersapu "elomban" balik demokratisasi kedua. *rtin!a ia men#adi salah satu ne"ara !an" tidak demokratis, atau palin" tidak men"hilan" dari pembicaraan tentan" ne"ara demokratis. Pertan!aan !an" kemudian selalu men"hantui adalah parameter apa !an" palin" valid untuk men!ebut sebuah ne"ara berada pada "elomban" demokratisasi atau bereda pada ranah otoritarianisme atau non demokratisA Pertan!aan ini akan men!eret berba"ai persoalan, khususn!a !an" men!an"kut sosio-kultur' tentan" apakah buda!a, a"ama, ras, letak "eo"rafis, tin"kat pendidikan, tin"kat kese#ahteraan ekonomi, dan seterusn!a men#adi pras!arat penentu ba"i tumbuhn!a iklim demokrasi !an" konsolidatifA &elama ini, kultur Islam telah kadung dipersepsi oleh ban!ak oran" san"at tidak sehat ba"i tumbuhn!a demokrasi. &ehin""a pilihan sistem politik di dunia muslim, ba"i beberapa pen"amat seperti +areed (akaria, bukanlah demokrasi. Kesimpulan ini diambil berdasarkan berba"ai fakta tentan" "a"aln!a konsolidasi demokrasi liberal di berba"ai ne"ara muslim. Pada ban!ak kasus, demokrasi bukann!a memba4a an"in perubahan ba"i mas!arakat muslim, melainkan men#adi instrumen ba"ai munculn!a kekuasaaan kaum fundamentalis a"ama dan perpecahan sosial !an" berdarah-darah. Jran" semacam +areed (akaria akhirn!a mena4arkan sistem kekuasaan otokrat liberal seba"ai sistem transisi sebelum masuk ke dalam sistem demokrasi' artin!a, dunia muslim saat ini #an"an buru-buru men#adi ne"ara demokratis, tapi harus melalui persiapan pan#an" dalam sistem otokrat liberal tersebut. =asil penelitian Pusat Pen"ka#ian Islam dan )as!arakat (PPI) 9I$ &!arif =ida!atullah Jakarta, +reedom Institute (+I , dan Jarin"an Islam Liberal (JIL tentan" orientasi politik Islam di Indonesia pada a4al bulan $ovember >DDC cukup mencen"an"kan. 2etapapun pemilu >DDC ber#alan sukses dan men#adi sebuah alasan kuat untuk men"atakan bah4a Indonesia benar-benar la!ak men!andan" "elar seba"ai ne"ara palin" demokratis di antara ne"ara-ne"ara berpenduduk ma!oritas muslim, temuan penelitian ini menun#ukkan landasan !an" san"at rapuh ba"i proses demokratisasi di Indonesia, !an" boleh #adi merupakan representasi dunia muslim pada umumn!a. *n"ka dukun"an terhadap a"enda-a"enda Islamis cukup membuat "entar' C.,. ] !an" mendukun" perempuan tidak boleh #adi presiden3 @@ ] setu#u hukum ra#am ba"i pen%ina3 @1 ] mendukun" pemba"ian 4aris dua bandin" satu antara laki-laki dan perempuan3 C. ] men!atakan dukun"an terhadap pelaran"an bun"a bank3 pendukun" poli"ami seban!ak B/ ]3 dan seban!ak CD ] setu#u hukum poton" tan"an diterapkan di Indonesia. Dan !an" lebih merisaukan ba"i kelan#utan demokrasi dan kebebasan sipil (civil liberties adalah tin""in!a sikap intoleran kaum muslim terhadap ummat $asrani' >C,1 ] keberatan kalau oran" Kristen men"a#ar di sekolah ne"eri, apala"i di sekolah a"ama (madrasah, pesantren, I*I$, dan seterusn!a 3 CD,1 ] umat Islam Indonesia keberatan #ika oran" Kristen

men"adakan kebaktian di sekitar 4ila!ah tempat tin""aln!a3 dan C/,/ ] umat Islam Indonesia keberatan #ika oran" Kristen memban"un "ere#a di sekitar tempat tin""al mereka. +enomena di atas mun"kin masih bisa ditan""ulan"i den"an men"atakan bah4a itu baru pada tataran sikap, sehin""a san"at mun"kin berbeda pada tataran praksis. )enurut penelitian ini, sekitar >UPB ] umat Islam Indonesia pernah melakukan aksi pemboikotan terhadap baran" atau #asa !an" dian""ap tidak sesuai den"an a#aran Islam, melakukan ra%ia tempat-tempat hiburan, atau demonstrasi seba"ai dukun"an terhadap penderitaan umat Islam di manapun berada. &ementara itu, ada sekitar .@,/ ] kaum muslim Indonesia mendukun" apa !an" telah dilakukan *mro%i, Imam &amudra, dan ka4an-ka4an. )en"erikan. Katakanlah kita perca!a pada hasil survei ini. Pertan!aann!a kemudian adalah ba"aimana men#elaskan proses pemilu !an" sedemikian demokratisA Lalu kekalahan partai-partai Islam !an" san"at telak dari partaipartai nasionalis (sebut sa#a partai-partai sekuler A 2an!ak #a4aban !an" bisa muncul, misaln!a bah4a demokrasi han!a men#adi instrumen le"itimasi ba"i kekuatan non-demokratis Islam untuk merebut kekuasaan. *dapun umat Islam !an" beralih memilih partai-partai sekuler, karena partai-partai Islam demikian terfra"mentasi. *ndai han!a ada satu pilihan partai Islam (den"an a"endaa"enda Islamis , san"at mun"kin umat Islam men!atukan suara. Lalu, kenapa kekuatan politik den"an a"enda Islamis itu tidak men!atukan diriA Pertan!aan inilah !an" bisa di#adikan pi#akan a4al ba"i sebuah optimisme demokrasi di dunia Islam, bah4a di mana-mana, tak terkecuali di dunia Islam, selalu ada hasrat kepentin"an ba"i perebutan kekuasaan. Dan itulah fondasi palin" fundamental ba"i demokrasi. &e#ak a4al, setumpuk kera"uan terhadap perkemban"an demokrasi di dunia muslim meman" me4arnai berba"ai perdebatan. 2erba"ai pras!arat, seperti historis, "eo"rafis, ekonomi, kultur, basis sosial, a"ama, dan seterusn!a !an" dipenuhi oleh mas!arakat demokratis 2arat tidak tercipta di ban!ak belahan dunia muslim. &alah satu pras!arat tersebut adalah tradisi kapitalisme !an" tidak tumbuh den"an baik di dunia muslim. Kapitalisme men#adi sarana tumbuhn!a iklim demokrasi karena men"andaikan kehidupan persain"an bebas, !an" pada akhirn!a akan melahirkan para bor#uis, para bor#uis inilah !an" men#adi pilar demokrasi seperti !an" ter#adi di ,ropa dan *merika &erikat. 2arrin"ton )oore men#elaskan hal ini dalam sebuah un"kapan sin"kat' UV 5o bourgeois" no democracy.UW +aktor lain, misaln!a, dunia Islam tidak men"alami se#arah pertentan"an pan#an" seperti !an" dialami oleh 2arat. &e#arah 2arat dipenuhi oleh berba"ai pertentan"an' antara "ere#a dan ne"ara, antara ra#a dan ban"sa4an, antara Katolik dan Protestan, sampai kemudian muncul revolusi industri !an" menandai kete"an"an antara para ban"sa4an dan bor#uis, pertentan"an antara bor#uis sendiri, belum la"i peperan"an kekuasaan antar ban"sa, dan seba"ain!a. &emua itu menumbuhkan sikap pen"akuan terhadap kepemilikan dan hak-hak pribadi antar sesama manusia. Pemba"ian kekuasaan dan mekanisme perebutan kekuasaan !an" melibatkan seban!ak mun"kin oran" #u"a kemudian disadari karena proses pan#an" perebutan berba"ai kepentin"an tersebut di atas. &atu hal !an" tidak boleh luput dari in"atan adalah bah4a demokrasi selalu unik pada setiap ne"ara, bahkan kerapkali demokrasi san"at sulit didefinisikan. Pen"ambilan kebi#akan publik melalui keterlibatan se"elintir an""ota mas!arakat laki-laki kelas atas secara lan"sun" di 8unani >@DD tahun lalu disebut seba"ai demokrasi. Pemberian hak suara kepada mas!arakat umum di Jerman pada

tahun-tahun ./BD-an a4al !an" melahirkan pemimpin ultra diktator, =ittler, #u"a adalah proses demokrasi. Dua ne"ara palin" demokratis, *& dan 9K, men""unakan sistem !an" sama sekali berbeda, *& men""unakan sistem presidensil dan 9K men""unakan sistem parlementer, tapi keduan!a tetap demokratis. Jran" 8unani tentu tidak memba!an"kan bah4a sistem per4akilan dan keterlibatan berba"ai kalan"an mas!arakat UVa4amUW dalam proses pen"ambilan keputusan publik akan disebut demokratis di %aman sekaran". Kesulitan mendefinisikan demokrasi ini membuat +areed (akaria han!a men"artikann!a seba"ai a good government. &ebab san"at tidak memadai apabila demokrasi han!a dimaknai prosedural (pemilihan umum . Karena, demokrasi seperti itu tak #aran" han!a melahirkan pemimpin teroris, rasis, fasis, ataupun mereka !an" memiliki pro!ek untuk men"abaikan konstitusi dan mencabut hak-hak individu. Demokrasi #u"a tidak cukup dimaknai seba"ai demokrasi liberal, di mana telah tercipta pemilihan umum dan #u"a terdapat rule of law" a separation of power" dan the protection of basic liberties of speech" assembly" religion" and property. Ken!ataann!a, demokrasi dan liberalisme kerapkali berpisah #auh. )aka men#adi relevan apabila demokrasi han!a memiliki makna seba"ai pemerintahan !an" baik' di mana ada pemerintahan !an" baik, di situlah demokrasi berada. Den"an demikian, demokrasi men#adi sebuah konsep !an" tidak kaku. Islam memiliki konsep demokrasin!a sendiri, !an" mun"kin berbeda den"an konsep demokrasi di dunia lain, termasuk den"an dunia 2arat. Jtokrat liberal adalah istilah !an" terlalu pesimis ba"i dunia Islam, khususn!a Indonesia, untuk merebut posisi dalam arus "elomban" demokratisasi dunia. &oeharto telah tumban", dan tidak ada alasan untuk kembali ke era kekuasaan &oeharto han!a untuk mematan"kan diri menu#u sistem demokrasi !an" sesun""uhn!a. Istilah UVdemokrat Islamis,UW !an" dimunculkan oleh &aiful )u#ani, san"at me4akili konsep demokrasi ala Islam, se#auh istilah itu bukan untuk men!atakan pesimisme demokrasi di dunia Islam. Inilah demokrasi ala Islam, lebih khusus Indonesia, di mana pemilu ber#alan damai di ten"ah sikap intoleran umat Islam itu sendiri. 9mat Islam tentu tidak bisa melepaskan fanatisme kea"amaann!a. 6api itu bukan masalah ketika kehidupan praksis demokratis ber#alan den"an baik. :; 6 Kembali ke atas Referensi' http'55islamlib.com5id5indeE.phpApa"e[articleHid[?1.

Posted at DB'.0 pm b! =*$I+-)*C=+9D( )ake a comment Permalink )a! .D, >DD@ *R6IK,L Politik dan ,tika Puritan )uhammadi!ah Jleh ' A"dul Munir Mulkhan 7uru 2esar I*I$ &unan Kali#a"a

Perluasan korupsi !an" melibatkan intelektual !an" selama ini dikenal memiliki komitmen moral dalam kasus Komisi Pemilihan 9mum (KP9 dan konflik pemilihan kepala daerah (pilkada dan perpecahan di tubuh "erakan sosial dan hampir semua partai, menun#ukkan rendahn!a moral publik ne"eri ini. 7e#ala itu berakar pada kerakusan ekonomi ketika sistem sosial dan politik keban"saan tidak men#amin etika-moral dan profesionalitas berfun"si. Posisi politik (ketua partai atau an""ota le"islatif seolah bisa GGdibeliGG aktor politik !an" cacat moral tanpa kemampuan profesional, ketika aktor !an" relatif bersih den"an kemampuan profesional "a"al memperoleh dukun"an politik di ten"ah meluasn!a kemiskinan dan rendahn!a tin"kat pendidikan publik. Dari sini kebi#akan politik berpihak moralitas dan kepentin"an publik men#adi baran" lan"ka. Dalam lin"karan setan korupsi dan konflik politik itulah )uktamar ke-C@ )uhammadi!ah tan""al B-1 Juli di )alan" menarik di#adikan studi rekrutmen kepemimpinan berbasis moral dan profesionalitas. Ke&a&alan etika puritan= )uhammadi!ah selama ini dikenal seba"ai "erakan Islam puritan !an" elitis, antitradisi, dan kuran" berpihak kepentin"an rak!at keban!akan. Doktrin ru<u8 ila al-:uran wa al-sunnah (kembali kepada *lKuran dan &unnah menumbuhkan tradisi dan pola hidup sosial, ekonomi, dan politik pen"ikut "erakan ini. =ubun"an e"aliter merupakan tradisi kehidupan aktor "erakan puritan. &eoran" an""ota biasa dari pelosok desa bisa melakukan kritik ta#am dan pedas secara terbuka terhadap tindakan !an" dilakukan elite puncak )uhammadi!ah di tin"kat nasional. ,tika puritan menumbuhkan sikap hidup hemat dan etos ker#a tin""i dalam ke"iatan ba"i kepentin"an publik seperti !an" selama ini mendasari praktik pen"elolaan pendidikan, kesehatan, panti asuhan, dan or"anisasi <alaupun dikenal antitradisi &ufi, aktor "erakan ini den"an ketat memelihara muru8ah (kehormatan diri , tidak ria (pamer kemampuan diri , zuhud (sederhana , dan fakir (sikap hidup miskin . 7a!a hidup &ufi melahirkan tradisi kederma4anan seba"ai inti kekuatan pertumbuhan pendidikan dan kesehatan (rumah sakit !an" terus meluas tecermin dalam model kepimpinan "erakan ini. Dalam pemilihan pimpinan, "erakan ini tidak memilih ketua secara lan"sun", tapi memilih .B oran" pimpinan !an" menetapkan seoran" ketua di antara mereka. )odel pemilihan tersebut didasari nilai kepemimpinan bebas ria, tapi berdasar kemampuan profesional dalam bin"kai kesadaran kolektif. Ironi model kepemimpinan demikian tern!ata "a"al berfun"si dalam kehidupan ekonomi dan politik penuh kompetisi sen"it di dalam sebuah sistem !an" cenderun" korup. &oaln!a, ba"aimana tradisi kederma4anan dari etika puritan itu bisa di#adikan model kehidupan ekonomi dan politik produktif !an" tetap berakar nilai-nilai sufistik. 7erakan ini tampak "a"al men"elola sistem birokrasi "erakan (pers!arikatan, ma#elis, dan lemba"a atau badan dalam kaitan ke"iatan pendidikan, rumah sakit, dan ke"iatan sosial lain (disebut amal-usaha . Pen"elola amal-usaha, terutama pendidikan dan kesehatan memperoleh "a#i seba"ai profesional den"an fasilitas ker#a memadai sesuai kemampuan finansial lemba"a, tapi tidak ba"i pen"elola "erakan. )uncul "e#ala kesen#an"an sosial-ekonomi antara elite "erakan ini !an" ter"olon" hidup miskin, #auh berbeda dari aktor amal-usaha 4alaupun tetap dalam batas ke4a#aran etika puritan. ,tika puritan tampak "a"al berfun"si dalam politik dan ekonomi. *ktor politik kader "erakan ini cenderun" "a"al dalam pemilihan calon le"islatif dan pimpinan partai !an" dikenal mempun!ai hubun"an historis den"an "erakan ini seperti

Partai *mat $asional (P*$ . +enomena serupa melatarbelakan"i kekalahan partai berbasis )uslim modernis dalam pemilihan umum le"islatif dan presiden. Ke"a"alan serupa bisa didu"a dalam Pilkada di berba"ai daerah mulai Juni mendatan". 6radisi kederma4anan lebih berperan ba"i pen"emban"an amalusaha, tapi "a"al men#alankan fun"si dalam politik, terutama ekonomi sepert kasus !an" ten"ah dihadapi 2ank Pers!arikatan Indonesia (2PI !an" konon diakuisisi "erakan ini se#ak >DD. lalu. 7a!a hidup zuhud dan fakir dalam muru8ah tecermin dari fakta sulitn!a dicari 4ar"a "erakan ini !an" cukup ka!a atau pen"usaha besar 4alaupun tin"kat pendidikan di atas rata-rata penduduk. Pen"ikutn!a bisa mencapai BD #uta, tapi !an" terdaftar secara resmi belum mencapai #umlah satu #uta oran". )erekalah !an" selama ini memobilisasi kederma4anan puluhan #uta oran" seba"ai kontributor pembia!aan pen!elen""araan ribuan 6K hin""a &)9, >DD-an per"uruan tin""i, BDD-an rumah sakit dan ratusan panti asuhan, ribuan tempat ibadah dan pen"a#ian. )a!oritas kontributor amal-usaha "erakan itu bukan ter"olon" santri, tapi kaum aban"an, bahkan bukan pemeluk Islam. Kesediaan publik memperca!akan amal salehn!a (kederma4anan berupa 4akaf, infak, sedekah (sadaKah dan %akat pada "erakan ini menun#ukkan tin"kat keperca!aan publik. $ilai aset amal-usahan!a bisa mencapai puluhan triliun rupiah, tapi pimpinan "erakan ini dan bera"am lemba"an!a (ortom, ma#elis, lemba"a, badan tanpa "a#i. 7a#i han!a ba"i pen"elola dan pelaku amal-usaha sesuai kemampuan finansial, perofesional, dan tan""un" #a4ab masin"-masin", terutama di bidan" pendidikan dan kesehatan ba"i "uru, dosen, kepala sekolah, rektor, direktur, dokter, pera4at, dan pe"a4ai kantor. .radisi kedermawanan <ar"a "erakan ini memiliki tradisi pen"elolaan kederma4anan ba"i kepentin"an publik kemanusiaan dalam sistem adimnistrasi dan mana#emen modern. &ecara periodik pen"elolaan amal-usaha dipertan""un"#a4abkan ba"i publik seba"ai bentuk pen"abdian atau ritual ibadah pada 6uhan. *ktor "erakan selain merasa 4a#ib bertan""un"#a4ab ba"i publik #u"a kepada 6uhan. )ereka memiliki semacam tradisi dan kesepakatan tak tertulis untuk tidak menerima "a#i seperti !an" bisa diterima ketika beker#a di lemba"a profesional. )uncul tradisi 4akaf, sedekah, infak, dan %akat tena"a dan pikiran. 6iap hari aktor "erakan itu men"habiskan 4aktu > hin""a @ #am untuk rapat atau berkantor tanpa uan" transport atau uan" rapat. 6radisi kederma4anan aktor "erakan tersebut berkaitan den"an pesan pendirin!a, Kiai *hmad Dahlan, a"ar pen"ikut "erakan ini GGmen"hidup-hidupkan )uhammadi!ah #an"an mencari hidup dalam )uhammadi!ahGG. Pesan ini tumbuh men#adi suatu tradisi "erakan seba"ai kekuatan utama perkemban"an or"anisasi dan amal-usaha dan berba"ai bentuk ke"iatan sosial lainn!a. &eluruh amalusaha dan or"anisasi "erakan ini diban"un dari praktik kederma4anan dan inovasi kreatif publik umat tersebut. =ampir tidak ditemukan pemban"unan sekolah dari 6K hin""a per"uruan tin""i, rumah sakit, panti asuhan dan mas#id merupakan bantuan pemerintah atau inisiatif pimpinan "erakan ini. Praktik kederma4anan publik tersebut dikelola secara terbuka, terdokumentasi dan dipertan""un"#a4abkan kepada publik secara ber#en#an" melalui sistem dua arus balik. Dari pelaku amal-usaha ke unit pimpinan terba4ah (rantin" dan seterusn!a ke tin"kat nasional, dari tin"kat pimpinan tin"kat nasional melalui mekanisme )uktamar seba"ai representasi keseluruhan 4ar"a seterusn!a ke

tin"kat lebih rendah (mus!a4arah rantin" seba"ai mekanisme pertan""un"#a4ab lan"sun" kepada publik 4ar"a. &etiap a"enda ke"iatan seba"ai realisasi pro"ram !an" telah ditetapkan oleh suatu rapat atau mus!a4arah di semua tin"kat didokumentasikan secara tertulis dan disimpan dalam sistem kearsipan "erakan. 2esaran dan asal-usul dana suatu ke"iatan amal-usaha seperti pendidikan atau kesehatan hin""a pendirian tempat ibadah berikut ke"iatann!a men#adi dokumen terbuka ba"i publik. =ampir tak ada rahasia !an" tak dapat diketahui oleh publik berkaitan den"an seluruh ke"iatan amal-usaha berikut ke"iatan perkantoran )uhammadi!ah di semua tin"katan or"anisasi. )ekanisme demikian sudah merupakan prosedur standar !an" harus dipenuhi se#ak sebuah "a"asan, perencanaan, dan realisasi pro"ram disusun. )uhammadi!ah selalu bertan""un"#a4ab pada publik "una memelihara keperca!aan publik sekali"us men"hindari peluan" sekecil mun"kin pen!impan"an. Jika suatu saat dipastikan aktor "erakan atau pelaku amal-usaha melakukan pen!impan"an, sulit ba"i bersan"kutan untuk memperoleh keperca!aan seba"ai pelaksana amal-usaha atau dipilih seba"ai pimpinan "erakan. )elalui mekanisme itu hampir tak pernah ter#adi pen!impan"an pen""unaan dana atau se#enisn!a !an" diselesaikan melalui pen"adilan. 2ukan karena "erakan ini tidak bersedia memper"unakan #asa pen"adilan, tapi amat kecil peluan" ter#adi pen!impan"an !an" tak diketahui an""ota lain, kecuali si pelaku se"era dimintai pertan""un"#a4aban melalui rapat pimpinan. )odel pertan""un"#a4aban dan kesadaran dini atas ter#adin!a pen!impan"an demikian itu merupakan konsekuensi lainn!a dari kekuhuhan pada etika pruritan. 6radisi kederma4anan dari etika puritan !an" terpelihara dalam kehidupan 4ar"a )uhammadi!ah pentin" dikemban"kan seba"ai keran"ka moral ekonomi dan politik nasional. &oaln!a, ba"aimana menafsir ulan" tradisi zuhud dan fakir bukan men"hindari hidup ka!a, tapi penempatan keka!aan !an" diperoleh dari ker#a keras ba"i kepentin"an publik den"an #alan berlaku seba"ai oran" miskin tidak menikmati keka!aan ba"i diri sendiri. 6radisi muru8ah dan ti

Posted at D>'DD pm b! =*$I+-)*C=+9D(

Anda mungkin juga menyukai