Anda di halaman 1dari 10

MAKALAH

Analisis Karya Musthafa Shadiq ar-Rafi’i


Makalah ini disusun untuk Memenuhi Tugas
Mata Kuliah Tarikh Adab 3

Oleh:
Ranjy Ramadani (13310020)

Dosen Pengampu :
Akhmad Kholil, M.Fil.I

JURUSAN BAHASA DAN SASTRA ARAB


FAKULTAS HUMANIORA
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI MAULANA MALIK IBRAHIM MALANG
2016

1
BAB I
Pendahuluan
A. Latar Belakang Masalah

Kesusastraan Arab telah ada sejak masa jahili. Mulai dari masa tersebut
sampai modern, sastra Arab terus berkembang dan menyesuaikan diri dengan
datangnya masa. Keindahan kata demi kata bahasa Arab yang disusun menjadi karya
oleh para sastrawan Arab tak terbantahkan adanya. Sastra Arab pada masa jayanya
sekitar abad ke 5 sampai abad 12 masehi menyatu dalam kehidupan sehari-hari. Akan
tetapi pada abad pertengahan dimana tingkat pegetahuan di Eropa mulai meningkat
pesat, sastra Arab malah mengalami kemunduran dan seakan jalan di tempat. Sastra
Arab mengalami kevakuman disebabkan ruh sastra tak lagi menghinggapi dunia islam
yang saat itu dikuasai oleh Dinasti Turki Utsmani. Barulah sastra Arab mulai
mengalami pembaharuan pada abad ke 18 ketika kaum kolonial merambah dunia
islam, terutama Mesir. Banyak sastrawan pada saat itu dikirim ke Eropa untuk
mempelajari hukum, sastra dan ilmu lain untuk memajukan kembali peradaban islam,
salah satunya dengan kesusastraan.

Dalam makalah ini kami akan membahas tentang Musthafa Shadiq ar-Rafi’i,
salah seorang sastrawan modern yang berjasa dalam menghidupkan kembali ruh
sastra kepada orang Arab. Meskipun dia tidak pernah merasakan nikmatnya menuntut
ilmu di negeri orang, kecintaannya terhadap ilmu pengetahuan dan sastra mampu
memberikan sumbangsih yang nyata terhadap kebangkitan sastra Arab. Akibatnya,
sastra Arab mulai menunjukkan denyut nadi kehidupan dengan wajah yang baru,
karena dipengaruhi oleh pemahaman-pemahaman dan ide-ide yang baru. Ia hidup
ditengah gencarnya perdebatan mengenai sastra. Perdebatan itu juga menyebabkan
meningkatnya kritik yang berubah menjadi saling mencela dan melukai. Kemudian
berlanjut mengecam dan melukai. Perdebatan itu juga dimanfaatkan sebagai jalan
menuju kemasyhuran. menghancurkan serta meruntuhkan sebuah eksistensi.

Ar-rafi’i lahir pada bulan januari tahun 1880 di desa Bahtim, provinsi
Qalyubiyah, Mesir.1 Nama lengkapnya adalah Musthafa Shadiq bin Abdur Razaq bin
Sa’id bin Abdul Qadir ar-Rafi’i. Ayahnya yang bernama Abdur Razaq merupakan
seorang Syiria dan menjadi kepala pengadilan di beberapa kota di Mesir. Ia kemudian
1
Dr.jamaludin Ar-Ramari, Min A'lami al-Adabi al-Ma'ashir(Darrul Fikri al-'Aroby), hal 111.

2
menjadi kepala di pengadilan syari’ah di kota Tanta, Mesir sampai akhir hayatnya.
Semenjak kecil beliau tinggal di desa. Beliau mulai belajar di kutab desanya dan
melanjutkannya ke salah satu sekolah dasar hingga ia berhasil mendapat ijazah sd.
Akan tetapi ketika hendak melanjutkan pendidikan ke tingkat tsanawiyah ia terserang
penyakit demam Typhoid, sehingga membuatnya lemah dan mampu untuk
melanjutkan pendidikan formal. Karena penyakit ini juga pendengarannya terganggu
dan menjadi tuli. Meskipun ia sedih karena tak dapat mengecup ilmu dari sumbernya,
tapi semangatnya untuk terus membaca dan memperdalam ilmu tak pernah padam.

Kegilaannya akan membaca membuat orang-orang di sekelilingnya terkagum-


kagum. Seorang sastrawan yang bernama Muhammad Sa’id al-‘Iryani mengatakan
bahwa “ dimana pun ar-Rafi’i berada, baik di kereta, kedai kopi, maupun di kantor
pasti sedang membaca. Beliau diangkat menjadi seketaris di salah satu pengadilan di
kota Talkha. Dalam perjalanan pulang dan pergi ke Talkha ia selalu membaca buku.
Bahkan beliau juga telah menghafal kitab “Nahjul Balaghah” , yang berisi kumpulan
khutbah-khutbah sayyidina Ali ra sebelum mencapai umur 20 tahun.

Beliau banyak mempelajari kitab-kitab lama, baik dalam bidang sastra, fiqh,
atau yang berbau keagamaan yang berbahasa Arab. Akan tetapi beliau hanya
mempelajari sedikit buku literatur barat. Ia mempelajari kebudayaan barat yang telah
diterjemahkan ke dalam bahasa Arab.

Sebagai seorang sastrawan, ar-Rafi’i juga memiliki karya yang tidak sedikit.
Karya-karya beliau tertuang kedalam berbagai bentuk sastra. Kebanyakan dari
karyanya berbentuk qasidah, risalah, syair, qishah dan maqalah. Tema yang diusung
juga bermacam-macam, mulai dari cinta, nasehat, nasionalisme dan sejarah.

Makalah ini mencoba untuk menganalisis sisi romantisme dan nasehat yang
terdapat dalam karya Musthafa Shadiq ar-Rafi’i. Bagaimana bentuk karyanya dan
makna yang terdapat dalam isi karyanya akan kami bahas dalam makalah ini.

Disini kami juga akan menganalisis karya beberapa karya beliau dengan
menggunakan metode deskriptif, agar lebih mudah dalam menyampaikan dan
menyajikan hasil karya yang dianalisis.

3
4
BAB II
Pembahasan
1. Analisis karya

Betapa banyaknya karya sastra yang telah dihasilkan oleh ar-Rafi’i. Referensi yang
terbatas dan waktu yang singkat menjadi kendala dalam menganalisis seluruh karya
beliau. Oleh karena itu, pada makalah ini penulis akan menganalisis 2 (dua) karya dari
Musthafa Shadiq ar-rafi’i yang berupa syi’ir dan risalah.

a. Syi’ir

‫العلم والعمل‬

‫وشقا اجلاهل أن ال يسأال‬ ‫آفة العامل أن ال يعمال‬


‫تنفع األموال حىت تبذال‬ ‫إمنا العلم كمثل املال ال‬
‫والغين فقره أن يبخال‬ ‫ولكل الناس فقر شامل‬
2
‫يستزيد املال حىت يعمال‬ ‫وأخو العلم كرب املال ال‬

Terjemahan:
“Petaka seorang alim ketika ia tak bekerja
Kesengsaraan seorang jahil ketika dia malas bertanya
Ilmu itu laksana harta
Tiada manfaat harta jika tak berderma
Setiap insan itu faqir
Orang kaya faqir dengan kikir
Orang berilmu bagaikan memiliki harta
Yang tak akan berganda hingga ia bekerja”

Syi’ir diatas merupakan salah satu syi’ir yang digubah oleh ar-Rafi’i yang
ditujukan kepada para muridnya. Syi’ir ilmu dan amal ini juga salah satu syi’ir beliau
yang dihimpun kedalam kitabnya yang terkenal yaitu “Diwan ar-Rafi’i”. Pada syi’ir di

2
Musthafa Shadiq ar-Rafi’i, Diwan ar-Rafi’i. Jami’ah Iskandariyah: Mesir. Hal 22.

5
atas, berisikan nasihat ar-Rafi’i terhadap para penuntut ilmu. Ia mengingatkan bahwa
ilmu itu bagaikan harta. Keduanya memiliki karakteristik dan sifat yang sama. Ilmu
dan harta harus dicari dan dibagi agar ia terus bertambah dan penuh berkah. Disini
beliau juga mengumpamakan bahwa ilmu dan harta bagaikan orang yang sangat
pandai, menguasai berbagai ilmu pengetahuan tapi tak mau bekerja. Maka hasilnya
juga nihil, tiada harta yang didapat. Beliau juga mengingatkan kepada para penuntut
ilmu agar tidak segan-segan untuk memberi. Sama halnya dengan harta, kita juga
dituntut untuk tidak pelit dan kikir terhadap ilmu yang dimiliki.

Dalam sya’irnya ar-Rafi’i juga menggunakan bahasa dan uslub yang mudah
dan sederhana sehingga sangat mudah untuk memahami maksud yang tersirat pada
syi’ir tersebut.

b. Prosa

Berikut ini adalah kutipan prosa yang berbentuk risalah ar-Rafi’i dan ditujukan
kepada teman wanita yang ia kagumi:

‫ وس ; ;;تعلم خني تس ; ;;كبك; هي على‬،‫أيه ; ;;ا العط ; ;;ر ! لق ; ;;د خ ; ;;رجت من أزه ; ;;ار مجيل ; ;;ة‬
‫ ك;;املؤمنني ت;ىركوا ال;دنيا ولكنهم‬،‫ وأن;;ك‬،‫جسمها الفاتن أنك رجعت إىل أمجل من أزهارك‬
3
!....‫نالوا اجلنة ونعيمها‬

Terjemahan:
“ Duhai minyak wangi ! engkau telah dihasilkan oleh sekuntum bunga yang
amat indah, engkau akan tersadar ketika dia menumpahkan dirimu ke atas tubuhnya
yang lembut bahwa engkau akan kembali kepada bunga lain yang tak kalah indahnya,
bagaikan orang mukmin yang meninggalkan dunia dilimpahkan surga dan segala
nikmatnya. “

Prosa diatas dibentuk sedemikian indah oleh sang sastrawan dengan memadukan gaya
romantisme dan simbolisme yang dibalut dengan nilai-nilai agama. Ar-rafi’i berhasil
memanfaatkan kata “al-‘ithru” untuk mewakili dirinya dalam mengungkapkan rasa kagum
3
Musthafa Shadiq ar-Rafi’i, Awraqul Ward Rasailuha wa Rasailuhu. 1982. Hal 36.

6
terhadap wanita itu. Meskipun tema yang digunakan pada karya ini adalah percintaan (gazal)
yang notabenenya jauh dari hal keagamaan, namun ar-rafi’i tetap berusaha menghubungkan
objek yang di gunakan dengan nilai-nilai agama. Hal ini menjadikan karya ar-Rafi’i ini
memiliki nilai lebih diantara karya sastra yang dihasilkan oleh sastrawan lainnya.

2. Aliran sastra

Dalam buku Muhammad Sa’id Iryani, ar-Rafi’i bersastra tidak condong ke


aliran manapun. Dalam artian ia bebas mengekspresikan karyanya sesuai dengan gaya
yang diinginkan4. Meskipun dikatakan bahwa ar-Rafi’i memiliki kebebasan dalam
berkarya, sebagian karyanya ternyata mengandung gaya romantisme dan simbolisme,
meskipun jumlahnya tidak terlalu banyak5. Hal ini dapat kita lihat setelah menelaah 2
(dua) buah karyanya yang telah dianalisis oleh penulis dalam makalah ini. Tema-tema
yang terdapat dalam karyanya dapat berupa cinta, agama, nasihat, nasionalisme,
sejarah.

3. Karya-karyanya

Secara umum karya Musthafa Shadiq ar-Rafi’i berupa syi’ir, prosa dan kajian
kesusastraan. Berikut ini akan dipaparkan beberapa karya yang telah dikreasikan
semasa hidupnya:

1. Diwan ar-Rafi’i (3 jilid) (1906)


2. Diwan an-Nazharat (1908)
3. Kitab “Tarikh Adab al-Arabiy” (3 jilid) (1911)
Kitab ini berisi kumpulan nilai dan poin penting kitab-kitab sastra yang telah ia
baca. Kitab ini mendapat sambutan yang baik diantara para sastrawan. Para
pelajar banyak menggunakan kitab ini sebagai referensi untuk meneliti kajian
sastra pada saat itu.
4. Tahta rayat al-Qur’an (1926)

4
Al-iryani, Muhammad Sa’id, Hayah ar-Rafi’i. 1955. Hal 43
5
Dr.jamaludin Ar-Ramari, Min A'lami al-Adabi al-Ma'ashir(Darrul Fikri al-'Aroby), hal 112.

7
Merupakan sebuah kitab yang berisikan maqalat ar-Rafi’i mengenai sastra Arab
dan beliau juga mengkrtik pemikiran Taha Husein yang tertuang dalam kitab
“asy-Syi’r al-Jahili”
5. Wahyu al-Qalam
Berisikan maqalat, qashash serta hadist-hadist dalam bidang agama.
6. Kitab al-Masakin
7. Rasailul Ahzan
8. Awraqul Ward
Sebuah kitab yang berisi kumpulan risalah cinta ar-Rafi’i kepada seseorang dan
sebaliknya.

8
BAB III
Penutup

1. Kesimpulan

Ar-rafi’i lahir pada bulan januari tahun 1880 di desa Bahtim, provinsi
Qalyubiyah, Mesir. Seorang anak direktur pengadilan Tanta yang berkebangsaan
Syiria yang mana ibunya juga berkebangsaan sama. Walaupun memiliki nasib yang
kurang baik dalam dunia pendidikan, semangat beliau untuk menuntut ilmu tak
pernah padam. Ia terus membaca dan membaca di manapun ia berada. Ia gemar
membaca kitab-kitab bahasa Arab, baik tentang sastra, fiqh atau keagamaan yang
lainnya.

Dengan membaca, ar-Rafi’i belajar berastra secara otodidak. Sampai akhir


hayatnya , ia telah melahirkan banyak karya. Bidang sastra yang di tekuninya tidak
hanya berupa syi’ir, tetapi juga meliputi prosa, maqalah, risalah dan juga kajian
kesusastraan. Setelah melihat beberapa karyanya, penulis menyimpulkan bahwa
karakteristik sastra beliau adalah di bidang percintaan, nasionalisme, keluarga,
nasihat.

Meskipun dikatakan bahwa beliau tidak condong ke aliran manapun dalam


bersastra, ternyata beliau juga cenderung memihak kepada salah satu aliran sastra.
Setelah menganalisis beberapa karyanya penulis mengetahui bahwa Musthafa Shadiq
ar-Rafi’i lebih condong kepada aliran romantisme dan simbolisme yang pertama kali
diperkenalkan di Prancis.

9
Daftar pustaka

Al-iryani, Muhammad Sa’id, Hayah ar-Rafi’i. 1955. pdf

Dr.jamaludin Ar-Ramari, Min A'lami al-Adabi al-Ma'ashir. Darrul Fikri al-'Aroby.

Musthafa Shadiq ar-Rafi’i, Diwan ar-Rafi’i. Jami’ah Iskandariyah: Mesir. pdf

Musthafa Shadiq ar-Rafi’i, Awraqul Ward Rasailuha wa Rasailuhu. 1982. pdf

http://www.marefa.org/index.php/‫مصطفى_صادق_الرافعي‬, diakses pada 2 Mei 2016, 04.48 wib.

10

Anda mungkin juga menyukai