Anda di halaman 1dari 19

Unsur intrinsik ...

, Miftahul Hidayat, FIB UI, 2013


Unsur intrinsik ..., Miftahul Hidayat, FIB UI, 2013
UNSUR INTRINSIK DAN EKSTRIK PUISI GHAZAL KARYA AHMAD SYAUQI

Miftahul Hidayat

Program Studi Sastra Arab, Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya, Universitas Indonesia Depok 16464 – Indonesia

mivtah_elhidayat@yahoo.com

Abstrak

Bangsa Arab merupakan bangsa yang kaya akan karya sastra. Sepanjang perjalanannya, karya
sastra di Arab mengalami perkembangan sejak masa jahiliyah hingga modern. Perkembangan
puisi pada masa modern, secara bertahap mendapat pengaruh dari Eropa Baru, meskipun
perubahannya mendapat tantangan dari para tradisionalis yang ingin tetap menjaga tradisi
klasik, yaitu adanya monoritme dalam puisi Arab. Salah seorang penyair yang paling
terpandang ketika itu adalah Ahmad Syauqi yang terkenal akan kepiawaiannya dalam
mengolah kata-kata sastra dan mengeksplorasi keindahan puisi-puisinya. Makalah ini dibuat
untuk menjelaskan unsur intrinsik dan ekstrinsik puisi ghazal karya Ahmad Syauqi dengan
menggunakan metode studi literatur kepustakaan dan analisis struktural terhadap puisi
tersebut. Puisi ghazal karya Ahmad Syauqi adalah bukti bahwa ia merupakan penyair yang
memiliki kelebihan karena keindahan kata-katanya dan bahasanya mudah dimengerti. Puisi
Ahmad Syauqi termasuk dalam aliran Al Muhafidzun yaitu puisi zaman modern yang masih
terikat aturan pembuatan puisi zaman jahiliyah yang memiliki wazan atau bahr (ritme gaya
lama) dan qafiyah (rima akhir atau kesesuaian akhir baris/satr)
Kata kunci: Ahmad Syauqi, Ghazal, Ekstrinsik, Intrinsik, Puisi

The I ntrinsic and E xtrinsic Features of G hazal P oems W ritten by Ahmad Syauqi
Abstrac
The United Arab Emirates is a nation with an immense quantity of literary works.
Throughout history, Arabian literary works have developed since the jahiliyah era until the
modern one. The development of poetry in the modern era, gradually under the influence of
the New Europe, although the change challenged by traditionalists who want to keep the
classical tradition, that is the monoritme in Arabic poetry. One of the most distinguished a
poet at the time it was Ahmad Syauqi which known for his expertise in managing the words
of literature and explore the beauty of his poetry. This paper aims to elaborate the intrinsic
and extrinsic features of ghazal poems written by Ahmad Syauqi through the method of
literary studies and structural analysis toward the poetry. The ghazal poems written by
Ahmad Syauqi prove that he was a poet with specific talent because of the beauty and
comprehensiv choice of words. Ahmad Syauqi’s poems are poems of modern era which are
still have wazan or bahr a (based on old rhythm) and qafiyah (closing rhyme or the
resemblance of sound/satr) named Al Muhafidzun.
Keywords: Ahmad Syauqi, Ghazal, Intrinsic, Extrinsic, Poetry

Unsur intrinsik ..., Miftahul Hidayat, FIB UI, 2013


Latar Belakang

Bangsa Arab adalah bangsa yang gemar akan puisi, karena puisi telah mendapat tempat
di hati mereka. Menurut pandangan bangsa Arab, puisi adalah puncak keindahan dari sastra,
sebab puisi adalah suatu bentuk gubahan yang dihasilkan dari kehalusan perasaan dan
keindahan daya khayal. Karena itu bangsa Arab lebih menyenangi puisi dibandingkan dengan
karya sastra lainnya (Al Muhdar, 1983:28). Bangsa Arab sangat menyukai puisi, oleh karena
itu penyair memiliki peran penting bagi masyarakat Arab. Hal ini dikarenakan seorang
penyair dapat membela kehormatan kaum, keluarga, atau bagi bangsa Arab sendiri. Jika ada
seorang pemuda yang pandai dalam membuat syair-syair, maka pemuda tersebut akan
dimuliakan oleh suku atau bangsa tersebut. Hal ini dikarenakan pemuda tersebut dianggap
dapat membela kaum atau bangsa tersebut dari segala macam serangan dan ejekan dari kaum
atau bangsa lain.
Sejak jaman jahiliyah, karya sastra bagi bangsa Arab bukan hanya sebuah kesenian tetapi
telah menjadi simbol bagi peradaban mereka. Hal ini karena berbakatnya bangsa Arab secara
umum dalam menyusun sebuah padanan kata menjadi susunan kalimat yang indah. Posisi
penyair layaknya seorang artis sehingga diadakan lomba-lomba puisi seperti di pasar Ukaz.
Pemenangnya akan diberi hadiah berupa ditempelkannya karya sang pemenang di dinding
Ka’bah. Kekuatan karya sastra di dunia Arab pasca kedatangan Islam pun tidak berubah.
Kekuatan yang sangat besar dalam aspek sosial sehingga tak heran penyair-penyair Arab
mendapatkan tempat yang terhormat diantara profesi-profesi lainnya. Hal ini dikarenakan
karya sastra seperti puisi bisa mengubah persepsi masyarakat terhadap seseorang.
Strategisnya peran puisi dalam kehidupan sosial bagi bangsa Arab membuat puisi
mengalami perubahan sesuai dengan masa dan dinamika politik yang terjadi. Pasca kejatuhan
Bani Abbasiyyah dan era kebangkitan serta pencerahan yang dialami oleh bangsa Eropa,
terjadi perubahan didalam puisi Arab. Pengaruh-pengaruh dari barat mulai membuat puisi
Arab mengalami pembaharuan. Pembaharuan itu meliputi tema puisi yang lebih dominan
membahas masalah sosial, budaya, dan politik. Walaupun dilihat dari segi bahasa dan bentuk
puisinya, dimasa modern masih menggunakan gaya klasik tetapi pembaharuannya terlihat dari
tema-tema yang muncul. Ada yang masih menggunakan tema lama tetapi diadaptasi dengan
suasana yang baru seperti yang dilakukan oleh penyair Mesir yakni Ahmad Syauqi.
Pengaruh Barat terhadap kesusastraan Arab modern sangat jelas terjadi. Berbagai
aliran sastra seperti Romantisme, Realisme, Surealisme, Simbolisme, Analisis Lirik,
Eksistesialisme, Ekspresionalisme, dan Regionalisme telah berpengaruh dalam kesusastraan

Unsur intrinsik ..., Miftahul Hidayat, FIB UI, 2013


Arab modern dalam tingkatan yang berbeda. Pengaruh ini tidak saja dalam subjek dan isinya,
tapi juga dalam bentuk dan gayanya. Dalam puisi Arab modern, pengaruh ini terlihat dengan
sangat jelas. Adanya puisi-puisi tidak bersajak atau puisi bebas yang digunakan secara luas
dalam puisi-puisi Arab, tidak dapat disangkal lagi merupakan pengaruh dari Barat.
Romantisme, puisi tak bersajak dan puisi bebas ini secara luas telah berpengaruh dan
berkembang dalam kesusastraan Arab.
Puisi Arab modern ditandai dengan ekspresi-ekspresi mengenai politik, sosial, dan
budaya. Adapun temanya masih ada yang menggunakan tema lama, tapi diadaptasi dengan
suasana yang baru, dan ada juga tema-tema yang baru, seperti tema nasionalisme. Tema
nasionalisme ini kadang-kadang menyuarakan tentang Pan Arabisme dan Pan Islamisme.
Puisi Arab modern dikategorikan menjadi tiga jenis, yaitu:
1. Aliran al-Muhafidzun, yaitu aliran yang masih memelihara kaidah puisi Arab klasik secara
kuat. Aliran ini menciptakan puisi masih terikat dengan wazan dan qafiyah (rima), tema-
temanya masih mengikuti tema-tema masa sebelumnya, seperti madah (pujian-pujian), ritsa
(ratapan), ghazal (percintaan), fakhr (membanggakan diri atau kelompok), dan adanya
perpindahan dari satu topik ke topik yang lain dalam satu qasidah (ode). Diantara sastrawan
yang termasuk dalam aliran ini adalah Ahmad Syauqi, Mahmud Sami al-Barudi, Hafidz
Ibrahim, dan Ma’ruf ar-Rusafi.
2. Aliran al-Mujaddidun merupakan aliran yang muncul karena adanya perubahan situasi
politik dan sosial. Aliran dan pemikiran Barat memiliki pengaruh besar terhadap
berkembangnya Aliran al-Mujaddidun ini sehingga mereka berupaya untuk melepaskan diri
dari puisi klasik. Ciri khas yang menonjol dari aliran ini adalah adanya pembaharuan dalam
deskripsi dan gaya bahasa, adanya pengaruh aliran simbolis dalam kesusastraan Arab di mana
para sastrawan atau penyair menggunakan simbol-simbol sebagai sarana pengungkapan
perasaan dan pikiran mereka. Sastrawan yang masuk ke dalam aliran ini diantaranya adalah
Khalil Mutran, Abbas al-Aqqad, Ibrahim Abdul Qadir al-Mazini, al-Tijani Yusuf Basyir,dan
Abu al-Qasim asy-Syabiy.
3. Aliran al-Mughaaliinu, yaitu aliran yang dipengaruhi oleh aliran sastra Eropa setelah
Perang Dunia I. Aliran ini berorientasi pada situasi dan kondisi politik, sosial, ekonomi, serta
pemikiran masyarakat Eropa. Tema yang menonjol pada aliran ini adalah deskripsi, tapi ide
dan deskripsinya terkadang tidak jelas. Di antara sastrawan yang termasuk dalam aliran ini
adalah Badr Syakir Sayyab, Abdul Wahab al-Bayati, Muhammad Mishbah al-Fituri, Ibrahim
Naji, Mahmud Darwisy.
Membahas tentang kesusasteraan Arab modern tidak lepas dari pengaruh aliran sastra di

Unsur intrinsik ..., Miftahul Hidayat, FIB UI, 2013


Eropa seperti Romantisme, Realisme, Surealisme, Simbolisme, Eksistesialisme,
Ekspresionalisme, dan Regionalisme. Aliran sastra Eropa tersebut tidak hanya berpengaruh
terhadap subyek dan isinya, melainkan berpengaruh pula terhadap bentuk dan gayanya.
Dalam puisi Arab modern, pengaruh tersebut terlihat dengan sangat jelas. Apabila pada masa
sebelumnya puisi Arab masih cenderung terikat pada pola, maka pada puisi arab modern tidak
lagi terikat pada pola-pola itu. Hal tersebut dapat dijelaskan dengan adanya puisi-puisi tidak
bersajak atau puisi bebas yang digunakan secara luas dalam puisi-puisi Arab.

Dari segi tema, puisi Arab modern dapat dibagi menjadi tiga bagian, yaitu:
1. Tema-tema lama yang masih dipakai.
a. Wasf (deskripsi)
Jika pada puisi klasik tema ini hanya merupakan tema tambahan pada tema-tema lain
seperti pada puisi ritsa atau madah, maka pada masa modern, tema ini justru menjadi tema
utama.
b. Fakhr (membanggakan diri)
Pada mulanya tema ini digunakan untuk memuji dan membanggakan keagungan,
kemulian atau kedudukan suatu suku. Pada masa modern tema ini masih tetap digunakan
tetapi dalam ruang lingkup yang lebih luas, yaitu untuk melahirkan keagungan suatu bangsa
yang bertujuan untuk membangkitkan semangat perjuangan suatu bangsa dalam melawan
penjajahan asing.
c. Madah (puji-pujian)
Pada masa moden tema seperti ini masih mendapat tempat yang luas. Tema ini juga
ditujukan kepada para pejuang kemerdekaan dan kebangsaan.

2. Tema-tema yang mengalami sedikit perubahan


a. Naqa'id (kritikan)
Pada mulanya tema ini hanya dipakai dalam ruang lingkup pribadi, misalnya menyangkut
masalah kehormatan pribadi. Akan tetapi pada masa modern, tema tersebut lebih banyak
ditujukan kepada persoalan orang banyak, bahkan kepada persoalan negara.
b. Kepahlawanan
Seperti halnya tema kritikan, tema kepahlawanan yang dulu hanya digunakan untuk
menggambarkan kemegahan diri atau suku. Pada masa ini, tema ini banyak digunakan untuk
mengagungkan sebuah bangsa.
c. Ritsa (ratapan)

Unsur intrinsik ..., Miftahul Hidayat, FIB UI, 2013


Pada puisi klasik tema ritsa digunakan untuk meratapi kematian seseorang (bela
sungkawa). Adapun pada masa modern, tema ini digunakan untuk meratapi para pejuang yang
telah tewas di medan perang, para pemimpin bangsa yang telah meninggal, bahkan untuk
meratapi bangsa atau negara yang telah hancur.
d. Ghazal (cinta)
Pada mulanya digunakan untuk menggambarkan kecantikan fisik wanita, sedangkan pada
masa modern sesuai dengan semakin meningkatnya rasa cita masyarakat akibat majunya
zaman, tema ini lebih terfokus pada nyanyian-nyanyian cinta yang melukiskan gelora
perasaan jiwa.

3. Tema-tema yang baru muncul pada masa modern


a. Patriotik
Tema ini berisi tentang rasa cinta dan kasih pada negara, kebebasan, kemerdekaan, dan
persatuan. Tema ini bertujuan untuk membakar semangat rakyat, mencetuskan rasa cinta
kepada tanah air dan berkorban segala-galanya untuk negara.
b. Kemasyarakatan
Tema jenis ini mucul sesuai dengan kondisi masyarakat pada waktu itu yang baru saja
melepaskan diri dari cengkeraman penjajah, masyarakat yang mengalami masalah
kemiskinan, buta huruf, anak yatim, anak terlantar, dan kaum wanita, menjadi masalah yang
tidak dapat diabaikan.
c. Kejiwaan
Tema ini biasa ditulis oleh para penyair yang pengetahuannya banyak dipengaruhi oleh
kebudayaan Barat dan para penyair yang tinggal di perantauan. Isi puisi dari tema ini adalah
tentang rintihan dan keluhan jiwa, penderitaan dan kesengsaraan, harapan, dan cita-cita.
d. Puisi drama
Bentuk ini merupakan sebuah tema baru yang juga dianggap sebagai sebuah genre baru
dalam kesusastraan Arab. Bentuk ini merupakan drama yang dibuat secara puitis.

Salah satu tokoh penyair di masa modern adalah Ahmad Syauqi. Penyair Mesir ini
merupakan penyair yang menganut aliran al-Muhafidzun yaitu aliran yang masih
mempertahankan unsur-unsur lama seperti keharusan menggunakan wazan (pola) dan qafiyah
(rima). Tema-tema yang diangkat oleh Ahmad Syauqi merupakan percampuran antara tema-
tema lama dengan tema-tema modern. Karakteristik Ahmad Syauqi itu membuat ia kemudian
diberi julukan sebagai penyair neoklasik. Keunikan dan ketenaran Ahmad Syauqi membuat

Unsur intrinsik ..., Miftahul Hidayat, FIB UI, 2013


penulis memutuskan untuk mengupas lebih jauh salah satu contoh tema karya sastranya dalam
makalah ini.
Berdasarkan latar belakang di atas, penelitian ini akan membahas tentang salah satu puisi
ghazal karya Ahmad Syauqi yang berjudul Ughniyat ini. Rumusan masalah dari pembahasan
tersebut adalah bagaimanakah analisis unsur intrinsik dalam puisi ghazal karya Ahmad
Syauqi? Dan bagaimanakah analisis unsur ekstrinsik dalam puisi ghazal karya Ahmad
Syauqi?
Tujuan penulisan makalah ini untuk mengetahui nilai estetis puisi dari segi ektrsinsik dan
intrinsik yang terkandung dalam puisi ghazal karya Ahmad Syauqi. Metode dan teknik
penulisan yang digunakan dalam makalah ini adalah metode studi pustaka. Studi pustaka
dilakukan untuk mendapatkan data dan informasi yang bersifat teoritis yang kemudian data
tersebut akan dijadikan dasar atau pedoman untuk melihat adanya ketidaksesuaian antara teori
dengan kenyataan sebagai penyebab dari permasalahan yang dibahas dalam makalah ini.
Sumber-sumber yang dijadikan sebagai rujukan untuk studi pustaka diperoleh dari berbagai
sumber bacaan. Baik itu buku maupun situs-situs yang ada di internet.

Pembahasan

Unsur Intrinsikdan dan Unsur Ekstrinsik Puisi Karya Ahmad Syauqi

Makalah ini akan memfokuskan pembahasan pada puisi karya Ahmad Syauqi dengan
tema ghazal. Sebagai Amir asy-syu’ara atau raja para penyair tentunya ia mempunyai banyak
karya puisi yang bernilai estetika tinggi. Salah satu karyanya adalah yang berjudul Ughniyat
(Senandung Rindu) seperti di bawah ini:

‫اﻟﺪّﺟﻰ‬ ، ‫ﻗﻤﺮﯾّﺔ ادى‬ ِ‫ﻣﺎ ﺑﻚ‬

‫ﻣن وراء اﻻٔﯾك‬ ‫ا ٔورد ّدى‬ ‫وا ٔرﺳﻠﻰ اﻟﺷّﺟو ا ٔﺳﺟﺎﻋﺎ ﻣﻔﺻّﻠﺔ‬

‫ﻣن واد‬ ، ‫وﻻ‬ ‫ﺣﺎن ﻣن‬ ، ‫ﻻ‬

‫ﺑ ّل اﻟﺻّدى ذو‬ ‫ظﻣ ٕﺎ‬ ‫! ھل‬

‫دى‬ ‫ﻣر إﻻ‬ ‫ﻣن‬ ‫ﻣﺎ‬ ‫ﻟرّ ﯾﺣﺎﻧﺎ ﻻ‬ ‫ت‬


ِ ‫واﻧ‬

‫ى‬
ّ ‫اﻟﮭﺎد‬ ‫أﺿﻠّﮭﺎ‬ ‫ﺣﺎ ﯨٔرة‬

Unsur intrinsik ..., Miftahul Hidayat, FIB UI, 2013


‫ظ ّل اﻟﻧّدى‬ ‫ﻣن‬ ‫ﻋم ﻋطر‬ ّ ‫ﺧد‬

‫راﯨٔﺢ ﻏﺎد‬ ‫وﺟوى‬

‫د‬ ‫ﻣن‬ ‫ھﮭﻧﺎ وھﻧﺎ‬

‫وھل‬ ‫ھل طرت‬ ‫ﻣوﻋدا ﺟﺎد ا‬

‫دى‬ ‫ﺣصأ‬ ‫ورﺣت‬ ‫ﻣن ﺳؤ ل وﻣن ﻣل‬

SESENANDUNG RINDU
Apa yang saya rasakan
Sama dengan apa yang engkau rasakan
Wahai Pujaan Lembah
Saya menyeru Laila
Maka bangunlah
Dan berseru ditengah malam

Kirimkanlah kerinduan
Yang panjang dan bersajak
Atau ulangi senandung pujaanku
Dari balik semak yang rindang

Jangan sembunyikan
Cinta yang dalam
Sebab duka hati
Akibat kesedihan
Dan bukan kerinduan yang membara
Sedangkan tetesan air mata
Datang dari satu lembah

Ingatlah
Apakah kita pernah bertemu
Dalam kehausan?

Unsur intrinsik ..., Miftahul Hidayat, FIB UI, 2013


Bagaimana air embun
Dapat membasahi
Rasa haus seseorang
Di puncak hausnya

Ketika engkau berada


Di suatu majelis yang gembira
Bahkan menambah semaraknya majelis

Ingatlah kecupan di atas rambut


Merusaknya
Menyentuh getaranmu yang tenang

Dan kecupan di pipi lembut dan harum


Lebih indah dari mawar
Di bawah naungan embun pagi

Ingatlah pemandangan lembah


Dimana kita duduk
Di tepi lembah
Seperti sepasang anak burung di lembah

Dan cabang-cabang pohon


Menggapai di atas kita
Dengan lembutnya
Sedangkan air mengalir
Di antara kaki-kaki kita
Dengan lembutnya

Ingatlah nyanyian yang bersenandung


Dari sana sini
Irama hembusan angin
Dari pepohonan di hutan

Unsur intrinsik ..., Miftahul Hidayat, FIB UI, 2013


Ingatlah
Ketika suatu janji diberkati masa
Adakah aku tebang rindu
Dan apakah mendahului janjiku

Kuraih apa yang kuraih


Dari tuntutan dan harapan
Sehingga tak dapat kugambarkan
Kegembiraan dan kesenanganku

(Asy-Syauqiyyat, IV,87)

Unsur Intrinsik Puisi Ughniyat

1. Tema (Ma’na)
Dalam puisi Ughniyat ini penyair menggunakan tema ghazal. Hal ini bisa dilihat dari
banyaknya kata yang menggambarkan tentang kisah romantis percintaan sepasang kekasih.
Contohnya seperti pada bait :

‫ﺣﺎن ﻣن‬ ، ‫ﻻ‬

Jangan sembunyikan
Cinta yang dalam
Sebab duka hati
Akibat kesedihan

‫ى‬
ّ ‫اﻟﮭﺎد‬ ‫أﺿﻠ ّﮭﺎ‬

Dan kecupan di pipi lembut dan harum


Lebih indah dari mawar

Tema ghazal telah mengalami perkembangan makna, ketika dizaman jahiliyah tema ini
menggambarkan keindahan wanita secara fisik namun dizaman modern tema ghazal
mengungkapkan gelora kisah percintaan.

2. Emosi (‘Atifah)

Unsur intrinsik ..., Miftahul Hidayat, FIB UI, 2013


Emosi adalah perasaan penulis yang tertuang dalam puisi tersebut. Dalam puisi Ughniyat
ini perasaan yang terlihat adalah kerinduan penyair pada kekasihnya. Hal ini tempak pada bait
puisinya

‫وا ٔرﺳﻠﻰ اﻟﺷّﺟو ا ٔﺳﺟﺎﻋﺎ ﻣﻔﺻّﻠﺔ‬

Kirimkanlah kerinduan
Yang panjang dan bersajak

3. Imajinasi (Khayal)

Imajinasi adalah pengungkapan apa yang dirasakan jiwa dan pikiran dari pengarang.
Dalam puisi ini Syauqi mengungkapkan perasaan kerinduannya dengan rayuan, seperti dalam
bait :

‫ﻗﻤﺮﯾّﺔ‬ ِ‫ﻣﺎ ﺑﻚ‬

Apa yang saya rasakan


Sama dengan apa yang engkau rasakan
Wahai Pujaan Lembah
Saya menyeru Laila

4. Tokoh dan Penokohan


Tokoh-tokoh yang ada di dalam puisi tersebut antara lain :
a. Aku; penyayang, sangat mencintai kekasihnya yaitu Laila
b. Laila; kurang begitu memahami perasaan si “aku”, dalam puisinya si “aku” menggunakan
begitu banyak kata ingatlah. Hal ini dimaksudkan agar si Laila mengingat kembali masa indah
mereka berdua yang telah berlalu yang mungkin telah Laila lupakan.

5. Alur
Puisi karya Ahmad Syauqi ini mempunyai alur maju, yaitu mengungkapkan sesuatu secara
berurutan dari awal hingga akhir. Dan klimaks dari puisi ini terletak di akhir puisi yang
mengungkapkan pernikahan mereka setelah diawali dengan masa pacaran.
6. Latar
Latar yang di gunakan oleh Ahmad Syauqi dalam puisi ini adalah alam. Ia menggunakan
banyak setting alam, seperti lembah, air, semak yang rindang. Dalam bait tertulis

Unsur intrinsik ..., Miftahul Hidayat, FIB UI, 2013


Dan cabang-cabang pohon
Menggapai di atas kita
Dengan lembutnya
Sedangkan air mengalir
Di antara kaki-kaki kita
Dengan lembutnya
Selain itu ia juga menggunakan setting waktu seperti pada bait:

‫اﻟﺪّﺟﻰ‬ ،

Saya menyeru Laila


Maka bangunlah
Dan berseru ditengah malam

7. Sudut Pandang
Ahmad Syauqi menggunakan sudut pandang orang pertama dalam puisinya. Dalam puisi
ini penyair mengunakan kata “aku” untuk menggantikan posisi penyair dalam puisi tersebut.

8. Gaya Bahasa
Gaya bahasa adalah cara penyair mengungkapkan isi hati dan imajinasinya dalam bentuk
kata-kata yang terdapat dalam puisi. Dalam puisi “Senandung Rindu” ini penyair
menggunakan beberapa gaya bahasa, yaitu:

1. Personifikasi, yaitu menggambarkan benda yang mati seolah-olah hidup. Seperti pada
bait

Dan cabang-cabang pohon


Menggapai di atas kita
‫ﻣن واد‬
Sedangkan tetesan air mata
Datang dari satu lembah
2. Repetisi merupakan pengulangan kata yang sama dalam sebuah puisi. Dalam puisi ini
penyair mengulang kata (ingatlah) sampai lima kali untuk mengingatkan
kekasihnya pada masa-masa romantis yang dulu mereka alami. Seperti dalam bait
‫ﺣﺎ ﯨٔرة‬

Unsur intrinsik ..., Miftahul Hidayat, FIB UI, 2013


Ingatlah kecupan di atas rambut
Merusaknya
Menyentuh getaranmu yang tenang
‫ﻣوﻋدا ﺟﺎد ا‬
Ingatlah
Ketika suatu janji diberkati masa
3. Hiperbola, yaitu pengungkapan yang melebih-lebihkan kenyataan sehingga kenyataan
tersebut menjadi tidak masuk akal. Majas ini terdapat dalam bait berikut
‫ﺑ ّل اﻟﺻّدى ذو‬
Bagaimana air embun
Dapat membasahi
Rasa haus seseorang
Di puncak hausnya

Selain itu penyair juga menggunakan bahasa kiasan, adapun kiasan yang digunakan
penyair dalam puisi ini adalah jenis perumpamaan. Didalam puisi ini penyair
mengumpamakan si aku dan kekasihnya seperti sepasang anak burung. Didalam bahasa Arab,
perumpamaan ini dinamakan tasybih ( ), karena tasybih menyamakan sesuatu dengan
sesuatu yang lainnya pada sifat tertentu dengan adat (alat) dan ada tujuannya. Sedangkan adat
(alat) yang digunakan adalah yang apat dilihat di dalam bait ke-8 :

Ingatlah pemandangan lembah


Dimana kita duduk di tepi lembah
Seperti sepasang anak burung di lembah

9. Bahr
Puisi Arab modern pada dasarnya bersifat bebas, tidak terikat oleh rima dan sajak. Namun
Ahmad Syauqi tetap menggunakan kaidah-kaidah tersebut dalam karya puisinya, termasuk
puisi Ughniyat ini. Ilmu yang mempelajari pola puisi Arab adalah Ilmu ‘Aruud. Dalam satu
bait pada puisi Arab Klasik terdiri atas 2 syatr, syatr 1 (terletak dikanan) disebut Ash-Shadr
dan syatr 2 (terletak di kiri) disebut Al-‘Ajzu. Dalam satu bait, pada dasarnya dari 6 taf’iilat
atau 8 taf’iilat, tapi bisa juga kurang atau lebih. Kumpulan dari taf’iilat dalam puisi Arab
Klasik disebut dengan Al-Bahr ( Jamak: Al-Buhuur). Ada 16 pola bahr dalam puisi Arab
Klasik, namun yang terkenal hanya ada 6, yaitu: 1.Bahr Al-Waafir 2. Bahr Al-Kaamil 3. Bahr

Unsur intrinsik ..., Miftahul Hidayat, FIB UI, 2013


At-Thawiil 4. Bahr Al-Basiit 5. Bahr Al-Khafiif 6. Bahr Al-Mutaaqarib. Dalam puisi Ughniyat
ini menggunakan bahr Al-Basiit, Pola bahr Al-Basiit sebagai berikut
‫ﻣﺴﺘﻔﻌﻠﻦ ﻓﺎﻋﻠﻦ ﻣﺴﺘﻔﻌﻠﻦ ﻣﺴﺘﻔﻌﻠﻦ ﻓﺎﻋﻠﻦ ﻣﺴﺘﻔﻌﻠﻦ‬
Jika kita rubah penulisannya secara Al-Kitaab Al-‘Aruudiyah , maka akan terlihat sebagai
berikut :

‫ﻗﻤﺮﯾّﺔ ا‬ ِ‫ﻣﺎ ﺑﻚ‬


Al-kitaabat al- ‫ري ﯾﺔ ﻟﻮادى‬ ‫ﻗﻢ‬ ِ‫ﺑﻚ‬ ‫ﻣﺎ‬
‘aruudiyat
Al-‘Isyaarat 0/0/ 0// 0/ 0/ 0/ // 0// 0/ 0/
(Rumuuz)
Taf’iilat ‫ﻣﺴﺘﻔﺎﻋﺎﻟﻦ‬ ‫ﻣﺘﻔﺎﻋﻞ‬ ‫ﻣﺴﺘﻔﻌﻠﻦ‬

‫اﻟﺪّﺟﻰ‬ ،
Al-kitaabat al- ‫ﻓﯨﺪ دﺟﻰ ﻧﺎدى‬ ‫ﻟﯨﻰ‬ ‫ﻟﻲ‬ ‫ﻧﺎ‬
‘aruudiyat
Al-‘Isyaarat 0/0/ 0// 0/ 0/ 0// 0/ 0// 0/ 0/
(Rumuuz)
Taf’iilat ‫ﻣﺴﺘﻔﺎﻋﺎﻟﻦ‬ ‫ﻣﺴﺘﻔﻊ ﻟﻦ‬ ‫ﻣﺴﺘﻔﻌﻠﻦ‬

Tanda ‘/’ untuk huruf yang berharakat (Mutaharik) sedangkan tanda ‘0’ untuk huruf mati
(Saakin). Bentuk pola diatas disebut pola bahr Al-Basiit pola 3. Dalam puisi tersebut terdapat
pengurangan dan penambahan huruf. Penambahan dan pengurangan huruf disebut zihaaf dan
‘illat. Hal tersebut biasa terjadi karena untuk menyesuaikan isi dan nada puisinya.

10. Diksi
Pemilihan kata dalam puisi karya Ahmad Syauqi ini sangat tepat dan indah. Sehingga
puisi ini pun menjadi indah, diksi yang digunakan untuk menggambarkan suasana alam
benar-benar terasa seperti pada bait
‫راﯨٔﺢ ﻏﺎد‬ ‫وﺟوى‬
Dan cabang-cabang pohon
Menggapai di atas kita
Dengan lembutnya
Sedangkan air mengalir

Unsur intrinsik ..., Miftahul Hidayat, FIB UI, 2013


Di antara kaki-kaki kita
Dengan lembutnya
Keindahan dan pemilihan kata yang tepat dalam puisi ini juga dapat dilihat pada tiap akhir
baitnya adalah berakhiran (qafiyah) huruf dal (‫)د‬
11. Amanat
Amanat yang ingin disampaikan oleh penyair adalah ia ingin agar kekasihnya si Laila
mengetahui betapa ia merasa bahagia dengan kisah percintaan yang dahulu telah mereka
alami. Ia sangat berkeinginan untuk mengulang kembali kisah mereka bersama kekasihnya,
karena hal itu sudah tidak mereka rasakan lagi disebabkan mereka sekarang telah berada
dalam ikatan suci pernikahan sehingga mereka bisa selalu bersama dan tiada lagi kerinduan
yang mendalam. Namun dengan pernikahan tersebut penyair merasa lebih bergembira
dibandingkan dengan masa pacaran dulu.

Unsur Ekstrinsik
Ahmad Syauqi dilahirkan di daerah Alhanafi Kairo pada 16 Oktober 1868 M. Darah
campuran yang ada pada dirinya berasal dari Arab, Turki dan Yunani. Darah Arab ia dapatkan
dari ayahnya yang berasal dari suku Kurdi, sedangkan Ahmad Halim sang kakek (bapak dari
ayahnya) berasal dari Turki yang kemudian menikah dengan Tamraz, seorang dara Yunani.
Silsilah ini berpengaruh kuat pada karakter sastra Syauqi, dimana Arab dan Yunani terkenal
dengan syair dan para sastrawannya.
Keluarga Syauqi merupakan keluarga terpandang pada saat itu. Hubungan keluarganya
dengan kalangan kesultanan (Turki Usmani) sangat dekat. Ahmad Sauqi lahir saat Sultan
Ismail memerintah di Mesir. Ada satu cerita dari para ahli sejarah mengenai kedekatan
hubungan keluarga Ahmad Syauqi dengan kesultanan yaitu sewaktu kecil, mata Syauqi sakit.
Syauqi kecil tidak dapat melihat ke bawah. Pada suatu hari sang nenek membawa Syauqi
kecil mengunjungi Sultan Ismail. Melihat mata Syauqi yang tidak dapat melihat ke bawah,
Ismail mengambil beberapa butiran emas kemudian menaburkannya di atas permadani.
Seketika pandangan Syauqi ‘turun’ ke bawah, lalu berusaha mengumpulkan dan bermain
dengan butiran emas. Melihat tingkah polah Syauqi itu, Ismail memberi saran kepada sang
nenek agar mengobati cucunya seperti yang ia lakukan. Sang nenek menjawab, “Obat seperti
ini tidak dapat saya jumpai kecuali pada apotek paduka”. Cerita ini menunjukan kecerdasan
neneknya yang berasal dari bangsa Yunani.
Pada masa Syauqi, ada dua sistem pendidikan yang diberlakukan di Mesir. Pertama
sistem pendidikan agama yang dipelopori al-Azhar dan kedua sistem Eropa yang berorientasi

Unsur intrinsik ..., Miftahul Hidayat, FIB UI, 2013


pada sains dan sastra. Syauqi memilih opsi yang kedua. Setelah menamatkan Pendidikan
Dasar dan Menengahnya di bawah asuhan syekh Soleh, ia melanjutkan studi di Sekolah
Hukum Departemen Transliterasi. Kejeniusannya dalam bidang kesenian membuat Syauqi
mendapatkan beasiswa untuk melanjutkan studinya di Perancis untuk memperdalam ilmu
hukum dan sastra Perancis. Universitas Montpellier dan Paris. Di Perancis inilah Syauqi
mulai bersentuhan dengan sastra dan para sastrawan Eropa khususnya sastra Perancis. Ia
banyak membaca dan menonton drama Perancis seperti Son of Alexandria Diamas dan Ji Di
Mo Basan. Selama di Perancis inilah Syauqi terinspirasi oleh drama Perancis, terutama oleh
dramawan Perancis yakni Moliere dan Racine. Pada tahun 1894 Syauqi kembali ke Mesir.
Wawasan dan pengetahuan Syauqi semakin bertambah dikarenakan pengalamannya empat
tahun berkelana di Perancis, ia semakin menguasai bahasa Perancis dan Turki sekaligus.
Kemampuannya itu membuat ia menjadi orang kepercayaan dari Sultan Abbas II dan
mendapatkan pekerjaan di Istana.
Setelah PD I meletus, Inggris berhasil menguasai Mesir dan Husen Kamil diangkat
sebagai pimpinan Mesir. Abbas dan keluarganya diusir. Syauqi yang merupakan orang
kepercayaannya tak luput dari malapetaka itu, ia diasingkan ke Spanyol, tepatnya di Filderiro,
Barcelona pada tahun 1914. Di pengasingan inilah Syauqi terlepas dari belenggu istana yang
bertahun-tahun mengikatnya. Terjadi perubahan gaya hidup Syauqi yang sebelumnya hidup
bergelimang kemewahan, di pengasingan ia lalui hari-hari dicekam kesedihan yang
sebelumnya ia tidak pernah alami. Perasaannya berkecamuk nestapa karena terpisah dari
tanah air, pedih karena dahsatnya perang, resah karena Abbas diasingkan, dan gelisah karena
kecintaannya akan tanah air.
Syauqi mulai merasakan dua sisi kehidupan yang berbeda antara senang dan sedih, ni'mat
dan sengsara. Semuanya ia alami. Ini semua mempunyai pengaruh dalam perubahan syair
Syauqi dari penyair istana menjadi penyair nasionalis dan kerakyatan. Maka lahirlah Syair
Assiniya. Dalam bait ini Syauqi mengumpamakan dirinya sebagai seekor Bulbul. Burung ini
tidak dapat tinggal kecuali pada sangkarnya. Demikian juga Syauqi tidak dapat tinggal selain
di Mesir. Kemudian Syauqi menganalogi penjajah Inggris dengan burung biasa yang suka
tinggal dan mengacak-acak sangkar burung lain.
Itulah penggalan sajak Syauqi yang intinya adalah kerinduan akan tanah air. Dalam
Syairnya ini, Syauqi banyak mengambil bentuk metafora untuk mengambarkan kerinduannya
terhadap Mesir. Hanya 6 tahun Syauqi tinggal di Andalusia yang berubah menjadi Spanyol
itu. Selama 6 tahun banyak pengalaman yang direguknya, ia banyak berkeliling kota-kota
bersejarah di Andalusia, puing-puing kota kerajaan Islam terkenal. Ia kunjungi Cordova,

Unsur intrinsik ..., Miftahul Hidayat, FIB UI, 2013


Granada, Sicillia dan kota lainnya. Sastra Andalusia ia tekuni, baik yang berupa novel atau
syair, seperti novel "Putri Andalus" dan Syair Ibnu Jaidun. Dengan banyak membaca sastra
Islam di Andalusia, kebanggaannya terhadap peradaban Arab mulai tumbuh. Ia sadar bahwa
bangsa Arab telah memiliki peradaban yang tinggi. Semua wawasannya tentang peradaban
Arab ia tuangkan dalam buku yang berjudul Duwal al-Arab wa 'udzoma al-Islam (Antologi
syair Arab dan rezim Islam).
Pada tahun 1920, ia kembali ke tanah air. Tentunya pintu istana sudah tertutup baginya,
untuk selanjutnya ia memilih menjauhkan diri dari kemewahan dunia dan mencari tempat
peristirahatan yang dekat dengan rakyat. Ia tingalkan kemegahan, lalu berbaur dengan
masyarakat dan hidup sederhana bersama rakyat biasa. Dari sinilah tema Syair Syauqi mulai
banyak mengangkat kehidupan sosial: tentang kemiskinan, penderitaan, ketimpangan sosial,
pendidikan rakyat dan lain sebagainya. Kemampuan seni Syauqi yang makin berkembang
membuat dirinya semakin terkenal dan pada tahun 1927 ia diberikan penghargaan Amir asy-
Syu’araa’ atau “Raja/Pangeran Pujangga”. Pasca pengalamannya di Andalusia
membuat Syauqi memutuskan untuk membuat rumah baru di daerah Giza dengan
menamainya Karmet ibn Hani yang baru. Rumah ini sekarang menjadi museum Ahmad
Syauqi. Syauqi menghembuskan napas terakhir pada 13 Oktober 1932.

Kesimpulan
Kepiawaian Ahmad Syauqi dalam dunia kesusastraan Arab sudah tidak diragukan lagi. Ia
sangat berbakat, pintar, dan sukses dalam membuat karya-karya sastra sehingga ia mendapat
gelar amir asy-syu’ara atau pemimpin para pujangga. Ia termasuk dalam penyair Al
Muhafidzun yaitu penyair yang masih memakai kaidah puisi Arab jahiliah dengan adanya
wazan atau bahr (mengikuti prosodi atau ritme gaya lama) dan qafiyah (rima akhir atau
kesesuaian akhir baris/satr). Salah satu hasil karyanya adalah puisi yang bertemakan ghazal
dengan judul Ughniyat ini. Puisi-puisi Syauqi lebih banyak mementingkan arti dan makna. Ia
tidak banyak menekankan pada segi bahasanya, sehingga bahasa yang ada dalam puisi ini
pun mudah dipahami. Kemampuannya dalam memilih diksi tampak pada penyeragaman akhir
bait yang menggunakan huruf dal (‫ )د‬sehingga begitu indah ketika diucapkan dan didengar.
Diksi yang ia gunakan untuk mendeskripsikan suasana alam begitu tepat sehingga para
pembaca bisa ikut merasakan keindahan suasana alamnya.

Unsur intrinsik ..., Miftahul Hidayat, FIB UI, 2013


Daftar Acuan

Lesmana, Maman. 2010. Kritik Sastra Arab dan Islam. Depok: Fakultas IlmuPengetahuan
Budaya, Universitas Indonesia

Al Muhdar, Yunus Ali dan Bey Arifin. 1983. Sejarah Kesusastraan Arab. Surabaya: Bina
Ilmu

Lesmana, Maman. Kesusastraan Arab: Asal Mula dan Perkembangannya. Jakarta: Zikrul
Hakim. 2000

Herman Waluyo. 2002. Apresiasi Puisi. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama. Hal 1

Sauqi, Ahmad. Asy-Syauqiyat I & IV. Kairo: Dar al-Fikr

Fardianti, Wima. 1993. “Pangeran Para Penyair” (analisis struktural dan kiasan). Program
Sarjana. Universitas Indonesia. Jakarta

http://www.adab.com/en/modules.php?name=Sh3er&doWhat=ssd&shid=38. Diakeses pada


tanggal 7 Juli 2013, pada pukul 09.15 WIB.

Religiusta(2005). Membaca Sastra Istana Ahmad Syauqi. Diakses tanggal 7 Juli 2013, pada
pukul 20.00 WIB dari gedongpuisi@yahoogroups.com.

Unsur intrinsik ..., Miftahul Hidayat, FIB UI, 2013

Anda mungkin juga menyukai