Anda di halaman 1dari 9

MAKALAH

‫الحقيقة والمجاز و تقسيم المجاز‬


Disusun Untuk Memenuhi Tugas Terstruktur
Mata Kuliah Ilmu Bayan Wal Badi`
Dosen Pengampu: Maman Dzul Iman, S. Ag., M. A.

Disusun Oleh:
Farwah Aula Fuadie (2008102012)
Muh. Ihsanu Ridho (2008102094)
Umamatul Bahiyah (2008102032)

KELAS 5A
PRODI PENDIDIKAN BAHASA ARAB
FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI SYEKH NURJATI CIREBON
2022
BAB I
PENDAHULUAN

‫الحقيقة والمجاز و تقسيم المجاز‬


A. Latar Belakang
Alquran adalah kitab suci umat Islam yang diturunkan dengan menggunakan
bahasa Arab yang sangat jelas dan terang.“Sesungguhnya Kami menurunkannya
berupa Alquran dengan berbahasa Arab agar kalian memahaminya” (QS: Yusuf
: 2).
Untuk memahami Alquran dengan baik, tentulah seseorang itu harus
menguasai bahasa Arab dengan baik pula. Tanpanya Alquran tidak akan mampu
dikuasai. Alquran yang terangkum di dalamnya tentang tauhid, syari`at, akhlak,
dan sebagainya memiliki berbagai macam cara dalam penyampaian makna yang
disebut dengan gaya bahasa Alquran.
Gaya bahasa yang dimiliki Alquran sangat bervariasi, mulai dari amtsal,
qasam, qasas, jadal, khabar, al-insya’, tasybih, isti`arah, haqiqah, majaz, dan
sebagainya. Pada beberapa kalimat pada Alquran, ada yang bermakna khusus, ada
pula yang bermakna umum. Namun pada kesempatan ini, penulis akan membahas
pokok bahasan dari gaya bahasa al-Qur`an tersebut yaitu haqiqah dan majaz dan
pembagiannya.(Zubaidillah, 2018).

B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakng di atas, penulis membatasi rumusan masalah yaitu
sebagai berikut:
1. Apa yang dimaksud dengan haqiqah?
2. Apa yang dimaksud dengan majaz?
3. Apa saja pembagian majaz?

2
C. Tujuan Penulisan
Berdasarkan rumusan masalah tersebut, dapat disimpulkan bahwa tujuan
penulisan makalah ini adalah sebagai berikut:
1. Untuk mengetahui pengertian haqiqah
2. Untuk mengetahui pengertian majaz
3. Untuk mengetahui pembagian majaz.

BAB II
PEMBAHASAN

‫الحقيقة والمجاز و تقسيم المجاز‬


A. Pengertian Haqiqah
Menurut Maman Dzul Iman (dalam bukunya; Buku pintar untuk memahami
balaghah: 2019) bahwa dalam perspektif ilmu bayan, haqiqah adalah lafadz yang
memiliki makna asli atau makna sesungguhnya.

‫اللفظ المستعمل فيما وضع له‬


“Lafadz yang dipakai menurut makna yang seharusnya.”
Contoh:

‫ذهب أحمد إلى الجامعة‬


“Ahmad pergi ke kampus.”

‫رأيت أسدا في حديقة الحيونات‬


“Saya melihat singa di kebun binatang.”
Kata Ahmad pada kalimat di atas merupakan lafadz haqiqah karena kata
“Ahmad” tersebut digunakan untuk makna asli yakni makna yang sesungguhnya

3
yaitu Ahmad (seorang mahasiswa laki-laki).Dan kata singa pada kalimat kedua
juga merupakan lafadz haqiqah, karena kata “singa” tersebut digunakan untuk
makna yang sebenarnya atau makna asli yaitu seekor binatang yang ada di kebun
binatang.

B. Pengertian Majaz
Secara etimologi majaz berarti peniadaan halangan dan pemindahan dari

suatu tempat ke tempat lain. Orang Arab mengatakan ‫ جاء الشيء‬yang artinya
melewati sesuatu, melampaui. Pengertian majaz menurut terminologi sastra Arab
telah banyak dikemukakan oleh para sastrawan Arab sejak masa klasik.
Bedasarkan pengertian di atas, dapat disimpulkan bahwa majaz adalah
lafadz yang digunakan pada selain makna aslinya. Dari definisi yang telah
dikemukakan di atas dapat diambil kesimpulan bahwa majaz mengandung makna
dan tujuan yang sama. Makna tersebut adalah bahwa majaz itu merupakan upaya
dalam mengolah bahasa guna memiliki kekuatan imajinatif dengan cara
menggunakan kata lain.
Sibawaih mendefinisakannya dengan seni bertutur yang memungkinkan
terjadinya perluasan makna. Al-Mubarrad mengatakan bahwa majaz merupakan
seni bertutur dan berfungsi untuk mengalihkan makna dasar yang sebenarnya.
(Zubaidillah, 2018).
Ibn Jinny dan Al-Jurjaany menempatkan majaz sebagai lawan dari haqiqat,
dan makna haqiqat menurut Ibnu Jinny adalah makna dari setiap kata yang asli,
sedangkan majaz adalah sebaliknya, yaitu setiap kata yang maknanya beralih
kepada makna lainnya. Sedangkan menurut Al-Jurjaany haqiqah adalah sebuah
kata yang mengacu kepada makna asal atau makna dasar, tanpa mengundang
kemungkinan makna lain disebut, sedangkan majaz adalah peralihan makna dasar
ke makna lainnya, karena alasan tertentu, atau pelebaran medan makna dari
makna dasarnya. (Zubaidillah, 2018).

Seperti Lafadz ِ‫الدُّرَر‬ diartikan sebagai “Beberapa kalimah fashihah”

dalam ucapanmu:

4
ِ‫فُﻼﻥ ٌيَتَﻜَلَّﻢُ ﺑِالدُّرَر‬
“Dia sedang berbicara dengan kata-kata fasih”
Lafadz itu digunakan pada selain arti aslinya, karena arti aslinya adalah
beberapa mutiara, lalu dirubah menjadi arti “beberapa kalimah fashihah” sebab
diantara arti keduanya masih ada kaitan dalam hal keindahan.

C. Pembagian Majaz
Majaz merupakan sarana sebagian ilmu bayan yang terbaik untuk
menjelaskan makna, karena dengan majaz suatu makna bisa tampak bersifat nyata
(Ummah, 2021). Oleh kerena itu bangsa Arab sangat suka menggunakan bentuk
majaz sebab mereka cenderung untuk memperluas kalimat dan juga cenderung
untuk menunjukan banyaknya arti suatu lafaz. Majaz mempunyai bentuk dan
macam-macam dan terbagi kepada dua bagian (Fasya, 2016).
1. Majaz Lughawiy
Ali Al Jarimi dan Musthofa Amin dalam Maman Dzul Iman mendefinisikan
majaz lughowiy sebagai berikut:

‫اللفظ المستعمل في غير ما وضع له لعﻼقة مع قرينة مانعة من‬


‫إرادة المعنيى الحقيقتي‬
“Lafadz yang dipakai bukan pada makna yang seharusnya karena ada
‘Alaqah (kaitan) disertai Qorinah (indikator) yang mencegah untuk
menggunakan makna yang seharusnya.”

a) Macam-macam Majaz Lughowiy:


a. Majaz Isti'arah (Personifikasi)
Sayyid Ahmad al-Hasyimi dalam kitab Jawahir al-Balagah (hal. 258)
menyebutkan:

‫هي‬: ‫البيانيين‬ ‫اصطالح‬ ‫وفي‬


‫استعمال اللفظ في غير ما وضع له‬

5
‫المعنى‬ ‫بين‬ ‫المشابهة‬ ‫لعالقة‬
‫المستعمل‬ ‫والمعنى‬ ‫عنه‬ ‫المنقول‬
‫مع قرينة صارفة عن إرادة‬, ‫فيه‬
.‫المعنى األصلي‬
“Menurut para ulama sastra, isti’arah adalah menggunakan lafaz tidak
sesuai dengan penggunaan asalnya karena adanya ‘alaqah musyabahah
(hubungan keserupaan) antara makna yang dinukil dengan makna yang
digunakan didalamnya, disertai adanya indikator yang menghalangi dari
penggunaan makna asalnya (pertama) tersebut.”

Contoh:

‫رأيت قمرا تمشي حول‬


‫الجامعة‬
“Saya melihat bulan berjalan di sekitar kampus.”

Kata ‫قمر‬ , artinya “bulan”, yang digunakan pada contoh diatas

merupakan bentuk isti’arah (pinjaman) yang kata tersebut berposisi sebagai


musta’ar minhu (kata yang dipinjami)/musyabbahbih (yang diserupai) untuk

kata wanita cantik ( ‫)إمرأة جميلة‬, berposisi sebagai musta’ar lahu (kata
yang dipinjamkan/ musyabbah (yang diserupakan) yang tidak disebutkan
dalam contoh itu, karena ada hubungan yang saling menyerupai antara

keduanya yaitu kata keindahan/kecantikan ( ‫)الجميلة‬.


b. Majaz Mursal (Metafor)
Menurut Ali Al Jarimi dan Musthofa Amin, Majaz Mursal adalah:

6
‫كلمة إستعملت في غير معناها األصلي لعﻼقة غير المشاﺑهة‬
‫مع قرينة مانعة من إرادة المعنيى األصلى‬
“Kata yang dipakai bukan pada makna yang seharusnya adanya

‘alaqah (kaitan) yang bukan saling menyerupai disertai qorinah


(indikator) yang mencegah untuk menggunakan makna yang
seharusnya”
Contoh:

‫آء ِمن ِر ْزق‬


ِ ‫س َم‬ َّ ‫ف اللَّيْل َوالنَّ َهار َو َمآ أ َ ْنزَ َل‬
َ ‫َّللاُ ِمنَ ال‬ ْ ‫ٌ َو‬
ِ ‫اختِ َﻼ‬
“Dan padapergantianmalamdan siang dan rizki (hujan) yang
diturunkan Allah dari langit”
2. Majaz Aqli

Menurut Ali Al-Jarimidan Mustafa Amin dalam Maman Dzul Iman adalah:

‫إسناد الفعل أو مافى معناه إلى غير ما هو له لعﻼقة مع‬


‫قرينة مانعة من إرادة اإلسناد الحقيقي‬
“Menjadikan fi’l (kata kerja) atau yang sejenisnya sebagai predikat dari
yang bukan seharusnya karena ada ‘alaqah (kaitan) disertai indikator
yang mencegah untuk dijadikan predikat yang seharusnya.”

Majaz aqli adalah menyandarkan perbuatan (aktivitas) kepada suatu atau


benda yang bukan aslinya karena adanya ‘alaqah ghair al-musyabahah (hubungan
tidak adanya unsur kesamaan antara makna asli dan makna yang mengalami
perubahan) dan qarinah (susunan kalimat) yang mencegah terjadinya penyandaran
makna ke lafaz tersebut. Dinamakan aqli, karena majaz jenis ini bisa diketahui
penunjukan maknanya dengan menggunakan akal.
Contoh:

‫ﺑنى الرئيس المدارس في إندونيسيا‬

7
“Presiden membangun banyak sekolah di Indonesia”
Pada contoh diatas, membangun disandarkan kepada presiden. Padahal pada
kenyataannya bukanlah presiden yang membangun sekolah, tetapi para
pekerjanya. Presiden hanya menjadi sebab terjadinya pelaksanaan pembangunan
tersebut melalui izin darinya.

BAB III
PENUTUP

‫الحقيقة والمجاز و تقسيم المجاز‬


A. Kesimpulan
Berdasarkan penjelasan di atas, dapat disimpulkan bahwa pengertian
haqiqah adalah lafadz yang memiliki makna asli atau makna sesungguhnya.
Majaz adalah kata yang digunakan bukan pada makna aslinya karena adanya
hubungan (alaqah) dan alasan yang menghalangi untuk dipahami dengan makna
aslinya atau makna kamus.
Majaz dibagi menjadi dua macam yaitu majaz lughawi dan majaz aqli.
Majaz lughawi lafadz yang dipakai bukan pada makna yang seharusnya karena
ada ‘alaqah (kaitan) disertai qorinah (indikator) yang mencegah untuk
menggunakan makna yang seharusnya. Majaz aqli adalah menyandarkan
perbuatan (aktivitas) kepada suatu atau benda yang bukan aslinya karena adanya
‘alaqah ghair al-musyabahah (hubungan tidak adanya unsur kesamaan antara
makna asli dan makna yang mengalami perubahan) dan qarinah (susunan kalimat)
yang mencegah terjadinya penyandaran makna ke lafaz tersebut.

DAFTAR PUSTAKA

8
Dzul Iman, Maman. (2019). Buku Pintar Untuk Memahami Balaghah.
Yogyakarta: Deepublish. Hal. 190.
Fasya, A. (2016). Bacalah Al-Quran Seakan-Akan Ia Hanya Diturunkan
Untukmu. Jakarta. Hal. 26.
Jarim, Ali dan Musthafa Amin, Al-Balaghah Al-Wadhihah, Dar Al-Ma‟arif, t.th,
hal. 40.
Ummah, S. R. (2021). Penggunaan Balaghatul Qur ’ an Sebagai Alternatif.
Fikroh, 14(2), 158–183.
Zubaidillah, M. H. (2018). Haqiqah Dan Majaz Dalam Alquran. INA-Rxiv, 7(1),
1–14.

Anda mungkin juga menyukai