MATERIALISME KULTURAL
Disusun untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah Sosiologi Sastra
Jurusan Bahasa dan Sastra Arab
Disusun oleh :
M Dzaki As Shafi (211104030005)
Dina Maulidatul Hasanah (211104030023)
Devy Nurdiana (211104030025)
Hanna Maulinda Dewi (212104030009)
2022/2023
KATA PENGANTAR
Assalamualaikum wr.wb
Segala puja dan puji syukur kami haturkan kehadirat Allah SWT, dan tidak lupa
pula sholawat beserta salam kepada junjungan nabi agung yakni, Nabi Muhammad
SAW yang menjadi revolusi bagi umat islam hingga saat ini, serta para sahabat dan
keluarganya. Dengan ijtihad beliau beserta sahabat dan keluargaNya, kita semua dapat
merasakan nikmat menuntut ilmu dan menjalankan syariat agama dengan damai dan
tentram.
Wassalamualaikum wr.wb
Kelompok 3
DAFTAR PUSTAKA
PENDAHULUAN
Karya sastra yang bagus adalah karya sastra yang tembus ruang dan waktu.
Karya semacam itu bukan hanya untuk suatu abad, melainkan untuk sepanjang sejarah.
Hal itu dapat terjadi karena karya tersebut memiliki nilai-nilai dalam dirinya sendiri
sehingga tidak memerlukan konteks untuk menafsirkannya. Untuk memahami karya
yang seperti itu, karya sastra harus dipisahkan dari konteksnya dan dikaji secara
mandiri. Untuk dapat memenuhi kriteria tersebut kelompok kami mencoba memaparkan
salah satu aliran kajian sastra “Materialisme Kultural” , secara jelasnya akan dipaparkan
dibawah ini.
PEMBAHASAN
Menurut KBBI, Materialisme adalah salah satu paham yang beranggapan bahwa
manusia hidup di dunia adalah hasil rekayasa materi. Artinya selagi seorang manusia
hidup di dunia, dia sebenarnya hidup di dunia materi. Dia mau hidup, harus makan, dia
mau menata sistem nilai dan budayanya harus menggunakan alat (materi). Sedangkan
Sedangkan kata budaya menurut Williams adalah hal yang sifatnya keseharian
(Culture is ordinary) dan mencakup pengertian baik budaya kelompok elit maupun
orang-orang awam.2 Dalam bukunya Culture and Society, 1780- 1950, Williams
menunjukkan bahwa budaya meliputi perkembangan seluruh masyarakat dan
bahwasanya seni juga dapat menciptakan kesadaran lebih "or the arts, as the creators of
consciousness, determine social reality", 3 sebuah pandangan yang berlawanan dari
1 Scott Wilson, Cultural Materialism: Theory and Practice, (Oxford and Cambridge: Blackwell, 1995), hlm.
15-16
2 Raymond Williams, Culture and Society: 1780-1950, (Harmondsworth: Penguin, 1975), hlm. 6
3 Raymond Williams, Culture and Society: 1780-1950, (Harmondsworth: Penguin, 1975), hlm. 266
Marxis yang deterministis. Budaya bukan hanya cerminan dari sistem ekonomi dan
politik, tetapi juga tidak terlepas darinya.
Bersamaan dengan Williams, Dollimore memahami kata budaya ada dalam dua
pengertian. Pertama, budaya dipahami sebagai analitis yang biasanya digunakan dalam
ilmu-ilmu sosial dan terutama pada antropologi. Kedua, budaya diberi pengertian
evaluatif yakni suatu pengertian yang mengandung “seni” dan “sastra”. 4
Pada awalnya Materialisme Kultural ini muncul dalam teksnya Marvin Harris
“The Rise of Antrophological Theory” pada tahun 1968. Dan akhirnya di kembangkan
lagi oleh Raymond Williams dalam bukunya “Cultural Materialism” pada tahun 1980.
Merangkul sifat politik teori Marx dan fokus kritisnya pada kekuasaan dan
struktur kelas , materialisme budaya Williams membidik bagaimana produk budaya
4 Jonathan Dollimore dan Alan Sinfied, Polical Shakespeare: Essays in Cultural Materialism,(Ithaca and
London: Cornell University Press, 1994), hlm. viii
5 Alan Sinfield, Faultlines: Cultural Materialism and the Politics of Dissident Reading, (Oxford:Clarendon
Williams menegaskan bahwa budaya itu sendiri adalah proses yang produktif,
artinya memunculkan hal-hal yang tidak berwujud, termasuk ide, asumsi, dan hubungan
sosial, yang ada dalam masyarakat. Teorinya tentang materialisme budaya berpendapat
bahwa budaya adalah bagian dari proses yang lebih besar tentang bagaimana sistem
kelas dibuat dan mendorong ketidaksetaraan sosial. Budaya memainkan peran ini
melalui promosi nilai-nilai, asumsi, dan pandangan dunia yang dianut secara luas dan
marginalisasi mereka yang tidak sesuai dengan cetakan arus utama. Pertimbangkan cara
musik rap difitnah di media arus utama atau bagaimana gaya tarian yang dikenal
sebagai twerking dianggap "kelas rendah" sementara dansa ballroom dianggap
"berkelas" dan halus.
secara lebih luas. Berikut ini adalah penjelasan detail mengenai konsep-konsep
a) Budaya
Williams menawarkan definisi baru tentang budaya, yaitu “whole way of life” yang
mencakup praktik-praktik sosial, kepercayaan, nilai-nilai, dan representasi-
representasi yang dihasilkan oleh masyarakat dalam periode tertentu. Budaya,
menurut Williams, merupakan produk sosial dan bukan kebudayaan yang dibentuk
secara alami atau individual.
b) Materialisme
c) Kultural
d) Struktur pengalaman
Contoh: Seorang penulis mungkin menulis tentang pengalaman kelas, gender, atau
ras dalam sastra mereka. Seorang pembaca dapat memahami pengalaman ini dan
meresponsnya berdasarkan pengalaman mereka sendiri dalam struktur sosial yang
sama.
e) Hegemoni
f) Budaya rakyat
Contoh: Puisi rakyat dan dongeng merupakan bagian dari sastra rakyat yang
mencerminkan kehidupan sehari-hari masyarakat tertentu. Sastra rakyat
memungkinkan kita untuk memahami budaya dan nilai-nilai yang dipegang oleh
masyarakat tersebut.
Dalam rangka untuk memahami hubungan antara sastra dan masyarakat secara
lebih luas, Williams mengembangkan konsep materialisme kulturalnya dengan
menyatakan bahwa sastra harus dianalisis dalam konteks sosial dan sejarahnya, serta
memperhitungkan peran budaya rakyat dan kekuatan-kekuatan dominan dalam
7 Raymond Williams, Marxism and Literature, (Oxford: Oxford University Press, 1978), hlm. 11-20
produksi, distribusi, dan konsumsi sastra. Williams menekankan bahwa kajian sastra
tidak boleh terisolasi dari realitas sosial dan politik yang menghasilkannya.
Dalam pelaksanaan ini, kritik sastra aliran ini menggunakan gabungan empat unsur
dalam melihat teks sastra. Unsur-unsur tersebut adalah konteks historis, metode teoretis,
komitmen politis, dan analisis tekstual. Berikut penjelasan lengkapnya:
a) Konteks Historis
8 Raymond Williams, Marxism and Literature, (Oxford: Oxford University Press, 1978), hlm. 21-32
Sehubungan dengan konteks ini, para kritikus materealis berpandangan bahwa
batasan antara teks sastra dan sejarah tidak signifikan. Sastra bukanlah “latar depan”
dan sejarah adalah “latar belakangnya”. 9 Pandangan ini dipengaruhi oleh pendapat
Williams yang menyatakan bahwa sastra dan seni tidak dapat dipisahkan dari jenis
lain praktik sosial. Dalam konteks ini, teks sastra juga melakukan intervensi ke
dalam sejarah dan tidak diberi status istimewa. Teks tersebut harus dipahami dalam
kaitannya dengan teks-teks lain, seperti pamflet, politik, traktat-traktat keagamaan,
catatan-catatan medis, rumah, kebun, mode pakaian, peta-peta dan sebagainya.10
Cara berfikir seperti ini mirip dengan cara pandang Historisisme Baru yang
ditawarkan Stephen Greenblatt di Amerika yang memberikan kemungkinan pada
para ilmuwan untuk melakukan kajian interdisipliner dalam studi sejarah,
antropologi, seni, politik, sastra, dan ekonomi.
b) Metode Teoritis
9 R Selden, Practising Theory and Reading Literature: An Introduction, (London: Harvester Wheatsheaf,
1989), hlm.95
10 S Wilson, Cultural Materialism: Theory and Practice, (Oxford and Cambridge: Blackwell, 1995), hlm. 8
11 M A Rokhman, Keterkaitan Kajian Budaya dan Studi Sastra di Inggris: Sebuah Telaah Singkat, Vol. 20
Para Materialis mendekonstruksi oposisi biner tersebut dengan dua cara; Cara yang
pertama, ditawarkan oleh Williams dengan mengambil definisi budaya dalam
pengertian antropologis yang mencakup semua hal yang berhubungan dengan
kegiatan manusia tanpa memandang kelas. Cara kedua, yang sedikit lebih
berkembang adalah dengan memusatkan kegiatan kelas tertindas, marjinal, dan
tersisihkan, yang berarti memfokuskan pada kolom kanan oposisi biner.
c) Komitmen Politis
Komitmen politis adalah kacamata dalam melihat suatu teks. Maksudnya, dalam hal
ini terdapat semacam asumsi awal yang dibentuk oleh komitmen politis yang
kemudian diterapkan pada analisis teks. Hal ini tentu saja akan menghasilkan cara
pandang yang berbeda dibanding model Humanisme Liberal. Teks dalam
pandangan materialis merupakan sarana pengungkapan suatu pandangan politis
tertentu daripada karya sastra yang netral secara politis. Dalam pandangan ini, teks
12
S Wilson, Cultural Materialism: Theory and Practice, (Oxford and Cambridge: Blackwell, 1995), hlm. 9
13
M A Rokhman, Keterkaitan Kajian Budaya dan Studi Sastra di Inggris: Sebuah Telaah Singkat, Vol. 20
No. 01, Jurnal Humaniora, 2008, hlm. 23
tidak pernah “netral” dan pandangan politik yang berpihak pada kelompok marjinal
adalah kerangka yang digunakan untuk melihat teks.14
d) Analisis Tekstual
Fokus kajian pada aliran ini biasanya pada karya-karya sastra zaman Renaisans
di Inggris. Topik-topik yang menarik untuk dikaji meliputi kekuasaan Negara dan
perlawanan terhadapnya, konflik antar fraksi-fraksi kelas dalam negara, perlunya
konsepsi Negara yang tidak monolitis. Topik-topik lain yang juga menarik minat para
kritikus Materialis mencakup penyimpangan sosial, seperti sodomi, pelacur, banci yang
mereka terapkan dalam drama-drama Shakespeare, seperti Othello, Measure for
Measure, Henry IV, As You Like it. 16
Materialisme Kultural mencoba fokus pada peristiwa dan varibel yang dapat
diamati dan diukur, dan juga dapat diterapkan di seluruh masyarakat dengan bantuan
metode empiris untuk mengembangkan teori nomotetik. Secara epistemology,
14 M A Rokhman, Keterkaitan Kajian Budaya dan Studi Sastra di Inggris: Sebuah Telaah Singkat, Vol. 20
No. 01, Jurnal Humaniora, 2008, hlm. 24
15 M A Rokhman, Keterkaitan Kajian Budaya dan Studi Sastra di Inggris: Sebuah Telaah Singkat, Vol. 20
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Pada makalah ini kami para penulis menyimpulkan Materialisme Kultural
dalam beberapa point berikut:
Rokhman, M. A. (2008). Keterkaitan Kajian Budaya dan Studi Sastra di Inggris: Sebuah Telaah
Singkat. Jurnal Humaniora, 23-24.
Selden, R. (1989). Practising Theory and Reading Literature: An Introduction. London:
Harvester Wheatshea.
Sinfied, J. D. (1994). Polical Shakespeare: Essays in Cultural Materialism. Ithaca and London:
Cornell University Press.
Sinfield, A. (1992). Faultlines: Cultural Materialism and the Politics of Dissident Reading.
Oxford: Clarendon Press.
ThoughtCo. (2019, October 15). Definition of Cultural Materialism. Retrieved from
www.thoughtco.com: https://www.thoughtco.com/cultural-materialism-
3026168#:~:text=Cultural%20materialism%20is%20a%20theoretical,and%20worldvie
ws%20that%20predominate%20society,
Williams, R. (1975). Culture and Society: 1780-1950. Penguin: Harmondsworth.
Williams, R. (1978). Marxism and Literature. Oxford: Oxford University Press.
Wilson, S. (1995). Cultural Materialism: Theory and Practice. Oxford and Cambridge:
Blackwell.