Miftahul Hidayat
Program Studi Sastra Arab, Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya, Universitas Indonesia Depok 16464 – Indonesia
mivtah_elhidayat@yahoo.com
Abstrak
Bangsa Arab merupakan bangsa yang kaya akan karya sastra. Sepanjang perjalanannya, karya
sastra di Arab mengalami perkembangan sejak masa jahiliyah hingga modern. Perkembangan
puisi pada masa modern, secara bertahap mendapat pengaruh dari Eropa Baru, meskipun
perubahannya mendapat tantangan dari para tradisionalis yang ingin tetap menjaga tradisi
klasik, yaitu adanya monoritme dalam puisi Arab. Salah seorang penyair yang paling
terpandang ketika itu adalah Ahmad Syauqi yang terkenal akan kepiawaiannya dalam
mengolah kata-kata sastra dan mengeksplorasi keindahan puisi-puisinya. Makalah ini dibuat
untuk menjelaskan unsur intrinsik dan ekstrinsik puisi ghazal karya Ahmad Syauqi dengan
menggunakan metode studi literatur kepustakaan dan analisis struktural terhadap puisi
tersebut. Puisi ghazal karya Ahmad Syauqi adalah bukti bahwa ia merupakan penyair yang
memiliki kelebihan karena keindahan kata-katanya dan bahasanya mudah dimengerti. Puisi
Ahmad Syauqi termasuk dalam aliran Al Muhafidzun yaitu puisi zaman modern yang masih
terikat aturan pembuatan puisi zaman jahiliyah yang memiliki wazan atau bahr (ritme gaya
lama) dan qafiyah (rima akhir atau kesesuaian akhir baris/satr)
Kata kunci: Ahmad Syauqi, Ghazal, Ekstrinsik, Intrinsik, Puisi
The I ntrinsic and E xtrinsic Features of G hazal P oems W ritten by Ahmad Syauqi
Abstrac
The United Arab Emirates is a nation with an immense quantity of literary works.
Throughout history, Arabian literary works have developed since the jahiliyah era until the
modern one. The development of poetry in the modern era, gradually under the influence of
the New Europe, although the change challenged by traditionalists who want to keep the
classical tradition, that is the monoritme in Arabic poetry. One of the most distinguished a
poet at the time it was Ahmad Syauqi which known for his expertise in managing the words
of literature and explore the beauty of his poetry. This paper aims to elaborate the intrinsic
and extrinsic features of ghazal poems written by Ahmad Syauqi through the method of
literary studies and structural analysis toward the poetry. The ghazal poems written by
Ahmad Syauqi prove that he was a poet with specific talent because of the beauty and
comprehensiv choice of words. Ahmad Syauqi’s poems are poems of modern era which are
still have wazan or bahr a (based on old rhythm) and qafiyah (closing rhyme or the
resemblance of sound/satr) named Al Muhafidzun.
Keywords: Ahmad Syauqi, Ghazal, Intrinsic, Extrinsic, Poetry
Bangsa Arab adalah bangsa yang gemar akan puisi, karena puisi telah mendapat tempat
di hati mereka. Menurut pandangan bangsa Arab, puisi adalah puncak keindahan dari sastra,
sebab puisi adalah suatu bentuk gubahan yang dihasilkan dari kehalusan perasaan dan
keindahan daya khayal. Karena itu bangsa Arab lebih menyenangi puisi dibandingkan dengan
karya sastra lainnya (Al Muhdar, 1983:28). Bangsa Arab sangat menyukai puisi, oleh karena
itu penyair memiliki peran penting bagi masyarakat Arab. Hal ini dikarenakan seorang
penyair dapat membela kehormatan kaum, keluarga, atau bagi bangsa Arab sendiri. Jika ada
seorang pemuda yang pandai dalam membuat syair-syair, maka pemuda tersebut akan
dimuliakan oleh suku atau bangsa tersebut. Hal ini dikarenakan pemuda tersebut dianggap
dapat membela kaum atau bangsa tersebut dari segala macam serangan dan ejekan dari kaum
atau bangsa lain.
Sejak jaman jahiliyah, karya sastra bagi bangsa Arab bukan hanya sebuah kesenian tetapi
telah menjadi simbol bagi peradaban mereka. Hal ini karena berbakatnya bangsa Arab secara
umum dalam menyusun sebuah padanan kata menjadi susunan kalimat yang indah. Posisi
penyair layaknya seorang artis sehingga diadakan lomba-lomba puisi seperti di pasar Ukaz.
Pemenangnya akan diberi hadiah berupa ditempelkannya karya sang pemenang di dinding
Ka’bah. Kekuatan karya sastra di dunia Arab pasca kedatangan Islam pun tidak berubah.
Kekuatan yang sangat besar dalam aspek sosial sehingga tak heran penyair-penyair Arab
mendapatkan tempat yang terhormat diantara profesi-profesi lainnya. Hal ini dikarenakan
karya sastra seperti puisi bisa mengubah persepsi masyarakat terhadap seseorang.
Strategisnya peran puisi dalam kehidupan sosial bagi bangsa Arab membuat puisi
mengalami perubahan sesuai dengan masa dan dinamika politik yang terjadi. Pasca kejatuhan
Bani Abbasiyyah dan era kebangkitan serta pencerahan yang dialami oleh bangsa Eropa,
terjadi perubahan didalam puisi Arab. Pengaruh-pengaruh dari barat mulai membuat puisi
Arab mengalami pembaharuan. Pembaharuan itu meliputi tema puisi yang lebih dominan
membahas masalah sosial, budaya, dan politik. Walaupun dilihat dari segi bahasa dan bentuk
puisinya, dimasa modern masih menggunakan gaya klasik tetapi pembaharuannya terlihat dari
tema-tema yang muncul. Ada yang masih menggunakan tema lama tetapi diadaptasi dengan
suasana yang baru seperti yang dilakukan oleh penyair Mesir yakni Ahmad Syauqi.
Pengaruh Barat terhadap kesusastraan Arab modern sangat jelas terjadi. Berbagai
aliran sastra seperti Romantisme, Realisme, Surealisme, Simbolisme, Analisis Lirik,
Eksistesialisme, Ekspresionalisme, dan Regionalisme telah berpengaruh dalam kesusastraan
Dari segi tema, puisi Arab modern dapat dibagi menjadi tiga bagian, yaitu:
1. Tema-tema lama yang masih dipakai.
a. Wasf (deskripsi)
Jika pada puisi klasik tema ini hanya merupakan tema tambahan pada tema-tema lain
seperti pada puisi ritsa atau madah, maka pada masa modern, tema ini justru menjadi tema
utama.
b. Fakhr (membanggakan diri)
Pada mulanya tema ini digunakan untuk memuji dan membanggakan keagungan,
kemulian atau kedudukan suatu suku. Pada masa modern tema ini masih tetap digunakan
tetapi dalam ruang lingkup yang lebih luas, yaitu untuk melahirkan keagungan suatu bangsa
yang bertujuan untuk membangkitkan semangat perjuangan suatu bangsa dalam melawan
penjajahan asing.
c. Madah (puji-pujian)
Pada masa moden tema seperti ini masih mendapat tempat yang luas. Tema ini juga
ditujukan kepada para pejuang kemerdekaan dan kebangsaan.
Salah satu tokoh penyair di masa modern adalah Ahmad Syauqi. Penyair Mesir ini
merupakan penyair yang menganut aliran al-Muhafidzun yaitu aliran yang masih
mempertahankan unsur-unsur lama seperti keharusan menggunakan wazan (pola) dan qafiyah
(rima). Tema-tema yang diangkat oleh Ahmad Syauqi merupakan percampuran antara tema-
tema lama dengan tema-tema modern. Karakteristik Ahmad Syauqi itu membuat ia kemudian
diberi julukan sebagai penyair neoklasik. Keunikan dan ketenaran Ahmad Syauqi membuat
Pembahasan
Makalah ini akan memfokuskan pembahasan pada puisi karya Ahmad Syauqi dengan
tema ghazal. Sebagai Amir asy-syu’ara atau raja para penyair tentunya ia mempunyai banyak
karya puisi yang bernilai estetika tinggi. Salah satu karyanya adalah yang berjudul Ughniyat
(Senandung Rindu) seperti di bawah ini:
ﻣن وراء اﻻٔﯾك ا ٔورد ّدى وا ٔرﺳﻠﻰ اﻟﺷّﺟو ا ٔﺳﺟﺎﻋﺎ ﻣﻔﺻّﻠﺔ
ى
ّ اﻟﮭﺎد أﺿﻠّﮭﺎ ﺣﺎ ﯨٔرة
SESENANDUNG RINDU
Apa yang saya rasakan
Sama dengan apa yang engkau rasakan
Wahai Pujaan Lembah
Saya menyeru Laila
Maka bangunlah
Dan berseru ditengah malam
Kirimkanlah kerinduan
Yang panjang dan bersajak
Atau ulangi senandung pujaanku
Dari balik semak yang rindang
Jangan sembunyikan
Cinta yang dalam
Sebab duka hati
Akibat kesedihan
Dan bukan kerinduan yang membara
Sedangkan tetesan air mata
Datang dari satu lembah
Ingatlah
Apakah kita pernah bertemu
Dalam kehausan?
(Asy-Syauqiyyat, IV,87)
1. Tema (Ma’na)
Dalam puisi Ughniyat ini penyair menggunakan tema ghazal. Hal ini bisa dilihat dari
banyaknya kata yang menggambarkan tentang kisah romantis percintaan sepasang kekasih.
Contohnya seperti pada bait :
Jangan sembunyikan
Cinta yang dalam
Sebab duka hati
Akibat kesedihan
ى
ّ اﻟﮭﺎد أﺿﻠ ّﮭﺎ
Tema ghazal telah mengalami perkembangan makna, ketika dizaman jahiliyah tema ini
menggambarkan keindahan wanita secara fisik namun dizaman modern tema ghazal
mengungkapkan gelora kisah percintaan.
2. Emosi (‘Atifah)
Kirimkanlah kerinduan
Yang panjang dan bersajak
3. Imajinasi (Khayal)
Imajinasi adalah pengungkapan apa yang dirasakan jiwa dan pikiran dari pengarang.
Dalam puisi ini Syauqi mengungkapkan perasaan kerinduannya dengan rayuan, seperti dalam
bait :
5. Alur
Puisi karya Ahmad Syauqi ini mempunyai alur maju, yaitu mengungkapkan sesuatu secara
berurutan dari awal hingga akhir. Dan klimaks dari puisi ini terletak di akhir puisi yang
mengungkapkan pernikahan mereka setelah diawali dengan masa pacaran.
6. Latar
Latar yang di gunakan oleh Ahmad Syauqi dalam puisi ini adalah alam. Ia menggunakan
banyak setting alam, seperti lembah, air, semak yang rindang. Dalam bait tertulis
اﻟﺪّﺟﻰ ،
7. Sudut Pandang
Ahmad Syauqi menggunakan sudut pandang orang pertama dalam puisinya. Dalam puisi
ini penyair mengunakan kata “aku” untuk menggantikan posisi penyair dalam puisi tersebut.
8. Gaya Bahasa
Gaya bahasa adalah cara penyair mengungkapkan isi hati dan imajinasinya dalam bentuk
kata-kata yang terdapat dalam puisi. Dalam puisi “Senandung Rindu” ini penyair
menggunakan beberapa gaya bahasa, yaitu:
1. Personifikasi, yaitu menggambarkan benda yang mati seolah-olah hidup. Seperti pada
bait
Selain itu penyair juga menggunakan bahasa kiasan, adapun kiasan yang digunakan
penyair dalam puisi ini adalah jenis perumpamaan. Didalam puisi ini penyair
mengumpamakan si aku dan kekasihnya seperti sepasang anak burung. Didalam bahasa Arab,
perumpamaan ini dinamakan tasybih ( ), karena tasybih menyamakan sesuatu dengan
sesuatu yang lainnya pada sifat tertentu dengan adat (alat) dan ada tujuannya. Sedangkan adat
(alat) yang digunakan adalah yang apat dilihat di dalam bait ke-8 :
9. Bahr
Puisi Arab modern pada dasarnya bersifat bebas, tidak terikat oleh rima dan sajak. Namun
Ahmad Syauqi tetap menggunakan kaidah-kaidah tersebut dalam karya puisinya, termasuk
puisi Ughniyat ini. Ilmu yang mempelajari pola puisi Arab adalah Ilmu ‘Aruud. Dalam satu
bait pada puisi Arab Klasik terdiri atas 2 syatr, syatr 1 (terletak dikanan) disebut Ash-Shadr
dan syatr 2 (terletak di kiri) disebut Al-‘Ajzu. Dalam satu bait, pada dasarnya dari 6 taf’iilat
atau 8 taf’iilat, tapi bisa juga kurang atau lebih. Kumpulan dari taf’iilat dalam puisi Arab
Klasik disebut dengan Al-Bahr ( Jamak: Al-Buhuur). Ada 16 pola bahr dalam puisi Arab
Klasik, namun yang terkenal hanya ada 6, yaitu: 1.Bahr Al-Waafir 2. Bahr Al-Kaamil 3. Bahr
اﻟﺪّﺟﻰ ،
Al-kitaabat al- ﻓﯨﺪ دﺟﻰ ﻧﺎدى ﻟﯨﻰ ﻟﻲ ﻧﺎ
‘aruudiyat
Al-‘Isyaarat 0/0/ 0// 0/ 0/ 0// 0/ 0// 0/ 0/
(Rumuuz)
Taf’iilat ﻣﺴﺘﻔﺎﻋﺎﻟﻦ ﻣﺴﺘﻔﻊ ﻟﻦ ﻣﺴﺘﻔﻌﻠﻦ
Tanda ‘/’ untuk huruf yang berharakat (Mutaharik) sedangkan tanda ‘0’ untuk huruf mati
(Saakin). Bentuk pola diatas disebut pola bahr Al-Basiit pola 3. Dalam puisi tersebut terdapat
pengurangan dan penambahan huruf. Penambahan dan pengurangan huruf disebut zihaaf dan
‘illat. Hal tersebut biasa terjadi karena untuk menyesuaikan isi dan nada puisinya.
10. Diksi
Pemilihan kata dalam puisi karya Ahmad Syauqi ini sangat tepat dan indah. Sehingga
puisi ini pun menjadi indah, diksi yang digunakan untuk menggambarkan suasana alam
benar-benar terasa seperti pada bait
راﯨٔﺢ ﻏﺎد وﺟوى
Dan cabang-cabang pohon
Menggapai di atas kita
Dengan lembutnya
Sedangkan air mengalir
Unsur Ekstrinsik
Ahmad Syauqi dilahirkan di daerah Alhanafi Kairo pada 16 Oktober 1868 M. Darah
campuran yang ada pada dirinya berasal dari Arab, Turki dan Yunani. Darah Arab ia dapatkan
dari ayahnya yang berasal dari suku Kurdi, sedangkan Ahmad Halim sang kakek (bapak dari
ayahnya) berasal dari Turki yang kemudian menikah dengan Tamraz, seorang dara Yunani.
Silsilah ini berpengaruh kuat pada karakter sastra Syauqi, dimana Arab dan Yunani terkenal
dengan syair dan para sastrawannya.
Keluarga Syauqi merupakan keluarga terpandang pada saat itu. Hubungan keluarganya
dengan kalangan kesultanan (Turki Usmani) sangat dekat. Ahmad Sauqi lahir saat Sultan
Ismail memerintah di Mesir. Ada satu cerita dari para ahli sejarah mengenai kedekatan
hubungan keluarga Ahmad Syauqi dengan kesultanan yaitu sewaktu kecil, mata Syauqi sakit.
Syauqi kecil tidak dapat melihat ke bawah. Pada suatu hari sang nenek membawa Syauqi
kecil mengunjungi Sultan Ismail. Melihat mata Syauqi yang tidak dapat melihat ke bawah,
Ismail mengambil beberapa butiran emas kemudian menaburkannya di atas permadani.
Seketika pandangan Syauqi ‘turun’ ke bawah, lalu berusaha mengumpulkan dan bermain
dengan butiran emas. Melihat tingkah polah Syauqi itu, Ismail memberi saran kepada sang
nenek agar mengobati cucunya seperti yang ia lakukan. Sang nenek menjawab, “Obat seperti
ini tidak dapat saya jumpai kecuali pada apotek paduka”. Cerita ini menunjukan kecerdasan
neneknya yang berasal dari bangsa Yunani.
Pada masa Syauqi, ada dua sistem pendidikan yang diberlakukan di Mesir. Pertama
sistem pendidikan agama yang dipelopori al-Azhar dan kedua sistem Eropa yang berorientasi
Kesimpulan
Kepiawaian Ahmad Syauqi dalam dunia kesusastraan Arab sudah tidak diragukan lagi. Ia
sangat berbakat, pintar, dan sukses dalam membuat karya-karya sastra sehingga ia mendapat
gelar amir asy-syu’ara atau pemimpin para pujangga. Ia termasuk dalam penyair Al
Muhafidzun yaitu penyair yang masih memakai kaidah puisi Arab jahiliah dengan adanya
wazan atau bahr (mengikuti prosodi atau ritme gaya lama) dan qafiyah (rima akhir atau
kesesuaian akhir baris/satr). Salah satu hasil karyanya adalah puisi yang bertemakan ghazal
dengan judul Ughniyat ini. Puisi-puisi Syauqi lebih banyak mementingkan arti dan makna. Ia
tidak banyak menekankan pada segi bahasanya, sehingga bahasa yang ada dalam puisi ini
pun mudah dipahami. Kemampuannya dalam memilih diksi tampak pada penyeragaman akhir
bait yang menggunakan huruf dal ( )دsehingga begitu indah ketika diucapkan dan didengar.
Diksi yang ia gunakan untuk mendeskripsikan suasana alam begitu tepat sehingga para
pembaca bisa ikut merasakan keindahan suasana alamnya.
Lesmana, Maman. 2010. Kritik Sastra Arab dan Islam. Depok: Fakultas IlmuPengetahuan
Budaya, Universitas Indonesia
Al Muhdar, Yunus Ali dan Bey Arifin. 1983. Sejarah Kesusastraan Arab. Surabaya: Bina
Ilmu
Lesmana, Maman. Kesusastraan Arab: Asal Mula dan Perkembangannya. Jakarta: Zikrul
Hakim. 2000
Herman Waluyo. 2002. Apresiasi Puisi. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama. Hal 1
Fardianti, Wima. 1993. “Pangeran Para Penyair” (analisis struktural dan kiasan). Program
Sarjana. Universitas Indonesia. Jakarta
Religiusta(2005). Membaca Sastra Istana Ahmad Syauqi. Diakses tanggal 7 Juli 2013, pada
pukul 20.00 WIB dari gedongpuisi@yahoogroups.com.