Anda di halaman 1dari 20

PROPOSAL PENELITIAN

MAJAZ DALAM SYI'IR KHOIRUNNAS KARYA AN-NABIGHAH AD-DZUBYANI

Pengampu :
Dr. Asep Abbas Abdullah, M.Pd.

Disusun Oleh :
Muhammad Zuhdan Chilmi (A91218108)

PROGRAM STUDI BAHASA DAN SASTRA ARAB


FAKULTAS ADAB DAN HUMANIORA
UIN SUNAN AMPEL SURABAYA
2021
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Mengarang syi'ir tercatat dalam sejarah kesusastraannya Arab sebagai hobi atau kebiasaan
bangsa Arab pada umumnya. Kebiasaan tersebut tidak muncul secara tiba-tiba melainkan mereka
telah memiliki jiwa puitis terlihat dari bahasanya dan lisannya yang fasih.1Pada masa jahiliah
nilai karya sastra syi'ir sungguh sangatlah tinggi. Bahkan, di masa ini ada sebuah perlombaan
syi'ir yang di hadiri oleh para penyair dari segala penjuru tanah Arab. Kemudian siapa yang
memenangkan perlombaan ini, syi'irnya akan ditulis dalam lembaran khusus dengan
menggunakan tinta emas, tidak sampai disitu syi'irnya juga digantungkan di atas dinding Ka'bah
sebagai bentuk apresiasi atas keindahan syi'ir yang digubah oleh pemenang perlombaan.
Kumpulan syi'ir yang digantung diatas dinding Ka'bah biasa disebut dengan al- Mu'allaqat .
Sedangkan penyair nya dikenal sebagai ashabul Mu'allaqat.
Kepiawaian dalam membuat syi'ir juga bisa menjadikan seseorang dihormati dan dihandalkan
oleh para raja pada masanya. Sehingga tak sedikit dari mereka yang memiliki kedekatan atau tali
persahabatan dengan para raja. Salah satunya ialah an nabighah adz- Dzubyani yang mempunyai
nama asli Abu Umamah Ziyad bin Muawiyah. Karena sejak beliau masih muda sudah pandai
menggubah syair sehingga lebih dikenal dengan sebutan " An-Nabighah " yang memiliki arti
seorang yang pandai bersyair.2 Karena kepandaiannya dalam bersyair beliau sangat dicintai oleh
raja Hira yang bernama Nu'man bin Mundzir. Hingga seseorang merasa iri dengki dan kemudian
memfitnahnya dengan menghasut Raja Nu'man, sehingga ia marah dan berencana untuk
membunuh an- Nabighah. Akan tetapi, rencana tersebut diketahui oleh pengawal raja kemudian
secara diam-diam memberi tahu perihal tersebut kepada an- Nabighah, sehingga Beliau pun
dapat menghindarinya dan mencari perlindungan.
Walaupun hal tersebut hanya fitnah belaka bukan yang sebenarnya, karena eratnya hubungan
beliau dengan raja Nu'man. An-Nabighah masih tetap membersihkan reputasinya atas peristiwa
fitnah dari saingannya dan meminta maaf dengan gubahan syi'irnya yang bergenre i'tidzariyyat
(permintaan maaf) dan ia beri judul lawm wa'tidzar sebanyak 12 bait. Syi'ir tersebut bertujuan

1Mas'an Hamid, Ilmu Arudl dan Qawafi, (Surabaya: Al-Ikhlas, 1995), hlm. 14.
2Juwairiyah Dahlan, Sejarah Sastra Arab Masa Jahili, (Surabaya: Jauhar, 2011), hlm. 41.
untuk menghilangkan rasa bencinya Raja Nu'man dan melembutkan perasaannya serta
mengambil kedudukan yang semula di sisi raja Nu'man bin Mundzir.
Diantara keistimewaan syair an nabighah adz-Dzubyani ialah memiliki kata-kata yang indah
dan berbobot, gaya bahasa yang sederhana sehingga mudah dipahami oleh khalayak umum. Dan
juga tidak sedikit dari penyair yang meniru gaya bahasanya seperti Jarir salah seorang penyair
pada masa jahiliah.3Salah satu gaya bahasa yang dipakai oleh beliau dalam bait syair yang akan
di teliti oleh penulis adalah majaz. Majaz merupakan suatu pembahasan dalam ilmu Balaghah
bagian ilmu bayan. Ilmu Balaghah adalah ilmu yang mengkaji tentang bagaimana cara
mengungkapkan ide pikiran dan perasaan seseorang yang didasarkan pada kejernihan hati serta
pikiran dan ketelitian dalam mengungkapkan keindahan. Sedangkan ilmu bayan sendiri
merupakan kajian ilmu balaghah yang berfokus pada pembahasan prosedur pengungkapan ide
pikiran dan perasaan ke dalam ungkapan yang bervariasi. Majaz merupakan sarana ilmu bayan
terbaik yang dapat ditunjukkan oleh tabi'at untuk menjelaskan makna. Karena dengan majaz,
sebuah makna dapat bersifatan dengan sifat yang bersifat inderawi yang hampir dapat di
perlihatkan kepada pandangan pendengar. Majaz sendiri menurut istilah adalah lafaz yang
digunakan bukan pada makna asal peletakannya dalam istilah yang digunakan dalam percakapan,
karena ada alaqah (persesuaian) serta qarinah (pertanda) yang mencegah mendatangkan makna
asalnya.4
Adapun judul syair yang diambil oleh penulis yakni Khoirunnas memiliki genre madh (pujian)
dan juga i'tidzariyyat (permintaan maaf). Syair ini digubah oleh An-Nabighah setelah raja
Nu'man sakit karena rasa khawatirnya terhadap beliau. 5 Diawali dengan gaya bahasa majaz
isti'arah makniyyah yakni gaya bahasa yang menganggap benda mati dapat melakukan aktivitas
sebagaimana manusia. Dengan demikian, Beliau menunjukkan rasa kekhawatiran kepada sang
raja dengan indah dan lebih inderawi melalui bait pertamanya yang berbunyi " "‫كتمتك ليال بالجمومين‬
‫اهرًا‬LL‫تكنًّا و ظ‬LL‫ا مس‬LL‫ ه ًّم‬: ‫ و همين‬# ‫اهرًا‬LL‫( س‬Aku menyembunyikan malam untukmu di dua kota jumum
dalam keadaan terjaga # dan dua rasa khawatir : khawatir yang tersembunyi dan khawatir yang
terlihat ). Beliau menganggap malam sebagai sebuah benda yang dapat disembunyikan. Karena

3Sayyid Ahmad Al Hasyimi, Jawahirul Adab fi Adabiyyat wa Insya' Lughotil 'Arab Juz 2, (Mesir: Al-
Maktabah At-Tijariyyah Al-Kubra, 1969), hlm. 41.
4Abi Fatih machfuzhi al-qandaniy, Intisari Ilmu Balaghah Terjemah Syarh Al-Jauhar Al-Maknun,
(Yogyakarta: Lentera Kreasindo, 2015), hlm. 210.
5Abbas Abdus Satir, Syarh Diwan an-Nabighah ad-Dzubyani, (Beirut: Dar al-Kotob al-Ilmiyah, 1996), hlm.
45.
kata malam adalah sesuatu yang tidak bersifat inderawi. Tidak bisa diraba, tidak bisa bergerak,
dan tidak dapat berpindah tempat. Malam adalah sesuatu yang diidentifikasikan sebagai waktu.
Sehingga agar lebih efektif maka menggunakan gaya bahasa majaz isti'arah makniyyah. Dan
makna sesungguhnya dari bait syi'ir tersebut yakni an-Nabighah rela tidak tidur di malam hari
hanya untuk sang raja Nu'man yang sedang sakit.
Telah cukup alasan diatas kenapa penelitian ini dilakukan. Semua alasan yang
melatarbelakangi penulis mengambil judul "Majaz Dalam Syi'ir Khoirunnas Karya An-
Nabighah Ad-Dzubyani". Dan juga sudah cukup jelas kemana arah pokok bahasan yang akan
dijelaskan nantinya pada bab berikutnya.
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana bentuk majaz dalam Syi'ir khoirunnas karya an-nabighah ad-dzubyani ?
2. Apa makna majaz dalam syi'ir khoirunnas karya an-nabighah ad-dzubyani ?
C. Tujuan Penelitian
1. Untuk mengetahui bentuk majaz dalam syi'ir khoirunnas karya an-Nabighah ad-Dzubyani
?
2. Untuk mengetahui makna majaz dalam syi'ir khoirunnas karya an-nabighah ad-
dzubyani ?
D. Manfaat Penelitian
1. Manfaat Teoritis
a. Hasil penelitian ini diharapkan bisa digunakan sebagai bahan kajian ilmu
balaghah khususnya majaz.
b. Hasil penelitian ini diharapkan bisa digunakan sebagai refrensi bagi penelitian-
penelitian yang akan datang dalam objek kajian yang berkaitan dengan analisis
majaz dalam syair.
c. Hasil penelitian ini diharapkan bisa digunakan sebagai sumber pembelajaran pada
materi majaz dalam kajian ilmu balaghah.
2. Manfaat Praktis
a. Bagi peneliti,yakni untuk menambah pengetahuan serta pengalaman dalam
menerapakan ilmu yang sudah dikajinya terutama bidang ilmu balaghah.
b. Bagi dosen,yakni diharapkan dengan adanya hasil penelitian ini bisa menjadi
masukan yang berharga sehingga perlu membentuk motivasi mahasiswa dalam
rangka meningkatkan hasil studi ilmu balaghah.
c. Bagi mahasiswa,yakni sebagai pedoman untuk meningkatkan motivasi belajar
Bahasa arab khususnya ilmu balaghah.
E. Penelitian Terdahulu
1. Penelitian Adian Fanani (2018)
Penelitian terdahulu yang pertama dilakukan oleh Adian Fanani mahasiswa Universitas
Islam Negeri Sunan Ampel Surabaya pada tahun 2018 dalam skripsinya yang berjudul
"Majaz dalam Diwan Mahmud Sami Al Barudin". Teori yang digunakan oleh peneliti
untuk menyelesaikan permasalahan-permasalahan dalam skripsinya adalah Ilmu Bayan
yang merupakan cabang dari ilmu balaghah dengan berfokus pada bab majaz. Dalam
penelitian ini penulis menggunakan metode penelitian metode deduktif dan induktif serta
analisa historis. Hasil penelitian ini mendapatkan jawaban permasalahannya yaitu
Mahmud Sami Al Barudin menggunakan gaya bahasa majaz isti'arah, Mursal, dan aqli
dalam menggambarkan pemikirannya di dalam diwan Al Barudi.
Perbedaan antara Penelitian ini dengan Penelitian yang dilakukan oleh penulis adalah
terletak pada objek penelitiannya yakni penelitian ini mengambil objek diwan Mahmud
Sami Al Barudin. Sedangkan, objek yang saya ambil adalah syi'ir khoirunnas karya an-
nabighah ad-dzubyani. Adapun teori yang digunakan dan metode penelitian yang dipakai
sama.
2. Penelitian Nurul Aini (2019)
Penelitian terdahulu yang kedua dilakukan oleh Nurul Aini mahasiswa Universitas
Islam Negeri Sunan Ampel Surabaya pada tahun 2019 dalam skripsinya yang berjudul
"Majaz dalam cerpen "I'tarif Al-qatil" Karya Taufiq Al-Hakim". Teori yang digunakan
dalam penelitian ini adalah cabang ilmu balaghah yakni ilmu bayan namun hanya
membatasi dalam ruang lingkup kajian majaz saja. Sedangkan metode yang digunakan
oleh peneliti adalah metode deskriptif kualitatif, yakni dengan mendeskripsikan majaz-
majaz dalam cerpen tersebut. Kesimpulan dari penelitian ini penulis menemukan ada 39
data berupa kata-kata yang mengandung bentuk-bentuk majaz dalam cerpen "I'tarif Al-
qatil" karya Taufiq Al-Hakim antara lain yaitu majaz mursal sebanyak 7 data, majaz
isti'arah tamtsiliyah sebanyak 3 data, majaz aqli sebanyak 11 data, majaz isti'arah
makniyah sebanyak 9 data, dan majaz isti'arah tashrihiyah sebanyak 9 data.
Perbedaan antara Penelitian ini dengan Penelitian yang dilakukan oleh penulis adalah
terletak pada objek penelitiannya yakni penelitian ini mengambil objek cerpen I'tarif Al-
qatil Karya Taufiq Al-Hakim. Sedangkan, objek yang saya ambil adalah syi'ir khoirunnas
karya an-nabighah ad-dzubyani. Adapun teori yang digunakan dan metode penelitian
yang dipakai sama.
3. Penelitian Lilik Khunaifah (2019)
Penelitian terdahulu yang ketiga dilakukan oleh Lilik Khunaifah mahasiswa Universitas
Islam Negeri Sunan Ampel Surabaya pada tahun 2019 dalam skripsinya yang berjudul
"Majaz dalam Surat Az-Zukhruf : Studi Balaghah". Teori yang dipakai oleh peneliti
adalah ilmu balaghah bab majaz. Sedangkan metode penelitian yang digunakan oleh
penulis adalah metode kualitatif yaitu prosedur penelitian yang menghasilkan data
deskriptif berupa kata-kata yang tertulis. Kesimpulan penelitian yang dilakukan Lilik
Khunaifah menghasilkan jawaban bahwa Surat Az-Zukhruf mengandung unsur majaz
isti'arah tashrihiyah pada ayat 17.
Perbedaan antara Penelitian ini dengan Penelitian yang dilakukan oleh penulis adalah
terletak pada objek penelitiannya yakni penelitian ini mengambil objek Surat Az-
Zukhruf. Sedangkan, objek yang saya ambil adalah syi'ir khoirunnas karya an-nabighah
ad-dzubyani. Adapun teori yang digunakan dan metode penelitian yang dipakai sama.

BAB II
LANDASAN TEORI

A. Biografi an-Nabighah ad-Dzubyani


An-Nabighah ad-Dzubyani mempengaruhi nama asli Abu Umamah Ziyad bin Muawiyah.
Diberi julukan an-nabighah karena kepandaiannya dalam bersyair (li nubughihi fi syi'ri) sejak ia
masih berusia yang cukup muda. Beliau termasuk penyair masa jahiliah angkatan pertama. Dan
ada juga yang berpendapat bahwa beliau juga termasuk penyair almuhdloromun yakni penyair
yang hidup di dua masa, masa jahiliah dan masa keislaman. An-Nabighah wafat sebelum
diutusnya Nabi Muhammad Saw. menjadi nabi dan rasul akhir zaman.
Beliau semasa hidupnya selalu berusaha untuk mendekatkan diri kepada para pembesar
dan raja-raja di masanya melalui puisi-puisinya yang Ia jadikan alat ampuh untuk memperoleh
kedudukan dan menghasilkan kekayaan. Hingga sampailah pada raja Hira Nu'man bin Mundzir
yang membuatnya kagum dengan syi'ir-syi'irnya an-nabighah dan menjadikan jalinan
persahabatan antara sang raja dan sang penyair.
Kedekatan an-nabighah dengan raja Nu'man membuat kawan-kawannya iri dan dengki.
Kemudian muncullah fitnah yang ditujukan kepada an-nabighah yang disebarkan oleh salah satu
kawannya itu. Dan ia juga sempat menghasut raja Nu'man atas apa yang terjadi pada an-
nabighah. Hal ini menyebabkan kemarahan raja Nu'man dan berencana untuk mengeksekusi an-
nabighah. Akan tetapi, salah satu pengawal raja mendengar rencana tersebut dan
memberitahukan kepada an-nabighah. Beliau pun langsung tanpa berpikir panjang untuk
melarikan diri ke raja-raja ghossan yang jadi saingannya raja-raja manadzirah sebagai
perlindungan diri.
Walaupun demikian, An-Nabighah masih tetap membersihkan reputasinya atas peristiwa
fitnah dari saingannya dan meminta maaf dengan gubahan syi'irnya yang bergenre i'tidzariyyat
(permintaan maaf) dan ia beri judul lawm wa'tidzar sebanyak 12 bait. Disinilah keistimewaan
syi'ir milik an-nabighah patut diacungi jempol atas dasar lenyapnya rasa benci dan luluhnya hati
raja Nu'man. Seketika luapan emosi Ia kala hasutan saingan an-nabighah terlupakan seolah tak
pernah terjadi.
Keistimewaan syi'ir an-nabighah jika dibandingkan para penyair yang lain, maka syi'irnya
itu menggunakan keeolakan lafaz, kejelasan makna, Kebagusan susunan, sedikitnya beban
pemahaman, kesederhanaan bahasa yang membuatnya mudah dimengerti oleh semua orang. Dan
juga tak sedikit dari generasi penyair setelahnya yang menjadikan syi'ir an-nabighah sebagai
contoh dan panutan seperti yang dilakukan oleh Jarir salah satu penyair jahiliah.
Para penyair Arab memberikan peringkat ketiga kepada An-Nabighah ad-Dzubyani setelah
Umru'ul Qais dan Zuhair bin Abi Sulma. Hanya saja penilaian ini bersifat relatif, tentunya setiap
orang memiliki penilaiannya sendiri berdasarkan kriteria masing-masing. Namun, yang jelas
beliau sangat berbakat dalam bersyair yang sehingga diangkat menjadi ketua dewan juri
perlombaan syi'ir di setiap tahunnya yang diadakan di pasar Ukaz. Dalam perlombaan ini, para
peserta yang hadir berasal dari segala penjuru tanah Arab dan berkumpul di pasar Ukaz,
Daumatul Jandal, Zul Majaz, dan Mijannah tergantung situasi dan kondisi musim pada saat itu.
B. Sejarah Perkembangan Ilmu Balaghah
Rasulullah Muhammad Saw. diberi mukjizat oleh Allah SWT. berupa Al-Qur'anyang sampai
saat ini masih dapat dirasakan oleh umat-nya. Salah satu contoh bentuk mukjizat Al-Qur'an bisa
dilihat segi bahasa dan segi isi yang saling berkaitan. Dari segi bahasa, kita tahu bahwasanya Al-
Qur'an tiada tandingannya dalam tingkatan fasashah (Ketatabahasaan) dan balaghah (seni
bahasa) yang tinggi. Sedangkan, jika dilihat dari segi isi, Al-Qur'an membawakan pesan beserta
kandungan makna dengan melampui batas-batas kemampuan manusia.6 Tidak ada satupun orang
yang bisa menyandingkan karyanya dengan Al-Qur'an baik aspek bahasa maupun isi. Semua
penyair pada masa-masa turunnya wahyu Allah dibuat dikagum dengan bahasa dan makna yang
terkandung dalam Al-Quran, belum pernah ada susunan kata seindah ini.
Pada waktu ayat-ayat Al-Qur'an turun, bahasa Arab belum tercampur dengan bahasa asing
lainnya, masih murni dan juga bermutu. Hingga seiring berjalannya waktu peningkatan peran
agama, sosial, politik, yang diembannya, bahasa arab mulai berkembang serta berbaur dengan
bahasa-bahasa lain di dunia, seperti Yunani, Persia, India, dan bahasa-bahasa lainnya. Asimilasi
atau proses berbaurnya bahasa Arab dengan bahasa lain didominasi oleh bahasa Persia
dibandingkan bahasa-bahasa yang lainnya. Hal ini disebabkan oleh banyaknya bangsa Arab yang
menikah dengan bangsa Persia. Yang akhirnya menimbulkan sedikit dari banyak bahasa Arab
tercampur dengan bahasa tersebut. Selain itu banyak pula keturunan Persia yang menduduki
posisi penting di bidang militer, politik, keagamaan, dan ilmu pengetahuan. Peristiwa ini terjadi
pada masa kekhalifahan Abbasiyah.

6 Mamat Zaenuddin dan Yayan Nurbayan, Pengantar ilmu balaghah (Bandung: Refika Aditama, 2007),
hal. 1
Karena asimilasi orang-orang Persia ke dalam masyarakat Arab dan Islam, mulailah bahasa
Arab mengalami kemunduran. Terutama karena kekuasaannya dipimpin oleh bukan orang arab.
Yang kemudian muncullah satu bahasa pasar yang telah jauh menyimpang dari bahasa aslinya.
Kondisi ini terjadi di beberapa wilayah Islam seperti Mesir, Damaskus, dan Baghdad. Adanya
kemunduran bahasa Arab ini membuat orang-orang Arab merasa perihatin dan mulai berfikir
untuk mengembalikan bahasa Arab kepada kemurniannya. Mereka kemudian mulai menyusun
ilmu nahwu, shorof, dan balaghah.
Adapun ilmu balaghah ini disusun setelah berkembangnya ilmu nahwu dan sharaf. Dalam
fasa perkembangannya para pakar sepakat untuk membagi tiga pokok kajian utama, yaitu ilmu
bayan, ma'ani, dan badi'. Tokoh yang pertama kali mengarang kitab yang membahas ilmu bayan
adalah Abu Ubaidah dengan kitabnya Majaz Al-Qur'an. Kemudian dalam bidang ilmu ma'ani
adalah beliau al-Jahidz dengan kitabnya I'jaz Al-Qur'an, sedangkan dalam bidang ilmu badi'
adalah beliau Ibnu al-mu'taz dan qudamah bin ja'far.
C. Pengertian Ilmu Balaghah dan Ilmu Bayan
Balaghah menurut bahasa berasal dari fi'il madli "َ‫ "بَلَغ‬yang memiliki arti seperti halnya kata
"‫ص َل‬
َ ‫"و‬
َ yakni "sampai". Jika dihubungkan dengan kajian sastra, kata balaghah ini menjadi sifat
dari Kalam dan mutakallim, sehingga muncullah istilah "‫ "متكلم بليغ‬dan "‫ "كالم بليغ‬. Menurut Abd.
al-Qadir Hussein (1984) mengatakan bahwa balaghah dalam Kalam ini memiliki artian
bahwasannya Kalam itu sudah sesuai dengan situasi dan kondisi pendengarnya. Perlu diketahui
bahwa di setiap situasi dan kondisi bisa dipastikan ada Kalam yang sesuai dengannya (‫لكل مقام‬
‫)مقال‬.7
Sedangkan, balaghah menurut istilah adalah ilmu yang membahas keindahan dan kejelasan
dari setiap perbedaan yang samar diantara macam-macam uslub atau ungkapan dengan
berlandaskan kejernihan jiwa dan ketelitian akal. Unsur-unsur balaghah adalah kalimat, makna,
dan susunan kalimat yang memberikan kekuatan, pengaruh dalam jiwa dan keindahan serta
ketelitian dalam memilih kata-kata dan uslub sesuai dengan tempat berbicaranya, waktunya,
temanya, kondisi pendengarnya, dan emosional yang dapat mempengaruhi serta menguasai
mereka para pendengar.8

7 Mamat Zaenuddin dan Yayan Nurbayan, Pengantar ilmu balaghah (Bandung: Refika Aditama, 2007),
hal. 6
8 Ali Al-Jarim dan Musthafa Amin, al-balaaghatul waadhihah, Terj. Mujiyo Nurkholis, Bahrun Abu Bakar,
Anwar Abu Bakar (Bandung: Sinar Baru Algensindo, 2020), hal. 6
Bayan menurut bahasa memiliki arti terbuka, tampak, atau, jelas. Sedangkan menurut istilah
dalam ilmu balaghah adalah sekumpulan kaidah untuk mengetahui bagaimana cara
menyampaikan satu makna dengan menggunakan ungkapan yang bervariasi sesuai muqtadla al-
hal (konstektual).9 Objek kajian Ilmu Bayan dibagi menjadi 3 pokok bahasan, yaitu tasybih,
majaz, dan kinayah.
D. Hakikat dan Majaz
Majaz tidak bisa dipisahkan dengan yang namanya hakikat. Bisa dipastikan bahwa semua
majaz memiliki hakikat yang menjadi asalnya. Hakikat itu sendiri ialah nama yang dipakai itu
sesuai dengan yang diberi nama. Apabila berubah dalam artian dipindahkan kepada makna yang
lainnya maka disebut majaz. Adapun makna yang terkandung dalam hakikat biasanya disebut
dengan makna haqiqi yakni tentunya ya makna yang dipakai menurut makna yang seharusnya.
Sedangkan makna yang terkandung dalam majaz disebut sebagai makna majazi yaitu kata yang
dipakai bukan pada makna yang seharusnya. Hal ini dikarenakan adanya alaqah (hubungan) dan
disertai qarinah ( lafaz yang mencegah penggunaan makna asli).
Contoh dari hakikat dan majaz bisa dilihat pada syi'ir berikut ;
1. Ibnu 'Amid
‫نفس أحب إلي من نفسي‬ # ‫قامت تظلّلني من الشمس‬
‫شمس تظلّلني من الشمس‬ # ‫قامت تظلّلني و من عجب‬
Artinya :
"Telah berdiri menaungiku dari panas matahari, satu badan yang lebih aku cintai
daripada badanku sendiri. Ia berdiri menaungiku, dan anehnya ada matahari
melindungiku dari matahari."
Kata "syams" yang pertama tidak dimaksudkan untuk makna yang seharusnya yaitu matahari
yang menyinari di siang hari, karena hal ini mustahil menurut kebiasaan. Maksud syams di sini
adalah "manusia". Dia mempunyai keagungan dan dapat melindungi orang lain, karenanya ia
disamakan dengan "matahari". Dalam artian lain syams yang bermakna matahari pada umumnya
itu termasuk makna haqiqi. Sedangkan syams yang bermakna manusia yang memiliki keagungan
itu termasuk makna majazi.
2. Al-Mutanabbi
‫ تحير منه في أمر عجاب‬# ‫لعيني كل يوم منك حظ‬
9 Abi Fatih machfuzhi al-qandaniy, Intisari Ilmu Balaghah Terjemah Syarh Al-Jauhar Al-Maknun,
(Yogyakarta: Lentera Kreasindo, 2015), hal. 163
‫ وموقع ذاالسحاب على السحاب‬# ‫حمالة ذا الحسام على حسام‬
Artinya :
"Mataku setiap hari berkesempatan memandangmu, dalam pandangan itu ada suatu
pemandangan yang mengherankan. Yaitu terbawanya pedang ini di atas pedang, dan
jatuhnya hujan ini di atas hujan."
Pertama pada kata "husaam" yang pertama tidak dimaksudkan untuk makna yang seharusnya
yaitu senjata yang terbuat besi, karena hal ini mustahil menurut kebiasaan. Maksud husaam di
sini adalah "manusia". Dia mempunyai keberanian untuk menanggung bahaya, makanya
disamakan dengan "perang". Kedua pada kata "sahaab" yang pertama tidak dimaksudkan untuk
makna yang seharusnya yaitu air yang turun langit, karena hal ini mustahil menurut kebiasaan.
Maksud sahaab di sini adalah "manusia". Dia memiliki kemurahan hati sehingga disamakan
dengan "hujan".
Kedua kata pada bait syi'ir Al-Mutanabbi yakni husaam dan sahaab yang memiliki makna
pedang dan hujan seperti pada umumnya itu termasuk makna haqiqi. Sedangkan husaam dan
sahaab yang bermakna manusia yang memiliki keberanian menanggung bahaya dan kemurahan
hati itu termasuk makna majazi.
Majaz merupakan sarana ilmu bayan terbaik yang dapat ditunjukkan oleh tabi'at untuk
menjelaskan makna. Karena dengan majaz, sebuah makna dapat bersifatan dengan sifat yang
bersifat inderawi yang hampir dapat di perlihatkan kepada pandangan pendengar.
E. Pengertian Majaz dan Macam-macamnya
Majaz menurut bahasa mempunyai makna "melewati" yang terbentuk dari lafaz berikut :
‫جاز الشيء يجوزه إذا تعداه‬
Sesuatu itu telah dan akan melewatinya apabila dilampaui.
Majaz menurut istilah dalam ilmu bayan adalah kata yang digunakan bukan pada makna
aslinya, karena adanya 'alaqah (hubungan) serta qarinah (kata yang mencegah penggunaan
makna aslinya).
'Alaqah adalah hubungan antara makna haqiqi dan makna majazi yang terkadang berupa
penyerupaan antara dua makna dan terkadang berupa selainnya. Atau dengan kata lain alaqah
adalah hubungan antara makna yang dipindahkan dan makna yang dipindahi. Hal ini
dikarenakan adanya keterkaitan dan kesinambungan antara makna kedua dengan makna pertama.
Qarinah adalah penghalang dari mendatangkan makna haqiqi yang terkadang berupa kata-kata
yang diucapkan (‫ )لفظية‬dan terkadang berupa keadaan (‫)حالية‬.
Majaz secara garis besar terbagi menjadi dua macam yaitu majaz lughawi dan majaz aqli.
Majaz lughawi adalah majaz yang 'alaqah-nya ditinjau dari aspek bahasa. Sedangkan majaz aqli
adalah penisbatan suatu fi'il (alaqah) kepada fa'il yang tidak seharusnya.
1. Majaz Lughawi
Majaz lughawi merupakan salah satu jenis majas yang 'illah-nya didasarkan pada aspek
bahasa. Majas ini dibagi menjadi dua macam, yaitu majaz isti'arah dan majaz mursal.
a. Majaz Isti'arah
Majaz Isti'arah adalah majaz yang 'alaqah-nya (hubungan) antara makna asal dan makna
yang dimaksud adalah musyabbah (keserupaan). Pada hakikatnya, majaz isti'arah itu adalah
tasybih yang dibuang salah satu tharafain-nya (musyabbah atau musyabbah bih) dan dibuang
pula wajhu syibhi dan adat tasybih-nya. Perbedaannya, dalam isti'arah penamaan musyabbah
diganti dengan nama musta'ar lah dan musyabbah bih diganti dengan nama musta'ar minhu.
Majaz Isti'arah dibagi menjadi beberapa kategori :
1.) Majaz Isti'arah ditinjau dari segi musta'ar lah dan musta'ar minhu dibagi menjadi dua,
yaitu :
I. Isti'arah Tashrihiyah
Yaitu isti'arah yang ditasrihkan (ditegaskan) musta'ar minhu-nya sedangkan
musta'ar-nya dibuang. Dengan kata lain yang dipakai itu musyabbah bih dan yang
dibuang musyabbah-nya. Contoh :
}١: ‫كتاب أنزلناه إليك لتخرج الناس من الظلمات إلى النور {إبراهيم‬
Artinya : "Al-Qur'an itu suatu kitab yang kami turunkan kepadamu untuk
mengeluarkan manusia dari kegelapan menuju cahaya."
II. Isti'arah Makniyah
Yaitu isti'arah yang ditasrihkan (ditegaskan) musta'ar lah-nya (musyabbah)
sedangkan musta'ar minhu-nya (musyabbah bih) dibuang. Contoh :
‫ و حان قطافها و إني لصاحبها‬# ‫إني لرأيت رؤوسا قد أينعت‬
Artinya : "Sungguh aku melihat kepala-kepala yang sudah ranum dan sudah tiba
waktu memanennya dipetik dan akulah pemiliknya."
2.) Majaz Isti'arah ditinjau dari segi bentuk lafaz dibagi menjadi dua, yaitu :
I. Isti'arah Ashliyah
Yaitu isti'arah yang lafaz musta'ar-nya berupa isim jamid bukan musytaq (bukan
isim shifat). Contoh :
‫ و إن المني فيك السّها و الفراقد‬# ‫أحبك يا شمس الزمان و بدره‬
Artinya : "Aku cinta kamu, wahai matahari dan bulan zaman ini, sekalipun
bintang-bintang yang samar dan jauh mencaci-makiku karena menyukaimu."
II. Isti'arah Taba'iyah
Yaitu isti'arah yang lafaz musta'ar-nya berupa fi'il, isim musytaq, atau harf.
● Contoh Taba'iyah dengan fi'il
‫عضّنا الدهر‬
Artinya : "Zaman telah menggigitku dengan taringnya."
● Contoh Taba'iyah dengan isim musytaq
‫حالي ناطقة بأحزاني‬
Artinya : "Keadaanku mengucapkan kesedihanku."
● Contoh Taba'iyah dengan harf
‫ألصلبنكم في جذوع النخل‬
Artinya : "Sungguh aku akan menyalibmu di dalam cabang pohon kurma."
3.) Majaz Isti'arah ditinjau dari segi kata yang mengikutinya dibagi menjadi tiga, yaitu :
I. Isti'arah Murasysyahah
Yaitu suatu ungkapan majaz yang diikuti oleh kata-kata yang cocok untuk
musyabbah bih. Contoh :
}١٦:‫أولئك الذين اشتروا الضاللة بالهدى فما ربحت تجارتهم و ما كانوا مهتدين{البقرة‬
Artinya : "Mereka itu orang-orang yang membeli kesesatan dengan
petunjuk,maka tidaklah beruntung dagangan mereka."
II. Isti'arah Muthlaqah
Yaitu suatu ungkapan majaz yang tidak diikuti oleh kata-kata baik yang cocok
bagi musyabbah bih maupun musyabbah. Contoh :
‫ينقضون عهد هللا‬
Artinya : "Mereka membuka janji Allah."
III. Isti'arah Mujarradah
Yaitu suatu ungkapan majaz yang diikuti oleh kata-kata yang cocok bagi
musyabbah. Contoh :
‫في بيتي أسد يصلح دراجته‬
Artinya : "Di rumahku ada singa yang sedang memperbaiki sepedanya."
b. Majaz Mursal
Majaz Mursal adalah majaz yang 'alaqah-nya (hubungan) ghairu musyabahah (tidak ada
penyerupaan). 'Alaqah antara musta'ar lah dan musta'ar minhu-nya bisa berupa beberapa bentuk
berikut ini :
1.) Sababiyyah (‫)سببية‬
Yaitu majaz Mursal yang menggunakan qarinah (indikator) berikut :
‫إطالق السبب و إرادة المسبب‬
Artinya : "menyebutkan sebab sesuatu, sedangkan yang dimaksud adalah sesuatu yang
disebabkan."
Contoh :
‫عظمت يد فالن عندي‬
Artinya : "Sungguh besar tangan si Fulan di sisiku."
2.) Musababiyyah (‫)المسببية‬
Yaitu majaz Mursal yang menggunakan qarinah (indikator) berikut :
‫إطالق المسبب و إرادة السبب‬
Artinya : "menyebutkan sesuatu yang disebabkan , sedangkan yang dimaksud adalah
sebabnya"
Contoh :
‫أمطرت السماء نباتا‬
Artinya : "Langit mengucurkan tanaman (hujan)."
3.) Juziyyah (‫)جزئية‬
Yaitu majaz mursal yang menggunakan qarinah (indikator) :
‫إطالق الجزء و إرادة الكل‬
Artinya : "menyebutkan bagian dari sesuatu, sedangkan yang dimaksud adalah
keseluruhannya."
Contoh :
‫أرسلت العيون لتطلع أحوال العدو‬
Artinya : "Saya mengirim mata-mata untuk mengamati keadaan musuh."
4.) Kulliyyah (‫)كلية‬
Yaitu majaz Mursal yang menggunakan qarinah (indikator) :
‫إطالق الكل و إرادة الجزء‬
Artinya : "menyebutkan keseluruhan, sedangkan yang dimaksud adalah sebagiannya."
Contoh :
‫و رعد و برق يجعلون أصابعهم في ٰاذانهم من الصواعق حذر الموت‬
Artinya : "mereka menyumbat telinganya dengan jari-jarinya, karena (mendengar) petir,
sebab takut akan mati."
5.) I'tibaru ma Kana (‫)إعتبار ما كان‬
Yaitu majaz Mursal yang menggunakan qarinah (indikator) :
‫إطالق ما كان و إرادة ما يكون‬
Artinya : "menyebutkan sesuatu yang telah terjadi, sedangkan yang dimaksud adalah
sesuatu yang akan terjadi atau belum terjadi."
Contoh :
‫و ٰأتوا اليتامى أموالهم‬
Artinya : "Dan berikanlah kepada anak yatim harta benda mereka."
6.) I'tibaru ma yakunu (‫)إعتبار ما يكون‬
Yaitu majaz Mursal yang menggunakan qarinah (indikator) :
‫إطالق ما يكون و إرادة ما كان‬
Artinya : "menyebutkan sesuatu yang akan terjadi atau belum terjadi, sedangkan yang
dimaksud adalah sesuatu yang sudah terjadi."
Contoh :
‫و دخل معه السجن فتيان قال أحدهما إني أرانى أعصر خمرا‬
Artinya: "Kedua pemuda itu masuk ke dalam penjara. Salah seorang dari mereka berkata,
aku melihat dalam mimpi bahwa aku memeras arak."
7.) Mahaliyyah (‫)محلية‬
Yaitu majaz Mursal yang menggunakan qarinah (indikator) :
‫إطالق المحال و إرادة الحال‬
Artinya : "menyebutkan tempat sesuatu, sedangkan yang dimaksud adalah yang
menempatinya."
Contoh :
‫قرر المجلس ذلك‬
Artinya : "Majelis telah memutuskan demikian."
8.) Haliyyah (‫)حالية‬
Yaitu majaz Mursal yang menggunakan qarinah (indikator) :
‫إطالق الحال و إرادة المحل‬
Artinya : "menyebutkan yang menempati, sedangkan yang dimaksud adalah tempatnya."
Contoh :
‫و أما الذين ابيضت وجوههم ففي رحمة هللا هم فيها خالدون‬
Artinya : "Dan orang-orang yang wajahnya putih, mereka ada di dalam rahmat Allah.
Mereka kekal di dalamnya.
9.) Aliyah (‫)ألية‬
Yaitu majaz Mursal yang menggunakan qarinah (indikator) : "apabila yang disebutkan
alatnya, maka yang dimaksudkan adalah sesuatu yang dihasilkan oleh alat tersebut.
Contoh :
‫و وهبنا لهم من رحمتنا و جعلنا لهم لسان صدق عليا‬
Artinya : "Dan kami anugerah kan kepada mereka sebagian dari rahmat kami dan kami
jadikan mereka lisan yang baik dan mulia."
2. Majazi Aqli
Majaz 'Aqli adalah menyandarkan fi'il atau bermakna sama dengannya kepada yang bukan
sebenarnya karena ada 'alaqah (hubungan) serta adanya qarinah yang mencegah dari penggunaan
makna yang seharusnya. Penyandaran fi'il kepada bukan sebenarnya itu bisa kepada sebabnya,
waktunya, tempatnya, mashdarnya, mabni fa'il kepada maf'ul, dan mabni maf'ul kepada fa'il.
Berikut contoh ungkapan yang mengandung majaz aqli :
a. Penyandaran fi'il kepada sebab
Contoh :
‫ و قد كان يأبى مشي أشقر أجرد‬# ‫و يمشي به العكاز في الدير تائبا‬
Artinya : "Tongkat yang bermata lembing itu berjalan-jalan di rumah pendeta
bersamanya untuk bertobat. Padahal semula ia tidak rela melihat larinya kuda blonde
yang pendek bulunya."
b. Penisbatan kepada waktu
Contoh :
‫نهار الزاهد صائم و ليله قائم‬
Artinya : "seorang Zahid itu siangnya berpuasa, sedangkan malamnya mendirikan
sholat."
c. Penisbatan kepada tempat
Contoh :
‫ٱزدحمت شوارع القاهرة‬
Artinya : "Jalan-jalan di Kairo padat."
d. Penisbatan kepada mashdar
Contoh :
‫َج ّد ج ُّدك و ك ّد ك ُّدك‬
Artinya: "Bersungguh-sungguhlah dan bersusah-payahlah."
e. Mabni maf'ul disandarkan kepada isim fa'il
Contoh :
‫حجابا مستورا‬
Artinya : "suatu dinding yang tertutup."
f. Mabni fa'il disandarkan kepada iskm maf'ul
Contoh :
‫إنه كان وعده مأتيا‬
Artinya : "Sesungguhnya janji Allah itu pasti akan ditepati."

Bab III
Metode Penelitian
A. Jenis Penelitian
Menurut berbagai sumber buku pegangan maupun pengantar metodologi penelitian bahwa
jenis penelitian dapat dikelompokkan berbagai macam aspek sudut pandang diantaranya
berdasarkan ilmu pengetahuan, berdasarkan tempat dimana penelitian dilakukan, berdasarkan
cara mengamati dan berdasarkan cara penyajian datanya.
Adapun jenis penelitian ini jika dilihat berdasarkan aspek ilmu pengetahuan penelitian
termasuk ke dalam penelitian ilmu kebudayaan (humanities research) karena mengkaji ciri khas
dan karakteristik budaya bangsa lain melalui bahasa. Bahasa menurut pendapat ahli linguistik
mempunyai salah satu fungsi yakni sebagai lambang atau ciri suatu bangsa atau negara.
Penelitian ini secara keseluruhan mengkaji dan membahas tentang kekhasan bahasa Arab yakni
dalam lingkup stilistika bahasa Arab atau yang biasa disebut dengan balaghah.
Sedangkan jika ditinjau berdasarkan sudut pandang tempat dimana Penelitian itu dilakukan
maka Penelitian ini tergolong sebagai jenis penelitian perpustakaan (library research) yakni
penelitian yang hanya dilakukan di kamar kerja peneliti atau di perpustakaan tempat dimana
memperoleh data penelitiannya lewat buku-buku atau sumber informasi pustaka lainnya seperti
jurnal-jurnal online dan google scholar. Peneliti pun demikian memperoleh data dan sumber data
dari kamar kerjanya melalui gadgetnya menjelajah dunia luar mengamati karya sastra yang
berupa syi'ir berjudul khoirunnas karya an-nabighah ad-dzubyani.
Adapun berdasarkan cara mengamati dan proses menjelaskan suatu fenomena penelitian
maka penelitian ini dapat dikategorikan sebagai Penelitian deskriptif yakni penelitian yang
dilakukan dengan mengamati, menganalisa, menjelaskan fenomena seperti apa adanya. Berbeda
dengan penelitian historis-komparatif yang dilakukan dengan cara menjelaskan fenomena
berdasarkan sejarah dan perbandingan bahasa. Penelitian deskriptif seperti yang telah
diaplikasikan pada penelitian ini dimana peneliti mengamati percakapan antara dua orang dan
menjelaskan fenomena kebahasaan seperti apa adanya.
Jika dilihat berdasarkan cara penyajian data maka penelitian ini termasuk ke dalam jenis
penelitian kualitatif. Penelitian kualitatif merupakan penelitian yang mengkaji tentang riset yang
bersifat deskriptif dan cenderung menggunakan analisis pendekatan induktif. Menurut pendapat
Bogdan dan Taylor (yang dikutip oleh Muhammad, 2014: 30 ) menyatakan bahwa penelitian
kualitatif sebagai prosedur yang berupa hasil data deskriptif dari kata-kata tertulis atau lisan dari
orang-orang dan perilaku yang dapat diamati. Dalam penelitian ini dari apa yang diamati
semuanya berupa hasil data deskriptif dari bait syi'ir khoirunnas karya an-nabighah ad-dzubyani.
B. Data dan Sumber Data
Sumber data dari penelitian ini adalah syi'ir khoirunnas karya an-nabighah ad-dzubyani.
Sedangkan data penelitian yang didapatkan untuk diamati dan dianalisis adalah kata-kata yang
ada di setiap bait syi'ir khoirunnas karya an-nabighah ad-dzubyani.
C. Langkah-langkah Penelitian
1. Observasi
Sebelum melakukan penelitian hal paling penting yang tidak boleh ditinggalkan oleh
seorang peneliti adalah observasi. Observasi dilakukan dengan tujuan agar ketika waktu
penelitian tiba semuanya berlancar dengan lancar tanpa adanya hambatan. Sangat
disayangkan karena penelitian dilakukan tanpa adanya observasi terlebih dahulu terjadi
berbagai hambatan mulai dari orang-orang yang akan diamati. Peneliti pun demikian
melakukan observasi terlebih dahulu yakni dengan mengamati objek yang akan
ditelitinya.
2. Pengumpulan Data
Setelah melakukan observasi barulah kemudian peneliti mengamati dan menganalisis
objek penelitian yang sudah ditentukan dengan cara mengumpulkan data baik berupa kata
maupun kalimat yang didapatkan dari sumber data. Sedangkan data penelitian yang
terkumpul berupa bait-bait syi'ir yang berjudul khoirunnas karya an-nabighah ad-
dzubyani..
3. Pengelompokkan Data
Selanjutnya setelah data penelitian sudah dikumpulkan kemudian dikelompokkan
berdasarkan macam-macam majaz yang terdapat dalam syi'ir khoirunnas karya an-
nabighah ad-dzubyani.
4. Analisis Data
Analisis data dapat dilakukan setelah data tersebut relevan dengan masalah penelitian
yang terkumpul.Analisis data merupakan upaya peneliti menangani langsung rumusan
masalah yang telah ditentukan sebelumnya. Analisa bisa dianggap selesai atau berakhir
apabila kaidah yang berhubungan dengan objek yang menjadi rumusan masalah
penelitian telah ditemukan.
5. Kesimpulan
Langkah yang terakhir yakni menyimpulkan semua yang terkandung dalam penelitian.
Bagaimana masalah itu terselesaikan dengan menggunakan metode penelitian dan
landasan teori yang dipakai ?. Jawaban apa yang telah diperoleh ? Semua itu terangkum
dalam kesimpulan. Kesimpulan harus ditulis secara ringkas dan jelas tanpa merubah hasil
penelitian dan tidaklah berbelit-belit seperti hanya menyalin dari awal.

Anda mungkin juga menyukai