Disusun Oleh:
Farwah Aula Fuadie (2008102012)
Muh. Ihsanu Ridho (2008102094)
Umamatul Bahiyah (2008102032)
KELAS 5A
PRODI PENDIDIKAN BAHASA ARAB
FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI SYEKH NURJATI CIREBON
2022
BAB I
PENDAHULUAN
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakng di atas, penulis membatasi rumusan masalah yaitu
sebagai berikut:
1. Apa yang dimaksud dengan haqiqah?
2. Apa yang dimaksud dengan majaz?
3. Apa saja pembagian majaz?
2
C. Tujuan Penulisan
Berdasarkan rumusan masalah tersebut, dapat disimpulkan bahwa tujuan
penulisan makalah ini adalah sebagai berikut:
1. Untuk mengetahui pengertian haqiqah
2. Untuk mengetahui pengertian majaz
3. Untuk mengetahui pembagian majaz.
BAB II
PEMBAHASAN
3
yaitu Ahmad (seorang mahasiswa laki-laki).Dan kata singa pada kalimat kedua
juga merupakan lafadz haqiqah, karena kata “singa” tersebut digunakan untuk
makna yang sebenarnya atau makna asli yaitu seekor binatang yang ada di kebun
binatang.
B. Pengertian Majaz
Secara etimologi majaz berarti peniadaan halangan dan pemindahan dari
suatu tempat ke tempat lain. Orang Arab mengatakan جاء الشيءyang artinya
melewati sesuatu, melampaui. Pengertian majaz menurut terminologi sastra Arab
telah banyak dikemukakan oleh para sastrawan Arab sejak masa klasik.
Bedasarkan pengertian di atas, dapat disimpulkan bahwa majaz adalah
lafadz yang digunakan pada selain makna aslinya. Dari definisi yang telah
dikemukakan di atas dapat diambil kesimpulan bahwa majaz mengandung makna
dan tujuan yang sama. Makna tersebut adalah bahwa majaz itu merupakan upaya
dalam mengolah bahasa guna memiliki kekuatan imajinatif dengan cara
menggunakan kata lain.
Sibawaih mendefinisakannya dengan seni bertutur yang memungkinkan
terjadinya perluasan makna. Al-Mubarrad mengatakan bahwa majaz merupakan
seni bertutur dan berfungsi untuk mengalihkan makna dasar yang sebenarnya.
(Zubaidillah, 2018).
Ibn Jinny dan Al-Jurjaany menempatkan majaz sebagai lawan dari haqiqat,
dan makna haqiqat menurut Ibnu Jinny adalah makna dari setiap kata yang asli,
sedangkan majaz adalah sebaliknya, yaitu setiap kata yang maknanya beralih
kepada makna lainnya. Sedangkan menurut Al-Jurjaany haqiqah adalah sebuah
kata yang mengacu kepada makna asal atau makna dasar, tanpa mengundang
kemungkinan makna lain disebut, sedangkan majaz adalah peralihan makna dasar
ke makna lainnya, karena alasan tertentu, atau pelebaran medan makna dari
makna dasarnya. (Zubaidillah, 2018).
dalam ucapanmu:
4
ِفُﻼﻥ ٌيَتَﻜَلَّﻢُ ﺑِالدُّرَر
“Dia sedang berbicara dengan kata-kata fasih”
Lafadz itu digunakan pada selain arti aslinya, karena arti aslinya adalah
beberapa mutiara, lalu dirubah menjadi arti “beberapa kalimah fashihah” sebab
diantara arti keduanya masih ada kaitan dalam hal keindahan.
C. Pembagian Majaz
Majaz merupakan sarana sebagian ilmu bayan yang terbaik untuk
menjelaskan makna, karena dengan majaz suatu makna bisa tampak bersifat nyata
(Ummah, 2021). Oleh kerena itu bangsa Arab sangat suka menggunakan bentuk
majaz sebab mereka cenderung untuk memperluas kalimat dan juga cenderung
untuk menunjukan banyaknya arti suatu lafaz. Majaz mempunyai bentuk dan
macam-macam dan terbagi kepada dua bagian (Fasya, 2016).
1. Majaz Lughawiy
Ali Al Jarimi dan Musthofa Amin dalam Maman Dzul Iman mendefinisikan
majaz lughowiy sebagai berikut:
5
المعنى بين المشابهة لعالقة
المستعمل والمعنى عنه المنقول
مع قرينة صارفة عن إرادة, فيه
.المعنى األصلي
“Menurut para ulama sastra, isti’arah adalah menggunakan lafaz tidak
sesuai dengan penggunaan asalnya karena adanya ‘alaqah musyabahah
(hubungan keserupaan) antara makna yang dinukil dengan makna yang
digunakan didalamnya, disertai adanya indikator yang menghalangi dari
penggunaan makna asalnya (pertama) tersebut.”
Contoh:
kata wanita cantik ( )إمرأة جميلة, berposisi sebagai musta’ar lahu (kata
yang dipinjamkan/ musyabbah (yang diserupakan) yang tidak disebutkan
dalam contoh itu, karena ada hubungan yang saling menyerupai antara
6
كلمة إستعملت في غير معناها األصلي لعﻼقة غير المشاﺑهة
مع قرينة مانعة من إرادة المعنيى األصلى
“Kata yang dipakai bukan pada makna yang seharusnya adanya
Menurut Ali Al-Jarimidan Mustafa Amin dalam Maman Dzul Iman adalah:
7
“Presiden membangun banyak sekolah di Indonesia”
Pada contoh diatas, membangun disandarkan kepada presiden. Padahal pada
kenyataannya bukanlah presiden yang membangun sekolah, tetapi para
pekerjanya. Presiden hanya menjadi sebab terjadinya pelaksanaan pembangunan
tersebut melalui izin darinya.
BAB III
PENUTUP
DAFTAR PUSTAKA
8
Dzul Iman, Maman. (2019). Buku Pintar Untuk Memahami Balaghah.
Yogyakarta: Deepublish. Hal. 190.
Fasya, A. (2016). Bacalah Al-Quran Seakan-Akan Ia Hanya Diturunkan
Untukmu. Jakarta. Hal. 26.
Jarim, Ali dan Musthafa Amin, Al-Balaghah Al-Wadhihah, Dar Al-Ma‟arif, t.th,
hal. 40.
Ummah, S. R. (2021). Penggunaan Balaghatul Qur ’ an Sebagai Alternatif.
Fikroh, 14(2), 158–183.
Zubaidillah, M. H. (2018). Haqiqah Dan Majaz Dalam Alquran. INA-Rxiv, 7(1),
1–14.