Dosen pengampu :
Ahmad Syaikhu, M.A.
Disusun oleh :
Nurul Mutamimah (A71219064)
Aprilia Etika Wardani (A71219041)
Segala puji bagi Allah SWT yang telah memberikan nikmat serta hidayah-Nya
terutama nikmat kesehatan dan kesempatan sehingga saya dapat menyelesaikan tugas
makalah mata kuliah “Kapita Selekta”. Kemudian sholawat serta salam saya sampaikan
kepada Nabi besar Muhammad SAW. yang telah memberikan pedoman hidup yakni Al-
Qur’an dan sunnah untuk keselamatan umat di dunia.
Makalah ini merupakan salah satu tugas mata kuliah “Kapita Selekta” di program studi
Bahasa dan Sastra Arab . Selanjutnya saya mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya
kepada dosen pembimbing mata kuliah “Kapita Selekta” yang telah memberikan bimbingan
serta arahan selama proses perkuliahan mata kuliah ini. Akhirnya kami menyadari bahwa
banyak terdapat kekurangan-kekurangan dalam penulisan makalah ini, maka dari itu saya
mengharapkan kritik dan saran demi perbaikan-perbaikan selanjutnya. Akhir kata, semoga
makalah ini dapat memberikan manfaat bagi kita sekalian.
Penulis
BAB I
PENDAHULUAN
1.3 Tujuan
1. Mengetahui perkembangan syi’ir/puisi pada masa Andalusia.
2. Mengetahui perkembangan prosa pada masa Andalusia.
BAB II
PEMBAHASAN
2. Ritsa’ (Ratapan)
Kesedihan dengan jatuhnya kota-kota Andalusia, menimbulkan kreasi-kreasi ratapan
sebagai ekspresi kesedihan sekaligus menyadarkan masyarakat agar bersatu merebut
kembali harta mereka. Penyair yang terkenal dengan syair ini yaitu Ibnu ‘abd Rabbihi,
Ibnu Hani’, Ibnu zaidun. Sebagaimana yang dilakukan oleh seorang fakih yang juga
penyair Abdullah bin Farag al-Yahshuby yang dikenal dengan sebutan Ibnu al-Ghassâl,
yang terpaksa mengungsi ke Granada saat jatuhnya kota Toledo tahun 1094 M yang
keruntuhannya diibaratkan dengan pakaian yang carut marut, dia berkata :
3. Hija’ (Ejekan)
Penyair yang terkenal dengan puisi ini adalah Ibnu hani’, Ibnu Khufajah, Abu bakar al-
makhzumi, Ibnu jubair. Ibnu Jubair al-Andalusi berkata :
فداؤك نفسي كيف تلك المعالم فيا راكب الوجناء هل أنت عالم
“Wahai penunggang unta yang galak, apakah kamu tahu tebusanmu adalah diriku
bagaimana petunjuk jalan itu?”
4. Ghazal (Rayuan)
Syair ini banyak beredar di andalusia, pola syairnya lebih umum dan luas,
menggambarkan pencitraan mengenai perempuan dan deskripsi pesonanya. Penyair yang
terkenal dengan syair ini yaitu yahya bin hakam, ibnu zaidun, abu amir bin syahid, ibnu
‘abd rabbihi. Ibnu ‘abd rabbihi berkata :
5. Asketisme – Sufisme
Syair ini mengekspresikan cinta kepada Allah. Penyair yang terkenal dengan syair ini
ibnu arabi, ibnu hani’. Ibn ‘Arabi mengemukakannya lewat syairnya :
“Demi Allah, alangkah indahnya sungai yang mengalir di Lembah Bath-ha itu
Airnya lebih manis daripada tahi lalat si cantik jelita
Sungai itu berbelok-belok bagaikan gelang
Dan bunga yang menghiasinya bagaikan gugusan bima sakti”
7. Syi’ir kerinduan
Penyair timur lebih suka mengarah pada puisi nostalgia, Andalusia mengikuti penyair
timur, dan diterapkan dalam seni ini, dan mengacu pada dua hal :
a. Penduduk Andalusia pergi ke Arab Timur untuk mencari ilmu pengetahuan.
b. Sebagian besar penyair Andalusia membuat syair dengan hati dan makna, yang
paling penting dari puisi seputar keterasingan mereka, kerinduan pada tanah air,
pengalaman di negeri asing, dan menggambarkan masa kecil.
Seperti penyair Ibnu zaidun membuat puisi untuk seorang gadis bernama Wiladah tetapi
cintanya terhalang oleh keberadaannya di penjara, ia membuat puisi romantis yang indah
dan melimpahkan emosi kerinduannya pada Wiladah :
واألفق طلق ووجه األرض قد راقا إني ذكرتك بالزهراء مشتق
“Ciri ma’rifat itu dengan jar, tanwin, nida’, al ma’rifah, musnad, dan isim”
Pada awal kekuasaan Islam di Andalusia, bentuk sya’irnya masih mengikuti gaya sya’ir
Arab di Jazirah Arab dan penyairnya pun masih penyair rantau. Kemudian berkembang
dari segi tema, gaya, dan struktur sya’ir. Gaya sya’ir Arab Andalusia terkenal dengan
kelembutan dan kehalusan dalam pemilihan diksi, dan gaya bahasa terutama dalam tasybih
(perumpamaan) dan majaz isti’arah (personifikasi).
E. Penyair Andalusia
1. Ibnu zaidun (394-463 H/1003-1071 M)
Nama lengkapnya adalah Ahmad bin abdullah bin ahmad bin ghalib bin zaidun al-
makhzumi dan lahir di cordoba. Ibnu Zaidun diangkat oleh penguasa
pemerintahan Islam di Spanyol, Al-Mutadhid Al-Abbadi sebagai pejabat. Ibnu
zaidun adalah penulis dan penyair yang dinamakan dengan, “Buhturi di Barat”, di
mana gaya bahasa beliau termasyhur dengan kelembutan, indah didengar dan
perumpamaan yang indah. Ibnu Zaidun dianggap sebagai penyair terbesar
Andalusia. Ia berasal dari keluarga bangsawan Makhzum, salah satu keturunan
Quraisy. Ia tak hanya memiliki kemampuan dalam menggerakkan pena. Ia pun
memiliki kekuasaan pedang, karena ibnu zaidun juga menjabat sebagai komandan
pasukan. Ibnu zaidun bergelar dzu al-wizaratain atau penguasa dua kementerian.
Ibnu Zaidun terkenal dengan tujuan syair madh, ritsa’, hanin, alam.
“Demi Allah, alangkah indahnya sungai yang mengalir di Lembah Bath-ha itu
Airnya lebih manis daripada tahi lalat si cantik jelita
Sungai itu berbelok-belok bagaikan gelang
Dan bunga yang menghiasinya bagaikan gugusan bima sakti”
“Ciri ma’rifat itu dengan jer, tanwin, nida’, al ma’rifah, musnad, dan isim”