Anda di halaman 1dari 10

SYI’IR DAN PROSA PADA MASA ANDALUSIA

(‫)الشعر والنثر األندلسي‬


Diajukan untuk memenuhi tugas mata kuliah Kapita Selekta

Dosen pengampu :
Ahmad Syaikhu, M.A.

Disusun oleh :
Nurul Mutamimah (A71219064)
Aprilia Etika Wardani (A71219041)

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN AMPEL SURABAYA


FAKULTAS ADAB DAN HUMANIORA
BAHASA DAN SASTRA ARAB
2022
KATA PENGANTAR

Segala puji bagi Allah SWT yang telah memberikan nikmat serta hidayah-Nya
terutama nikmat kesehatan dan kesempatan sehingga saya dapat menyelesaikan tugas
makalah mata kuliah “Kapita Selekta”. Kemudian sholawat serta salam saya sampaikan
kepada Nabi besar Muhammad SAW. yang telah memberikan pedoman hidup yakni Al-
Qur’an dan sunnah untuk keselamatan umat di dunia.

Makalah ini merupakan salah satu tugas mata kuliah “Kapita Selekta” di program studi
Bahasa dan Sastra Arab . Selanjutnya saya mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya
kepada dosen pembimbing mata kuliah “Kapita Selekta” yang telah memberikan bimbingan
serta arahan selama proses perkuliahan mata kuliah ini. Akhirnya kami menyadari bahwa
banyak terdapat kekurangan-kekurangan dalam penulisan makalah ini, maka dari itu saya
mengharapkan kritik dan saran demi perbaikan-perbaikan selanjutnya. Akhir kata, semoga
makalah ini dapat memberikan manfaat bagi kita sekalian.

Sidoarjo, 29 November 2022

Penulis
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar belakang


Sastra Arab tumbuh dan berkembang jauh sebelum kedatangan Islam. Makkah
sebagai kota Islam sudah dikenal karena menjadi pusat pertukaran sastra dengan
kebiasaan bangsa Arab dalam memperlombakan syair-syair mereka di pasar Ukādz.
Kemasyhuran Makkah ini membuat Abrahah ingin membuat tandingan dengan
membangun gereja Qulayyis di Yaman. Meski pada kenyataannya hal tersebut tidak
menyurutkan kemasyhuran Makkah sedikitpun. Sejarawan membagi sastra Arab menjadi
6 sastra, yaitu: (1) sastra Jāhilī atau pra-Islam; (2) sastra awal Islam ; (3) sastra Umawī;
(4) sastra Abbāsī; (5) sastra pertengahan; dan (6) sastra modern Al-Jami’ah. Sastra Jāhilī
adalah karya sastra yang muncul 2 abad sebelum Islam, sedang Sastra awal Islam adalah
sastra yang muncul pada masa Rasulullah SAW dan Khulafāur-Rāsyidīn. Adapun sastra
Umawī dan Abbāsī adalah sastra yang muncul zaman Daulah Umayyah dan Abbasiah.
Sementara pertengahan adalah sastra Daulah Mamluk dan Ottoman. Sedangkan sastra
modern adalah sastra yang muncul sejak munculnya gerakan kemerdekaan negara-negara
Arab pada abad 13 H. hingga masa kini. Pada pembagian di atas sejarawan tidak
menyebutkan sastra Arab di Andalusia karena memasukkanya dalam bagian sastra
Abbāsī. Sastra ini tumbuh di Andalusia atau Spanyol. Sastra ini bermula ketika Thoriq
Bin Ziad dan Musa bin Nushair menaklukkan Andalusia pada masa Daulah Umayyah dan
berakhir dengan jatuhnya Granada ke tangan pasukan Spanyol. Nama Andalusia diambil
dari Vandal, nama bangsa yang pernah menjajah Andalusia sebelum kemudian diusir oleh
Ghotia Barat yang terletak di semenanjung Iiberia, sebuah wilayah yang terletak di barat
daya benua Eropa.

1.2 Rumusan masalah


1. Bagaimana perkembangan syi’ir/puisi pada masa Andalusia?.
2. Bagaimana perkembangan prosa pada masa Andalusia?.

1.3 Tujuan
1. Mengetahui perkembangan syi’ir/puisi pada masa Andalusia.
2. Mengetahui perkembangan prosa pada masa Andalusia.
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Syi’ir/puisi pada masa Andalusia

A. Sejarah perkembangan syi’ir/puisi pada masa Andalusia


Sejak kedatangan Islam di Andalusia, bukan hanya suku asli Barbar saja yang tinggal di
Andalusia, penduduk Maghrib yang terbagi dalam dua kelompok besar, yaitu Muslim dan
NonMuslim. Orang Muslim terdiri atas orang Arab yang datang dari Timur bersama Thoriq
Bin Ziad, atau Baladiyyūn dan orang Arab yang datang bersama Al-Qusyairy. Pada periode
awal ini tidak ditemukan naskah sastra Maghrib baik puisi maupun prosa. Jikalau ada itu
adalah pidato Thoriq bin Ziad ketika menaklukkan Andalusia, atau puisi Musa bin Nushair.
Namun para sejarawan berbeda pendapat mengenai naskah-naskah sastra tersebut. Pendapat
terkuat mengatakan bahwa itu bukanlah sastra Maghrib, namun sastra Masyriq. Karena pada
periode ini penduduk Andalusia belum mengenal bahasa Arab dengan baik. Sebagaimana di
Syam (Syria, Lebanon, Yordania dan Palestina), Daulah Umayyah juga melakukan Arabisasi
di Andalusia, yaitu menggunakan bahasa Arab dalam kehidupan sosial-politik mereka.
Tema dan ide dalam syi’ir Andalusia sangat dipengaruhi oleh kondisi lingkungan penyairnya.
Baik lingkungan alam, ekonomi dan politik. karya-karya sastranya dibagi berdasarkan
perkembangan politik :
1. Periode yang dimulai dengan kemenangan Islam tahun 93 H / 712 M dan berakhir dengan
berdirinya daulah bani umayyah di Andalusia dibawah kekuasaan Abdurrahman Ad-
Dakhil tahun 138 H / 755 M.
2. Periode pembentukan pemerintahan dimulai dari berkuasanya daulah umayyah di
andalusia dibawah pemerintahan Abdurrahman Ad-Dakhil dan keturunannya sampai tahun
238 H / 852 M
3. Periode konflik pemerintahan mulai sejak berkuasanya Abdurrahman Ausath dan
keturunannya berakhir pada tahun 316 H / 929 M.
4. Periode Khilafah atau Masa keemasan Islam di Andalusia di bawah kekuasaan Khalifah
An-Nashir Lidinillah (Abdurrahman III) berakhir pada tahun 366 H / 976 M.
5. Periode kemunduran yang berakhir pada tahun 399 H / 1009 M.

B. Macam-macam syi’ir Andalusia :


1. Madh(Pujian)
Syair ini bertujuan untuk mengungkapkan rasa senang dan cinta terhadap orang yang
pernah berjasa atau orang yang sangat dihormati. Penyair Andalusia merupakan generasi
dari penyair timur. Penyair ini tetap memelihara dengan baik gaya bahasa yang terdahulu
dan ditujukan untuk kerajaan. Penyair Madh yang paling terkenal di Andalusia yaitu, Ibnu
Hani, Ibnu Darraj, Ibnu Zaidun, Ibnu Syahid, dan Lisanuddin bin Al-Khotib. Contoh syair
di bawah ini mengikuti gaya Mutanabbi, yang ditujukan untuk memuji Khalifah,
sebagaimana perkataan al-Mu’iz liddinillah al-Fatimi :
‫ فأن الواحد القهار‬Y‫ فاحكم‬# ‫ما شئت ال ما شاءت األقدار‬
Y‫ بحبه وبه يحـط األصر واألوزار‬# ‫هذا الذي ترجى النجاة‬
Y‫ وكأنما أنصارك األنـصار‬# ‫فكـأنمـا أنت الـنبي محمد‬

Aku tidak memiliki kekuasaan apapun, sedangkan ia memiliki kekuasaan


Tetapkanlah keputusan, sesungguhnya Ia Maha Esa lagi Maha Perkasa
Inilah keselamatan yang diharapkan dengan cintanya
Dengannya turun jaminan dan perlindungan
Seakan-akan engkau Nabi Muhammad
Dan seakan-akan penolongmu adalah Kaum Anshor

2. Ritsa’ (Ratapan)
Kesedihan dengan jatuhnya kota-kota Andalusia, menimbulkan kreasi-kreasi ratapan
sebagai ekspresi kesedihan sekaligus menyadarkan masyarakat agar bersatu merebut
kembali harta mereka. Penyair yang terkenal dengan syair ini yaitu Ibnu ‘abd Rabbihi,
Ibnu Hani’, Ibnu zaidun. Sebagaimana yang dilakukan oleh seorang fakih yang juga
penyair Abdullah bin Farag al-Yahshuby yang dikenal dengan sebutan Ibnu al-Ghassâl,
yang terpaksa mengungsi ke Granada saat jatuhnya kota Toledo tahun 1094 M yang
keruntuhannya diibaratkan dengan pakaian yang carut marut, dia berkata :

‫فمـا المقام بهـا إال من الغـلط يا أهل أندلس شدوا رحالكم‬


‫سلك الجزيرة منسوال من الوسط السلك ينسل من أطرافه وأرى‬
‫كيف الحياة مع الحيات في سفط من جاور الشر ال يأمن عواقبه‬

“Wahai penduduk Andalus, tunggangilah kuda-kudamu


Karena menetap di Toledo adalah kesalahan
Pakaian akan ditanggalkan dari ujung-ujungnya
Dan aku melihat pakaian Andalus tertanggalkan dari pusatnya
Barang siapa yang meng-akrabi kejahatan tidak akan lepas dari akibatnya
Bagaimana manusia bisa hidup dengan ular-ular dalam satu kantong?”

3. Hija’ (Ejekan)
Penyair yang terkenal dengan puisi ini adalah Ibnu hani’, Ibnu Khufajah, Abu bakar al-
makhzumi, Ibnu jubair. Ibnu Jubair al-Andalusi berkata :

‫فداؤك نفسي كيف تلك المعالم فيا راكب الوجناء هل أنت عالم‬

“Wahai penunggang unta yang galak, apakah kamu tahu tebusanmu adalah diriku
bagaimana petunjuk jalan itu?”

4. Ghazal (Rayuan)
Syair ini banyak beredar di andalusia, pola syairnya lebih umum dan luas,
menggambarkan pencitraan mengenai perempuan dan deskripsi pesonanya. Penyair yang
terkenal dengan syair ini yaitu yahya bin hakam, ibnu zaidun, abu amir bin syahid, ibnu
‘abd rabbihi. Ibnu ‘abd rabbihi berkata :

‫ورشأ بتقطيع القلوب رفيقا يا لؤلؤا يسبي العقول أنيقا‬

“Duhai intan mutiara yang elok nan menawan hati


Serta nan lemah lembut untuk mengambil hati yang halus”

5. Asketisme – Sufisme
Syair ini mengekspresikan cinta kepada Allah. Penyair yang terkenal dengan syair ini
ibnu arabi, ibnu hani’. Ibn ‘Arabi mengemukakannya lewat syairnya :

‫يا ليت شعوري من المكلف العبد رب والرب عبـد‬


‫أو قـلت رب أنّى يـكلف إن قلت عبد فذاك رب‬

“Hamba adalah Tuhan dan Tuhan adalah hamba


Demi syu’ur ku, siapakah yang mukallaf?
Jika engkau katakan hamba, padahal dia Tuhan juga.
Atau engkau katakan Tuhan, lalu siapa yang dibebani taklif?”
6. Syair alam
Andalusia terkenal dengan keindahan alamnya, cuaca yang bersahabat lengkap
dengan taman hijau dan langit yang membiru. Andalusia juga dikelilingi oleh sungai
dan laut. Penyair yang terkenal dengan syair ini yaitu ibnu khufajah ibnu zaidun.
Seperti syair Ibnu Khufajah menggambarkan keindahan sungai :

‫أحلى ورودا من لمى الحسناء هلل نهـر سـال فى بطحاء‬


‫والزهر يـكنفه مجر سمـاء متعطف مثل السوار كأنه‬

“Demi Allah, alangkah indahnya sungai yang mengalir di Lembah Bath-ha itu
Airnya lebih manis daripada tahi lalat si cantik jelita
Sungai itu berbelok-belok bagaikan gelang
Dan bunga yang menghiasinya bagaikan gugusan bima sakti”

7. Syi’ir kerinduan
Penyair timur lebih suka mengarah pada puisi nostalgia, Andalusia mengikuti penyair
timur, dan diterapkan dalam seni ini, dan mengacu pada dua hal :
a. Penduduk Andalusia pergi ke Arab Timur untuk mencari ilmu pengetahuan.
b. Sebagian besar penyair Andalusia membuat syair dengan hati dan makna, yang
paling penting dari puisi seputar keterasingan mereka, kerinduan pada tanah air,
pengalaman di negeri asing, dan menggambarkan masa kecil.
Seperti penyair Ibnu zaidun membuat puisi untuk seorang gadis bernama Wiladah tetapi
cintanya terhalang oleh keberadaannya di penjara, ia membuat puisi romantis yang indah
dan melimpahkan emosi kerinduannya pada Wiladah :
‫واألفق طلق ووجه األرض قد راقا إني ذكرتك بالزهراء مشتق‬

“Aku merindukanmu disaat bunga-bunga mekar


Disaat ufuk terang dan wajah bumi memikat”
8. Syair ta’limi
Hubungan syair nadzam ini dengan syair yang lain terbatas pada wazan dan qafiyah.
Andalusia juga memberikan kontribusi pada pola ilmu pengetahuan, dan khususnya yang
berkaitan dengan sejarah dan nadzam ilmu-ilmu seperti ilmu nahwu karya alfiyah ibnu
malik dan alfiyah ibnu al-khathib yang membahas ilmu fiqh. Seperti Nadzam Alfiyah Ibnu
Malik :

‫ومسند لإلسم تميز حصل بالجر والتنوين والندا وأل‬

“Ciri ma’rifat itu dengan jar, tanwin, nida’, al ma’rifah, musnad, dan isim”
Pada awal kekuasaan Islam di Andalusia, bentuk sya’irnya masih mengikuti gaya sya’ir
Arab di Jazirah Arab dan penyairnya pun masih penyair rantau. Kemudian berkembang
dari segi tema, gaya, dan struktur sya’ir. Gaya sya’ir Arab Andalusia terkenal dengan
kelembutan dan kehalusan dalam pemilihan diksi, dan gaya bahasa terutama dalam tasybih
(perumpamaan) dan majaz isti’arah (personifikasi).

C. Munculnya Al-Muasyasyah (puisi bebas)


Di masa ini pula lahir satu bentuk puisi yang oleh ahli sastra dipandang juga sebagai
benih lahirnya puisi Arab bebas, yaitu al-muwasysyah. Bentuk puisi ini cukup popuper di
Andalusia pada abad III H. Puisi ini kemudian juga menyebar ke dunia Timur.
Secara terminologis, al-muwasysyah memiliki banyak definisi. Salah satunya adalah
yang dinyatakan oleh Ibnu Sina’ al Malik al Misry dalam bukunya Dar al-Tiraz.
Menurutnya, al-muwasysyah adalah ungkapan yang berwazan tertentu dengan qafiyah
dan rima yang berlainan. Muwasysyah muncul karena corak kehidupan masyarakat
Andalusia yang pada saat itu hidup dengan kemewahan. Al-Muwasysyah merupakan
bentuk ekspresi yang sesuai dengan keadaan masyarakat pada masa itu.
Penyair yang pertama kali mengenalkan puisi ini menurut Ibnu Khaldun adalah Miqdam
bin al Mu’afy al- Qubry dan diikuti oleh Abu Umar Ashmad bin Abd Rabbah, pengarang
buku al ‘Iqd. Sedangkan yang berhasil mempopulerkan al-muwasysyah ke seluruh
Andalusia adalah Ibadah bin Ma’ al-Sama’. Sepeninggalnya muncul beberapa penyair al-
muwasysyah Andalusia, antara lain yang populer adalah : Yahya bin Baqqy, Abu Bakar
bin zahr, Ibnu Sahl, dan Lisan al Din bin al Khatib. Al-muwasysyah terdiri dari beberapa
bagian, yaitu :
1. Bait (‫ )البيت‬yaitu bait dalam puisi
2. Al-Matla’ (‫ )المطلع‬yaitu pembuka al-muwasysyah. Matla’ ini disebut qosidah pertama.
3. Al – Goshnu (‫ )الغصن‬yaitu bagian tengah setelah mathla’.
4. Al – qafl (‫ )القفل‬yaitu bagian akhir dari bait.
5. Al – Kharjah (‫ )الخرجة‬yaitu bagian akhir qafl dari qasidah.
‫ يصف فيها الطبيعة‬:‫ من موشحة ألبي الحسن علي بن مهلل الجلياني‬:‫المثال‬.
(( ‫)) المطلع‬
Y‫على قدود الغصون النهر سل حساما‬
(( ‫)) الدور‬
‫وللنسيم مجال‬
‫والروض فيه اختيال‬
‫مدت عليه ظالل‬
(( ‫)) القفل‬
‫وجدا بتلك اللحون والزهر شق كماما‬
(( ‫)) الدور‬
‫أما ترى الطير صاحا‬
‫والصبح في األفق الحا‬
‫والزهر في الروض فاحا‬
(( ‫)) القفل‬
Y‫تبكي بدمع هتون والبرق ساق الغماما‬

Sungai menghunus pedangnya yang tajam di atas dahan yang tinggi


Untuk memecah air
Dan Taman yang dihiasi tumbuh-tumbuhan
Bayangan yang dibentangkan
Dan bunga membelah kelopak bunga, marah dengan perkataan itu
Andai kau lihat burung muncul
Dan subuh terbit di cakrawala
Dan bunga menyerbakkan bau harumnya di Taman
Kilat menyingkapkan awan, kau menangis dengan terus menerus meneteskan air mata

D. Al-Azjal dan Troubadour


Nyanyian yang terinspirasi dari muwasyasyah, namun bahasa yang digunakan tercampur
bahasa daerah atau tidak sesuai nahwu-shorof. Al-azjal muncul pada akhir abad ke-4 H/ 10
M. Strukturnya sama seperti muwasyasyah, hanya saja tercampur dengan bahasa ammiyah
(daerah) di Spanyol.
Seiring berjalannya waktu, al-azjal semakin berkembang dan meluas ke berbagai negara di
Eropa, sehingga muncul jenis puisi “Trobadour” di Perancis (penyair dan penyanyi
keliling pada abad ke-11 – abad ke-13).

E. Penyair Andalusia
1. Ibnu zaidun (394-463 H/1003-1071 M)
Nama lengkapnya adalah Ahmad bin abdullah bin ahmad bin ghalib bin zaidun al-
makhzumi dan lahir di cordoba. Ibnu Zaidun diangkat oleh penguasa
pemerintahan Islam di Spanyol, Al-Mutadhid Al-Abbadi sebagai pejabat. Ibnu
zaidun adalah penulis dan penyair yang dinamakan dengan, “Buhturi di Barat”, di
mana gaya bahasa beliau termasyhur dengan kelembutan, indah didengar dan
perumpamaan yang indah. Ibnu Zaidun dianggap sebagai penyair terbesar
Andalusia. Ia berasal dari keluarga bangsawan Makhzum, salah satu keturunan
Quraisy. Ia tak hanya memiliki kemampuan dalam menggerakkan pena. Ia pun
memiliki kekuasaan pedang, karena ibnu zaidun juga menjabat sebagai komandan
pasukan. Ibnu zaidun bergelar dzu al-wizaratain atau penguasa dua kementerian.
Ibnu Zaidun terkenal dengan tujuan syair madh, ritsa’, hanin, alam.

‫واألفق طلق ووجه األرض قد راقا إني ذكرتك بالزهراء مشتق‬

“Aku merindukanmu disaat bunga-bunga mekar


Disaat ufuk terang dan wajah bumi memikat”

3. Ibnu khufajah (450-533 H/1058-1138 M)


Abu ishaq ibrahim bin abi al-fath bin khufajah, Ia menghabiskan waktunya di sebuah
desa kecil sebelah selatan Valensia dan memutuskan untuk tetap berada di
keterasingan. Ia tak tertarik mendekati para pejabat istana. Ibun khufajah terkenal
dengan syair deskripsi, alam, madh.

‫أحلى ورودا من لمى الحسناء هلل نهـر سـال فى بطحاء‬


‫والزهر يـكنفه مجر سمـاء متعطف مثل السوار كأنه‬

“Demi Allah, alangkah indahnya sungai yang mengalir di Lembah Bath-ha itu
Airnya lebih manis daripada tahi lalat si cantik jelita
Sungai itu berbelok-belok bagaikan gelang
Dan bunga yang menghiasinya bagaikan gugusan bima sakti”

4. Ibnu Malik (1204 – 1274 Masehi)


Abu Abdillah Muhammad Jamaluddin bin Abdillah bin Malik al-Andalusia, pakar
bahasa yang termasyhur berasal dari Andalusia, spanyol yang bermadzhab Maliki..
Beliau pernah menjadi pakar rujukan di dalam ilmu qiraat dan nahwu. Beliau telah
menyusun beberapa antologi syair di mana yang termasyhurnya ialah antologi yang
terkenal dengan nama “Alfiah bin Malik”. Antologi tersebut memuatkan sebanyak
seribu bait ringkasan kaedah bahasa Arab.

‫ومسند لإلسم تميز حصل بالجر والتنوين والندا وأل‬

“Ciri ma’rifat itu dengan jer, tanwin, nida’, al ma’rifah, musnad, dan isim”

5. Ibn Abd Rabbihi (246-326 H / 860-940 M)


Nama lengkapnya adalah abu umar ahmad bin Muhammad bin abd rabbihi, Ia berasal
dari Kordoba. Dengan kemahiran yang dimiliki di bidang sastra, ia menjadi penyair
kesayangan Khalifah Abd al-Rahman III. Semula, Rabbihi merupakan seorang budak.
Ia dibebaskan oleh Khalifah Hisyam I.Selain sebagai penyair kesayangan khalifah,
Rabbihi berhasil menuliskan buku yang juga melambungkan namanya. Judul
bukunya, at-Iqd al-Farid atau kalung antik. Buku ini berisi tentang gubahan-gubahan
syair yang menggugah hati. Buku ini pun menjadi buah bibir di kalangan para
cendekia. selain sastra Rabbihi juga menulis tentang sekretaris. Dalam buku itu,
Rabbihi menuliskan tentang jenis-jenis jabatan sekretaris yang berkembang pada
masa ia hidup. Jabatan tersebut, banyak dipegang oleh mereka yang menguasai
bidang bahasa. Rabbihi menulis juga tentang soal politik, pemerintahan, militer,
dakwah, etika, biografi, anekdot, maupun hadis. Adapun kriteria syairnya yakni
ghazal, madh.

‫ورشأ بتقطيع القلوب رفيقا يا لؤلؤا يسبي العقول أنيقا‬

“Duhai intan mutiara yang elok nan menawan hati


Serta nan lemah lembut untuk mengambil hati yang halus”

6. Ibnu Arabi (560-638 H/ 1165-1246 M)


Muhyiddin Muhammad ibn Ali ibn Muhammad ibn al-Arabi al-Hatimi ath-Tha’i al-
Andalusi, yang dilahirkan pada tanggal 27 Ramadhan 560 H atau 7 Agustus 1165 M
di Murcle, Andalusia, Spanyol. Ibnu Arabi wafat pada tanggal 28 Rabi’utsani 638 H
atau 16 November 1246 M. Pada tahun 578 H, Ibnu Arabi mulai belajar agama
dengan usia yang masih muda. Beliau mempelajari al-Qur’an di bawah bimbingan Ibn
Safi al-Lakhimi (meninggal 589/1189) yang mengajarkan haditsnya. Selama menetap
di Seville, Ibn al-Arabi dengan memanfaatkan perjalanannya untuk mengunjungi para
sufi dan sarjana terkemuka. Salah satu kunjungannya yang sangat mengesankan ialah
ketika berjumpa dengan Ibn Rusyd (w. 595 / 1198) di Cordova. Percakapannya
dengan filsuf besar ini membuktikan kecermelangannya yang luar biasa dalam
wawasan spiritual dan intelektual dan syairnya banyak bertujuan asketisme.

‫يا ليت شعوري من المكلف العبد رب والرب عبـد‬


‫أو قـلت رب أنّى يـكلف إن قلت عبد فذاك رب‬

“ Hamba adalah Tuhan dan Tuhan adalah hamba


Demi syu’ur ku, siapakah yang mukallaf?
Jika engkau katakan hamba, padahal dia Tuhan juga.
Atau engkau katakan Tuhan, lalu siapa yang dibebani taklif?”
Penyair tersohor kalangan wanita yaitu Ayesah , Hasana al-Tamimiyah, Umm al-Ula, Al-
walladah (seorang wanita berbakat), al-Aruziyah wanita yang mahir dalam bidang retorika,
Maria (dari Seville, salah satu guru wanita pada masa ini, ia mengajarkan ilmu retorika,
syair dan kesusastraan), Hafsah binti al-Hajj (selain terkenal sebagai wanita cantik, ia
berbakat dalam berbagai bidang dan hidupnya kaya raya).

Anda mungkin juga menyukai